Case Appendicitis Perforata

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    1/24

    Identitas pasien

    Nama : Nn. A.R

    Umur : 14 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Ruangan : Elisabeth 8-2

    No. RM/Reg : 00924425/10008537

    Alamat : Bumi Asri RT 9/RW 12 kel.Mekarrahayu, Bandung.

    Tanggal Masuk : 08 Mei 2010

    Diagnosis masuk : Peritonitis difus e.c appendicitis acuta perforata

    Diagnosis Utama : Appendicitis acuta gangrenosa (peritonitis difusa)

    Diagnosis tambahan :Divertikel meckel + Lymphadenopathy mesenterial

    multiple

    Anamnesis :

    Keluhan Utama : nyeri seluruh perut

    Pasien perempuan berusia 10 tahun, keadaan umum baik, kesan sakit

    berat, kesadaran compos mentis, tidak anemis, tidak ikterik, datang ke RSI dengan

    keluhan nyeri seluruh perut. Pasien mengeluh nyeri seluruh perut yang dirasakan

    mendadak, terus-menerus, nyeri bertambah jika pasien beraktivitas sejak 3 hari

    SMRSI. Tujuh hari yang lalu nyeri dirasakan pada ulu hati, kemudian berpindah

    ke perut kanan bawah, dan akhirnya nyeri seluruh perut. Keluhan juga disertai

    mual, muntah sejak 3 hari SMRS, muntah dirasakan setiap diisi makanan, isi

    muntahan berupa sisa makanan dan obat. Pasien juga mengeluh panas badan yang

    dirasakan terus menerus, turun sementara dengan pemberian obat kemudian naiklagi. Nafsu makan pasien juga berkurang.

    Pasien tidak ada riwayat batuk lama, penurunan berat badan, keringat

    malam, minum obat TB selama 6 bulan. Di lingkungan sekitar rumah tidak ada

    yang sedang batuk-batuk lama.

    Riwayat obstetri dan ginekologi : pasien belum pernah menstruasi, tidak

    ada riwayat keputihan.

    BAB : konsistensi cair, frekuensi >5 kali/hari, ada lendir, tidak ada darah

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    2/24

    BAK : tidak ada keluhan

    RPK : tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

    UB : berobat ke dokter umum, dianjurkan untuk periksa lab, namun pasien

    menolak, diberi obat 3 macam, tablet, kapsul, sirup (yang harus habis).

    Sebelumnya pasien mengkonsumsi sendiri parasetamol.

    Riwayat kebiasaan : sering jajan makanan pedas

    Riwayat alergi dan kelainan darah : tidak ada

    Pemeriksaan fisik

    Keadaan umum : berat

    Kesadaran : Compos mentis

    Kesan sakit : sakit berat

    Tanda-tanda vital : TD: mmHg N: x/menit R: x/menit S: 0 C

    Kulit : pucat (-)

    Kepala : B/U simetris

    Mata : Konjungtiva anemis -/-, ikterik -/-

    Leher : KGB tidak teraba membesar

    Thorax : B/P simetris

    Pulmo : VBS +/+, Rh -/-, Wh -/-

    Cor : S1-S2, reguler, murmur

    Abdomen : datar, keras, defance musculer (+), BU menurun, NT (+)

    Genitalia : t.a.k

    Extremitas : acral dingin, CRT < 2

    Status lokalis (+gambar) :

    a/r Abdomen : datar, keras seperti papan, defance muscular (+), Darm countur (-),

    Darm steifung (-), bising usus menurun, Nyeri tidak jelas, NT (+)

    a/r anus, rectum :

    RT : Inspeksi: t.a.k

    Palpasi: sphincter normotonus, ampulla kosong, mukosa licin,

    Sarung tangan: feses (+), darah (-)

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    3/24

    Pemeriksaan penunjang:

    17 April 2010

    Hb : 9.3 g/dL

    Ht : 31 %

    Lekosit : 21.400/mm3

    Trombosit : 321.000/mm3

    BT : 1 15

    CT : 7 45

    GDS : 131 mg/dl

    Foto Thorax : Kesan = gambaran bronchitis

    Mungkin pernah KP aktivitas diragukan. Lab?

