294
BAB I HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PENDAHULUAN Istilah belajar sebenamya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Namun apa sebenamya belajar itu, rasanya masing-masing orang mempunyai tangkapan yang tidak sama. Sejak manusia ada, sebenamya ia telah melaksanan aktivitas belajar. Oleh sebab itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa aktivitas itu telah ada sejak adanya manusia. Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar ? Jawabannya adalah karena belajar itu salah satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenamya di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan “ritual-ritual” belajar. 1

Buku Belajar Dan Pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku Belajar Dan Pembelajaran

BAB I

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

Istilah belajar sebenamya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada

era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Namun apa

sebenamya belajar itu, rasanya masing-masing orang mempunyai tangkapan

yang tidak sama.

Sejak manusia ada, sebenamya ia telah melaksanan aktivitas belajar.

Oleh sebab itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa aktivitas itu telah

ada sejak adanya manusia.

Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar ? Jawabannya adalah

karena belajar itu salah satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang

mengatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar. Oleh karena manusia

adalah makhluk belajar, maka sebenamya di dalam dirinya terdapat potensi

untuk diajar.

Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari

kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak

melaksanakan “ritual-ritual” belajar.

Apa sebenamya belajar itu, banyak ahli yang memberikan batasan.

Belajar mempunyai sejumlah ciri yang tak dapat dibedakan dengan kegiatan-

kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang

meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang

penting / vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan

kegiatan mengajar hanya bermaksan bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh

karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya

tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan

menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.

1

Page 2: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1. PENGERTIAN BELAJAR

1.1. Pengertian belajar yang dipergunakan sehari – hari

Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah

mengurupulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari

seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Dalam

belajar, pengetahuan tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya

menjadi banyak. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai

orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya

diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak

berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.

Belajar dalam pengertian mengurupulkan sejumlah pengetahuan

demikian, tampaknya masih diikuti juga sampai sekarang. Orang baru dikatakan

belajar manakala sedang membaca bacaan, membaca sejumlah tugas mata kuliah

atau mata pelajaran, membaca buku pelajaran. Seorang murid yang sedang

mengerjakan tugas-tugas matematika biasa disebut sedang belajar. Orang yang

sedang menimba pengetahuan pada bangku sekolah lazim juga dikenal sebagai

pelajar. Bahkan orang yang banyak menguasai ilmu pengetahuan lazim dikenal

dengan kaum terpelajar. Singkat perkataan, belajar dalam pengertian umum atua

populer adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk menguasai sejumlah

pengetahuan.

Pengetahuan belajar demikian, secara konseptual tampakanya sudah

mulai ditinggalkan orang, meskipun secara praktikal masih banyak yang

menganut. Ini karena berkembang pesatnya teknologi informasi seperti sekarang

ini. Guru tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya sumber informasi yang dapat

memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar.

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya

tentang “belajar”. Sering kai pula perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama

lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja,

guna melengkapi dna memperluas pandangan kita tentang mengajar.

2

Page 3: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui

pengalaman. (leaming is defined as the modifkation or strengthening of

behavior through experincing).

Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,

akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar,

yang mengatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah

latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.

Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsisan lain tentang belajar,

yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka jelas, tujuan belajar itu

prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha

pencapaiannya. Pengeritan ini menitik beratkan pada interaksi antara individu

dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman

belajar. William Burton mengemukakan bahwa : A good leaming situation

consist of a rkh and baried series of leaming experiences unified around a

vigorous purpose, and carried on in interaction with a rkh, varried and

provocative environment.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :

a. Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh

masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari belajar.

b. Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri.

c. Di dalam mencapai tujuan itu, siswa senantiasa akan menemui kesulitan,

rintangan-rintangan dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan.

d. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat.

3

Page 4: Buku Belajar Dan Pembelajaran

e. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenamya. Belajar apa

yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.

f. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belar dipersatukan dan dihubungkan

dengan tujuan dalam situasi belajar.

g. Siswa memberikan reaksi secara keseluruhan.

h. Siswa mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.

i. Siswa diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam

lingkungan itu.

j. Siswa diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan maupun yang

tidak berkaitan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.

Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar

tertentu. Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka

berbarengan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Justru

dapat dikatakan, bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka

psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang secara pesat. Di dalam masa

perkembangan psikologi pendidikan di jaman mutakhir ini muncullah secara

beruntun aliran psikologi pendidikan masing-masing yaitu :

- Psikologi behavioristik

- Psikologi kognitif

- Psikologi humanistik

Ketiga aliran psikologi pendidikan di atas tumbuh dan berkembang

secara beruntun, dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode

perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar.

Bertolak dari kenyataan itu, maka berbagai teori belajar yang ada dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok teori belajar, masing-masing yaitu :

- Teori-teori belajar dari psikologi behavioristik.

- Teori-teori belajar dari psikologi kognitif

- Teori-teori belajar dari psikologi humanistik.

4

Page 5: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar

sbagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap

sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain itu, ahli-ahli psikologi mempunyai

pandangan yang berada mengenai apa belajar itu.

