Upload
doannhi
View
241
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BUKU I
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
2015
2
KATA SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN THT FKUI/RSCM
Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Revisi Buku Rancangan Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 (PPDS Sp-1) Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM telah dapat diselesaikan.
Revisi Buku Rancangan Pengajaran ini perlu dilakukan karena adanya pembaharuan pada proses pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau Sp-1 ilmu kesehatan THT. Selain itu, dengan perkembangan mutu layanan rumah sakit yang harus terakreditasi nasional maupun internasional dan sesuai Academic Health System (AHS), serta mencapai visi misi departemen THT, maka disusun perangkat pendidikan berupa Buku Rancangan Pengajaran sebagai pedoman untuk melaksanakan pendidikan secara terstruktur dan berkualitas yang dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kompetensi profesional dari masing-masing peserta program.
Pada era globalisasi ini para lulusan Dokter Spesialis THT diharapkan memiliki kompetensi profesional yang baik dan bertaraf internasional serta memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti. Semoga dengan terbitnya Buku Rancangan Pengajaran (BRP) ini program pendidikan yang telah berlangsung selama ini dapat berjalan lebih baik lagi. Akhirnya kepada penyusun BRP PPDS Sp-1 Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas dedikasi,usaha serta waktu yang diluangkan untuk menyelesaikan buku ini. Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Ketua Departemen THT FKUI/RSCM DR.Dr. Trimartani Sp.THT-KL (K)
3
Assalammu’alaikum Wr.Wb. Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, revisi Buku Rancangan Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI, untuk peserta PPDS Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/ RSCM telah dapat diselesaikan. BRP ini terdiri atas tiga buku sesuai dengan tahapan proses belajar peserta PPDS-Sp1 Ilmu Kesehatan THT-KL yaitu Buku 1 Tahap Pembekalan, Buku 2 Tahap Magang dan Buku 3 Tahap Mandiri. Buku ini berisi materi-materi modul pendidikan sesuai dengan Kolegium THT-KL, kewenangan klinis sesuai dengan kompetensi setiap tahap pendidikan, sistem penilaian baik pre-asessment maupun evaluasi akhir serta aktivitas pembelajaran. BRP ini selalu akan dievaluasi dan diperbaharui setiap 5 tahun untuk penyempurnaan dan penjaminan mutu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan Ilmu Kesehatan THT-KL. Kepada para Staf Pengajar dan para Peserta PPDS Ilmu Kesehatan THT FKUI/ RSCM kami harapkan selalu mengikuti dan melaksanakan apa yang tercantum dalam Buku Rancangan Pengajaran ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya revisi dan penerbitan Buku Rancangan Pengajaran ini. Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta. Agustus 2015
Penyusun,
Dr.Nina Irawati, Sp.THT KL (K) Koordinator Program Studi
Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI/RSCM
4
5
Menghadapi proses globalisasi dan kebutuhan mencetak tenaga ahli dibidang ilmu kesehatan THT-KL bertaraf internasional serta adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-KL, diperlukan tenaga kesehatan professional yang didukung oleh penguasaan ilmu dan teknologi yang baik.
Penguasaan ilmu teknologi yang baik akan dicapai dengan meningkatkan kompetensi dari peserta program pendidikan Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI.
Dalam rangka meningkatkan kualitas mutu lulusan Dokter Spesialis THT-KL FKUI selain Buku Kurikulum Pendidikan juga diperlukan Buku Rancangan Pengajaran untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih lengkap dan sistematis agar program pendidikan berlangsung dengan baik.
Buku Rancangan Pengajaran ini menjelaskan materi pendidikan yang diberikan kepada peserta PPDS-Sp1 setiap semester yang diikutinya. Materi Pendidikan diberikan dalam bentuk modul.
Modul tentang materi pendidikan akan dijabarkan secara terperinci oleh masing-masing divisi terkait yang ada di Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI pada saat peserta program pendidikan mengikuti stase pendidikan.
Diharapkan dengan cara pembelajaran dengan bentuk modul ini akan dapat meningkatkan kompetensi dari pada lulusan spesialisasi THT-KL FKUI sehingga dapat meningkatkan efektifitas pelayanan serta mampu menjadi pakar dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-KL.
Visi dan Misi Visi program studi THT-KL adalah menghasilkan lulusan dokter
spesialis THT yang mempunyai kemampuan professional bersifat internasional dan dapat memberikan pelayanan kesehatan berlandaskan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran berdasarkan bukti (evidence based medicine) dengan pengalaman luar biasa untuk semua melalui Academic Health Systemdi Asia Tenggara tahun 2019.
Misi program studi THT-KL adalah Menyelenggarakan pendidikan
THT-KL yang berkualitas, berdaya saing, kreatif, inovatif dan berstandar Internasional dengan para pakar berlandaskan profesionalisme. Menyelenggarakan pendidikan suasana yang nyaman dan apresiatif serta pengalaman belajar yang luar biasa. Menyelenggarakanpendidikan yang meningkatkan pelayanan kesehatan diberbagai setting pelayanan kesehatan prima.
6
Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Etika Profesi
Metodologi Penelitian
Biostatistic dan Komputer Statistik
Quality & Safety
Biologi Molekuler
Farmakologi Klinik
Epidemiologi Klinik dan Evidence Based Medicine
SEMESTER I
7
1. MATERI DASAR UMUM (MDU) : 8 SKS
Materi Dasar Umum merupakan materi bahasan mengenai pengetahuan untuk menjadi seorang
penggagas dan peneliti.Materi ini tidak berhubungan dengan bidang ilmu kedokteran secara langsung.
Komponen MDU terdiri atas :
Filsafat Ilmu Pengetahuan, Etika Profesi ( 1 SKS )
Metodologi Penelitian ( 2 SKS )
Biostatistik& Komputer Statistik ( 3 SKS )
Quality and Safety ( 2 SKS )
2. MATERI DASAR KHUSUS (MDK) : 8 SKS
Materi Dasar Khusus merupakan materi bahasan yang merupakan dasar pengetahuan keahlian dalam
bidang kedokteran agar mampu memecahkan masalah, menjadi pengembang ilmu,dan dapat
menerapkan program pendidikan dengan kualitas yang tinggi.
Komponen MDK terdiri atas :
Biologi Molekuler ( 2 SKS )
Farmakologi Klinik ( 3 SKS )
Epidemiologi Klinik & Evidence Based Medicine ( 3 SKS )
TUJUAN DAN URAIAN TOPIK MATA AJAR
1. MDU-1. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Etika Profesi.
Kode Mata Kuliah : MDU-1 UILS801001
Tujuan Mata Ajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami berbagai konsep falsafah
keilmuan, struktur logik keilmuan, etika profesi agar dapat meningkatkan kemampuan merencanakan
dan melaksanakan penelitian dengan baik dan benar, serta mampu mengembangkan ilmu dan teknologi
kedokteran untuk bekerja sebagai dokter spesialis yang profesional.
Uraian Mata Ajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran peserta diharapkan mampu :
1. Memahami filsafat sebagai suatu disiplin ilmu yang mengupayakan penalaran yang sistematis,
menyeluruh dan kritis terarah.
8
2. Memahami filsafat ilmu pengetahuan sebagai cabang dari ilmu filsafat yang mengkaji ciri-ciri ilmu
pemgetahuan serta cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh penge-tahuan ilmiah dan mampu
mempertanggung jawabkannya
3. Menjelaskan konsep filsafat alamiah (natural) dan filsafat keilmuan
4. Dapat menjelaskan makna suatu metode ilmiah khususnya dalam pengembangan ilmu kedokteran
dan ilmu pengetahuan lain pada umumnya.
5. Mampu menjelaskan dampak dari filsafat keilmuan terhadap pengembangan profesi dan
profesionalisme sebagai dokter.
6. Memahami kaidah-kaidah etika profesi dalam melaksanakan seluruh kegiatan keilmuan dan profesi.
2. MDU-2. Metodologi Penelitian
Kode Mata Kuliah : MDU-2 UILS801002
Tujuan Mata Ajaran
Pada akhir mata ajaran, peserta program diharapkan memahami tentang hubungan antara teori dan
konsep ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pengembangan pengetahuan sehingga mampu menerapkan
metodologi penelitian dalam menyusun usulan penelitian.
Uraian Mata Ajaran
Guna mencapai tujuan mata ajar maka disusun strategi pencapaian yaitu :
1. Membahas peran penelitian dalam pengembangan ilmu
2. Membahas teknik perancangan dan pelaksanaan perancangan penelitian kuantitatif dan kualitatif,
termasuk dalam hal ini :
Disain penelitian
Konsep dan teknik pengukuran
Elemen-elemen yang diperlukan dalam usulan penelitian
Pengumpulan data
Teknik penulisan hasil penelitian
3. Pencapaian hasil dengan;
Meminta peserta mempelajari bahan yang dibahas.Walaupun ada kuliah formal, namun
diupayakan agar tatap muka bersifat aktif dan diikuti assignment/latihan yang harus dikerjakan
dan dikumpulkan untuk dinilai.
Menyajikan dan membuat draft awal, simulasi pra usulan penelitian dengan materi yang dapat
dipilih sendiri atau diberikan Program Studi terkait.Pada akhir semester simulasi tersebut siap
untuk dikembangkan lebih lanjut.
9
3. MDU-3. Biostatistik dan Komputer Statistik
Kode Mata Kuliah : MDU-3 UILS801003
Tujuan Mata Ajaran
Setelah mengikuti kegiatan akademik ini diharapkan bahwa :
1. Bila dihadapkan dengan masalah yang berkaitan dengan penyakit dan penyebarannya di masyarakat
peserta program mampu meninjau dan membahas masalah tersebut dari aspek biostatistik.
2. Bila dihadapkan pada sekumpulan data sekunder,peserta program mampu melakukan pengolahan,
penganalisaan dan pengambilan kesimpulan data statistik secara rasional
3. Bila dihadapkan pada sekumpulan data sekunder indikator kesehatan, peserta program mampu
melakukan perhitungan statistik yang lazim untuk menggambarkan situasi kesehatan masyarakat.
4. Bekerja secara sistematik dalam melakukan aplikasi program statistik menggunakan perangkat
komputer.
Uraian Mata Ajaran
Dalam mata ajaran ini peserta program diajarkan menangani konsep dasar biostatistik, penerapan
metoda pengolahan, penyajian dan analisa data penelitian. Selain itu peserta program akan berlatih
mengenai penggunaan perangkat program statistik komputer dalam proses penganalisaan data
penelitian.
4. MDU-4. Quality and Safety.
Kode Mata Kuliah : MDU-4 UILS801004
Tujuan Mata Ajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami berbagai konsep quality
and safety agar dapat meningkatkan kemampuan merencanakan dan melaksanakan penelitian dengan
baik dan benar, serta mampu mengembangkan ilmu dan teknologi kedokteran untuk bekerja sebagai
dokter spesialis yang profesional.
Uraian Mata Ajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran peserta diharapkan mampu menerapkan kaidah-kaidah
patients safety dalam setiap aktifitas baik penelitian biomedik maupun pelayanan keprofesiannya.
5. MDK-1. Biologi Molekuler
Kode Mata Kuliah : MDK-3 UILS801101
Tujuan Mata Ajaran
Diharapkan peserta program memahami tentang dasar biomolekuler.
Uraian Mata Ajaran
Biologi molekuler merupakan dasar untuk mengetahui tentang sel, antara lain struktur dari transport
serta organ dalam sel.Setelah itu juga dipelajari tentang bioenergik, oksidasi biologi metabolisme
10
nutrient dan non-nutrien. Disamping itu diajarkan juga tentang membran biologis komunikasi antara sel
dan transduksi, berbagai strategi lokomosi serta replikasi dan ekspresi.
6. MDK-2. Farmakologi Klinik
Kode Mata Kuliah : MDK-2 UILS801102
Tujuan Mata Ajaran
Diharapkan peserta program memahami tentang dasar –dasar farmakologi klinik yang berhubungan
dengan program studi terkait.