    Usul Pemeriksaan:

    Differensial diagnosis:

    Penatalaksaan:

    Pasang infus RL 1500 cc/24 jam

    Pasang kateter folley No. 16

    Pasang NGT No.

    Puasa

    Operasi Laparotomy appendectomy

    Terapi medikamentosa :08/05 09/05 10/05 11/05

    Ceftriaxone 1 gram vial 1x2 gram i.v Metronidazole 500 mg fls 3x500 mg i.v Ketorolac tromethamine 30 mg amp

    2x30 mg i.m

    Rantin 2x1

    Telah dilakukan tindakan operatif tanggal 8 Mei 2010

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    4/24

    Laporan operasi

    D/ pre op : Peritonitis difusa e.c.appendicitis perforata

    D/ post op : sesuai + diverticle meckel + lymphadenopathy mesenterial

    e.t. omentum multipel

    Tindakan : Laparotomy appendectomy + suture tabak sac + biopsi

    KGB Mesenterial pada tanggal 8 Mei 2010

    Teknik operasi :

    Terapi post op : Ceftriaxone 1 gr vial, 1x2 gr IV.

    Metronidazole 3x500mg IV

    Remopain 2 x 30 gr IV

    Rantin 2 x 1 amp IV

    Infus : Tutofusin ops 500cc + RL infusa 1000cc1500cc/mg

    Post op : T =100/70 mmHg

    N = 84 kali/menit

    R = 20 kali/menit

    S = 36,6 C

    PA : dikirim jaringan appendix dan KGB Mesenterial

    Diagnosis Akhir :

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    5/24

    Peritonitis difus e.c.appendicitis acuta

    Diagnosis Tambahan :

    Divertikel meckel + Lymphadenopathy mesenterial multiple

    Komplikasi :

    Prognosis

    Quo ad vitam : ad bonam

    Quo ada functionam : dubia ad bonam

    PEMBAHASAN

    Pada saat pasien ini datang, terdapat gejala-gejala yang mengarahkan

    diagnosis pada appendicitis. Gejala-gejala tersebut berupa: nyeri pada perut kanan

    atas yang pertama kali dirasakan di ulu hati yang kemudian dirasakan berpindah

    ke daerah perut kanan bawah, juga terjadi anoreksia, mual muntah, dan demam.

    Pada pemeriksaan penunjang yang kemudian dilakukan, juga ditemukan tanda-

    tanda infeksi berupa peningkatan jumlah leukosit (21.400/mm3). Pada

    pemeriksaan juga ditemukan gejala berupa peritonitis.

    Pada pasien dengan appendicitis, gejala-gejala tersebut sangat mungkin

    terjadi, dengan penjelasan sebagai berikut. Pada awal obstruksi appendiks, terjadi

    peningkatan tekanan intra appendix sehingga terjadi nyeri pada daerah perut

    kanan atas karena appendix pada dasarnya merupakan organ midgut, sehingga

    nyeri alih (refered pain) dirasakan pada daerah abdomen atas. Menurut literatur,dalam 12 jam (terutama dalam 4-6 jam) nyeri tersebut dapat dirasakan berpindah

    ke daerah perut kanan bawah karena sudah terjadi perangsangan lokal terhadap

    peritoneum visceralis oleh appendix yang meradang. Peningkatan tekanan pada

    appendix kemudian terjadi karena setelah obstruksi lumen appendix terjadi, terus

    terjadi produksi mukus oleh mukosa appendix. Peningkatan tekanan pada

    appendix ini kemudian akan merangsang peristaltik usus sehingga muncullah

    gejala-gejala seperti anoreksia dan mual muntah. Demam terjadi karena terjadi

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    6/24

    reaksi peradangan pada appendix (yang juga diikuti dengan peningkatan jumlah

    leukosit).

    Namun saat pembedahan appendectomy dilakukan, pada pasien ini juga

    didapatkan temuan operasi lain berupa pembesaran kelenjar getah bening

    mesenterial dan divertikulum meckel. Diverticulum meckel kemudian dijahit

    secara tabak sak, limphadenitis kemudian dibiopsi dan kemudian hasilnya

    dikirimkan untuk pemeriksaan PA.

