Upload
rita-tha-aja
View
11
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan pendahuluan
Citation preview
KARSINOMA VESIKA URINARI
1. PENGERTIAN
Kanker istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam
setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembangden
gan mengorbankan organ tubuh yang menjadi hospesnya. Karsinoma buli atau karsinoma
vesika urinary atau tumor kandung kemih adalah tumor superfisial yang dapat
mengadakan infiltrasi ke dalam lamina phropia, otot, dan lemak perivesika yang
kemudian menyabar ke jaringan sekitar.
Dinding vesika urinaria dilapisi oleh sel transisional dan sel skuamosa. Lebih dari
90% kanker vesika urinaria berasal dari sel transisional dan disebut karsinoma
sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel skuamosa (Sudoyo, dkk, 2009; Purnomo,
B.B, 2003).
2. EPIDEMIOLOGI
Karsinoma buli merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan merupakan keganasan
kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali
lebih sering menyerang pria daripada wanita. Di daerah industri kejadian tumor ini
meningkat tajam. Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial.
Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak
perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Di samping itu
tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju
kelenjar limfe, perivesika, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis. Penyebaran
hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.
3. ETIOLOGI
Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa
substansi-substansi dalam industri kimia diyakini bersifat karsinogenik. Salah satunya
adalah sifat karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang telah ditemukan. Substansi ini
diyakini terbawa dalam urine dan menyebabkan asal tumor dalam kaitannya dengan
kontak dengan permukaan mukosa vesika dalam waktu lama.
Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah benzidine.
Keganasan buli-buli terjadi karena induksi bahan karsinogenik yang banyak terdapat
disekitar kita. Beberapa faktor risiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma
buli-buli adalah:
Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek
api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering terpapar oleh
bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan 4-
aminobifamil)
Perokok
Risiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih besar
dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen amin
aromatik dan nitrosamine.
Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman E.Coli dan Proteus spp menghasilkan nitrosamine yang
merupakan zat karsinogen.
Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika,
fenasetin, opium dan obat antituberkulosa dalam jangka wktu lama dapat
meningkatkan karsinoma buli-buli.
4. KLASIFIKASI
BENTUK TUMOR
Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler (infiltratif)
atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
JENIS HISTOPATOLOGI
Sebagian besar (± 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya
adalah karsinoma sel squamosa (± 10%) dan adenokarsinoma (± 2%).
Karsinoma sel transisional
Sebagian besar dari seluruh tumor buli adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini basanya berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau ulcerasi. Carsinoma in
situ berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel membesar dan nukleus tampak
jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi oksofitik, dapat juga fokal atau difuse.
Karsinoma datar adalah tumor yang sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari
tumor papilari
Karsinoma non sel transisional
Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah:
a. Primer terdapat di buli-buli, biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli.
b. Urakhus persisten adala sisa duktus urakhus yang mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma.
c. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain,diantaranya
adalah prostat, rektum, ovarium, lambung, mamma,dan endometrium.
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi akrena rangsangan kronis pada buli-buli sehingga sel
epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas. Rangsangan kronis itu
terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang
dipasang dalam jangka waktu lama, infeksi cacing schistosomiasis pada buli-buli dan
pemakaian obat siklofosfamid secara intravesika.
Karsinoma yang tidak berdiferensiasi
Merupakan tipe tumor yang jarang (kurang dari 2% dari seluruh tipe
tumor buli). Tumor ini tidak memiliki karakteristik tertentu yangmembedakannya dari
tumor lain, dan kata undifferentiated merujuk kepada sifat alamiah sel-sel tersebut
yang bersifat anaplastik. Dalam karsinoma yang tidak terdiferensiasi, sel-
selnya belum matang sehingga diferensiasi kearah pola yang jelas seperti papilari,
epidermoid atau adenokarsinoma tidak terjadi.
Karsinoma campuran
Terdapat 4-6% dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi antara
bentuk transisional, glandular, skuamosa, dan tidak berdiferensiasi. Yang tersering
adalah campuran bentuk transisional dan skuamosa.