Dalam pandangan psikologis, setidak-tidaknya ada empat pandangan

mengenai belajar.

Pertama, pandangan yang berasal dari aliran psikologi behavioristik.

Menurut pandangan ini, belajar dilaksanakan dengan kontrol instrumental dari

lingkungan. Guru mengkondisikan sedemikian sehingga pembelajar atau siswa

mau belajar. Mengajar dengan demikian dilaksanakan dengan kondisioning,

pembiasaan, peniruan. Hadian dan hukuman sering ditawarkan dalam mengajar

dan belajar demikian. Kedaulatan guru dalam belajar demikian relatif tinggi,

sementara kedaulatan siswa sebalikya, relatif rendah.

Kedua, pandangan yang berasal dari psikologi humanistik. Pandangan

humanistik ini merupakan anti tesa pandangan behavioristik. Dalam pandangan

demikian, belajar dapat dilakukan sendiri oleh siswa. Dalam belajar demikian

siswa senantiasa menemukan sendiri mengenai sesuatu tanpa banyak campur

tangan dari guru. Peranan guru dalam mengajar dan belajar demikian relatif

rendah, sementara kedaulatan guru relatif rendah.

Ketiga, pandangan yang berasal dari psikologi kognitif. Pandangan ini

merupakan konvergensi dari pandangan behavioristik dan humanistik. Menurut

pandangan demikian belajar merupakan perpaduan dari usaha pribadi dengan

kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Oleh karena itu, metode

belajar yang cocok dalam pandangan ini adalah eksperimentasi.

Berdasarkan diagram sebagaimana pada diagram 1.1. diketahui, bahwa

dalam pandangan psikologi behavioristik, tanggung jawab siswa dalam belajar

rendah, sedangkan tanggung jawab guru dalam mengajar tinggi. Sebaliknya,

dalam pandangan psikologi humanisti, tanggung jawab guru rendah sedangkan

tanggung jawab siswa tinggi. Sementara itu, dalam pandangan psikologi

kognitif, tanggung jawab guru dan siswa sama-sama sedang.

5

Page 6: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Selain ketiga pandangan tersebut, ada pandangan keempat dari psikologi

gestalt. Menurut pandangan psikologi gestalt, belajar adalah usaha yang bersifat

totalitas dari individu, oleh karena totalitas lebih bermakna dibandingkan dengan

sebagian-sebagian.

1.2. Pengertian belajar menurut psikologi behavioristik

Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya

aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori

mental state. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan

pada segi kesadaran saja.

Berkat pandangan dalam psikologi dan naturalisme science maka

timbullah aliran baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tak dapat diterangkan

melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa itu adalah respons-respons

psikologis. Aliran lama memandang badan adalah sekunder, padahal sebenamya

justru menjadi titik pangkal bertolak. Natural science melihat semua realita

sebagai gerakan-gerakan (movemant), dan pandangan ini mempengaruji

timbulnya behaviorisme. Metode instrospeksi sesungguhnya tidak tepat, sebab

menimbulkan pandangan yang berbeda-beda terhadap objek luar. Karena itu

harus dkarai metode yang objektif dan ilmiah. Dari eksperimen menunjukkan

bahwa tikus dapat membedakan antara wama hijau dan wama merah dan dapat

pula dilatih. Jadi kesadaran itu tiada gunanya.

Dalam behaviorisme, masalah matter (zat) menempati kedudukan yang

utama. Dengan tingkah laku segala sesuatu tentang jiwa dapat diterangkan.

Behaviorisme dapat menjelaskan segala kelakuan manusia secara seksama dan

menyediakan perogram pendidikan yang efektif.

Dari uraian tersebut, ternyata konsepsi behaviorisme besar pengaruhnya

terhadap masalah belajar. Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan

pembentukan hubungan antara stimulus dan respons.

6

Page 7: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Dengan memberikan rangsangan (stimulus), maka anak akan mereaksi

dengan respons. Hubungan situmulus - respons ini akan menimbulkan

kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar, jadi pada dasamya kelakuan anak

adalah terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-stimulus tertentu.

Dengan latihan-latihan pembentukan maka hubungan-hubungan itu akan

semakin menjadi kuat. Inilah yang disebut S-R Bond Theory.

Beberapa teori belajar dari psikologi behavioristik dikemukakakn oleh

para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “ Contemporary

Behaviorists” atau jg disebut “S-R Psychologists”. Mereka berpendapat bahwa

tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan

(reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, dalam tingkah laku belajar

terdapat jalinan yang erat antara reaksi-rekasi behavioral dengan stimulasinya.

Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah

laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada

masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku adalah

merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan

jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah

laku tersebut.

Teori-teori yang mengawali perkembangan psikologi behavioristik

Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar menurut psikologi

behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan.

Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor-faktor kondisional yang

diberikan oleh lingkungan. Oleh karena itu, teori ini juga dikenal dengan teori

conditioning. Tokoh-tokoh psikologi behavioristik mengenai belajar ini antara

lain adalah : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.

