Buletin BMSR Oktober2012.pdf

  • Upload
    ade-bsb

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    1/28

    OKTOBER 2012   1

    Pembaca yang budiman,beberapa waktu yang lalukita dikejutkan dengan

     jatuhnya pesawat komersilSukhoi Super Jet 100 di GunungSalak, Bogor. Bagaimanaperistiwa itu terjadi, berapa

     jumlah korban, bagaimanamengevakuasi korbannya,menjadi headline di beberapamedia. Tak terkecuali juga beritabagaimana para ahli warisbisa mendapatkan santunandari pemerintah melalui PT

    Asuransi Jasa Raharja. Sementara bagi korban yang pada

    saat kecelakaan sedang bekerja, ahli waris juga mendapatsantunan kecelakaan kerja dari Jamsostek.Dunia asuransi sudah sangat identik dengan manajemen

    risiko. Maklum, asuransi adalah salah satu teknik di dalammanajemen risiko. Perusahaan asuransi adalah perusahaanyang menerima pengalihan risiko dari tertanggung.Sehingga aktifitas keseharian perusahaan adalah mengelolarisiko pihak lain.

    Melaksanakan manajemen risiko memang penting bagiperusahaan asuransi. Ketika sebuah risiko terjadi kepadanasabah baik itu risiko kehilangan, sakit, maupun kematian,

    maka perusahaan asuransi harus membayarkan klaim atausantunan kepada nasabah. Dengan jenis bisnis seperti ini,maka penting bagi perusahaan asuransi melaksanakanmanajemen risiko.

    Namun, apakah kita tahu pangertian dari risiko dan jugaasuransi? Dan apa kaitan diantara keduanya?

    Untuk menjawab pertanyaan tersebut, BuletinBSMR edisi ini menyajikan tulisan Sajian Utama tentangRisk Management Industri Asuransi. Tujuan penerapanmanajemen risiko di industri asuransi pada dasarnyatidak berbeda dengan industri lainnya yakni agar dapatmeminimalisir dan mengelola risiko yang berdampak negatifpada tujuan, visi, dan misi perusahaan. Dalam teori dasarmanajemen risiko, tahapan-tahapannya adalah menentukankonteks (ruang lingkup dan tujuan), identifikasi risiko, analisarisiko, dan mengontrol risiko. Karena risiko bersifat dinamis,maka harus selalu dilakukan revieu dan monitoring.

    Pembaca, selain sajian utama manajemen risiko bisnisasuransi, kami juga menyajikan artikel lain yang tak kalahmenarik seperti Rubrik lifestyle yang menampilkan olahragakategori berisiko, freediving. Juga ada wawancara dan

    kolom tentang manajemen risiko, serta berita-beritaseputar kegiatan BSMR.Kami berharap sajian ini bermanfaat bagi Anda. Selamat

    membaca.

    DARI REDAKSI

    SUSUNAN REDAKSIBULETIN BSMR

    Penasehat:Gayatri Rawit Angreni

    Pelindung:Gandung Troy Sulistyantoro

    Penanggung Jawab/

    Pemimpin Redaksi:Rahardjo S. Unggul

    Redaktur Pelaksana:Julianda

    Dewan Redaksi:Naif Ali Dahbul

    Sirkulasi:

    Dian Kusumowardani,Dewi Diah Handayani,Restu Rahayu Dewi,Taufan Iskandar Muda,Mailina, Saeful, Jellysi, Wulan, Agung, Bowo, Hans,Halimah

     ALAMAT REDAKSIGandaria Office 8 Lantai 2 Unit D

    Jl. Sultan Iskandar MudaKebayoran LamaJakarta Selatan 12240Telepon: (021) 2903 6680Faksimili: (021) 2903 6681Email: [email protected]: www.bsmr.org

    Redaksi menerima kiriman naskahtulisan, saran pendapat danfoto. Redaksi berhak mengeditnaskah tulisan tanpa mengubahmaknannya.

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    2/28

    OKTOBER 20122

    1  Dari Redaksi

    SAJIAN UTAMA 

    3  Mengelola Risiko Perusahaan

     Asuransi

    6  Risiko yang Menghadang

    Perusahaan Asuransi

    8  Killer Risk di Bisnis Asuransi

    12  Menakar Risiko Bancassurance 

    LIFESTYE

    14  Freedive: Serunya Menjadi Deni

    Si Manusia Ikan

    KOLOM

    18  Bernard Sumbayak Founder &Chairman VibizConsulting “Bail

    Out, Efektifitas dan Resikonya”

    DAFTAR ISI

    INTERVIEW

    20  Ferry N. IdroesPakar Manajemen

    Risiko dan Wakil Dekan Fakultas

    Universitas Al Azhar

      “Risiko Manusia Harus Ditekan”

    SWARA 

    23 Hidayatullah

      (Branch Mgr Bank Kalbar Cab. Ketapang) 

      “Sulit sih Tidak, Tapi Tetap Harus

    Teliti”

    24 Sherly Maria dan kawan-kawan

    (Front Office PT Bank Bumi Artha) 

      “Pengalaman Pertama Bikin

    Was-Was Semuanya”

    25 Halimin Hifni

      (Kep. Bid. Audit Bank Kalbar, Pontianak 

      “Pakaian Peserta Harusnya

    Sopan”

    SEPUTAR SERTIFIKASI

    26  OJK Menjawab Tantangan

    Globalisasi

    OKTOBER 20122

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    3/28

    OKTOBER 2012   3

    Oleh Agustaman

    Masih segar di ingatan kita

    tentang jatuhnya pesawatkomersil Sukhoi Super Jet 100

    di Gunung Salak, Bogor, Jawa

    Barat beberapa waktu lalu. Bagaimana

    peristiwa itu terjadi, berapa jumlah korban,

    bagaimana mengevakuasi korbannya,

    menjadi headline di beberapa media. Tak

    terkecuali juga berita bagaimana para

    ahli waris bisa mendapatkan santunan

    dari pemerintah melalui PT Asuransi Jasa

    Raharja. Sementara bagi korban yang pada

    saat kecelakaan sedang bekerja, ahli waris

     juga mendapat santunan kecelakaan kerja

    dari Jamsostek.

    Pesawat yang dioperasikan pun

    memiliki jaminan asuransi. Setidaknya

    asuransi terhadap badan pesawat (aircraft

    hull insurance), perlengkapan/suku cadangpesawat (spares insurance), asuransi

    pilot/kru pesawat ( personal accident &

    loss of licence insurance), dan tanggung

     jawab hukum/tanggung gugat (liability

    insurance).

    Dalam asuransi tanggung gugat,

    perusahaan asuransi akan memberikan

     jaminan kepada pihak ketiga yang

    dirugikan akibat operasional pesawat.

    Ganti rugi pihak ketiga diberikan kepada

    penumpang dan selain penumpang.

    Indonesia memiliki regulasi yang

    mengatur tanggung jawab dan besarnya

    santunan akibat kecelakaan alat angkut.

    Mulai dari alat angkut berupa pesawat,

    kapal, mobil/motor, hingga kereta api.

    Sekaligus di dalamnya memuat kewajiban

    asuransi (compulsory insurance) dan sanksibila tidak menaati aturan.

    Begitulah gambaran sedikit soal

    asuransi. Dunia asuransi sudah sangat

    identik dengan manajemen risiko. Maklum,

    asuransi adalah salah satu teknik di dalam

    manajemen risiko. Perusahaan asuransi

    adalah perusahaan yang menerima

    pengalihan risiko dari tertanggung.

    Sehingga aktifitas keseharian perusahaan

    adalah mengelola risiko pihak lain.

    Namun, apakah kita tahu pangertian

     Asuransi tidak bisa dilepaskan dari manajemen risiko. Salah dalam mengelolarisiko pihak lain, dapat “mematikan” perusahaan asuransi itu sendiri.

    Mengelola Risiko

    Perusahaan Asuransi

    SAJIAN UTAMA

    OKTOBER 2012   3

    Kecelakaan pesawat terbang.

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    4/28

    OKTOBER 20124

    dari risiko dan juga asuransi? Dan apa

    kaitan di antara keduanya?

    Menurut Santi L.G dari

    Vibizmanagement Consulting, risiko didalam asuransi adalah ketidakpastian akan

    terjadinya suatu peristiwa yang dapat

    menimbulkan kerugian ekonomis. Contoh

    dari berbagai macam risiko, seperti risiko

    kebakaran, kecelakaan moda transportasi,

    risiko terkena banjir di musim hujan,

    risiko gempa bumi dan sebagainya, dapat

    menyebabkan kita menanggung kerugian

     jika risiko-risiko tersebut tidak dapat kitaantisipasi dari awal.

    “Nah, risiko itu dihubungkan dengan

    kemungkinan terjadinya akibat buruk

    atau kerugian yang tidak diinginkan, atau

    tidak terduga. Atau dengan kata lain, akan

    menunjukkan adanya ketidakpastian,” tulis

    Santi dalam situs vibizmanagement.com.

    Asuransi adalah salah satu bentuk

    pengendalian risiko yang dilakukan

    dengan cara mengalihkan/transfer risiko

    dari satu pihak kepada pihak lain dalam hal

    ini adalah perusahaan asuransi.

    Namun, apakah perusahaan asuransi

    sendiri menerapkan manajemen risiko?

    Hingga saat ini nampaknya hanya segelintir

    perusahaan asuransi yang secara formal

    mempunyai pedoman, kebijakan, atauprosedur manajemen risiko. Apakah dapat

    diartikan tidak ada penerapan manajemen

    risiko di dunia asuransi? “Secara substansi,

    perusahaan asuransi telah melakukan

    prinsip-prinsip manajemen risiko, namun

    belum komprehensif,” kata Munarwan

    Kasam, seorang kolomnis dan pengamat

    asuransi.

    Menurutnya, beberapa perusahaan

    asuransi yang berusaha menerapkan

    manajemen risiko, saat ini sedang mencari

    bentuk. Belum ada panduan pasti sehingga

    penerapan manajemen risiko masih

    meraba-raba, tidak seperti di perbankan.

    Jika Bank Indonesia (BI) menetapkandelapan jenis risiko di industri perbankan,

    namun baik pemerintah maupun asosiasi

    asuransi, belum menentukan jenis-jenis

    risiko di industri asuransi.

