41
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/02/ca- nasofaring.html LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN CA NASOFARING A. PENGERTIAN Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146) B. EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI Urutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146). Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997 hal 460). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146). C. Tanda dan Gejala Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain : 1. Gejala nasofaring Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih

CA Nasofaring MALIGNA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CA Nasofaring MALIGNA

http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/02/ca-nasofaring.html

LAPORAN PENDAHULUANASKEP PADA KLIEN DENGAN CA NASOFARING

A. PENGERTIANKarsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)

B. EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGIUrutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997 hal 460). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).

C. Tanda dan Gejala

Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :1. Gejala nasofaringAdanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)2. Gangguan pada telingaMerupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)3. Gangguan mata dan syarafKarena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.4. Metastasis ke kelenjar leherYaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang

Page 2: CA Nasofaring MALIGNA

akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun – tahun akan menjadi karsinoma nasofaring. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 147 -148).

D. Pemeriksaan Penunjanga. Nasofaringoskopib. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.c. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.d. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.e. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 - 149).

E. Penatalaksanaan Medisa. Radioterapi merupakan pengobatan utamab. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”.

F. Pengkajiana. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudarab. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.c. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).d. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)e. Tanda dan gejala : AktivitasKelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas. SirkulasiAkibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah,

Page 3: CA Nasofaring MALIGNA

epistaksis/perdarahan hidung. Integritas egoFaktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah. EliminasiPerubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. Makanan/cairanKebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.

NeurosensoriSakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus Nyeri/kenyamananRasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran PernapasanMerokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan KeamananPemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam kulit. SeksualitasMasalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan. Interaksi sosialKetidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung(Doenges, 2000)

H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi karingan sarafTujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrolKriteria hasil : mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri .Intervensi : Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik. Evaluasi penghilangan nyeri atau kontrol Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin, metadon atau campuran narkotik.

2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumorTujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsiKriteria hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan

Page 4: CA Nasofaring MALIGNA

Intervensi : Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat. Orientasikan pasien terhadap lingkungan Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur Bicara dengan gerak mulut yang jelas Bicara pada sisi telinga yang sehat

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasiTujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.Kriteria hasil : Melaporkan penurunan mual dan insidens muntah Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahanIntervensi : Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien Berikan dorongan higiene oral yang sering Berikan antiemetik, sedatif dan kortikosteroid yang diresepkan Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama dan setelah pemberian obat, kaji masukan dan haluaran. Pantau masukan makanan tiap hari. Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometri) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat. Kontrol faktor lingkungan (bau dan panadangan yang tidak sedap dan kebisingan)

4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresiTujuan : tidak terjadi infeksiKriteria hasil : Menunjukkan suhu normal dan tanda-tanda vital normal Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi : edema setempat, eritema, nyeri. Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk menegah disfungsi dan infeksi respiratoriIntervensi : Kaji pasienterhadap bukti adanya infeksi : Periksa tanda vital, pantau jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil, perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung, batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tekankan higiene personal Pantau suhu

Page 5: CA Nasofaring MALIGNA

Kaji semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)

5. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapiTujuan : integritas kulit tetap terjagaKriteria hasil :Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trauma pada area kulit yang sakitIntervensi : Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan Hindari menggosok atau menggaruk area Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter. Hindarkan pakaian yang ketat pada aea tersebut Oleskan vitamin A dan D pada area tersebut Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi.

6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan efek samping agen kemoterapi radiasiTujuan : tidak terjadi gangguan pada membran mukosaKriteria hasil : Menunjukkan mukosa oral yang bersih dan utuh Tidak menunjukkan adanya ulserasi atau infeksi pada rongga mulut Melaporkan tidak adanya nyeri, kesulitan menelan dan dehidrasiIntervensi : Kaji kesehatangigi dan hihiene oral secara periodik Kaji rongga mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral Instruksikan mengenai perubahahn diet misalnya hindari makanan panas atau pedas, anjurkan penggunaan sedotan, mencerna makanan lembut atau diblender. Pantau dan jelaskan tanda-tanda tentang superinfeksi oral Mulai program higiene oral : gunakan pencuci mulut dari salin hangat, larutan pelarut dari hidrogen peroksida, sikat dengan sikat gigi/benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir.

7. Gangguan harga diri berhubugan dengan efek samping radioterapi: kehilangan rambutTujuan : gangguan harga diri teratasiKriteria hasil : Mengungkapkan perubahan gaya hidup tentang perasaan tidak berdaya, putus asaIntervensi : Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker Akui kesulitan yang mungkin di alami Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien /orang terdekat Beri dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase

Page 6: CA Nasofaring MALIGNA

pengobatan Gunakan sentuhan selama interaksi

8. Konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder kemoterapiTujuan : gangguan defekasi tidak terjadiKriteria hasil : Mempertahankan konsistensi atau pola defekasi umum

Intervensi : Kaji bising usus, gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi. Pantau masukan dna haluaran serta berat badan Dorong masukan cairan adekuat, peningkatan serat diet, latihan Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi lemak, makanan serat tinggi, kafein tinggi. Periksa infeksi bila tidak defekasi selama 3 hari atau distensi abdomen. Berikan cairan IV, agen antidiare, laksatif.

9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetikTujuan : perdarahan dapat teratasiKriteria hasil : Tanda dan gejala perdarahan teridentifikasi Tidak menunjukkan adanya darah feses, urin atau emesis Tidak menunjukkan perdarahan gusiIntervensi : Kaji terhadap potensial perdarahan : pantau jumlah trombosit Kaji terhadap perdarahan : petekhie, penurunan Hb Ht, perdarahan dari orifisium tubuh Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi halus, hindari cairan pembilas mulut komersial, hindari makanan yang sulit dikunyah Lakukan tindakan meminimalkan perdarahan : hindari mengukur suhu rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir dengan petrolatum, mempertahankan masukan cairan Gunakan pelunak feses atau tingkatkan serat dalam diet.(Doenges, 2000)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_nasofaring

Kanker nasofaringDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Penyebab kanker nasofaring belum diketahui dengan pasti. Kanker nasofaring juga dikaitkan dengan adanya virus epstein bar.

Page 7: CA Nasofaring MALIGNA

Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras mongoloid, yaitu penduduk Cina bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia dan Indonesia juga di daerah India. Ras kulit putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan secara genetik.

Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini.

Daftar isi

 [sembunyikan]  1 Faktor Risiko 2 Gejala 3 Pemeriksaan 4 Pencegahan 5 Pengobatan 6 Pranala luar

7 Pranala luar: publikasi

[sunting] Faktor Risiko

1. Sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, termasuk makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diasap.2. Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas atau bersifat panas dan merangsang selaput lendir, seperti yang mengandung alkohol. Selain itu, sering mengisap asap rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar, asap obat nyamuk, atau asap candu.3. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah yang pergantian udaranya kurang baik.4. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan penderta kanker nasofaring.

[sunting] Gejala

Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit rongga mulut menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui. Namun, biasanya pada stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut.

1. Di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai rasa sakit sampai pendengaran berkurang.

Page 8: CA Nasofaring MALIGNA

2. Hidung sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat terus-menerus, kemudian pilek.

Pada kondisi akut menunjukkan gejala sebagai berikut.

