Upload
yayasan-rmi
View
261
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengelolaan Sumberdaya Daerah Aliran Sungai
Citation preview
jiwa, namun beberapa warga
pingsan melihat terobosan air
kedalam rumah mereka.
Banjir ini dipicu oleh pengerukan
dan pengikisan tanah dari proyek
perkebunan SPN (Sekolah
Kepolisan Negara) Lido seluas 20
hektar. Menurut warga, sebelum
ada proyek tersebut air tidak
pernah masuk kedalam rumah
warga. Tingkat kedalaman
pengerukan saat ini mencapai 4m
dengan tinggi tanggul sekitar 2m.
Tanggul tumpukan tanah
tersebut yang sudah tidak
sanggup menahan luapan air
hujan, mendorong lumpur masuk
ke rumah penduduk. Hingga saat
ini belum diketahui tujuan
pengerukan yang dilakukan oleh
Karena lahan itu dikeruk dan tidak dibuat tanggul yang benar,
jadi kami yang kena banjir lumpur ini….
(korban banjir lumpur, Kec. Cigombong, Bogor, Juni 2013)
Banjir lumpur itu datang
pada tanggal 8 Juni 2013,
tepat beberapa hari setelah
dunia memperingati hari
Lingkungan. Kejadian ini
diawali dengan hujan lebat
disertai angin kencang yang
menerjang wilayah
Cigombong dan sekitarnya
sekitar pukul 16.00 – 19.00
WIB. Hujan lebat tersebut
sanggup menyapu rumah-
rumah dan beberapa
fasilitas peribadatan dan
fasilitas ekonomi masyarakat
di Desa Srogol dan Desa
Wates Jaya, Kecamatan
Cigombong, Kabupaten
Bogor. Sedikitnya lima
rumah rusak parah dan
terendam air setinggi 1,5
meter dan sekitar 30 rumah
rusak ringan yang terendam
lumpur. Tidak ada korban
Rumah yang terendam lumpur
Foto : Sri Utami Dewi
Kini Banjir Lumpur pun Kami Rasakan : Cerita dari Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor
Cerita bergambar
Bulletin RMI E D I S I I — J U N I 2 0 1 3 M E D I A I N F O R M A S I P U B L I K
D A F T A R
I S I :
Peristiwa ; Ban-
jir Lumpur
Cigombong
Focus ; Pengel-
olaan Sumber-
daya Daerah
Aliran Sungai
Opini ; Perspek-
tif anak ? Siapa
Takut !
Tips : Gaya
Hidup Ramah
Lingkungan
Event : One-Stop
South East Asia
Youth River Tour
Catatan Kaki ;
Pengelolaan
DAS Berbasis
Masyarakat
Esai Foto
Oleh : Indra N Hatasura
P A G E 2
Dari Redaksi
Selamat atas terbitnya Bulletin RMI edisi perdana, Juni 2013 !
Bersamaan dengan peringatan Hari Lingkungan, edisi perdana Bulletin RMI diluncurkan
dengan mengangkat tema “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)”.
DAS seringkali diidentikan dengan sungai. Padahal bicara pengelolaan DAS juga bicara tentang
pengelolaan wilayah yang terencana sesuai dengan kondisi wilayah setempat untuk
mendatangkan manfaat yang berkelanjutan, baik secara lingkungan maupun ekonomi bagi
masyarakat setempat. Memperhatikan daya dukung lingkungan serta melibatkan masyarakat
setempat menjadi faktor penting dalam pengelolaan DAS berbasis masyarakat.
Namun faktanya ketidakseimbangan terus terjadi. Kerakusan manusia tidak pernah
mengindahkan daya dukung alam. Atas nama pembangunan, alih fungsi lahan sering terjadi
tanpa melihat dampaknya, baik terhadap lingkungan maupun terhadap masyarakat setempat.
Maka tak heran jika bencana banjir dan longsor pun terus terjadi. Seperti banjir lumpur yang
dirasakan masyarakat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor (hulu DAS Cisadane) 8 Juni
yang lalu, akibat aktivitas Perkebunan SPN Lido.
Pengelolaan DAS yang tidak memandang kesesuaian dan daya dukung wilayah serta tidak
melibatkan masyarakat setempat hanya akan mendatangkan bencana lingkungan dan
menambah daftar korban kekerasan, khususnya perempuan dan anak-anak.
Dalam edisi perdana ini, fakta dan dinamika pengelolaan DAS di Indonesia akan dibahas oleh
pakar Hidrologi Fakultas Kehutanan IPB. Rubrik opini akan mempertajam dengan
menyampaikan fakta lapangan pengelolaan DAS Cisadane serta dampaknya terhadap anak-
anak. Berbagai liputan peristiwa serta aktivitas RMI pun dipaparkan dengan apik pada edisi
perdana ini.
Selamat membaca!
Tim Redaksi
B U L L E T I N R M I
Penanggung Jawab Nia Ramdhaniaty
Pemimpin Redaksi
Ratnasari
Redaktur Pelaksana Fahmi Rahman
Anggota Redaksi
Lukmi Atie, Mardha Tillah, Indra N Hatasura, Eman Sulaeman, Asep Suryana, Maesaroh
Desain dan tata letak
Fahmi Rahman, Erik Suhana, Widodo
Sirkulasi Siti Solihat, Candra Tresna
P A G E 3
“Daratan
Indonesia
terbagi menjadi
lebih dari
17.089 DAS”
SK.511/Menhut-
V/2011
Pendahuluan
Daerah Aliran Sungai (DAS) sering dimaknai awam secara sempit, yaitu sebagai daerah di kiri-kanan sungai, diidentikan dengan sempadan sungai, atau bahkan dimaknai sebatas bantaran sungai. Pengertian DAS sebagai terminologi teknis hidrologi dimaknai sebagai bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran air berupa rangkaian punggung-punggung bukit atau gunung yang apabila hujan turun di lahan tersebut akan dialirkan menuju ke satu titik patusan (outlet) yang sama, baik di danau atau di laut.
Suatu DAS pada dasarnya merupakan suatu kesatuan sistem hidrologi (permukaan), yang paling tidak terdiri dari 3 sub sistem utama yaitu udara, penutup lahan, tanah dan batuan, yang satu sama lain berinteraksi me-lalui siklus/aliran air. Dalam konteks DAS sebagai satuan pengelolaan sumberdaya alam, selain 3 sub sistem utama tersebut sangat penting memasukkan sub sistem sumberdaya manusia, yang berinteraksi dengan ketiga sub sistem utama lainnya melalui kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sistem alami dan sistem sosial-ekonomi-budaya suatu DAS adalah unik, berbeda antara satu DAS dengan DAS lainnya, demikian juga permasalahan pengelolaan yang dihadapinya.
Suatu daratan pulau/benua terbagi habis menjadi DAS-DAS. Daratan Indonesia terbagi menjadi lebih dari 17.000 DAS. Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, membagi daratan Indonesia berdasarkan data SRTM menjadi 17.089 DAS (Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 511/Menhut-V/2011 tentang Penetapan Peta Daerah Aliran Sungai). Berdasarkan pembagian DAS tesebut, dan batas administrasi wilayah pemerin-tahan, sebagian besar DAS di Indonesia merupakan DAS lintas kabupaten di dalam propinsi yang sama (38% luas daratan Indonesia) yang terbagi dalam 688 DAS, dan lainnya adalah DAS lintas propinsi (29% luas da-ratan; 89 DAS), DAS di dalam satu kabupaten/kota (26% luas daratan; 16.302 DAS) dan DAS lintas negara (7% luas daratan, 10 DAS). Jumlah DAS di Indonesia yang mengalami penurunan fungsi, baik fungsi pengaturan tata air, pengendalian erosi maupun produktivitas lahan semakin meningkat, yang dicirikan dengan semakin banyaknya wilayah yang sering mengalami banjir, longsor dan kekeringan, penurunan kualitas air, defisit perdagangan pangan dan kualitas kesehatan, terutama di bagian hilir DAS yang umumnya merupakan pusat-pusat kegiatan perekonomian.
Isu dan Permasalahan Pengelolaan DAS
Isu dan permasalahan pengelolaan DAS pada dasarnya bersifat unik, berbeda dari satu DAS dengan DAS
lainnya. Keunikan tersebut dipengaruhi oleh karakteristik sifat klimatik, bio-fisik DAS, dan penggunaan lahan
(sumberdaya alam). Penggunaan lahan merupakan hasil interaksi masyarakat dengan sumberdya alamnya,
yang dipengaruhi oleh karakteristik sosio-ekonomi-budaya masyarakatnya dan politik (kebijakan)
pembangunan pemerintahnya.