    Seperti di industri lain, perusahaan

    asuransi sebenarnya juga menghadapi

    risiko operasional, risiko politik, risiko

    pasar, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko

    spekulatif dan lain-lain.Menurut Hotbonar Sinaga, mantan Dirut

    PT Jamsostek, setidaknya ada lima risiko

    yang dihadapi industri asuransi. Yakni risiko

    salah kelola (salah memilih eksekutif yang

    menjalankan roda perusahaan); risiko di

    bidang organisasi dan SDM; risiko di bidang

    teknik; risiko pemasaran; dan risiko finansial

    (lihat tulisan lain di Sajian Utama ini )

     

    Penerapan Manajemen Risiko

    Melaksanakan manajemen risiko

    memang penting bagi perusahaan

    asuransi. Ketika sebuah risiko terjadi

    kepada nasabah, baik itu risiko kehilangan,

    sakit, maupun kematian, maka perusahaan

    asuransi harus membayarkan klaim

    atau santunan kepada nasabah. Dengan jenis bisnis seperti ini, maka penting

    bagi perusahaan asuransi melaksanakan

    manajemen risiko.

    Apa yang dilakukan oleh PT Asuransi

    Jiwasraya (Persero) dalam melaksanakan

    manajemen risiko, mungkin bisa menjadi

    contoh. Asuransi BUMN ini merupakan

    salah satu perusahaan asuransi yang

    telah menerapkan manajemen risiko dan

    good corporate governance (GCG). Sejak

    2008, Jiwasraya mulai mempersiapkan

    SAJIAN UTAMA

    OKTOBER 20124

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    5/28

    OKTOBER 2012   5

    restrukturisasi keseluruhan sistem

    manajemen risiko dan GCG. Tidak

    tanggung-tanggung, miliaran rupiah rela

    digelontorkan untuk memperkokoh sistemtersebut, baik software dan hardware,

    hingga pemenuhan sumber daya manusia

    dan jasa konsultan.

    Menurut Direktur Keuangan Jiwasraya

    Hary Prasetyo, prinsip manajemen risiko

    dilakukan di semua lini hulu dan hilir bisnis

    perusahaan dan mengalir mulai dari pusat

    hingga ke tingkat kantor regional dan

    cabang. Suatu pengambilan keputusan,tidak akan dapat diambil jika tidak atas

    kajian di unit kerja terkait secara metode

    four eyes.

    Suatu pengambilan keputusan

    investasi misalnya, akan dilakukan jika

    sudah melalui analisa secara menyeluruh

    oleh kepala bagian, kepala divisi, hingga

    direksi. Bahkan, perseroan membentuk

    sebuah komite investasi agar setiap

    keputusan investasi yang dibuat

    dapat dipertanggungjawabkan.

    Begitu pun dalam proses

    underwriting dan penerimaan risiko.

    Justru prinsip manajemen risiko

    harus lebih prudent  dalam

    hal ini. Dan “Know Your

    Customer” menjadi salahsatu prinsip manajemen

    risiko yang tidak boleh

    ditinggalkan. Semua

    keputusan dilakukan

    dengan sistem four

    eyes. Selain agar dapat

    dipertanggungjawabkan,

    itu juga untuk menghindari

    terjadinya konflik

    kepentingan.

    “Selama 2 tahun kami

    lakukan pemetaan, membuat job

    desk , menetapkan standart operating

     procedur , membuat satuan pengawasan

    internal, hingga akhirnya tercipta sistemmanajemen kinerja,” katanya.

    Dengan penerapan manajemen

    risiko dan good corporate governance,

    pihaknya dapat melakukan efisiensi dan

    efektivitas. Contohnya, sebuah proses

    yang awalnya perlu dilakukan dalam 10

    langkah, sekarang menjadi enam langkah.

    Waktu yang diperlukan nasabah untuk

    mendapatkan informasi menjadi tidakterlalu panjang, proses suatu tender lebih

    cepat, bahkan produktivitas pun menjadi

    lebih baik. “Tujuannya agar tercipta

    transparansi mulai dari proses hingga hasil,”

    ujar Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman

    Rahim.

    Hasilnya, mulai 2009 perseroan dapat

    melakukan lompatan-lompatan bisnis.

    Pada 2008 ketika perseroan baru mulai

    membangun sistem manajemen risiko

    dan good corporate governance, premi

    yang dihimpun masih di bawah Rp2

    triliun. Bahkan, dari sisi laba, sejak pertama

    kali berdiri pada 153 tahun lalu,

    perusahaan belum pernah

    membukukan laba hingga

    ratusan miliar. “Paling-palinghanya berkisar di Rp18 miliar,

    Rp20-an miliar, Rp30-an miliar,”

    katanya.

    Namun sejak penerapan

    manajemen risiko dan good

    corporate governance, premi

    tumbuh rata-rata 30% setiap

    tahun. Laba melonjak drastis

    hingga menembus angka

    Rp100 miliar untuk pertama

    kali. “Memang tidak mudah

    OKTOBER 2012   5

    Hary Prasetyo

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    6/28

    OKTOBER 20126

    merubah pola kerja yang sudah terbentuk

    sejak lama. Akan tetapi ini adalah sebuah

    proses untuk menuju lebih baik,” papar

    Hendrisman. Tidak sia-sia rombakan yang dilakukan

    para pucuk pimpinan asuransi dengan

    aset sekitar Rp8 triliun ini. Hasilnya, di

    semester pertama tahun 2012 perseroan

    sudah berhasil mendapatkan sejumlah

    penghargaan antara lain sebagai Company

    of the Year  dari World Finance London

    selama 3 tahun berturut-turut; sebagai Best

    Insurance Indonesia Company  dari Global

    Banking and Finance Review, London;

    dan yang terbaru sebagai Perusahaan

    dengan Risk Management Terbaik dariMajalah Business Review. Hendrisman pun

    mendapatkan penghargaan sebagai 10

     Tokoh Asuransi.

     Tujuan penerapan manajemen risiko

    di industri asuransi pada dasarnya tidak

    berbeda dengan industri lainnya yakni

    agar dapat meminimalisir dan mengelola

    risiko yang berdampak negatif pada

    OKTOBER 20126

    Risiko yang Menghadang Perusahaan Asuransi

    Sebagai institusi yang menerima pemindahan risiko,

    perusahaan asuransi harus menerapkan manajemen

    risiko secara lebih berhati-hati, komprehensif dan

    mempertimbangkan berbagai faktor untuk meminimalisir

    ketidakpastian.

    Berbagai jenis risiko yang menghadang perusahaan

    asuransi seperti juga perusahaan di sektor lain. Risiko yangdihadapi mencakup risiko bisnis yang cenderung spekulatif,

    risiko murni yang terkait kekayaan perusahaan termasuk

    SDM, dan risiko tanggung jawab hukum.

    Risiko spekulatif dapat diklasikasikan sebagai

    berikut :

    Pertama, risiko salah kelola yaitu salah memilih eksekutif yang menjalankan roda

    perusahaan, seperti tidak memiliki kompetensi maupun tidak punya integritas yang

     justru mengakibatkan kerugian perusahaan. Risiko ini bisa ditekan melalui penunjukkan

     jasa head hunter  untuk merekrut direksi perusahaan.

    Kedua, risiko di bidang organisasi dan SDM, yaitu dalam hal penyusunan strukturorganisasi, analisa jabatan, uraian tugas, dan tanggung jawab serta recruitment , training  

    maupun pengembangan SDM perusahaan. Salah satu cara untuk meminimalkan risiko

    ini adalah dengan melakukan tes ilmu pengetahuan lalu melakukan assessment  calon

    pegawai oleh konsultan psikologi maupun bagi pegawai yang akan dimutasi/dipromosi.

    Sesuai dengan ketentuan perundangan biaya untuk pelatihan SDM asuransi minimal 5

    % dari total biaya pegawai.Ketiga, risiko di bidang teknik seperti menciptakan produk asuransi yang justru

    merugikan atau struktur biaya produk tertentu yang menjadikan premi tidak bersaing dan

    gagal memperoleh dukungan reasuransi ataupun salah memilih perusahaan reasuransi.

    Ketentuan yang mengharuskan perusahaan asuransi melaporkan dan menjelaskan

    produk baru kepada regulator akan meminimalisir risiko ini dengan adanya secondopinion  yang obyektif maupun rechecking  atas premi yang ditawarkan apakah mahal,

    murah atau memadai.

    Hotbonar Sinaga

    SAJIAN UTAMA

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    7/28

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    8/28

    OKTOBER 20128

    Salah dalam mengelola risiko pihaklain, dapat membunuh perusahaan

    asuransi itu sendiri. Sayangnya,

    manajemen risiko di industri

    asuransi tak serapi di industri perbankan.

    Dalam artian, enterprise risk management  

    (ERM) yang mengelola risiko perusahaan

    secara komprehensif, belum terwadahi

    secara terstruktur dalam pedoman,

    kebijakan, dan prosedur manajemen risiko.

    Perusahaan asuransi BUMN memang

    telah memulai penerapan ERM dan

    memiliki unit manajemen risiko beberapa

    tahun lalu. Namun belum semua

    perusahaan asuransi memilikinya. Meski

    begitu, tak berarti bahwa penerapan

    manajemen risiko di industri asuransi

    kedodoran.Dalam perusahaan asuransi, ada dua

    sumber risiko yang dikelola. Pertama

    adalah risiko dari perusahaan asuransi

    itu sendiri. Kedua adalah risiko pihak lain

    yang ditanggung. Dalam hal mengelola

    risiko pihak lain, industri asuransi – boleh

    dibilang – adalah ahlinya.

    Seperti di industri lain, perusahaan

    asuransi juga menghadapi risiko

    operasional, risiko politik, risiko pasar,

    risiko likuiditas, risiko hukum, dan lain-

    lain. Pengelolaannya lebih efektif melaluipraktek-praktek ERM. Manajemen risiko

    klaim katastropik/bencana, risiko reputasi,

    dan risiko kepatuhan menjadi bagian yang

    harus difokuskan. Salah kelola, berpotensi

    menjadi ‘Killer Risks’. ‘Killer risks’  adalah

    risiko-risiko yang berpotensi sangat

    merusak keseluruhan organisasi (Kaye,

    1995).

    Mega Klaim Bencana

    Bencana, baik natural disaster maupun

    man-made disaster , awalnya memang

    tidak dapat diasuransikan karena

    tergolong fundamental risks. Namun dalam

    perkembangan asuransi, berbagai macam

    bencana seperti gempa bumi, letusan

    gunung, tsunami, badai, banjir, dan lainnyadapat diasuransikan.

