23
Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah . Beras merupakan makanan utama penduduk di Indonesia, beras sendiri di hasilkan dari tanaman padi. Budidaya tanaman padi dapat dilakukan di darat dan di sawah. Perbedaan keduanya hanya terletak pada jenis bibitnya dan kebutuhan airnya saja. Hingga saat ini Indonesia masih belum dapat mencapai swasembada pangan karena produksi beras nasional yang terus menurun akibat berkurangnya lahan untuk sawah yang saat ini telah banyak berubah menjadi bentuk lain seperti perumahan, kantor, hotel, ruko, swalayan, industri dan lokasi wisata hal ini harus menjadi perhatian jika ingin kembali mencapai swasembada pangan. Klasifikasi Tanaman Padi adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Poales Famili: Poaceae (suku

Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah. Beras merupakan makanan utama

penduduk di Indonesia, beras sendiri di hasilkan dari tanaman padi. Budidaya

tanaman padi dapat dilakukan di darat dan di sawah. Perbedaan keduanya hanya

terletak pada jenis bibitnya dan kebutuhan airnya saja.

Hingga saat ini Indonesia masih belum dapat mencapai swasembada pangan

karena produksi beras nasional yang terus menurun akibat berkurangnya lahan

untuk sawah yang saat ini telah banyak berubah menjadi bentuk lain seperti

perumahan, kantor, hotel, ruko, swalayan, industri dan lokasi wisata hal ini harus

menjadi perhatian jika ingin kembali mencapai swasembada pangan.

Klasifikasi Tanaman Padi adalah sebagai berikut :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

                     Sub Kelas: Commelinidae

                         Ordo: Poales

                             Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)

                                 Genus: Oryza

                                     Spesies: Oryza sativa L.

Syarat Tumbuh Padi Sawah

- Curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun 

- Ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. 

- Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman padi 23°C. 

- Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. 

- Budidaya padi sawah dapat dilakukan disegala musim. 

- Air selalu tersedia pada musim kemarau

- Tanah yang baik mengandung pasir, debu dan lempung.

Page 2: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

Cara Budidaya Padi Sawah

A. Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pembersihan jerami padi atau sisa tanaman lain,

pencangkulan pada pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang

rusak, pemberian kapur pertanian disesuaikan dengan pH tanah, pemberian pupuk

kandang yang sudah difermentasi sebanyak 4 ton/ha, pembajakan dan penggaruan

tanah. Pada saat penggaruan saluran pembuangan air sebaiknya ditutup, agar

pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut.

B. Pembibitan Padi

Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan

persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini

akan menentukan pertumbuhan tanaman padi di sawah, oleh karena itu persemian

harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit

padi yang sehat dan subur dapat tercapai. Yang perlu diperhatikan adalah

penggunaan benih unggul bersertifikat, dengan kebutuhan 25-30 kg/ha. Pilih

lokasi persemaian yang tanahnya subur dan intensitas cahaya matahari sempurna.

Buat bedengan dengan ukuran lebar 1 m, panjang 4 m, dan tinggi 20-30 cm. 

Untuk lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan

tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK

15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih yang telah direndam selama 1

malam siap untuk ditebar.

C. Penanaman Padi Sawah

Page 3: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

Bibit yang telah berumur 18 hari siap untuk di tanam. Sebelum ditanam, bibit

yang telah dicabut direndam dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran

dengan konsentrasi 1 gr/ liter selama 2 jam. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak

dipotong seperti kebiasaan petani. Pada saat penanaman lahan dalam kondisi

macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman dilakukan dengan jumlah

satu tanaman per titik tanam, dengan sistem jajar legowo 2 -1 dengan jarak 15 x

25 cm  dan lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan penanaman dengan sistem

ini adalah memberikan ruang yang cukup untuk pengaturan air dan

mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama penyakit lebih mudah, dan

pemupukan lebih berdaya guna.

Pemeliharaan Padi Sawah

A. Penyulaman

Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2 minggu.

B. Pengendalian Gulma dan Pengairan

Sanitasi lahan pada budidaya padi meliputi : pengendalian gulma/rumput

(penyiangan), dan pencabutan tanaman yang terserang hama penyakit. Penyiangan

dilakukan 2 kali, sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut

gulma atau menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup

cepat, maka penyiangan bisa dilakukan 3 kali.

