109
ANATOMI DAN FISIOLOGI ( BUKU SAKU ) Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi Keperawatan Untuk Mahasiswa Keperawatan OLEH : Mohamad Judha

Buku Karangan Yudha

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku Karangan Yudha

ANATOMI DAN FISIOLOGI

( BUKU SAKU )Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi Keperawatan

Untuk Mahasiswa Keperawatan

OLEH :Mohamad Judha

Page 2: Buku Karangan Yudha

ANATOMI DAN FISIOLOGI

( BUKU SAKU )Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi Keperawatan

Untuk Mahasiswa Keperawatan

OLEH :Mohamad Judha

Penerbit : Salemba Medika

Page 3: Buku Karangan Yudha

Persembahan :

Kupersembahkan buku ini untuk orang orang tercinta, orang tua, istri, anak-anakku (Irbah Dzikri Ramadhan dan Ramezya Alya Yudha). Serta aku tujukan pula untuk rekan rekan seprofesiku perawat – perawat dan juga para Dosen Keperawatan yang senantiasa berusaha memajukan Profesi Keperawatan Indonesia

Penulis.

Page 4: Buku Karangan Yudha

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT, bahwa berkat Rahmat dan Hidayatnya

maka penulis dapat menyelesaikan buku ini.

Dalam penyusunan buku ini penulis berusaha untuk menyajikan secara

ringkas dan mudah mengenai sistem anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa

keperawatan. Buku ini terbagi menjadi beberapa bab yang masing-masing bab

membahas secara singkat persistem dalam tubuh.

Latar belakang penyusunan buku ini adalah masih banyaknya mahasiswa

bidang keperawatan yang kesulitan dalam mempelajari anatomi dan fisiologi

sistem pada tubuh. Jadi diharapkan dengan terbitnya buku ini maka dapat

membantu mahasiswa dalam mempelajari sitem anatomi dan fisiologi .

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima-kasih kepada semua

pihak yang tidak dapat kami sebukan namanya satu-persatu, yang turut membantu

baik moril maupun material membantu dalam penulisan buku ini.

Akhir kata dalam kesempatan ini pula penulis berharap semoga buku ini

dapat membantu mahasiswa dalam belajar mengenai anatomi dan fisiologi

khususnya untuk mahasiswa perawat serta semoga dapat menyumbangkan sedikit

ilmu untuk profesi keperawatan.

Penulis

Page 5: Buku Karangan Yudha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...................................................................

PERSEMBAHAN....................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................

DAFTAR ISI...........................................................................

BAB I

PENGANTAR ANATOMI.....................................................

BAB II

CAIRAN TUBUH KITA .......................................................

BAB III

MUSKULOSKELETAL........................................................

BAB IV

SISTEM SYARAF..................................................................

BAB V

JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH...............................

BAB VI

PERNAFASAN ......................................................................

Page 6: Buku Karangan Yudha

BAB I

PENGANTAR ANATOMI

Anatomi atau lebih disebut sebagai ilmu urai tubuh manusia yang

mempelajari bentuk dan susunan tubuh manusia, sedangkan fisiologi adalah ilmu

yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh secara normal.

Tubuh manusia terbentuk atas sel, jaringan, organ. sel adalah bagian

terkecil dari makhluk hidup yang hanya dapat dilihat dengan miscroskop. Jaringan

adalah kumpulan dari beberapa sel yang mempunyai fungsi dan bentuk yang sama

, bekerja sebagai suatu kesatuan, misal jaringan ikat, jaringan saraf. Organ adalah

kumpulan dari beberapa jaringan yang menjadi satu dan mempunyai fungsi

khusus misal jantung, hati, ginjal.

SEL

Bagian-bagian sel meliputi dinding sel sebagai pelindung, protoplasma

cairan yang mengandung berbagai zat yang penting seperti, karbohidrat, protein

lemak,vitamin dan mineral. Inti sel / nucleus merupakan pusat aktivitas kimiawi

dan kehidupan, didalamnya terdapat gen kromosom yang merupakan pembawa

sifat.

Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom, berbeda dengan kromosom

tubuh kromosom sel sperma dan sel telur terdapat 23 kromosom tanpa pasangan,

yang terdiri 22 kromosom tunggal dan 1 pasang kromosom sex ( X atau Y )

Bagan sistem tubuh

Kumpulan sel

jaringan

Kumpulan jaringan / organ

System organ

Page 7: Buku Karangan Yudha

JARINGAN

Terdapat Empat kelompok jaringan dasar tubuh yaitu :

Jaringan epitel

Jaringan otot

Jaringan saraf

Jaringan ikat (konektif)

Jaringan epitel terbentuk dari sel yang khusus berfungsi sebagai alat

pertukaran material antara tubuh dengan lingkungan, macam bentuk jaringan

epitel seperti epitel gepeng, silinder, berlapis. Kumpulan sel ini terdapat pada

kulit, saluran kelenjar, saluran cerna.

Jaringan otot merupakan bagian terbesar dalam tubuh kita, terdiri atas :

otot lurik (otot pengerak rangka), otot polos (terdapat pada saluran cerna,

pembuluh darah, saluran nafas), otot jantung.

Jaringan saraf berfungsi sebagai komunikator antar organ dan antara tubuh

dengan lingkungan

Jaringan ikat berfungsi menghubungkan, menyanggah, serta mengikat

bagian tubuh, jaringan ini meliputi : jaringan ikat longgar yang berfungsi

mengikat jaringan epitel dengan struktur dibawahnya, jaringan tendon berfungsi

mengikat otot dengan tulang, tulang berfungsi memberi bentuk tubuh dan

menyangga serta melindungi organ dalam tubuh, darah berfungsi alat transport

dalam tubuh manusia. Pengecualian pada darah sel-sel jaringan ikat menghasilkan

elastin, yang merupakan zat elastis yang dapat diregangkan dan mempuyai daya

recoil seperti adanya pada jaringan paru.

Tubuh manusia0

Page 8: Buku Karangan Yudha

BAB II

CAIRAN TUBUH KITA

Sel-sel mahluk hidup multak memerlukan air dalam mempertahankan

kehidupan. Cairan tubuh berjumlah sekitar 60 % berat badan dan terlihat

berhubungan juga dengan jumlah lemak dalam tubuh, umur dan jenis kelamin.

Makin tua seseorang makin kurang kadar air tubuhnya. Kadar air laki-laki lebih

besar dari pada perempuan. Tetapi pengaruh terbesar tampaknya berhubungan

dengan jumlah lemak tubuh. Makin tua seseorang, biasanya jumlah lemaknya

meningkat. Umumnya kadar lemak perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.

Cairan tubuh dibagi dalam :

- Cairan intraseluler, yaitu cairan yang terdapat dalam sel-sel seluruh tubuh.

Sekitar 40% berat badan kita merupakan air yang terdapat di dalam sel.

- Cairan ekstraseluler, yaitu cairan yang terdapat di luar sel tubuh, jumlahnya

sekitar 20% berat badan, yang terbagi pula dalam :

Cairan intristisial atau cairan antar sel, yang berada diantara sel-sel.

Cairan intra vaskuler, yang berada dalam pembuluh darah, berupa air

dalam plasma darah.

Cairan transeluler, yang berada dalam rongga-rongga khusus, seperti

cairan otak (likuor serebrospinal), bola mata, sendi, dll

Pertukaran Cairan (Water Turnover)

Air yang masuk tubuh / diminum diserap di usus, teruatama di yeyunum,

masuk ke pembuluh darah, terus ke ruang interstial dengan cara filtrasi di kapiler,

Keseimbangan Cairan Tubuh

Input = Output + 700

Page 9: Buku Karangan Yudha

selanjutnya masuk ke dalam sel dengan jalan difusi, semuanya ada hubungan

bolak-balik.

Air yang kita butuhkan sangat dipengaruhi aktifitas dan suhu lingkungan

serta suhu tubuh. Bila udara panasm keringat akan lebih banyak dihasilkan. Waktu

berolah raga atau kerja berat, dimana suhu tubuh sangat meningkat, dihasilkan

pula keringat yang lebih banyak, yang sangat penting dalam mengatur suhu tubuh.

Air berasal dari minuman, makanan dan hasil metabolisme. Metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak menghasilkan sejumlah air. Cairan tubuh

mengandung elektrolit dengan komposisi dan kadar yang berbeda-beda.

Perbedaan yang nyata antara cairan ekstraseluler dan intraseluler adalahpada

cairan ekstraseluler sebagian besar kationnya berupa natrium dan anionnya adalah

klorida. Sedangkan pada cairan intraseluler kationnya kalium dan anionnya fosfat

dan protein.

Protein di dalam darah memberikan tekanan onkotik (tekanan osmotik

koloid) yang menarik air ke dalam kapiler, melaawan tekanan hidrostatik. Filtrasi

cairan di awal kapiler disebabkan tekanan filtrasi atau tekanan hidrostatik yang

melebihi tekanan onkotik.

Walaupun sebagian besar cairan yang difiltrasi di awal kapiler kembali ke

darah di akhir kapiler, ada sedikit cairan yang tertinggal, yang akan disalurkan

melalui saluran limfe.

Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam ruang

subarakhnoid rongga otak dan kanalis vertebralis. Cairan ini di buat di ventrikel I

dan II (ventrikel lateral) disalurkan ke ventrikel III, terus ke ventrikel IV dan

akhirnya ke luar ruang subarakhnoid. Di sini ada tempat-tempat tertentu yang

berfungsi menyerap cairan serebrospinal ini, sehingga terdapat keseimbangan

antara pembuatan dan penyerapan. Bila ada penyumbatan saluran antara ventrikel

atau penyerapan berkurang maka akan terjadi penumpukan cairan dalam rongga

tengkorak yang disebut hidrosefalus.

Page 10: Buku Karangan Yudha

pH

Cairan ekstraseluler mempunyai pH dengan rentangan yang sempit yaitu

7,40 +/- 0,05 (7,35 – 7,45). Bila pH darah arteri lebih rendah dari 7,35 disebut

keadaan asidosis sedangkan bila pH darah lebih tinggi dari pada 7,45 disebut

keadaan alkalosis.