Uraian Mata Ajaran
Farmakologi Klinik merupakan salah satu dasar ilmu untuk mengetahui tentang absorpsi dan
biovailabilitas, distribusi, biotransformasi dan ekskresi obat. Selain itu peserta program diharapkan
memahami tentang interaksi obat-reseptor, mekanisme kerja obat, farmakokinetik, pemantauan
terapeutik dan interaksi obat. Setelah itu para peserta diharapkan mengenal prinsip terapi cairan,
farmakoterapi pada syok dan sepsis.Akhirnya peserta harus mengetahui tentang penggunaan obat
secara rasional.
7. MDK-3. Epidemiologi Klinik & Evidence Based Medicine
Kode Mata Kuliah : MDK-3 UILS801103
Tujuan Mata Ajaran
Materi ini meliputi pemahaman pengetahuan epidemiologi klinik yaitu penerapan prinsip-prinsip
epidemiologi dalam masalah yang ditemukan di klinik. Pemahaman akan dilanjutkan dengan
pemanfaatan hasil penelitian yang sahih dan mutakhir untuk memecahkan masalah-masalah yang
ditemukan pada pasien.
Diharapkan peserta program mempunyai kemampuan memformulasikan masalah-masalah klinik dalam
pertanyaan, teknik penelusuran pustaka melaui internet/online journal.
Uraian Mata Ajaran
Mata ajaran ini akan mempelajari telaah kritis terhadap laporan hasil penelitian kualitatif, kuantitatif
serta integrative literature.
STRATEGI PEMBELAJARAN
Dalam rangka mencapai pendidikan strata S2 yang berkualitas, pelaksanaan MDU / MDK
bersama ini disusun secara formal dan terstruktur. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah :
1. Kuliah (tatap muka )
Dilakukan dengan kuliah dua arah dengan cara menjelaskan tentang konsep dan teori serta aplikasi di
dalam klinik.
11
2. Diskusi Kelompok
Dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan melakukan analisis masalah dan akhirnya akan
dicapai kesepakatan bersama.
PENGELOLA
Tim Koordinasi Penyelenggara MDU dan MDK Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
12
Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar
Modul Bedah Dasar THT
Modul Neurotologi 1
Modul Keterampilan Neurotologi 1
Modul Otologi 1
Modul Keterampilan Otologi 1
Modul Laring Faring 1
Modul Keterampilan Laring Faring 1
Modul Rinologi 1
Modul Keterampilan Rinologi 1
Modul Keahlian Komprehensif 1
Modul Pelatihan Kegawatan THT 1
SEMESTER II
13
MODUL TERINTEGRASI BIDANG KEILMUAN DASAR THT DAN
MODUL BEDAH DASAR THT
Mata Kuliah : MKU-1 MD22801201 / MKU-1 MD22801202 Jumlah SKS :
Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar THT (2 SKS)
Modul Bedah Dasar THT (2 SKS)
Lama : 4 Minggu ( 9 Divisi)
Ketua Modul : Ketua program studi
A. Pendahuluan
Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar THT-KL dan Modul
Bedah Dasar THT-KL adalah materi pendidikan yang memberikan
pengetahuan keahlian di bidang keilmuan dan bedah dasar THT-
KL agar peserta program semester II tahap pembekalan mampu
memberikan pelayanan klinik departemen THT-KL.
Tujuan Mata Ajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan dengan
bidang keilmuan dan bedah dasar THT-KL. Komponen kompetensi
yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional.
Area kompetensi: Profesionalisme
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Memiliki komitmen untuk
belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-
KL.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan dan EBM.
14
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II.
C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan
:
1. Filosofi dan aspek medikolegal keilmuan dan bedah dasar.
2. Keilmuan dan pengetahuan bedah dasar yaitu penyembuhan luka dan tehnik operasi serta
melakukan berbagai tehnik jahitan/simpul.
3. Anatomi organ THT-KL.
C.2 Keterampilan
Peserta didik diharapkan mampu melakukan tindakan bedah dasar.
C.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab
serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik
dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
patient safety.
D. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul keilmuan dan bedah dasar meliputi :
a. belajar mandiri
b. diskusi topik dan presentasi
c. praktikum
E. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat
dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak lebih dari 90%.
Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh
kompetensi yang diharapkan di modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL dan modul bedah
dasar THT-KL
F. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. NBL adalah 75.
2. Logbook
3. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
15
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Sikap dan perilaku Presentasi 30%
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf Departemen THT-KL RSCM FKUI.
I. Matriks Kegiatan Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar THT
Hari Waktu Materi Staf Pengajar Teknik
Senin s/d Jumat Minggu I
07.30 - 09.00
Filosofi dan aspek medikolegal Patient safety EBM Wound Healing
DR.Dr.Trimartani DR.Dr.Trimartani DR.Dr.Dini Widiarni DR.Dr. Mirta
kuliah
Senin s/d Jumat Minggu II
07.30 - 09.00
Dasar-dasar bedah dasar Persiapan preoperasi dan perawatan pasca operasi Anatomi wajah, hidung, anatomi kulit dan jaringan lunak Prinsip analgesi pada muka materi dan macam-macam jahitan
DR.Dr.Trimartani Mirta Trimartani Dr.Dini W.
Kuliah praktek
Senin s/d Jumat Minggu III
07.30 - 09.00
Prinsip jabir dan tandur Wet Lab tehnik basic skill surgery I Wet Lab tehnik basic skill surgery II
DR.Dr.Trimartani Trimartani, Dini Widiarni, Mirta
praktek
Senin s/d Jumat Minggu IV
07.30 - 09.00
Ujian tulis MCQ & Esai Ujian ketrampilan basic skill surgery
16
J. Matriks Kegiatan Modul Terintegrasi Bidang Bedah Dasar THT
Hari Waktu Topik Tutor Tehnik
Senin 07.30-09.00 12.00-13.30
Introduksi Bedah Dasar di Bidang THT
Filosofi dan perkembangan Ilmu Penyakit THT
TR BH
Kuliah Kuliah
Selasa 07.30-09.00 12.00-13.30
Cedera sel serta apoptosis dan nekrosisi
Terapi cairan, elektrolit dan keseimbangan asam : Prinsip dasar, jenis cairan, cara penghitungan cairan
RDR An
Kuliah Kuliah
Rabu 07.30-09.00 12.00-13.30
Fisiologi dan biologi sistem hemostasis
Penyembuhan luka
RW DW
Kuliah Kuliah
Kamis 07.30-09.00 Dasar-dasar ketrampilan bedah Tr Kuliah
Jumat 07.30-09.00 12.00-13.30
Kamar bedah dan tata cara kamar bedah serta antisepsis
Infeksi bedah dan infeksi nosokomial
H DF
Kuliah Kuliah
Senin 07.30-09.00 12.00-13.30
Resistensi kuman dan peran biofilm
Dasar pemeriksaan histopatologi dan neoplasma
RDR MA
Kuliah Kuliah
Selasa 07.30-09.00 12.00-13.30
Respon imunologik pada trauma dan Systemic
Inflamatory Respon Syndrome
Perawatan pra dan pasca bedah serta pencegahan dan penangan infeksi pasca trauma / infeksi
NI SMH
Kuliah Kuliah
Rabu 07.30-09.00 12.00-13.30
Pemantauan pengelolaan syok dan nutrisi parental
Tehnik dasar-dasar bedah dan bedah plastik rekonstruksi
An Tr
Kuliah Praktikum
Kamis 07.30-09.00 12.00-13.30
Persiapan pra, saat dan pasca operasi, pasien syok akibat perdarahan
Tehnik trakeostomi
An BH
Kuliah Praktikum
Jumat 07.30-09.00
Persiapan pasien : sebelum pembedahan, saat pembedahan dan pasca pembedahan
An Kuliah
Senin 07.30-09.00 12.00-13.30
Kamar bedah dan tata cara kamar bedah
Dasar-dasar ketrampilan bedah
RU Tr/MA/DW
Praktikum Praktikum
Selasa 07.30-09.00 12.00-13.30
Persiapan operasi di bidang Otologi
Persiapan operasi di bidang Rinologi
Otologi Rinologi
Presentasi Presentasi
Rabu 07.30-09.00 12.00-13.30
Persiapan operasi di bidang Laring-Faring
Nutrisi pasca bedah
Laring-Faring An
Presentasi Kuliah
Kamis 07.30-09.00 12.00-13.30
Persiapan operasi di bidang Plastik & Rekonstruksi
Persiapan operasi di bidang Onkologi
Plastik-Rekonstruksi Onkologi
Presentasi Presentasi
Jumat 07.30-09.00 Persiapan operasi di bidang Endoskopi Bronko-Esofagologi
Endoskopi BE
Presentasi
17
Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th edition,
Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat
Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-Approaches-
Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver
Science Publishers, 1989.
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5th edition
Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th
edition Lippincott William &wilkins, 2007.
18
MODUL NEUROTOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 1
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801303 / MPK MD22801504 Jumlah SKS :
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS
Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Ketua Divisi Neurotologi THT-KL
A. Pendahuluan
Modul Neurotologi I merupakan materi pendidikan
yang memberikan pelatihan keprofesian dasar dengan
menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah
khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL
diharapkan mampu menjelaskan penyakit serta kelainan
dalam bidang Neurotologi THT-KL dan mencapai kompetensi
:
1. Mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum
dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan
ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik
dan Medikolegal.
2. Mampu berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi:
Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan
Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin.
3. Mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim
4. Mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient
safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem
Manajemen Mutu.
5. Memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti
perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi:
EBM
6. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang
tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan
efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan
Dan Keterampilan Klinik.
19
B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam
hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis perifer.
3. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil
pemeriksaan audiologi dasar, keseimbangan sederhana dan pemeriksaan fungsi
motorik saraf fasialis perifer.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Neurotologi THT, meliputi:
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi dan fisiologi,
patofisiologi organ pendengaran, organ keseimbangan dan saraf fasialis..
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding
mengenai penyakit-penyakit yang menimbulkan gangguan pendengaran.
yang disebabkan oleh :
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolous tuba
- Infeksi (misalnya : OMSK, labirintitis)
- Timpanoskerosis, otosklerosis
- Proses sentral (misalnya :CAPD)
- Vaskuler (misalnya : sudden deafness, stroke)
- Trauma (misalnya: trauma kepala, trauma akustik, barotrauma,
NIHL)
20
- Degenerasi (misalnya: presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (misalnya: ALHL)
- Kongenital
- Tinitus
- Tumor (misalnya : neuroma akustik)
- Ototoksik (misalnya : gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding
mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent
4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding
mengenai gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif
5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
otoskop, tes penala, tes bisik, audiometri nada murni, dan tes pendengaran
behavioral pada anak
21
6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
keseimbangan sederhana dan Schellong test untuk hipotensi ortostatik
7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
fungsi motorik saraf fasialis (system House-Brackmann dan sistem Freyss).
Lingkup
Bahasan
Pokokbahasan
Tahap
Kemampuan
Klinis
Gangguan
Pendengaran,
keseimbangan
dan Saraf
Fasialis
Embriologi, anatomi
fisiologi dan
patofisiologi
pendengaran,
keseimbangan dan
saraf Fasialis
C3
C3
C3
interpretasi hasil
pemeriksaan
C3
Pemeriksaan
audiologi, fungsi
keseimbangan dan
fungsi saraf fasialis
dasar
C3
Manajemen pasien C3
Melakukan tahap
persiapan
pemeriksaan dasar
dan
menginterpretasikan
hasil serta
mendiagnosis
C3
22
gangguan
pendengaran,
keseimbangan dan
saraf Fasialis
Anatomi,
fisiologi,patofisiologi,
diagnosis dan
tatalaksana .