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan budidaya padi sawah adalah

pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari

1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.

  

C. Pemupukan Padi Sawah

Pupukakar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama pada umur 7 hari

setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha dan

urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20 HST

menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50

kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 35 HST dengan menggunakan

pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 250 kg/ha.

Page 4: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

Pupukdaun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 14 hst dengan

konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan Phospat dan  kalium

tinggi diberikan pada umur 30 hst dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium

tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter pada umur 30 hst,

dan konsentrasi 4 gr/lliter pada umur 45 hst.

Hama dan Penyakit Padi Sawah

Hama Padi Sawah

Orong-orong

Orong-orong tanaman padi sawah adalah Gryllotalpa orientalis Burmeister.

Orong-orong jarang menjadi masalah pada budidaya padi sawah, tapi sering

ditemukan di lahan pasang surut dan biasanya hanya terdapat di sawah kering

tidak digenangi. Penggenangan lahan menyebabkan orong-orong pindah ke

pematang. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan hama ini adalah fase

pembibitan sampai anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Hama ini

merusak akar muda dengan cara memotong tanaman padi pada pangkal batang

yang berada di bawah tanah. Gejala kerusakan demikian terkadang sering dikira

orang disebabkan oleh penggerek batang (sundep). Pertanaman padi muda yang

diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.

Pengendalian dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-

orong di tanah. Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisidaberbahan aktif

metomil), jika diperlukan bisa dengan aplikasi insektisidaberbahan aktif fipronil

atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Ulat Grayak

Ulat grayak tanaman padi sawah adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang

daun tanaman bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya

menyerang di malam hari dengan cara memakan daun tanaman padi. Gejala pada

daun berupa bercak-bercak putih dan berlubang, dan hanya meninggalkan tulang

daun. Larva ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase

pengisian. Serangan parah terjadi saat musim kemarau dan tanaman kekurangan

Page 5: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

air.

Pengendalian dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin,

deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo

dengan dosis/konsentrai sesuai petunjuk pada kemasan.

Penggerek Batang Tanaman Padi

Penggerek batang padi yang menyerang tanaman padi sawah di Indonesia adalah :

· Scirpophaga incertulas

· Scirpophaga innotata

· Chilo suppressalis

· Chilo polychrysus Meyrick

· Chilo auricilius Dudgeon

· Sesamia inferens

· Tryporiza innota

· Tryporiza incertulas

Serangan pada fase vegetatif tidak terlalu mempengaruhi hasil panen karena

tanaman padi masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru.

Gejala serangan berupa daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh

dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna

coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep).

Serangan pada fase generatif ditandai dengan larva penggerek batang memakan

pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna

abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut, pada pangkal batang

terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).

Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil,

monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz

dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hama Putih

Hama putih tanaman padi sawah adalah Nymphula depunctalis. Hama putih

Page 6: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

menyerang tanaman padi mulai fase vegetatif di persemaian sampai tanaman padi

berumur kurang lebih satu bulan. Hama putih akan memakan jaringan permukaan

bawah daun sehingga tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda

adanya hama ini adalah adanya larva kecil dan ngengat dengan siklus hidup 35

hari.

Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Kerusakan pada daun

ditandai daun terpotong seperti digunting. Daun yang terpotong tersebut dibuat

menyerupai tabung yang digunakan larva untuk membungkus dirinya (terbungkus

dengan benang-benang sutranya).

Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif

abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo dengan dosis/konsentrasi

sesuai petunjuk pada kemasan.

Hama Putih Palsu

Hama putih palsu tanaman padi sawah adalah Chanaphalocrosis medinalis. Hama

putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan

hijau daun dari dalam lipatan daun, permukaan bawah daun berwarna putih.

Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita hitam

sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Saat diam, ngengat

berbentuk segitiga.

Pengendalian hama ini tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida

sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman

padi sawah yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air dan pupuk

dikelola dengan baik. Atau dengan mencegah penggenangan lahan secara terus

menerus dan mengeringkan sawah selama beberapa hari untuk membunuh

larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst dan serangan tidak

terkendali, bisa dengan aplikasi insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap,

BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi

sesuai petunjuk pada kemasan.