Psikologi aliran behavioristik mulai mengalami perkembangan dengan

lahimya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thondike, Pavlov,

Wabon, dan Ghuyhrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian

yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar.

7

Page 8: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Pada mulanya pendidikan dan pengajaran di Amerika serikat di dominasi

oleh pengaruh Thondike (1874-1949). Teori belajar Thondike disebut

“connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-

koneksi antara stimulus dan respons. Teori ini sering disebut “trial dan error

leaming” individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses “trial and

error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Thondike

mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku

berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.

Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan

membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi

itu. Dalam hal itu, objek mencoba berbagai cara beraksi sehingga menemukan

keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu rekasi dengan stimulasinya. Ciri-

ciri belajar dengan “trial and error” yaitu :

1. Ada motif pendorong aktivitas

2. Ada berbagai respon terhadap situasi

3. Ada eliminasi respon-respon yang gagal / salah ; dan

4. Ada kemajuan rekasi-reaksi mencapai tujuan. Dari penelitiannya itu

Thondike menemukan hukum – hukum :

(1) “law of readiness”, jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan

untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan

(2) “law of exercise”, makin banyak dipraktekkan atau digunakannya

hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu

disertai dengan “reward”.

(3) “law of effect” , bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon

dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka

hubungan itu menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi “state of

affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.

Sementara Thondike mengadakan penelitiannya, di Rusia Ivan Pavlov

(1849-1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “classkal

8

Page 9: Buku Belajar Dan Pembelajaran

conditioning” atau “stimulus substitution”. Mula-mula teori conditioning ini

dikembangnkan oleh Pavlov (1972).

Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing.

Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi

bersyarat pada anjing.

Ia melakukan percobaan terhadap anjing. Anjing tersebut diberi makanan

dan diberi lampu. Pada saat diberi makanan dan lampu keluarkan respon anjing

tersebut berupa keluamya air liur.

Demikian juga jika dalam pemberikan makanan tersebut disertai dengan

bel, air liur tersebut juga keluar.

Pada saat bel atau lampu diberikan mendahului makanan, anjing tersebut

juga mengeluarkan air liur. Makanan yang diberikan tersebut oleh Pavlov

disebutu sebagai perangsangan yang bersyarat, sementara bel atau lampu yang

menyertai disebut sebagai perangsang bersyarat.

Terhadap perangsang tak bersyarat yang disertai dengan perangsang

bersyarat tersebut, anjing memberikan respons berupa keluamya air liur.

Selanjutnya, ketika perangsang bersyarat (bel, lampu) diberikan tanpa

perangsang tak bersyarat anjing tersebut tetap memberikan respon dalam bentuk

keluamya air liur. Oleh karena perangsang bersyarat (sebagai pengganti

perangsang tak bersyarat : makanan) ini ternyata dapat menimbulakn respons,

maka dapat berfungsi sebagai conditioned. Karena itu, teori Pavlov ini dikenal

teori classkal conditioning. Menurut Pavlov pengkondisian yang dilakukan pada

anjing demikian ini, dapat juga berlaku pada manusia.

Teori kondisioning Pavlov tersebut dapat dimodelkan sebagai berikut :

Bel / lampu + makan air liur (berulang-ulang)

Bel / lampu air liur

Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson (1970)

adalah orang pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori belajar

berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa belajar

merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respons-respons bersyarat

9

Page 10: Buku Belajar Dan Pembelajaran

melalui stimulus pengganti. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan

beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah.

Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus-respon

baru melalui “conditioning”.

Salah satu percobaannya adalah terhadap anak umur 11 bulan dengan

seekor tikus putih. Rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan proses

ekstinksi, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa di barengi stimulus tak

bersyarat.

E.R. Guthrie memperluas penemuan Watson tentang belajar. Ia

mengemukakan prinsip belajar yang disebut “the law of association” yang

berbunyi : suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan,

cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu

muncul kembali. Dengan kata lain, jika anda mengerjakan sesuatu dalam situasi

tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama anda akan mengerjakan hal

serupa lagi. Menurut gutrie, belajar memerlukan reward dan kedekatan antara

stimulus dan respon. Gutrie berpendapat, bahwa hukuman itu tidak baik dan

tidak pula buruk. Efektif tidaknya hukuman tergantung pada apakah hukuman

itu menyebabkan murid belajr ataukah tidak ?

Teori belajar kondisioning ini kemudian dikembangkan oleh Gutrie

(1935-1942). Gutrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah :

tingkah laku jelek dapat diubah menjadi baik. Teori Gutrie berdasarkan atas

model penggantian stimulus saut ke stimulus yang lain. Responsi atas suatu

situasi cenderung di ulang manakala individu menghadapi situasi yang sama.

Inilah yang disebut dengan asosiasi.

Menurut Gutrie, setiap situasi belajar merupakan gabungan berbagai

stimulus (dapat intemal dan dapat ekstemal) dan respon. Dalam situasi tertentu,

banyak stimulus yang berasosiasi dengan banyak respon. Asosiasi tersebut,

dapat benar dan dapat juga salah.