Karsinoma epitelian dan non epithelial
Karsinoma epiteliai di buli ditemukan dengan adenoma villi, tumor karsinoid, karsino
sarkoma, dan melanoma. Karsinoma nonepitelial ditemukan bersama dengan feokrom
ositoma, limfoma, koriokarsinoma, dan tumor mesenkim.
5. TANDA DAN GEJALA KLINIS
Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit-penyakit lain,
yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,menunjukkan
gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum adalah adanya darah dalam urin
(hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan mata telanjang, ataupun berada dalam
level mikroskopik. Gejala seperti adanya iritasi pada urinasi juga dapat dihubungkan
dengan kanker kantung kemih, seperti rasa sakit dan terbakar ketika urinasi, rasa tidak
tuntas ketika selesai urinasi, sering urinasi dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas
vesikal dengan atau tanpa sakit biasanya menandakan infiltrasi, walaupun tidak semua
kasus. Waspadai bila pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat tanpa
disertai rasa nyeri (painless), kambuhan (intermitten), terjadi pada seluruh proses miksi
(hematuria total).
Seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma
in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan
gejala iritasi bulu-buli. Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga
pasien datang meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit
yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai.
Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan limfe oleh massa tumor atau
oleh kelenjar limfe yang membesar pada daerah pelvis, terdapat nyeri pinggang jika
tumor menyumbat saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis (Lusaya, et al., 2014).
6. STADIUM ATAU DERAJAT INVASI TUMOR
Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium menurut Marshall.
Pembagian grade berdasarkan derajat diferensiasi sel tumor :
Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif kecil dengan
dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan di bawah lamina propria, tidak
ke dalam dinding otot kandung kemih atau lebih.Tidak ada kelenjar limfe yang
terlibat. Dapat diatasi dengan transurethral, namun sudah radioresistant.
Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yangkurang baik cenderung menginvasi
lamina propia atau otot detrusor. Ukuran tumor lebih besar dari grade 1, dan
berhubungan lebih luas dengan dinding vesika. Sering dapat diatasi dengan
transurethral. Kurang berespon dengan radio terapi.
Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai kedalam
muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak dsekitar kadung kemih,
prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada organ limfe yang terpengaruh hingga
tahap ini. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih
sensitive terhadap radioterapi.
Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah menyerang hingga
jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih
sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian stage berdasarkan derajat invasi tumor
Stage 0 : menunjukkan tumor papilar, namun belum menginvasilamina propria
Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun belum menembus otot
dinding vesika.
Stage B1 : neoplasma sudah menyebar superficial sampai setengah dari otot detrusor.
Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.
Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal atau ke peritoneum.
Stage D : tumor sudah bermetastasis
(Sudoyo, 2009).
Gambar1. Staging tumor vesika urinari
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah danurin.
Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor yang sudah
lanjut. Dapat juga ditemukan gejala ganggunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar
ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor menyumbat muara ureter. Selain
pemeriksaan laboratorium rutin, perlu diperiksa pula:
Sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine
Antigen permukaan sel dan flowcymetri yaitu mendeteksi kelainan kromosom sel
urotelium.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto polos abdomen dan pielografi intra vena (PIV) digunakan sebagai
pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki keganasan saluran kemih
termasuk keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek
pada buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau
pielum dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih
yang disebabkan oleh tumor buli-buli. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis
merupakan salah satu tanda adanya infiltrasitumor ke ureter atau muara ureter. Jika
penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat
dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga perlu dilakukanuntuk melihat bila ada
metastasis ke paru-paru.
Sistoskopi dan Biopsy
sistoskopi dilakukan oleh urologis mengevaluasi kandung kemih
dengan pemeriksaan visual langsung dengan menggunakan sebuah alat khusus yaitu
cytoscope. Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan dengan sistoskopi. Banyak
tumor yang muncul dari bagian yang lebih tergantung darikantung kemih, seperti basal,
trigonum, dan daerah di sekitar orifisium vesika. Namun mereka juga dapat
muncul dimana saja. Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak
dilakukan pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita
berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di
buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi untuk menentukan derajatinfiltrasi tumor yang
menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan).
CT scan atau MRI
Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. CT scanning merupakan
x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan persimpangan-persimpangan dari organ-organ
yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar x-ray konvensional.