Wereng Coklat

Hama wereng coklat tanaman padi sawah adalah Nilaparvata lugens Stal. Wereng

Page 7: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

coklat merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan pertanaman

padi di Indonesia. Hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak

seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Pemupukan

kandungan N tinggi yang tidak diimbangi dengan P dan K tinggi serta penanaman

dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang wereng coklat. Hama wereng

coklat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak susu.

Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman,

menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menguning

dan mengering.

Pengendalian hama dengan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan

wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu

perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione

nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis).

Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif

imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo,

tiametoksam, atau karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada

kemasan.

Wereng Hijau

Hama wereng hijau tanaman padi sawah adalah Nephotettix virescens. Hama

wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro penyebab penyakit

tungro. Fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum merupakan fase

paling rentan serangan wereng hijau. Gejala kerusakan ditandai dengan tanaman

kerdil, anakan berkurang, serta daun berubah menjadi kuning sampai kuning

oranye.

Pengendalian hama ini sama seperti pengendalian hama wereng coklat.

Walang sangit

Hama walang sangit tanaman padi sawah adalah Leptcorisa oratorius. Walang

sangit adalah hama tanaman padi setelah berbunga, menghisap cairan bulir padi

dan mengakibatkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna,

berubah warna serta mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar malai sampai

Page 8: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

masak susu merupakan fase paling rentan. Hama walang sangit selain

menurunkan produksi juga menurunkan kualitas gabah padi. Hama ini

menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration.

Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida berbahan aktif alfametrin,

bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin dengan

dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Keong Mas

Hama keong mas tanaman padi sawah adalah Pomacea canaliculata. Keong mas

merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya,

menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Keong mas menyenangi

tempat-tempat yang digenangi air.

Pengendalian hama dengan pengamatan di lapangan, Waktu kritis untuk

mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah

sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda

dan keong mas dengan berbagai ukuran serta warna, perlu dilakukan pengaturan

air. Pada tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian

digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten irrigation). Bila petani

menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari

setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara

bergantian. Apabila serangan diluar ambang kendali bisa dengan aplikasi

moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin dengan dosis/konsentrasi

sesuai petunjuk pada kemasan.

Tikus Sawah

Hama tikus sawah tanaman padi sawah adalah Rattus argentiventer Rob & Kloss.

Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mamalia

(binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan yang

sangat spesifik.

Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian padi

hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang

penyimpanan. Kerusakan akibat serangan tikus sawah bisa mengakibatkan puso

Page 9: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

dengan nilai kerugian yang jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT) lain.

Cara Pengendalian Tikus Sawah

1. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan bertujuan untuk menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak

menguntungkan bagi kehidupan dan perkembangbiakan tikus. Kegiatan sanitasi

dengan pembersihan gulma di areal pertanaman mulai dari pematang sampai

saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi dengan tujuan agar tikus tidak

bersarang di tempat tersebut.

2. Kultur Teknis

Pengaturan pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah,

karena tikus sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif.

Pengaturan pola tanam dapat membatasi perkembangbiakan tikus sawah.

Pengaturan jarak tanam lebih lebar dari biasanya, seperti cara tanam legowo,

bertujuan untuk membuat lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai tikus.

3. Pengendalian Secara Fisik

Tujuan pengendalian dengan cara ini adalah mengubah faktor lingkungan fisik

menjadi tidak sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Tikus mempunyai batas

toleransi terhadap beberapa faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, dan suara.

Beberapa cara pengendalian dengan menggunakan alat penyembur api (brender)

yang disemprotkan kesarang tikus, memompa air kedalam sarang tikus, mengusir

tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), Gropyokan massal

(community actions), Sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau

LTBS), dan Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi 

LTBS dan TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.

4. Pemanfaatan Musuh Alami

Musuh alami berasal dari kelompok burung, mamalia dan reptilia. Pemangsa dari

kelompok burung antara lain Tito alba javanica (burung hantu putih), Bubo

Page 10: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

ketupu (burung hantu cokelat) dan Nyctitorac nyctitorac (burung kowak maling).