    Lymphadenitis mesenterium umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja

    dan gejalanya dapat menyerupai appendicitis. Gejala lymphadenitis mesenterium

    salah satunya adalah nyeri di perut kanan bawah, dan juga demam. Disertai

    beberapa gejala lain yang, tergantung dari penyebab lymphadenopati

    mesenterium, berupa: malaise, mual dan muntah, dan diare. Ditambah lagi pasien

    ini memiliki riwayat pengobatan Tuberkulosis. Mycobacterium diketahui

    merupakan salah satu penyebab lymphadenitis mesenterium. Selain itu pasien

    juga diketahui menderita diare.

    Untuk membedakan antara gejala-gejala appendicitis akut dan

    lymphadenopati mesenterium, anamnesis mengenai perjalanan penyakitnya harus

    diperjelas. Pada appendicitis, seperti yang sudah dijelaskan di atas, urutan gejala

    yang timbul adalah nyeri yang kemudian diikuti oleh mual dan muntah (terjadi

    pada lebih dari 90% kasus appendix), sementara pada lymphadenopati

    mesenterium, gejala mual dan muntah mendahului adanya nyeri. Kemudian dapat

    pula ditanyakan mengenai adakah gejala infeksi saluran pernafasan atas karena

    terdapat teori yang mengatakan bahwa tertelannya sputum yang mengandung

    mikroorganisme (pathogen laden sputum) dapat menyebabkan keadaan tersebut.Lymphadenopathy perifer pada tmpat lain, terutama pada leher mungkin juga

    dapat ditemukan pada pasien dengan lymphadenitis mesenterium.

    Literatur mengatakan bahwa CT scan abdomen dapat membantu

    menegakkan diagnosis. Pada lymphadenopati mesenterium, terdapat KGB yang

    lebih besar, lebih banyak, dan lebih terdistribusi luas daripada pada appendicitis.

    Selain itu, CT scan akan menunjukkan hasil appendix yang normal apabila tidak

    terdapat appendicitis.

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    7/24

    Karena pada pasien ini temuan operasi menunjukkan appendix yang

    gangrenous, maka gejala yang dirasakan oleh pasien ini lebih mungkin

    disebabkan oleh appendicitis dibandingkan oleh limphadenitis mesenterium.

    Limphadenitis pada pasien ini mungkin disebabkan oleh TBC, diperkuat dengan

    kenyataan bahwa pasien ini mempunyai riwayat pengobatan TBC dan hasil foto

    roentgen thorax yang menunjukkan bahwa terdapat bekas TB pada pasien ini..

    Apabila hasil PA dari jaringan kelenjar limfa sudah keluar, dan ternyata terdapat

    kuman TBC pada jaringan limfe pada anak ini, maka pengobatan TBC harus

    dilanjutkan. Apabila hasilnya bukan TB, melainkan bakteri lain, seperti yersinia

    pestis ataupun mikroorganisme penyebab lain, mungkin saja terdapat dua proses

    penyakit pada pasien ini: appendicitis akut dan lymphadenitis mesenterium yang

    disebabkan oleh bakteri.

    Diverticulum Meckel, meskipun dapat pula menimbulkan gejala yang

    mirip appendicitis pada anak-anak sepertinya bukan merupakan penyebab gejala

    yang dialami oleh pasien ini, karena saat operasi dilakukan, Diverticulum meckel

    tidak dalam keadaan radang. Selain itu, divertikulum meckel sering tidak

    menimbulkan gejala apabila tidak mengalami gangguan, karena pada dasarnya

    diverticulum ini hanya merupakan suatu kelainan anatomis saja.

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    8/24

    TINJAUAN PUSTAKA

    APPENDICITIS ACUTA

    Anatomi

    Appendix merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10cm

    (kisaran 3-15cm), dan berpangkal di caecum. Lumennya sempit di bagian

    proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks

    berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya.

    Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden appendicitis pada usia itu.

    Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan

    apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks

    penggantungnya5.

    Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang

    caecum, di belakang colon ascendens, atau di tepi lateral colon ascendens. Gejala

    klinis appendicitis ditentukan oleh letak apendiks5.

    Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti

    a.mesenterica superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal

    dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral pada appendicitis bermula di

    sekitar umbilicus5.

    Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri

    tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi

    apendiks akan mengalami gangren5.

    Gambar 1. Variasi lokasi Appendix

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    9/24

    Insidensi

    Rata-rata appendectomy adalah 12 persen untuk laki-laki dan 25 persen

    untuk wanita, dengan kira-kira 7 persen dari seluruh orang yang menjalani

    appendectomy untuk appendicitis acuta. Bagaimanapun, rata-rata appendectomy

    untuk appendicitis tetap konstan pada 10 per 10.000 pasien per tahun.

    Appendicitis kebanyakan ditemukan pada dekade empat puluhan dari hidupnya,

    dengan umur rata-rata 31,3 tahun dan umur median 22 tahun. Perbandingan antara

    pria dan wanita 1.2-1.3:1. Meskipun bertambahnya penggunaan ultrasonography,

    CT scan, dan laparoscopy antara 1987 dan 1997, rata-rata dari misdiagnosis

    appendicitis tetap konstan (15,3 persen) sebagai rata-rata ruptur appendicitis.

    Persentasi misdiagnosis dari appendicitis lebih tinggi wanita daripada pria (22,2 :

    9,3 persen).

    Insidensi appendicitis acuta di negara maju lebih tinggi daripada di negara

    berkembang, tetapi beberapa tahun terakhir angka kejadiannya menurun secara

    bermakna. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat

    dalam menu sehari-hari. Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya

    pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada

    kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidensi pada laki-laki dan

    perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi lelaki

    lebih tinggi6

    Gambar 2. Insidensi Risiko Terjadinya Appendicitis Berdasarkan Usia

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    10/24

    Etiologi

    Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix

    sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.

    Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang

    paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan

    appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendix meliputi:

    1. Hiperplasia folikel lymphoid

    2. Carcinoid atau tumor lainnya

    3. Benda asing (pin, biji-bijian)

    4. Kadang parasit 1

    Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi

    mukosa appendix oleh parasit E. histolytica.Berbagai spesies bakteri yang dapat

    diisolasi pada pasien appendicitis yaitu7:

    Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob Escherichia coli

    Viridans streptococci

    Pseudomonas aeruginosa

    Enterococcus

    Bacteroides fragilis

    Peptostreptococcus micros

    Bilophila species

    Lactobacillus species

    Patogenesis

    Ada serangkaian peristiwa yang menyebabkan ruptur appendix. Obstruksi

    bagian proximal dari lumen appendix, dan berlanjutnya sekresi mukosa appendix

    menyebabkan distensi. Distensi dari appendix menstimulasi serabut saraf afferenvisceral untuk melonggarkan serabut, dull, nyeri difus pada abdomen tengah atau

    epigastrium bawah. Peristaltik juga distimulasi oleh distensi mendadak, oleh

    karena itu kram dapat menutupi nyeri visceral pada awal appendicitis. Distensi

    berlanjut dari sekresi mukosa dan dari multiplikasi bakteri pada appendix.

    Distensi menyebabkan reflek nausea dan vomit, dan nyeri visceral difus menjadi

    lebih berat. Peningkatan tekanan organ, menyebabkan meningkatnya tekanan

    vena. Kapilare dan venula teroklusi, tetapi aliran arteriolar berlanjut,

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    11/24

    menghasilkan kongesti vascular. Proses peradangan melibatkan serosa dari

    appendix dan giliran peritoneum parietal, menyebabkan karakteristik perpindahan

    nyeri ke kuadran kanan bawah.

    Mukosa dari appendix rentan pada perusakan suplai darah, oleh karena itu

    integritas terjadi pada awal proses, membiarkan invasi bakteri. Distensi progresif

    mengganggu pertama pada aliran vena balik dan sesudah itu aliran arteri, wilayah

    dengan suplai darah termiskin kebanyakan menderita. Distensi, invasi bakteri,

    aliran darah yang terhambat, dan perkembangan infark, timbul perforasi, biasanya

    melewati salah satu area infark.