    Dalam sekali hentakan bencana,

    bisa terjadi mega klaim. Badai Katrina

    yang mengoyak AS, Teluk Meksiko, dan

    sekitarnya pada Agustus 2005, klaim

    asuransi dunia mencapai 74,69 miliar dollar

    AS. Juga gempa dan tsunami Jepang pada

    11 Maret 2011, klaim asuransi sekitar 35

    miliar dollar AS (Sigma, 2011).

    Sekali klaim besar, apalagi bertubi-

    tubi, dapat membuat perusahaan asuransi

    Killer Risk 

    di Bisnis AsuransiPerusahaan asuransi tidak mungkin terlepas risiko karena bisnis asuransimerupakan bisnis risk transfer/risk sharing. Ini membuat perusahaanasuransi senantiasa berperang menanggung risiko pihak lain (risk transfer)atau sebagai pengelola risiko yang ditanggung bersama (risk sharing).

    SAJIAN UTAMA

    OKTOBER 20128

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    9/28

    OKTOBER 2012   9

    gulung

    tikar. Bayangkan saja,

    akibat gempa bumi 7,9 skala richter  di San

    Fransisco, AS pada 18 April 1906, klaim

    asuransi 235 juta dollar AS di masa itu.

    Besarnya klaim ini senilai sekitar 100 kali

    premi asuransi kebakaran di San Fransisco.

    Klaim bencana tersebut menghanguskan

    laba industri asuransi di AS selama 47

    tahun.

    Dalam hal risiko bencana alam, industri

    asuransi di Indonesia belum mencatat

    mega klaim. Meskipun sering terjadi

    bencana di Indonesia, namun belummasuk dalam 40 top bencana dengan

    klaim terbesar di dunia versi perusahaan

    reasuransi Swiss Re.

     Tsunami di Aceh akhir 2004 memang

    masuk dalam peringkat keempat dalam

    hal korban jiwa terbesar sejak tahun 1970,

    namun kerugian asuransi tidak terlalu

    besar. Bila bencana itu terjadi di negara

    maju, bisa memicu mega klaim. Hal ini

    terjadi karena di Aceh tidak banyak aset

    dan jiwa yang diasuransikan.

    Manajemen risiko melalui

    spreading of risks dalam skema reasuransi

    dan koasuransi, menyelamatkan industri

    asuransi dari kebangkrutan akibat klaim

    bencana. Meskipun modal dan asetnya

    terbatas, perusahaan asuransi dapat

    menanggung risiko nilai pertanggungan

    yang besarnya beratus kali lipat dari aset

    perusahaan asuransi.

    Perusahaan asuransi/reasuransi

    menahan risiko dalam porsi tertentu sesuai

    dengan hasil seleksi risiko (underwriting),

    kemampuan masing-masing perusahaan,

    dan menurut regulasi. Berdasarkan regulasi

    Bapepam-LK, maksimum retensi sendiriperusahaan asuransi untuk setiap risiko

    adalah 10% dari ekuitas.

    Mitigasi mega klaim juga dapat

    dilakukan melalui seleksi risiko secara

    hati-hati (prudent underwriting), kontrol

    akumulasi risiko, dan pemilihan perusahaan

    reasuransi terpercaya.

    Underwriter (penyeleksi risiko)

    menjadi tumpuan perusahaan asuransi.

    Kemampuan perusahaan asuransi dalam

    mengelola risiko dapat dilihat dari

    OKTOBER 2012   9

    Besarnya klaim asuransi akibat Gempa dan tsunami Jepangpada 11 Maret 2011, berpotensi jadi killer risk.

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    10/28

    OKTOBER 201210

    underwriter-nya. Finalnya, dapat dilihat dari

    hasil underwriting. Semakin besar hasilnya,

    kualitas pengelolaan risikonya tergolong

    bagus.Dalam hal pemilihan perusahaan

    reasuransi, Bapepam-LK mensyaratkan

    minimal rating BBB. Ini untuk menghindari

    adanya reasuransi bodong, khususnya dari

    luar negeri. Tidak jelas perusahaannya,

    sehingga perusahaan asuransi sulit

    mendapatkan recovery reasuransi.

    Skema reasuransi inilah yang membuat

    perusahaan asuransi mampu menanggungrisiko yang sangat besar, hingga Rp

    triliunan. Sampai berkali lipat aset yang

    dimiliki perusahaan asuransi.

     

    Risiko Reputasi

    Bisnis asuransi menjual barang tak

    berwujud, berupa janji mengganti kerugian

    di masa yang akan datang. Industri asuransi

    sangat tergantung dari kepercayaan.

    Sehingga perusahaan asuransi selalu

    memposisikan sebagai perusahaan yang

    dapat dipercaya.

    Ketakutan dari konsumen adalah

    klaim tidak dibayar atau sulit mengurus

    klaim. Perusahaan dengan reputasi baik

    akan memiliki keunggulan di hadapan

    nasabah. Perusahaan asuransi sangatkuatir jika reputasinya hancur. Dalam riset

    Economist Intelligent Unit tahun 2005,

    eksekutif perusahaan dunia menyatakan

    bahwa reputasi menjadi prioritas puncak

    dibandingkan risiko lainnya.

    Yang dibutuhkan adalah membangun

    reputasi, bukan sekedar membentuk

    citra. Reputasi berkembang lebih lambat

    daripada membentuk citra (Rochette,

    2007). Kepercayaan nasabah dibentuk oleh

    reputasi.

    Salah satu yang digunakan sebagai alat

     jualan oleh perusahaan asuransi adalah

    pengakuan atau penghargaan, baik itu dari

    institusi maupun dari konsumen. Saranapublikasi melalui berbagai cara seperti di

    media massa, annual report, situs internet,

    media komunikasi perusahaan, atau

    memajang penghargaan di ruang tamu/

    lobby kantor.

    Reputasi buruk, mudah membuat

    konsumen menjauh. Apalagi industri

    asuransi di Indonesia masuk dalam

    pasar persaingan sempurna (Herfindahl-

    Hirschman Index  asuransi umum tahun

    2010 sebesar 0,04549). Konsumen sangat

    elastis terhadap kualitas pelayanan.Mitigasi yang dapat dilakukan

    adalah memberikan pelayanan terbaik.

    Standar pelayanan minimal tidak dapat

    diandalkan di tengah persaingan ketat.

    Harus cepat tanggap terhadap keluhan dan

    menyempurnakan pelayanan.

    Yang paling mudah merontokkan

    reputasi perusahaan asuransi umumnya

    disebabkan kekecewaan nasabah saat

    mengurus klaim. Dua hal berkaitan klaim,

    klaim ditolak atau pengurusan yang ribet.

    SAJIAN UTAMA

    OKTOBER 201210

    Bila bencana Tsunami di Aceh akhir 2004 itu terjadidi negara maju, bisa memicu mega klaim.

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    11/28

    OKTOBER 2012   11

    Perusahaan asuransi harus jujur. Bila

    berdasarkan polis, klaim harus dibayar,

    maka harus dibayar. Waktu pembayaran

    klaim sesuai dengan ketentuan didalam polis atau maksimal 30 hari sejak

    kesepakatan klaim. Tidak boleh menunda-

    nunda pembayaran klaim, misalnya

    dengan menambah-nambah persyaratan

    dokumen klaim.

    Kekecewaan nasabah, apalagi bila

    sudah ada di media massa,

    dapat menjadi bumerang bagi perusahaan

    asuransi. Hak jawab perusahaan

    asuransi di media massa, tak serta merta

    menghapuskan rekaman buruk bagi

    (calon) nasabah.Ketidaktahuan nasabah tentang isi polis

     juga menjadi pemicu perselisihan. Mitigasi

    dapat dilakukan dengan memberikan

    penjelasan isi polis secara gamblang

    saat nasabah akan berasuransi. Bahasa

    hukum perjanjian, istilah khas asuransi,

    pilihan hukum yang dipakai, atau bahkan

    bahasa polis yang masih menggunakan

    bahasa Inggris, adalah beberapa pemicu

    ketidakpahaman nasabah. Penjelasan

    syarat dan kondisi polis dapat dilakukan

    langsung ke nasabah atau melalui pialang

    sebagai wakil nasabah.

     

    Kepatuhan ModalKetentuan modal asuransi memang

    mengalami tarik ulur. Niat regulator untuk

    menaikkan modal, awalnya dituangkan

    dalam PP 63/1999 yang mengatur

    penyelenggaraan usaha perasuransian.

    Perusahaan asuransi baru harus memiliki

    modal disetor minimum Rp100 miliar.

    Revisinya dilakukan dalam PP 39/2008

    tanggal 19 Mei 2008. Perusahaan asuransiharus memiliki modal disetor minimum

    sebesar Rp100 miliar. Akibat protes dan

    demo oleh sebagian pelaku industri

    asuransi, aturan itu dirubah pada tanggal

    31 Desember 2008. Melalui PP 81/2008,

    modal sendiri (bukan modal disetor) harus

    dipenuhi secara bertahap.

    Akhir tahun 2012, modal sendiri

    perusahaan asuransi minimum sebesar

    Rp70 miliar dan menjadi Rp100 miliar di

    akhir tahun 2014. Meskipun pemerintah

    memberikan sinyal penundaan (lagi)

    pemenuhan hingga Maret 2013, namun

    penambahan modal tidak bisa ditawar lagi.

    Jika terus menunda, pemerintah

    dianggap plin plan. Pilihannya hanya

    melakukan eksekusi terhadap perusahaanyang tidak mampu memenuhi modal

    minimum. Bagi perusahaan asuransi,

    pemenuhan modal ini mutlak.

    Sadar akan hal tersebut, beberapa

    perusahaan yang modalnya masih kurang,

    kini giat mencari tambahan. Bila tak

    berhasil, masih ada jalan keluar lainnya,

    merger atau akuisisi. # (Munawar Kasan,

    Majalah Stabilitas Perbankan, Edisi 72, tahun

    2012) 

    OKTOBER 2012   11

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    12/28

    12 OKTOBER 2012

    Pemasaran produk asuransi

    kerugian melalui jasa perbankan(Bancassurance) saat ini semakin

    berkembang, dari sebelumnya

    yang masih didominasi oleh asuransi

     jiwa. Berkembangnya pemasaran produk

    asuransi kerugian melalui perbankan

    ini, karena pola kerja yang lebih jelas

    seperti tercantum dalam Surat Edaran

    Bank Indonesia (SE BI) No. 12/35/DPNP

    tentang Bank dan Produk Bancassurance.