Pemangsa dari kelompok mamalia antara lain Verricula malaccensis (musang

bulan atau rase), Herpestes javanicus (garangan), Felis catus (kucing) dan Canis

familiaris (anjing).  Pemangsa dari kelompok reptilia antara lain Ptyas koros (ular

tikus), Naja naja (ular kobra), Trimeresurus hagleri (ular hijau), dan Phyton

reticulatus (ular sanca).

Pemangsa terbaik tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu

mempunyai laju fisiologis besar sehingga mampu  mengkonsumsi  tikus  dalam 

jumlah  banyak. Pemangsa jenis burung juga mempunyai kemampuan mencari

mangsanya lebih baik dibandingkan jenis pemangsa lain. Walaupun demikian,

burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah perkebunan,

pegunungan atau perkampungan. Sedangkan pada daerah sawah irigasi yang luas

dan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di daerah tersebut. Oleh

karena itu, sangat perlu untuk memberikan lingkungan yang cocok dan

melindungi predator tikus. Pada tubuh tikus sawah terinfeksi berbagai jenis

cacing, sehingga memberikan umpan tikus menggunakan patogen seperti bakteri

salmonella dapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga

membahayakan kesehatan manusia. 

5. Pengendalian Kimiawi

Rodentisida. Rodentisida yang dipasarkan pada umumnya dalam bentuk siap

pakai, atau mencampur sendiri dengan bahan umpan. Rodentisida digolongkan

menjadi racun akut dan antikoagulan. Racun akut dapat membunuh tikus langsung

ditempat setelah makan umpan, sehingga dapat menyebabkan tikus jera.

Sedangkan rodentisida antikoagulan akan menyebabkan tikus mati setelah lima

hari memakan umpan dengan dosis cukup sehingga tidak menyebabkan jera

umpan. Namun demikian jenis rodentisida antikoaglan mempunyai efek sekunder

negatif terhadap predator tikus.

Fumigasi. Adalah teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini

merupakan teknik efektif dengan membunuh tikus di dalam sarang.

6. Antifertilitas

Page 11: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

Adalah cara pemandulan tikus baik untuk tikus jantan maupun tikus betina. Cara

ini lebih efektif karena tikus sawah berkembangbiak sangat cepat. Beberapa jenis

bahan kimia yang digunakan untuk pemandulan manusia juga dapat digunakan

untuk memandulkan tikus sawah.

Pengendalian Penyakit Padi Sawah

Hawar Daun Bakteri

Penyakit hawar daun bakteri tanaman padi sawah adalah Xanthomonas oryzae pv.

oryzae. Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight = BLB) menyerang di

semua musim, baik musim kemarau maupun musim hujan dan disemua tempat

baik pertanaman padi di dataran rendah maupun dataran tinggi Pada musim hujan

biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit

hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.

Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak

tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, pemupukan berimbang.

Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik,

berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau

kasugamisin hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hawar Daun Jingga

Penyakit hawar daun jingga tanaman padi sawah adalah Pseudomonas sp.

Penyakit hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS) tersebar di hampir seluruh

Pulau Jawa dan Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m dpl). Pada musim

kemarau, penyakit ini biasanya menyerang tanaman padi pada fase generatif.  Di

Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini dijumpai merata di kabupaten Karawang,

Subang, Indramayu, dan Cirebon. Varietas tahan hawar daun jingga sampai saat

ini belum tersedia. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa

perkembangan penyakit HDJ sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor praktek

produksi yang dilakukan seperti pemupukan, jarak tanam, dan pengairan.

Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam

lebar, dan pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan

Page 12: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

bakterisida dari golonganantibiotik berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin

sulfat, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida dengan dosis/ konsentrasi

sesuai petunjuk pada kemasan.

Hawar Pelepah

Penyakit hawar pelepah tanaman padi sawah adalah Rhizoctonia solani kuhn.

Hawar pelepah menyerang tanaman padi baik pada dataran tinggi maupun dataran

rendah. Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air, berupa

bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan

bagian tengah berwarna putih pucat. Penyakit hawar pelepah ini muncul sejak

dikembangkan varietas padi beranakan banyak,  didukung oleh pemberian pupuk

kandungan nitrogen tinggi secara berlebihan, serta cara tanam dengan jarak rapat.

Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.

Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan

berimbang,  dan aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi

fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin,

asam fosfit, atau dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada

kemasan.