BUFFER

Dalam tubuh kadang-kadang terjadi peningkatan kadar asam atau basa

yang berlebihan. Ada beberapa mekanisme untuk mempertahankan pH cairan

tubuh yang hanya boleh berkisar dalam rentangan yang sempit itu, antara lain :

a. Bikarbonat

b. Fosfat

c. Sulfat

d. Protein

DIARE

Diare ditandai dengan sering buang air besar dan cair. Air tubuh akan

banyak keluar. Air ini berasal dari sekresi liur pencernaan yang bersifat basa. Bila

cairan ini tidak digantikan, akan menimbulkan dehidrasi (tubuh kekurangan

cairan). Cairan yang terbaik untuk mengganti yaitu cairan oralit, dengan

komposisi mirip dengan yang terbuang karena diare. Di pasaran garam oralit

dijual dalam bentuk bubuk dalam sachet dengan komposisi :

- Glukosa anhidrat …………….. 4.0 g

- Natrium klorida ……………… 0.7 g

- Natrium sitrat dihidrat ……….. 0.58 g

- Kalium klorida ………………. 0,3 g

Yang dilarutkan dalam 200 ml (1 gelas) air. Makin banyak cairan tubuh

yang keluar makin banyak oralit yang harus diminum. Pendapat yang mengatakan

Page 11: Buku Karangan Yudha

bahwa penderita diare harus berhenti minum dan bila banyak minum akan

bertambah berat diarenya adalah sangat keliru dan berbahaya.

DEHIDRASI

Dehidrasi dapat disebabkan diare dan / atau muntah-muntah, kurang

masukan cairan atau pengeluaran keringat sangat banyak, bila tidak diikuti

masukan cairan yang seimbang. Dehidrasi sangat berbahaya dan harus segera

ditanggulangi. Banyak jatuh korban tewas pada wabah diare atau muntaber

(muntah berak) karena tidak tahu atau terlambat memberi pertolongan.

Pada pelari maraton dan olah raga lain yang berlangasung lama harus

diberi minum secara berkala karena kerja berat banyak mengeluarkan keringat.

Jamaah haji pada musim panas banyak terserang dehidrasi karena banyak keringat

dan jamaah kurang pengetahuan tentang pentingnya minum.

Dehidrasi ringan ditandai rasa haus dan lemas. Bila makin berat tekanan

darah menurun karena volume darah berkurang dan dapat jatuh pada syok.

Penanggulangan penderita yang sudah tidak mampu minum sendiri harus dengan

infus cairan fisiologis di rumah sakit atau dengan memberi cairan oralit dengan

selang (tube) hidung-lambung (naso-gastric tube).

ASIDOSIS

Asidosis dapat disebabkan gangguan metabolisme seperti diabetes melitus

berat (menghasilkan banyak keton), diare (cairan alkalis dari usus banyak keluar)

dll. Keadaan ini disebut asidosis metabolik.

Bila terjadi gangguan ventilasi paru sehingga pengeluaran CO2 terhambat

akan menimbulkan asidosis respiratorik.

ALKALOSIS

Bila pengeluaran asam tubuh berlebihan seperti pada muntah-muntah yang

banyak mengelurankan HCl dari lambung, akan menimbulkan alkalosis

metabolik. Bila pengeluaran CO2 berlebihan karena hiperventilasi paru akan

timbul alkalosis respiratorik.

Page 12: Buku Karangan Yudha

KONSEP HEMEOSTATIS

Sel-sel tubuh hanya dapat hidup dan berfungsi bila berada / terendam

dalam cairan ekstraseluler yang sesuai. Cairan ekstraseluler ini biasa juga disebut

lingkungan dalam tubuh (milieu interiuer). Lingkungan dalam tubuh ini boleh

dikatakan selalu konstan dan hanya dapat berdeviasi (berubah) dalam kisaran

yang sangat sempit. Contoh : pH darah 7,40, hanya boleh berdeviasi antara 7,38 –

7,42. Proses mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil ini disebut

homeostatis (homeo = sama, statis = berdiri atau berada).

Berbagai faktor lingkungan dalam yang harus dipertahankan dengan

mekanisme tertentu meliputi :

1. Kadar molekul nutrient yang diperlukan untuk metabolisme, misalnya kadar

glukosa darah.

2. Kadar O2 yang terus menerus dipakai dan harus selalu ditambah dan CO2

yang terus menerus dihasilkan dan harus terus menerus dikeluarkan dalam

jumlah yang sesuai.

3. Kadar sisa metabolisme, jangan sampai menumbuhkan gangguan (toksis).

4. pH, gangguan akibat perubahan pH teruatama pada elektrofisiologi.

5. Kadar air, garam-garam, dan elektrolit lain.

6. Suhu tubuh yang umumnya berkisar sekitar 370c.

7. Volume dan tekanan, misalnya volume darah, tekanan darah.

Ada 11 sistem utama dalam tubuh yang berperan dalam homeostatis :

1. Sistem sirkulasi, yaitu sistem trasnport yang membawa zat-zat seperti nutrient,

O2, CO2, sisa metabolisme, elektrolit, hormon dsb, dari satu bagian tubuh ke

bagian tubuh yang lainnya.

2. Sistem percernaan, yang menghancurkan makanan menjadi molekul yang

dapat diserap mukosa usus. Juga memasukkan air dari lingkungan luar ke

dalam tubuh. Sisa yang tidak terserap dibuang sebagai feses.

Page 13: Buku Karangan Yudha

3. Sistem pernafasan, mengambil O2 dari dan mengeluarkan co2 ke lingkungan

luar. Dengan mengatur jumlah CO2 (yang dikeluarkan).

4. Sistem perkemihan, membuang kelebihan air, garam, asam dari plasma dan

membuangnya ke urine, bersama-sama sisa metabolisme lainnya, kecuali CO2.

5. Sistem skeletal, sebagai penyanggah dan pelindung jaringan lunak dan organ-

organ. Juga sebagai resevoir ion Kalsium.

6. Sistem muskuler yang memungkingkan individu bergerak mencari makan dan

menjauhi bahaya.

7. Sistem integumen (kulit), untuk proteksi luar terhadap benda asing dan

mikroorganisme, mencegah cairan tubuh keluar tanpa kendali, ikut mengatur

suhu tubuh.

8. Sistem imun, bertahan terhadap serangan benda asing, sel tubuh yang menjadi

ganas.

9. Sistem saraf, salah satu dari dua sistem pengatur tubuh. Mengatur dan

mengkoordinir aktifitas tubuh, deteksi rangsang dari luar dan dalam tubuh dan

bereaksi terhadapnya.

10. Sistem endokrin, juga sebagai sistem pengontrol tubuh, terutama aktifitas

yang berlangsung lama, kadar berbagai zat dalam darah.

11. Sistem reproduksi, tidak berperan penting dalam homeostatis, berarti tidak

penting dalam mempertahankan hidup, tetapi penting untuk mempertahankan

spesies.

Page 14: Buku Karangan Yudha

BAB III

MUSKLOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan

bursa. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 % berat badan.

Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ – organ penting dalam

tubuh seperti jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta

tempat melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang

berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih ( tepatnya di

sumsum tulang ) dalam proses yang disebut hematopoesis.

Tubuh kita tersusun dari kurang lebih 206 macam tulang, dalam tubuh kita

ada 4 katagori yaitu tulang panjang, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tidak

beraturan.

Berikut ini istilah yang sering dalam musculoskeletal :

Aponeurosis : pita jaringan ikat fibrus yang sering dihubungkan otot ke tulang,

jaringan ikat, otot lain, jaringan lunak atau kulit

Bursa : kantong berisi cairan yang ditemukan pada jaringan ikat terutama di

daerah persendian

Diafisis : batang tulang panjang

Efusi : kelebihan cairan

Epifisis : ujung tulang panjang

Endosteum : lapisan rongga sumsum tulang berongga

Epimisium : jaringan fibrus yang menutup, menyokong dan memisahkan otot

Fasiklasi : kedutan otot secara ivolunter

Fasikull : kelompok sel otot yang parallel ( myofibril )

Flaksid : tidak ada tonus otot

Kalus : jaringan ikat pada tempat patah tulang

Page 15: Buku Karangan Yudha

Kartilago : jaringan khusus pada ujung tulang

Klonus : kontraksi otot yang berirama

Kontraksi isometrik : tegangan otot meningkat, panjang otot tetap, tidak ada

gerakan sendi

Kontraksi isotonik : tegangan otot tidak berubah, otot memendek, ada gerakan

sendi

Kontraktur : pemendekan otot abnormal / fibrosis sendi

Krepitus : suara berderik ( dapat terjadi krn gerakan patahan ujung tulang )

Osifikasi : proses penulangan, penimbunan kalsium dalam matriks tulang

Osteoblast : sel pembentuk tulang

Osteogenesis : pembentukan tulang

Osteoklast : sel yang mengabsorbsi tulang

Osteosit : sel tulang dewasa

Periosteum : jaringan yang membungkus tulang

Resorpsi : penghilangan atau penghancuran tulang

Sinovium : membrane pada sendi yang mensekresi cairan pelumas

Spastik / spasme : tonus otot meningkat melebihi normal

Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang

Page 16: Buku Karangan Yudha

Masing-masing tulang dihubungkan oleh jaringan yang disebut sendi.

Menurut pergerakan yang ditimbulkan sendi dapat dibagi 3 yaitu :

1. Sendi fibrous/ sinatrosis/ sendi tidak bergerak

2. Sendi tulang rawan / amfiartrose/ sedikit gerak

3. Sendi sinovial / diartrose

bentuk sendi diartrose ada beberapa macam : sendi putar, sendi engsel, sendi

kondiloid, sendi berporos, sendi pelana.

Page 17: Buku Karangan Yudha

Bentuk - bentuk sendi beserta contohnya ;

- Sendi putar : sendi bahu dan sendi panggul

- Sendi engsel : sendi siku, sendi antara ruas-ruas jari

- Sendi kondiloid : hampir sama dengan sendi engsel tapi dapat bergerak

dalam 2 bidang seperti pada pergelangan tangan.