MRI lebih sensitif dari CTScan, yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar
limfe yang membesar didekat tumor yang menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke
kelenjar limfe.
(FKUI, 2000)
8. KOMPLIKASI
Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat ulserasi
tumor. Pada obstruksi ureter jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor menginvasi leher
buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana sering kali berada dalam tingkat
yang harus diwaspadai merupakan hasil dari nekrosis dan ulserasi dari permukaan tumor.
Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam kasus tumor-tumor yang tidak menembus, dari
beberapa gangguan dengan aliran darah tetapi muncul dalam 30 persen kasus dimana
tumor menembus kandung kemih yang terkontraksi dengan kapasitas yang sangat kecil
dapat mengikuti ulserasi dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam dinding kantung
kemih. Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari
komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama, kemungkinan hal
tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional dan kurang layak pada
tumor asalnya.
Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul karena
disebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan tersebut. Hidronefrosis dan
urosepsis, dengan gagal renal, toxemia, cachexia, dan kelelahan fisik dari iritabilitas
vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran yang harus diperhatikan. Hidronefrosis dapat
disebabkan oleh oklusi ureter. Bila terjadi bilateral, terjadilah uremia (Lusaya, et al.,
2014)
9. PENGOBATAN
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah
reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat ditentukan luas
infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain
Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau
wait and see.
Instilasi intravesika dengan obat-obat mitosimin C, BCG, 5-Flourouracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon dilakukan dengan cara
memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli melalui kateter.
Cara ini mengurangi morbiditas pada pemberian secara sistemik.Terapi ini dapat
sebagai profilaksis dan terpi, mengurangi terjadinya rekurensi pada pasien yang sudah
dilakukan reseksi total dan terap pada pasien dengan tumor buli superfisial yang mana
transuretral reseksi tidak dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan maintenan terapi
sebulan atau dua bulan sekali.
Walaupun toksisitas lokal sering terjadi, toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada
pembatasan absorbsi di lumen buli. Pada pasien dengan gross hematuria sebaiknya
menghindari cara ini karena dapat menyebabkan komplikasi sistemik berat. Efisiensi
obat dapat dicapai dengan membatasi intake cairan sebelum terapi, pasien
dianjurkan berbaring dengan sisi berbeda, tidak berkemih 1-2 jam setelah terapi.
Sistektomi parsial, radikal atau total
Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang berlokasi di sepanjang
dinding posterolateral atau puncak buli. Pada sistektomi radikal dilakukan pengangkatan
seluruh buli dan jaringan atau organ disekitarnya. Pada pria dilakukan pengangkatan buli,
jaringan sekitarnya, prostat dan vesika seminalis.
Pada wanita dilakukan pengangkatan buli, ceviks, uterus, vagina anterior atas ovarium.
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan sekitarnya (pada pria
berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urin dari kateter dialirkan melalui
beberapa cara diversi urine.
Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif selain sistektomi
radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensilokal sering terjadi
Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen sisplatinum-
Siklofosfamid
Pada pasien tumor buli kadang ditemukan metastase regional atau metastase jauh. Dan
sekitar 30-40% pasien denagn tumor invasif akan bermetastase jauh meskipun sudah
dilakukan sistektomi radikal dan radioterapi. Pemberian single kemoterapi agen
atau kombinasi menunjukkan respon yang baik pada pasien tumor buli metastase.
Respon meningkat pada pemberian kombinasi: methotrexate, vinblastin, cisplastin,
doxorubicin, siklofosfamid.
(Sjamsuhidajat, R. dan W.D. Jong, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, B.B. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto.
Lusaya, et al. 2014. Hydronephrosis and Hydroureter. Available at
http://www.emedicine.com/med/topic1055.htm, access on February 15th 2014.
Saunders, W.B. 2005. Campbell’s Urology sixth edition. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Sjamsuhidajat, R. dan W.D. Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
FKUI. 2000. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Data Subjektif dan Objektif)
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan pasien.
a. Keadaan Umum
Kaji adanya gejala meliputi kondisi seperti demam, anoreksia, mual, penurunan berat
badan, keletihan, pola miksi yang berubah, hematuri, respon verbal pasien
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan tekanan darah (sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda,
kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis), pulse rate, respiratory rate, dan suhu.
c. Riwayat keperawatan : riwayat pengobatan kanker terdahulu
Pola Pengkajian Gordon
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian meliputi kebiasaan klien terhadap pemeliharaan kesehatan baik sebelum atau
sesudah sakit, gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang
dilakukan, kepatuhan terhadap pengobatan. .