Busuk Batang

Penyakit busuk batang tanaman padi sawah adalah Helminthosporium

sigmoideum. Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama padi di

Indonesia.  Penyakit ini selalu ditemukan pada setiap musim tanam dengan

kategori infeksi ringan sampai sedang. Pada musim hujan, lebih dari 60%

tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat diinfeksi

cendawan H. Sigmoideum.  Kerebahan menyebabkan persentase gabah hampa

meningkat.  Kehilangan hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk

batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam

pada lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek.

Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan

berimbang,  pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, dan pengeringan sawah

secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif

Page 13: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau

dimetomorf dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Blas

Penyakit blas tanaman padi sawah adalah Pyricularia grisea. Blas merupakan

penyakit penting terutama pada padi gogo. Daerah endemik penyakit blas di

Indonesia adalah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi

Tangah, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan

Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan

serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur

Pantura Jawa Barat. Blas menginfeksi tanaman pada semua stadium dan

menyebabkan tanaman puso. Pada fase vegetatif biasanya menginfeksi bagian

daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada fase generatif selain menginfeksi daun

juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast). Pemupukan tidak

berimbang, terutama kandungan nitrogen tinggi dan kondisi kekurangan air sangat

disenangi oleh penyakit blas ini. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan

penyakit makin tinggi.

Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih

bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang,  pengapuran lahan untuk mencapai

pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan

aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol,

mankozeb, atau klorotalonil dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada

kemasan.

Bercak Cercospora

Penyakit blas tanaman padi sawah adalah Cercospora leaf spot. Penyakit bercak

daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot)

disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake. Penyakit bercak daun

cercospora merupakan penyakit merugikan terutama pada sawah tadah hujan yang

kahat (kekurangan) kalium. Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh

keringnya daun sebelum waktunya dan keringnya pelepah daun yang

menyebabkan tanaman rebah. Gejala serangan ditandai adanya bercak-bercak

Page 14: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu

tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Pada

saat tanaman padi membentuk anakan, bercak ini semakin meningkat. Infeksi

yang terjadi pada batang dan pelepah meyebabkan batang dan pelepah daun busuk

sehingga tanaman menjadi rebah.

Pengendalian penyakit ini dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan

jarak tanam, pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian

kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat,

difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil dengan dosis/konsentrasi sesuai

petunjuk pada kemasan.

Bercak Daun Coklat

Penyakit daun coklat tanaman padi sawah adalah cendawan Helminthosporium

oryzae. Gajala serangan bercak caun coklat ditandai bercak coklat pada daun

berbentuk oval merata di permukaan daun dengan titik tengah berwarna abu-abu

atau putih. Titik abu-abu di tengah bercak merupakan gejala khas penyakit bercak

daun coklat di lapang. Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau

keunguan berbentuk bulat. Pada serangan berat, jamur dapat menginfeksi gabah

dengan gejala bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah.

Pengendalian kimiawi dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan

jarak tanam, pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian

kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang,

difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil dengan

dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Tungro

Penyakit tungro tanaman padi sawah adalah virus batang tungro padi (rice tungro

bacilliform virus, RTBV) dan virus bulat tungro padi (rice tungro spherical virus,

RTSV). Tungro merupakan penyakit padi yang kompleks, kedua virus ditularkan

secara semipersisten oleh beberapa spesies wereng hijau dan wereng daun lainnya.

Infeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning

dari ujung daun, daun kuning nampak sedikit melintir dan jumlah anakan lebih

Page 15: Cara Budidaya Tanaman Padi Sawah

sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi terlihat

berwarna kuning dan tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot tanaman

kerdil.

Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan  serangga vektor

penular virus, terutama pengendalian wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk

mematikan secara cepat wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak

pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan

tentang kondisi ancaman tungro.

Panen Padi Sawah

Buah padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu panen

sangat mempengaruhi kualitas bulir padi dan kualitas beras. Panen terlalu cepat

menyebabkan persentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji padi tidak terisi

atau rusak saat digiling. Sedangkan pemanenan terlambat menyebabkan hasil

berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan beras pecah saat digiling.

Perontokan padi dilakukan segera setelah padi dipotong menggunakan sabit, agar

kualitas gabah dan beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan

kerusakan beras. Beras menjadi kurang bersih.