- Sendi berporos : sendi antara kepala dengan tulang leher pertama

- Sendi pelana : sendi metacarpal pertama, yang memungkinkan ibu jari

bergerak bebas

Page 18: Buku Karangan Yudha

LATIHAN RETANG PERGERAKAN SENDI

Bagian leher

- Fleksi dan ekstensi

- Fleksi lateral sinistra dan dextra

- Rotasi lateral dextra dan sinistra

Bagian bahu

- Fleksi dan ekstensi

- Abduksi dan adduksi

Page 19: Buku Karangan Yudha

- Rotasi interna dan rotasi eksterna

Pergelangan tangan

- Fleksi dan ekstensi

- Abduksi dan adduksi

Panggul dan lutut

- Fleksi dan ekstensi

- Abduksi dan adduksi

- Rotasi interna dan eksterna

Kaki

- Dorsofleksi : dorong telapak kaki kearah kaki

- Plantar fleksi : dorong telapak kaki ke bawah

- Eversi : putar kaki kearah luar

- Inversi : putar kaki kearah dalam

PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR / PROSES PENULANGAN

Ada beberapa tahapan penyembuhan tulang :

1. Inflamasi

2. Proliferasi sel

3. Pembentukan kalus

4. Penulangan kalus

5. Remodeling menjadi tulang dewasa

Inflamasi, dengan adanya patah tulang tubuh mengalami respon yang

sama dengan mengalami cedera yang ada di tempat lain, terjadi perdarahan dan

hematom pada tempat patah tulang, tempat cedera akan diinvasi oleh makrofag

yang berfungsi membersihkan area tersebut. Proses ini terjadi beberapa hari.

Proliferasi sel, sekitar 5 hari hematom akan mengalami organisasi

terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah. Terbentuk jaringan untuk

revaskulerisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast

terbentuk sebagai tulang rawan

Page 20: Buku Karangan Yudha

Pembentukan kalus, terjadi penyambungan tulang oleh serat-serat fibrin,

tulang rawan dan tulang serat imatur. Proses ini memerlukan waktu 3-4 minggu.

Osifikasi, pebentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3

minggu patah tulang mengalami proses secara endokordal, terjadi penumpukan

mineral secara terus menerus sampai benar – benar tulang menyambung.

Penulangan pada orang dewasa memerlukan waktu 3-4 bulan.

Remodeling, merupakan tahap akhir perbaikan tulang dimana terjadi

proses penyerapan jaringan mati dan proses absorbsi jaringan sehingga kembali ke

bentuk semula.

OTOT DALAM TUBUH KITA

Otot dalam tubuh kita terdapat 3 macam : otot lurik, otot polos dan otot

jantung. Otot lurik sebagai otot rangka yang secara fisik bekerja dengan

kesadaran kita dan melekat pada rangka sehingga memberi bentuk tubuh, otot

sebagai penggerak utama anggota gerak ini dibagi menjadi 2 yaitu : otot – otot

fleksor yang berfungsi membengkokkan sendi dan otot- otot ekstensor yang

berfungsi meluruskan sendi. Umumnya kedua kelompok otot ini bekerja secara

berlawanan. sedangkan otot polos bekerja diluar kesadaran kita mempunyai

system kontaraktilitas sendiri, berbeda pula dengan otot jantung yang secara fisik

menyerupai otot lurik namun sifat kerjanya seperti otot polos .

Jenis kontraksi otot dapat dibagi 3 yaitu kontraksi otot yang dapat

menghasilkan kontraksi isometrik dan kontraksi isotonik serta gabungan

keduannya.

Pada kontraksi isometrik panjang otot tetap konstan tetapi tenaga yang

dihasilkan otot meningkat tetapi tidak ada gerakan sendi, contoh terjadi pada saat

kita mendorong dinding yang tidak bergerak.

Kontraksi isotonik tegangan pada otot tidak meningkat, terjadi

pemendekan otot, serta terjadi gerakan sendi.

Kombinasi kedua kontraksi isotonik dan isometrik, kombinasi gerakan ini

tejadi pada saat kita sedang berjalan.

Page 21: Buku Karangan Yudha

Otot harus dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya, apabila kita

melatih otot secara teratur maka akan terjadi penambahan ukuran serat otot tanpa

disertai penambahan jumlah otot. Penambahan ukuran otot ini disebut hipertrofi

dan hanya bisa dipertahankan apabila melatih otot secara kontinyu.

Pertimbangan Gerontologi

- Masa puncak dari massa tulang / matriks tulang adalah berumur 35 tahun yang

kemudian berangsur-angsur akan menurun seiring dengan terjadinya

perubahan penurunan esterogen pada saat menaphouse serta penurunan

aktivitas tubuh. Pada lansia struktur kolagen kurang mampu menyerap energi,

kartilago sendi mengalami degenerasi di daerah yang menyangga tubuh

akibatnya proses penyembuhan lebih lama bila terdapat trauma. Hal tersebut

menyebabkan terjadinnya osteoarthritis. Begitu pula teradi penurunan masa

otot dan kekuatan otot.

- Pada orang tua juga terjadi pemendekan discus intervertebralis, hal ini

menyebabkan mengapa orang tua kita terlihat lebih pendek setelah menjadi

tua.

Pemeriksaan Penunjang Sistem Muskulo Skeletal

1. Pemeriksaan sinar rontgen

- Tujuannya untuk menentukan struktur, masa tulang tekstur serta

perubahan tulang dan persendian untuk penegakkan diagnosa.

- Dilakukan tanpa prosedur khusus.

2. CT Scan

- Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat

memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon.

- Pemeriksaan yang dilakukan bisa menggunakan kontras ataupun tanpa

kontras.

- Prosedur yang dilakukan : puasa 4 jam sebelum procedure, tanggalan

perhisan dan objek logam lain, penyunyikan kontras diikuti minum

Page 22: Buku Karangan Yudha

minum. Setelah 1-3 jam dilakukan prosedur scan, jangan lupa

penandatangan informconcent sebelum tindakan.

3. MRI / Magnetic Resonance Imaging

- Teknik pencitraan khusus dengan menggunakan medan magnet,

gelombang radio dan komputer

- Memperlihatkan pendeteksian tumor, abnormalitasan atau penyempitan

jalur jaringan lunak yang melalui tulang

- pada saat prosedur lepas semua jenis perhiasan.

- Hati – hati pada pasien klostrofobia

4. Biopsy tulang atau biopsi otot

- Menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, sendi untuk penegakan

diagnosa medis

- Prosedur ini harus ada lembar persetujuan

- Lakukan elevasi bagian tersebut selama 24 jam

- Berikan ice pack untuk mencegah hematome.

- Monitor vital sign dan perdarahan

- Jelaskan bahwa prosedur tersebut menimbulkan rasa kurang nyaman

5. Artrografi

- Penyuntikan bahan radiophage / udara ke dalam rongga sendi untuk

melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi yang trauma

- Prosedur yang dilakukan dilakukan anastesi local, puasa 8 jam sebelum

prosedur, tanda – tangan inform concent, minimalkan aktivitas 12 jam

setelah tindakan, informasikan kemungkinan terjadi edema 1-2 hari, beri

ice pack.

Pemeriksaan laboratorium

- Pemariksaan Hb, Ht, Tombo mengindikasikan perdarahan.

- Pemeriksaan kimia darah kalsium serum dalam darah berubah

mengindikasikan oteomalasia, kelainan fungsi paratiroid, penyakit paget,

tumor metastasis tulang, serta pada imobilisasi yang lama.

- Metabolisme tulang dapat dilihat melalui pemeriksaan tiroid dan

penentuan kadar kalsitonin , hormone paratiroid ( PTH ) dan vitamin D.

Page 23: Buku Karangan Yudha

- Kadar CK / creatinin kinase dan SGOT meningkat pada kerusakan otot

- Kadar kalsium urine meningkat pada distruksi tulang ( misal disfungsi

paratiroid, tumor tulang metastasis, mieloma multiple )

Pengkajian fisik difokuskan pada inspeksi dan palpasi

- Integritas tulang

- Postur tubuh

- Fungsi sendi

- Kekuatan otot

- Cara berjalan

- Kemampuan pemenuhan sehari –hari termasuk latar belakang pekerjaan

KEMUNGKINAN MASALAH YANG TERJADI

- Kerusakan mobilitas fisik

- Nyeri

- Resiko kerusakan integritas kulit

- Resiko disfungsi neurovaskuler perifer

- Gangguan perfusi jaringan perifer

- Kurang perawatan diri

- Kurang pengetahuan tentang proses penakit dan pengobatan

- Resiko terhadap cidera

- Keletihan

- Perubahan penampilan peran

BAB IV

SISTEM SARAF

BIOLISTRIK

Page 24: Buku Karangan Yudha

Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik

pada tubuh berbeda dengan listrik yang kita bayangkan seperti listrik di rumah

tangga, kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat

dapat dalam tubuh, komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra

sel.

Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl, sedangkan intra sel terdapat

ion K dan anion protein.

Dinding sel mempunyai pintu – pintu ion yaitu celah – celah yang dapat

terbuka atau tertutup oleh pengaruh rangsng tertentu. Dalam keadaan istirahat

tegangan listrik didalam lebih rendah dari pada diluar sel sekitar 70 mVolt.

Bila terjadi rangsang nyeri, maka reseptor nyeri berupa ujung – ujung

syaraf tidak bermielin terkena rangsang, pintu ion Na terbuka, ion Na masuk

dengan cepat sehingga terjadi perbedaan muatan luar dan dalam sel sangat kecil

bahkan bisa terbalik, artinya muatan dalam sel lebih positif yang selanjutnya

terjadi potensial reseptor / tegangan reseptor.hal ini merangsang terjadinya

potensial aksi di akson sel saraf. Potensial aksi ini menjalar sepanjang akson

disebut impuls. Sesampai di sambungan saraf dengan saraf ( sinap ) atau

sambungan saraf dengan otot ( neuromial junction ) terjadi proses terjadi proses

penyeberangan impuls dan diteruskan ke saraf berikut atau ke sel otot.