C3
indikasi, dan
persiapan, langkah-
langkah pemeriksaan
C3
Gangguan
pendengaran,
keseimbangan
dan saraf
fasialis
anatomi, fisiologi,
patofisiologi
gangguan
pendengaran,
keseimbangan dan
saraf fasialis
C3
Diagnosis
komprehensif
C3
indikasi, dan langkah-
langkah,
persiapan.pemeriksaa
C3
23
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Tindakan Tingkat kewenangan
klinis
1. Tes berbisik 1
2. Tes Garpu tala 1
3. Pemeriksaan:
- Pemeriksaan Audiometri nada murni &
masking
- Tes SAL (Sensineural Aquity Level) untuk
mengatasi dilema masking
- Tes FIT (Fusion at Inferred Threshold)
2
4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 2
5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan LDL
(Loudness Discomfort Level)
-
6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of
lesion) : ABLB, SISI, Tone decay
2
7. Audiologi pediatric
- Behavioural Observsation Audiometry (BOA)
- Visual Reinvorcement Audiometry (VRA)
- Tes play audiometri
- Tes fungsi persepsi
2
2
2
2
2
8. PemeriksaanTimpanometri 2
9. PemeriksaanTesFungsi Tuba 2
10. Tes keseimbangan sederhana 1
11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan
Dynamic Visual Acuity Test
2
24
D.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E. Lingkup Bahasan (Pokok/topik Bahasan)
Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolous tuba
- Infeksi (OMSK, labirintitis)
- Timpanosklerosis, otosklerosis
- Proses sentral (CAPD)
12. PemeriksaanTesposisi (Dix Hallpike, side lying,
roll test)
2
13. PemeriksaanTesKalori (dengan air atau udara) 0
14. Pemeriksaan Posturografi 0
15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss
atau House-Brackmann)
2
16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis 2
17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf
Fasialis (NET)
2
18. Pemeriksaan BERA 0
19. Pemeriksaan ASSR 0
20. Pemeriksaan OAE 0
21. Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi
vestibuler (VRT)
2
22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran 2
25
- Vaskuler (sudden deafness, stroke)
- Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
- Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (ALHL)
- Kongenital
- Tinitus
- Tumor (neuroma akustik)
- Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif
F. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan
pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf wajah (n. fasialis).
a. belajar mandiri
26
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL.
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasipeserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran
sebanyak 90%.
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal
minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis peserta PPDS
THT-KL. NBL adalah 75
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuanPeserta PPDS THT-KL
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan
tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
27
I. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%
J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof.Dr.dr.Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K)
3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K)
K. Lokasi Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin s/d
Jum’at
Minggu I
08.00-
15.30
Cara kerja di Divisi
Neurotologi
Prof.Dr.dr. Jenny
E B, Sp THT
Dr. Widayat
Alviandi, Sp THT
Dr. Brastho
Bramantyo, Sp
THT
Pengarahan
Embriologi,anatomi,
fisiologi, patofisiologi
organ pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis
Diskusi topic
Kerja praktek
CBD/case based
discussion
Diagnosis dan diagnosis
banding gangguan
pendengaran,
28
keseimbangan dan saraf
fasialis
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
pendengaran dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
fungsi keseimbangan
dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi fungsi
motorik saraf fasialis
Evaluasi awal
pengetahuan dan
kemampuan pelayanan
klinik di Div Neurotologi
Ujian tulis: Essay
Senin s/d
Jum’at
Minggu II
08.00-
15.30
Embriologi,anatomi,
fisiologi, patofisiologi
organ pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis
Prof.Dr.dr. Jenny
E B, Sp THT
Dr. Widayat
Alviandi, Sp THT
Dr. Brastho
Bramantyo, Sp
THT
Diskusi topic
Kerja praktek
CBD/case based
discussion
Diagnosis dan diagnosis
banding gangguan
pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis
29
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
pendengaran dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
fungsi keseimbangan
dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi fungsi
motorik saraf fasialis
Senin s/d
Jum’at
Minggu III
08.00-
15.30
Embriologi,anatomi,
fisiologi, patofisiologi
organ pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis
Prof.Dr.dr. Jenny
E B, Sp THT
Dr. Widayat
Alviandi, Sp THT
Dr. Brastho
Bramantyo, Sp
THT
Diskusi/Praktikum
Diagnosis dan diagnosis
banding gangguan
pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
pendengaran dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
fungsi keseimbangan
dasar
30
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi fungsi
motorik saraf fasialis
Senin s/d
Jum’at Minggu
IV
08.00-
15.30
Embriologi,anatomi,
fisiologi, patofisiologi
organ pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis
Prof.Dr.dr. Jenny
E B, Sp THT
Dr. Widayat
Alviandi, Sp THT
Dr. Brastho
Bramantyo, Sp
THT
Diskusi/Praktikum
Diagnosis dan diagnosis
banding gangguan
pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
pendengaran dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
fungsi keseimbangan
dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi fungsi
motorik saraf fasialis
EVALUASI Ujian Tulis Essay
31
Daftar Pustaka:
1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology
2. Katz J, Clinical Audiology
3. Gelfand SA, Essentials of Audiology
4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation
5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve
32
MODUL OTOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 1
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801305 / MPK MD22801506 Jumlah SKS :
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS
Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Ketua Divisi Otologi THT-KL
A. Pendahuluan
Modul otologi-1 adalah materi pendidikan yang
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit
tersering yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL).
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program
diharapkan mampu memahami patogenesis penyakit,
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding
dan memberikan terapi penyakit-penyakit telinga di bidang
otologi ilmu kesehatan THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme,
Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan
pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif
interprofesi dan multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan
menjaga prinsip-prinsip patient safety dan
pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan
Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk
belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit
THT-KL. Area kompetensi: EBM.
33
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu
penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan
Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tahap pembekalan
semester II yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.
C. Sasaran Pembelajaran
1. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi kelainan
kongenital telinga.
2. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi trauma
telinga.
3. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi benda asing
telinga (luar, tengah dan dalam).
4. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit
inflamasi telinga luar.
5. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit
inflamasi telinga tengah.
6. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit
inflamasi telinga dalam.
34
7. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit
tumor jinak dan ganas telinga.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-
KLmampumemahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan
diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi:
1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu:
i. Kelainan kongenital telinga herediter.
ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter.
2. Jenis trauma telinga, yaitu:
i. Trauma mekanik pada telinga.
ii. Trauma kimia pada telinga.
iii. Trauma akustik pada telinga.
3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam).
4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu:
i. Otitis eksterna sirkumskripta.
ii. Otitis eksterna difusa.
5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu:
i. Otitis media supuratif.
ii. Otitis media non-supuratif.
6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu:
i. Labirinitis.
ii. Penyakit Meniere.
iii. Neuronitis vestibularis.
iv. Presbiakusis.
v. Ototoksisitas.
35
vi. Sudden deafness.
vii. Tuli akibat bising.
Lingkup Bahasan Topik Bahasan Tingkat
Kemampuan Klinis
Kelainan kongenital
telinga herediter &
non-herediter.
Atresia dan stenosis liang
telinga.
Celah brakial 1.
Trauma mekanik,
kimia, & akustik.
Laserasi & avulsi kulit
liang telinga.
Perforasi membran
timpani.
Dislokasi osikel.
Fraktur tulang temporal.
Benda asing telinga
luar, tengah & dalam
Benda asing organik &
anorganik telinga luar,
tengah & dalam.
Otitis eksterna Otitis eksterna
sirkumskripta.
Otitis eksterna difusa.
Otitis eksterna maligna.
Otitis media Otitis media supuratif:
otitis media akut
(rekuren)& otitis media
supuratif kronik.
Otitis media non-
supuratif: otitis media
efusi, glue ear.
36
Labirintitis Labirintitis purulenta.
Labirintitis serosa.
Tumor jinak dan
ganas:
A. Liang telinga.
B. Telinga tengah.
C. CPA.
Seruminoma.
Adenokarsinoma liang
telinga.
Osteoma.
Exostosis.
Osteosarkoma.
Adenokarsinoma telinga
tengah.
Neuroma akustik.
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Jenis Keterampilan Tingkat
Kewenangan Klinis
POLIKLINIK
Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah mikro,
dan bahan kimia / obat-obatan untuk telinga.
5
Membaca dan interpretasi hasil pemeriksaan
penunjang (fungsi pendengaran, nervus fasialis,
keseimbangan, radiologi).
5
KAMAR OPERASI
Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat,
pasien, dokumen pendukung).
5
Mampu mengenali dan menyebutkan struktur
anatomi telinga dan tulang temporal.
5
37
Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada
operasi telinga.
5
D.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit
yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi.
a. Belajar mandiri.
b. Diskusi topik.
2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan
cara:
a. Kerja poliklinik.
b. Kerja ruang rawat inap.
c. Kerja instalasi gawat darurat.
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
metode:
a. Tinjauan pustaka/journal reading.
b. CBD/case based discussion.
38
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul otologi-1.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%
39
J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr.Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K).
2. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K).
3. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K).
K. Lokasi Praktek
1. Poliklinik/ instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL
RS. Cipto Mangunkusumo.
2. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto
Mangunkusumo.
L. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi
Otologi
Dr. Alfian Farid
Hafil, SpTHT-KL
(K).
DR.Dr. Ratna
D.Restuti, SpTHT-
KL (K).
Dr. Harim Priyono,
SpTHT-KL (K).
Pengarahan
Senin s/d
Jum’at
Minggu I
08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi
Latihan menggunakan alat
diagnostik
Memahami penyakit di
bidang Otologi
Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
Melakukan tatalaksana
pasien rawat inap
Idem Diskusi/Praktikum
Senin s/d
Jum’at
Minggu II
08.00-15.30 Bekerja di poli Divisi
Memahami penyakit di
bidang Otologi
Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
Follow up pasien di
bangsal
Idem Diskusi/Praktikum
40
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin s/d
Jum’at
Minggu III
08.00-
15.30
Bekerja di Poli Divisi
Memahami penyakit di
bidang Otologi
Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
Follow up pasien di
bangsal
Idem Diskusi/Praktikum
Senin s/d
Jum’at
Minggu
IV
08.00-
15.30
Bekerja di Poli Divisi
Memahami penyakit
dibidang Otologi
Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
Follow up pasien di
bangsal
Ujian Tulis
Idem Diskusi/Praktikum
Ujian Tulis Essay
Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology,
5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea-
Febiger, 1985.
4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB
Saunders Co.1989.
41
MODUL LARING FARING 1 DAN MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 1
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801307 / MPK MD22801508 Jumlah SKS :
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS
Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Ketua Divisi Laring Faring THT-KL
A. Pendahuluan
Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
bidang Laring Faring THT-KL.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang
diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
42
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester
II yang sudah melalui MDU dan MDK semester 1.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem
vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis bandingdisphonia, Sumbatan Jalan
Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma
laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital
laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea
Syndrome.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
mampumenjelaskan, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit
serta melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-
kembang laring dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan suara,
sistem vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan
Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring,
Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital
4. laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea
Syndrome.
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan
Tahap Kemampuan Klinis
Trauma Laring Anatomi, Fisiologi Laring
C3
Interpretasi CT-Scan
C3
Handling RFL C3
43
ManajemenPasien C3
Trauma Laring C3
Basic surgical landmark, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan operasi, alat-alat yang akan dipakai
C3
Patofisiologi, dan tatalaksana trauma larig
C3
indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah tindakan rekonstruksi laring
C3
Abses leher dalam Anatomi, patofisiologi abses leher dalam
C3
Tatalaksana komprehensif
C3
Indikasi, kontraindikasi, komplikasi, langkah-langkah, persiapan.