    Dalam surat edaran ini, pelaku industri

    asuransi memiliki pemahaman penerapan

    manajemen risiko pada bank, yang

    melakukan kerja sama pemasaran dengan

    perusahaan asuransi.

    Pakar Ekonomi dari Biro Penelitian dan

    Pengaturan Perbankan Bank Indonesia,

    Eddy Manindo Harahap mengungkapkanbisnis Bancassurance hadir bukan tanpa

    risiko. “Maka kedua belah pihak (bank dan

    perusahaan Asuransi) harus memahami

    bersama terhadap risiko-risiko dalam

    beberapa aspek utama Bancassurance,”

    terang Eddy dalam persentasi pada acara

    seminar tentang Konsep, Implementasi &

    Penerapan Manajemen Resiko pada Bisnis

    Bancassurance di Jakarta beberapa waktu

    lalu.

    Risiko yang harus diperhatikan dalam

    beberapa aspek utama Bancassurance,

    kata Eddy, adalah penetapan perusahaanasuransi yang menjadi mitra bank,

    penyusunan perjanjian kerja sama,

    penggunaan data nasabah dan penerapan

    prinsip perlindungan nasabah.

    “Untuk penetapan kerja sama antara

    perusahaan asuransi dan bank memenuhi

    syarat-syarat seperti, memiliki surat

    pesetujuan dari Menkeu, memenuhi

    ketentuan yang berlaku,

    memantau, menganalisa

    dan mengevaluasi

    secara berkala

    kesepakatan bersama

    antara pihak bank

    dan perusahaan

    asuransi,”

    paparnya.Lebih

    lanjut Eddy

    menje-

    laskan,

    dalam

    penyu-

    sunan

    kerja

    sama,

    harus

    Bancassurance yang merupakan produk kerjasama antara bank dan perusahaanasuransi tidak bebas risiko. Dalam mengelola risiko produk ini beberapa aspek

     yang perlu jadi perhatian adalah pemilihan mitra, penyusunan perjanjian kerjasama, penggunaan data nasabah, dan penerapan prinsip perlindungan nasabah.

    Menakar Risiko

    Bancassurance 

    SAJIAN UTAMA

    OKTOBER 201212

    Muliaman P. Hadad

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    13/28

    13OKTOBER 2012

    diperhatikan kejelasan hak dan kewajiban

    termasuk tanggung jawab masing-masing

    pihak. Kondisi berakhirnya perjanjian kerja

    sama termasuk menjaga kerahasiaan datayang bersifat rahasia. “Apakah itu data

    perusahaan maupun data nasabah masing-

    masing perusahaan,” tambahnya.

     Terkait penggunaan data nasabah,

    lanjutnya lagi, harus mengacu pada UU

    Perbankan tentang rahasia Bank. Dan

    harus difahami bersama secara jelas perihal

    ketentuan mengenai transparansi produk

    dan penggunaan data pribadi nasabah.Dalam penjualan produk asuransi

    melalui bank, kepada nasabah, pihak bank

    harus menjelaskan secara lisan dan tertulis

    perihal produk asuransi yang ditawarkan.

     Transparan mengenai biaya-biaya yang

    harus dibayar oleh nasabah. “Nasabah

    harus tahu, uang dia yang dibayarkan

    untuk premi berapa, dan komisi untuk

    bank berapa. Harus dijelaskan ke nasabah

    itu,” tegasnya.

    Nilai Tambah

    Sementara itu, Deputi Gubernur Bank

    Indonesia Muliaman P. Hadad menilai kerja

    sama bancassurance memberi keuntungan

    nilai tambah bagi pemangku kepentingan

    terkait dalam asuransi. “Pada beberapatahun terakhir kami melihat kebutuhan

    masyarakat akan produk asuransi semakin

    tinggi. Dengan kondisi tersebut, potensi

    pertumbuhan industri perasuransian

    semakin besar sehingga perusahaan

    asuransi dituntut meningkatkan

    pemasaran produknya,” kata Muliaman.

    Dengan adanya kerja sama antara

    perbankan dan perusahaan asuransi untuk

    memasarkan produk asuransi, kedua

    pihak bisa bersama-sama mengambil

    keuntungan yang positif. Kerja sama

    bancassurance bagi bank bisa mendukung

    peningkatan pendapatan “fee based inco-

    me” yang stabil dan berkelanjutan melaluisolusi produk yang beragam dan inovatif.

    Selain itu nilai tambah bagi bank

    lainnya adalah memberikan pilihan

    portofolio produk sesuai keperluan

    nasabah dan memaksimalkan hubungan

    serta loyalitas nasabah yang pada akhirnya

    dapat meningkatkan nilai bagi pemilik

    bank yang bersangkutan.

    “Sedangkan untuk perusahaanasuransi, kegunaan bancassurance tentu

    diharapkan memberikan akses yang lebih

    luas kepada nasabah bank atau masyarakat

    lain dalam mengembangkan pangsa pasar

    asuransi dan meningkatkan skala ekonomi

    dan bisnisnya,” jelas Muliaman yang terpilih

    menjadi Ketua Dewan Komisioner Otoritas

    Jasa Keuangan (OJK).

    Namun selain manfaat, Muliaman

    menjelaskan aktivitas juga berikan risiko

    baik resiko hukum, reputasi dan finansial.

    Menurut dia, untuk mengelola

    bancassurance yang stabil dan berke-

    lanjutan serta beroperasi secara sehat,

    bank dan perusahaan asuransi harus

    memahami konsep bancassurance

    berdasarkan ketentuan BI.BI dan Badan Pengawas Pasar Modal

    dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)

     juga melakukan pengawasan kepada bank

    dan perusahaan asuransi agar mereka

    berada pada operasional yang sehat.

    “Dari sisi perbankan, BI sangat

    berkepentingan memastikan kesiapan

    bank dalam lakukan bancassurance 

    termasuk penerapan mana jemen resiko

    oleh bank terhadap berbagai macam

    aktivitas terkait,” pungkas Muliaman. #

    OKTOBER 2012   13

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    14/28

    14 OKTOBER 2012

    Kegiatan olahraga menyelam tanpa menggunakan alat bantu pernapasan, atauistilah kerennya freedive, mulai menarik minat banyak orang. Padahal olah ragaini tergolong berisiko tinggi, hingga nyawa pun bisa saja melayang. Namun,dengan mematuhi aturan yang benar plus tekhnik tepat, freedive akan jadi salah

    cara yang paling menyenangkan dalam menikmati keindahan alam bawah laut.

    Serunya MenjadiDeni Si Manusia Ikan

    OKTOBER 201214

    Freedive 

    LIFESTYLE

    Anda tahu Deni sang Manusia

    Ikan? Ia adalah tokoh utama

    dalam komik ‘Fishboy: Denizen

    of the Deep’ karya Scott

    Goodall dan John Stokes yang diterbikan

    antara tahun 1968 hingga 1975. Deni

    digambarkan sebagai seorang anak laki-

    laki yang terdampar di sebuah pulau dan

    kemudian belajar untuk bernapas di bawah

    air, hingga kemudian memiliki kemampuan

    berenang dan menyelam layaknya seekor

    ikan.

    Nah, kini Anda pun bisa meniru Deni,

    menyelam tanpa menggunakan alat bantu

    pernafasan. Caranya, dengan mengikuti

    olah raga yang disebut freedive. Yang

    lebih menyenangkan lagi, tidak seperti

    Deni yang menyelam seorang diri, Anda

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    15/28

    15OKTOBER 2012

    bisa melakukannya bersama-sama, karena

    sudah ada komunitas untuk aktivitas

    yang terbilang lumayan berisiko ini. Salah

    satunya adalah Komunitas Let’s Freediveyang berada di Jakarta.

    “Freediving itu unik, tapi sayang sejauh

    ini hanya dibilang sebagai hobi kalau di

    Indonesia. Padahal di luar negeri, freediving 

    sudah menjadi olahraga. Bahkan di sana

    bisa dikompetisikan,” papar Agus Hong,

    salah seorang anggota Komunitas Let’s

    Freedive.

     Tidak hanya Agus dan kawan-

    kawannya, setiap kita pasti pun akan

    menilai freediving sebagai sesuatu

    yang unik. “Dengan freediving kita bisa

    menikmati laut tanpa merasa canggung.

    Karena perbedaannya dengan menyelambiasa, freediving itu menyelam tanpa

    alat bantu pernafasan seperti scuba. Jadi

    menyelam terasa lebih bebas dan leluasa,”

    tambah Agus setengah berpromosi.

    Akan tetapi, keunikan itu ternyata tak

    membuat freediving mendapat perhatian

    yang baik. Masih banyak diver  (penyelam)

    yang tidak percaya dengan freediver  karena

    mereka tidak pernah lihat langsung.“Namun, ketika melihat langsung, mereka

    berbalik takjub,” jelas Agus.

    Melihat Indonesia sebagai

    negara bahari, tentunya terasa lebih

    membanggakan bila mengetahui ada

    penyelam bebas hebat berasal dari negeri

    sendiri. “Mudah-mudahan freediving dapat

    diakui sebagai olah raga di Indonesia,”

    harap Agus dan kawan-kawan.

    Di Indonesia, katanya, belum pernah

    ada kompetisi freediving seperti yang

    dilakukan Malaysia, Singapura, Thailand

    dan Filipina. “Kami berharap tahun 2013,

    ada peserta dari Indonesia yang bisa ikut,”

    ucap Agus.

    Bagi Komunitas Let’s Freedive, bukan

    hanya karena sekedar mengikuti kompetisi,manfaat yang besar juga menjadi

    alasan pentingnya freediving. Pasalnya,

    dalam prakteknya freediving merupakan

    salah satu bentuk meditasi yang

    mengarahkan seseorang ke perubahan

    yang positif. Kesadaran tentang diri

    sendiri dan lingkungan sekitarnya, terlatih

    melalui kegiatan ini, bagi mereka yang

    mempraktekkannya dengan benar.

    Menurut Agus, komunitas Let’s

    OKTOBER 2012   15

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    16/28

    16 OKTOBER 2012

    Freedive melakukan kegiatan freediving 

    dengan mengikuti literatur AIDA

    ( Association Internationale pour le

    Development de l’Apnee/International Association for Development of Apnea).