1. Kelenjar getah bening pada leher membesar.2. Mata menjadi juling, penglihatan ganda, dan mata bisa menonjol keluar3. Sering timbul nyeri dan sakit kepala.

[sunting] Pemeriksaan

Pemeriksan adanya kanker nasofaring dapat dilakukan dengan CT Scan, rhinoskopi anterior dan posterior, nasofaringoskopi, biopsi dan pemeriksaan histopatologi. Karena itu, jika ada keluhan pada telinga dan hidung di satu sisi yang tidak kunjung sembuh harus segera diperiksakan ke dokter THT. Dengan tindakan yang cepat dan ditemukannya kanker pada stadium dini, kemungkinan untuk sembuh semakin besar.

[sunting] Pencegahan

1. Ciptakan lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang sehat, serta usahakan agar pergantian udara (sirkulasi udara) lancar.2. Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia, asap industry, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi lain yang dapat mengaktifkan virus Epstein bar.3. Hindari mengonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang panas, atau makanan yang merangsang selaput lender.

[sunting] Pengobatan

Pengobatan kanker nasofaring bisa dilakukan dengan radioterapi, atau kombinasi dengan kemoterapi. Selain itu juga ada kombinasi tambahan lainnya untuk pengobatan kanker ini. Tindakan operasi tidak dilakukan untuk jenis kanker ini karena posisinya yang sulit dan dekat metastase kelenjar getah bening. Tindakan operasi (bedah) yang umum hanyalah biopsi, untuk stadium awal kanker ini jarang dilakukan biopsi.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://emedicine.medscape.com/article/384425-overview

Karsinoma nasofaring (NPC) adalah jarang di Amerika Serikat dan di sebagian besar negara di dunia. Meskipun NPC menyumbang kurang dari 1% dari semua kanker di Amerika, itu adalah umum di antara orang Asia Tenggara, terutama pada orang Cina dari provinsi-provinsi selatan Kwantung, Kwangsi, dan Fukien. Penduduk asli di Kanada, Alaska, Greenland, dan Afrika juga memiliki tingkat tinggi dibandingkan dengan orang-orang dari seluruh dunia.

Page 9: CA Nasofaring MALIGNA

Gambar dari karsinoma nasofaring ditunjukkan di bawah ini.

Nonenhanced T1-tertimbang menunjukkan MRI kanker nasofaring menyerang sisi kiri clivus. Kekuatan sinyal lemak sumsum hilang di sisi kiri

clivus dibandingkan dengan sisi kanan. Kontras ditingkatkan CT scan menunjukkan keterlibatan hidung karsinoma nasofaring akibat.

Usia rata-rata pada diagnosa adalah 45-55 tahun, dan tingkat tahunan 23,3 kasus per 100.000 pria dan 8,9 kasus per 100.000 perempuan. Rasio laki-perempuan adalah sekitar 2-3:1. Di Cina, kejadian bervariasi dengan geografi dan menurun dari selatan ke utara Cina, di mana tingkat adalah 2-3 kasus per 100.000 orang per tahun. Di Amerika, risiko meningkat pada generasi pertama orang-orang keturunan Cina. Kelangkaan dan lokasi jelas dari NPC sering mengakibatkan diagnosis tertunda dan temuan tumor stadium lanjut saat diagnosis.

Epidemiologi saat ini dan data eksperimen menunjukkan setidaknya 3 faktor utama etiologi, yaitu, virus, lingkungan, dan genetik.

Stadium Karsinoma Nasofaring

Uni Internationale Contre le Cancer (UICC) dan American Komite Bersama Kanker (AJCC) telah mempertahankan tumor primer, kelenjar getah bening regional, dan metastasis jauh (TNM) klasifikasi untuk NPC. Namun, sistem pementasan bahwa Ho dikembangkan digunakan jauh lebih sering daripada sistem TNM di Asia Tenggara dan tampaknya menjadi lebih unggul. [1]

Pada tahun 1993, UICC dan AJCC berkolaborasi untuk membentuk gugus tugas di tingkat internasional untuk memulai proses konsultasi dengan tujuan mengembangkan

Page 10: CA Nasofaring MALIGNA

klasifikasi pementasan yang relevan. Edisi kelima klasifikasi TNM yang diterbitkan oleh UICC dan AJCC pada tahun 1997 menampilkan pementasan revisi lengkap klasifikasi untuk NPC. Edisi ketujuh, yang diterbitkan pada tahun 2010 [1] , adalah sebagai berikut:

Sistem klasifikasi AJCC adalah sebagai berikut:

Primer tumor (T) TX - Tumor primer tidak dapat dinilai T0 - Tidak ada bukti tumor primer Tis - Karsinoma in situ T1 - Tumor terbatas pada nasofaring, atau tumor meluas ke orofaring dan / atau

rongga hidung tanpa ekstensi parapharyngeal T2 - Tumor dengan ekstensi parapharyngeal T3 - Tumor melibatkan struktur tulang dasar tengkorak dan / atau sinus paranasal T4 - Tumor dengan ekstensi intrakranial dan / atau keterlibatan saraf kranial,

hipofaring, orbit, atau dengan ekstensi ke ruang fosa / mesin peremas infratemporal

Daerah kelenjar getah bening (N) NX - kelenjar getah bening tidak dapat dinilai Daerah N0 - Tidak ada metastasis simpul getah bening regional N1 - metastasis unilateral pada kelenjar getah bening (s), 6 cm atau kurang dalam

dimensi terbesar, di atas fossa supraklavikula N2 - metastasis di kelenjar getah bening bilateral (s), 6 cm atau kurang dalam

dimensi terbesar, di atas fossa supraklavikula N3 - Metastasis pada kelenjar getah bening (s): N3a - lebih besar dari 6 cm dalam

dimensi; N3b - ekstensi untuk fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M) MX - Jauh metastasis tidak dinilai M0 - Tidak ada metastasis jauh M1 - Jauh metastasis

AJCC / UICC tahapan adalah sebagai berikut:

Tahap 0: Tis, N0, M0 Stadium I: T1, N0, M0 Tahap II: T2a, N0, M0, T1, N1, M0, T2, N1, M0 Tahap III: T1, N2, M0, T2, N2, M0, T3, N0, M0, T3, N1, M0, T3, N2, M0 Tahap IVA: T4, N0, M0, T4, N1, M0, T4, N2, M0 Tahap IVB - Setiap T, N3, M0 Tahap IVC - Setiap T, N apapun, M1

Survival adalah konsisten berkorelasi dengan stadium penyakit. Pasien dengan penyakit pada tahap awal tarif nyata lebih baik daripada yang lain, dengan tingkat kelangsungan

Page 11: CA Nasofaring MALIGNA

hidup keseluruhan 80% untuk stadium I dan 65% untuk tahap II. Tingkat ketahanan hidup untuk pasien dengan penyakit lebih lanjut adalah 45% dalam tahap III dan 30% pada stadium IV. Perluasan tumor di balik proses styloid atau ke dalam ruang mesin peremas adalah umum dan berhubungan dengan kelangsungan hidup miskin, dengan 5-tahun-bebas kekambuhan tingkat kelangsungan hidup 46% dan 43%, masing-masing.