C3
Obructive sleep apnea syndrome (OSAS)
Anatomi, fisiologi, patofisiologi sumbatan
C3
Pemeriksaan RFL, muller maneuver,ESS, dan mengintrepetasikan polisomnografi
C3
Tatalaksana komprehensif
C3
(OSA surgery, edukasi,
C3
Tumor ganas laring Anatomi, fisiologi, patofisiologi laring
C3
44
Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi laringektomi dan diseksi leher
C3
Persiapan dan melakukan trakeostomi
C3
Stenosis laring Patofisiologi stenosis laring
C3
Diagnosis dan komplikasi
C3
Persiapan pre operasi
C3
Alat-alat yang dipersiapkan
C3
Disfonia Fisiologi, etiologi dan patofisiologi
C3
Diagnosis dan diagnosis banding
C3
Tatalaksana komprehensif
C3
Kelainan kongenital (Laryngomalasia, laryngeal web, laryngeal cleft, hygroma colli, hemangioma,parese)
Tumbuh kembang C3
Diagnosis C3
Tatalaksana komprehensif
C3
Infeksi faring laring (tonsilitis faringitis, laringitis)
Anatomi, histologi, patofisiologi
C3
Diagnosis C3
Komplikasi C3
Tatalaksana komprehensif
C3
Lesi jinak laring (hemangioma, Papiloma laring,granuloma,nodul, polyp,
Patofisiologi C3
Diagnosis C3
Tatalaksana komprehensif
45
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 2
Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang,
Inform Consent
1
Tindakan Laringoskopi Tidak Langsung 1
Tatalaksana Medikamentosa 2
Cricotirotomi 1
Trakeostomi Terintubasi 1
Trakeostomi Primer 0
Melebarkan Stoma 0
Decanulasi 0
Pemasangan NGT 1
Ekstraksi Benda Asing Orofaring 1
Biopsi Lokal Anestesi Tumor Orofaring 2
Perawatan Kanul Trakea 1
Perawatan Luka Pasca Operasi 1
Angkat Jahitan 1
Insisi Abses Peritonsil 1
Insisi Submandibula 0
Insisi Retrofaring 0
Insisi Parafaring 0
Perawatan Abses 1
Penggantian Kanul Trakea 2
Flexible Optik Laringoskopi 2
Muller Manuever 2
Interprestasi Hasil PSG 2
Interpretasi Hasilmct Scan 2
Laringoskopi Diagnostic Dan Biopsi 0
Ekstirpasi Lesi Jinak Laring Non Neoplasma 0
Ekstirpasi Lesi Jinak Laring Neoplasma 0
Insisi Dan Flap Pada Operasi Tiroidektomi 0
46
Insisi Apron Pada Operasi Laringektomi 0
Penutupan Luka Penutupan Luka Pada Operasi
Laringektomi
1
Tonsilekomi Dan Adenoidektomi 0
Diagnosis Dan Tatalaksana LPR 0
Ekstirpasi Kista Leher 0
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 3
Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan
Penunjang
1
Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan
Penunjang Kompleks
2
Tindakan Laringoskopi Tidak Langsung 1
Tatalaksana Medikamentosa 2
Trakeostomi Terintubasi 1
Trakeostomi Primer
Pemasangan NGT 2
Biopsi Lokal Anestesi Tumor Orofaring 1
Perawatan Kanul Trakea 1
Perawatan Luka Pasca Operasi 1
Perawatan Abses 2
Muller Manuever 2
2
D.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
47
E. Pokok Bahasan
Pada modul ini ditetapkan pokok bahasan sebagai berikut:
1. Infeksi laring faring
2. Dysphonia
3. Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring)
4. Abses leher dalam
5. Kelainan kongenital laring
6. Trauma laring
7. Lesi jinak laring
8. Lesi ganas laring
9. Obtructive Sleep Apnea Syndrome
F. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenaidisphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive
Sleep Apnea Syndrome.
a. belajar mandiri
b. diskusi topic
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL.
1. kerja poliklinik
2. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan :
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk
dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%.
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Laring Faring.
48
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal
minggu ke- 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS.NBL adalah
80.
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%
J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH)
2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH)
3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI)
4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ)
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Instalasi Bedah Pusat RSCM
3. Ruang rawat Gedung A RSCM
49
K. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
SENIN 08.00-
10.00
Cara kerja di Divisi
Laring Faring
HBH
SMH
ARI
FFZ
Pengarahan
Senin s/d
Jum’at
Minggu I
08.00-
15.30
Infeksi laring
faring
Dysphonia
Sumbatan Jalan
Napas Atas
(Sumbatan laring)
Abses leher dalam
Kelainan
kongenital laring
Trauma laring
Lesi jinak laring
Pelatihan
menggunakan
flexible optic
laryngoscop
HBH
SMH
ARI
FFZ
Diskusi topik
Kerja praktek
CBD/case based
discussion
Ujian tulis: Essay
Senin s/d
Jum’at
Minggu II
08.00-
15.30
Infeksi laring
faring
Dysphonia
Sumbatan Jalan
Napas Atas
(Sumbatan laring)
Abses leher dalam
Kelainan
kongenital laring
Trauma laring
Lesi jinak laring
Pelatihan
membaca CT-
scan/ PSG
HBH
SMH
ARI
FFZ
50
Senin s/d
Jum’at
Minggu
III
08.00-
15.30
Infeksi laring
faring
Dysphonia
Sumbatan Jalan
Napas Atas
(Sumbatan laring)
Abses leher dalam
Kelainan
kongenital laring
Trauma laring
Pelatihan
ekstraksi benda
asing
HBH
SMH
ARI
FFZ
Diskusi/Praktikum
Senin s/d
Jum’at
Minggu IV
08.00-
15.30
Infeksi laring
faring
Dysphonia
Sumbatan Jalan
Napas Atas
(Sumbatan laring)
Abses leher dalam
Kelainan
kongenital laring
Trauma laring
Lesi jinak laring
HBH
SMH
ARI
FFZ
Ujian Tulis Essay
M. Daftar Pustaka:
1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders,
Saunders Company, 152-153., 2001
2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006
3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299-
387., 1194
4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx.
In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214.
5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands
SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery –
otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599-605.
51
6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea &
Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34
7. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Philadelphia,
JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500
8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of
Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59
9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology.
Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42
10. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8th Ed,
Chapter 31, pp. 724-92.
52
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801309 / MPK MD22801510 Jumlah SKS :
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS
Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Ketua Divisi Laring Faring THT-KL
MODUL RHINOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN RHINOLOGI 1
A. Pendahuluan
Modul Rinologi adalah materi pendidikan yang
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
bidang Rinologi THT-KL.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
bidang Rinologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang
diharapkan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
53
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh
kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi 0 derajat dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik
medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi
operasi serta alat-alat yang diperlukan.
D. Sasaran Pembelajaran
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan,
tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta
septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi 0 derajat dengan baik dan
benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara
komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi
operasi serta alat-alat yang diperlukan.
54
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan
Tahap Kewenangan Klinis
Inflamasi dan infeksi
hidung dan sinus
paranasal
Rinosinusitis akut
Rinosinusitis
kronik
Polip nasal
Snusitis dentogen
Infeksi jaringan
lunak (vestibulitis,
selulitis)
Penyakit autoimun
(bersama divisi
alergi imunologi)
Sinusitis Jamur
Abses Septum
Kelainan anatomi kelainan septum
atresia koana
Gangguan penghidu anosmia trauma
anosmia pasca
infeksi
Epistaksis epistaksis anterior
epistaksis
posterior
Benda Asing,
Lesi jinak hidungdan
sinus paranasal
(angiofibroma,
Papiloma inverted,
bekerjasama dengan
divisi onkologi THT)
angiofibroma
papiloma inverted
55
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Jenis Tindakan/ Keterampilan Tahapan
Pembekalan
Penegakan diagnosis dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik,
rinoskopi anterior dan posterior
3
Evaluasi menggunakan nasal endoskop
0 derajat
2,3
Pembacaan CT-Scan 2
Evaluasi menggunakan nasal endoskop
30,45, 70, 110 derajat
Pemeriksaan fungsi penghidu 2
Tatalaksana medikamentosa 2
Tatalaksana pembedahan : BSEF I
(Maksila)
0
Tatalaksana pembedahan BSEF II
(Maksila dan Etmoid)
0
Tatalaksana pembedahan BSEF III DCR 0
Tatalaksana pembedahan BSEF III
(Maksila, etmoid dan frontal atau
sfenoid)
0
Tatalaksana BSEF IV (Jabir
Osteoperiosteal)
0
Tatalaksana BSEF IV (kebocoran CSS) 0
Tatalaksana BSEF IV (operasi skull base) 0
Tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi tumor
dengan endoskop)
0
Tatalaksana pembedahan : Septoplasti 0
Tatalaksana pembedahan: Reduksi
Konka Inferior
0
Melakukan perawatan luka pasca
operasi BSEF
0
Tindakan polipektomi sederhana di
poliklinik
0
Tindakan sinuskopi diagnostik 2
56
Tindakan sinuskopi tindakan
Ekstraksi benda asing 2
Pemasangan tampon anterior 1
Pemasangan tampon posterior 2
Ligasi arteri sfenopalatina 0
Ekstraksi benda asing 2
D.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
D.4 Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan)
Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal
2. Kelainan anatomi
3. Gangguan penghidu
4. Epistaksis
5. Benda asing
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis, Polip,
Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek
klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
57
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Rinologi.
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada
awal minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS.
NBL adalah 75.
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan
tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien .
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%
58
H. Sumber Daya
Pelaksana modul :
5. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K)
6. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K)
7. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K)
8. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL
Lahan Praktek
4. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
5. Instalasi Bedah Pusat RSCM
6. Ruang rawat Gedung A RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi
Rinologi
Dr.Umar SD
Dr.Endang MK
DR.Dr.Retno SW
Dr.Febriani
Pengarahan
Senin
s/d
Jum’at
Minggu
I
08.00-15.30 Rinosinusitis idem Diskusi topik
Polip Kerja praktek
kelainan septum CBD/case based
discussion
gangguan penghidu Ujian tulis: Essay
benda asing
Epistaksis
pelatihan
pemeriksaan fungsi
penghidu
pelatihan
menggunakan nasal
endoskop 0 derajat
08.00-15.30 Rinosinusitis idem idem
59
Senin
s/d
Jum’at
Minggu
II
Polip
kelainan septum
gangguan penghidu
benda asing
epistaksis
pelatihan septoplasti
lilin dan atau kambing
pelatihan membaca
CT-scan
Senin
s/d
Jum’at
Minggu
III
08.00-15.30 Rinosinusitis idem Diskusi/Praktikum
Polip
kelainan septum
gangguan penghidu
benda asing
epistaksis
pelatihan sinuskopi,
ekstraksi benda asing
Senin
s/d
Jum’at
Minggu
IV
08.00-15.30 Rinosinusitis idem
Polip Ujian Tulis Essay
kelainan septum
gangguan penghidu
benda asing
epistaksis
60
Daftar Pustaka
1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders
Co.1989.
2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.
3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott
Williams & wilkins. 4th Ed. 2006.
4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –Febiger,
1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997.
5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8th
Ed.2003.
6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and
management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001.
7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique,
Philadelphia, BC Decker Inc 1991.
8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction
and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008.
9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.
61
Mata Kuliah : MPA MD22801411
Jumlah SKS : Modul Keahlian Komprehensif THT 1 (2 SKS)
Lama : 6 Bulan (Selama Periode Semester II)
Ketua Modul : Koordinator Penelitian THT-KL
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 1
A. Pendahuluan
Modul Keahlian Kompehensif THT 1 adalah materi
pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta
mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan
melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam
melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasus-
kasus THT sesuai dengan evidence based medicine.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun
dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence
based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan
tercapai setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-
prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang
berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety
dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan
Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
62
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester
II
C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Melakukan penulisan karya ilmiah.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar.
3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai
landasan pembuatan karya ilmiah.
4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.
C.2 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan
bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat
berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
etika penulisan karya ilmiah.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 1 meliputi :
a. Menyusun makalah
b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal.
c. Diskusi dengan pembimbing
d. Presentasi Ilmiah
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan
presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75.
2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan
presentasi ilmiah. NBL adalah 85.