    Gejala klinik

    Nyeri abdominal adalah gejala utama dari appendicitis acuta. Secara

    klasik, nyeri dimulai secara difus di tengah epigastrium atau area umbilical, agak

    berat, dan terus menerus. Kadang-kadang dengan kram intermiten. Setelah variasi

    periode 1-2 jam, nyeri terlokasi pada kuadran kanan bawah. Rangkaian nyeri

    klasik ini, walaupun biasa, bervariasi. Pada beberapa pasien nyeri appendicitis

    dimulai dari kuadran kanan bawah dan tetap di sana. Anorexia hampir selalu

    menyertai appendicitis. Hal ini sangat konstan sehingga diagnosis akan

    dipertanyakan bila pasien tidak anoreksia. Walaupun vomit muncul pada 75

    persen pasien, tidak mencolok dan tidak lama.

    Kebanyakan pasien memiliki riwayat obstipasi dimulai mengawali nyeri

    abdominal dan merasa defekasi akan mengurangi nyeri abdominal.

    Bagaimanapun, diare terjadi pada beberapa pasien, terutama anak-anak, sehingga

    pola fungsi usus sedikit memberi nilai dalam diferensial diagnosis.Rangkaian gejala yang tampak mempunyai diferensial diagnosis yang

    signifikan. Lebih dari 95 persen pasien dengan appendicitis acuta, anoreksia

    adalah gejala pertamanya, diikuti nyeri abdominal, yang diikuti, bergantian

    dengan vomit. Jika vomit mendahului nyeri, diagnosis appendicitis harus

    dipertanyakan.

    Temuan fisik ditentukan secara prinsip oleh posisi anatomi dari appendix

    yang meradang, dan apakah organ sudah rupture ketika pertama kali diperiksa.

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    12/24

    Tanda-tanda vital mengalami perubahan minimal pada appendicitis yang

    tidak berkomplikasi. Kenaikan temperatur jarang lebih dari 1 C (33,8 F) dan nadi

    normal atau sedikit meningkat. Perubahan besar biasanya mengindikasikan bahwa

    komplikasi sudah terjadi atau diagnosis lain harus dipertimbangkan.

    Pasien dengan appendicitis biasanya memilih untuk berbaring terlentang,

    dengan kedua paha ditekuk, karena pergerakan yang sedikit saja menambah nyeri.

    Tanda klasik pada kuadran kanan bawah tampak ketika appendix yang meradang

    terletak di posisi anterior. Nyeri tekan sering maksimal pada atau dekat titik

    McBurney. Nyeri lepas langsung biasanya ada. Sebagai tambahan, referred atau

    nyeri lepas tidak langsung ada. Nyeri referred ini dirasakan maksimal pada

    kuadran kanan bawah, mengindikasikan iritasi peritoneal lokal. Rovsing sign,

    nyeri pada kuadran kanan bawah ketika tekanan palpasi mendesak pada kuadran

    kiri bawah, juga mengindikasikan iritasi peritoneal. Hiperestesia kutaneus pada

    area yang disuplai persarafan spinal T10, T11, dan T12 menyertai appendicitis

    acuta. Defence muscular pada palpasi dinding abdomen berhubungan dengan

    beratnya proses peradangan.

    Variasi anatomi dalam posisi appendix yang meradang menyebabkan

    penyimpangan pada pemeriksaan fisik biasa. Psoas sign mengindikasikan iritasi

    terfokus di dekat otot. Tes ini dilakukan dengan membaringkan pasien miring ke

    sisi kiri, kemudian pemeriksa secara perlahan-lahan meluruskan paha kanan, lalu

    meregangkan otot iliopsoas. Tes ini positif bila ekstensi menimbulkan nyeri.

    Dengan cara yang sama, tanda positif obturator sign dari nyeri hipogastrik pada

    peregangan obturator internus mengindikasikan iritasi pada pelvis. Tes ini

    dilakukan dengan rotasi pasif internal dari paha kanan yang diflexikan dengankeadaan pasien berbaring terlentang.

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    13/24

    Tabel 1. Gejala Appendicitis Akut8

    Gejala Appendicitis AkutFrekuensi

    (%)

    Nyeri perut 100Anorexia 100Mual 90Muntah 75

    Nyeri berpindah 50Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian

    anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudian

    demam yang tidak terlalu tinggi)

    50

    *-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam

    Pada Apendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling,

    sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut9.

    Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik5:

    Rovsings sign: dikatakan posiif jika tekanan yang diberikan pada LLQabdomen menghasilkan sakit di sebelah kanan (RLQ), menggambarkan iritasi

    peritoneum. Sering positif tapi tidak spesifik5.

    Psoas sign: dilakukan dengan posisi pasien berbaring pada sisi sebelah kiri

    sendi pangkal kanan diekstensikan. Nyeri pada cara ini menggambarkan iritasi

    pada otot psoas kanan dan indikasi iritasi retrocaecal dan retroperitoneal dari

    phlegmon atau abscess5.

    Gambar 3 . Cara melakukan Psoas sign

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    14/24

    Dasar anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang terinflamasi yang

    terletak retroperitoneal akan kontak dengan otot psoas pada saat dilakukan

    manuver ini8.

    Gambar 4. Dasar anatomis terjadinya Psoas sign

    Obturator sign: dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kemudian

    gerakan endorotasi tungkai kanan dari lateral ke medial. Nyeri pada cara ini

    menunjukkan peradangan pada M. obturatorius di rongga pelvis. Perlu diketahui

    bahwa masing-masing tanda ini untuk menegakkan lokasi Appendix yang telah

    mengalami radang atau perforasi5.

    Gambar 5. Cara melakukan Obturator sign

    Dasar anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang terinflamasi yang

    terletak retroperitoneal akan kontak dengan otot obturator internus pada saat

    dilakukan manuver ini8

    .

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    15/24

    Gambar 6. Dasar anatomis terjadinya Obturator sign

    Blumbergs sign: nyeri lepas kontralateral (tekan di LLQ kemudian lepas

    dan nyeri di RLQ)

    Wahls sign: nyeri perkusi di RLQ di segitiga Scherren menurun.

    Baldwin test: nyeri di flank bila tungkai kanan ditekuk.

    Defence musculare: bersifat lokal, lokasi bervariasi sesuai letak Appendix.

    Nyeri pada daerah cavum Douglas bila ada abscess di rongga abdomen

    atau Appendix letak pelvis.

    Nyeri pada pemeriksaan rectal tooucher.

    Dunphy sign: nyeri ketika batuk10.

    Skor Alvarado

    Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan

    diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor 6. Selanjutnya

    dilakukan Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap

    jaringan Appendix dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu:

    radang akut dan bukan radang akut11.

    Tabel Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis

    Manifestasi Skor Gejala Adanya migrasi nyeri 1

    Anoreksia 1Mual/muntah 1

    Tanda Nyeri RLQ 2

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    16/24

    Nyeri lepas 1Febris 1

    Laboratorium Leukositosis 2Shift to the left 1

    Total poin 10Keterangan:

    0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil

    5-6 : bukan diagnosis Appendicitis

    7-8 : kemungkinan besar Appendicitis

    9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis

    Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 makatindakan bedah sebaiknya dilakukan11.

    Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    Leukositosis sedang, antara 10.000 18.000 / mm3, biasanya terjadi pada

    pasien yang akut, appendicitis yang tidak berkomplikasi dan sering disertai

    dengan peningkatan sedang polymorphonuclear. Bagaimanapun, jumlah sel darahputih bervariasi. Tidak biasa pada peningkatan sel darah putih lebih dari 18.000 /

    mm3 pada appendicitis yang tidak berkomplikasi. Sel darah putih yang melebihi

    level ini mungkin adanya perforasi appendix. Urinalysis sangat berguna untuk

    memeriksa saluran kemih sebagai sumber infeksi. Walaupun beberapa sel darah

    putih atau merah dapat muncul dari ureteral atau iritasi kandung kemih sebagai

    hasil dari appendix yang meradang, bakteriuria pada spesimen urin yang

    dikateterisasi tidak terlihat appendicitis acuta.

    Pemeriksaan Imaging

    Ultrasonografi

    Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk

    menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan

    spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    17/24

    appendicitis acuta adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau

    lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix1.

    False positif dapat muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai

    hasil dari salphingitis atau inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat

    muncul karena letak appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang terisi

    banyak udara yang menghalangi appendix1.

