29
KONSEP DASAR A. PENGERTIAN FRAKTUR 1. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. (Apley, A. Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995: 338). 2. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, A. et al, 2000: 346). 3. Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002). 4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990). 5. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000). B. ETIOLOGI FRAKTUR Menurut Apley, A.Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995 : 238-239 fraktur dapat terjadi akibat : 1. Trauma Disebabkan kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan. Dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan. a. Trauma langsung Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak. b. Trauma tak langsung Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur mungkin tidak ada. 2. Kelelahan/Tekanan

Buku Saku Fraktur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku Saku Fraktur

Citation preview

Page 1: Buku Saku Fraktur

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN FRAKTUR1. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. (Apley, A.

Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995: 338).2. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, A. et al, 2000: 346).3. Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).

4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990).

5. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000).

B. ETIOLOGI FRAKTURMenurut Apley, A.Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995 : 238-239 fraktur dapat terjadi akibat :1. Trauma

Disebabkan kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan. Dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan.a. Trauma langsung

Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak.b. Trauma tak langsung

Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur mungkin tidak ada.

2. Kelelahan/TekananAkibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak yang terjadi pada tulang.

3. PatologikFraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh.

Penyebab fraktur menurut Sjamsuhidayat (1998) adalah:1. Ruda paksa2. Trauma3. Proses patologis

Misalnya: tumor, infeksi atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan kekuatantulang yang berkurang dandisebut patah tulang patologis.

4. Beban lama atau trauma ringan yang terus menerus yang disebut fraktur

Page 2: Buku Saku Fraktur

C. KLASIFIKASI FRAKTURMenurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995 : 238-239) fraktur diklasifikasikan berdasarkan :1. Garis Patahan

a. Greenstick : satu sisi tulang retak, sisi lainnya bengkok.b. Transversal : memotong lurus pada tulang.c. Spiral : mengelilingi tungkai/lengan tulang.d. Obliq : garis patahnya miring membentuk sudut melintasi tulang.

2. Bentuk Patahana. Complet : garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan

fragmen tulang biasanya tergeser.b. Incomplet : hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang.c. Kompresi : tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)d. Impaksi : tulang terdorong ke arah permukaan tulang laine. Impresi :f. Avulsi : tulang tertarik oleh ligamen.g. Communited (Segmental): tulang terpecah menjadi beberapa bagian.

3. Luka Patahana. Complikata/Terbuka

Fraktur yang terjadi akibat ligamen tulang bergeser ke bagian otot dan kulit sehingga adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu:1) Derajat I : luka tembus, diameter 1 cm, kerusakan jaringan lunak

(kulit,otot,neurovaskuler) sedikit dan kontaminasi minimal.

Page 3: Buku Saku Fraktur

2) Derajat II: luka laserasi, diameter >1 cm, kerusakan jaringan lunak lebih luas, kontaminasi minimal.

3) Derajat III: kerusakan jaringan lunak, kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas tiga bagian yaitu:a) Jaringan lunak menutupi fraktur tulang meskipun terdapat laserasi luar.b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi massif.c) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

b. Simple/TertutupFraktur yang tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

4. Pergeseran Patahana. Undisplaced: garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.b. Diaplaced : garis patah komplit, terjadi pergeseran fragmen-fragmen tulang.

D. JENIS FRAKTUR SESUAI REGIONYA1.Fraktur Jari-jari Tangan

Ada tiga macam fraktur yang khas:1. Baseball Finger (Mallet finger)

- Fraktur pada basis falang distal pada insersio dari tendon ekstensor. - Fleksi pasif pada sendi interfalang distal- Avulsi fragmen tulang basis falang distal pada insersi tendon ekstensor jari.

Page 4: Buku Saku Fraktur

Manifestasi Klinis- Ekstensi penuh (-) pada ujung distal falang- Ujung distal falang selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang distal- Terdapat hematoma pada dorsum sendi tersebut.Penatalaksanaan Imobilisasi menggunakan gips atau metal splinting dengan posisi:- Hiperekstensi pada sendi interfalang distal - Sedikit fleksi (Mallet splint) pada sendi interfalang proksimal

2. Boxer Fracture (street fighter’s fracture)- Fraktur kolum metakarpal 5- Kaput metakarpal angulasi ke volar/palmar.

Penatalaksanaan Reposisi tertutup:- Fleksi 90° pada sendi metakarpofalangeal dan interfalang proksimal- Kaput metakarpal 5 didorong ke arah dorsal- Imobilisasi dengan gips selama 3 minggu.