Fitur prognostik yang merugikan termasuk palsi CN, keterlibatan ruang paranasopharyngeal, usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, dan keterlibatan kelenjar getah bening. Prognosis lebih buruk dengan keterlibatan kelenjar getah bening distal melanjutkan dari rantai servikal bagian atas ke tengah dan rantai leher rahim yang lebih rendah; pasien dengan keterlibatan bilateral memiliki tingkat 5-tahun kelangsungan hidup secara keseluruhan kurang dari 10%.

Pilihan pemeriksaan

Pemeriksaan yang dipilih meliputi: pemeriksaan klinis leher, pemeriksaan serat optik, CT scan dari nasofaring dan leher, dan MRI dari nasofaring dan leher. [2, 3]

Diagnosis patologis dicapai dengan memeriksa spesimen biopsi dari massa nasofaring. Pemeriksaan meliputi penilaian terhadap tumor dengan cara pemeriksaan endoskopi fleksibel atau kaku; dokumentasi luasnya tumor dan lokasi node leher; penilaian fungsi CN, visi, dan pendengaran; CT atau MRI kepala dan daerah leher; dada radiografi, dan darah bekerja, termasuk jumlah darah lengkap dan panel kimia serum, tes fungsi ginjal khususnya.

Bersihan kreatinin ditentukan dengan menggunakan 24-jam spesimen urin. Setiap temuan klinis atau laboratorium sugestif surat perintah penyelidikan metastasis jauh lebih lanjut. Baseline fungsi endokrin didirikan. Evaluasi kebersihan gigi dan mulut diperlukan sebelum terapi radiasi dimulai. MRI sering lebih bermanfaat daripada CT dalam menggambarkan kelainan dan dalam mendefinisikan tingkat tumor.

Keterbatasan teknik

Evaluasi lesi mukosa yang terbaik dicapai endoskopi. Temuan pencitraan sering menyebabkan perkiraan yang salah perluasan dan frekuensi keterlibatan mukosa. Sebaliknya, evaluasi klinis tidak memadai pada tumor yang terletak seluruhnya atau hampir seluruhnya di bawah mukosa. Oleh karena itu, proses pementasan penuh harus meliputi endoskopi, pemeriksaan klinis leher, dan pencitraan.

Peran CT mapan. CT tetap modalitas yang paling umum untuk pemetaan tumor dan pementasan nodal, khususnya di wilayah dunia di mana karsinoma nasofaring (NPC) terjadi dengan frekuensi tinggi, karena akses ke MRI masih terbatas.

MRI lebih unggul untuk CT dalam menunjukkan tingkat tumor jaringan lunak. Hal ini relevan khususnya pada tumor dengan keterlibatan submukosa yang luas. Umumnya, CT diterima sebagai lebih unggul MRI dalam mendeteksi keterlibatan dasar tengkorak,

Page 12: CA Nasofaring MALIGNA

namun bertentangan dengan kepercayaan umum, perubahan dalam dasar tengkorak lebih baik diidentifikasi pada MRI dibandingkan pada CT. Meskipun erosi kortikal sering didiagnosis lebih percaya diri dengan menggunakan CT, infiltrasi sumsum lebih baik ditentukan dengan MRI. MRI juga lebih sensitif daripada CT dalam mendeteksi invasi perineural, pemusnahan lemak hanya eksternal ke foramen rotundum atau foramen ovale adalah sebagai pertanda baik dari infiltrasi perineural awal.

Limfadenopati leher digambarkan lebih baik dengan menggunakan CT scan dari MRI, terutama dalam hal nekrosis nodal dan menyebar ekstrakapsular. Meskipun sejumlah besar data yang ada mengenai superioritas CT atas MRI dalam penilaian nodal metastasis, baik modalitas yang memadai dalam praktek klinis rutin. Dibandingkan dengan MRI, CT jarang menyediakan informasi tambahan yang menghasilkan perubahan dalam pilihan pengobatan.

MRI direkomendasikan untuk digunakan dalam pementasan rekurensi tumor. Meskipun MRI memiliki keterbatasan dalam memisahkan fibrosis postirradiation dari kekambuhan tumor, adalah lebih unggul CT dalam mengidentifikasi infiltrasi submukosa, penggantian sumsum di dasar tengkorak, dan menyebar intrakranial.

Dalam banyak tumor yang dipentaskan dengan CT, klasifikasi mereka dapat diubah pada MRI, terutama pada pasien dengan keterlibatan dasar tengkorak atau infiltrasi CN awal dan ekstensi intrakranial. Ini disparitas hasil pementasan antara CT dan MRI berpotensi dapat mempengaruhi rekomendasi pengobatan, yang pada gilirannya menimbulkan masalah dalam membandingkan hasil pengobatan.

Medis / hukum perangkap

Karena karsinoma nasofaring (NPC) merupakan kondisi yang relatif jarang terjadi di negara-negara Barat (kecuali bagi mereka dengan kota-kota dengan populasi besar individu Cina atau Asia), hilang diagnosis awal selalu risiko. Sebuah indeks kecurigaan yang tinggi adalah penting untuk diagnosis yang benar. Prognosis tergantung pada stadium penyakit, karena itu, hilang penyakit awal dapat merugikan. Meskipun CT atau MRI menunjukkan penyakit lanjut dengan baik, penyakit dini sering tidak jelas pada gambar. Pemeriksaan endoskopik dengan biopsi (jika perlu) harus selalu melengkapi pemindaian jika pasien memiliki gejala dan tanda sugestif dari NPC.

Penggambaran yang akurat dari luasnya penyakit sangat penting, sebagai NPC memiliki kecenderungan untuk menyerang celah dari dasar tengkorak. Karena andalan pengobatan untuk NPC adalah radioterapi, miss geografis dapat hasil dari deliniasi akurat dari volume target, terutama di era modern terapi radiasi konformal 3D di mana dan IMRT (gambar-dipandu iradiasi) sering digunakan untuk meminimalkan toksisitas. Jika hanya CT tersedia, jendela tulang harus selalu digunakan. Pandangan koronal juga berguna. Dasar tengkorak harus diperiksa dengan hati-hati untuk invasi apapun, terutama pada pasien dengan sakit kepala dan defisit CN.

Page 13: CA Nasofaring MALIGNA

Posttreatment tindak lanjut dengan CT atau MRI harus selalu dilengkapi dengan pemeriksaan endoskopi dan biopsi jika perlu. CT atau MRI mungkin tidak cukup sensitif untuk mendeteksi kambuhnya volume kecil.