10

Page 11: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Ada tiga metode pengubahan tingkah laku menurut teori ini, yaitu :

a. Metode respon bertentangan. Misalnya saja, jika anak jijik terhadap sesuatu,

sebutlah misalkan saja boneka, maka permainan anak yang disukai tersebut

diletakkan di dekat boneka. Dengan meletakkan permainan di dekat boneka,

dan ternyata boneka tersebut sebenamya tidak menjijikkan, lambat laun anak

tersebut tidak jijik lagi kepada boneka. Peletakan permainan yang paling

disukai tersebut dapat dilakukan secara berulang-ulang.

b. Metode membosankan. Misalnya saja anak kecil suka mengisap rokok. Ia

disuruh merokok terus sampai bosan ; dan setelah bosan, ia akan berhenti

merokok dengan sendirinya.

c. Metode mengubah lingkungan. Jika anak bosan belajar, maka lingkungan

belajarnya dapat diubah-ubah sehingga ada suasana lain dan memungkinkan

ia betah belajar.

Selanjutnya, Skinner mengembangkan teori kondisioning dengan

menggunakan tikus sebagai kelinci percobaan. Dari hasil percobaannya Skinner

membedakan respon menjadi dua, ialah respon yang timbul dari stimulus

tertentu dan operant (instrumental) respons yang timbul dan berkembang karena

diikuti oleh perangsang tertentu. Oleh karena itu, teori Skinner ini dikenal

dengan operant conditioning.

Seperti halnya Thondike, Skinner menganggap “reward” atau

“reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner

berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah

laku. Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni :

(1). Responsents : respon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya Pavlov

(2). Operants : respon yang terjadi karena situasi random

Perbedaan penting antara Pavlov’s classkal conditioning dan Skinner’s

operant conditioning ialah dalam classkal conditioning, akibat-akibat suatu

tingkah laku itu. Reinforcement tikdak diperlakukan karena stimulusnya

menimbulkan respon yang diinginkan.

11

Page 12: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Operant conditioning, suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat

lebih kuat akibat reinforcement langsung.

Dalam percobaannya terhadap tikus-tikus dalam sangkar, digunakan

suatu “diskriminative stimulus” (tanda untuk memperkuat respons) misalnya

tombol, lampu, pemindah makanan. Disamping itu, digunakan pula suatu

“reinforcemen stimulus, berupa makanan”.

Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon

terhadap stimulus. Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap

stimulus guru tak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan

behavior. Guru berperan penting di dlaam kelas untuk mengontrol dan

mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

Jenis-jenis stimulus :

(1) Jenis-jenis stimulus

(2) Positive reinforcement : Penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas

suatu respon

(3) Negative rinforcement : Pembatasan stimulus yang tidak menyenangkan,

yang jika dihentikan akan mengakibatkan probabilitas respon

(4) Hukuman : pemberian stimulus yang tidak menyenangkan misalnya :

“Contradktion or reprimand”. Bentuk hukuman lain berupa penangguhan

stimulus yang menyenangkan (removing adalah pelasant or reinforcing

stimulus).

(5) Primary rinforcement : stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis

(6) Modifikasi tingkah laku guru : Perlakuan guru terhadap murid-murid

berdasarkan minat dan kesenangan mereka.

Jadwal reinforcement menguraikan tentang kapan dan bagaimana suatu

respon diperbuat ? Ada empat cara penjadwalan reinforcement :

1. “Fixed-ratio schedule”; yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran,

yang mana pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respon

setelah terjadi jumlah tertentu dari respon.

12

Page 13: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2. “Variable ratio schedule”; yang didasarkan penyajian bahan pelajaran

dengan penguat setelah rata-rata respon

3. “Fixed interval schedule”; yang didasarkan atas satuan waktu tetapi diantara

“reinforcement”

4. “variable interval schedule”; pemberian renforcement menurut respon betul

yang pertama setelah terjadi kesalahan-kesalahan respon.

Paling tidak tidak, ada enam konsep operant conditioning ini yaitu :

a. Penguatan positif dan negatif

b. Shopping, ialah proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati

tingkah laku yang diharapkan.

c. Pendekatan suksesif, ialah proses pembentukan tingkah laku yang

menggunakan penguatan pada saat tepat hingga respon pun sesuai dengan

yang diisyaratkan.

d. Extention, ialah proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari

ditiadakannya penguatan.

e. Chaining of respons, ialah respon dan stimulus yang berangkaian satu sama

lain

f. Jadwal penguatan ialah variasi pemberian peguatan : rasio tetap dan

bervariasi, interval tetap dan bervariasi.

g. Menurut

Menurut thondike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial

and error).mencoba-coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu

bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba-coba ini

seseorang mungkin akan menemukan respoons yang tepat berkaitan dengan

persoalan yang dihadapinya.

Karakteristik belajar trial dan error adalah sebagai berikut :

a. Adanya motivatie pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan

sesuatu

13

Page 14: Buku Belajar Dan Pembelajaran

b. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respons dalam rangka

memenuhi motive-motivenya.

c. Respons-respons yang dirasakan tidak bersesuaian dengan motivenya

dihilangkan

d. Akhirnya seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepat.