63
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Form penilaian
Karya Ilmiah
-Makalah dan
Media
presentasi
-Presentasi dan
diskusi
50% pembimbing
30 % penguji
20% pembimbing
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K)
2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)
I. Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 1
Hari Waktu Materi Staf Pengajar Teknik
Senin-
Jumat
2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan
diskusi dengan pembimbing
Pembimbing Belajar
mandiri
diskusi
Selasa/
rabu/
jumat
Sesuai jadwal
yang telah
ditentukan
Presentasi karya ilmiah 1 Pembimbing
Moderator
Penguji
Presentasi
Senin-
Jumat
2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan
diskusi dengan pembimbing
Pembimbing Belajar
mandiri
diskusi
Selasa/
rabu/
jumat
Sesuai jadwal
yang telah
ditentukan
Presentasi karya ilmiah 2 Pembimbing
Moderator
Penguji
Presentasi
Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and
Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-
Approaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
64
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5th
edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti
Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,
65
MODUL KEGAWATDARURATAN THT I
A. Pendahuluan
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta
kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang
kegawatdaruratan THT-KL.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu
memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Laring Faring THT-KL
dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Laring Faring ilmu
kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai
setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika,
disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup
sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-
prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang
berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan
Sistem Manajemen Mutu
D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801309 / MPK MD22801510 Jumlah SKS :2 SKS Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Penanggung Jawab IGD THT
66
1. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu
penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM
2. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit
THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat,
dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester II
yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan
THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
67
2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
1. Benda asing di THT
2. Nyeri telinga akut
3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
4. Trauma telinga dan tulang temporal
5. Tuli mendadak
6. Epistaksis
7. Trauma wajah
8. Trauma jaringan lunak wajah
9. Trauma hidung
10. Abses leher
11. Sumbatan laring
12. Trauma trakea
13. Disfagia
14. Esofagitis korosif
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif :
1. Benda asing di THT
2. Nyeri telinga akut
3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
4. Trauma telinga dan tulang temporal
5. Tuli mendadak
6. Epistaksis
7. Trauma wajah
8. Trauma jaringan lunak wajah
9. Trauma hidung
10. Abses leher
11. Sumbatan laring
12. Trauma trakea
13. Disfagia
14. Esofagitis korosif
68
Lingkup Bahasan
pokok
bahasan
Kewenangan
klinis
Benda Asing di THT:
Benda asing di Esofagus
Benda asing di Laring
Benda asing di Trakea
Benda asing di Bronkus
Benda asing di Sinus Piriformis
Benda asing di Dasar Lidah
Benda asing di Faring/ Tonsil
Benda asing di Hidung
Benda asing di Liang Telinga
Anatomi,
Fisiologi Dan
Patofisiologi
3c
Diagnosis dan
Diagnosis
Banding
3c
Rencana
tatalaksana
tindakan dan
medikamentosa
pada kasus
benda asing di
THT
3c
Manajemen
pasien
Benda Asing di
THT
3c
3c indikasi,
kontraindikasi,
komplikasi,
persiapan,
langkah-
langkah
pengambilan
benda asing di THT
3c
Nyeri Telinga Akut
Otitis Media Supuratif Akut
(OMA)
Otitis Eksterna Sirkumskrip
(Furunkel)
Anatomi,
patofisiologi
Nyeri Telinga
Akut
3c
69
Otitis Eksterna Difus
Otitis Eksterna Maligna
3c
Diagnosis 3c
Tatalaksana
Komprehensif
3c
Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis:
Meningitis Otogenik
Trombosis Sinus Lateralis
Abses Ekstradural
Abses Subdural
Abses Otak Otogenik
Hidrosefalus Otikus
Anatomi,
fisiologi,
patofisiologi
Intrakranial
Otitis Media
Akut/ Otitis
Media
Supuratif
Kronis
3c
Diagnosis
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
Trauma Telinga dan Tulang Temporal;
Trauma Daun Telinga
Keluar Cairan/ Darah dari Liang
Telinga
Gangguan Pendengaran
Gangguan Keseimbangan
Paresis Fasial
Fraktur Tulang Temporal
Anatomi,
fisiologi,
patofisiologi
Telinga
3c
Diagnosis 3c
Rencana Tata
Laksana
3c
Tuli Mendadak
Iskemia Koklea
Infeksi Virus
Pasca Trauma Kepala
Trauma Bising Keras
Perubahan Tekanan Atmosfir
Anatomi dan
patofisiologi
Tuli Mendadak
3c
70
Obat Ototoksik
Penyakit Meniere
Neuroma Akustik Diagnosis dan
komplikasi
3c
Rencana
tatalaksana
3c
Epistaksis
Perdarahan Anterior
Perdarahan Posterior
Anatomi,
fisiologi dan
patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
Trauma Muka
Fraktur Tulang Hidung
Fraktur Maksila
Fraktur Zigoma
Fraktur Mandibula
Fraktur Orbita
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana
Tatalaksana komprehensif
3c
71
Trauma Jaringan Lunak Muka
Avulsi Total
Avulsi Sebagian
H. Laserasi
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Komplikasi
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
Trauma Hidung
Trauma Tertutup
Trauma Terbuka
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
3c
Diagnosis 3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
Abses Leher
Abses Peritonsil
Abses Retrofaring
Abses Parafaring
Abses Submandibula
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
72
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
Sumbatan Laring
Radang
Tumor
Kelainan Kongenital
Paresis Postikus Bilateral
Trauma
Benda Asing
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
Trauma Trakea
Trauma Tumpul
Trauma Tajam
Trauma Endogen
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
Disfagia
Kelainan Faring
Kelainan Esofagus
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
3c
Diagnosis dan
diagnosis banding
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
Esofagitis Korosif
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
73
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 2
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 0
Benda asing di trakea: Bronkoskopi 0
Benda asing di bronkus : Bronkoskopi 0
Benda asing di esofagus: Esofagoskopi 0
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 0
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
langsung 1
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 1
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 2
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 1
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 1
Pemasangan tampon telinga 1
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 1
Trauma telinga dan tulang temporal
Tuli mendadak
Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 2
Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 1
Pemasangan tampon posterior 2
Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 0
Trauma hidung
Reduksi tertutup 0
Aspirasi dan insisi hematoma septum 0
74
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 1
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 0
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 0
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 0
Terapi medikamentosa 0
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 1
Tindakan laringoskopi langsung 0
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 1
Trakeostomi primer 0
Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 0
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 1
Trakeostomi primer 0
Pemasangan NGT 1
Disfagia
Pemasangan NGT 1
Esofagitis korosif
Esofagoskopi
Pemasangan NGT 1
II.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung
jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim
dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap :
1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang
2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga.
75
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu
setelah jaga.
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan, Form penilaian 40%
Keterampilan Form penilaian 20%
Sikap dan perilaku Form penilaian 40%
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
1. Unit Gawat Darurat RSCM
2. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin-
Jumat
15.00-
07.00
Kasus
kegawatdaruratan
THT
DPJP jaga harian Form penilaian
Sabtu-
Minggu
08.00-
20.00
20.00-
08.00
Kasus
kegawatdaruratan
THT
DPJP jaga harian Form penilaian
Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung
tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
76
SEMESTER III
Modul Endoskopi Bronkoesofakologi 1
Modul Keterampilan Endoskopi Bronkoesofakologi 1
Modul Onkologi 1
Modul Keterampilan Onkologi 1
Modul Plastik Rekonstruksi 1
Modul Keterampilan Plastik Rekonstruksi 1
Modul Alergi Imunologi
Modul Keterampilan Alergi Imunologi
Modul Keahlian Komprehensif 2
Modul Pelatihan Kegawatan THT 2
77
MODUL ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 1 DAN
MODUL KETERAMPILAN ENDOSKOPI BRONKOE SOFAGOLOGI 1
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801313 / MPK MD22801514 Jumlah SKS :
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS
Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Ketua Divisi Endoskopi Bronkoesofagologi THT-KL
A. Pendahuluan
Modul EBE adalah materi pendidikan yang
memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang
ilmu penyakit THT agar peserta program semester III tahap
pembekalan mampu memecahkan masalah ilmu penyakit
THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang EBE yaitu
KELAINAN DI TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL, ESOFAGUS DAN
KESULITAN MENELAN OROFARING.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program
diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan
di bidang EBE THT-KL. Komponen kompetensi yang
diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme,
ETIK DAN MEDIKOLEGAL
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara
efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif
interprofesi dan multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan , EBM.
78
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan mampu untuk :
1. Menjelaskan adanya kelainan di tarktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring dengan tepat dan cepat
2. Menentukan sikap/tindakan terhadap kelainan di traktus trakeobronkial,
esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
3. Mengenal komplikasi kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
4. Melakukan penatalaksanaan yang tepat dalam mengatasi kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk :
1. Menjelaskan anatomi, topografi, histologi dan fisiologi traktus
tracheobronchial dan esofagus (K3,A3)
2. Menjelaskan kemungkinan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
3. Menjelaskan gejala dan tanda kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus
dan masalah kesulitan menelan orofaring
4. Merencanakan pemeriksaan radiologi dan penunjang lainnya pada kelainan
di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
5. Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi
/bronkoskopi untuk diagnostik dan terapiutik kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
6. Menjelaskan tanda-tanda klinik bila ada
7. Menjelaskan tanda-tanda klinik bila ada komplikasi akibat kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester III.
C. Sasaran Pembelajaran
(Audience, Behaviour, Condition, Degree)
1. Mampu mendiagnosis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
2. Mampu menjelaskan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial,
esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
79
3. Mampu menjelaskan gambaran klinis kelainan di traktus trakeobronkial,
esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
4. Mampu menjelaskan secara lengkap jenis jenis pemeriksaan penunjang
lainnya.pada kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah
kesulitan menelan orofaring
5. Mampu mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan
esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan terapiutik kelainan di
traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
menjelaskan dan memahami :
1. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan struktur penting dan fungsi traktus
trakeobronkial esofagus, orofaring serta konsep dasar dan terminologi
anatomi.
2. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan proses fisiologi, dan patogenesis
kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan
orofaring
3. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan pemberian modalitas farmakologi,
penggunaan radiologi.
4. Peserta PPDS THT mampu melakukan dan membuat laporan bronkoskopi
atau esofagoskopi dan pemeriksaan FEES
5. Peserta PPDS THT mampu menguraikan tindakan pembedahan yang
berhubungan dengan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring.
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan Klinis
Trakeobronkial, esofagus, orofaring
Anatomi trakeobronkial, esofagus dan orofaring
Persarafan - jaras traktus trakeobronkial, esofagus dan orofaring
Vaskularisasi
C3
Kelainan esofagus : Benda asing esofagus
Patofisiologi
Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
C3
80
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Esofagoskopi kaku dan fleksibel)
Tata laksana komprehensif
Komplikasi dan tatalaksananya.
Stenosis esofagus
Patofisiologi
Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, Esofagoskopi kaku dan fleksibel)
Tata laksana komprehensif
Komplikasi dan tatalaksananya.
C3
Esofagitis : Refluks Eosinofilik
Patofisiologi
Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, pH metri, Esofagoskopi kaku dan fleksibel, biopsy mukosa)
Tata laksana komprehensif
Komplikasi dan tatalaksananya
C3
Gangguan neuromuscular : spasme difus esofagus, Nutcracker Esofagus Akalasia, divertikulum
Patofisiologi dan jenis kelainan.
Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, pH metri, Manometri, Esofagoskopi kaku dan fleksibel, biopsy mukosa)
Tata laksana komprehensif
Komplikasi dan tatalaksananya
C3
Disfagia fase oral dan fase faring
Patofisiologi dan jenis kelainan.
C3
81
Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
Pemeriksaan penunjang (FEES, Videofluruoskopi, CT scan
Tata laksana komprehensif
Komplikasi dan tatalaksananya.