Banjir, longsor, kekeringan, penurunan kualitas air, dan lahan kritis merupakan fenomena-fenomena, atau
kejadian-kejadian yang umum dijadikan sebagai isu-isu dalam pengelolaan DAS. Isu-isu tersebut pada
dasarnya merupakan kejadian alami sebagai proses menuju keseimbangan baru akibat adanya perubahan
salah satu atau beberapa komponen alamnya. Penyebab perubahan tersebut dapat berupa penyebab alami,
dan atau penyebab oleh kegiatan manusia. Banjir misalnya, dapat terjadi akibat faktor alami, yaitu hujan
ekstrim. Walaupun penggunaan lahannya masih alami, banjir akan terjadi apabila hujan ekstrim melebihi
kapasitas tampung DAS beserta saluran-saluran drainasenya. Hujan ekstrim terjadinya langka atau periode
ulangnya lama. Banjir juga dapat terjadi bukan pada saat hujan ekstrim atau dapat terjadi semakin sering
dengan hujan yang jauh lebih kecil dari hujan ekstrim. Hal ini terjadi apabila penggunaan lahan
menyebabkan kapasitas DAS dan saluran drainasenya berkurang dalam menerima kejadian hujan tersebut.
Isu banjir di Indonesia semakin sering muncul di satu DAS dan juga banyak muncul di DAS lainnya. Kejadian banjir tersebut umumnya terjadi akibat perubahan penggunaan lahan dari hutan alam, menjadi lahan-lahan budidaya baik untuk hutan tanaman, perkebunan, pertambangan, perumahan, jaringan jalan dan
Pengelolaan Sumberdaya Daerah Aliran Sungai
Oleh : Dr.Hendrayanto (Pengajar pada Departemen Manajemen Hutan IPB)
Fokus
P A G E 4
“Kajian terhadap isu-isu
dalam pengelolaan
sumberdaya DAS
seringkali berhenti
sampai pada kajian
teknis penyebab
munculnya isu-isu
tersebut sebagaimana
disebutkan sebelumnya,
kurang mengkaji lebih
jauh penyebab
terjadinya faktor-faktor
tersebut”
peruntukan lainnya yang kurang memperhatikan daya dukung lahan, konservasi tanah dan air, sehingga meningkatkan aliran permukaan yang berpotensi meningkatkan peluang kejadian banjir dan juga meningkatkan erosi permukaan yang berpotensi meningkatkan sedimentasi, pendangkalan sungai.
Aliran permukaan selain membawa partikel tanah, juga membawa zat-zat, unsur-unsur kimia yang berasal dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk kimia, pestisida, juga dari perumahan, industri yang tidak melakukan pengolahan, perlakuan limbah yang berpotensi menjadi polutan bagi air sungai.
Kajian terhadap isu-isu dalam pengelolaan sumberdaya DAS seringkali berhenti sampai pada ka-
jian teknis penyebab munculnya isu-isu tersebut sebagaimana disebutkan sebelumnya, kurang
mengkaji lebih jauh penyebab terjadinya faktor-faktor tersebut seperti misalnya faktor penyebab
praktek penggunaan lahan pertanian, perkebunan, pertambangan yang tidak atau kurang mem-
perhatikan daya dukung lahan, konservasi tanah dan air, pembangunan perumahan, pabrik, in-
dustri yang tidak memperhatikan aspek pengolahan limbah dan lainnya.
Kajian yang berhenti pada aspek teknis umumnya menghasilkan rekomendasi teknis, semisal penanaman pohon, pembuatan terasering, pembuatan waduk, bendung tanpa atau kurang merekomendasikan program penyelesaian masalah mendasar dari munculnya isu-isu tersebut. Program penanaman pohon misalnya, sudah sejak lama diprakarsai pemerintah lengkap dengan fasilitasi bibit, pupuk bahkan upah. Namun, keberhasilannya sulit ditunjukkan, berbeda ketika tersedia insentif ekonomi, yaitu pasar kayu yang kompetitif dengan komoditas lainnya telah membuktikan mendorong tumbuhnya hutan rakyat di Jawa.
Pembangunan waduk/dam pasti berada di bagian hilir suatu DAS. Bagian hilir dalam hal ini diarti-kan sebagai wilayah di bagian yang lebih bawah (rendah). Apabila bagian di atasnya waduk, atau dam tidak diperhatikan, maka akan berpotensi terjadinya pendangkalan waduk yang lebih cepat dari rencana akibat sedimentasi yang berasal dari penggunaan lahan yang tidak baik. Lebih jauh, pendangkalan waduk yang tidak terkelola dengan baik akan menjadi ancaman bagi wilayah di hilirnya waduk.
Rencana penggunaan lahan yang dituangkan dalam bentuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
secara konseptual maupun peraturan perundangan dibuat secara hirarkis dari mulai tingkat
nasional, propinsi sampai tingkat kabupaten, kota. RTRW tingkat nasional merupakan rujukan
dalam penyusunan RTRW propinsi, dan RTRW propinsi merupakan rujukan bagi RTRW kabupaten
-kota. Penyusunan RTRW di semua tingkatan diamanatkan undang-undang untuk memperhatikan
daya dukung dan daya tampung dan juga Daerah Aliran Sungai.
RTRW mengatur rencana struktur dan pola ruang. Penyusunan rencana struktur dan pola ruang pada dasarnya memperhatikan dan mempertimbangkan sifat-sifat sumberdaya alam yang diwujudkan sebagai daya dukung dan daya tampung, DAS atau Wilayah Sungai dan juga kependudukan. Pola ruang kemudian menghasilkan arahan mengenai fungsi kawasan. Dalam penyusunan RTRW pada umumnya belum cukup melakukan ekplorasi data dan informasi terkait pemilikan lahan, perijinan penggunaan lahan dan sejenisnya yang terkait dengan pertanahan.
Data dan informasi tentang kepemilikan, perijinan penggunaan lahan tersebut perlu dan penting
terutama dalam mendukung perumusan strategi implementasi RTRW. Perencanan pembangunan
yang terkait dengan penggunaan lahan umumnya kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga
sering terjadi penghambatan terhadap program pembangunan akibat adanya konflik penguasaan
dan penggunaan lahan yang tidak mendapat perhatian untuk diselesaikan
Penguasaan dan penggunaan lahan yang menimbulkan konflik, RTRW yang disusun parsial
berdasarkan wilayah pemerintahan tanpa adanya sinkronisasi untuk mencapai tujuan bersama
pembangunan DAS yang mencakup lebih dari satu wilayah otonom kabupaten-kota umum
dijumpai di Indonesia dan sering menjadi penghambat pembangunan wilayah secara optimal bagi
masyarakat di suatu DAS.
Di Indonesia terdapat dua
lembaga yang batas
k e w e n a n g a n n y a
menggunakan satuan DAS
atau Wilayah Sungai, yaitu
Balai (Besar) Pengelolaan
DAS (BPDAS) dibawah
Kementerian Kehutanan dan
Balai (Besar) Wilayah Sungai
d ib aw ah Kem en trian
Pekerjaan Umum.
B U L L E T I N R M I
P A G E 5
Tanpa program untuk mengatasi masalah mendasar tentang penguasaan dan penggunaan lahan (penyelesaian
konflik) dan perencanaan parsial pembangunan wilayah berdasarkan wilayah pemerintahan otonom (integrasi
rencana pembangunan wilayah dalam satu DAS lintas pemerintahan), maka kondisi dan fungsi DAS akan sulit
dipulihkan.
Tantangan Pengelolaan DAS
Munculnya masalah mendasar dalam pengelolaan sumberdaya suatu DAS, seperti konflik penguasaan dan penggunaan lahan, perencanaan parsial baik sektoral maupun regional pemerintahan, diduga kuat akibat pengelolaan sumberdaya alam dikelompokkan berdasarkan sektor pembangunan (komoditas sumberdaya), dan didasarkan batas kewenangan pemerintahan tanpa, atau belum berhasilnya upaya singkronisasi, integrasi pengelolaan berdasarkan satuan ekosistem, dalam hal ini berdasarkan DAS atau Wilayah Sungai.