Jadi jika nyeri yang merusak kulit akan diteruskan berupa impuls sampai

ke otak hingga kita merasa nyeri dan terjadilah refleks berupa rekasi otot yang

menghindari nyeri.

PEMBAGIAN SISTEM SARAF

Sistem Saraf

Page 25: Buku Karangan Yudha

Saraf Pusat Saraf Perifer

Otak Medula spinalis Saraf somatic saraf otonom

OTAK

Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum ) dan otak kecil ( serebelum ) .

otak besar terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus

temporalis. Permukaan otak bergelumbang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti

sebuah lekukan yang disebut girus.

Otak besar merupakan pusat dari :

- Motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian

menuju ke pusat kontraksi otot

- Sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf

yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebri.

- Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang otak

sebagian lain di bagian medulla spinalis.

- Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama

bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama.

- Fungsi luhur : pusat berfikir , berbicara berhitung dan lain – lain.

Pada bagian anterior sulkus sentralis merupakan bagian motorik penggerak otot .

Page 26: Buku Karangan Yudha

Gambar ini menunjukkan

pusat sensorik dan motorik korteks serebri

SEREBLUM

Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan kooardinasi gerakan.

Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar

kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri

carotid interna dan vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang

dibentuk dari cabang-cabang arteri carotid interna, anterior dan arteri serebral

bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus

willisi memberi alternative pada aliran darah jika salah satu aliran darah ateri

mayor tersumbat.

CAIRAN SEREBROSPINAL

Page 27: Buku Karangan Yudha

Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis

1,007. diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla

spinalis melalui sistem ventrikular. Cairan CSS diproduksi di pleksus koroid pada

ventrikel lateral ketiga dan keempat, secara organik dan non organik cairan CSS

sama dengan plasma tetapi mempunyai perbedaan konsenterasi. CSS mengandung

protein, glukosa dan klorida, serta immunoglobulin. Secara normal CSS hanya

mengandung sel darah putih yang sedikit dan tidak mengandung sel darah merah.

Cairan CSS didalam tubuh diserap oleh villiarakhnoid.

MEDULA SPINALIS

- Merupakan pusat refleks - refleks yang ada disana

- Penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik

- Penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik

- Pusat pola geraka sederhana yang telah lama di pelajari contoh melangkah.

SARAF SOMATIK :

Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saaf

motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf

otak dan saraf spinal.

SARAF SPINAL

Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :

- Saraf servikal 8 pasang

- Saraf torakal 12 pasang

- Saraf lumbal 5 pasang

- Sara sacrum / sacral 5 pasang

- Saraf koksigeal 1 pasang

Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk

medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik kaluar dari medula

spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal

Page 28: Buku Karangan Yudha

Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus ( anyaman ) dan

terbentuklah berbagai saraf ( nervus ) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan

motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi

masing – masing lurus diantara tulang kosta( nervus inter kostalis ). Umumnya

didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju

ke pembuluh darah untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks

serebri sampai ke perifer terjadi penyebrangan ( kontra lateral ) yaitu yang berada

di kiri menyebrang ke kanan begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan

di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota gerak yang

sebelah kanan.

SARAF OTONOM

System saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung,

paru, serta alat pencernaan. Sistim otonom dipengaruhi saraf simpatis dan

parasimpatis.

Page 29: Buku Karangan Yudha

Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :

- Kesiagaan meningkat

- Denyut jantung meningkat

- Pernafasan meningkat

- Tonus otot – otot meningkat

- Gerakan saluran cerna menurun

- Metabolisme tubuh meningkat.

Semua ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu

tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olah raga, cemas dan

lain – lain, pada keadaan ini terjadi peningkatan peggunaan energi / katabolisme.

Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :

- Kesiagaan menurun

- Denyut jentung melambat

- Pernafasan tenang

- Tonus otot-otot menurun

- Gerakan saluran cerna meningkat

- Metabolisme tubuh menurun

Hal ini terjadi penyimpanan energi ( anabolisme ) dan terlihat apabila

individu sedang istirahat.

Pusat saraf simpatis berada di medulla spinalis bagian torakal dan lumbal,

sedang pusat parasimpatis berada dibagian medulla oblongata dan medulla

spinalis bagian sacral. Pusat – pusat ini masih dipengaruhi oleh pusat yang lebih

tinggi yaitu di hipotalamus sebagai pusat emosi.

Page 30: Buku Karangan Yudha

Pemeriksaan Syaraf Kranial

Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan

neurologis yang terdiri dari : status mental, tingkat kesadaran, fungsi saraf

kranial, fungsi motorik, refleks, koordinasi dan gaya berjalan serta fungsi

sensorik

Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang

diperlukan, diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita

selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan

suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau

menggelikan. Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan

dan penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk

dapat menegakkan diagnosis.

Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang

dilakukan dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk

kepercayaan penderita pada pemeriksa.

Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik

akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur

diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak

melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang

saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-

saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis

(IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII),

glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).

Page 31: Buku Karangan Yudha

1) SARAF OLFAKTORIUS (N.I)

Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan

olfaktorius. Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian

atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus

orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya

berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang

etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius

berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi

yang sama.

Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang

impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat

memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi serta bau busuk yang

dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada

kaitannya dengan emosi.

Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan area

otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi yang

menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan

dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

2) SARAF OPTIKUS (N. II)

Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina.

Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika

dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk

kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus

masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada

bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.

Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal

retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak

menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma

Page 32: Buku Karangan Yudha

optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua

nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan

dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus

genikulatum lateralis.

Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian

posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.

Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-

serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran

atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada

kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri

berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

3) SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)

Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea

periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea

(Nukleus otonom).Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot

rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator

palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin

sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot

siliaris.

4) SARAF TROKLEARIS (N. IV)

Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan

substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius.

Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal

batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk

menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.

5) SARAF TRIGEMINUS (N. V)

Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan

serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot

Page 33: Buku Karangan Yudha

temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang

utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya

mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar

dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga

luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.

6) SARAF ABDUSENS (N. VI)

Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian

bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf

abdusens mempersarafi otot rektus lateralis.

7) SARAF FASIALIS (N. VII)

Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi

motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari

tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari

Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf

vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.

Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri

dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot

stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut

sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.

8) SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)

Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut

aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-

serabut aferen yang mengurusi keseimbangan.

Page 34: Buku Karangan Yudha

Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan

menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus

genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.

Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis

semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis

fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan

menyebar melewati batang dan serebelum.

9) SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)

Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius

pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus

mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan

ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri

karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini

dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa

faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

10) SARAF VAGUS (N. X)

Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau

jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah

foramen ugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan

menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru.

11) SARAF ASESORIUS (N. XI)

Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial

adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari

saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot

sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius, otot

sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius

memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

Page 35: Buku Karangan Yudha

12) SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)

Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi

garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum

hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan

mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.

PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

A. Saraf Olfaktorius (N. I)

Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat

riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita

mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-

penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis.

Untuk menguji saraf olfaktorius digunakan bahan yang tidak merangsang

seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah. Letakkan salah satu bahan-

bahan tersebut di depan salah satu lubang hidung orang tersebut sementara lubang

hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup matanya. Kemudian pasien

diminta untuk memberitahu saat mulai tercium baunya bahan tersebut dan kalau

mungkin mengidentifikasikan bahan yang dicium baunya.

B. Saraf Optikus (N. II)

Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan

perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.

Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)

Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan

gerakan tangan.

Kartu Snellen

Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien

dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa

Page 36: Buku Karangan Yudha

dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda

6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6)

Jari tangan

Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada

jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.

Gerakan tangan

Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat

pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.

Pemeriksaan Penglihatan Perifer

Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang

saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks oksipitalis.

Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri /

kompimetri.

Tes Konfrontasi

Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm

Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut.

Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang

pandang kanan dan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain

dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lururs kedepan

dan tidak boleh melirik kearah objek tersebut.Syarat pemeriksaan lapang pandang

pemeriksa harus normal.

Perimetri / kompimetri

Lebih teliti dari tes konfrontasi. Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam

bentuk gambar di sebuah kartu.

Page 37: Buku Karangan Yudha

Refleks Pupil

Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf

occulomotorius.

Terdapat dua macam refleks pupil.

Respon cahaya langsung

Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak

memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk

melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini

pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.Respon

cahaya konsensual, Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil

lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.

Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)

Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus

dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu

pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus

optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke

arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.

Tes warna

Untuk mengetahui adanya polineuropati pada nervus optikus.

C. Saraf Okulomotoris (N. III)

Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil

1. Ptosis

Page 38: Buku Karangan Yudha

Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas

kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral.

Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari

pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke

atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara

kronik pula.

2. Gerakan bola mata.

Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint

ke arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan

ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan

gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus

(juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.

3. Pupil

Pemeriksaan pupil meliputi bentuk dan ukuran pupil, perbandingan

pupil kanan dan kiri ( pupil sebesar diameter 1mm, perbedaan masih

dianggap normal ), refleks pupil. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan :

- Refleks cahaya langsung (bersama N. II)

- Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)

- Refleks pupil akomodatif atau konvergensi

Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri)

kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini

disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka

kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi).

D. Saraf Troklearis (N. IV)

Pemeriksaan meliputi :

1. Gerak mata ke lateral bawah

Page 39: Buku Karangan Yudha

2. Strabismus konvergen

3. Diplopia

E. Saraf Trigeminus (N. V)

Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan refleks

1. Sensibilitas

Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula.

Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan

membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan

ujung yang tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua

matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit, pasien ditanya

apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan

tusukan terasa tumpul.

Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan

pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah

yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju

daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju

belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi

akan timbul kembali bila mencapai dermatom C2.

Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali mencurigai

siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan

hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes

untuk raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien

disuruh mengatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada

kulitnya.

2. Motorik

Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot

temporalis dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan

Page 40: Buku Karangan Yudha

lakukan palpasi adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien

disuruh membuka mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap

terbuka sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari

cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang

terkena).