3. Bennet FractureFraktur dislokasi basis metakarpal 1.Manifestasi Klinis- Bengkak pada karpometakarpal (CMC) 1- Nyeri tekan (+)- Sakit ketika digerakkan.

Page 5: Buku Saku Fraktur

Penatalaksanaan Reposisi tertutup (stabil):- Ekstensi dan abduksi ibu jari tangan, diimobilisasi.Reposisi tertutup (tidak stabil)- Di bawah C arm- Asi dengan memakai wire (percutaneus pinning)Reposisi terbuka (tidak stabil)- Dengan kawat Kirschner

2. Fraktur AntebrakialAda empat macam fraktur yang khas: 1. Colles Fracture

- Berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity)- Terjatuh dalam keadaan: + Tangan terbuka dan pronasi + Tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi) + Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar

(eksorotasi/supinasi).

Page 6: Buku Saku Fraktur

Manifestasi Kliniso Fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi

distal radius o Dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsalo Subluksasi sendi radioulnar distal o Avulsi prosesus stiloideus ulna. Penatalaksanaan Imobilisasi (tanpa dislokasi): - Pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Reposisi tertutup (dengan dislokasi): - Dorsofleksi fragmen distal, traksi- Posisi tangan volar fleksi, - Deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi).

- Imobilisasi dilakukan selama 4 - 6 minggu.2. Smith Fracture

- Dislokasi ke arah anterior (volar) reverse Colles fracture. Pasien jatuh: - Tangan menahan badan dalam posisi volar fleksi pada pergelangan tangan

dan pronasi.- Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.

Page 7: Buku Saku Fraktur

Manifestasi Klinis- Fragmen dorsal menonjol ke proksimal- Fragmen distal ke sisi volar pergelangan, dan deviasi ke radial (garden spade

deformity).PenatalaksanaanReposisi dengan posisi:- Tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan

supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). - Imobilisasi dengan gips di atas siku selama 4 - 6 minggu.

3. Galeazzi Fracture- Fraktur radius distal- Dislokasi sendi radius ulna distal- Saat jatuh: + Tangan terbuka menahan badan, + Rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan

yang memberi gaya supinasi.

Page 8: Buku Saku Fraktur

Manifestasi Klinis- Tangan bagian distal posisi angulasi ke dorsal. - Teraba tonjolan di ujung distal ulna.Penatalaksanaan Reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku:- Posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.

4. Montegia Fracture- Fraktur sepertiga proksimal ulna- Dislokasi sendi radius ulna proksimal.

Page 9: Buku Saku Fraktur

Manifestasi KlinisTerdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Tipe ekstensi:- Gaya mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi.Tipe fleksi:- Gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna

mengadakan angulasi ke posterior.

Page 10: Buku Saku Fraktur

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan radiologis: untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. PenatalaksanaanReposisi tertutup:- Asisten memegang lengan atas- Penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke

arah supinasi penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula.

- Imobilisasi gips sirkuler di atas siku dengan posisi siku fleksi 90° dan posisi lengan bawah supinasi penuh.

Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw).

5. Essex-Lopresti- Fraktur kepala radius proksimal- Dislokasi pada sendi radio-ulnaris distal dengan gangguan membran

interoseus

3. Fraktur HumerusDibagi menjadi:1. Suprakondilar Humerus

Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur:a. Tipe ekstensi. Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi,

lengan bawah dalam posisi supinasi. Hal ini akan menyebabkan fraktur pada suprakondilar, fragmen distal humerus akan mengalami dislokasi ke anterior dari fragmen proksimalnya.

b. Tipe fleksi. Trauma terjadi ketika posisi siku dalam fleksi, sedang lengan bawah dalam posisi pronasi. Hal ini menyebabkan fragmen distal humerus mengalami dislokasi ke posterior dari fragmen proksimalnya.