Pasien pendidikan

Untuk informasi pendidikan pasien, melihat Kanker dan Tumor Pusat , serta Kanker Mulut dan Tenggorokan dan Kanker Kulit .

http://thtkl.wordpress.com/2009/05/07/kanker-nasofaring-kanker-no-1-di-bidang-tht/

KANKER NASOFARING (kanker no 1 di bidang THT)

Mei 7, 2009 oleh Dr. Kris

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah keganasan yang berasal dari epitel atau

mukosa dan kripta yang  melapisi permukaan nasofaring.7,16  Di Indonesia maupun di

Asia Tenggara, KNF dilaporkan sebagai tumor paling sering ditemukan diantara

keganasan di daerah kepala dan leher.16,17 Di Indonesia, menempati urutan ke-4 diantara

keganasan yang terdapat di seluruh tubuh. Santosa (1988) mendapatkan jumlah 716

(8,46%) penderita KNF berdasarkan data patologi yang diperoleh di Laboratorium

Patologi anatomi FK Unair  Surabaya (1973 – 1976) diantara 8463 kasus keganasan di

Seluruh tubuh. Di Bagian THT Semarang mendapatkan 127 kasus KNF dari tahun 2000 –

2002.18  

Berdasarkan klasifikasi histopatologi, KNF dibagi menjadi WHO1, WHO2 dan

WHO3.  WHO1 adalah karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi, WHO2 gambaran

histologinya karsinoma tidak berkeratin dengan sebagian sel berdiferensiasi sedang dan

sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi baik. WHO3 adalah

karsinoma yang sangat heterogen, sel ganas membentuk sinsitial dengan batas sel tidak

Page 14: CA Nasofaring MALIGNA

jelas7,19. Jenis KNF yang banyak dijumpai adalah WHO2 dan WHO3. Di bagian THT

Semarang mendapatkan 112 WHO2 dan WHO3  dari 127 kasus KNF.18

            KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat jarang dijumpai penderita di

bawah usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45 – 54 tahun. Laki-laki lebih banyak dari wanita dengan

perbandingan antara 2 – 3 : 1.16,18,20

            Sampai sekarang etiologi KNF belumlah jelas benar, akan tetapi virus Epstein-

Barr (EBV) dinyatakan sebagai etiologi utama penyebab KNF7,16  dan faktor lain seperti

genetik serta lingkungan yang mengandung bahan karsinogenik dinyatakan sebagai

faktor pendukung. EBV hampir dapat dipastikan sebagai penyebab KNF, namun

kenyataannya tidak semua individu yang terinfeksi EBV akan berkembang menjadi KNF.

Menurut hasil penelitian menyatakan faktor pendukung seperti lingkungan, genetik

sangat menentukan timbulnya KNF.7,21

            Sistem klasifikasi stadium KNF yang dipakai saat ini ada beberapa macam antara

lain menurut UICC, AJCC atau sistem Ho. Pada tahun 1997 AJCC dan UICC

mengeluarkan sistem klasifikasi stadium terbaru yaitu edisi ke-5, menggantikan edisi ke-

4 (1988). Berikut ini adalah sistem klasifikasi stadium menurut AJCC/UICC 199722 :

Stadium T (ukuran/luas tumor):

T0        Tak ada kanker di lokasi primer

T1        Tumor terletak/terbatas di daerah nasofaring

T2        Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi.

T2a      Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b      Dengan perluasan ke parafaring

Page 15: CA Nasofaring MALIGNA

T3        Tumor menyeberang struktur tulang dan/atau sinus paranasal

T4        Tumor meluas ke intrakranial, dan/atau melibatkan syaraf kranial, hipofaring,

fossa infratemporal atau orbita.

 

 

 

Limfonodi regional (N) :

N0       Tidak ada metastasis  ke limfonodi regional

N1       Metastasis unilateral dengan nodus < 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2       Metastasis bilateral dengan nodus < 6 cm, diatas fossa supraklavikula

N3       Metastasis nodus :       N3a     > 6 cm

                                                N3b     meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M) :

M0       Tak ada metastasis jauh

M1       Metastasis jauh

Pembagian stadium berdasarkan klasifikasi TNMnya disusun sebagai berikut seperti pada

tabel 2 berikut ini :    

Tabel 2  Stadium KNF

  T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

Page 16: CA Nasofaring MALIGNA

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

 

Penderita KNF umumnya (60 – 90%) datang berobat di klinik sudah stadium

lanjut7,20  dengan gejala penyebaran diluar nasofaring. Tumor primer di nasofaring sudah

T3 atau T4  jarang dengan T1 atau T2.

Gejala klinik meliputi gejala hidung dan telinga, saraf dan gejala dari penyebaran

tumor ke kelenjar limfe serfikal. Gejala hidung berupa ingus campur darah berulang

biasanya sedikit bercampur ingus kental, kadang-kadang ada sumbatan hidung dan suara

sengau. Gejala telinga adalah rasa penuh tak enak, kadang tuli akibat oklusi tuba

Eustachi, atau otitis media serosa. Adinolodewo18 mendapatkan 59,4%, Rauf (1977)

73,5% dan Adinolodewo mendapatkan 72,5%. Tumor meluas ke intra kranial melalui

foramen laserum menimbulkan kerusakan pada grup anterior yaitu saraf III, IV, VI yang

disusul saraf V bila melewati foramen ovale yang menyebabkan pandangan diplopi.

Kerusakan saraf ke V menyebabkan neuralgia trigeminal. Penjalaran ke foramen jugulare

mengenai sekumpulan saraf otak yaitu saraf IX sampai saraf XII serta saraf simpatikus

leher yang menuju ke orbita. Tjegeg mendapatkan kelainan neurologik antara 29 – 53%.

Metastasis  ke kelenjar getah bening leher profunda sering dijumpai, yaitu sekitar 60 –

93% dan dapat dijumpai unilateral, kontra lateral atau sering kali bilateral.20,23

Diagnosis klinis didasarkan pada hasil anamnesis,  gejala klinis tumor dan

kelainan di nasofaring. Perubahan mukosa  nasofaring mudah dinilai dengan

menggunakan endoskop. Tampak jelas perubahan berupa penonjolan mukosa,

peradangan, ulseratif disertai perdarahan ringan. Pemeriksaan radiologis CT scan

(computerized tomographic scanning) atau magnitic resonance imaging  (MRI)

Page 17: CA Nasofaring MALIGNA

merupakan pemeriksaan yang lebih informatif terhadap kelainan nasofaring. Diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring dengan mikroskop cahaya maupun mikroskop

elektron merupakan standard baku emas untuk menegakkan diagnosis.21,84

 

 

Terapi radiasi KNF    

            Sampai saat ini radioterapi masih merupakan pilihan utama pengobatan KNF.5-7

Pertimbangan pemilihan radiasi sebagai pengobatan pilihan utama didasarkan pada dua

pertimbangan yaitu pertama  bahwa secara histopatologi kebanyakan KNF 75%-95% dari

jenis karsinoma undifferentiated (WHO3) dan karsinoma non keratinisasi (WHO2) yang

tergolong radioresponsif apalagi pada stadium awal,7  kedua  karena letak KNF yang sulit

dicapai melalaui metoda pembedahan. KNF juga cenderung menginfiltrasi jaringan

sekitar sehingga operasi yang bersih dengan prinsip operasi luas (wide excision) sulit

dilaksanakan.