3. Refleks

Pemeriksaan refleks meliputi refleks kornea langsung dan tidak

langsung. Pada pemeriksaan langsung pasien diminta melirik ke arah

laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata,

misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan pada

kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian

bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf

aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip) berasal dari N.VII.

Pada pemeriksaan tidak langsung (konsensual), sentuhan kapas pada

kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan

sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan

refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak

(aferen atau eferen).

Adapula untuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar) penderita

membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas

jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal

akan negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu

penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada lesi UMN akan terlihat penutupan

mulut yang kuat dan cepat.

F. Saraf abdusens (N. VI)

Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus konvergen

dan diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang

Page 41: Buku Karangan Yudha

terkena dan bayangan yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama

lain.

G. Saraf fasialis (N. VII)

Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah

(tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan asimetri wajah. Kelumpuhan

nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut unilateral dan kerutan

dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus

fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik. Gerakan-gerakan abnormal (tic

facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus tremor dan seterusnya ),

Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)

Tes kekuatan otot wajah

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa

mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan

kiri.

3. Memperlihatkan gigi (asimetri)

4. Bersiul dan memoncongkan mulut (asimetri / deviasi ujung bibir)

5. Meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.

H. Saraf Vestibulo kokhlearis (N. VIII)

Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan

pemeriksaan fungsi vestibuler.

1) Pemeriksaan pendengaran.

Inspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya

serumen atau obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan

adanya inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan

menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan

untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan

tesWeber. PadaTesRinne, Garpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula

Page 42: Buku Karangan Yudha

dilakukan pada prosesus mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak

lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus

oksterna. Dalam keadaan normal masih terdengar pada meatus akustikus

eksternus. Pada tuli saraf anda masih mendengar pada meatus akustikus

eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif. Pada Webber Garpu tala 512 Hz

diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal bunyi akan

terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke telinga

yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang

abnormal.

2) PemeriksaanFungsiVestibuler.

Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan

berjalan lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon –

Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.

I. Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)

Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan

maka biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak /

keselek (kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas bernoda

hidung / bindeng). Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum

dengan senter perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien

disuruh menyebut “aaaa” jika uvula terletak ke satu sisi maka ini

menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X unilateral perhatikan bahwa uvula

tertarik kearah sisi yang sehat.

Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah

komponen sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian

belakang faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan

kepada pasien apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap

kali dilakukan.

Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara

refleks. Jika konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan

kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat menilai

Page 43: Buku Karangan Yudha

adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian

disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada sepertinya posterior lidah

(N. IX).

J. Saraf Asesorius (N. XI)

Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat

bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk

menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya

dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot

sternokleido mastoideus.

K. Saraf Hipoglosus (N. XII)

Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara inspeksi lidah dalam

keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi

otot yang halus iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau

bilateral.

Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang

lemah (terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral.

Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan

kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan

pseudobulbar.

KELAINAN YANG DAPAT MENIMBULKAN GANGGUAN PADA

NERVUS CRANIALIS :

1) Saraf Olfaktorius. (N.I)

Kelainan pada nervus olfaktovius dapat menyebabkan suatu keadaan

berapa gangguan penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersifat

unilatral maupun bilateral. Pada anosmia unilateral sering pasien tidak

mengetahui adanya gangguan penciuman.

Proses penciuman dimulai dari sel-sel olfakrorius di hidung yang

serabutnya menembus bagian kribiformis tulang ethmoid di dasar di dasar

Page 44: Buku Karangan Yudha

tengkorak dn mencapai pusat penciuman lesi atau kerusakan sepanjang

perjalanan impuls penciuman akan mengakibatkan anosmia.

Penyakit mukosa olfaktorius brochitis dan tumor nasal

Sembuhnya rhinitis berarti juga pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis

kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi atrofik penciuman dapat hilang

seterusnya.

Destruksi filum olfaktorius karena fraktur lamina feribrosa.

Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi “countre coup”,

biasanya disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral

atau bilalteral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma

vegio orbital. Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan

selaput otak didekatnya.

Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma

sulkus olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa

anosmia, sindrom Foster Kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus

orbitalis. Adenoma hipofise yang meluas ke rostral juga dapat merusak

penciuman.

Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya

(tumor intrinsik atau ekstrinsik).Pasien mungkin tidak menyadari bahwa

indera penciuman hilang sebaliknya, dia mungkin mengeluh tentang rasa

pengecapan yang hilang, karena kemampuannya untuk merasakan aroma,

suatu sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang.

2) Saraf Optikus (N.II)

Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan

penglihatan. Gangguan penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan visus dan

gangguan lapangan pandang. Kerusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat

mengakibatkan gangguan penglihatan kelainan dapat terjadi langsung pada

nevrus optikus itu sendiri atau sepanjang jaras penglihatan yaitu kiasma

Page 45: Buku Karangan Yudha

optikum, traktus optikus, radiatio optika, kortek penglihatan. Bila terjadi

kelainan berat makan dapat berakhir dengan kebutaan.

Orang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah

untuk buta ialah anopia atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata

hilang sesisi, maka buta semacam itu dinamakan hemiopropia. Kelainan atau

lesi pada nervus optikus dapat disebabkan oleh :

Trauma Kepala

Tumor serebri (kraniofaringioma, tumor hipfise, meningioma, astrositoma)

Kelainan pembuluh darah

Infeksi.

3) Saraf Okulomotorius (N.III).

Kelainan berupa paralisis nervus okulomatorius menyebabkan bola

mata tidak bisa bergerak ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan keluar.

Juga mengakibatkan gangguan fungsi parasimpatis untuk kontriksi pupil dan

akomodasi, sehingga reaksi pupil akan berubah. N. III juga menpersarafi otot

kelopak mata untuk membuka mata, sehingga kalau lumpuh, kelopak mata

akan jatuh ( ptosis).

Kelumpuhan okulomotorius lengkap memberikan sindrom di bawah ini:

1. Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya

perlawanan dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh saraf

fasialis.

2. Fiksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral, karena tak

adanya perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior.

3. Pupil yang melebar, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi.

Jika seluruh otot mengalami paralisis secara akut, kerusakan biasanya

terjadi di perifer, paralisis otot tunggal menandakan bahwa kerusakan

melibatkan nukleus okulomotorius.

Page 46: Buku Karangan Yudha

Penyebab kerusakan diperifer meliputi; a). Lesi kompresif seperti

tumor serebri, meningitis basalis, karsinoma nasofaring dan lesi orbital. b).

Infark seperti pada arteritis dan diabetes.

4) Saraf Troklearis (N. IV)

Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola mata

tidak bisa bergerak kebawah dan kemedial. Ketika pasien melihat lurus

kedepan atas, sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi daripada mata yang lain.

Jika pasien melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi dipopia terjadi pada

setiap arah tatapan kecuali paralisis yang terbatas pada saraf troklearis jarang

terjadi dan sering disebabkan oleh trauma, biasanya karena jatuh pada dahi atu

verteks.

5) Saraf Abdusens (N. VI)

Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola mata tidak

bisa bergerak ke lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit

teradduksi dan tidak dapat digerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah

nasal, mata yang paralisis bergerak ke medial dan ke atas karena

predominannya otot oblikus inferior.

Jika ketiga saraf motorik dari satu mata semuanya terganggu, mata

tampak melihat lurus keatas dan tidak dapat digerakkan kesegala arah dan

pupil melebar serta tidak bereaksi terhadap cahaya (oftalmoplegia totalis).

Paralisis bilateral dari otot-otot mata biasanya akibat kerusakan nuklear.

Penyebab paling sering dari paralisis nukleus adalah ensefelaitis, neurosifilis,

mutiple sklerosis, perdarahan dan tumor.

Penyebab yang paling sering dari kelumpuhan otot-otot mata perifer

adalah meningitis, sinusistis, trombosis sinus kavernosus, anevrisma arteri

karotis interva atau arteri komunikantes posterior, fraktur basis kranialis.

6) Saraf Trigeminus (N. V)

Page 47: Buku Karangan Yudha

Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus trigeminus

antara lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan

kehilangan reflek kornea, dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini.

Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia

trigeminal atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat

sepanjang percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus

trigeminus. Janeta (1981) menemukan bahwa penyebab tersering dari

neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering oleh arteri

serebelaris superior yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang masih

tak bermielin.

Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan

gangguan berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah.

Karena tegangan abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa

membuka mulutnya.

7) Saraf Fasialis (N. VII)

Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara lain :

- Penyebab pada pons, meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia.

- Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan

meningitis kronik.

- Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bell’s palsy, fraktur,

sindroma Rumsay hunt, dan otitis media.

Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain

Barre, mononeuritis multipleks, dan keganasan parotis bilateral. Penyebab

hilangnya rasa kecap unilateral tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi

telinga tengah yang meliputi Korda timpani atau nervus lingualis, tetapi ini

sangat jarang.

Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot

wajah, kelopak mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah,

Page 48: Buku Karangan Yudha

gangguan rasa pengecap di bagian belakang lidah serta gangguan pendengaran

(hiperakusis).

Kelumpuhan fungsi motorik nervus fasialis mengakibatkan otot-otot

wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai dengan hilangnya lipatan hidung bibir,

sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami

kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut mulut

yang turun. Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat

kumpulan air mata di kelopak mata bawah (epifora). Refleks kornea pada sisi

sakit tidak ada.

8) Saraf Vestibulokoklearis

Kelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan

gangguan pendengaran dan keseimbangan (vertigo).

Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus VIII antara

lain gangguan pendengaran, berupa :

1. Tuli saraf

Dapat disebabkan oleh tumor, misal neuroma akustik. Degenerasi

misalnya pada presbiakusis atau disebabkan Trauma, misal pada fraktur

pars petrosa os temporalis, toksisitas misalnya oleh aspirin, streptomisin

atau alkohol, infeksi misal, sindrom rubella kongenital dan sifilis

kongenital.