Beberapa hukum belajr yang ditemukan oleh Thoendike adalah sebagai

berikut :

a. Hukum kesiapan (law of readiness). Jika seseorang siap melakukan sesuatu,

dan ia melakukannya, maka ia puas. Sebaliknya, jika ia siap melakukan

sesuatu, tetapi tidak melakukannya, maka ia tidakpuas. Implikasi dari hukum

ini adalah, bahwa motivasi sangat penting dalam belajar. Sebab pemuas yang

antara lain berupa terpemenuhinya motif-motif seseorang, menjadikan

seseorang belajar berulang-ulang.

b. Hukum latihan (low of exercise). Jika seseorang mengulang-ulang respons

terhadap suatu stimulus, maka akan memperkuat hubungan antara respon dan

stimulus. Sebaliknya jika respons tersebut tidak digunakan, hubungannya

dengan stimulus semakin lemah. Tetapi lemah dan kuatnya hubungan antara

respons dan stimulus tersebut tergantung kepada memuaskan tidaknya

respons yang diberikan. Implikasi hukum ini adalah baha belajar dimulai

dari tingkatan yang mudah berangsur-angsur menuju yang sukat. Berangkat

dari yang sederhana berangsur-angsur menuju ke yang kompelks.

c. 0hukum akibat (law of effect). Manakala hubungan antara respon dengan

stimulus menimbulkan kepuasan, maka tingkatan penguatannya kian besar.

Sebaliknya jika hubungan antara respon dengan stimulus menimbulkan

ketidak puasan, maka tingkatan penguatannya kian lemah. Dengan perkataan

lain, hukum akibat ini punya keyakinan bahwa orang punya kecenderungan

mengulang respon yang memuaskan dengan menghindari respon yang tidak

memuaskan. Hukum ini membawa implikasi kebenaran bagi diadakannya

eksperimentasi dalam belajar.

14

Page 15: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Selain mengemukakan tiga hukum belajar, Tondike mengemukakan

prinsip-prinsip belajar, yaitu :

a. Pada saat seseorang berhadapan dengan sebuah situasi yang bagi dia

termasuk baru, berbagai ragam respon ia lakukan. Respon tersebut ada

kalanya berbeda-beda sampai yang bersangkutan memperoleh respon yang

benar.

b. apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, kepercayaan,

sikap dan hal-hal lain yang telah ada pada dirinya, turut menentukan

tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

c. Pada diri seseorang sebenamya terdapat potensi untuk mengadakan seleksi

terhadap unsur-unsur penting dari yang kurang atau penting hingga akhirnya

dapat menentukan respon yang tepat.

d. Orang cenderung memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama.

e. Orang cenderung mengadakan assosiative shiffing, ialah menghubungkan

respon yang ia kuasai dengan situasi tertentu tatkala menyadari bahwa

respon yang ia kuasai dengan situasi tersebut mempunyai hubungan.

f. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya relatif mudah untuk

dipelajari (concept belongingness).

1.3. Pengertian Belajar Menurut Psikologi Kognitif

Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-

penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajr sebagai proses hubungan

stimulus-respon-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkahlaku

seseorang tidak hanya dikontrol oleh Reward dan reinforcement. Mereka ini

adalah para ahli jiwa aliran kognitif. Menurut pendapat mereka, tingkah laku

seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau

memikirkan seseorang terlibat langsung dalam situsi itu dan memperoleh insight

untuk pemecahan masalah. Jadi kaun kognitif berpandangan, bahwa tingkahlaku

seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang

ada dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian-bagiannya.

15

Page 16: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus di dalam

lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.

Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk

mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut,

dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari

pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan.

Mempraktekkan, mengabaikan dan respon-respon yang lainnya guna mencapai

tujuan. Para psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dipunyai

sebelumnya, sangat menentukan terhadap perolehan belajar :yang berhasil

dipelajari yang berhasil diingat dan yang mudah dilupakan.

Salah satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah teori

pemerosesan informasi. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagaoi proses

pengolahaninformasi dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan oleh otak

manusia sendiri dimulai dengan pengatan (penginderaan) atas informasi yang

berada dalam lingkungan manusia, penyimpanan (baik untuk jangka waktu

pendek maupun panjang), penyimpanan / pengkodean / penyadian terhadap

informasi-informasi yang tersimpan, dan setelah membentuk pengertian,

kemudian dikeluarkan kembalii oleh pembelajar.

Menurut teori ini suatu informasi yang berasal dari lingkungan

pembelajar, pada awalnya diterima oleh reseptor. Reseptor-sreseptor tersebut

memberikan simbol-simbol informasi yang ia terima, dan kemudian diteruskan

ke registor penginderaan yang terdapat pada saraf pusat. Dengan demikian,

informasi-informasi yang diterima oleh registor penginderaan telah mengalami

transformasi.