Di Indonesia terdapat dua lembaga yang batas kewenangannya menggunakan satuan DAS atau Wilayah Sungai, yaitu
Balai (Besar) Pengelolaan DAS (BPDAS) dibawah Kementerian Kehutanan dan Balai (Besar) Wilayah Sungai dibawah
Kementrian Pekerjaan Umum. DAS di Indonesia “dikelola” oleh 36 BPDAS dan 33 BWS. Wilayah kerja satu BPDAS
mencakup satu atau lebih DAS, sedangkan wilayah kerja BWS adalah satu atau lebih Wilayah Sungai lintas propinsi
dan lintas negara. Wilayah Sungai sendiri terdiri dari satu atau lebih DAS. Jadi dari segi pewilayahan, wilayah kerja
kedua lembaga ini dapat dikatakan sama.
Lembaga ini dua-duanya memiliki mandat untuk memfasilitasi penyusunan “Rencana Pengelolaan”, yaitu BPDAS
menyusun “Rencana Pengelolaan DAS Terpadu” dan BWS menyusun “Pola Pengelolaan Sumberdaya Air“.
Pendekatan, mekanisme penyusunananya pun serupa, yaitu melalui pendekatan lintas sektor, lintas pemerintahan otonom, melalui konsultasi publik termasuk dengan (perwakilan) masyarakat. Penekanan substansi perencanaannya sepertinya berbeda, “Pola” lebih menekankan pada pengelolaan sumberdaya air, sedangkan RPDAS Terpadu lebih menekankan pada pengelolaan lahan (bagian hilir). Namun apabila dicermati lebih mendalam, kedua subjek penekanan ini saling terkait erat, yang pada dasarnya patut untuk dipadukan.
Kedua lembaga tersebut, walaupun sama-sama menggunakan satuan ekosistem DAS, Wilayah Sungai, namun keduanya berada di bawah kementerian sektoral, sehingga relasi antar lembaga lainnya baik sektor maupun pemerintah daerah dan masyarakatnya menjadi berbeda.
Berdasarkan sifat alami DAS tanpa memperhatikan konektivitas antar DAS melalui saluran buatan, yang dianalisis menggunakan data SRTM, dan batas adminsitrasi kabupaten-kota menunjukkan bahwa sebagaian besar daratan Indonesia merupakan DAS yang melintas kabupaten-kota dalam propinsi yang sama, dan dalam satu wilayah pemerintah kabupaten-kota (Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 511/Menhut-V/2011 tentang Penetapan Peta Daerah Aliran Sungai).
Penguatan lembaga perencanaan daerah tingkat kabupaten dan propinsi merupakan tantangan yang cukup besar dalam Pengelolaan Sumberdaya DAS secara lebih efektif dan efisien bagi DAS yang berada dalam satu kabupaten, dan satu propinsi. Sedangkan bagi DAS yang melintas wilayah kewenangan propinsi dan negara maka integrasi BPDAS dengan BWS menjadi satu kesatuan lembaga tingkat nasional lintas sektor. Lembaga perencanaan pemban-gunan nasional seperti Bappenas untuk merencankan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan satu ke-satuan ekosistem DAS, WS menjadi sebuah tantangan besar untuk dapat dikaji.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tingkat nasional yang telah disusun sampai pada tingkat pulau dan kepulauan, perlu dikaji untuk dapat sampai pada tingkatan “Wilayah Sungai” atau satu kesatuan pengelolaan efektif dan efisien satu atau kelompok DAS.
Tantangan itu semua akan bermuara pada perlunya pengkajian ulang sistem perencanaan pembangunan nasional,
yang saat ini banyak ragamnya, saling dikaitkan, namun sering membingungkan.
P A G E 6
Knvensi Hak Anak :
anak memiliki hak
untuk
mendapatkan
pendidikan dan
dibebaskan dari
eksploitasi
ekonomi (salah
satunya).
Anak bukanlah “kanak-kanak”, namun mereka adalah manusia kecil –Oprah Winfrey
Perspektif anak ? Siapa Takut !
Dominasi pihak luar atas kepemilikan lahan menjadi
salah satu pangkal dari berbagai kerusakan
lingkungan. Pihak luar yang saya maksud adalah
badan-badan usaha yang menghasilkan profit dari
hasil pengelolaan suatu wilayah lahan. Dengan
keberadaan berbagai pihak swasta di suatu wilayah,
maka terjadi perubahan tata guna lahan, misalnya
yang tadinya merupakan wilayah untuk kebun
campuran dan sawah masyarakat, kemudian
berubah menjadi tambang maupun perkebunan
monokultur skala besar. Timbul tanah longsor,
kekeringan air atau bahkan banjir akibat
dihilangkannya daerah serapan air menjadi
perumahan ataupun fungsi lain yang tidak sama
dengan fungsi awalnya. Parahnya, dampak
perubahan tersebut justru paling dirasakan oleh
masyarakat sekitar yang tidak punya andil apa-apa.
Beberapa orang mendapatkan dampak positif, tapi
jauh lebih banyak yang mengalami kerugian akibat
perubahan tata guna lahan tersebut. Karena
dominasi pihak swasta bisa mencapai hingga 70%
wilayah, posisi tawar masyarakat menjadi “sangat”
rendah.
Hal yang sering terlupakan adalah bahwa dominasi
kepemilikan lahan (kalau bukan disebut perebutan
lahan) oleh pihak luar berdampak pada tumbuh
kembang anak-anak. Di wilayah belajar RMI,
dampak keterbatasan lahan pada anak-anak terjadi
akibat perubahan mata pencaharian orangtuanya
yang semula memiliki tanah (petani), menjadi
petani penggarap (sewa tanah kepada pemilik
tanah) ataupun buruh tani (mengerjakan sawah
orang lain dan mendapat upah harian). Hal ini
menyebabkan keluarga-keluarga tidak lagi mampu
mengirim anaknya ke sekolah sehingga pendidikan
rata-rata anak di sana adalah SMP. Anak-anak
perempuan juga mengalami putus sekolah dan
kemudian bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik
pada usia belia. Beberapa dari mereka memutuskan
untuk berhenti sekolah dan bekerja di tambang
galian C.
Konvensi Hak Anak Bagaimana seharusnya keterkaitan antara hak anak
dengan lingkungan? Menurut Konvensi Hak Anak
yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui
Keputusan Presiden No. 36/1990, bahwa
anak memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan dan dibebaskan dari eksploitasi
ekonomi (salah satunya). Mereka juga
berhak untuk tumbuh kembang dalam
lingkungan yang sehat (dinyatakan dalam
konvensi sebagai pemenuhan air bersih).
Kenapa semuanya menjadi penting? Hak
(bukan wajib belajar!) untuk mendapatkan
pendidikan menjadikan anak-anak memiliki
k e s e m p a t a n m a k s i m a l u n t u k
mengembangkan dirinya, menikmati masa-
masa untuk berbuat salah (dalam arti
“belajar”) untuk mempersiapkan diri
menjadi pemimpin-pemimpin masa depan.
Saat mereka tidak dapat mengenyam
pendidikan padahal mereka menginginkan
hal tersebut, ini akan berdampak pada
psikologis mereka. Beberapa menjadi
minder (jelas ini akan berpengaruh pada
perilakunya yang lain), beberapa menjadi
murung dan bahkan memberontak dengan
caranya masing-masing. Tidak jarang
hubungan dengan orang tua menjadi
kurang baik.
Di pabrik, mereka pun mengalami masalah
lain. Anak-anak perempuan rentan
terhadap pelecehan seksual, dan sebagai
anak-anak, mereka belum cukup “solid”
untuk dapat membela diri dengan
melawan kepada pelaku pelecehan yang
biasanya merupakan laki-laki dewasa yang
seringkali justru memiliki posisi kuat di
tempat mereka bekerja. Anak yang
seharusnya tumbuh di lingkungan yang
penuh kasih sayang, yang menjadikan
mereka berani mencoba hal-hal baru tanpa
takut dipersalahkan karena ada lingkungan
yang siap melindungi mereka, justru harus
berdir i di ata s kaki sendir i
mempertahankan dirinya menghadapi
berbagai kesulitan hidup. Hal ini akan
berdampak pada pembentukan karakter
mereka dan menentukan akan menjadi
manusia dewasa seperti apa mereka
nantinya.