2. Tuli konduktif

Dapat disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan penyakit

Paget.Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler

Pada labirin meliputi penyakit meniere, labirinitis akut, mabuk

kendaraan, intoksikasi streptomisin.Pada vestibuler meliputi semua

penyebab tuli saraf ditambah neuronitis vestibularis.Pada batang otak

meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel IV

demielinisasi.Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.

Page 49: Buku Karangan Yudha

9) Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)

Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X

dapat mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya

aspirasi paru.

Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan pneumonia

aspirasi, sepsis dan adult respiratory distress syndome (ARDS) kondisi

demikian bisa berakibat pada kematian. Gangguan nervus IX dan N. X

menyebabkan persarafan otot-otot menelan menjadi lemah dan lumpuh.

Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke esofagus melainkan bisa masuk ke

trachea langsung ke paru-paru.

Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain : Lesi batang otak

(Lesi N IX dan N. X), syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata),

pasca operasi trepansi serebelum, pasca operasi di daerah kranioservikal.

10) Saraf Asesorius (N. XI)

Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius)

dan otot leher (otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang

turun sebelah serta kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral.

Kelainan pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf,

tumor dan iskemia akibatnya persarafan ke otot trapezius dan otot

stemokleidomastoideus terganggu.

11) Syaraf Hypoglosus ( N. XII )

Kelainan syaraf ini menyebabkan defisiasi miring kearah yang lemah

dari bagian lidah, kelainan syaraf ini juga menunjukkan terjadinya disphagia

atau kelainan menelan.

AKTIFITAS REFLEKS :

Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan

refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :

Page 50: Buku Karangan Yudha

0 = Tidak ada respon

1 = Hypoactive / penurunan respon, kelemahan ( + )

2 = Normal ( ++ )

3 = Lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap

abnormal ( +++ )

4 = Hyperaktif, dengan klonus ( ++++)

Refleks-refleks yang diperiksa adalah:

1. Refleks patella

Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang

lebih 300. Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae)

dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps

femoris yaitu ekstensi dari lutut.

2. Refleks biceps

Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan

lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa

ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul

dengan refleks hammer.

Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi

fleksi sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi

penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.

3. Refleks triceps

Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps

diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm

diatas olekranon).

Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat

bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas

sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.

Page 51: Buku Karangan Yudha

4. Refleks achilles

Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan

refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai

bawah kontralateral.

Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa

gerakan plantar fleksi kaki.

5. Refleks abdominal

Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus.

Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah

yang digores.

6. Refleks Babinski

Merupakan refleks yang paling penting. Ia hanya dijumpai pada

penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat

bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian

melintasi bagian jantung kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki

melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang normal

adalah fleksi plantar semua jari kaki.

PEMERIKSAAN KHUSUS SISTEM PERSARAFAN

Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis)

dilakukan pemeriksaan :

1. Kaku kuduk

Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat

menempel pada dada ---- kaku kuduk positif (+).

2. Tanda Brudzinski I

Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada

klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien

Page 52: Buku Karangan Yudha

difleksikan kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai

bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

3. Tanda Brudzinski II

Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul

secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan

lutut.

4. Tanda Kernig

Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada

sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap

tungkai atas.

Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap

hambatan.

5. Test Laseque

Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri

sepanjang m. ischiadicus.

Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi :

Decorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal.

Nampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua

pergelangan tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar

kedalam dan kaki plantar fleksi.

Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau

diencephalon.

Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi

dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.

TEST DIAGNOSTIK

Lima Prosedur diagnostik yang lazim dilakukan yaitu Lumbal Pungsi,

Angiografi, Elekto Encephalografi, Elektromiografi, Computerized Axial

Tomografi Scan (CT Scan) Otak

Page 53: Buku Karangan Yudha

A. Lumbal Pungsi

1. Pengertian

Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada

daerah lumbal

2. Tujuan

Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik

maupun kepentingan therapi

3. Indikasi

a. Untuk diagnostik

- Kecurigaan meningitis

- Kecurigaan perdarahan sub arachnoid

- Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi

- Evaluasi hasil pengobatan

b. Untuk Therapi

- Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal

- Pemberian anesthesi spinal

- Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF

4. Persiapan

a. Persiapan pasien

- Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi

meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang

akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang

diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut

- Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir

kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.

- Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

Page 54: Buku Karangan Yudha

b. Persiapan Alat

- Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan

lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis),

dan duk bolong.

- Tabung reaksi tiga buah

- Bengkok

- Pengalas

- Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya

- Plester dan gunting

- Manometer

- Lidokain/Xilocain

- Masker. Gaun, tutup kepala

5. Prosedur Pelaksanaan

a. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat

tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi

kedepan dagunya menepel pada dada (posisi knee chest)

b. Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat

digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1

(Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada

celah interspinosus yang telah ditentukan.

c. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun

steril.

d. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril

dengan duk penutup.

e. Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih

dapam hingga ligamen longitudinal dan periosteum

f. Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam jaringan

subkutis. Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus

terhadap aksis panjang vertebra.

Page 55: Buku Karangan Yudha

g. Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan,

sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus.

Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada

aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat.

Bila cairan tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum

lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa untuk

aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar cairan.

h. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan

manometer pemantau tekanan, normalnya 60 – 180 mmHg dengan posisi

pasien berrbaring lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai

dan kepala pasien harus diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya

perlahan-lahan.

i. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.

j. Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak,

petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah

satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla

spinalis maka tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat

obstruksi pada medulla spinalis maka setelah 10 menit vena jugularis

ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.

k. Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3

tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan

CSF. Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel,

biakan dan pewarnaan gram, protein dan glukosa. Untuk pemeriksaan

none-apelt prinsipnya adalah globulin mengendap dalam waktu 0,5 jam

pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung

reaksi masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian

masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 – 3 menit perhatikan apakah

terbentuk endapan putih.

Cara penilainnya adalah sebagai berikut:

( - ) Cincin putih tidak dijumpai

Page 56: Buku Karangan Yudha

( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan

bila dikocok tetap putih

( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi

opolecement (berkabut)

( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh

(++++) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat

keruh

Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan

globulin dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan

jenuh fenol dalam air. cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1

cc cairan reagen pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan

reaksi yang terjadi apakah ada kekeruhan.

l. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada

pasien dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan

adalah 100 cc.

m. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali

stilet jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada

bekas tusukan.

6. Setelah Prosedur

a. Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam

b. Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan

CSF

c. Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan

tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit

kepala hilang.

7. Komplikasi

a. Herniasi Tonsiler

b. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural

Page 57: Buku Karangan Yudha

c. Sakit pinggang

d. Infeksi

e. Kista epidermoid intraspinal

f. Kerusakan diskus intervertebralis

BAB V

JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

Page 58: Buku Karangan Yudha

System sirkulasi terdiri dari :

- Jantung, yang berfungsi sebagai alat pemompa darah ke arteri dan

selanjutnya ke kapiler darah kemudian kembali ke jantung

- Pembuluh darah, merupakan jalan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan

kembali ke jantung

- Darah, sebagai alat transport yang berfungsi mengangkut zat-zat yang

diperlukan tubuh.

System sirkulasi terdiri atas sirkulasi sistemik /sirkulasi besar dan sirkulasi

paru / sirkulasi kecil.

Proses sirkulasi sistemik yaitu darah yang mengandung oksigen

didistribusikan ke seluruh tubuh yang berasal dari paru. Darah dari ventrikel kiri

yang kaya akan oksige menuju aorta –arteri besar—cabang arteri---arteriol---

kapiler---venula---vena kecil---vena besar---vena kava ( superior dan inferior )---

atrium kanan. Sejak dari venula inilah warna darah berubah yang semula merah

terang kaya akan oksigen (oksi Hb ) menjadi merah gelap kurang oksigen tapi

kaya akan karbondioksida ( reduced Hb )

Sirkulasi paru dimulai pompa darah dari ventrikel kanan melalui arteri

pulmonal menuju paru, dari paru melalui vena pulmonary dan terus ke atrium kiri.

JANTUNG

Merupakan organ otot yang berongga, berukuran kepalan tangan, terletak

dibagian tengah rongga thoraks. Jantung terdiri dari atrium kanan dan kiri, serta

vntrikel kanan dan kiri. Antara atrium dan ventrikel dibatasi oleh annulus

fibrosus.

Karena fungsi vitalnya maka setiap kerusakan jantung akan menimbulkan

dampak yang berat bagi tubuh, pada awalnya terjadi dekompensasio kordis

sebagai respon usaha jantung dalam usaha memenuhi kebutuhan suplai darah

dalam tubuh. Apabila faktrur penyebab dari kerja jantung ini diatasi maka secara

perlahan tapi pasti ukuran jantung akan kembali pada posisi semula.

Page 59: Buku Karangan Yudha

Pada jantung terdapat 4 katup, yaitu :

- Katup arterioventrikular : katup antara atrium dan ventrikel. Antara atrium dan

ventrikel kiri disebut katup mitral, katup antara atrium dan ventrikel kanan

disebut katup trikuspidalis.

- Katup semilunaris : katup antara ventikel kiri dengan aorta disebut semilunaris

aorta dan katup antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis disebut katup

semilunari pulmonal

Sistem Penghantar Jantung

Page 60: Buku Karangan Yudha

Jantung mempunyai kemampuan mencetuskan impuls sendiri, system ini terdiri

atas :

1. Simpul SA Node ( sinoatrial ) : mencetuskan impuls 70-80 / menit dalam

keadaan normal sampai 200 / menit pada olah raga berat, kerusakan pada SA

Node harus dibantu dengan alat pacu jantung.

2. Simpul AV Node ( Atrioventrikular Node ) : dalam keadaan normal hanya

menerima dan mengikuti irama dari simpul SA, namun apabila SA rusak

maka akan mengambil alih fungsi pencetus impuls, tetapi dengan frekwensi

lebih rendah antara 40-60 / menit.