Apabila terjadi penekanan pada arteri brakialis, dapat terjadi komplikasi yang disebut dengan iskemia Volkmanns. Timbulnya sakit, denyut arteri radialis yang berkurang, pucat, rasa kesemutan, dan kelumpuhan merupakan tanda-tanda klinis adanya iskemia ini (Ingat 5P: Pain, Pallor, Pulselessness, Puffyness, Paralyses).Manifestasi KlinisPada tipe ekstensi posisi siku dalam posisi ekstensi. Pada tipe fleksi posisi siku dalam posisi fleksi (semifleksi).Penatalaksanaan

Page 11: Buku Saku Fraktur

Bila pembengkakan tak hebat, dapat dicoba reposisi dalam narkosis umum. Setelah tereposisi, posisi siku dibuat fleksi secara perlahan-lahan. Gerakan fleksi diteruskan sampai arteri radialis mulai tak teraba. Kemudian siku diekstensikan sedikit untuk memastikan arteri radialis teraba lagi. Dalam posisi fleksi maksimal ini dilakukan imobilisasi dengan gips spalk (foreslab). Pascareposisi harus juga diperiksa denyut arteri radialis untuk menghindarkan terjadi komplikasi iskemia Volksmann.

2. Interkondilar HumerusPada fraktur ini bentuk garis patah yang terjadi berupa bentuk huruf T atau Y Manifestasi KlinisDi daerah siku tampak jelas pembengkakan, kubiti varus atau kubiti valgus. PenatalaksanaanPermukaan sendi harus dikembalikan secara anatomis. Bila hanya konservatif, biasanya akan timbul kekakuan sendi (ankilosis). Untuk mengatasi keadaan ini dilakukan tindakan operasi reduksi dengan pemasangan fiksasi interna dengan lag-screw.

3. Batang HumerusBiasanya terjadi pada penderita dewasa, terjadi karena trauma langsung yang menyebabkan garis patah transveral atau kominutif.Manifestasi KlinisTerjadi functio laesa lengan atas yang cedera, untuk menggunakan siku harus dibantu oleh tangan yang sehat. Bila terjadi gangguan pada nervus radialis, akan terjadi wrist drop (drop hand).Penatalaksanaan Tindakan konservatif memberikan hasil yang baik karena fraktur humerus ini sangat baik daya penyembuhannya. Imobilisasi dengan gips berupa U-slab atau hanging cast selama 6 minggu.

4. Kolum HumerusSering terjadi pada wanita tua karena osteoporosis. Biasanya berupa fraktur impaksi.Manifestasi KlinisSakit di daerah bahu tetapi fungsi lengan masih baik karena fraktur impaksi merupakan fraktur yang stabil.Penatalaksanaan Pada fraktur impaksi tidak diperlukan reposisi, lengan yang cedera cukup diistirahatkan dengan memakai gendongan (sling) selama 3 minggu. Bila disertai dislokasi abduksi, dilakukan reposisi dan diimobilisasi dengan gips spica, posisi lengan dalam abduksi posisi overhead.

4. Fraktur IgaMerupakan cedera toraks terbanyak, dan komplikasi yang sering terjadi akibat luka tembus. Fraktur iga bisa disebabkan pukulan, kontusio, atau penggilasan.Manifestasi Klinis:Terlihat gerak pernapasan penderita yang terbatas dan sangat nyeri pada sisi dada yang terkena trauma, apalagi bila disuruh bernapas dalam. Usahakan mencari jejas luka.

Page 12: Buku Saku Fraktur

Pada palpasi, tentukan adanya krepitasi akibat adanya udara dalam jaringan subkutan pada daerah dada yang sakit. Kemudian tiap tulang iga ditekan secara lembut. Bila terdapat fraktur, akan timbul rasa nyeri yang hebat. Pada kasus yang meragukan, dada ditekan secara lembut dengan kedua tangan pemeriksa yang masing-masing diletakkan di bagian anterior dan posterior bagian yang sakit. Biasanya timbul nyeri bila terdapat fraktur iga di daerah tersebut. Cara ini tidak boleh dila.kukan bila terdapat tanda-tanda efusi pleura atau tanda-tanda trauma intratorakal lainnya.Pada perkusi dan auskultasi, tentukan posisi trakea dan jantung untuk melihat adanya pergeseran mediastinum. Pada fraktur iga sederhana biasanya tidak ditemukan tanda-tanda trauma intratorakal. Fraktur iga-iga atas, klavikula, atau skapula secara tidak langsung menunjukkan trauma yang bermakna. Selain itu cedera vaskular harus dicurigai. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera toraks lain, namun tidak perlu untuk identifikasi fraktur iga.Penatalaksanaan Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan otot merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cedera yang lebih hebat, perawatan rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan nyeri, penanganan batuk, dan pengisapan endotrakeal.