Benda asing traktus trakeobronkial
Patofisiologi
Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Bronkoskopi kaku dan fleksibel, Virtual bronkoskopi)
Tata laksana komprehensif
Komplikasi dan tatalaksananya
C3
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Tindakan Tingkat Kewenangan
Klinis
1 2 3 4 5
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
rhinolaringoskopi serat optic lentur
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
Trakeo - Bronkoskopi Kaku (Bonkoskopi
diagnostik)
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
Trakeo - Bronkoskopi Fleksibel
Persiapan dan interpretasi prosedur
Ekstraksi Benda Asing Trakeo-Bronkus
dengan Bronkoskopi kaku
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
Esofagoskopi kaku
82
Persiapan dan interpretasi prosedur
Ekstraksi Benda Asing Esofagus dengan
Esofagoskopi kaku
Persiapan dan interpretasi prosedur biopsi
tumor trakea-bronkus dengan
Bronkoskopi kaku
Persiapan dan interpretasi prosedur Biopsi
tumor esofagus dengan Esofagoskopi kaku
Persiapan pemeriksaan Trans Nasal
Esophagoscopy (Flexible
Esophagoscopy)
Persiapan dan interpretasi prosedur
Dilatasi Esofagus dengan Esofagoskopi
Rigid (Esophagoscopic Dilation Under
Direct Vision)
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
FEES (Flexible Endoscopic Esophageal of
the Swallowing)
D.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu
menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non
paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen
medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi
yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient
safety.
83
E. Lingkup Bahasan
E.1 Tingkat Kewenangan Klinis
F. Metode Dan Tahapan Pengajaran
Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi
a. Belajar mandiri
b. Kuliah interaktif
c. Kerja praktek
G. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai
berikut :
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul EBE.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal
minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai
batas lulus (NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan
memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
84
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%
J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr. dr Susyana Tamin, Sp THT-KL(K)
2. dr. Elvie Zulka, Sp THT-KL(K)
3. dr. Rahmanofa Yunizaf SpTHT
K. Lokasi Praktek
3. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
4. Ruang rawat Gedung A RSCM
L. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Endoskopi-bronkoesofagologi
Dr. Susyana Tamin Dr.Elvie Zulka Dr Rahmanofa Yunizaf
Pengarahan
Senin s/d Jum’at Minggu I
08.00-15.30 Traktus trakeobronkial dan esofagus
Benda asing traktus trakeobronkial dan esofagus
ujian pre tes
Idem D. Diskusi topik E. Kerja praktek F. CBD/case
based discussion
G. Ujian tulis: Essay
Senin s/d Jum’at Minggu II
08.00-15.30 Esofagitis
Stenosis esofagus
Pelatihan membaca Skor Temuan Refluks
Idem H. Diskusi topik I. Kerja praktek J. CBD/case
based discussion
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30 Kelainan neuromuscular esofagus
Disfagia fase oral dan fase faring
Idem K. Diskusi topik L. Kerja praktek
85
Minggu III M. CBD/case based discussion
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin
s/d
Jum’at
Minggu IV
08.00-15.30 Review modul
Idem N. Diskusi topik
O. Kerja praktek
P. CBD/case
based
discussion
Senin
s/d
Jum’at
Minggu V
08.00-15.30 Review modul Idem Q. Diskusi topik
R. Kerja praktek
S. CBD/case
based
discussion
Senin
s/d
Jum’at
Minggu VI
08.00-15.30 Review modul
Ujian Tulis
Idem T. Diskusi topik
U. Kerja praktek
V. CBD/case
based
discussion
W. Presentasi
Timjauan
Pustaka
X. Ujian Tulis
Essay
DAFTAR PUSTAKA
1. Griffith P.F, Joel D.C, Jean D : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2nd ed. 2002:577-615
2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. 1976;102 (4): 238-
40.
3. Ellen MF. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. In: Byron I, Bailey eds. Head
and Neck Surgery Otolaryngology, 2nd edition. Lippincot-Raven.1998
4. Byron J, Bailey, Karen H, Calhoun. In: Byron I, Bailey eds. Atlas of Head and Neck Surgery-
Otolaryngology.2nd edition. Lippincot, Philadelphia 2001: p834-5
5. Leder SB, Sasaki CT, Burrell MI. Fiberoptic endoscopic evaluation of dysphagia to identify silent
aspiration. Dysphagia 1998;13:19-21.
86
6. Tamin S, Ku PK, Cheung D. Assessment and management of dysphagia with fiberoptic endoscopic
examination of swallowing (FEES) and its future implementation in Indonesia. ORLI. 2004; 34(4): 26-33.
7. Kendall K. Head and Neck : Structures, functions, and evaluation in dysphagia. In : Leonard R, Kendall
K,editors. Dysphagia assessment and treatment planning. A team approach,1st ed. San Diego, London:
Singular Publishing Group Inc; 1997. p.7-18.
8. McCulloch TM, Van Daele DJ. Normal anatomy and physiology of the nose, the pharynx, and the larynx.
In: Langmore SE, editors. Endoscopic evaluation and treatment of swallowing Disorder, 1st ed. New York,
Stuttgart: Thieme; 2001. p. 7-36.
9. Eibling DE. Organs of swallowing. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive Management of
swallowing disorders,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999. p. 11-21.
10. Marks L, Rainbow D. Neuro antomy and anatomy of the normal swallowing process in adults. In: Marks
L, Rainbow D, editors. Working with dysphagia, 1st ed. United Kingdom: Speechmark Publishing Ltd;
2001.p. 2-6.
11. Aviv JE. The normal swallow. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive management of
swallowing disorders, 1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999.p. 23-9.
12. Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta. Hal 455.
13. Bailey BJ., Johnson JT. Esofageal Disorder, 755-70., 2006
14. Ballantyne J.C, Grove John, Edwards C.H., Downton David. In a Synopsis of otolaryngology.
15. Bristal John wright & sons red. Page 353 – 369
87
MODUL ONKOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN ONKOLOGI 1
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801315 / MPK MD22801516 Jumlah SKS :
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS
Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Ketua Divisi Onkologi THT-KL
A. Pendahuluan
Pada modul ini dipelajari mengenai anatomi, surgical
landmark, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan
tumor dibidang onkologi THT.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program
diharapkan mampu memahami penyakit-penyakit tumor
dibidang Onkologi THT, diagnosis dan penatalaksanaannya.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
88
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi dan surgical landmark tumor dibidang
Onkologi THT dengan lengkap
2. Residen THT mampu menjelaskan patofisiologi tumor dibidang Onkologi THT
3. Residen THT mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang (radiologi,
histopatologi, serologi) tumor dibidang Onkologi THT
4. Residen THT mampu menegakkan diagnosis tumor dibidang Onkologi THT
5. Residen THT mampu merencanakan tatalaksana komprehensif tumor dibidang
Onkologi THT
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Sesuai dengan modul Kolegium THT-KL diharapkan setelah menyelesaikan
pembelajaran peserta program mampu menjelaskan penegakkan diagnosis dan
tatalaksana tumor dibidang Onkologi THT, yang meliputi:
- Karsinoma nasofaring
- Tumor sinonasal
- Angiofibroma
- Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring
- Tumor kelenjar liur
- Tumor tiroid
- Tumor ganas kulit di kepala leher
- Unknown primary tumor
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan Klinis
Karsinoma Nasofaring Anatomi C3
Patofisiologi C3
Diagnosis
histopatologi
klasifikasi WHO /WF
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
C3
89
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
C3
Informed consent
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
C3
Teknik
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
C3
Teknik biopsi local
dengan endoskopi rigid
(bekerja sama dengan
divisi rinologi)
Teknik biopsi local
dengan endoskopi
fleksibel.
C3
Tumor Sinonasal Anatomi C3
Patofisiologi C3
Diagnosis
histopatologi
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
C3
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
C3
Informed consent
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
C3
90
Teknik
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
C3
Teknik biopsi local
dengan endoskopi rigid
(bekerja sama dengan
divisi rinologi)
Teknik biopsi local
dengan endoskopi
fleksibel.
C3
Angiofibroma
Anatomi C3
Patofisiologi C3
- Diagnosis histopatologi
- Interpretasi
imunohistokimia
- CT/MRI scan
C3
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
C3
Informed consent
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
C3
Teknik
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
C3
Tumor rongga mulut,
oropharynx,
hipofaring
Anatomi C3
Patofisiologi C3
Diagnosis
histopatologi
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
C3
91
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
C3
Informed consent
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
C3
Teknik
rinofaringolaringoskopi
Interpretasi hasil
pemeriksaan
C3
Teknik biopsi lokal
C3
Tumor kelenjar liur
Anatomi
C3
Patofisiologi C3
Diagnosis
histopatologi
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
C3
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
C3
Informed consent
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
C3
Teknik biopsi lokal
C3
Tumor tiroid
Anatomi
C3
Patofisiologi C3
92
Diagnosis
histopatologi
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
C3
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
C3
Informed consent
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
C3
FNAB
C3
Tumor ganas kulit di
kepala leher
Anatomi
C3
Patofisiologi C3
Diagnosis
histopatologi
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
C3
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
C3
Informed consent
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
C3
Teknik biopsi lokal
C3
Unknown primary
tumor
Anatomi
C3
93
Patofisiologi C3
Diagnosis
histopatologi
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
C3
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
C3
Informed consent
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
C3
Teknik
rinofaringolaringoskopi
Interpretasi hasil
pemeriksaan
C3
Teknik biopsi local
FNAB
C3
94
D2. Keterampilan
Setelah melewati modul ini peserta didik diharapkan mampu:
Keterampilan Tahap Pembekalan
Semester 3
Menegakan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik THT, pemeriksaan penunjang
3
Teknik rinofaringolaringoskopi 3
Interpretasi hasil pemeriksaan 3
Teknik biopsi local dengan endoskopi rigid 3
Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel 3
D3.Sikap dan prilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul karsinoma nasofaring meliputi tahap orientasi,
latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai karsinoma
nasofaring
a. belajar mandiri
b. diskusi topic
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan menjelaskan diagnosis dan tatalaksana karsinoma
nasofaring.
a. kerja poliklinik
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%.
95
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku
peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
alergi imunologi.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
H. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%
96
I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. dr. Zanil Musa, Sp THT-KL(K)
2. dr. Marlinda Adham, Sp THT-KL(K), PhD
3. dr. Ika Dewi Mayangsari, Sp THT-KL
J. Lahan Praktek
Lokasi praktek peserta program PPDS adalah Poliklinik departemen ilmu kesehatan
THT-KL RSCM
K. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin
(Minggu I)
07.30-08.30 Cara kerja di Divisi
Dr. Zanil
Dr.Marlinda
Dr. Mayang
Pengarahan
Senin
s/d
Jum’at
(Minggu I)
08.30-15.30 Karsinoma nasofaring
Tumor sinonasal
Angiofibroma
Tumor rongga mulut,
oropharynx, hipofaring
Tumor kelenjar liur
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
leher
Unknown primary tumor
Pemeriksaan RFL
Biopsi
idem Y. Diskusi topik
Z. Kerja
praktek
AA. CBD
BB. DOPS
CC. Ujian tulis:
Essay (pre
test)
Senin
s/d
Jum’at
(Minggu II)
08.00-15.30 Karsinoma nasofaring
Tumor sinonasal
Angiofibroma
Tumor rongga mulut,
oropharynx, hipofaring
Tumor kelenjar liur
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
leher
Unknown primary tumor
Pemeriksaan RFL
Biopsi
idem DD. Diskusi topik
EE. Kerja
praktek
FF. CBD
GG. DOPS
97
Senin
s/d
Jum’at
(Minggu III)
08.00-15.30 Karsinoma nasofaring
Tumor sinonasal
Angiofibroma
Tumor rongga mulut,
oropharynx, hipofaring
Tumor kelenjar liur
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
leher
Unknown primary tumor
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Idem HH. Diskusi topik
II. Kerja
praktek
JJ. CBD
KK. DOPS
Senin
s/d
Jum’at
(Minggu IV)
08.00-15.30 Karsinoma nasofaring
Tumor sinonasal
Angiofibroma
Tumor rongga mulut,
oropharynx, hipofaring
Tumor kelenjar liur
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
leher
Unknown primary tumor
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Idem LL. Diskusi topik
MM. Kerja
praktek
NN. CBD
OO. DOPS
PP. Literature
review
Senin
s/d
Jum’at
(Minggu V)
08.00-15.30 Karsinoma nasofaring
Tumor sinonasal
Angiofibroma
Tumor rongga mulut,
oropharynx, hipofaring
Tumor kelenjar liur
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
leher
Unknown primary tumor
Pemeriksaan RFL
Biopsi
Idem QQ. Diskusi topik
RR. Kerja
praktek
SS. CBD
TT. DOPS
UU. Ujian tulis:
Essay (post
test)
Senin
s/d
Jum’at
(Minggu VI)
08.00-15.30 Karsinoma nasofaring
Tumor sinonasal
Angiofibroma
Tumor rongga mulut,
oropharynx, hipofaring
idem VV. Diskusi topik
WW. Kerja
praktek
XX. CBD
YY. DOPS
98
Tumor kelenjar liur
Tumor tiroid
Tumor ganas kulit di kepala
leher
Unknown primary tumor
Pemeriksaan RFL
Biopsi
ZZ. Ujian tulis:
Essay
Daftar Pustaka:
1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI;2009.