3. Bundel his

4. Serabut purkinye

Perubahan pada siklus jantung bagian kiri berupa :

1. Pada waktu systole :

o Kontraksi isovolumetrik kontraksi ventrikel menyebabkan katup mitral

tertutup, tekanan dalam ventrikel meningkat mencapai tekanan dalam aorta

o Fase ejeksi : tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam aorta,

akibatnya katup semilunaris aorta terbuka, darah didorong keluar dari

ventrikel ke aorta, karena sifat elastisitas dinding aorta maka darah

ditampung lebih dahulu untuk selanjutnya didorong ke arteri

2. Pada waktu diastole :

- Fase relaksasi isovolumetrik, tekanan dalam vebtrikel kiri lebih rendah

dari pada dalam aorta sehingga katup semilunaris aorta tertutup dan

menahan darah agar tidak kembali ke ventrikel

- Fase pengisian panjang, darah masuk ventrikeldari atrium karena tekanan

ventrikel lebih rendah dari pada atrium

- Fase pengisian lambat, darah dari atrium masih mengalir sedikit ke

ventrikel

- fase sistole atrium, memompakan sedikit lagi darah yang ada di atrium

GAGAL JANTUNG

Page 61: Buku Karangan Yudha

Manifestasi gagal jantung bervariasi, gagal jantung merupakan ketidak-

mampuan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh, berikut ini

manifestasi gagal jantung :

Kelainan Penyebab

Edema pergelangan kaki,

sacrum

Backward failure vebtrikel kanan, peningkatan

tekanan vena , transudasi cairan

Hepatomegali Paningkatan tekanan vena, peningkatan

resistensi terhadap aliran porta

Kongesti paru Backward failure ventrikel kiri, peningkatan

tekanan vena paru, pelebaran vena paru,

transudasi cairan kedalam rongga udara.

Sesak waktu beraktifitas Kegagalan curah ventrikel kiri untuk meningkat

selama olag raga, peningkatan tekanan vena

paru

Sesak paroksismal, edema

paru

Kemungkinan kegagalan mendadak curah

jantung kiri dalam mengimbangi curah jantung

kanan, peningkatan mendadak tekanan vena dan

kapiler paru, transudasi cairan kedalam rongga

udara

Ortopneu Pengumpulan darah pada paru pada posisi

terlentang memperberat sistim vaskuler paru

yang telah mengalami kongesti, peningkatan

aliran balik yang tidak dikeluarkan oleh

ventrikel kiri ( menghilang dengan posisi

duduk, meninggikan bagian kepala dengan

bantal pada posisi semi fowler )

Kelemahan, intoleransi

olahraga

Forward failure ventrikel kiri, curah jantung

tidak cukup memenuhi kebutuhan perfusi otot

Page 62: Buku Karangan Yudha

sewaktu berolahraga

Pelebaran jantung Volume diastolik-akhirventrikel yang lebih

besar

DENYUT NADI

Kontraksi ventrikel kiri mendorong darah ke aorta, akibatnya aorta

terenggang dan berdilatasi, karena daya elastisitas ini kemudian dinding aorta

(pembuluh darah ) kembali mengecil, pengembangan dan pengecilan ini dirasakan

sebagai denyut nadi. Denyut nadi dapat teraba karena adanya tulang yang

menahan.

ALIRAN VENA

Vena dalam tubuh dibagi 2 yaitu yang dibawah kulit (superficial ) dan

vena dalam ( profunda ), vena profunda terletak diantara otot dan organ dalam,

sedangkan vena superfisialis ada didekat permukaaan kulit. Tenaga untuk

mendorong darah yang berada divena berasal dari :

Tekanan hidrostatik dari jantung yang masih tersisa.

Tekanan yang berasal dari otot yang berkontraksi karena sebagian vena berada

diantara otot.

Daya hisap rongga toraks saat inspirasi, daya hisap jantung saat sistol.

KAPILER

Merupakan pembuluh darah yang halus berdinding selapis endotel,

tersebar diseluruh sel jaringan yang hidup dan berfungsi sebagai suplai makanan

diawal kapiler terjadi filtrasi cairan plasma darah karena tenaga hidrostatik dari

jantung, tenaga ini dilawan oleh tenaga tekanan osmotic koloid ) dari protein

plasma. Pada bagian akhir tekanan onkotik lebih besar dari tekanan hidrostatik

sehingga cairan tertarik kembali ke lumen kapiler. Namun ada sedikit cairan yang

tersisa diruang antar sel yang kemudian di kumpulkan dan dialirkan kembali

melaui saluran limfe untuk kembali ke jantung.

Page 63: Buku Karangan Yudha

SALURAN LIMFE

Saluran ini meliputi seluruh tubuh yang akhirnya berkumpul dan berakhir

di vena rongga toraks, cairan dialirkan melalui pembuluh ini kurang lebih 120

ml/menit atau 2-3 liter/hari, waktu olahraga dapat meningkat 10-30 kali.

Di beberapa tempat kelenjar limfe berfungsi sebagai filtrasi, misal

terhadap bakteri. Apabila di daerah tertentu terdapat bakteri seperti yang terjadi

pada bisul, ada kuman yang terlepas kesaluran limfe. Dikelenjar limfe kuman

akan ditahan dan terjadi reaksi radang.

EDEMA

Edema merupakan penumpukan cairan diruang intersisial, yang dapat

disebabkan oleh :

1. Peningkatan tekanan kapiler, antara lain :

Retensi air dan garam oleh ginjal

Tekanan vena meningkat oleh karena :

Gagal jantung

Bendungan vena local

Kegagalan pompa vena

Tahanan arteriola menurun karena :

Panas badan meningkat

Kelumpuham saraf simpatis

Obat vasodilator

2. Kekurangan protein plasma

Kehilangan protein dari ginjal ( penyakit sindrom nefrotik ).

Kehilangan protein melalui kulit ( luka bakar ).

Produksi protein darah dihati terganggu ( penyakit hati, kekurangan gizi ).

3. Permeabilitas kapiler meningkat karena :

Reaksi imun, urtikaria.

Toksin.

Page 64: Buku Karangan Yudha

Infeksi bakteri.

Defisiensi vitamin C.

Iskemia yang lama .

Luka bakar.

4. Saluran limfe tersumbat atau terputus karena :

Operasi ( terpotong / terjahit ).

Penyakit kanker.

Infeksi cacing filariasis.

TEKANAN DARAH

Tekanan darah mengambarkan kerja jantung, dimana tahanan perifer turut

pula mentukan tekanan darah. Bila tahanan meningkat maka jantung bekerja

ekstra keras untuk mengatasi tahanan itu agar darah dapat mengalir, tekanan

tertinggi saat ejeksi diteruskan ke arteri sebagai tekanan sistolik, tekanan terendah

sesaat menjelang pemompaan berikutnya memberikan tekanan diastolik pada

arteri. Hipertensi disebabkan peningkatan cardiac output, meningkatnya tahanan

pembuluh darah perifer atau keduanya.

PENGATURAN TEKANAN DARAH

Apabila tekanan darah menurun terjadi refleks untuk meningkatkan

kembali tekanan, dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan

vasokotriksi, sebaliknya jika tekanan darah meningkat akan timbul refleks

menurunkan dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung dan vasodilatasi.

Perubahan tekanan darah ini dideteksi oleh baroreseptor dibeberapa tempat

di pebuluh darah arteri seperti : sinus karotikus dan arkus aorta yang meneruskan

impuls ke pusat refleks di medulla oblongata.

PEMBULUH DARAH OTAK

Terdapat 4 arteri yang mengalirkan darah ke otak yaitu : 2 arteri karotis

interna dari arah depan leher dan 2 arteri vertebralis melalui belakang leher, kedua

Page 65: Buku Karangan Yudha

arteri vertebralis ini membentuk arteri basilaris yang kemudian bergabung dengan

arteri karotis interna membentuk arteri lingkaran arteri disebut sirkulus willisi

Gangguan aliran darah ke otak oleh karena penyumbatan atau pecahnya

pembuluh darah menimbulkan gangguan fungsi otak dan motorik disebut stroke.

DOKTRIN MONROE – KELLIE

Volume darah, cairan otak dan jaringan otak dalam rongga otak relative

konstan. Bila tekanan intracranial meningkat pembuluh darah akan tertekan. Bila

tekanan vena meningkat misalnya dengan menekan vena jugularis, tekanan

intracranial meningkat dan bila diukur tekanan cairan otak juga meningkat. Bila

kadar CO2 darah menurun dapat terjadi vasokontriksi arteri ke otak, sehingga bila

melakukan hiperventilasi dapat terjadi gejala berkunang-kunang.

SHOCK

Suatu gejala akibat menurunnya tekanan darah sehingga darah tidak

sampai ke otak, sehingga fungsi otak terganggu, penyebabnya antara lain :

- Hipovolemik : perdarahan, dehidrasi, trauma, luka bakar.

- Vasodilatasi : neurogenik ( ketakutan/kaget ), anafilaktik, sepsis

- Gangguan jantung : infark, aretmia, gagal jantung

- Obstruksi aliran darah

Penurunan Kontraktilitas Miokardium

Page 66: Buku Karangan Yudha

Penurunan curah jantung

Penurunan vol darah arteri efektif

Peningkatan lepasan muatan saraf simpatis peningkatan pelepasan renin

Tekanan darah dipertahankan angiotensin II

Tekanan vena vasokontriksi ginjal sekresi aldosteron

Penurunan GFR peningkatan reabsorbsi Na dan air oleh tubulus

Penurunan eksresi Na dan air melalui urine

Peningkatan Na+ dan air total dalam tubuh

Edema

BAB VI

DARAH

Page 67: Buku Karangan Yudha

Darah merupakan alat transport berbagai zat ditubuh manusia, darah

berperan untuk proses homeostasis dalam mempertahankan stabilitas lingkungan

dalam tubuh dan untuk mengembalikan fungsi tubuh dalam keadaan semula, dari

proses hemostasis ini muncul perubahan seperti :

- Berkeringat serta menguapnya keringat serta munculnya panas daam tubuh

untuk menguapkan keringat

- Sirkulasi darah meningkat, peningkatan sirkulasi ini karena kerja jantung dan

penyesuaian pembuluh darah

- Pernafasan meningkat dalam usaha memenuhi kebutuhan oksigen

Darah terdiri atas plasma 55 % dan sel 45%, sel dalam darah antara lain

adalah trombosit, sel darah putih, sel darah merah.