    AIDA adalah organisasi yang

    membawahi seluruh diver  (penyelam)

    dunia. Dengan mengikuti aturan dari

    AIDA, Let’s Freedive yakin berbagai jenis

    kegiatan freediving mereka akan berjalan

    dengan benar,

    efektif, efisien dan mampu meminimalisir

    risiko. “Jadi, kegiatan lebih teratur dan

    terstruktur,” jelas Agus.Dalam setiap melakukan freediving,

    Let’s Freedive selalu memberikan

    peringatan bagi setiap anggota dan para

    diver , untuk tidak melakukan freediving 

    sendirian. “Jangan pernah melakukan

    freediving sendirian, karena ini taruhannya

    nyawa,” tegas Agus dan komunitasnya.

    “But if you want to freedive alone, you must

    know your limit ,” sambungnya mengutip

    buku petunjuk cara freediving yang benar.

     Tidak hanya mengajarkan cara

    freediving yang tepat, Let’s Freedive juga

    mengingatkan pentingnya menjaga

    kelestarian bawah laut pada setiap

    anggotanya. Komunitas ini juga mencobamengenalkan tempat-tempat menyelam

    yang indah di seluruh Indonesia.

    “Indonesia itu tempat yang paling

    bagus untuk freediving. Jadi, mengapa

    harus bersusah-payah mencari lokasi

    menyelam ke luar negeri?” kata Agus yang

    didapuk menjadi seksi dokumentasi di

    Komunitas Let’s Freedive.

    Bukan Sekedar Just for Fun

    Mampu menyelam bebas (freedive)

    dengan mengetahui kemampuan diri

    sendiri, merupakan sebuah kesenangan

    sendiri bagi komunitas ini. Agus Hong

    sendiri mengaku, tidak semua anggota

    Let’s Freedive yang masuk dalam

    komunitasnya karena alasan serius ingin

    melakuan freediving. Beberapa masuk

    karena ingin senang-senang saja.

    “Tapi kami tak mempermasalahkan

    soal itu. Toh, walau awalnya just for

    fun, kalau mereka benar-benar suka,

    banyak juga yang akhirnya serius

    ingin freediving,” jelas Agus sembari

    mengatakan ada 50 orang yang aktif

    melakukan freediving di komunitas ini.Let’s Freedive sendiri tak mau

    muluk-muluk dalam pengembangan

    komunitasnya. Mereka terfokus pada misi

    dan visi untuk pengembangan teknik dan

    penyelamatan dalam melakukan freediving 

    di Indonesia umumnya, dan Jakarta

    khususnya.Komunitas ini melakukan

    kegiatan rutin latihan penyelaman setiap

    Sabtu di kolam Renang Gelora Bung

    Karno, Jakarta. Selain itu, Let’s Freedive

     juga memiliki kegiatan non rutin lain.

    LIFESTYLE

    OKTOBER 201216

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    17/28

    17OKTOBER 2012

    Awal tahun 2012 lalu misalnya, mereka

    melakukan eksibisi perkenalan freediving.

    Kegiatan itu dilakukan terbatas, yakni

    hanya untuk 10 orang peserta saja, dengan

    maksud agar pengajaran tentang freediving 

    terjalin lebih fokus. Dengan begitu peserta

    dapat menerima pengajaran lebih cepat

    dan tepat.Di luar itu, sebulan sekali mereka

    melakukan penyelaman bebas ke laut,

    sekaligus latihan kedalaman di laut,

    seperti di Pulau Pramuka, Tidung dan

    beberapa kawasan Kepulauan Seribu di

    pantai Utara Jakarta. Ada pula anggotanya

    yang melakukan ke Bali, Sulawesi Utara,

    Papua dan sebagainya. Semuanya untuk

    mengasah kemampuan menyelam,

    sekaligus menikmati keindahan bawah laut

    yang ada di perairan Nusantara.

    Dengan harapan bisa membantu setiap

    anggotanya yang ingin mendapatkan

    AIDA, komunitas ini berusaha menjalani

    kegiatannya dengan lebih serius. Tak hanya

    itu, Let’s Freedive telah memiliki mentor

    yang sudah bersertifikat AIDA dan mampu

    memberikan bimbingan khusus untuk

    anggota yang memilih freediving bukanhanya sekedar kesenangan semata.

    “Mengenai masalah pembiayaan

    kegiatan, kami pakai sistim sharing cost .

    Jadi semua pembiayaan dibagi rata ke

    semua peserta yang ikut kegiatan. Untuk

    lebih memperkecil biaya, kami terkadang

    pakai sistim kemping, seperti teman-

    teman yang suka naik gunung, bawa tenda

    sendiri, bawa peralatan tidur dan makan

    sendiri. Ini lebih irit ketimbang menginap

    di bungalow tepi pantai ,” tuntas Agus.#

    OKTOBER 2012   17

    Tips & Trik Untuk Freediver   PemulaYang terpenting, “Jangan pernah freediving sendiri”

    Jangan pernah melakukanÂ

    freediving ketika Anda sedang pilek dan sinus.Bagi pemula, jangan panik, usahakan diri tetap santai, dengan modal nekat dan niat.Â

    Hindari minum minumn beralkohol dan soda.Â

     Tidak boleh takut kedalaman.Â

    Bagi penderita asma, agar lebih dijaga dan sadar kemampuan diri sendiri.Â

    Cara bernafas untuk freediving yang benar yaitu hirup nafas dan memasukkan

    seluruhnya langsung ke perut. Setelah itu tahan nafas, jangan sampai ada yang keluar.

    Ketika ini, nikmati penahanan nafas, sampai terasa konstraksi (keinginan otak yang

    memerintah tubuh untuk men-supply  oksigen). Nantinya nafas itu akan naik sendiri

    perlahan-lahan dari paru-paru ke luar dengan sendirinya.

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    18/28

    18 OKTOBER 2012

    T oo Big to Fail  adalah istilah yangsangat tepat pada krisis Eropadan Amerika Serikat pada saat ini.

    Kerugian yang terjadi pada JP MorganChase sebesar 2 miliar dollar AS telahmembuat denyut jantung para otoritasmoneter dan pengamat ekonomi berdetak

    keras, membayangkan dampak yangbisa terjadi bila bank seperti JP MorganChase ini ambruk. Serta merta timbul jugapertanyaan, apakah kerugian tersebutmasih floating atau sudah realized , yangberarti masih bisa berkembang lebih besarsesuai dengan volatilitas pasaratau memang sudah di cutlosses. Perdebatan juga timbulbahwa kerugian itu bukan

    karena hedging activities, seperti yang disebutkanoleh CEO-nya Jamie Dimon,melainkan murni spekulasikarena tidak ada posisiberlawanan sebagaimanaseharusnya dalam hedging.Hal ini semakin membuatkengerian para pengamatperbankan.

    Dengan nilai kerugian sebesar 2 miliardollar AS untuk sebuah bank dengantotal aset sebesar 2,2 triliun dollar AStrilyun memang tidak besar, tetapi yangmenakutkan adalah pertanyaan, bahwaapakah kerugian 2 miliar dollar AS tersebuthanya ujung dari sebuah gunung es yangsedang roboh. Kalau dilihat dari Asset -nyaJP Morgan Chase ini skalanya 40 x BankMandiri, atau 46 x Bank BRI, atau 56 x BankBCA. Maka bila bank sebesar ini jatuh

    tentu saja akan menyisakan begitu banyakpermasalahan. Bila kita bandingkan jumlahnasabah Bank Mandiri sekitar 11,5 juta,

    Bank BRI 33 juta dan BCA 10 juta, maka bisadibayangkan berapa jumlah customer  yangmengalami kerugian bila sebuah sebuahbank raksasa seperti JP Morgan bangkrut.

    Ketika mengalami suasana mencekampada saat likuidasi 16 bank pada tahun1997, maka pemerintah mengeluarkan

    dana likuidasi untuk menjamin paradeposan. Hal ini mengingat besarnya risikotabungan masyarakat di dalamnya yangakan ikut tercebur dengan ambruknyabank, termasuk di dalamnya dana pensiunyang dikelola oleh bank tersebut. Ekses

    likuiditas dunia usaha yangsedang diparkir di perbankan,bila semua ini ikut terkuburbersama dengan robohnya

    bank, tentunya akan menjadipermasalahan yang pelik bagibegitu banyak masyarakatluas dan dunia usaha.

    Untuk menghindarimasalah yang sangat rumit

    dengan banyak-nya deposanyang ikut terseret dalam

    permasalahan perbankan, makacara yang paling efektif untuk melakukanmediasi permasalahan adalah pemerintahmengambil alih hutang bank padamasyarakat dan melakukan penjaminanpembayaran kepada masyarakat,sehingga kegalauan nasib masyarakatdeposan bisa diredakan oleh pemerintah,sehingga pemilik bank tersebut tinggalhitung-hitungan berapa dana talanganpemerintah yang harus dibayar. Hal inisecara sederhana bisa dianggap sebagaibail out .

    Defisit Anggaran dan Bail OutPermasalahan yang timbul lebih

    Bail Out, Efektifitas dan Resikonya

    BERNARD SUMBAYAKFounder & Chairman VibizConsulting 

    KOLOM

    OKTOBER 201218

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    19/28

    19OKTOBER 2012

     jauh lagi adalah bagaimana pemerintahmelakukan bail out  kalau dia sendiri jugadirundung permasalahan, seperti yangsedang terjadi pada krisis Eropa.

    Kalkulasi kekuatan untuk melakukanbail out secara sederhana kita formulasikansebagai berikut: Hutang Pemerintah +Hutang Sistem Perbankan >=< PenerimaanPemerintah

    Permasalahan yang ada sekarangadalah angka hutang pemerintahditambah hutang pada sistem perbankanbesarannya telah lebih dari 5x lipatpenerimaan pemerintah, sebagai berikut:Irlandia 43x, Jepang 37x, Amerika Serikat

    16x, Inggris 14x, Spanyol 11x, Portugal10x, Belanda 10x, Perancis 10x, Jerman 9x,Yunani 8.5x, Australia 8.4x, dan Italia 7.5x.

    Hal ini masih lebih buruk lagi biladisertai dengan permasalahan defisitanggaran. Sebagai contoh, Amerika Serikatdengan defisit anggaran mencapai 8.7%dari GDP. Permasalahan ini masih agaktertolong bila kondisi neraca pembayaran(current account ) masih positif, seperti

    yang terjadi di Jerman, yang berarti masihada aliran dana dari luar masuk ke negaraJerman, karena perdagangan Jermanseperti BMW, Mercedes masih positifsehingga neraca pembayaran positif.