Radioterapi pada pengobatan KNF dilakukan dengan dua cara yaitu radiasi

eksternal dan radiasi internal (brakiterapi). Brakiterapi adalah suatu metode penyinaran

langsung ke daerah nasofaring dengan jalan memasukkan suatu alat berupa implan

intertisial atau inserasi intrakavitas secara temporal pada ruang nasofaring.31

Pengobatan KNF dengan radiasi menggunakan sinar gama untuk mematikan atau

menghilangkan (eradikasi) seluruh sel kanker yang ada di nasofaring dan metastasisnya

di kelenjar getah bening leher.24-26 Radiasi eksternal diberikan secara homogen pada

daerah nasofaring dan sekitarnya yang meliputi fosa serebri media, dasar tengkorak,

Page 18: CA Nasofaring MALIGNA

koana dan daerah parafaring sepertiga leher bagian atas. Radiasi diberikan dari arah

lateral kanan dan kiri serta ditambah dari arah depan bila ada perluasan tumor ke hidung

dan sekitarnya.27

 

            Radiasi dengan pesawat Co60 yang memancarkan sinar (gama) diberikan

beberapa kali dengan dosis terbagi (fraksinasi), yaitu radiasi dosis 200 cGy setiap fraksi

pemberian 5 kali seminggu selama 6–7,5 minggu. Dosis yang dibutuhkan untuk eradikasi

tumor tergantung dari banyaknya sel kanker (besarnya tumor). Tumor yang masih dini

(T1 dan T2) dapat diberikan radiasi menggunakan Cobalt 60 dengan dosis sebesar 200 –

220 cGy per fraksi, 5 kali seminggu tanpa istirahat  mencapai dosis total 6000 – 6600 cGy

dalam 6 minggu.26  Sedangkan untuk KNF dengan ukuran tumor yang lebih besar (T3 dan

T4) dianjurkan diberikan dosis total radiasi pada tumor primer di nasofaring yang lebih

tinggi yaitu 7000 – 7500 cGy.28   

            Selain radiasi eksternal, booster dapat diberikan bila masih didapatkan residu

tumor dengan area diperkecil  hanya pada tumornya saja sebesar 1000 – 1500 cGy

sehingga mencapai dosis total 7500 – 8000 cGy. Booster ini umumnya diberikan dengan

cara radiasi internal (brakiterapi).

 

Respons radioterapi KNF

Sudah sejak lama kita ketahui bahwa pengukuran keberhasilan suatu terapi di

bidang onkologi adalah dengan menilai angka respon tumor (tumor respone rate),

Page 19: CA Nasofaring MALIGNA

kemampuan hidup bebas penyakit (disease free survival) dan angka kemampuan hidup

keseluruhan (overall survival).

Penilaian respons tumor terhadap terapi radiasi yang diberikan dianjurkan untuk

dilakukan minimal 4 – 6 minggu pasca terapi (WHO Offset Publication No. 48 tahun

1979, dikutip Affandi, 1992).

            Meskipun sering kali didapatkan regresi tumor yang cepat sebagai respons

radioterapi, namun dilaporkan sering kali juga mengalami kekambuhan. Respon tumor

KNF  pada radioterapi bervariasi, rata-rata respons secara keseluruhan berkisar antara

25% – 65%. Kegagalan kontrol lokal (local failure) pada radioterapi KNF stadium lanjut

sangat tinggi sekitar 50% – 80%. Dengan radioterapi kemampuan hidup keseluruhan 

(overall survival) pasien KNF berkisar 50%. Angka kemampuan hidup 5 tahun (5-years

survival rate) pada stadium awal berkisar antara 50-90%, sedangkan untuk stadium lanjut

(stadium III dan IV) angka kemampuan hidup 5 tahun berkisar 17-60%.29

Menurut Hussey tindakan biopsi pasca radioterapi untuk memastikan residu

tumor secara histopatologi dapat meningkatkan risiko radionekrosis pada re-radiasi. Atas

dasar pertimbangan ini maka tindakan biopsi nasofaring pasca radioterapi pada KNF

dengan indeks mitosis tinggi atau tumbuh progresif sebaiknya hanya dilakukan bila

tampak nyata adanya masa tumor di nasofaring. Sedangkan untuk KNF dengan

pertumbuhan yang lambat, bila tidak dijumpai tumor residif atau gejala klinis yang nyata

dianjurkan melakukan biopsi setelah  10 – 12 minggu.26

            Faktor-faktor yang mempengaruhi respons KNF terhadap radiasi antara lain

keadaan umum, kadar Hb, sistem imun, biologi tumor, derajat diferensiasi, jenis

histopatologi dan dosis.24,26 Keadaan umum pada saat menjalani radioterapi menentukan

Page 20: CA Nasofaring MALIGNA

respons sel terhadap radiasi. Kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi oksigenasi

sel kanker. Sel kanker yang hipoksik lebih radioresisten.28,30  Hal ini akan menurunkan

prognosis penderita. Status imunologi CMI (cell mediated immunity) dilaporkan

mempengaruhi respons KNF terhadap radioterapi. Penderita dengan respons imun seluler

rendah sebelum radioterapi dan tetap rendah pasca terapi mempunyai prognosis jelek.32,33

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.utmb.edu/otoref/grnds/nasophar-ca-980121/nasophar-ca-980121.htm

PENDAHULUAN Walaupun lebih umum di banyak negara Asia, keganasan nasofaring merupakan penyakit yang relatif jarang terjadi di Amerika Serikat. Hal ini sering salah didiagnosis awal karena gejala yang muncul samar-samar dan sulitnya pemeriksaan nasofaring. Ada beberapa jenis keganasan diketahui terjadi pada nasofaring termasuk karsinoma sel skuamosa, limfoma, keganasan kelenjar ludah, dan sarkoma. Sejauh ini yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa yang dapat dibagi menjadi tiga jenis dan seringkali disebut karsinoma nasofaring kolektif. Lesi ini akan menjadi fokus dari putaran besar.

ANATOMI Nasofaring berkomunikasi dengan rongga hidung anterior di choanae dan dengan orofaring inferior di batas bawah dari langit-langit lunak. Superior dan posterior, landmark penting meliputi tulang dasar tengkorak dan bagian atas tubuh vertebralis. Pipa pembuluh masukkan nasofaring lateral dan ditutup superior dan posterior oleh tulang rawan yang dikenal sebagai tubarius torus. Fosa dari Rosenmuller (recessus nasofaring lateral) terletak superior dan posterior torus dan merupakan lokasi yang paling umum untuk karsinoma nasofaring. Banyak dari foramen dasar tengkorak yang membawa struktur saraf dan pembuluh darah penting terletak berdekatan dengan nasofaring. Nasofaring dilapisi oleh mukosa yang ditutupi dengan baik epitel skuamosa berlapis atau epitel kolumnar pseudostratified. Hal ini dari karsinoma nasofaring epitelium yang muncul. Mukosa juga mengandung struktur lainnya termasuk jaringan ludah dan limfoid. Sebagaimana disebutkan di atas, unsur ini juga dapat menimbulkan keganasan, meskipun lebih jarang.

EPIDEMIOLOGI Karsinoma nasofaring dapat terjadi pada usia berapapun dan seperti disajikan di atas, lebih sering terjadi pada populasi Cina (ayat 18% 0,25% di Amerika Utara) .1 Telah dicatat bahwa tingkat karsinoma nasofaring meningkat sebagai gen Cina diperkenalkan ke dalam daerah. Juga generasi pertama Cina-Amerika akan memiliki risiko mengembangkan lesi ini tetapi tetap lebih tinggi daripada suku bunga AS secara keseluruhan. Temuan ini tampaknya menunjukkan baik etiologi genetik dan lingkungan.