3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and
Immunology. An Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams &
Wilkins;2002.
4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New
York:Thieme;1998.
5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5):
147-334
6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update
(in collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen).
J Allergy 2008 Apr ; 63 (86):8-160
7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology,
5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
99
MODUL PLASTIK REKOSNTRUKSI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN PLASTIK REKONTRUKSI 1
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801317 / MPK MD22801518 Jumlah SKS :
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS
Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Ketua Divisi Plastik Rekonstruksi THT-KL
A. Pendahuluan
Modul Plastik Rekonstruksi Iadalah materi
pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian
dalam bidang plastik rekonstruksi THT-KL yang berkaitan
dengan ilmu penyakit THT agar peserta program semester
III tahap pembekalan mampu memecahkan masalah ilmu
penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang
plastik rekonstruksi.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program
diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan
berkaitan dengan bidang plastic rekonstruksi THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme,
dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara
efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif
dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi
efektif interprofesi dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan
menjaga prinsip-prinsip patient safety dan
pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan
Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk
belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit
THT-KL. Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi
biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan
Dan Keterampilan Klinik.
100
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II.
C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Menjelaskan dan menerapkan berbagai dasar bedah plastik rekonstruksi THT-
KL dalam penanganan pasien
i. Menjelaskan fisiologi dan patofisiologi penyembuhan luka serta dapat
melakukan perawatan luka yang benar.
ii. Merencanakan dan menjelaskan metode dan jenis tandur dan jabir.
iii. Menjelaskan dan Melakukan analisis wajahdengan cara foto
dokumentasi pre dan post operasi plastik rekonstruksi
2. Menjelaskan patofisiologi kelainan fungsi dan fisik pada maksilofasial termasuk
hidung dan daun telinga.
3. Menjelaskan patofisiologi, etiologi, Menegakkan diagnosis dan merencanakan
tatalaksana serta edukasi tentang kelainan kongenital THT-KL (Celah bibir dan
palatum, deformitas hidung celah bibir, deformitas maksilofasial, mikrotia,
atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel preaurikuler).
Lingkup
Bahasan
Uraian Pokok Bahasan Tahap
Kewenangan
Klinis
Plastik
Rekonstruksi
THT-KL
Plastik
rekonstruksi
Proses penyembuhan
luka
C3
Perawatan luka C3
Tandur alih. C3
Jabir C3
analisis dan
dokumentasi wajah pre
dan post operasi plastik
rekonstruksi
C3
Kelainan
Hidung
Hidung anatomi dan fisiologi
hidung.
C3
rekonstruksi pada
kelainan hidung luar
dan dalam (septoplasti,
C3
101
rinoplasti dan
septorinoplasti),
Trauma dan
fraktur
patofisiologi kelainan
fungsi dan fisik akibat
trauma
C3
gejala dan tanda
fraktur hidung
C3
diagnosis dan diagnosis
banding trauma hidung
C3
tindakan dan
pengelolaan trauma
dan fraktur hidung
pada keadaan akut dan
lanjut
C3
tindakan operasi
reposisi tertutup
C3
indikasi, kontraindikasi,
dan komplikasi
berbagai tindakan
pengelolaan trauma
hidung
C3
komplikasi trauma
hidung
C3
C3
C3
Kelainan
kongenital
kelainan kongenital
hidung
C3
kelainan fisik dan
patofisiologi hidung
C3
tindakan dan
pengelolaan untuk
kelainan kongenital
hidung
C3
C3
Defek Hidung kelainan defek hidung C3
kelainan fisik dan
patofisiologi hidung
C3
tindakan dan
pengelolaan untuk
kelainan defek hidung
C3
C3
102
C3
Maksilofasial Facial Plasty anatomi, histologi dan
fisiologi wajah
termasuk daun telinga
pada anak dan dewasa
C3
kelainan fisik dan
patofisiologi wajah
C3
tata laksana
penanganan kelainan
wajah non patologi dan
patologi
C3
Defek
maksilofasial
kelainan defek
maksilofasial
C3
kelainan fisik dan
patofisiologi
maksilofasial
C3
tindakan dan
pengelolaan untuk
kelainan defek
maksilofasial
C3
Kongenital
telinga
kelainan kongenital
telinga
C3
kelainan fisik dan
patofisiologi telinga
C3
Tata laksana untuk
kelainan kongenital
telinga (mikrotia,
atresia liang telinga,
deformitas telinga, dan
fistel preaurikuler)
C3
Trauma
maksilofasial
anatomi, histologi dan
fisiologi maksilofacial
pada anak dan dewasa.
C3
patogenesis serta
patofisiologi trauma
maksilofasial
C3
komplikasi berbagai
fraktur maksilofasial,
fraktur sinus, fraktur
Lefort I, II dan III,
C3
103
fraktur zigoma, serta
mandibula.
indikasi, kontra
indikasi, komplikasi
(maloklusi, diplopia)
dan berbagai
pendekatan operasi
terhadap fraktur
maksilofasial
C3
Tata laksana fraktur
maksilofasial: fraktur
sinus frontal, fraktur
maksila, fraktur zigoma
dan mandibula
C3
Labiopalatoski
sis
Labioskisis embriologi, anatomi
dan fisiologi rongga
mulut dan bibir
C3
kelainan anatomi dan
fisiologi rongga mulut
dan bibir
C3
faktor resiko dan
patofiologi terjadinya
berbagai jenis
labioskisis
C3
Tata laksana
komprehensif
labioskisis.
C3
Palatoskisis embriologi, anatomi
dan fisiologi palatum
dan jaringan sekitar
C3
kelainan anatomi dan
fisiologi palatum dan
jaringan sekitar
C3
faktor resiko dan
patofisiologi terjadinya
berbagai jenis
palatoskisis
C3
Tata laksana
komprehensif
palatoskisis.
C3
104
C.2 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
D. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Ada 3 tahapan pembelajaran: yaitu tahap orientasi, latihan, portfolio, dan umpan
balik. Metode pembelajaran dapat diberikan dalam bentuk : bedah buku, diskusi topik,
belajar mandiri, dan latihan pada pasien. Tiap-tiap topik bahasan akan berada dalam
tahapan yang berbeda dan akan diberikan dengan metode yang berbeda seperti yang
tercantum dalam matriks kegiatan.
E. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
lebih dari 75%.
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan,
bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS
dalam masa rotasi.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk
menilai tercapainya seluruh kompetensi yang
diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I.
F. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal
minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai
batas lulus (NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan
memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
105
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
Waktu Pelaksanaan
1. Ujian pretest dilakukan dalam minggu pertama rotasi
2. Ujian Cased Based Discussion dan post test dilakukan pada selama stase
Ujian Sumatif dilakukan pada minggu ke V (lima)
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%
H. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. DR dr Trimartani SpTHT-KL(K)
2. DR dr Dini Widiarni SpTHT-KL(K) M.Epid
3.DR dr Mirta Hediyati SpTHT-KL(K)
I. Lokasi Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
J. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah :
Hari /
Tanggal
Waktu Materi Tutor Teknik
Senin 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Plastik
Rekonstruksi
Dr. dr. Dini W.W SpTHT-
KL (K)
Pengarahan
106
Senin s/d
Jum’at
Minggu I
08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi
Latihan menggunakan
alat diagnostik
Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
DR.dr.Trimartani SpTHT-
KL(K)
Dr. dr. Mirta H.R SpTHT-
KL(K)
Diskusi/
Praktikum
Senin s/d
Jum’at
Minggu II
08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi
Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Diskusi/
Praktikum
Senin s/d
Jum’at
Minggu III
08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi
Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Diskusi/
Praktikum
Senin s/d
Jum’at
Minggu IV
08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi
Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Diskusi/
Praktikum
Senin s/d
Jum’at
Minggu V
08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi
Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Diskusi/
Praktikum
107
Senin s/d
Jum’at
Minggu VI
08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi
Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Ujian Tulis
Diskusi/
Praktikum
Ujian
Tulis Essay
Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat
Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-Approaches-
Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5th edition
Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery
6th edition Lippincott William &wilkins, 2007.
108
MODUL ALERGI IMUNOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN ALERGI IMUNOLOGI 1
Mata Kuliah : MKK-1 MD22801319 / MPK MD22801520 Jumlah SKS :
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS
Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama : 4 Minggu
Ketua Modul : Ketua Divisi Alergi Imunologi THT-KL
A. Pendahuluan
Modul alergi imunologi adalah materi pendidikan
yang memberikan pelatihan keprofesian dengan
menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah
khususnya dalam bidang alergi imunologi THT-KL.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan
dalam bidang alergi imunologi THT-KL (united airway
disease) dan mencapai kompetensi yang diharapkan di
bidang alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
109
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan fisiologi sistem imun alami dan adaptif dengan
lengkap
2. Residen THT mampu menjelaskan Mengetahui, dan memahami 4 tipe reaksi
hipersensitifitas
3. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan komplemen
4. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi rinitis
alergi, rinitis non alergi, dan komorbid
5. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan diagnosis rinitis
alergi, rinitis non alergi, dan komorbid
6. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tatalaksana
komperhensif kasus rinitis alergi, rinitis non alergi dan komorbid
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang alergi imunologi THT, meliputi:
1. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan
tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan komplikasi rinitis
alergi
2. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan
tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan komplikasi rinitis non
alergi
3. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan
tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana komorbid rinitis alergi.
Lingkup
Bahasan
Pokok Bahasan Tahap
Kewenangan
Klinis
Imunologi
Dasar
Imunitas alami (innate
immunity)
Imunitas adaptif
C3
Rinitis Alergi Patofisiologi rinitis alergi C3
110
Diagnosis rinitis alergi
(klasifikasi WHO ARIA 2008)
C3
Tatalaksana rinitis alergi
(edukasi, kontrol
lingkungan, farmakoterapi,
dan merencanakan
imunoterapi/tindakan
bedah)
C3
Rinitis Non
Alergi
Rinitis vasomotor
Rinitis okupasi
Rinitis hormonal
Rinitis geriatri
Rinitis idiopatik
NARES
Penyakit Sistemik
Penyebab Rinitis
Nonalergi
Drug Induced Rhinitis
Rinitis atrofi
C3
C3
C3
Penyakit THT
yang
berhubungan
dengan alergi
(komorbid)
Rinosinusitis/polip hidung
OME
Hipertrofi adenoid
United Airway Diseases
C3
C3
C3
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap Pembekalan
Semester 3
Melakukan konseling, persiapan
dan prosedur skin prick test
4
Melakukan konseling, persiapan
dan prosedur nasoendoskopi
4
Melakukan konseling, persiapan
dan prosedur PNIF
4
111
Melakukan konseling, persiapan
dan prosedur tes fungsi
penghidu
3
Menegakan diagnosis rinitis
alergi, rinitis non alergi, penyakit
THT yang berhubungan dengan
alergi (komorbid)
4
Memberikan farmakoterapi kasus
rinitis alergi, rinitis non alergi,
penyakit THT yang berhubungan
dengan alergi (komorbid)
4
Melakukan edukasi kasus rinitis
alergi, rinitis non alergi, penyakit
THT yang berhubungan dengan
alergi (komorbid) pada pasien
dan keluarga
4
Merencanakan imunoterapi 4
Merencanakan tindakan bedah 4
D.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
D.4 Bahasan
Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
1. Imunologi dasar
2. Rinitis alergi
3. Rinitis non alergi
4. Penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid)
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi
tahap orientasi, latihan, dan umpan balik.