Informasi yang masuk ke dalam syaraf pusat tersdebut kemudian

disimpan dalam waktu pendek. Informasi-informasi yang disimpan dalam waktu

sebentar ini, sebagian diantaranya diteruskan ke memori jangka pendek,

sedangkan selebihnya hilang dari sistem. Proses pereduksian seperti ini dikenal

juga dengan persepsi selektif. Sementara memori jangka pendek lazim juga

16

Page 17: Buku Belajar Dan Pembelajaran

dikenal dengan memori kerja dan kesadaran. Kapasitas memori jangka pendek

ini amat terbatas, waktunya juga pendek.

Informasi dalam memori jangka pendek dapat ditranspormasi dalam

bentuk kode-kode dan selanjutnya, diteruskan ke memori jangka panjang. Saat

transpormasi, informasi-informasi baru terintegrasi dengan informasi-informasi

lama yang sudah tersimpan dalam memori jangka panjang bertahan lama, dan

disiapkan untuk dipergunakan di kemudian hari.

Pengeluaran kembali atas informasi-informasi yang terseimpan dalam

memori jangka panjang adalah dengan pemanggilan. Dalam pikiran yang sadar,

informasi mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka pendek, dan

kemudian kegenerator respon. Sementara untuk respon otomatis, informasi

mengalir langsung dari memori jangka panjang kegenerator respon selama

pemanggilan.menurut psikologi belajr kognitif, reinforcemen sangat penting

juga dalam belajar, meskipun alasan yang dikemukakan berbeda dengan

psikologi behavioristik. Sebab, manakala menurut psikolog behavioristik

reinforcemen berfungsi sebagai pemerkuat respon atau tingkah laku, maka

menurut psikolog kognitif, berfungsi sebagai sumber umpan balik, megurangi

keragu-raguan hingga mengarah kepada pengertian.

Teori kognitif berpijak pada tiga hal yaitu :

(1) Perantara sentral (central intermediaries)

(2) Proses-proses pusat otak (central brain), misalnya ingatan atau ekpektasi

merupakan integrator tingkah laku yang bertujuan. Pendapat ini berdasarkan

pada inferensi tingkah laku yang tampak (diamati)

(3) Pertanyaan tentang apa yang dipelajari ? Jawabannya adalah struktur

kognitif, bahwa yang dipelajari adalah fakta, kita mengetahui dimana

adanya, yang mengetahui altemate routes illustratis cognitive structure .

variabel tingkah laku non habitual adalah struktur kognitif sebagai bagian

dari apa yang dipelajari.

17

Page 18: Buku Belajar Dan Pembelajaran

(4) Pemahaman dalam pemecahan masalah. Pemecahan suatu masalah ialah

dengan cara menyajikan pengalaman lampau dalam bentuk struktur

perseptual yang mendasari terjadinya insight (pemahaman) di mana adanya

pemgetian mengenai hubungan-hubungan yang essensial. Perferensi yang

digunakan adalah the contemporary structuring of the problem.

Prinsip-prinsip belajar teori kognitif :

(1) Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang dipertunjukkan kepada

siswa adalah kondisi belajar yang penting. Suatu masalah belajar yang

trstruktur dan disajikan upaya gambaran-gambaran yang esensial terbuka

terhadap inspeksi dari siswa.

(2) Organisasi pengetahuan harus merupakan sesuatu mendasar bagi guru atau

perencana pendidikan. Susunanya dari yang sederhana ke yang kompleks,

dalam arti dari keseluruhan yang sederhana ke keseluruhan yang lebih

kompleks. Masalah bagian keseluruhan adalah masalah organisasi dan tidak

bertalian dengan teori pola kompleksitas. Sesuai dengan pandangan

mengenai pertumbuhan kognitif, maka organisasi pengetahuan tergantung

pada tingkat perkembangan siswa.

(3) Belajar dengan pemahaman (understanding) adalah lebih permanen

(menetap) dan lebih memungkinkan untuk ditransferkan, dibandingkan

dengan rte leaming atau belajar dengan formula. Berbeda dengan teori

stimulus respon, teori yang menitikberatkan pada pentingnya kebermaknaan

dalam belajar dan mengingat (retention).

(4) Umpan balik kognitif mempertunjukkan pengetahuan yang benar dan tepat

dan mengoreksi kesalahan belajr. Siswa menerima atau menolak sesuatu

berdasarkan konsekuensi dari apa yang telah diperbuatnya. Dalam hal ini

kognitif setara dengan penguatan (reinforcement) pada S-R theory, tetapi

teori kognitif cenderung menempatkan titik beratnya pada pengujian

hipotesis melalui umpan balik.

18

Page 19: Buku Belajar Dan Pembelajaran

(5) Penetapan tujuan (goal setting) penting sebagai motivasi belajar.

Keberhasilan dan kegagalan menjadi hal yang menentukan cara menetapkan

tujuan untuk waktu yang akan datang.