    Namun sangatlah lebih terpukul bilaneraca pembayaran (current account ) juga defisit, seperti yang terjadi di Italia.Kondisi akan semakin buruk karena danapermodalan justru mengalir ke luar darinegara Italia ini, sehingga perekonomianNegara tersebut pun ikut terpuruk.

    Sekalipun belum banyak dibahasseperti halnya negara-negara Eropa,sekarang ini negara yang sangat berbahayakondisi-nya adalah Jepang, di mana nilaitukar yen makin menguat, mengakibatkanmelambatnya permintaan ekspor Jepangke Eropa makin menjadi-jadi. Dengantingkat bunga yang nyaris 0% dan utangpemerintah tertinggi di dunia, yang

    menjadi 230% dari GDP, mengakibatkanruang untuk ekspansi moneter sangatsempit. Mungkin satu-satunya kekuatan

    yang masih dimiliki oleh Jepang adalahdaya tahan masyarakat dan etos kerjayang tinggi. Neraca pembayaran (currentaccount ) sekalipun masih positif, namuntrennya terus menurun menuju ke negatif.

    Efek Domino GlobalDengan kondisi seperti ini, maka

    timbul sebuah deretan efek domino globalyang sangat berbahaya, seperti sebuahbangunan bertingkat yang sedang rubuh.

    Melemahnya kondisi ekonomi globalini tentunya menyurutkan permintaankarena daya beli yang berkurang, akibatnyabanyak industri juga melemah karena

    permintaan yang menurun dan hal inimempengaruhi kinerja finansialnyatermasuk juga kemampuan membayarhutang, sehingga ujung-ujungnya kembalipada meningkatnya bad debt sector  perbankan yang bila terus terakumulasimaka sektor perbankan tidak mampumenahan dan hal ini memerlukan upayabail out  dari pemerintah.

    Untuk menghentikan bekerjanya

    efek domino ini beberapa negara telahberupaya membenahi perekonomiannyadengan berbagai cara agar ekonominyatidak melambat. Sementara itu kondisiIndonesia dengan neraca perdagangancatur wulan pertama Jan-April 2012nonmigas Indonesia masih positif 3,3miliar dollar AS. Dan pertumbuhan eksporkita year-on-year  masih positif 4.1%. Dimana beberapa produk andalan masihmenunjukkan pertumbuhan ekspor yangmenjanjikan, maka kita masih optimisuntuk bertumbuh, namun pertumbuhanini ada di tengah kondisi ekonomi globalyang melemah, mau tidak mau akanberpengaruh juga bagi Indonesia, sehinggatetap perlu waspada.

    Ingat kondisi perbankan duniasekarang adalah Too Big To Fail  dan TooBig To Bail. Jadi perbankan di Indonesiadan pelaku usaha haruslah waspada

    menghadapi cuaca ekstrim yang sedangterjadi pada ekonomi global. #

    (sumber: www. vibizconsulting.com)

    OKTOBER 2012   19

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    20/28

    20 OKTOBER 2012

    Bagaimana manajemen risiko

    berperan meminimalisasi risiko? 

    Kalau ada manajemen risiko

    maka ada tindakan pencegahan.

    Pencegahan adalah bagaimana bank itu

    sendiri menurunkan frekuensi risiko. Pada

    sisi lain ada peran dari pengawas, yaiyu

    Bank Indonesia. Dan laporan-laporan yang

    dibuat bank, baik itu yang dibuat untuk BI

    atau pihak-pihak yang terkait. Pihak terkait

    iu masyarakat pada umumnya atau otoritasbursa, yaitu Bapepam.

    Saat ini bagaimana kondisinya? 

    Saat ini, pengetahuan pelaku

    kejahatan selangkah lebih maju daripada

    pengawasnya. Seolah-olah kondisi ini

    sudah menjadi kondisi umum. Kejahatan

    itu selangkah lebih maju dari pengawas.

    Karena bagaimanapun pengawas itu

    selalu belajar dari kasus. Karena yang

    ada di benak pelaku kejahatan itu sangat

    mungkin belum ada di benak pengawas.

    Biasanya pengawas itu berfikirnya positif.

     Apa masalah utama perbankan

    terkait risiko? 

    Permasalahan utama dari risiko

    operasional ada empat hal: risiko manusia,

    risiko proses, risiko sistem dan risiko faktor

    eksternal. Kalau risiko eksternal, risiko yang

    tidak bisa kita hindari. Misalnya, terjadinya

    gempa bumi, banjir atau bencana alam

    lainnya. Sifat-sifat yang disebabkan bukan

    oleh bank secara langsung. Itu jarangterjadi, tapi dampaknya bisa sangat luar

    biasa terhadap bank.

    Namun ada tiga hal yang disebabkan

    dari bank itu sendiri, yaitu manusia,

    proses dan sistem. Biar bagaimanapun

    perkembangan perbankan saat ini lebih

    kompleks dibandingkan dua puluh tahun

    yang lalu, yang belum serba online. Kondisi

    ini juga menimbulkan risiko luar biasa.

    Namun yang paling mendasar adalah

    permasalahan manusia.

    Kejahatan dalam industri perbankan tak

    pelak selalu dipicu oleh sistem yang tidak

    berjalan. Meski demikian, faktor manusia

    dianggap penentu dominan munculnya risiko diperbankan. Oleh karena itu Ferry N. Idroes, Wakil

    Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Al Azhar

    Indonesia, mengatakan faktor ini harus diredamdengan pengawasan yang ketat dari atasan.Selain itu, menurut trainer bagi calon peserta

    Uji Kompetensi dan penulis buku “Manajemen

    Risiko Perbankan” ini faktor komunikasi yang tidak jalan antara BI dan audit internal bank juga

    berperan. Berikut petikan wawancaranya:

    Risiko Manusia Harus Ditekan

    Ferry N. IdroesPakar Manajemen Risiko dan Wakil Dekan Fakultas Universitas Al Azhar

    INTERVIEW

    OKTOBER 201220

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    21/28

    21OKTOBER 2012

    Mengapa faktor manusia? 

    Permasalahan itu tidak lepas dari

    perkembangan bank itu sendiri. Bank

    sekarang bukan hanya pada bisnisintermediasi. Namun sekarang bank juga

    berkembang pada bisnis lain. Dalam bisnis

    itu, ada ukuran-ukurannya. Urusannya

    sudah kepada laba, pengembangan usaha

    dan sebagainya. Akhirnya, dibuatlah

    ukuran-ukuran kinerja tertentu. Ukuran

    kinerja itu terus menjadi ukuran, baik

    dari pusat, cabang sampai individu. Pada

    tingkat individu itulah yang menjadi rewardatau punishment . Jadi kalau seorang

    marketing berhasil dalam mendapatkan

    nasabah atau meningkatkan bisnis bank,

    mulai timbul kepercayaan dan adanya

    perlakuan khusus terhadap dia. Pada saat

    itulah, cikal bakal terjadinya fraud .

    Di antara ketiga risiko yang tadi

    disebut, risiko mana yang sering menjadi

     penyebab terjadinya fraud? 

     Tergantung. Kalau internal,

    adalah manusia. Pada awalnya

    seseorang masuk bank itu

    baik. Apabila situasinya

    memungkinkan untuk berbuat

     jahat, orang yang awalnya baik,

    bisa jadi pertama kali dia khilaf .

    Sekali khilaf , tapi tidak ada tindaklanjutnya, bisa jadi akan berubah

    menjadi suatu intensi untuk

    melakukan perbuatan

     jahat berikutnya. Pada

    saat melakukan,

    biasanya selalu

    tertutupi dengan

    kinerja atau

    prestasi dari

    karyawan itu.

    Perhatikan

    dalam banyak kasus, selalu kejahatan

    itu dilakukan oleh karyawan kunci atau

    karyawan yang berkinerja baik.

    Motifnya apa? Motifnya kesempatan.

     Jika fraud itu selalu ketahuan setelah

    kejadian, apakah sistem dan proses itu

    tidak bisa mencegah? 

    Bisa. Kata kuncinya adalah segregetion

    of duty . Jadi, setiap pekerjaan itu harus ada

    yang mengawasi. Dalam arti harus ada

    kontrol terhadap setiap individu. Kontrol

    itu bisa dilakukan secara melekat, bisa juga dengan sistem pekerjaan. Bahwa

    dalam pencatatan, ada satu orang yang

    melakukan transaksi, dan ada satu orang

    yang mencatat. Dan itu tidak boleh orang

    yang sama.

    Bagaimana dengan yang sekarang

    berlaku? 

    Dengan alasan efesiensi, jumlah

    karyawan menjadi diperkecil. Sebenarnya

    tidak ada masalah, asal pengawasan

    dari pimpinannya menjadi lebih

    diperketat. Yang terjadi sekarang

    adalah, jumlah karyawannya

    dikurangi, tapi pada sisi lain

    pengawasannya tidak lebih baik dan

    tidak lebih ketat. Kemudian, tour

    of duty , jangan biarkanseorang karyawan,

    sehebat apapun,

    mempunyai

    prestasi

    secemerlang

    apapun,

    ditempatkan

    pada tempat

    yang sama,

    untuk waktu

    yang lama.

    OKTOBER 2012   21

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    22/28

    22 OKTOBER 2012

    Waktu yang lama memang relatif. Tapi

    idealnya maksimal dua tahun.

     Ada hal lain yang bisa dilakukan

     pengawas untuk mengantisipasiterjadinya fraud? 

    Secara umum, sistem di internal

    bank itu sudah cukup. Bank mempunyai

    pimpinan juga internal control , yang

    harus bekerja secara efektif. Biasanya

    bagian internal control  takut dengan

    kepala cabang. Kalau ada penyimpangan,

    internal control  tidak berani menegurnya.

    Secara struktural, internal control  memangbawahan kantor pusat, tapi tugasnya

    di cabang. Kemudian tim bul rasa

    sungkan dan sebagainya.

    BI sudah mengelurakan

     peraturan menganai fung-

     si kepatuhan. Apakah dika-

    renakan kondisi perbankan

     sudah mengkhawatirkan? 

    BI sudah melakukan

    banyak hal, terutama dalam

    tindakan pencegahan risiko.

    Misalnya kepatuhan dalam regulasi Basel.

    Bahkan dalam beberapa hal BI jauh lebih

    baik dari Basel. Permasalahannya, dalam

    pengawasan saja.