112
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai imunologi dasar,
rinitis alergi, rinitis non alergi, penyakit THT yang berhubungan dengan alergi
(komorbid).
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku
peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
alergi imunologi.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
113
H. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
Bentuk Evaluasi Bobot
Keterampilan DOPS 100%
I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. dr Nina Irawati, Sp THT-KL(K)
2. dr Niken L. Poerbonegoro, Sp THT-KL(K)
J. Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
K. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Alergi Imunologi THT-KL adalah :
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi
Alergi Imunologi
Dr. Nina
Dr.Niken
Pengarahan
Senin
s/d
Jum’at
Minggu I
08.00-15.30 imunologi dasar
rinitis alergi
rinitis non alergi
penyakit THT yang
berhubungan dengan
alergi (komorbid)
ujian pre tes
Idem 1. Diskusi topik
2. Kerja praktek
3. CBD/case based
discussion
4. Ujian tulis:
CBD/Case Based
Discussion
Senin
s/d
Jum’at
Minggu II
08.00-15.30 rinitis alergi
rinitis non alergi
penyakit THT yang
berhubungan dengan
alergi (komorbid)
Pelatihan melakukan tes
kulit
Idem 1. Diskusi topik
2. Kerja praktek
3. CBD/case based
discussion
114
Senin
s/d
Jum’at
Minggu III
08.00-15.30 rinitis alergi
rinitis non alergi
penyakit THT yang
berhubungan dengan
alergi (komorbid)
Pelatihan melakukan tes
nasal peak flowmetri.
Idem 1. Diskusi topik
2. Kerja praktek
3. CBD/case based
discussion
Senin
s/d
Jum’at
Minggu IV
08.00-15.30 rinitis alergi
rinitis non alergi
penyakit THT yang
berhubungan dengan
alergi (komorbid)
Melakukan tes kulit dan
tes nasal peak flowmetri
Idem 1. Diskusi topik
2. Kerja praktek
3. CBD/case based
discussion.
Senin
s/d
Jum’at
Minggu V
08.00-15.30 rinitis alergi
rinitis non alergi
penyakit THT yang
berhubungan dengan
alergi (komorbid)
Melakukan nasal peak
flowmetri dan tes kulit
Presentasi journal
reading
Idem 1. Diskusi topik
2. Kerja praktek
3. CBD/case based
discussion
Senin
s/d
Jum’at
Minggu VI
08.00-15.30 rinitis alergi
rinitis non alergi
penyakit THT yang
berhubungan dengan
alergi (komorbid)
Melakukan tes kulit dan
nasal flowmetri
Ujian Tulis
idem 1. Diskusi topik
2. Kerja praktek
3. CBD/case based
discussion
4. Presentasi
Timjauan
Pustaka
5. Ujian Tulis:
CBD/Case Based
Discussion
Lampiran:
Penilaian PSP, DOPS,minicex
115
115
Daftar Pustaka:
1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2009.
3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and Immunology. An
Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2002.
4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New
York:Thieme;1998.
5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5): 147-334
6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in
collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). J Allergy
2008 Apr ; 63 (86):8-160
7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5th ed,
Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
116
116
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 2
Mata Kuliah : MPA MD22801421
Jumlah SKS : Modul Keahlian Komprehensif THT 2 (2 SKS)
Lama : 6 Bulan (Selama Periode Semester II)
Ketua Modul : Koordinator Penelitian THT-KL
A. Pendahuluan
Modul Keahlian Kompehensif THT 2 adalah materi
pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta
mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan
melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam
melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasus-
kasus THT sesuai dengan evidence based medicine.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun
dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence
based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan
tercapai setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
117
117
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester
III
C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Melakukan penulisan karya ilmiah.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar.
3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan
sebagai landasan pembuatan karya ilmiah.
4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.
C.2 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan
bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat
berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
etika penulisan karya ilmiah.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 2 meliputi :
a. Menyusun makalah
b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal.
c. Diskusi dengan pembimbing
d. Presentasi Ilmiah
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan
presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75.
2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan
pembimbing dan presentasi ilmiah. NBL adalah 85.
118
118
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Form penilaian
Karya Ilmiah
-Makalah dan Media
presentasi
-Presentasi dan
diskusi
50% pembimbing
30 % penguji
20% pembimbing
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K)
2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)
I. Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 2
Hari Waktu Materi Staf Pengajar Teknik
Senin-
Jumat
2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan
diskusi dengan pembimbing
Pembimbing Belajar
mandiri
diskusi
Selasa/
rabu/
jumat
Sesuai jadwal
yang telah
ditentukan
Presentasi karya ilmiah 3 Pembimbing
Moderator
Penguji
Presentasi
Senin-
Jumat
2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan
diskusi dengan pembimbing
Pembimbing Belajar
mandiri
diskusi
Selasa/
rabu/
jumat
Sesuai jadwal
yang telah
ditentukan
Presentasi karya ilmiah 4 Pembimbing
Moderator
Penguji
Presentasi
Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and
Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-
Approaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
119
119
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5th
edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti
Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,
120
120
MODUL KEGAWATDARURATAN 2
Mata Kuliah : MPK MD22801522
Jumlah SKS : Modul Keahlian Komprehensif THT 2 (2 SKS)
Lama : 6 Bulan (Selama Periode Semester III)
Ketua Modul : Koordinator Penelitian THT-KL
A. Pendahuluan
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi
pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan
menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah
khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang
Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang
diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-
KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa
tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional.
Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan
pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif
interprofesi dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan
berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area
kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen
dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL.
Area kompetensi: EBM
5. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
121
121
3. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu
penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM
4. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit
THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat,
dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester III
yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan
THT, meliputi:
1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-
kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
3. Benda asing di THT
4. Nyeri telinga akut
5. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
6. Trauma telinga dan tulang temporal
7. Tuli mendadak
122
122
8. Epistaksis
9. Trauma wajah
10. Trauma jaringan lunak wajah
11. Trauma hidung
12. Abses leher
13. Sumbatan laring
14. Trauma trakea
15. Disfagia
16. Esofagitis korosif
Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif :
a. Benda asing di THT
b. Nyeri telinga akut
c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
d. Trauma telinga dan tulang temporal
e. Tuli mendadak
f. Epistaksis
g. Trauma wajah
h. Trauma jaringan lunak wajah
i. Trauma hidung
j. Abses leher
k. Sumbatan laring
l. Trauma trakea
m. Disfagia
n. Esofagitis korosif
Lingkup Bahasan
pokok bahasan
Kewenangan
klinis
Benda Asing di THT:
Benda asing di Esofagus
Benda asing di Laring
Benda asing di Trakea
Benda asing di Bronkus
Benda asing di Sinus
Piriformis
Benda asing di Dasar Lidah
Benda asing di Faring/ Tonsil
Benda asing di Hidung
Benda asing di Liang Telinga
Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi
3c
123
123
Diagnosis dan Diagnosis Banding
3c
Rencana tatalaksana tindakan dan
medikamentosa pada kasus benda asing di THT
3c
Manajemen pasien
Benda Asing di THT
3c
3c
indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan,
langkah-langkah pengambilan benda asing di
THT
3c
Nyeri Telinga Akut
Otitis Media Supuratif Akut
(OMA)
Otitis Eksterna Sirkumskrip
(Furunkel)
Otitis Eksterna Difus
Otitis Eksterna Maligna
Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut
3c
3c
Diagnosis 3c
Tatalaksana Komprehensif 3c
Komplikasi Intrakranial Otitis
Media Akut/ Otitis Media
Supuratif Kronis:
Meningitis Otogenik
Trombosis Sinus Lateralis
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial
Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif
Kronis
3c
124
124
Abses Ekstradural
Abses Subdural
Abses Otak Otogenik
Hidrosefalus Otikus
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Trauma Telinga dan Tulang
Temporal;
Trauma Daun Telinga
Keluar Cairan/ Darah dari
Liang Telinga
Gangguan Pendengaran
Gangguan Keseimbangan
Paresis Fasial
Fraktur Tulang Temporal
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga
3c
Diagnosis 3c
Rencana Tata Laksana
3c
Tuli Mendadak
Iskemia Koklea
Infeksi Virus
Pasca Trauma Kepala
Trauma Bising Keras
Perubahan Tekanan Atmosfir
Obat Ototoksik
Penyakit Meniere
Neuroma Akustik
Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak
3c
Diagnosis dan komplikasi
3c
Rencana tatalaksana
3c
125
125
Epistaksis
Perdarahan Anterior
Perdarahan Posterior
Anatomi, fisiologi dan patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Trauma Muka
Fraktur Tulang Hidung
Fraktur Maksila
Fraktur Zigoma
Fraktur Mandibula
Fraktur Orbita
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Trauma Jaringan Lunak Muka
Avulsi Total
Avulsi Sebagian
H. Laserasi
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Komplikasi
3c
126
126
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Trauma Hidung
Trauma Tertutup
Trauma Terbuka
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis 3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Abses Leher
Abses Peritonsil
Abses Retrofaring
Abses Parafaring
Abses Submandibula
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Sumbatan Laring
Radang
Tumor
Kelainan Kongenital
Paresis Postikus Bilateral
Trauma
Benda Asing
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Trauma Trakea
Trauma Tumpul
Trauma Tajam
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
127
127
Trauma Endogen
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif 3c
Disfagia
Kelainan Faring
Kelainan Esofagus
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis dan diagnosis banding
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
Esofagitis Korosif
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 3
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 0
Benda asing di trakea: persiapan bronkoskopi 1
Benda asing di bronkus : persiapan bronkoskopi 1
Benda asing di esofagus: persiapan esofagoskopi 1
128
128
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 0
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
langsung 1
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 1
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 2
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 1
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 1
Pemasangan tampon telinga 1
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 1
Trauma telinga dan tulang temporal
Tuli mendadak
Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 2
Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 1
Pemasangan tampon posterior 2
Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 1
Trauma hidung
Reduksi tertutup 0
Aspirasi dan insisi hematoma septum 0
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 1
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 0
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 0
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 0
Terapi medikamentosa 0
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 1
Tindakan laringoskopi langsung 0
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 1
Trakeostomi primer 0
Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 0
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 1
Trakeostomi primer 0
Pemasangan NGT 1
Disfagia
Pemasangan NGT 1
129
129
Esofagitis korosif
Persiapan esofagoskopi 1
Pemasangan NGT 1
II.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung
jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim
dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap :
1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang
2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga.
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu
setelah jaga.
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan, Form penilaian 40%
Keterampilan Form penilaian 20%
Sikap dan perilaku Form penilaian 40%
130
130
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
1. Unit Gawat Darurat RSCM
17. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin-
Jumat
15.00-
07.00
Kasus
kegawatdaruratan
THT
DPJP jaga harian Form penilaian
Sabtu-
Minggu
08.00-
20.00
20.00-
08.00
Kasus
kegawatdaruratan
THT
DPJP jaga harian Form penilaian
Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung
tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
131