(6) Berfikir defergen menuju ke ditemukannya pemecahan masalah atau

terciptanya produk yang berilai dan menyenagkan. Berbeda dengan berfikir

konvergen yang menuju ke mendapatkan jawaban-jawaban yang benar

secara logika. Berfikir defergen menuntut dukungan (umpan balik) bagi

upaya tentatif seseoranbg yang orisinil agar supaya dia dapat mengamati

dirinya sebagai kreatif potensial.

Teori Belajar Cognitive-Field dari Lewin

Bertolak dari penemuan Gestalt Psychology, Kurt Lewin (1892-1947)

mengembangkan suatu teori belajar cognitive field dengan menaruh perhatian

kepadakepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing-mading

individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis.

Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut life space. Life

space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya :

orang-orang yang ia jumpai, objek materiil yang ia hadapi, serta fungsi-fungsi

kejiwaan yang ia miliki. Lewin berpendapat, bahwa tingkah laku merupakan

hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan, baik dalam diri individu seperti tujuan,

kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun dari luar diri individu seperti sebagai

akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu

adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu

sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi intemal individu. Lewin

memberikan peranan yang lehih penting pada motivasi dari reward.

Teori Belajar Cognitive Development dari Piaget

Dalam teorinya Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai

aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.

19

Page 20: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Piaget adalah seorang psikolog developmental karena penelitiannya

mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang

mempengaruhi kemampuan belajr individu. Dia adalah salah seorang psikolog

suatu teori komperhensif tentang perkembangan intelegensi atau proses berfikir.

Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-

kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual

adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Apabila ahli biologi menekankan

penjelasan tentang pertumbuhan struktur memungkinkan individu mengalami

penyesuaian diri dengan lingkungna, maka Piaget tekanan penyelidikannya lain.

Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian / adaptasi manusia

serta meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa

struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan

lingkungan.

Piage memakai istilah scheme secara interchageably, Piaget memakai

istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah

pola tingkah laku yang dapat diulangulang. Scheme berhubungan dengan :

- Refleks-refleks pembawaan, misalnya bemafas, makan, minum

- Scheme mental, misalnya scheme of classifkation, scheme of operation (pola

tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap), scheme of operation

(pola tingkah laku yang dapat diamati).

Menurut Piaget, intelegensiitu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu :

a. Struktur, disebut juga scheme seperti yang dikemukakan di atas.

b. Isi disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu

menghadapi sesuatu masalah.

c. Fungsi, disebut juga fungcion, yang berhubungan dengan cara seseorang

mencapai kemajuan intelektual, fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam

fungsi invarian, yaitu organisasi dan adaptasi.

- Organisasi, berupa kecakapan seseorang / organisme dalam menyusun

proses-proses fisik dan psikis dalam bentu sistem-sistem yang koheren.

20

Page 21: Buku Belajar Dan Pembelajaran

- Adaptasi, yaitu adaptasi individu terhadap lingkungannya. Adaptasiini terdiri

dari dua macam proses komplementer yaitu asimilasi dan akomodasi.

+ Asimilasi : Proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk

menghadapi masalah dalam lingkungannya.

+ Akomodasi : Proses perubahanrespon individu terhadap stimuli

lingkungannya.

Dengan penjelasan seperti di atas dapatlah kita ketahui tentang

bagaimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan individu.

Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari

adanya equlibrium-equilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya

equilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual

yang lebih tinggi. Pengaplikasian di dlaam belajar, perkembangan kognitif

bergantung kepada komodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang

belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tak dapat belajar dari apa yang

telah diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantngkan diri pada asimilasi. Dengan

adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha untuk dapat

mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudahpertumbuhan

kognitif.

Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak

mengandung tiga aspek, yaitu structure, content, dan function. Anak yang

sedang mengalami perkembangan. Struktur dan kontent intelektualnya berubah /

berkembang. Fungsi dan adaptasi akan mtersusun sehingga berubah /

berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu

rangkaian perkembangan, masing-masing mempunyai struktur psikologis khusus

yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan inteligensi

adalah sejumlah struktur piskologis yang ada pada tingkat perkembangan

khusus.

21

Page 22: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Tahap-tahap Perkembangan

Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap

perkembangan anak, yaitu :

1. Kematangan

2. pengalaman fisik / lingkungan

3. transmisi sosial

4. equilibrium atau self regulation

Selanjutnya ia membagi tingkat-tingkat perkembangan

1. Tingkat sensori motoris 0.0 – 2.0 Tiap

2. tingkat preoperasinal 2.0 – 7.0 anak

3. tingkat operasi konkret 7.0 – 11.0 ber-

4. tingkat operasi formal 11.0 - beda

Penjelasan :

1. Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan

untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-

kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia

hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya.

2. tingkat preoperasional

anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-

hal yang dapat ia jumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja. Baru pada

menjelang akhir tahun ke-2 anak telah mulai mengenal simbol / nama.