     Apa dikarenakan terbatasnya jumlah

     pengawasan?  Tidak selalu. Jangan kita selalu

    berbicara tentang jumlah. Sebaiknya kita

    berbicara soal efektifitas. Sebenarnya, BI

    punya dua perangkat, on side supervision, BI

    dapat datang langsung kepada bank, atau

    outside supervision, berdasarkan laporan-

    laporan. Kedua perangkat itu fungsikan

    saja dengan baik. Dalam basel dikatakan,

    BI dapat berkomunikasi langsung dengan

    audit internal  bank, dan harus dilakukan.

    Bisa dikatakan, audit internal  itu mata

    dan tangannya BI di bank. Masalahnya, BI

    melakukan itu tidak?

    Menurut Anda? 

    Jangan-jangan hal itu tidak dilakukan.Ini bukan hasil penelitian. Jika fraud terjadi,

    bagaimanapun juga itu adalah kesalahan

    bank. Bukan tanggung jawab BI. Tapi BI

    memang ada tanggung jawab. BI untuk

    mengawasi bank secara keseluruhan.

    Namun terhadap internal risiko, bank harus

    bertanggung jawab.

    Dengan adanya direktur kepatuhan

     pada tiap bank, apakah tidak cukup? Cukup. Masalahnya,

    direktur kepatuhan bekerja

    atau tidak? Itu yang saya

    katakan BI sudah melakukan

    banyak hal.

    Bagaimana dengan

     peningkatan integritas

    bankir? 

    Sebenarnya kan sudah

    ada tugas dan wewenang.

    Pada saat memberikan tugas, ada

    wewenang yang diberikan. Sebenarnya

    hal itu melekat pada hasil dari manajemen

    risiko. Kalau semua tugas jelas, dalam pe-

    laksanaannya dilakukan pengawasan. Kalau

    ada pelanggaran, atasan yang menghukum

    berdasarkan laporan dari internal audit.Masalahnya, semua itu tidak berjalan.

    Mengapa bisa tidak berjalan? 

    Salah satunya adalah rely on key person.

    Biasanya karyawan yang berprestasi

    itu banyak mendapatkan privelage. Jika

    karyawan tersebut melakukan kesalahan,

    dan dilaporkan ke atasan, biasanya ada

    atasan yang mempunyai dua sikap: atasan

    tidak percaya atau tutup mata. Bisa jadi

    laporan itu dibuat, tapi diabaikan oleh

    atasan. #

    INTERVIEW

    OKTOBER 201222

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    23/28

    23OKTOBER 2012

    HIDAYATULLAHBranch Manager Bank Kalbar

    Cabang Ketapang 

    “Sulit sih Tidak, Tapi TetapHarus Teliti”

    Saya bersama sembilan

    teman dari Bank Kalbar datang untuk

    mengikuti Uji Kompetensi dengan

    level yang berbeda. Empat orang ikut ujian

    di level IV, enam lainnya ikut ujian di level

    III. Saya sendiri ikut ujian di level III.

    Karena sudah ikut di level sebelumnya,

     juga sudah ikut training sebelum mengikuti

    uji kompetensi di Jakarta, saya pribadi

    merasa biasa-biasa saja. Soal-soalnya tidak

    terlalu sulit, bahkan hampir mirip-mirip.

    Meski begitu, rasa deg-degan tetap ada,karena jeda dengan level sebelumnya

    relatif lama. Kekhawatiran saya beberapa

    menit sebelum mulai ujian adalah apakah

    saya bisa mengerjakan soal-soalnya

    atau malah lupa dengan pelajaran yang

    saya terima dari pelatihan di kantor.

     Alhamdulillah, semua soal bisa saya

    kerjakan. Saya optimis bisa lulus dalam Uji

    Kompetensi kali ini.

    Persiapan? Saya pribadi tidak

    banyak persiapan untuk mengikuti Uji

    Kompetensi kali ini. Maklumlah, dua

    minggu sebelumnya baru diberi tahu kalau

    harus mengikuti Uji Kompetensi kali ini.

    Beruntung, saya dan teman-teman yang

    mau ikut ujian, diberi pelatihan dulu di

    kantor oleh vendor, PT Orbit.Uji kompetensi ini, menurut saya

    penting. Selain berpengaruh ke jabatan

    kita sebagai orang yang bekerja di bank,

     juga terhadap pekerjaan yang kita lakukan

    sehari-hari. Pekerjaan sehari-hari kami

    sebagai karyawan bank kan selalu penuh

    dengan risiko. Entah risiko kaitannya

    dengan kredit, entah risiko operasional

    ataupun risiko fraud. Nah, bila itu terjadi,

    bagaimana kami mengelolanya? Uji

    kompetensi ini tes bagaimana kami

    SWARA

    Berbeda Pengalaman Tapi Sama Berdebarnya Setiap bankir, pengurus, dan pejabat bank yang bekerja pada seluruh bank umumdi Indonesia, wajib sertifikasi Manajemen Risiko. Semenjak 2005 silam hingga saatini, sudah ribuan orang mengikuti Uji Kompetensi yang diselenggarakan BadanSertifikasi Manajemen Risiko (BSMR). Dengan latar belakang jabatan dan bank

     yang berbeda, para peserta Uji Kompetensi dari berbagai daerah datang dengansatu tujuan: ikut ujian dan lulus. Bagaimana pengalaman dan kesan para pesertaUji Kompetensi ini, berikut penuturan mereka yang ditemui Buletin BSMR dalambeberapa kesempatan Uji Kompetensi di Jakarta

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    24/28

    24 OKTOBER 2012

    bisa menyelesaikan masalah tersebut,

    bagaimana mengelola manajemen

    risikonya.

    Berkaitan dengan penyelenggaraanUji Kompetensi ini, penyelenggara (BSMR)

    sudah cukup baik melakukannya. Tempat

    ujian dan panitia ujiannya cukup OK.

    SHERLY MARIA

    DAN KAWAN-KAWANFront Office PT Bank Bumi Artha

    “Pengalaman PertamaBikin Was-Was Semuanya”

    K ami datang ke Jakarta dan

    mengikuti Uji Kompetensi dengan

    satu bendera PT Bank Bumi Artha

    meski kami ada di cabang berbeda. Kali

    ini yang ikut uji kompetensi manajemen

    risiko adalah cabang Bandung, Semarang

    dan Denpasar. Semuanya mengikuti uji

    kompetensi untuk level I.

    Jadi, inilah pengalaman pertama kamimengikuti Uji Kompetensi Manajemen

    Risiko. Tak heran, sebagian besar dari kami

    pastilah merasa berdebar-debar, takut,

    was-was tidak bisa mengerjakan soal-

    soalnya. Padahal, sebelum ke Jakarta, kami

    sudah ikut training lho! Tetapi, mungkin

    karena rasa ketakutan tadi, beberapa

    teman merasa tiba-tiba hapalan ujiannya

    yang ada di kepala, hilang semua.Meski kami yang ikut ujian kali ini

    kebanyakan ditempatkan di front office, ada

     juga yang di marketing, tetapi penguasaan

    manajemen risiko tetap wajib hukumnya.

    Karena institusi perbankan selalu tidak

    lepas dari masalah risiko. Ujian ini menjadi

    semacam tes bagi kami bagaimana kami

    menyelesaikan risiko tersebut.

    SWARA

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    25/28

    25OKTOBER 2012

    Kami semua berharap, bisa lolos

    mengikuti uji kompetensi ini.

    Soal pelaksanaan uji kompetensi, bagi

    kami semuanya sudah baik. Cuma, karenakarena sebagian besar dari kami bukan

    orang Jakarta, lokasi ujian ini kayaknya 

     jauh dari pusat kota. Sebagian dari kami

    sebelumnya membayangkan lokasi

    ujiannya di kawasan Sudirman, di sana 

    khan banyak tempat-tempat kongkow .

    Jadi, setelah ujian, kami bisa langsung ke

    tempat tersebut. Tapi itu cuma bayangan

    kami saja lho, entah kalau ke depannyaBSMR memindah lokasi ujian di sana.

    HALIMIN HIFNIKepala Bidang Audit Bank Kalbar,Pontianak 

    “Pakaian Peserta HarusnyaSopan”

    Ini bukan pertama kali saya ikut Uji

    Kompetensi yang diadakan oleh BSMR.

    Sebelumnya saya sudah ikut ujian level I

    dan II. Tapi teman-teman dari Bank Kalbar

    lain yang bersamaan ujiannya, ada 10

    orang, empat ikut level III dan enam ikut

    level IV.Persiapan saya hanya tiga hari.

    Setelah ikut pelatihan oleh PT Orbit,

    saya ke Jakarta. Tapi, yang namanya

    ujian, tetap saja membuat hati berdebar-

    debar. Pertama, karena di level III terlalu

    banyak teorinya, saya awalnya takut lupa

    menghapalnya ketika saat mengerjakan

    soal. Kedua, saya was-was bila tidak lulus.

    Namun ketika menghadapi soal-soal

    sebenarnya, saya justru merasa lancar-

    lancar saja mengerjakannya. Makanya,

    saya optimis bisa lulus untuk ujian kali ini,

    sama seperti level yang pernah saya ikuti

    sebelumnya.

    Di level ini memang banyak teorinya,

    namun begitu karena teori tersebut

    dikembangkan dari pengalaman yang

    terjadi di perbankan, tentunya ilmu

    tersebut sangat bermanfaat untuk

    diterapkan dalam praktek sehari-hari di

    dunia perbankan. Sebagai orang yang

    bekerja di institusi yang penuh risiko, kita

    harus paham bagaimana me-manage risiko

    tersebut.Secara pelaksanaan, Uji Kompetensi

    oleh BSMR sudah cukup baik. Hanya

    saja, saat melihat ada peserta asing yang

    memakai celana pendek dan bersendal

    saja, saya kok  jadi risih sendiri. Menurut

    saya, sebaiknya pakaian peserta ujian ini

    yang sopan. Bukankah kita kesehariannya

    bekerja di institusi terhormat, melayani

    masyarakat, mengapa kita tidak bisa

    menerapkan hal itu di sini, meski hanya

    untuk mengikuti ujian? #

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    26/28

    26 OKTOBER 2012

    SEKITAR SERTIFIKASI

    Otoritas Jasa

    Keuangan (OJK) memiliki

    beberapa tantangan yang harus

    dihadapi, baik dari kondisi

    macro prudential  maupun micro prudential .