    CT-Scan

    CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis

    appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya kira-

    kira 95-98%. Pasien-pasien yang obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan curiga

    adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik1.

    Diagnosis appendicitis dengan CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih

    dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi akan

    mengecil sehingga memberi gambaran halo 10.

    KOMPLIKASI

    1. Appendicular infiltrat:

    Infiltrat / massa yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari

    Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus

    halus atau usus besar.

    2. Appendicular abscess:

    Abses yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari Appendix

    yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus, atau

    usus besar.

    3. Perforasi

    4. Peritonitis

    5. Syok septik

    6. Mesenterial pyemia dengan Abscess Hepar

    7. Gangguan peristaltik

    8. Ileus 5,12

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    18/24

    Teknik operasi Appendectomy 2,,2

    A. Open Appendectomy

    1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.

    2. Dibuat sayatan kulit:

    Horizontal Oblique

    3. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:

    a. Pararectal/ Paramedian

    Sayatan pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan

    ke medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus

    abdominis karena fascia ada 2 supaya jangan tertinggal pada waktu

    penjahitan karena bila terjahit hanya satu lapis bisa terjadi hernia

    cicatricalis.

    b. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting

    Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.

    M.rectus abd.ditarik kemedialM.rectus abd.

    sayatan

    2 lapis

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    19/24

    Gambar 7. Lokasi insisi yang sering digunakan pada Appendectomy

    B.Laparoscopic Appendectomy

    Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai

    sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan

    suspekAppendicitis acuta. Laparoscopic kemungkinan sangat berguna untuk

    pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah. Membedakan

    penyakit akut ginekologi dari Appendicitis acuta sangat mudah denganmenggunakan laparoskop2,,2

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    20/24

    Diverticulum Meckel

    Diverticulum Meckel merupakan kelainan congenital yang paling sering

    terjadi pada usus halus. Hal ini disebabkan obliterasi tidak sempurna dari ductus

    vitelinus (ductus omphalomesentericus).

    Patofisiologi

    Pada masa awal kehidupan embrio, midgut janin menerima nutrisi dari

    yolk sac melalui ductus vitelinus. Ductus tersebut kemudian mengalami

    penyempitan progresif dan biasanya menghilang pada minggu ke tujuh kehamilan.

    Saat ductus tersebut gagal mengalami obliterasi sempurna, berbagai jenis anomali

    ductus vitelin dapat terjadi. Termasuk: 1. Ductus vitelin persisten (muncul sebagai

    fistula yang mengeluarkan cairan pada umbilikus). 2. Pita jaringan ikat yang

    menghubungkan ileum pada bagian dalam umbilicus. 3. Sinus vitelin paten di

    bawah umbilicus. 4. Sebagian usus yang mengalami obliterasi. 5. Kista ductus

    vitelinus, dan yang paling sering (97%) diverticulum Meckel, yang merupakan

    divertikulum yang mengandung semua lapisan normal yang ditemukan pada

    ileum. Ujung divertikulum bebas pada 75 % kasus dan melekat pada dinding

    anterior abdominal atau struktur lain pada sebagian sisanya.

    Gejala klinik

    Kebanyakan pasien asimptomatis. Diverticulum Meckel kebanyakan

    didiagnosis dari penemuan tidak sengaja ketika pemeriksaan barium atau

    laparotomy dilakukan.

    Divertikulum Meckel yang bergejala ditemukan bila sudah berkomplikasi.Diperkirakan terjadi pada 4-16% pasien. Komplikasinya di antaranya adalah

    obstruksi, jaringan ektopik, atau peradangan. Pada penelitian dari 830 pasien dari

    seluruh umur, komplikasinya termasuk obstruksi usus (35%), hemorrhage (32%),

    diverticulitis (22%), fistula umbilical (10%), dan lesi umbilical lain (1%).

    Pada anak-anak, hematochezia merupakan tanda utama yang muncul.

    Perdarahan pada orang dewasa umumnya jarang.

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    21/24

    Walaupun kebanyakan pasien asimptomatis, dapat tampak variasi gejala

    klinik, termasuk peritonitis atau syok hipovolemik. 3 gejala utama adalah

    perdarahan gastrointestinal, obstruksi intestinal, dan inflamasi akut divertikulum.