Page 21: CA Nasofaring MALIGNA

HLA-A2 dan HLA-B-Sin 2 lokus histokompatibilitas telah diidentifikasi sebagai penanda mungkin untuk kerentanan genetik. (1) lain etiologi penting dalam beberapa jenis karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-Barr. Bukti dari virus telah ditemukan di sel-sel tumor mereka sendiri dan, sebagaimana akan dibahas nanti, banyak pasien memiliki anti-EBV antibodi. Etiologi yang mungkin lainnya termasuk paparan nitrosamin, hidrokarbon polisiklik, kronis infeksi hidung, kebersihan yang buruk, dan ventilasi miskin nasofaring. (1)

KLASIFIKASI Organisasi Kesehatan Dunia telah mengembangkan sistem klasifikasi yang membagi karsinoma nasofaring menjadi tiga jenis berdasarkan temuan mikroskop cahaya. Tipe I atau karsinoma sel skuamosa yang ditandai dengan moderat untuk sel-sel juga dibedakan yang memproduksi keratin dan memiliki jembatan interseluler dan temuan lain yang serupa dengan karsinoma sel skuamosa yang khas. Dua puluh lima persen dari karsinoma nasofaring adalah dari jenis ini. Tipe II lesi, karsinoma non-keratinizing, memiliki sel-sel yang berbeda dari matang untuk anaplastik dalam penampilan tetapi menghasilkan minimal jika keratin apapun. Ini sering menyerupai karsinoma sel transisional karsinoma kandung kemih. Sekitar dua belas persen dari karsinoma nasofaring adalah dari jenis ini. Tipe III terdiri dari berbagai kelompok karsinoma sering digambarkan sebagai karsinoma tidak berdiferensiasi. Termasuk dalam kelompok ini adalah lymphoepitheliomas, anaplastik, sel jernih, dan varian sel spindle. Lesi ini seringkali sulit untuk membedakan dari limfoma dan mungkin memerlukan noda khusus dan spidol untuk mengidentifikasi asal epitel mereka. Sel-sel tumor sering berada dalam stroma limfoid dan ketika densitas stroma lebih besar dari sel-sel tumor sendiri, lesi disebut sebuah lymphoepithelioma. (2) Enam puluh persen dari semua karsinoma nasofaring dan hampir semua yang ditemukan pada pasien muda adalah dari jenis ini.

Meskipun lesi tipe I sering disebut karsinoma sel skuamosa, harus diingat bahwa semua tiga jenis berasal dari sel epitel nasofaring dan dapat diidentifikasi sebagai karsinoma sel skuamosa dengan mikroskop elektron. Ada perbedaan penting antara lesi Namun tertentu saya jenis dan tipe II dan III. Kelangsungan hidup 5 tahun untuk karsinoma tipe I hanya 10% sedangkan jenis II dan III telah bertahan hidup sekitar 50% pada lima tahun. Namun, jenis II dan III cenderung lebih kronis dengan penyakit kambuh kadang-kadang terjadi bertahun-tahun setelah pengobatan awal. Perbedaan penting lainnya adalah bahwa jenis II dan III lebih umumnya terkait dengan anti-EBV serologi dan DNA EBV dalam sel-sel tumor. Human papillomavirus (tipe 11 dan 16) DNA telah diidentifikasi di WHO tipe I karsinoma. (3)

KURSUS KLINIS Seperti disebutkan di atas gejala karsinoma nasofaring sering halus pada awalnya dan indeks kecurigaan yang tinggi diperlukan untuk diagnosis dini. Kehilangan pendengaran unilateral dari efusi telinga tengah adalah penemuan yang paling umum dan harus dianggap sebagai indikasi untuk ujian nasofaring. Sayangnya, keluhan lain menyajikan umum adalah massa leher akibat penyebaran daerah. Lesi besar atau exophytic dapat menyebabkan obstruksi hidung atau epistaksis. Juga, sebagai tumor membesar, saraf kranial yang berdekatan dapat terlibat. Xerophthalmia mungkin akibat dari keterlibatan

Page 22: CA Nasofaring MALIGNA

saraf yang lebih besar petrosus superfisial pada foramen lacerum dan nyeri wajah mungkin menunjukkan keterlibatan saraf Trigeminal. Diplopia mungkin terjadi dengan cedera saraf Abducens terisolasi sedangkan ophthalmoplegia menunjukkan keterlibatan saraf kranial III, IV dan VI, biasanya pada sinus cavernous atau fisura orbital superior. Sindrom Horner terjadi dengan cedera pada rantai simpatis servikal dan lebih luas tengkorak dasar keterlibatan menghasilkan defisit saraf kranial yang lebih rendah (IX, X, XI, XII). (4)

Pemeriksaan nasofaring dapat mengungkapkan massa exophytic atau massa, halus ditutupi mukosa. Lokasi awal yang paling umum untuk lesi ini dalam fosa dari Rosenmuller. Nasofaring juga dapat dasarnya normal dalam penampilan dengan diagnosis hanya dibuat setelah biopsi acak untuk menyebarkan regional tanpa primer dikenal. Nasofaring memiliki jaringan limfatik yang kaya yang berkomunikasi melintasi garis tengah membuat penyebaran daerah bilateral umum ditemukan. Menyebar jauh ke paru-paru, tulang atau hati adalah mungkin, tetapi jarang pada pasien Amerika Utara (<3% pada presentasi). (1)

EVALUASI LABORATORIUM radiologi dan Kontras CT dengan jendela jaringan tulang dan lembut adalah alat pencitraan pilihan untuk menentukan tingkat penyebaran karsinoma nasofaring. MRI juga dapat membantu dalam evaluasi keterlibatan jaringan lunak, terutama dengan karsinoma berulang. Sebuah x-ray dada biasanya termasuk dalam awal kerja-up untuk menyingkirkan metastasis paru. CT dada, termasuk hati, dan scan tulang mungkin diindikasikan jika menyebar jauh dicurigai.

Rutin KBK, profil kimia dan tes fungsi hati yang diperoleh untuk layar untuk penyakit metastasis. Selain itu, beberapa anti-EBV tes serologi berguna dalam mendeteksi dan menentukan prognosis karsinoma nasofaring, terutama jenis II dan III. Imunofluoresensi untuk antibodi IgA terhadap antigen kapsid virus (VCA) dan antibodi IgG terhadap antigen dini (EA) dapat membantu mengidentifikasi penyakit okultisme atau awal dalam banyak kasus. Sebagai tes ini menjadi lebih praktis dan tersedia secara luas, mereka dapat digunakan untuk layar untuk karsinoma nasofaring di daerah insiden tinggi. Tes serologi lain yang memberikan informasi prognostik adalah antibodi-bergantung selular sitotoksisitas (ADCC) assay. Titer tinggi antibodi ini berkaitan dengan lebih baik kelangsungan hidup jangka panjang.