Plasma mengandung ion Na, K, Ca, Mg, dan lain-lain. Adapun zat organic

seperti asam amino, protein, glukosa. Plasma mudah beku karena terdapat protein

fibrinogen yang dapat berubah menjadi fibrin yang berperan dalam pembekua

darah.

Protein plasma darah berupa albumin, globulin dan fibrinogen, yang

memberikan tekanan osmotic koloid ( tekanan onkotik ) tekanan ini berfungsi

menarik air kembali ke kapiler dan intersisial setelah terjadi filtrasi.

SEL DARAH PUTIH

Sel darah putih terdiri dari granulosit, limfosit, monosit.

Granulosit terdiri dari :

- Netrofil yang berfungsi membunuh bakteri, pada infeksi akut jumlah sel ini

meningkat.

- Basofil, melepaskan histamin, sel ini berperan pada reaksi hipersensitif tipe

cepat seperti urtikaria, rhinitis alergika, syok anafilaktik.

- Menyerang beberapa jenis parasit, sel ini meningkat pada penderita alergi.

Page 68: Buku Karangan Yudha

- Monosit : Monosit termasuk darah dari sumsum tulang, kemudian masuk

jaringan, berubah namanya menjadi makrofag jaringan, berfungsi seperti

netrofil membunuh bakteri.

- Limfosit : Terdiri dari sel limfosit B dan sel limfosit T yang keduanya

berperan dalam kekebalan imunitas.

SISTEM KEKEBALAN

Apabila ada benda asing yang masuk kedalam tubuh, maka tubuh akan

bereaksi memebentuk suatu zat anti ( anti bodi ) yang khas untuk masing masing

benda asing tersebut. Kekebalan mungkin dapat dibawa sejak lahir, melalui zat

anti yang diberikan ibu atau dapat pula diperoleh kemudian. Kekebalan yang

diperoleh kemudian bisa terjadi karena infeksi secara alamiah yang kemudian

menimbulkan penyakit atau tidak sampai menimbulkan penyakit, atau dapat pula

kekebalan yang sifatnya dibuat dengan memberi vaksin tertentu, contohnya :

Vaksin BCG untuk mencegah penyakit TBC pada anak

Vaksin Polio

Vaksin DPT

Vaksin TT

Vaksin Morbili

Vaksin rubella

Jenis kekebalan terbagi dalam 2 bentuk

Kekebalan humoral, terjadi karena terbentuknya gama globulin yang spesifik

untuk suatu antigen setelah bereaksi dengan sel limfosit B tersebut.umumnya

kekebalan ini tidak berlangsung lama hanya sekitar beberapa bulan.

Kekebalan seluler merupakan kekebalan yang dibawa oleh sel T untuk antigen

tertentu, umumnya kekebalan ini berlangsung lama hingga bertahun – tahun.

Page 69: Buku Karangan Yudha

SEL DARAH MERAH

Eritrosit sebagai sel darah merah berumur rata – rata 120 hari, sel ini

berbentuk cakram, dengan jumlah rata – rata sekitar 5 juta / mm3 atau sekitar 25

Triliun dalam 5 liter darah, jika dalam perhitungan detik maka didapatkan dalam 1

detik akan terbentuk 2. 400.000 sel baru dan selama hidupnya eritrosit ini akan

melewati aliran darah dengan menempuh lebih dari 1000 km dalam hidupnya.

Eritrosit yang tua akan mengalami kematian dan dihancurkan di limpa,

limpa juga tempat menyimpan trombosit dan limfosit serta menyimpan eritrosit

yang sehat. Apabila darah dilakukan sentrifugal maka akan didapatkan hematokrit

yang merupakan bagian terbesarnya berisi eritrosit, nilai hematokrit pada laki –

laki berkisar 47 % dan pada perempuan 42 %. Didalam eritrosit terdapat

hemoglobin ( Hb ) yang berfungsi mengikat oksigen untuk didistribusikan

keseluruh jaringan tubuh, kadar Hb untuk laki – laki 16 gr/dl dan perempuan 14

gr/dl.

Eritopoisis atau pembentukan eritrosit pada anak – anak berlangsung di

seluruh sumsum tulang, sedangkan pada dewasa terjadi pada tulang – tulang

pipih, eritopoisis terjadi karena rangsangan hormon eritopoitin yang dihasilkan di

ginjal.

Apabila kadar O2 arteri menurun maka produksi eritopoitin meningkat dan

peningkatan ini akan merangsang pembentukan eritrosit lebih banyak lagi

sehingga kadar Hb sebagai pembawa oksigen juga ikut meningkat. Kerusakan

pada ginjal menyebabkan penurunan eritopoitin akibatnya pembentukan eritrosit

juga berkurang sehingga menyebabkan anemia.

ANEMIA DAN HEMOFILIA

Anemia dapat terjadi karena kekurangan kadar Hb dalam darah, secara

umum anemia dapat disebabkan oleh :

1. Anemia defisiensi, anemia karena kekurangan zat – zat

pembentuk eritrosit, misal zat besi, asam folat, B12.

2. Anemia pernisiosa, disebabkan oleh vitamin B12 tidak

dapat diserap oleh usus.

Page 70: Buku Karangan Yudha

3. Anemia hemolitik, disebabkan darah yang ada dalam tubuh

kita mudah hancur atau lisis karena zat – zat tertentu misal bisa ular atau

karena penyakit lain misal talasemia.

4. Anemia aplastik, terjadi karena proses pembentukan

eritrosit terganggu karena ada gangguan pada sumsum tulang.

5. Anemia karena perdarahan akibat dari kehilangan darah

yang bersifat masif.

6. Anemia renalis.

Hemofili merupakan salah satu penyakit gangguan darah, apabila

pemderita terluka maka akan sukar berhenti. Hal ini disebabkan gangguan

defisiensi faktor VIII dan bersifat herediter.

GOLONGAN DARAH

Didalam tubuh kita golongan darah ditentukan oeh antigen dan antibodi,

yang masing masing orang berbeda dan akan menimbulkan reaksi antigen –

antibodi bila darah yang berbeda itu tercampur. Golongna darah yang sering

dipakai adalah sistem ABO dan faktor resus.

Apakah Golongan Darah itu?

Golongan darah ditentukan adanya suatu zat/antigen yang terdapat dalam

sel darah merah. Dalam system ABO yang ditemukan Lansteiner tahnu 1900,

golongan darah dibagi :

Gol Sel Darah Merah Plasma

A Antigen A Antibodi B

B Antigen B antibodi A

AB Antigen A & B tak ada antibodi

O Tak ada antigen Antibodi Anti A & Anti B

Page 71: Buku Karangan Yudha

Siapa yang menemukan asal muasal golongan darah pada manusia?

Landsteiner adalah orang yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam ABO

sistem pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman

sekerjanya. Percobaan dilakukan dengan melakukan reaksi antara sel darah merah

dan serum dari donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi dan dan satu macam

tanpa reaksi. Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah

yang disebut golongan A dan B, atau samasekali tidak ada reaksi

Page 72: Buku Karangan Yudha

BAB VI

PERNAFASAN

Anatomi sistem pernafasan

Hidung / nasal cavity

Rinopharing

Oropharing faring

Laringopharing

Laring

Trakea

Bronkus

Bronkeolus

Alveoli

Alveolus

Udara melalui rongga hidung mengalami 3 proses yaitu di panaskan /

dikondisikan sesuai suhu tubuh, dilembabkan, disaring. Faring merupakan tempat

pertemuan dua saluran ( hidung dan mulut ) dan terbagi atas 3 bagian yaitu

rhinofaring, orofharing, dan laringofaring

Bronkus merupakan saluran pernafasan yang letaknya pada bagian depan

leher dan bercabang 2 menjadi 2 cabang bronkus utama, masing-masing bronkus

menuju paru disebelah kanan dan kiri, sedangkan alveolus merupakan gelambung

yang sangat kecil yang berdinding satu sel lapis epitel dan sebelah luarnya dirajut

dengan anyaman kapiler, diumpamakan seperti bola

Pada dinding alveolus mengandung surfactan yang berfungsi merendahkan

tegangan permukaan sehingga alveolus mudah untuk mengembang dan

mengempis serta tidak mudah kolaps ataupun pecah. Jumlah alveolus dewasa

sekitar 300 juta dengan kapilernya sekitar 280.000juta.

Pada proses pertukaran antara oksigen dan karbondioksida terjadi

serangkaian proses yaitu difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 pada

Page 73: Buku Karangan Yudha

tempat pertemuan darah.Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual yang melalui

sirkulasi paru, setiap 100 ml darah mengandung 0,3 ml oksigen dalam

plasma .Oksigen yang terlarut dalam darah akan terikat dalam bentuk

oksihemoglobin

O2 + Hb HbO2

TRANSPORT GAS DALAM SISTEM PERNAFASAN

Page 74: Buku Karangan Yudha

Riwayat Tentang Penulis

Nama : Ns. Mohamad Judha, S.Kep

Tempat / tanggal lahir : Surabaya, 08 Oktober 1976

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Plamongan Sari II Semarang

2. SMP Negeri 29 Semarang

3. SLTA Negeri 11 Semarang

4. Akademi Keperawatan Kesdam IV / Diponegoro Semarang

5. PSIK Universitas Muhamadiyah Jakarta

6. 2008 Sampai dengan saat ini sedang menempuh S2 Keperawatan

Program pengkhususan Keperawatan Madikal Bedah di Universitas

Indonesia Jakarta

Riwayat pekerjaan :

1. Staf Keperawatan Rs. Soewondo Pati ( 1999-2000)

2. Staf Keperawatan Rs. Pelni Jakarta (2000-2003)

3. Staf Keperawatan Depkes Kerajaan Kuwait (2004-2007)

4. Staf Pengajar / Dosen Akbid Mitra Adiguna Palembang (2007)

5. Staf Pengajar / Dosen Akper Pembina Palembang (2007- Sekarang)

6. Staf Pengajar / Dosen STIK Bina Husada Palembang (2007- Sekarang)