5. Fraktur SternumFraktur sternum terjadi sebagai akibat trauma yang sangat keras. Biasanya fraktur ini disertai dengan kontusio jantung.Manifestasi KlinisDidapatkan keluhan nyeri waktu bernapas, pernapasan dangkal, dan cepat. Mungkin terdapat deformitas pada tempat hubungan antara manubrium sternum dengan korpus sternum. Pada auskultasi tentukan ada atau tidaknya aritmia atau bising jantung untuk mengetahui adanya kontusio jantung.Penatalaksanaan Dengan pemberian analgetik dan fisioterapi. Bila diperlukan, dapat dengan anestesi setempat infiltrasi atau blok.

Flail ChestTrauma hancur pada sternum atau iga dapat berakibat terjadinya pemisahan total dari suatu bagian dinding dada, sehingga dinding dada tersebut bersifat lebih mobil. Pada setiap gerakan respirasi, maka fragmen yang mobil tersebut akan terhisap ke arah dalam. Pengembangan normal rongga pleura tidak dapat lagi berlangsung, sehingga pertukaran gas respiratorik yang efektif sangat terbatas.

Page 13: Buku Saku Fraktur

Manifestasi KlinisBiasanya karena ada pembengkakan jaringan lunak di sekitar dan terbatasnya gerak pengembangan dinding dada, deformitas, dan gerakan paradoksal, flail chest yang ada akan tertutupi. Pada mulanya, penderita mampu mengadakan kompensasi terhadap pengurangan cadangan respirasinya. Namun bila terjadi penimbunan sekret-sekret dan penurunan daya pengembangan paru-paru akan terjadi anoksia berat, hiperkapnea, dan akhirnya kolaps.PenatalaksanaanTindakan stabilisasi yang bersifat sementara terhadap dinding dada akan sangat menulong penderita, yaitu dengan menggunakan towl-clip traction atau dengan menyatukan fragmen-fragmen yang terpisah dengan pembedahan. Takipnea, hipoksia, dan hiperkarbia merupakan indikasi untuk intubasi endotrakeal dan ventilasi dengan tekanan positip.

6. Fraktur Kompresi Tulang BelakangBiasanya merupakan fraktur kompresi karena trauma indirek dari atas dan dari bawah. Dapat menimbulkan fraktur stabil atau tidak stabil.

Manifestasi Klinis

Page 14: Buku Saku Fraktur

Pada daerah fraktur biasanya didapatkan rasa sakit bila digerakkan dan adanya spasme otot paravertebra. Bila kepala ditekan ke bawah terasa nyeri. Perlu diperiksa keadaan neurologis serta kemampuan miksi dan defekasi.Penatalaksanaan 1. Bila sederhana (stabil atau tak ada gejala neurologik):

a. Istirahat di tempat tidur, telentang dengan dasar keras dan posisi miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah dekubitus (5 pillow nursing) selama 2 minggu.

b. Bila sakit, diberikan analgetik.c. Pada fraktur yang stabil, kalau tak merasa sakit lagi setelah 2 minggu latih

otot-otot punggung dalam 1 -2 minggu. Dilanjutkan dengan mobilisasi; belajar duduk, jalan, memakai brace, dan bila tak ada apa-apa pasien dapat pulang. Pada fraktur yang tidak stabil ditunggu lebih lama 3 - 4 minggu.

2. Bila dengan kelainan neurologik: Kelainan neurologik dapat timbul karena edema, hematomieli, kompresi dari fraktur, dan karena luksasi tulang belakang. Kelainan dapat komplit atau inkomplit. Kalau pada observasi keadaan neurologis memburuk, segera dilakukan operasi dekompresi, misalnya tindakan laminektomi dan fiksasi tulang belakang. Pada fraktur tulang belakang dengan defisit neurologis, indikasi tindakan operatif adalah untuk stabilisasi fraktur, untuk rehabilitasi dini (duduk, berdiri, dan berjalan). Pada fraktur tulang belakang dengan defisit neurologis yang dilakukan tindakan konservatif (tanpa operasi), setelah 6 minggu atau fraktur kuat, dilakukan mobilisasi duduk/berdiri dengan menggunakan external support seperti gips Bohler, gips korset, jaket Minerva, tergantung dari tempat fraktur. Pemasangan gips korset harus meliputi manubrium sterni, simfisis, daerah fraktur, dan di bawah ujung skapula.