B U L L E T I N R M I
Oleh : Mardha Tillah (Manager Kampanye RMI) Opini
P A G E 7
“Apakah pada
rapat tingkat
lingkungan RT
ada suara anak
yang didengar
dalam rencana
kegiatan
tahunan? “
Apatis, ingin serba instan, tidak berpikir panjang, korup, apakah manusia-manusia tersebut yang kita inginkan untuk jadi pemimpin Indonesia dalam 20 tahun lagi? Hei, tiba-tiba kita menyebut Undang-undang (lihat paragraf 3). Kalau sudah menjadi Undang-
undang, artinya siapapun yang tidak memberikan kesempatan kepada anaknya untuk sekolah,
dapat dihukum. Siapapun yang mempekerjakan anak-anak (artinya mereka yang berusia 18
tahun ke bawah), dapat dijerat hukum (bukan hanya pabrik, tapi coba cek, asisten rumah
tangga kita berusia berapa? Mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan kah dia?)
Dapatkah kita permasalahkan ke ranah hukum apabila ada perusahaan maupun perorangan
yang melakukan aktivitas namun memberi dampak buruk pada lingkungan, misalnya longsor?
Seharusnya begitu. Lantas, bila suatu keluarga tidak dapat menyekolahkan anaknya padahal si
ayah dan ibu sudah mati-matian bekerja serabutan di berbagai ladang orang, dapatkah kita
tuntut si pembuat sistem untuk bertanggungjawab atas situasi yang mencekik ini?
Peran apa? Anak bukanlah “kanak-kanak”, namun mereka adalah manusia kecil –Oprah Winfrey Istilah “kanak-kanak” yang saya pakai di sini merujuk pada kebiasaan orang Indonesia yang menganggap anak-anak sebagai fase manusia yang tidak tahu apa-apa, tidak tahu apa yang baik apa yang buruk, tidak tahu apa yang mereka mau. Mungkin kita biasa mendengar pernyataan “Ah, kamu masih anak-anak tahu apa?”. Seperti peraturan di Indonesia dimana seseorang mendapatkan KTP yang juga menjadi tanda kedewasaan pada usia 17, hingga umur tersebut juga (bahkan lebih) manusia-manusia kecil tersebut tetap diremehkan sehingga jarang ditanya pendapatnya. Berangkat dari hal ini, tidak heran kalau pembangunan negeri ini sama sekali mengekslusifkan diri dari kepentingan anak-anak. Kini “pembangunan berkelanjutan”, nama populernya, selalu menyatakan diri harus disusun berdasarkan prinsip partisipatif melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Apakah pada rapat tingkat lingkungan RT ada suara anak yang didengar dalam rencana kegiatan tahunan? Apakah dalam musyawarah pembangunan desa (musrenbang) ada perwakilan dari kelompok anak atau pemuda yang hadir? Tidak ada mekanisme bagi anak dan pemuda/i untuk menyuarakan pembangunan wilayah
seperti apa yang mereka butuhkan atau apa saja fasilitas yang menunjang mereka untuk
tumbuh dan berkembang secara maksimal. Coba bicara dengan para orang tua, mereka ingin
kampung mereka ditambah fasilitas apa. Saya berani taruhan mereka akan meminta adanya
peternakan ayam, atau kolam ikan. Coba tanya kepada kelompok anak mereka ingin apa yang
dibangun di kampung mereka. Sekolah sekolah sekolah. Ini menjadi simbol bahwa hal utama
yang menjadi kepentingan mereka adalah sarana untuk meningkatkan kapasitas, pengetahuan
dan ketrampilan mereka sehingga kelak mereka dapat menjadi pemimpin lokal hingga
internasional yang berintegritas, yang tidak “masa kecil kurang bahagia”, yang bisa mengelola
sumberdaya dengan arif. Dapatkah kita mulai berpikir seperti ini?
P A G E 8
Banjir lumpur..
Informasi warga bahwa lahan tersebut sebelumnya adalah perkebunan Karet Belanda.
Pasca Kemerdekaan, pengelola beralih ke PTPN XI dan pada tahun 1980an terjadi
pengalihan kepada SPN Lido. Karena diterlantarkan oleh pihak SPN Lido, pada tahun
1989-an masyarakat mulai menggarap menjadi kebun rakyat hingga Mei 2013. Di bulan
yang sama dan dengan menggunakan alat berat, kebun rakyat berubah seketika menjadi
lahan kosong. Dalam konteks Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor
(2005–2025), Kecamatan Cigombong merupakan areal yang dialokasi dengan pola
pemanfaatan Hutan Konservasi (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango), Kawasan
Lindung diluar kawasan hutan, lahan basah, lahan kering, tanaman tahunan, pemukiman
pedesaan dan pemukiman perkotaan sedang. Namun jika melihat pada peta
pemanfaatan lahan (1994-2000), beberapa ijin pemanfaatan untuk wilayah Kecamatan
Cigombong adalah untuk perkebunan, rumah kebun, perumahan dan lapangan golf.
Belum diketahui berapa perbandingan luasan konkrit peruntukkan tersebut.
Kejadian yang menimpa warga Cigombong menuntut pihak SPN Lido untuk bertanggung jawab atas segala kerugian yang diderita masyarakat. Pendataan dan penyaluran bantuan berupa sembako (Sembilan bahan pokok) kini terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pihak SPN Lido, BPBD, Babinsa, Muspika dan pihak lainnya. Sementara proses penggantian kerusakan rumah dijanjikan paling lambat satu bulan. Tuntutan lainnya kepada SPN Lido adalah memperbaiki tanggul tanah secara benar dalam waktu satu bulan. Dan jika tidak dilakukan, masyarakat berinisiatif untuk melakukannya sendiri.
Laporan Oleh : Rudi, Mahmud, Widodo dan Eman Editor : Nia Ramdhaniaty
Kondisi rumah yang terkena banjir lumpur
Foto : Sri Utami Dewi
B U L L E T I N R M I
P A G E 9
Tabel Pola
Pemanfaat
an Ruang
W i l a y a h
Kabupaten
Bogor
Sumber : RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005—2025
P A G E 1 0
pengelolaan DAS
semestinya
dikerjakan oleh
masyarakat karena
masyarakat tinggal
dan bergantung
pada wilayah DAS.
pembangunan berkelan-
jutan adalah pemban-
gunan yang dirancang
secara sistematis meng-
gunakan akal sehat dan
usaha keras yang
berkesinambungan
PENGELOLAAN DAS BERBASIS MASYARAKAT
Kuliah Singkat RMI merupakan media bagi pemerhati dan penggerak dalam isu lingkungan dan sumberdaya alam untuk berbagi dan belajar bersama. Kegiatan ini adalah bagian dari pengelolaan pengetahuan di RMI, diselenggarakan setiap bulan dengan mengangkat topik yang beragam den-gan narasumber yang kompeten dan relevan.
Pada bulan Mei 2013, narasumber yang berkenan hadir yaitu Prof.Dr.Ir.Naik Sinukaban, M.Sc., seorang guru besar Konservasi Tanah dan Air IPB sekaligus pakar DAS (Daerah Aliran Sungai). Topik yang diangkat adalah “Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat”. Topik ini diangkat mengingat kondisi DAS di Indonesia yang makin kritis dan berpengaruh besar terhadap masyarakat yang ting-gal dan bergantung terhadap wilayah DAS tersebut, sehingga perlu pengelolaan DAS secara berke-lanjutan dan melibatkan peran aktif masyarakat. Berkaitan dengan topik ini, RMI sejak beberapa tahun lalu hingga sekarang melakukan kegiatan di hulu DAS Cisadane dan terlibat dalam kam-panye ‘OROL (Our River Our Life)’ bersama 6 negara lain di Asia Tenggara juga teman-teman LSM lain seperti KPC-Telapak juga Ciliwung Institute memiliki aktivitas berkaitan dengan Sungai Cili-wung. Sehingga dalam diskusi ini juga bisa sekalian berbagi kegiatan organisasi untuk menginisiasi gerakan bersama. Hadir dalam diskusi ini teman-teman jaringan dari Burung Indonesia, IOM, Walhi Jabar, JEEF, Yayasan Kehati, IRSAD, FWI-KPC-Telapak, dan Ciliwung Institute.
Prof. Naik membuka presentasi dengan menyatakan bahwa pengelolaan DAS semestinya dikerja-
kan oleh masyarakat karena masyarakat tinggal dan bergantung pada wilayah DAS. Prinsip pem-
bangunan berkelanjutan mesti menjadi dasar dalam pengelolaan DAS oleh masyarakat. Menurut
Pak Naik, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dirancang secara sistematis
menggunakan akal sehat dan usaha keras yang berkesinambungan sehingga pembangunan itu
sangat produktif secara terus menerus, menjadi penampung tenaga kerja dalam jumlah besar,
mampu menjaga kualitas lingkungan yang baik tanpa degaradasi yang berarti, merupakan usaha
yang menguntungkan dan dapat mendukung kehidupan yang layak. Artinya paling tidak ada 3
indicator yang harus dipenuhi dalam pembangunan berkelanjutan yaitu (1) pendapatan masyara-
kat yang bisa menunjang kehidupan yang layak; (2) tidak terjadi degradasi lingkungan; dan (3)
penggunaan teknologi yang dapat diterapkan masyarakat dengan sumberdaya lokal.