2. Nutrisi / Metabolik
Kaji mengenai kesulitan menelan, mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia dan
ketidakmampuan untuk makan karena penurunan nafsu makan. penurunan berat badan,
pantangan terhadap makanan, alergi terhadap makanan. Tanda : turgor kulit buruk, kering
/ bersisik, massa otot berkurang / lemak subkutan berkurang, IMT = (kekurangan BB
tingkat berat), klien tampak kurus. Pada lansia kaji lingkat lengan sebagai penanda status
gizi.
3. Eliminasi
Kaji mengenai frekuensi miksi dalam sehari, karakteristik urin, adakah masalah dalam
proses miksi seperti kesulitan mengeluarkan atau nyeri, penggunaan alat bantu untuk
miksi, gambaran pola BAB, karakteritik, penggunaan alat bantu, hematuria atau darah
pada urine.
4. Aktivitas dan Latihan
Kaji kemungkinan ditemukan gangguan aktivitas dan latihan karena klien mengalami
keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
ketidakmampuan untuk tidur.
5. Persepsi, Sensori, Kognitif
Kaji gangguan berupa rasa nyeri. Kaji adanya faktor stres dalam waktu yang lama,
adanya perasaan berduka. Tanda: ansietas, takut, perasaan bersalah (menyalahkan diri
sendiri), keputusasaan, kesedihan, ekpresi kurang dalam penerimaan terhadap penyakit,
ekspresi kurang kedamaian, rasa bersalah
6. Tidur dan Istirahat
Kaji adanya perubahan pada pola tidur baik akibat nyeri atau stress.
7. Konsep Diri
Kaji adanya perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran, tidak berpartisipasi
dalam kegiatan agama, perubahan pola ibadah, merasa diabaikan dan diasingkan,
menolak interaksi dengan orang lain, merasa dipisahkan dari lingkungan sosial.
Perubahan interaksi dalam keluarga, seperti: perubahan tugas dalam keluarga, perubahan
dukungan emosional, perubahan pola komunikasi dalam keluarga, perubahan keakraban,
perubahan partisipasi dalam menyelesaikan masalah.
8. Peran dan Hubungan
Klien mengalami gangguan pada peran dan hubungan, hubungan yang ketergantungan
dengan keluarga, kurang sistem pendukung, penyakit lama atau ketidakmampuan
membaik.
9. Seksual dan Reproduksi
Kaji adanya kemungkinan penurunan libido, hubungan yang kurang harmonis dalam
rumah tangga, kaji riwayat keturunan, kaji jumlah anak dan kondisinya.
10. Koping Stres dan Adaptasi
Klien kemungkinan mengalami gangguan pada pola koping stress dan adaptasi, ansietas,
ketakutan, peka rangsang.
11. Nilai dan Kepercayaan
Kaji mengenai keyakinan terhadap pengobatan dan kesehaan, kaji cara klien terhadap
nilai dan kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, peningkatan laju metabolisme
ditandai dengan peningkatan suhu diatas kisaran normal, kulit teraba hangat, kulit
kemerahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan
perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi pernapasan, perilaku distraksi,
mengekspresikan perilaku (mis. Gelisah, menangis, waspada), melaporkan nyeri secara
verbal.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri ditandai dengan napas
ireguler, RR diatas normal, saturasi O2 dibawah normal
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis ditandai dengan berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan
ideal, diare, bising usus hiperaktif, penurunan berat badan dengan asupan makanan
adekuat, kurang minat ada makanan, membran mukosa pucat.
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan regulasi cairan
terhambat ditandai dengan penurunan TD, pasien mengeluh haus, mual muntah glukosa
darah turun, natrium serum turun, kalsium serum tinggi
f. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan metabolime ditandai
dengan penurunan Hb, trombositopeni
g. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
ditandai dengan pasien mengalami retensi, dysuria bahkan hingga anuria