7. Fraktur KrurisFraktur kruris merupakan akibat terbanyak dari kecelakaan lalu lintas.Manifestasi KlinisGejala yang tampak adanya deformitas angulasi atau endo/eksorotasi. Daerah yang patah tampak bengkak, juga ditemukan nyeri gerak dan nyeri tekan.Penatalaksanaan Pada fraktur tertutup dilakukan reposisi tertutup dan imobilisasi dengan gips. Caranya pasien tidur terlentang di atas meja operasi. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90°, sedang kedua tungkai bawah menggantung di tepi meja. Tungkai bawah yang patah ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar.Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu:1. Cara long leg plaster. Gips dipasang mulai dari pangkal jari kaki sampai

proksimal femur dengan sendi talokrural dalam posisi netral, sedang posisi lutut dalam fleksi 15-20°.

2. Cara Sarmiento. Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi talokrural dengan molding sekitar maleolus. Setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada permukaan anterior tibia. Gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patela.

Page 15: Buku Saku Fraktur

Pada fraktur terbuka dilakukan debrideman luka. Kemudian dilakukan reposisi secara terbuka tulang yang patah, dilanjutkan dengan imobilisasi. Dapat digunakan cara long leg plaster, hanya saja untuk fraktur terbuka dibuat jendela di atas luka setelah beberapa hari. Dari lubang jendela ini luka dirawat sampai sembuh. Dapat juga dengan memakai pen di luar tulang untuk fraktur terbuka grade III (fiksasi eksterna), contohnya dengan fiksasi eksterna Judet, Roger Anderson, Hoffman, Screw dan metil metakrilat (INOE teknik).

8. Fraktur Tibia ProksimalFraktur ini disebut juga bumper fracture atau fraktur tibia plateau. Fraktur tibia proksimal biasanya terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi ke tanah. Contohnya pada orang yang sedang berjalan lalu ditabrak mobil dari samping, yang disebut bumper fracture.Manifestasi KlinisLuka pada daerah yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit, kadang-kadang ditemukan deformitas varus atau valgus pada lutut.Penatalaksanaan 1. Nonoperatif

Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara, antara lain:a. Perban elastik (teknik Robert Jones) b. Memasang gips (long leg plaster)c. Traksi skeletal menurut cara Appley. Pasien tidur terlentang, pada tibia 1/3

proksimal dipasang Steinmann pin, langsung ditarik dengan beban yang cukup (> 6 kg). Sementara dilakukan traksi, lutut pasien yang cedera dapat digerakkan.

2. OperatifApabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau permukaan sendi tibia amblas lebih dari 2 mm, dilakukan reduksi terbuka dan dipasang fiksasi interna dengan butress plate dan cancellous screw.

E. MANIFESTASI KLINIKMenurut Blach (1989) manifestasi klinik fraktur adalah :1. Nyeri

Nyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai fragmen tulang tidak bisa digerakkan.

2. Gangguan fungsiSetelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang tersebut saling berdekatan.

3. Deformitas/kelainan bentukPerubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang yang diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.

4. Pemendekan

Page 16: Buku Saku Fraktur

Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur.

5. KrepitasiSuara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur digerakkan.

6. Bengkak dan perubahan warnaHal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

G. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTURUntuk penyembuhan fraktur diperlukan immobilisasi. Imobilisasi dilaksanakan dengan cara (Syamsu Hidayat : 1997) :1. Pembidaian Physiologik

Pembidaian semacam ini terjadi secara alami karena menjaga pemakaian dan spasmus otot karena rasa sakit pada waktu digerakkan.

2. Pembidaian secara orthopedi eksternalIni digunakan dengan gips dan traksi.

3. Fiksasi internalPada metode ini, kedua ujung tulang yang patah dikembalikan kepada posisi asalnya dan difiksasi dengan pelat dan skrup atau diikat dengan kawat.