Pementasan Beberapa pementasan metode telah dikembangkan untuk karsinoma nasofaring termasuk Komite Bersama Amerika untuk Staging Kanker, International Union Against Cancer, dan sistem Ho (1) Sayangnya., Banyak dari sistem ini gagal untuk mempertimbangkan indikator prognostik penting karsinoma nasofaring khas dan sering memiliki prognosis yang serupa untuk tahapan yang berbeda. Neel dan Taylor mengembangkan sistem yang didasarkan pada lima indikator prognostik penting yang memberikan pemisahan yang lebih jelas antara tahap. Sistem ini memberikan nilai numerik dengan kehadiran atau tidak adanya indikator dan panggung ditentukan dari skor total. Indikator prognosis dipertimbangkan dan nilai yang terkait meliputi tumor primer yang luas (+0.5), durasi

Page 23: CA Nasofaring MALIGNA

gejala sebelum diagnosis kurang dari 2 bulan (-0,5), adanya tujuh atau lebih gejala (+1), WHO histologis tipe I (+1 ), dan menurunkan simpul penyakit serviks (+1). Tahap A hadir jika skor kurang dari nol, B tahap jika 0-0,99, tahap C jika 1,0-1,99 dan tahap D jika lebih besar dari 2.0.5 Sebagaimana disebutkan di atas, titer uji ADCC adalah penting dan dapat dipertimbangkan jika tersedia .

MANAJEMEN Terapi sinar radiasi eksternal terus menjadi andalan pengobatan untuk lesi ini. Dosis 6500-7000 cGy diarahkan pada lesi primer dan kelenjar getah bening eselon atas. Jika klinis positif, node serviks lebih rendah termasuk di lapangan. Juga, pengobatan profilaksis klinis node negatif serviks lebih rendah dengan 5000 cGy dapat dipertimbangkan. Brachytherapy adalah kadang-kadang digunakan sebagai adjuvan terhadap radiasi sinar eksternal atau dalam kasus-kasus tumor berulang / sisa. Meskipun metode peningkatan memberikan radiasi telah mengurangi komplikasi, efek samping terkenal memang terjadi. Ini mungkin sangat bermasalah saat reirradiation diperlukan untuk penyakit residu atau berulang. Selain temuan umum xerostomia, tabung estachius disfungsi sering terjadi. Awal setelah perawatan bermanifestasi ini sebagai efusi telinga tengah dengan gangguan pendengaran terkait. Seiring waktu Namun, banyak pasien akhirnya mengembangkan tabung estachius patulous (6) endokrin gangguan seperti hypopituitarism, hipotiroidisme, dan disfungsi hipotalamus yang mungkin gejala sisa jangka panjang dan evaluasi periodik sesuai endokrin.. Trismus dan masalah lain yang berkaitan dengan fibrosis jaringan lunak, serta komplikasi ophthamologic dan dasar tengkorak nekrosis, mungkin terjadi.

Manajemen operasi terutama digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan histologis dan untuk pengujian EBV. Jika tumor jelas adalah hadir dalam nasofaring, biopsi dengan anestesi lokal di klinik mungkin praktis jika pasien kooperatif. Karena lesi ini sering heterogen, biopsi harus besar untuk memastikan diagnosa yang tepat dan WHO mengetik. Instrumen seperti Takahashi atau forsep Blakesley yang ideal untuk mendapatkan biopsi yang memadai. (7) Jika tumor tidak jelas atau jika jaringan yang memadai tidak dapat diperoleh di klinik, pasien harus dibawa ke ruang operasi untuk endoskopi formal dan biopsi di bawah anestesi umum.

Meskipun reseksi bedah di wilayah ini pernah dianggap mustahil, pendekatan modern memungkinkan akses untuk eksisi. Hal ini jarang diindikasikan sebagai pengobatan utama, tapi mungkin tepat dalam kasus tertentu penyakit berulang ketika radiasi tambahan tidak tepat. Fosa infratemporal dan transparotid pendekatan tulang temporal menawarkan akses ke ruang pterygomaxillary dan fosa infratemporal tetapi memiliki eksposur terbatas nasofaring, terutama sisi kontralateral. Pendekatan-pendekatan lateral juga dikenakan morbiditas yang signifikan. Pendekatan transpalatal dikaitkan dengan morbiditas kurang tapi juga paparan kurang lateral. Penulis lain telah melaporkan keberhasilan menggunakan pendekatan transmaxillary dan untuk karsinoma nasofaring transmandibular sisa / berulang. (8)

Sebuah indikasi yang lebih umum terapi bedah melibatkan tumor primer berhasil diobati dengan kegagalan daerah. Sebuah diseksi leher radikal mungkin merupakan prosedur

Page 24: CA Nasofaring MALIGNA

yang tepat dalam kasus ini dan telah dilaporkan sebagai lebih efektif mengendalikan penyakit leher dari radiasi tambahan. (9) Akhirnya, dengan penempatan ventilasi miringotomi tabung dapat dipertimbangkan pada pasien dengan persisten, gejala telinga tengah efusi. Jika diindikasikan ini harus dilakukan sebelum terapi radiasi karena kejadian komplikasi seperti otorrhea dan otalgia persisten berkurang. Jika dipertimbangkan setelah terapi radiasi, periode pengamatan sebelum prosedur ini biasanya ditunjukkan dan amplifikasi mungkin pilihan yang lebih baik. (2)

Kemoterapi sebagai adjuvant terapi radiasi belum menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam hasil jangka panjang dan karena itu terus digunakan terutama sebagai ukuran paliatif. Sementara imunoterapi juga tidak menunjukkan peningkatan yang jelas dalam kelangsungan hidup hingga saat ini, hubungan erat tertentu antibodi anti-EBV dengan prognosis yang lebih baik menawarkan harapan dari pendekatan berbasis imunologis yang efektif di masa depan. Juga, vaksin untuk melindungi terhadap penyakit EBV terkait mungkin suatu hari menjadi kenyataan.

KESIMPULAN Karsinoma nasofaring adalah penyakit langka di Amerika Utara dan memiliki ketahanan hidup 5 tahun secara keseluruhan 40% untuk semua jenis. Hal ini jauh lebih umum pada orang-orang keturunan Cina. Tanda-tanda dan gejala menyajikan sering kentara memerlukan indeks kecurigaan yang tinggi untuk diagnosis dini. Tiga WHO kelas dijelaskan dengan pertama sering digambarkan sebagai karsinoma sel skuamosa dan membawa prognosis yang lebih buruk. Harus diingat bahwa semua kelas berasal dari sel epitel dan dapat diidentifikasi sebagai karsinoma sel skuamosa dengan mikroskop elektron. Kedua kedua kelas memberikan kelangsungan hidup lebih baik dan sering dikaitkan dengan anti-EBV antibodi. Pengobatan terutama terapi radiasi.

BAB 33 - Faring

Faring adalah 12-14 cm panjang tabung musculomembranous berbentuk seperti kerucut

terbalik. Ini meluas dari dasar tengkorak ke batas bawah kartilago krikoid (tingkat

vertebra servikalis keenam), di mana ia menjadi terus-menerus dengan kerongkongan.