Perlu dicermati standar hidup layak itu seperti apa. Menurut data BPS ada sekitar 30% penduduk
miskin dengan penghasilan Rp 300ribu/bulan. Padahal pendapatan sebesar itu hanya bisa mem-
buat orang tetap hidup tanpa bisa berpikir hidup selanjutnya. Pak Naik menyatakan untuk mengu-
kur pendapatan yang layak mestinya menggunakan patokan kebutuhan kalori manusia yaitu sebe-
sar 2.000 kalori/hari atau setara dengan 360 gr beras/hari (132 kg/tahun). Jadi saat bencana tsu-
nami Aceh waktu itu, setiap orang diberikan 360 gr beras per hari, agar kalori mereka minimal
terpenuhi. Namun untuk hidup bukan hanya dipenuhi pangan, tapi sandang, papan dan kebutu-
han lainnya. Anggap saja untuk sandang kebutuhannya setara dengan 132 kg beras, lalu papan
132 kg, sehingga untuk pangan-sandang-papan dibutuhkan 400 kg beras per tahun; inilah yang
disebut kebutuhan fisik minimum. Untuk hidup layak harus ada 50% dari kebutuhan fisik mini-
mum untuk pendidikan, 50% dari kebutuhan fisik minimum untuk rekreasi dan hiburan, dan 50%
untuk asuransi kesehatan. Bisa dikatakan kebutuhan seluruhnya 1 ton beras/tahun atau setara
dengan Rp 10 juta / tahun (asumsi harga beras Rp 10.000/kg).
B U L L E T I N R M I
Oleh : Ratnasari(Manager Knowledge Management RMI) Catatan
Kaki
Selain itu mesti dipahami juga pengertian DAS karena DAS bukan sungai tapi wilayah yang dibatasi oleh topografi secara
alami, contohnya DAS Ciliwung seluas 38.000 ha. DAS dibentuk jutaan tahun lalu oleh alam. Mengapa DAS dipakai seba-
gai satuan unit perencanaan? Karena (1) DAS bersifat ruang yang dibentuk oleh air (vegetasi, kemiringan, bentuk), se-
hingga jika karakteristik air tidak digunakan maka akan terjadi kerusakan alam;
(2) DAS dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan biofisik dan intensitas aktivitas sosial, ekonomi dan budaya serta antar kegiatan di wilayah hulu dan hilir; (3) DAS memiliki fungsi hidrologis suatu wilayah; (4) DAS membantu mengevaluasi lingkungan dengan cepat dan mudah. Artinya yang terjadi pada suatu DAS memberikan efek pada wilayah lain, contohnya ketika terjadi banjir di Jakarta maka yang di hilir seharusnya juga memberi perhatian pada apa yang ter-jadi di hulu.
Pengelolaan DAS harus melibatkan para pihak yaitu pemerintah (Gubernur, Bupati/Walikota, BAPPEDA, sektor pemban-
gunan seperti bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, LH, PU, Kemendagri), pakar
(perguruan tinggi, lembaga penelitian), Forum DAS, LSM/NGO/CBO/CSO, BP DAS, masyarakat, kelompok tani (petani).
Pak Naik memberi contoh ketika terjadi banjir Jakarta, Pak Jokowi mengundang banyak pihak untuk mencari solusi dan
ketika itu usulan para pihak lebih banyak berkaitan pada teknis ‘engineering approach’ yaitu untuk mempercepat air
mengalir ke laut. Padahal hal ini memberi dampak pada air asin sampai di Monas dan jumlah air yang hilang selama
musim hujan 1,3 – 1,5 milyar kubik. Usulan Pak Naik ketika itu malah kebalikannya yaitu ingin menahan air lebih lama di
darat; dengan sumur resapan dan kolam retensi (penampungan air hujan). Kemudian diputuskan oleh Pemprop DKI
untuk membuat kolam retensi dan sumur resapan yang akan mulai dilaksanakan di DKI Jakarta pada tahun 2013 ini.
Bahkan Pak Jokowi sendiri sudah membuat 6 titik sumur resapan di area kantornya. Pak Naik berharap agar teman-
teman LSM; RMI dan LSM lain yang ikut hadir ini dapat mulai mengembangkan su-
mur resapan, mulai dari kantor sendiri.
Kemudian Pak Naik menjelaskan tentang strategi penanggulangan lahan kritis dan banjir yaitu melalui (1) review tata ruang nasional, wilayah dan daerah agar didasar-kan pada kemampuan lahan; (2) pencegahan penyimpangan tata ruang yang sudah berbasis kemampuan lahan, penyimpangan harus ditindak tegas; (3) semua sumber-daya lahan harus diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya; (4) teknologi konser-vasi tanah dan air yang memadai diterapkan di setiap tipe penggunaan lahan; (5) UU Konservasi Tanah dan Air dipercepat pembuatannya; (6) kementerian terkait men-jadikan program pencegahan degradasi lahan dalam prioritas utama; dan (7) pemer-intah perlu memasukkan materi pencegahan degradasi lahan dalam kurikulum seko-lah.
Teknologi konservasi tanah dan air dalam pengelolaan DAS ada beberapa macam yaitu pengolahan tanah konservasi, penanaman dan pengelolaan tanah berdasarkan kontur-strip cropping, pembuatan guludan-rorak-sengkedan, pe-makaian mulsa sisa tanaman, penanaman tanaman penutup tanah, pengembangan agroforestry, pembangunan check dam-situ-embung, penataan perumahan-sumur resapan, penataan penggunaan lahan-pertambangan-daerah rekreasi.
Dalam diskusi, ditegaskan jika DAS tidak sama dengan sungai karena sungai hanya bagian dalam wilayah DAS. Menurut Pak Naik, hampir seluruh propinsi di Indonesia ada Forum DAS (hingga kini ada 64) dan ada Perda untuk pembentukan Forum DAS ini sehingga ada alokasi pendanaannya. Untuk Jabar, menurut Pak Naik informasinya belum mampu men-yampaikan pada Gubernur sehingga Forum DAS Jabar masih butuh dukungan pihak lain. Berkaitan dengan pengelolaan DAS berbasis masyarakat ini, LSM dan Forum DAS harus memberikan tekanan pada pemerintah karena jumlah de-gradasi lahan tidak diketahui begitupun jumlah masyarakat yang hidup di wilayah tersebut. Menurut data internasional bahwa 150 orang meninggal tiap 90 menit karena persoalan degradasi lahan dan ada 1.5 milyar orang yang tinggal di daerah terdegradasi lahan.
Untuk menggerakkan stakeholder, menurut Pak Naik mesti ada kegiatan yang bisa membuat pihak eksekutif (pemerintah) mudah menganggarkannya, misalnya sumur resapan dan kolam retensi, di Kemensos ada program Bansos yang dananya bisa digunakan untuk itu. ‘We have to think out the box’ begitu dikatakan Pak Naik dan harus tetap se-mangat karena kendala pasti ada tapi kalau kita terus berusaha pasti ada hasilnya. Seperti munculnya PP 37/2012 ten-tang Pengelolaan DAS, hasil dari dorongan para pihak. Karena dulu DAS tidak diberi perhatian sama sekali, hanya pro-gram kecil dulu di Dephut, tapi karena dorongan terus menerus akhirnya sekarang ada Dirjen Pengelolaan DAS. Jadi jika konsisten dan bisa menggalang para pihak, pasti harapan kita bersama bakal terwujud.
P A G E 1 1
Suasana kuliah singkat (foto dok RMI/FR)
P A G E 1 2
Yuuk….lakukan
semuanya mulai dari
hal yang kecil yang
berdampak besar
nantinya.
Ternyata untuk
hidup lebih baik tidak
perlu dengan hal-hal
yang besar kan?
Justru semua hal itu
bisa kita lakukan dalam kehidupan kita
sehari-hari dan jika
sudah terbiasa bukan
menjadi sesuatu yang
sulit lagi kan….
maju satu langkah
tapi berkelanjutan
lebih baik daripada
maju lima langkah
namun selesai
sampai di situ.