Setelah immobilisasi dilaksanakan, tulang akan beradaptasi pada kondisi tersebut, yaitu mengalami proses penyembuhan dan perbaikan tulang. Faktor tersebut dapat diperbaiki tetapi prosesnya agak lambat, karena melibatkan pembentukan tulang baru. Proses penyembuhan dan perbaikan tulang terjadi dalam 4 tahap yaitu:1. Pembentukan prokallus/Hematoma

Hematoma akan terbentuk pada 42 jam sampai 72 jam pertama pada daerah fraktur yang disebabkan karena adanya perdarahan yang terkumpul di sekitar fraktur yaitu darah dan eksudat, kemudian akan diserbu oleh kapiler dan sel darah putih terutama netrofil, kemudian diikat oleh makrofag, sehingga akan terbentuk jaringan granulasi. Pada saat ini masuk juga fibroblast dan osteoblast yang berasal dari lapisan dalam periosteum dan endosteum.

2. Pembentukkan KallusSelama 4 – 5 hari osteoblas menyusun trabekula di sekitar ruang-ruangan yang kelak menjadi saluran harvest. Jaringan itulah yang dinamakan kallus yang berfungsi sebagai bidai yang terbentuk pada akhir minggu kedua.

3. OsifikasiDimulai pada dua sampai tiga meinggu setelah fraktur jaringan kallus akhirnya akan diendapi oleh garam-garam mineral dan akan terbentuk tulang yang akan menghubungkan kedua sisi yang patah.

4. Kallus Formationa. Osteoblast terus membuat jala untuk membangun tulang.b. Osteoblast merusakkan tulang mati dan membantu mensintesa tulang baru.c. Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan deposit kalsium.

5. Remodeling

Page 17: Buku Saku Fraktur

Callus yang berlebihan diabsorbsi dan tulang trabecular terbentuk pada garis cedera.

Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan callus:1. Penyambungan yang lambat

Bila patah tulang tidak sembuh dalam periode penyembuhan.Penyebab:1) Callus putus atau remuk karena aktifitas berlebihan.2) Edema pada lokasi fraktur, menahan penyaluran nutrisi ke lokasi.3) Immobilisasi yang tidak efisien.4) Infeksi terjadi pada lokasi.5) Kondisi gizi pasien buruk.

2. Non unionPenyembuhan tulang tidak terjadi walaupun telah memakan waktu lama. Penyebab antara lain :1) Terlalu banyak tulang yang rusak pada cedera sehingga tidak ada yang

menjembatani fragmen.2) Terjadi nekrosa tulang karena tidak ada aliran darah.3) Anemi endoceime imbalance (ketidakseimbangan endokrim atau penyebab

sitemik yang lain).

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang yaitu:1. Faktor lokal

a. Sifat luka atau berat utamaDerajat pembentukan formasi selama penyembuhan.

b. Jumlah tulang yang hilangc. Tipe tulang yang cederad. Derajat imobilisasi yang terkenae. Infeksi lokal yang dapat memperlambat penyembuhan.f. Nekrosis tulang yang menghalangi aliran darah ke daerah fraktur.

2. Faktor kliena. Usia klienb. Pengobatan yang sedang dijalani.c. Sistem sirkulasi.d. Gizie. Riwayat penyakit.

Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasaFalang/metakarpal/metatarsal/kosta 3-6 mingguDistal radius 6 mingguDiafisis ulna dan radius 12 mingguHumerus 10-12 mingguKlavikula 6 mingguPanggul 10-12 mingguFemur 12-16 mingguKondilus femur/tibia 8-10 minggu

Page 18: Buku Saku Fraktur

Tibia/fibula 12-16 mingguVertebra 12 minggu

Dampak mobilisasi akibat fraktur terhadap sistem tubuh1. Sistem respiratory

Kurangnya pergerakan akan mengakibatkan kurangnya rangsang batuk, kurang dalam ventilasi menyebabkan lendir akan bertumpuk pada bronchi dan bronchioles.

2. Sistem IntegumenKehilangan integritas kulit disebabkan karena gesekan, tekanan, pergeseran jaringan satu dengan yang lain. Penghambatan sirkulasi ke jaringan, adanya infeksi, trauma, berkeringat.