Lebar faring terus bervariasi karena tergantung pada otot, terutama dari constrictors: saat

istirahat persimpangan pharyngo-esofagus ditutup sebagai akibat dari penutupan tonik

dari sfingter esofagus bagian atas, dan selama tidur otot rendah dan dimensi faring adalah

penurunan tajam (yang dapat menimbulkan mendengkur dan apnea tidur). Faring terbatas

di atas oleh bagian posterior tubuh sphenoid dan bagian basilar dari tulang oksipital, dan

kontinu dengan esofagus bawah. Belakang, dipisahkan dari bagian leher rahim dari

kolom tulang belakang dan fasia prevertebral yang meliputi Colli longus dan longus

Page 25: CA Nasofaring MALIGNA

capitis oleh jaringan ikat longgar dalam ruang retropharyngeal atas dan ruang

retrovisceral bawah.

Otot-otot faring tiga constrictors melingkar dan tiga lift longitudinal. Para constrictors

dapat dianggap sebagai tiga kerucut yang tumpang tindih yang timbul dari struktur di sisi

kepala dan leher dan lulus posterior untuk memasukkan ke dalam sebuah band fibrosa

garis tengah, rafe faring. Pasokan arteri ke faring berasal dari cabang-cabang arteri

karotid eksternal, khususnya arteri faring ascending, tetapi juga dari cabang-cabang

palatina dan tonsil naik dari arteri wajah, arteri maksilaris (arteri palatina dan faring yang

lebih besar dan arteri dari pterygoideus kanal) dan cabang lingual dorsal arteri lingual.

Pembuluh darah faring dimulai dalam pleksus eksternal untuk faring, menerima vena

meningen dan pembuluh darah dari saluran pterygoideus, dan biasanya berakhir pada

vena jugularis interna. Limfatik kapal dari faring dan lulus kerongkongan serviks ke

kelenjar serviks yang mendalam, baik secara langsung atau melalui node retropharyngeal

atau paratrakeal. Motor dan persarafan sensoris pada prinsipnya melalui cabang pleksus

faring.

Faring terletak di belakang, dan berkomunikasi dengan,, rongga hidung mulut dan

laring melalui orofaring, nasofaring dan laryngopharynx masing-masing. Lapisan mukosa

adalah terus-menerus dengan yang melapisi tabung pharyngotympanic, rongga hidung,

mulut dan laring.

Gambar. 33.1 nasofaring, orofaring dan laryngopharynx, terpapar dengan

memotong raphe median dan faring mencerminkan otot-otot konstriktor lateral di kedua

sisinya, melihat posterior.

Gambar. 33,2 A, bagian Sagittal melalui kepala dan leher, termasuk rongga

hidung dan oral tetapi tidak termasuk wilayah intrakranial (dari Sobotta 2006). B, MRI

Sesuai, juga termasuk fosa kranial posterior, otak kecil dan sumsum tulang belakang

serviks. 1. Sarang sumbu. 2. Tulang rawan krikoid lamina. 3. Esofagus. 4. Keras langit-

langit. 5. Langit-langit lunak. 6. Uvula. 7. Faring bagian dari lidah. 8. Epiglottis. 9. Hyoid

tulang.(B dengan milik Dr Roger JS Chinn.

Page 26: CA Nasofaring MALIGNA

Nasofaring

BATAS

Nasofaring terletak di atas langit-langit lunak dan di belakang nares posterior, yang

memungkinkan bagian pernapasan bebas antara rongga hidung dan nasofaring (Gambar

33,1, 33,2). Septum hidung memisahkan dua nares posterior, yang masing-masing

berukuran sekitar 25 mm dan 12 mm secara vertikal melintang. Hanya dalam bukaan ini

terletak ujung posterior conchae hidung rendah dan menengah. Nasofaring memiliki atap,

dinding posterior, lateral dan dua dinding lantai. Ini adalah kaku (kecuali untuk lantai,

yang dapat dinaikkan atau diturunkan oleh langit-langit lunak) dan rongga nasofaring

karena itu tidak pernah terhapus oleh tindakan otot, tidak seperti rongga dari

laryngopharynx oro-dan. Bagian-bagian hidung dan mulut dari faring berkomunikasi

melalui tanah genting faring yang terletak antara perbatasan posterior langit-langit lunak

dan dinding faring posterior. Ketinggian langit-langit lunak dan penyempitan sfingter

palatopharyngeal dekat tanah genting saat menelan.

Atap dan dinding posterior membentuk lereng cekung terus menerus yang mengarah

turun dari septum hidung untuk orofaring. Hal ini dibatasi di atas oleh mukosa yang

melapisi bagian posterior tubuh sphenoid, dan selanjutnya kembali oleh bagian basilar

tulang oksipital sejauh tuberkulum faring. Lebih jauh ke bawah, mukosa ignimbrit fasia

pharyngobasilar dan serat atas konstriktor superior, dan di belakang ini, lengkungan

anterior atlas. Sebuah massa limfoid, yang adenoid, terletak pada mukosa bagian atas

dinding posterior atap dan di garis tengah.

Dinding lateral nasofaring menampilkan sejumlah fitur permukaan penting. Di kedua sisi

masing-masing menerima pembukaan tabung pharyngotympanic (juga disebut

pendengaran atau tabung Eustachio), terletak 10-12 mm di belakang dan sedikit di bawah

tingkat akhir posterior daun telinga hidung rendah (Gambar 33.2). Aperture tuba adalah

sekitar segitiga dalam bentuk, dan terbatas di atas dan di belakang oleh elevasi tuba yang

Page 27: CA Nasofaring MALIGNA

terdiri dari mukosa yang melapisi faring akhir menonjol tulang rawan dari tabung

pharyngotympanic. Sebuah lipat mukosa vertikal, flip salpingopharyngeal, turun dari

ketinggian tuba belakang aperture (Gambar 33.2) dan mencakup salpingopharyngeus

dalam dinding faring (lihat Gambar 33.4.); Lipatan kecil memanjang salpingopalatine

dari sudut anterosuperior dari tuba elevasi ke langit-langit lunak di depan aperture.

Sebagai levator Veli palatini memasuki langit-langit lunak menghasilkan ketinggian

mukosa segera di sekitar pembukaan tuba (lihat Gambar. 33,4). Sebuah massa variabel

kecil dari jaringan limfoid, amandel tuba, terletak pada mukosa segera balik pembukaan

tabung pharyngotympanic, dan selanjutnya balik elevasi tuba ada depresi variabel di

dinding lateral, lateral pharyngeal reses (fosa dari Rosenmüller) . Lantai nasofaring

dibentuk oleh permukaan, hidung atas langit-langit lunak.

   

Gambar. Sebuah 33,4 Interior, faring, terpapar oleh penghapusan selaput lendir, bagian

sagital. Tubuh dari vertebra servikalis telah dihapus, dinding posterior faring potongan

ditarik dorsolaterally dan palatopharyngeus tercermin dorsal untuk menunjukkan serat

tengkorak dari konstriktor rendah. Dorsum lidah telah ditarik ventrally untuk

menampilkan bagian dari styloglossus dalam interval sudut antara mandibula dan serat

lingual asal konstriktor superior. B, Otot-otot kiri setengah dari langit-langit lunak dan

bagian yang berdampingan dinding faring, bagian sagital.