Hidup Sehat, Ramah Lingkungan
Gaya hidup yang semakin modern membuat semuanya serba instan, dan secara tidak
langsung itu membuat kita semakin dimanjakan dengan berbagai hal yang semuanya
dibuat mudah dan sepraktis mungkin. Tapi justru gaya hidup seperti itu cendrung
membuat manusia mengabaikan dampak yang mungkin terjadi terhadap lingkungan
sekitarnya.
Nah maka dari itu ada beberapa tips sederhana yang dapat kita lakukan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Perubahan kecil yang jika kita lakukan secara terus-menerus
akan jadi perubahan besar dan tentunya bisa bermanfaat bagi semua orang.
Produk Membeli barang yang diproduksi secara lokal sebisa mungkin. Ini akan menghemat
emisi karbon dan membantu mendukung ekonomi lokal.
Penggunaan mobil; pertimbangkan mobil yang menggunakan bahan bakar yang efisien.
Dukung perusahaan yang mencoba untuk membuat perubahan (aksi) pada lingkun-gan.
Utamakan membeli produk yang dikemas dalam logam atau wadah kaca.
Penggunaan kembali wadah dan mengurangi limbah konsumsi. Tanyakan kepada diri sendiri, "Apakah produk yang saya ingin beli benar-benar harus dikemas dalam plas-tik?" "Apakah saya benar-benar membutuhkan produk tersebut?"
Sumber http://
www.greenisuniversal.com/act/
tips-for-going-green/
B U L L E T I N R M I
Makanan Beli makanan organik dan produk
organik lainnya sebanyak yang Anda bisa.
Minumlah kopi yang ditanam secara organik. Produksi kopi ini jauh lebih baik untuk ekosistem dan lebih baik untuk kesehatan Anda.
Pakailah tas kain atau tas keranjang ketika berbelanja di toko. Jika Anda lupa membawa tas mintalah kantong kertas jika memungkinkan.
Air Penggunaan kembali botol
minum plastik dan isi ulang untuk air minum Anda.
Mandi dengan pancuran (shower) lebih pendek dan hematlah penggunaan air di dapur dan taman sebisa mungkin.
Gunakan sabun bebas fosfat dan petrokimia untuk men-cuci.
Rumah Tangga Gunakan produk pembersih yang biodegradable. Coba ini: Dalam microwave,
panaskan 1-2 ons jus lemon dan dua cangkir air dalam mangkuk microwave yang aman selama dua sampai tiga menit. Lalu tunggu sepuluh menit, celupkan kain dalam mangkuk dan pakai untuk membersihkan kotoran/noda pada microwave. Menakjubkan hasilnya dan bebas racun!
Gunakan sabun lebih alami untuk tangan, rambut dan tubuh. Sabun antibakteri tidak sebaik yang Anda pikirkan karena mengandung bahan kimia berbasis pes-tisida yang dapat menghilangkan bakteri menguntungkan pada kulit dan tidak se-hat bagi tubuh manusia atau lingkungan.
Cabut pengisi daya dan peralatan kecil yang tidak digunakan. Mereka menguras listrik dan uang Anda.
Oleh : Rani Muzaeni (Koordinator Volunteer) Tips
Mahmudin, begitulah nama lengkap pemuda yang memiliki senyum yang manis ini. Tinggal di daerah hulu DAS Cisadane, yang indah sekaligus memiliki segudang masalah. Mulai dari konflik kepentingan lahan, masalah lingkungan, masalah air bersih hingga masalah ekonomi. Berbicara tentang ekonomi memang tidak terlepas dari kehidupan anak ke tujuh dari delapan bersaudara ini. Harapan untuk menggapai tingkat pendidikan yang tinggi terpaksa kandas karena terbentur kondisi ekonomi keluarga yang kurang stabil. Namun kondisi ini tidak mematahkan semangat Mahmud, panggilan akrab pemuda ini untuk terus berkarya menggapai citanya. Salah satu kegiatan yang aktif diikuti adalah menjadi penggerak di komunitas pemuda di kampungnya melalui kelompok “Satria Muda”, kelompok yang dibentuk untuk mempopulerkan lagi profesi petani di kalangan anak-anak muda di kampungnya. Untuk menambah wawasan dan pengetahuannya Mahmud juga aktif di RMI sejak tahun 2010. Kegiatan ini dijadikannya sebagai tempat untuk menimba banyak pengalaman, ilmu dan berjaringan dengan lembaga-lembaga yang lain. Berbagai informasi akan dia dapat dari kegiatan-kegiatan ini termasuk belajar ekonomi. “ Dengan belajar bersama dengan teman-teman di jaringan saya menjadi lebih kritis, tanggap terhadap lingkungan dan punya banyak teman atau jaringan. Padahal dulu sebelum aktif berkegiatan seperti ini kerjaan saya hanya tidur-tiduran dan kumpul-kumpul dengan teman yang nggak jelas tujuannya. ” begitu tandasnya ketika di tanya apa yang didapat selama ikut kegiatan dengan RMI dan jaringan yang lain. Mahmud adalah sosok pemuda yang cerdas, penuh inisiatif dan pantang menyerah. “Berjuang tanpa henti dan problem pasti ku hadapi” begitulah Motto hidup pemuda penyuka makanan yang manis-manis ini. Dilihat dari usianya dia memang masih tergolong muda, namun keinginannya untuk bisa membantu meningkatkan ekonomi keluarga terus menggelora. Menurutnya bahwa keterlibatan anak dalam upaya meningkatkan ekonomi keluarga itu sangatlah penting. Seorang generasi penerus harus bisa merasakan bagaimana proses dan perjuangan dalam mencari nafkah keluarga. Dengan demikian akan berdampak adanya rasa saling menghargai antara anak dan orang tua. Selain memikirkan ekonomi keluarganya sendiri, Mahmud juga sangat peduli dengan kehidupan di lingkungan sekitarnya. Banyaknya para perempuan yang bekerja di pabrik, membuatnya tersentuh. Dia berkeinginan untuk bisa mengubah dan memperbaiki kehidupan para pemuda-pemudi di kampungnya. Inisiasi yang di lakukan salah satunya adalah membuat pembenihan tanaman kayu dan buah. Selain itu dengan bantuan dari berbagai pihak, Mahmud mulai mencari potensi-potensi ekonomi yang bisa di kembangkan di Kampungnya. Salah satunya adalah pembuatan kripik pisang kapas. Selain bisa meningkatkan nilai ekonomi masyarakat, usaha kripik pisang kapas ini juga bisa mempertahankan keanekaragaman hayati tanaman lokal setempat. Mahmud memang tergolong pemuda yang aktif, jauh sebelum ada campur tangan dari pihak luar, dia sudah menginisiasi membentuk kelompok pemuda yang di beri nama SATRIA MUDA . Kelompok inilah yang saat ini mengerjakan kegiatan pembibitan kayu dan buah sejak tahun 2012. Tidak berhenti di situ, dalam upaya meningkatkan pengetahuannya dalam pengelolaan tanaman, Mahmud juga aktif mengikuti kegiatan berkebun bareng KOBITA (Koleksi Bibit Kita) yang beranggotakan pemuda-pemuda yang konsen terhadap tanaman. Selain bisa menambah wawasan mengenai tehnik-tehnik pananaman yang benar, Mahmud juga berpeluang untuk bisa memasarkan bibit yang telah di kelola bersama kelompok di kampungnya . Selain giat dalam bekerja, pemuda yang tidak suka berenang ini juga aktif dalam kegiatan-kegiatan lingkungan. Baginya kita (“baca: manusia”) dan lingkungan adalah satu dan saling berkaitan. Kalau lingkungan rusak maka dampaknya akan langsung di rasakan oleh manusia. Makanya pemuda ini sangat peduli terhadap lingkungan. Kegiatan-kegiatan maupun event-event yang berbau lingkungan pasti dia ikuti. Karakternya yang aktif banyak memberikan motifasi kepada pemuda pemudi di sekitarnya. Hasil jerih payah, putra pasangan Bapak Ahya dan Ibu Fatonah ini tidak sia-sia. Pada tahun 2013 Mahmud mendapatkan apresiasi program YMC (Young Changemakers) dari Ashoka Indonesia.