Page 19: Buku Saku Fraktur

H. KOMPLIKASI FRAKTURMenurut Long, B.C. (1996) komplikasi fraktur adalah :1. Sindrom Kompartemen

Terjadi bila pembengkakan akibat fraktur atau tekanan dalam suatu ruang yang dibatasi oleh kompartemen atau inflamasi yang mengakibatkan peningkatan dari dalam. Gejala utama dari sindrom kompartemen adalah rasa sakit yang bertambah parah terutama pada pergerakan pasif dan nyeri tersebut tidak hilang oleh narkotik. Tanda lain adalah terjadinya paralysis, dan berkurangnnya denyut nadi.

2. Kerusakan SarafTerjadi karena cidera kerusakan saraf itu sendiri atau karena adanya penekanan oleh gips. Kerusakan saraf ini akan menyebabkan kerusakan fungsi sensorik.

3. IskemikDengan adanya oedem akibat fraktur akan menekan pada jaringan sekitarnya termasuk vaskuler. Tekanan ini dapat menyebabkan sirkulasi darah berkurang dengan demikian akan menimbulkan iskemik pada jaringan otot yang makin lama akan mengakibatkan kematian jaringan otot yang akan diganti oleh jaringan fibrotik sehingga terjadi kontraktur.Gejalanya: dingin, pucat, sianosis, nyeri, bengkak distal dari cedera atau gips. Serangannya pada saat terjadi cedera atau setelah pakai gips.

4. EmboliPerubahan tekanan pada fraktur menyebabkan molekul lemak terdorong dari sum-sum ke dalam peredaran darah sistemik berakibat gangguan pada respiratori dan sistem saraf pusat.Gejalanya : sakit dada, pucat, dyspnea, putus asa, bingung, perdarahan petechieare pada kulit dan conjungtiva.Serangan : 2-3 hari setelah cedera.Pengobatan : Tindakan yang menunjang yakni sikap fowler, pemberian oksigen, transfusi darah untuk mengatasi shock hipovolemik, berikan diuretik, bronkhodilator, cortico- steroid dan imobilisasi yang baik serta penanganan yang cermat dapat mencegah terulangnya masalah.

5. Nekrosis AvaskulerNekrosis terjadi ketika daerah tulang rusuk karena kematian tulang sehingga aliran darah terganggu dan tulang akan mengalami osteoporosis dan nekrosis.

6. OsteomyelitisKuman masuk ke dalam luka atau dari daerah lain dari tubuh. Infeksi bagian sum-sum saluran havar dan subperiosteal yang berakibat merusak tulang oleh enzim proteolitik.Gejala : Edema, nyeri terdapat pus.Pengobatan : Kultur dan tes sensitif antibiotik, drainage, debridemen.Pencegahan : Terapkan teknik aseptis pada waktu membalut luka terbuka.

I. PENTALAKSANAANPrinsip Penatalaksanaan Dengan Konservatif & OperatifKonservatifDilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau

Page 20: Buku Saku Fraktur

diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.a. Gips

Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi pemasangan gips :o Immobilisasi dan penyangga frakturo Istirahatkan dan stabilisasio Koreksi deformitaso Mengurangi aktifitaso Membuat cetakan tubuh orthotikYang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips :1. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan2. Gips patah tidak bisa digunakan3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien4. Jangan merusak / menekan gips5. Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk6. Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

b. Traksi (mengangkat / menarik)Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi :1. Traksi manual

Tujuannya: perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency.

2. Traksi mekanik, ada 2 macam :a. Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

b. Traksi skeletalMerupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.

Cara operatif / pembedahanPada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :a. Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patahb. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya

Page 21: Buku Saku Fraktur

c. Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadaid. Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain

Page 22: Buku Saku Fraktur

H. PEMERIKSAAN PENUNJANGAda beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan pada klien dengan kasus fraktur (Doengoes, M. E., 2000: 762) yaitu:1. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi kadar leukosit pada klien, karena pada klien dengan luka terbuka resiko tinggi terjadi peningkatan kadar leukosit, hematokrit kemungkinan meningkat atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada grauma multiple, kreatinin dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kelainan ginjal.2. Pemeriksaan RadiologiTampak jelas pada pemeriksaan rongent terlihat lokasi dan luas fraktur. Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.