    Kondisi macro prudential  yang menjadi

    isu krusial saat ini adalah mengenai krisis

    keuangan Eropa. Krisis keuangan yang

    sedang dialami oleh banyak negara di

    Eropa memang sangat mengkhawatirkan

    terhadap industri keuangan di Indonesia.

    Di tengah-tengah ketidakpastian

    perekonomian global seperti itulah,Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan

    dapat menjaga stabilitas dalam melakukan

    fungsi pengawasan lembaga keuangan.

    Sebagai lembaga pengawas industri

    keuangan yang baru, OJK juga harus

    dapat membangun institusi serta

    kapasitas yang memadai agar mampu

    melakukan tugas dan fungsinya secara

    maksimal. Sejumlah tantangan ini harus

    bisa segera diselesaikan dalam masatransisi kewenangan Bank Indonesia dan

    Bapepam-LK ke OJK menimbang masa

    transisi yang begitu pendek.

    “Tantanganutama OJK saat in adalah

    membangun institusi. Namun institusi

    itu bukan hanya scara fisik saja, tapi

    disertai dengan seluruh kapasitasnya

    dan tetap menjaga stabilitas keuangan,”

    ujar Muliaman D. Hadad, yang baru saja

    terpilih sebagai Kepala Dewan Komisioner

    OJK, dalam seminar The 6th Jakarta

    Management Convention (JRMC) dengan

    topik “Otoritas Jasa Keuangan: SuatuHarapan dan Tantangan Pengawasan

    Lembaga Keuangan ke Depan” di

    Kempinski Hotel, Jakarta, 11 Oktober 2012

    lalu.

    Menurut Deputi Gubernur BI ini,

    pihaknya fokus membangun lembaga

    OJK sejak masa transisi. “Bagaimana

    masa transisi ini akan berjalan baik

    karena mempengaruhi sistem keuangan,

    kepercayaan masyarakat, dan sektorkeuangan,” ujarnya.

    Ada empat program inisiatif untuk

    membangun kredibilitas OJK sejak masa

    Badan SertifikasiManajemen Risiko(BSMR) menggelar

    The 6th JakartaRisk Management

    Convention (JRMC)

    dengan topik “Otoritas Jasa Keuangan:

    Suatu Harapandan Tantangan

    PengawasanKeuangan ke Depan.”

    OJK Menjawab

    Tantangan Global

    OKTOBER 201226

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    27/28

    27OKTOBER 2012

    transisi. Pertama, penetapan program

    konsolidasi organisasi yang terencana

    untuk menjamin efektivitas pelaksanaan

    tugas OJK. Di program ini, tujuh aspek

    akan disoroti yakni kepemimpinan, strategidan perencanaan, struktur organisasi,

    sistem, prosedur dan proses kerja, sumber

    daya manusia, kompetisi inti, dan visi.

    “Bagaimana agar visi dipahami bersama

    sehingga organisasi menuju ke arah yang

    sama,” ujarnya.

    Kedua, OJK mengawasi aspek

    teknis pengaturan, pengawasan, dan

    pemeriksaan di sektor keuangan menuju

    pengawasan yang terintegrasi. Menurutdia, integrasi penting karena pengawasan

    integrasi akan menutupi lubang-lubang

    pengawasan sektoral yang hanya fokus

    pada masing-masing bagian.

    Program ketiga, penyusunan

    mekanisme komunikasi dan koordinasi,

    khususnya dengan Bank Indonesia,

    Lembaga Penjamin Simpanan, pemerintah,

    dan DPR, sebagai pemangku kepentingan

    utama. Muliaman menjelaskan koordinasidengan instansi lain diperlukan karena

    terdapat persinggungan pelaksanaan

    tugas dengan instansi terkait. “Ini untuk

    menjamin stabilitas sistem keuangan atau

    SSK tetap terjaga,” ujarnya.

    Program inisiatif terakhir yakni

    perluasan akses masyarakat terhadap

    pelayanan sektor jasa keuangan. Perluasan

    akses ini perlu didukung oleh penguatan

    struktur dan arsitektur untuk menciptakan

    sistem keuangan yang efektif dan efisien.

    Selain Muliaman, seminar yang digelar

    oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko

    (BSMR) ini juga menghadirkan pembicara

    lain, seperti Nelson Tampubolon

    (Komisioner Eksekutif Perbankan OJK),

    Nurhaida (Komisioner Eksekutif Pengawas

    Pasar Modal OJK), Kusumaningtuti S.

    Soetiono (Komisioner Bidang Edukasidan Perlindungan Konsumen OJK),Dr.

    Harry Azhar Azis (Wakil Ketua Komisi XI

    DPR RI), Muhammadian Rostian (Director

    of Compliance and Legal, ANZ Indonesia

    Bank), Wiwie Kurnia (Ketua, Asosiasi

    Perusahaan Pembiayaan Indonesia),

    Sudaryatmo (Ketua Yayasan Lembaga

    Perlindungan Konsumen/YLKI), DjoniRolindrawan (Ketua Asosiasi Dana Pensiun

    Indonesia) dan Lily Widjaja (Koordinator

    Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan

    Efek Indonesia/APEI).

    Sementara itu, menurut Nurhaida

    tantangan domestik OJK adalah

    penyelarasan kebijakan antar Bappepam

    LK dan Bank Indonesia. Penguatan basis

    pemodal domestik dan meningkatkan

     jumlah emiten.” Ini menjadi pekerjaanrumah OJK,” kata Ketua Bapepam-LK ini.

    Selain itu, pertumbuhan industri

    pasar modal tidak diikuti dengan

    peningkatan jumlah investor domestik

    sehingga pertumbuhan tersebut belum

    dinikmati sebagian besar masyarakat.

    Pengembangan sarana dan infrastruktur

    pasar modal yang minim dan proses

    penegakan hukum yang belum

    memberikan kewenangan pada regulator.“Pasar modal yang dinamis dan

    kompleks membutuhkan kewenangan

    yang memungkinkan regulator melakukan

    aksi dengan kekuatan hukum dan tanpa

    kendala birokrasi agar pelanggaran hilang,”

    ujarnya.

     Tantangan global, tamba Nurhaida

    adalah kesiapan pasar modal yang belum

    optimal menghadapi Asean Economic

    Community 2015 dan aspek cross border

    transaction membutuhkan pembenahan

    pasar modal agar pasar domestik tidak

    hanya dieksploitasi asing. “Rezim devisa

    bebas membuat pasar modal rentan money

    laundering. Untuk itu diperlukan kerjasama

    dan koordinasi seluruh instansi terkait baik

    dalam maupun luar negeri,” katanya.

    Sedangkan Nelson menekankan

    pentingnya masa transisi OJK sebagaipenentuan sukses tidaknya OJK. Menurut

    Nelson, masa transisi akan menjadi periode

    yang sangat krusial bagi keberadaan

    OKTOBER 2012   27

  • 8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf

    28/28

    OJK karena sebagai institusi yang

    menggabungkan fungsi Bank Indonesia

    (BI) dan Badan Pengawas Pasar Modal dan

    Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), OJK

    akan banyak mengambil pegawai darikedua lembaga tersebut yang selama ini

    di bawah institusi berbeda yakni BI dan

    Kementerian Keuangan.

    “Masa transisi sangat genting dan

    penting. OJK ada kemungkinan gagal di

    masa transisi. Menurut saya, lima tahun

    pertama itu krusial. Kalau ini terjadi, cost

    bagi Indonesia terlalu besar. Jangan sampai

    terjadi, harus kita cegah,” papar mantan

    Direktur Direktorat Internasional BI sertamantan Direktur Penelitian dan Regulasi

    Perbankan BI tersebut.

    Adapun Ross Jones berbagi

    pengalaman tentang OJK-nya Australia,

    Australian Prudential Regulation Authority

    (APRA). Katanya, Australia juga melakukan

    pemisahan fungs pengawasan perbankan

    sejak 1 Juli 1998. Negara ini memisahkan

    fungsi pengawasan perbankan dari bank

    sentralnya, The Reserve bank of Australia(RBA), dengan APRA.

    “Tugas APRA tidak hanya mengawasi

    industri perbankan, tapi juga seluruh

    deposit taking company, termasuk

    asuransi, superannution fund, credit

    unions, building society dan friendly

    society. Sementara RBA tetap bertanggung

     jawab sebagai pengedali moneter

    termasuk sistem pembayaran Australia

    bersama,” papar Ross Jones

    Bank Sentral, The Reserve Bank of

     Australia, dinilai yang paling berhasil

    menjalankan tugasnya mengawal

    kesehatan dan daya tahan industri

    keuangan negaranya termasuk

    perbankannya, rahasia keberhasilannya

    karena Dewan Komisioner APRA

    mengedepankan tanggung jawab moral di

    atas segala-galanya.Menurut Gandung Troy Sulistyantoro,

    Ketua Harian BSMR, pihaknya merasa perlu

    untuk menyelenggarakan seminar ini guna

    membahas

    lebih jauh mengenai

    lembaga baru yang akan menjadi lembaga

    super body  di sektor keuangan Indonesia

    ini. Diharapkan seminar ini dapat menjadi

    sarana berbagi informasi dari petinggi

    OJK mengenai langkah ke depan dan juga

    berbagi pengalaman dari lembaga sejenis

    yang sudah eksis selama ini di Australia.

    Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

    diharapkan dapat menjawab tantangan

    globalisasi. Hal ini tertuang dalam Undang-

    undang tentang OJK yang mencantumkan

    berbagai langkah penanggulangan krisisglobal, khususnya sektor keuangan.

    OJK, Kementerian Keuangan, Bank

    Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin

    Simpanan (LPS) akan bekerja sama dalam

    menjaga stabilitas sistem keuangan dan

    dalam pencegahan sistem penanganan

    krisis.

    Nantinya juga OJK diharapkan akan

    mengoreksi secara positif kekurangan

    dari sistem keuangan yang terdahulu,dapat memperkuat dan memperkokoh

    perekonomian tanah air dengan sistem

    keuangan guna menghindari munculnya

    permasalahan lintas sektoral di sektor

     jasa keuangan dewasa ini, serta dapat

    mengoptimalkan perlindungan konsumen

     jasa keuangan dan menjaga stabilitas

    melalui pengawasan yang terintegrasi.

    Seminar The 6th JRMC ini juga

    merupakan sarana program pemeliharaanbagi pemegang sertifikat manajemen risiko

    BSMR untuk memperpanjang masa berlaku

    SEKITAR SERTIFIKASI