P A G E 1 3
Mahmud, Ekonomi dan Lingkungan
Oleh : Lukmi Atie (Deputi Keuangan dan Sumberdaya) Sosok
P A G E 1 4
Sebuah penghargaan bagi para pemuda pembaharu yang memiliki tim dan sedang melakukan kegiatan sosial. Penggemar Bondan Prakoso and Feat to Black ini terpilih bersama kesebelas
peserta yang lain (6 Laki-laki 6 perempuan) dan menyisihkan peserta dari seluruh Indonesia. Pada bulan Januari 2012, Mahmud bersama dengan 2 orang pemuda dari Aceh juga mewaliki Indonesia untuk mengikuti SEA Regional Children and Youth Part-ners’ Meeting di Bangkok. Pada bulan April 2013 yang lalu, dia juga menghadiri Workshop Exchange Learning On CRC Monitoring and Alternatif Repor By Chil-dren di Medan. Perjuangan Mahmud untuk bisa mewujudkan impiannya terus dilakukan tanpa lelah. Tidak hanya pendidikan non formal, pendidikan formalpun juga di tempuh. Upaya untuk mencapai cita-citanya hingga mencapai pendidikan
tingkat perguruan tinggi, di tunjukkannya dengan mengikuti program paket C di sebuah sekolah terbuka di Bogor agar memperoleh ijasah SMU. Pemuda berzodiak cancer ini berharap pemuda pemudi di Indonesia khususnya di lingkungan sekitarnya bisa menjadi penggerak di lingkungan masing-masing, lahirnya pemuda-pemudi yang kritis dan peka terhadap kondisi di negara terutama dalam bidang politik. Cita-citanya yang mulia untuk bisa menjadi penggerak di suatu komunitas maupun di kampung halamannya patut kita acungi jempol. Dia berpesan kepada seluruh pemuda pemudi di negeri ini “ Janganlah melakukan hal bodoh karena menuruti hawa nafsu, berfikirlah secara kritis dengan apa yang terjadi di lingkunganmu. Jadilah pemuda yang dapat menciptakan sesuatu yang baru dan teruslah raih mimpimu dengan kemampuanmu.” Mahmud merasa bahwa pembangunan saat ini tidak teratur dan kondisi alam sangat berubah-ubah. Di sini peran pemuda menurutnya sangat penting dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan negatif yang terjadi pada alam sekitar. Dia berharap pemuda yang lain bisa turut serta dalam berjaringan dengan komunitas yang bergerak di isyu lingkungan. Dia menyadari bahwa alam bukanlah sekedar di manfatkan tetapi perlu di rawat dan di perhatikan sebagaimana makhluk hidup yang lain. Baginya ekonomi dan lingkungan tak terpisahkan oleh diri kita sebagai manusia hidup. Benar sekali, ekonomi dan lingkungan satu paket yang menjadi dasar hidup bagi kehidupan kita.
Biodata: Nama Lengkap : Mahmudin Anak ke : 7 dari 8 bersaudara Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 23 Juni 1992 Alamat tempat tinggal : Kp.Sungapan, Ds.Pasir Buncir, Kec.Cigombong BOGOR Pendidikan Formal Terakhir : SMP (saat ini mengikuti kejar paket C) Cita-cita : Meraih pendidikan setinggi mungkin Hobby : Membaca, mendengarkan musik Pelatihan :
Workshop Exchange Learning On CRC Monitoring and Alternatif Report By Children di Medan, tahun 2013
SEA Regional Children and Youth Partners’ Meeting di Bangkok
Dream It Do It , di Kampung Pendidikan Lingkungan Bogor tahun 2009
Prestasi:
Anggota YCM (Young Changemakers) Ashoka Indonesia Tahun 2013.
Panitia terbaik dalam MOS (Masa Orientasi Sekolah) Tahun 2006
Terpilih dalam seleksi Satgas Sekolah Tahun 2007
B U L L E T I N R M I
P A G E 1 5
Bulan ini Kuliah Singkat RMI mengangkat tema "Kelembagaan dlm Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat". Yang akan mengisi (narasumber) adalah Dr. Hariadi Kartodihardjo (Guru Besar Kebijakan Kehutanan, anggota presidium Dewan Kehutanan Nasional dan anggota Dewan Pembina RMI).
Kuliah Singkat RMI ini akan diselenggarakan pada: Hari/Tanggal : Senin / 1 Juli 2013 Waktu : 13.30 - 16.00 WIB Tempat : RMI, Jl.Sempur 55, Bogor
Kuliah Singkat RMI
Pelatihan Aktivis untuk Relawan
One-Stop South East Asia Youth River Tour ; from Indonesia for Ecological Child’s Rights
Merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka kampanye
OurRiverOurLife. Rangkaian dimulai dengan Kontes Esai
Foto untuk anak dan pemuda. Acara ini berlangsung mulai
dari 22 Maret – 31 Mei 2013. Bertepatan dengan hari
keanekaragaman hayati, tanggal 22 Mei juga diadakan
kegiatan journalist trip. Acara ini dilaksanakan di daerah
Hulu DAS Cisadane. Selain journalist trip, juga dilangsungkan
kegiatan workshop, coaching clinic, dan susur sungai.
Puncak dari rangkaian kegiatan ini akan dilaksanakan pada
30 Juni 2013 di Lapangan IPB Baranangsiang Bogor. Acara
dengan tema “One-Stop South East Asia Youth River Tour;
From Indonesia for Ecological Child’s Rights” ini akan di-
hadiri oleh perwakilan dari negara-negara Asia Tenggara
yang tergabung dalam kampanye OROL ini. Dalam acara ini
akan digelar beragam kegiatan, diantaranya ; aksi mulung,
flash mob, pameran foto, movie screening, FGD tentang
manajemen sungai, Talkshow, pergelaran seni dan pameran
kebudayaan.
Event
P A G E 1 6
B U L L E T I N R M I
Sungaiku dari
Hulu ke Hilir :
Dampak
Pembangunan
Terhadap Sungai
Sungai ini merupakan bagian hulu dari sungai Cisa-
dane, yang memiliki banyak jenis flora, fauna di badan sungai nya, juga terdapat bebatuan kecil dan besar. Anak sungai ini terlihat sudah tidak alami lagi
karena anak sungai ini sengaja di beton supaya le-bih rapih.
Pembangunan di sepanjang sungai memberikan dampak positip, sungai terlihat lebih tertata dan merupakan bagian dari keindahan bagi lingkungan
sekitarnya.Pada sisi yang lain pembangunan men-gakibatkan sungai menyempit karena Daerah Aliran Sungai dijadikan pemukiman, aliran air menjadi terhambat.
Sebagian masyarakat memanfaatkan kekayaan sun-gai untuk berbagai keperluan seperti ; mencuci,
mandi , memelihara ikan (karamba) dan memancing yang juga merupakan bagian dari mata pencahar-ian.
Sungai sebagai sumber pembelajaran bagi peserta didik, beberapa kegiatan yang dilaksanakan di SMP
Negeri 13 Bogor sebagai aksi untuk sungai, dianta-ranya;
Biomonitoring merupakan kegiatan kampanye
DAS Cisadane yang melibatkan generasi muda dalam isu Cisadane. Biomonitoring dilaksanakan dengan beberapa tahap ;
Pengamatan flora dan fauna di sekitar badan sungai
Pengamatan fisik sungai Dari kegiatan ini diambil kesimpulan bahwa sungai yang
diamati (sungai Cigading) memiliki nilai rata-rata.
Program kali bersih
(PROKASIH) yang meli-batkan peserta didik dan warga sekolah yang ber-
tujuan menjaga sungai agar tetap bersih dan terjaga keasriannya.
Nurul Anisa
14 Tahun
Jl.Pamoyanan No. 22
Rangga Mekar Bogor
Esai Foto
Esai Foto ; Sungaiku dari Hulu ke Hilir
P A G E 1 7 M E D I A I N F O R M A S I
Entah karena himpitan ekonomi atau keadaan lingkungan yang dekat
dengan sungai Cisadane, menjadikan wajah-wajah bantaran sungai Cisadane
setiap hari dipenuhi dengan aktifitas mencuci dll. Tak peduli air itu layak
atau bersih masyarakat tetap saja melakukan aktifitas itu dibantaran sungai.
“yang penting happy kak” begitulah
kata salah satu dari anak –anak yang
sering berenang disungai Cisadane.
Heran karena mereka tahan
berenang ditengah sampah-sampah
itu, tak menyurutkan rasa
antusiasme mereka untuk tetap
berenang disungai Cisadane. Sempat
terbesit difikiran jika kali itu bersih
pasti aku ikut bermain dikali.