    Kebanyakan, perdarahan rectal yang tidak nyeri (hematochezia) terjadi

    tiba-tiba dan cenderung menjadi masif pada pasien muda. Perdarahan terjadi tanpa

    ada peringatan dan biasanya secara spontan. Ketika perdarahan banyak terjadi,

    dapat terjadi hemorrhagic shock. Tachycardia merupakan tanda awal dari syok

    hemorrhagic, tetapi hipotensi orthostatic mungkin mendahuluinya.

    Kebanyakan pasien dengan obstruksi usus akan timbul nyeri abdominal,

    bilious vomiting, nyeri tekan abdomen, distensi, hiperaktif bising usus selama

    pemeriksaan. Dapat teraba massa abdominal. Adakalanya, ketika pasien salah

    didiagnosis, obstruksi dapat berkembang menjadi iskemia intestinal atau infark.

    Manifestasi lebih lanjut adalah tanda peritoneal akut dan perdarahan

    gastrointestinal bawah.

    Pemeriksaan Penunjang

    Foto polos abdomen, barium, angiography, CT scan, ultrasonography, dan

    scintigraphy. Kebanyakan divertikulum Meckel didiagnosis selama operasi atau

    otopsi. Teknik yang paling sensitif adalah scintigraphy, dengan berbagai

    modifikasi untuk meningkatkan sensitifitas. Ultrasonography dan CT scan

    meningkatkan dan membantu dalam membuat diagnosis anatomis.

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    22/24

    Mesenteric lymphadenopathy

  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    23/24

    DAFTAR PUSTAKA

    1 Brunicardi, F. Charles. 2006. Schwartz Principles of Surgeries, 8th ed.

    McGRAW-HILL. P784-796

    2 Dunn J.C.Y. 2006.Appendicitis. In: Pediatrics Surgery. 6th Ed.Philadelphia:

    Elsevier. p1501-93 http://emedicine.medscape.com/article/410644-overview4 http://www.mayoclinic.com/health/mesenteric-lymphadenitis/DS008815 Kevin P. Lally. et al.2004. Appendix. in: Sabiston Textbook of Surgery17th

    edition. Philadephia: Alseviere Saunders. p1391-13916 Sjamsuhidjat dan Wim de Jong. 2000. Apendiks, dalam: Buku Ajar Ilmu

    Bedah. EGC.. Jakarta. h.640-646.7 Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., Bedah

    Digestif, dalamKapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan

    Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.

    8 Sadovsky, Richard. 2001. Diagnosis of Acute Appendicitis in

    Children.American Family Physician.http://www.aafp.org/afp/AFP

    printer/20010115/tips/8. html?print=yes9 Zeller, J.L., Burke, A.E., Glass, R.M., Acute Appendicitis in Children,

    JAMA, http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482, 15 Juli 2007,

    298(4): 482.10 Simpson, J., Humes, D. J., Acute Appendicitis, BMJ,

    http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530, 9 September 2006,333: 530-536.

    11 Owen TD, Williams H, Stiff G, Jenkinson LR, Rees BI. Evaluation of the

    Alvarado score in acute Appendicitis. Retrieved at June 25th 2007.

    From:http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?

    artid=129488&blobtype=pdf

    http://emedicine.medscape.com/article/410644-overviewhttp://www.mayoclinic.com/health/mesenteric-lymphadenitis/DS00881http://www.aafp.org/afp/AFP%20printer/20010115/tips/8.%20html?print=yeshttp://www.aafp.org/afp/AFP%20printer/20010115/tips/8.%20html?print=yeshttp://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=129488&blobtype=pdfhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=129488&blobtype=pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/410644-overviewhttp://www.mayoclinic.com/health/mesenteric-lymphadenitis/DS00881http://www.aafp.org/afp/AFP%20printer/20010115/tips/8.%20html?print=yeshttp://www.aafp.org/afp/AFP%20printer/20010115/tips/8.%20html?print=yeshttp://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=129488&blobtype=pdfhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=129488&blobtype=pdf
  • 7/30/2019 Case Appendicitis Perforata

    24/24