case dr supris CKD.docx

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Laporan kasus ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Karawang.Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Supris Yurit E.P, MSc, Sp.PD yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan laporan kasus ini, serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penulis selama di kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Karawang. Tak lupa juga ucapan terima kasih penulis haturkan kepada teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis.Dengan penuh kesadaran dari penulis, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan kasus ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Karawang, Desember 2013 Sitti Monica Astrilia Ambon

BAB ILAPORAN KASUS

I. IdentitasNama: Ny. RUmur : 42 tahunJenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kp, Ciwadas, Klari RT 16 RW 04, KarawangAgama : IslamSuku: SundaStatus: MenikahPendidikan : SDTanggal masuk RS: 22 Desember 2013

II. AnamnesisAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Desember 2013 di bangsal Rengasdengklok.a. Keluhan UtamaSesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

b. Keluhan Tambahan Batuk, mual, lemas, nafsu makan menurun dan kedua kaki bengkak.

c. Riwayat Penyakit SekarangOs datang ke IGD RSUD karawang pada tanggal 22 Desember 2013 dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS. Sesak dirasakan terus menerus dan semakin lama semakin terasa berat. Sesak diperberat apabila os melakukan gerakan seperti berjalan, walaupun hanya ke kamar mandi dan berkurang bila os beristirahat. Sesak juga diperberat dengan posisi berbaring, dan berkurang apabila os duduk. Os juga mengeluh batuk yang berdahak putih dan kedua kaki yang bengkak sejak 1 hari SMRS juga. Mual juga dirasakan oleh pasien namun tidak muntah. Os mengaku lemas dan nafsu makannya pun turun BAK diakui lancar, berwarna kuning jernih. BAB normal, tidak ada diare maupun konstipasi. Os habis dirawat 4 hari SMRS di bangsal rengasdengklok dengan diagnosis gagal ginjal dan dilakukan hemodialisa untuk yang ke dua kalinya.

d. Riwayat Penyakit DahuluOs memiliki riwayat gagal ginjal yang didiagnosis sejak 3 bulan SMRS, namun pada awalnya os menolak untuk dilakukan hemodialisa. Os mempunyai riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu yang diakui os tidak terkontrol. Adanya riwayat DM, penyakit jantung, dan asma disangkal.

e. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan os. Riwayat darah tinggi dan penyakit jantung dalam keluarga juga disangkal. Riwayat DM (+), ayah os menderita DM.

f. Riwayat KebiasaanOs tidak merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, tidak punya kebiasaan mengkonsumsi minuman berenergi maupun jamu-jamu tradisional.

III. Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 23 Desember 2013. Hasilnya adalah sebagai berikut :

I. Keadaan Umuma. Kesan sakit : TSSb. Kesadaran: Compos mentisc. BB : 54 kgII. Tanda Vitala. Tekanan darah: 190/120 mmHgb. Frek. Nadi: 142 x/ mc. Frek. Nafas: 36 x/ md. Suhu: 37,4 CIII. Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut.IV. Mata :Konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-).V. Telinga :Bentuk normal, NT auricular (-/-), secret (-/-).VI. Hidung :Bentuk normal, septum deviasi (-), secret (-), pernafasan cuping hidung (-).VII. Mulut :Bibir tampak kering dan pucat, mukosa mulut pucat (+).VIII. Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar.IX. Thorax Cor :Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial LMCSPerkusi : Batas kanan : ICS III- V LSD Batas kiri : ICS V 1LAAS Batas atas : ICS III LPSSAuskultasi : BJ I & II regular, murmur dan gallop sulit dinilai. Pulmo :Inspeksi : Gerak dinding dada simetris saat bernafas, retraksi sela iga (+/+).Palpasi : Vocal fremitus teraba sama pada kedua hemithorax.Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronki basah kasar (+/+), Wheezing (+/+).X. AbdomenInspeksi : buncit, sagging of the flank (+), smiling umbilicus (+), tidak tampak efloresensi yang bermakna.Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), lien dan hepar tidak dapat dinilai.Perkusi : Shifting dullness (+)Auskultasi : Bising usus (+) namun menurun. XI. EkstermitasPitting Oedem __

++

akral hangat++

++

IV. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium darah :22 Desember 2013 ParameterHasilNilai RujukanKeterangan

Hemoglobin6,4 g/dL12 16

Eritrosit 2,11 jt/uL3,6 jt 5, 8 jt

Leukosit10.160/uL3800 10600normal

Trombosit269.000/uL150.000 450.000normal

Hematokrit21,3 %35 - 45

Gula darah sewaktu92 mg/dL2 gr/dL kurangi dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu. Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak. Sasaran hemoglobin adal 11-12 gr/dL. c. Keluhan gastrointestinalAnoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.d. Kelainan kulitTindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.

e. HipertensiPemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat Enzym Konverting Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme/ ACE inhibitor). Melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat proses pemburukan antihipertensi dan antiproteinuria.f. Kelainan sistem kardiovaskularPencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40-50% kematian pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita, termasuk pengendalian diabetes, hipertensi, dislipidemia, hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbanagan elektrolit.

3. Terapi Pengganti GinjalTerapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.a. HemodialisisTindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%.Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m2, mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat.b. Dialisis peritoneal (DP)Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien- pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co- mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.c. Transplantasi ginjal

PrognosisPasien dengan gagal ginjal kronik umumnya akan menuju stadium terminal atau stadium V. Angka prosesivitasnya tergantung dari diagnosis yang mendasari, keberhasilan terapi, dan juga dari individu masing-masing. Pasien yang menjalani dialisis kronik akan mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Pasien dengan gagal ginjal stadium akhir yang menjalani transpantasi ginjal akan hidup lebih lama daripada yang menjalani dialisis kronik. Kematian terbanyak adalah karena kegagalan jantung (45%), infeksi (14%), kelainan pembuluh darah otak (6%), dan keganasan (4%).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ketut S. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S, editor. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4 Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p.570-3. 2. Chronic Kidney Disease. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview. Accessed on 24th, December 2013.3. Glomerulonefritis. Available at : http://emedicine.medscape. com/article/777272-overview. Accessed on 22nd, Agustus 2010. 4. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Hipertensi. Azis R, Sidartawam S, Anna YZ, Ika PW, Nafriadi, Arif M, editor. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p.168-70. 5. Murray L, Ian W, Tom T, Chee KC. Chronic Renal failure in Ofxord Handbook of Clinical Medicine. Ed. 7th. New York: Oxford University; 2007. p.294-97.

1