Sekalipun di issue-kan
bahwa sungai Cisadane
sudah tercemar, tetapi
masih ada saja kegiatan
m a s y a r a k a t y a n g
menggunakan keadaan
alam di sungai seperti
pasir sungai dan malah
masih ada yang
memancing. “kadang teh
suka ada lele jumbo neng”
begitu kata salah satu
bapak-bapak yang rajin
memancing dikala air
ca’ah atau volume air
s e d a n g n a i k . I n i
membuktikan bahwa
dalam keadaan tercemar
pun masih ada yang
dapat dimanfaatkan
kekayaannya bagaimana
jika air itu bersih? Dan
semua warga sadar turut
andil dalam merawat dan
menjaga air Sungai
tersebut.
Intan Syafrini Fazrianti
17 Tahun
Jl.Dalurung IX no 39a,
Bantarjati. Bogor
P A G E 1 8
B U L L E T I N R M I
cerita dari rimba,
ini tentang sungai kami sebelum rusak dengan kebun karet dan
sawit. Air sungai yang jernih, bersih dan biasa kami minum
langsung tanpa harus memasaknya terlebih dahulu. Ketika
banyak orang luar yang masuk ke rimba kami untuk berkebun
karet dan sawit, pohon-pohon banyak di tebang. Sungai-sungai
kami mulai tercemar dengan kimia sawit dan kimia rendaman
karet.
Kami ingin sungai jernih dan bersih, bebas dari kimia sawit dan
kimia rendaman karet.
"Jengon
Rosak
Sungoy
Kamia"
Jangan
Rusak
Sungai
Kami
Penangguk Sunting
16 Tahun
Rimba Bukit 12 Jambi
Esai Foto ; Sungaiku dari Hulu ke Hilir
P A G E 1 9 M E D I A I N F O R M A S I
Renang merupakan salah satu aktivitas yang banyak digemari oleh anak-anak maupun remaja.
Bahkan tidak jarang beberapa golongan anak-anak dan remaja menjadikan aktivitas berenang
sebagai hobby mereka untuk mengisi waktu luang. Namun untuk melakukan aktivitas berenang
terkadang terkendala oleh fasilitas tempat seperti kolam renang yang dianggap sebagai sarana
cukup mahal oleh beberapa anak-anak. Tetapi itu tidak berlaku pada anak-anak yang tinggal di
Daerah Aliran Sungai Cisadane bagian Bogor Tengah. Anak-anak Bogor Tengah ini beruntung
sekali karena tempat tinggal mereka tak jauh dari sungai Cisadane. Mereka sangat pandai
berenang dan selalu menjadikan lomba renang di sungai Cisadane sebagai kegiatan rutin tiap
minggu. Ini merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan bagi mereka. Walaupun mereka
tidak menyadari bahwa kegiatan ini juga bisa menjadi kegiatan pembelajaran bagi mereka.
Anak-anak ini melakukan lomba renang tersebut dengan penuh semangat tanpa perasaan takut akan bahayanya
bermain di sungai. Mereka terus berusaha mencapai garis finish untuk menjadi juara dalam perlombaan tersebut.
Satu persatu dari setiap anak-anak berusaha mencapai garis finish berupa batu besar yang terletak dipinggir
sungai Cisadane. Bila telah mencapai tepi sungai mereka akan memegang batu tersebut dan berteriak “JEBOL”
Setelah mereka berusaha keras dan berenang dengan penuh semangat, sampailah mereka pada garis finish.
Ekspresi bahagiaan dan kegembiraan bagi anak yang berhasil meraih juara dalam perlombaan renang tampak dengan
jelas . Mereka bangga atas gelar juara yang mereka raih atas usahanya dalam perlombaan, walaupun perlombaan yang
mereka lakukan tanpa hadiah ataupun piala sebagai lambang atas prestasi yang mereka raih. Pembelajaran sportivitas
dan teknik berenang yang baik berhasil mereka dapatkan dari aktivitas berenang tersebut
Muhammad Maroghi Yoshi
SMP Negeri 6 Bogor
P A G E 2 0
B U L L E T I N R M I
Dahulu kota ini dibangun dengan puluhan cabang sungai agar menyerupai kota para perencananya
berasal. Kota dengan sungai yang bersih, jernih, dan suci. Namun saat para perencana terusir, perlahan wajah sungai berubah. Tidak ada lagi bersih dan jernih, apalagi suci tergambar dari wajah
sungai pada saat ini. Meskipun demikian, di sungai-sungai yang tergradasi ini terdapat banyak peraih asa yang menggantungkan hidup. Sebuah kampung di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan menjadi
saksi bisu betapa sungai menjadi sumber kehidupan yang sangat berarti. Berhiaskan pohon-pohon hijau di hulu, kemudian berubah menjadi berbagai macam bentuk bangunan di sepanjang tepiannya.
Itulah potret dari sungai ini. Dari sebuah langgar yang dijadikan tempat tunas bangsa meraih asa, saya bisa melihat wajahnya yang begitu coklat di celah dinding yang sudah termakan zaman. Selain wajahnya
yang coklat, melalui celah ini saya bisa melihat kontrasnya kehidupan di tepian. Beratap seng, berdinding triplek, beralaskan seadanya, dan berdiri semi permanen merupakan ciri khas bangunan
yang menghiasi tepian. Selain itu, sungai pun dijadikan tempat mandi, mencuci, membuang hajat, mencari rejeki, bermain, dan belajar. Saya dan teman-teman pun tergugah untuk menjalankan program
pendidikan anak tepian dan sanitasi air. Meskipun kami menjelaskan bagaimana mencuci tangan, menyikat gigi, dan mandi yang baik kepada laskar tepian tersebut, akan tetapi kekhawatiran muncul
dari kondisi air yang tersedia. Apakah air yang digunakan benar-benar laik? Bagaimana tidak berpikiran begitu jika daerah resapan airnya sendiri berdifusi dengan bakteri-bakteri yang berasal dari sampah
statis dan dinamis. Air, sampah, dan semangat menjemput asa menjadi kehidupan yang harus dijalani
agar asap dapur tetap mengepul.
Kehidupan
di
Sekitar
Sungai
Nursupriatna
20 Tahun
Jl. Pancoran timur IX No. 11
A Jakarta Selatan
Esai Foto ; Minggu Pagi di Aliran Sungai Cisadane
P A G E 2 1 M E D I A I N F O R M A S I
Foto ini diambil dengan memfokuskan pada sub tema “Kehidupan di sekitar
sungaiku” di pagi hari . Pada foto tampak adanya beragam kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat yang tinggal didaerah aliran sungai Cisadane.
Ada yang mencuci pakaian, amencuci pelatan masak, melakukan MCK
dengan memanfaatkan air sungai,dan lain sebagainya. Namun, kebanyakan
dari berbagai kegiatan yang masyarakat lakukan tersebut tanpa
memperdulikan dampak yang terjadi pada lingkungan dan air sungai
Cisadane. Mereka hanya sekedar memanfaatkan air sungai Cisadane untuk
kepentingan kehidupan mereka. Umumnya setelah masyarakat
menyelesaikan kegiatan mereka, dengan seenaknya langsung
meninggalkan limbah atau sampah bekas kegiatan mereka tanpa
membersihkannya terlebih dahulu.
Foto ini memfokuskan pada sub tema “Sungai tempatku bermain dan belajar”. Bagi sebagian
kalangan, sungai merupakan tempat yang cocok untuk bermain dan belajar khususnya bagi anak-
anak. Pada foto ini tampak seorang anak yang sedang berenang sambil berlatih melakukan loncatan
indah dari suatu ketinggian tertentu. Anak tersebut mungkin berharap ia tidak hanya pandai
berenang tetapi juga handal melakukan loncatan indah saat berenang.
Valentierrano Rezka
SMP Negeri 6 Bogor
Jl. Sempur No. 55 Bogor 16154,
Indonesia
Phone: + 62-251-8311097, 8320253
Fax: +62-251-8320253
E-mail: [email protected]
Rimbawan Muda Indonesia (RMI) The
Indonesian Institute for Forest and
Environment adalah sebuah lembaga nirlaba
yang memfokuskan diri pada isu
sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Didirikan di Bogor pada 18 September 1992.
RMI bertujuan mengembangkan konservasi
sumberdaya alam, melalui studi dan
program aksi yang berkaitan dengan
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan
sumberdaya alam untuk kesejahteraan.
Yayasan RMI
Foto Dok. RMI / FR