Dalam hubungan ini Philips (1969) membagi atas :

1. concreteness

2. interversibility

3. centering, (ini tampak adanya egocentisme)

4. state vs transformation, dan

5. transductive reasoning

1. tingkat operasi konkret

anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat

menghadapi hal-hal yang abstrak. Kecakapan kognitif anak :

22

Page 23: Buku Belajar Dan Pembelajaran

(1) Combinativy classifkation

(2) Reversibility

(3) Associativity

(4) Identity

(5) Serializing

Anak mulai kurang egocentrisme-nya dan lebih sociocentris (anak mulai

membentuk peer group)

2. Tingkat operasi formal

Anak telah mempunyai pemikiran abstrak pada bentuk-bentuk kompleks.

Flavell (1963) memberikan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pada pemikiran anak remaja adalah hypothetko-deductive.

Ia telah dapat membuat hipotesis-hipotesis dari suatu problema dan

membuat keputusan terhadap problema itu secara tepat, tetapi anak kecil

belum dapat menyimpulkan apakah hipotesisnya ditolak atau diterima.

b. Periode propositional thinking

Remaja telah dapat meberikan statemen atu proposisi berdasarkan pada

data yang konkret. Tetapi kaang-kadang ia berhadapan dengan proporsi

yang bertentangan dengan fakta.

c. Periode combinatorial thinking

Bila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan problem ia telah

dapat memisahkan faktor-faktor yang menyangkut dirinya dan

mengkombinasi faktor-faktor itu.

Jerome bruner dengan Discovely Leaming-nya

Yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang

menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajr di kelas.

Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery

leeaming, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan

suatu bentuk akhir. Prosedor ini berbeda dengan reception leaming atau

expositoryteaching, dimana guru menerangkan informasi dan murid harus

mempelajari semua bahan / informasi itu.

23

Page 24: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Banyak pendapat yang mendunkung discovery leaming itu, diantaranya

J. Dewey (1933) dengan complete art of reflective activity aau dikenal dengan

problem solving. Ide Bruner itu ditulis dalam bukunya Process of Education. Di

dalam buku itu ia melaporkkan hasil dari suatu konferensi diantara suatu para

ahli science. Ahli sekolah / pengajaran dan pendidik tentang pengajaran science.

Dalam hal ini /ia mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat

diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat

perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat

diberikan melalui cara-cara yang bermakna, dan makin meningkat ke arah yang

abstrak.

Bruner mendapat pertanyaan, bagaimana kita dapat mengembangkan

program pengajaran yang lebih efektif bagi anak yang muda ? Jawaban Bruner

ialah dengan mengkoordinasikan metode penyajian bahan itu, yang sesuai

dengan tingkat kemajuan anak. Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkatt

kamajuan anak (anactive) ke representasi konret (konek) dan akhirnya ke tingkat

representasi yang abstrak (symbolk). Demikian juga dalam penyesuaian

kurikulum. Pemyataan lain dan process of education ialah tentang bagaimana

mata pelajaran itu harus diajarkan. Kurikulum dari suatu mata pelajaran harus

ditentukan oleh pengertian yang sangat fundamental bahwa hal itu dapat dicapai

berdasarkan prinsip-prinsip yang memberikan struktur bagi mata pelajaran itu.

Maka di dalam mengajar harus dapat diberikan kepada murid struktur dari mata

pelajaran itu, murid harus mempelajari prinsip-prinsip itu sehingga terbentuklah

suatu disiplin. Sekali murid mengetahui prinsip itu ia problem di dalam disiplin

itu. Bruner menyebutkan hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada

muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau

ahli matematika.Biarkanlah murid-murid kita menemukan arti bagi diri mereka

endiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam

bahasa yang dimengerti mereka.

24

Page 25: Buku Belajar Dan Pembelajaran

the act of discovery dari Bruner:

1. Adanya suatu kenaikan berkala di dalam potensi intelektual.

2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada intrinsik.

3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai

metode discovery leaming.

4. Murid lebilh senang mengingat-ingat informasi .

1.4. Pengertian Belajar Menurut Psikologi Humanistik

Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-

orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam

perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan

konseler. Gerakan ini erkembang, dan kemudian dikenal sebagai psikologi

humanistik, eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini

berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver),

bukan dari pengamat (observer).

Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960

sampai 1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi

selama dua dekade yang terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada

arah ini (John Jarolimak ek, Cliffor D Foste, 1976, halaman 330)

Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah

bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud

pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka

sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistik penyusunan dan penyajian

materi pelajaran barus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.

Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan

dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka

sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan

potensi-potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek, 1977, p. 148).

Psikologi humanistik berkeyakinan bahwa anak termasuk makhluk yang

unik, beragam, berbeda antara satu dengan yang lain. Keberagaman yang ada

25

Page 26: Buku Belajar Dan Pembelajaran

pada diri anak, hendaknya dikukuhkan. Dengan demikian, seorang pendidik atau

guru bukanlah bertugas untuk membentuk anak menjadi manusia sesuai yang ia

kehendaki, melainkan memantapkan visi yang telah ada pada anak itu sendiril

untuk itu, seorang pendidik pertama kali membantu anak untuk memahami diri

mereka sendiri, dan tidak memaksakan pemahamannya sendiri mengenai diri

siswa.

Keberagaman anak tidak saja dari segi lahir, melainkan yang terutama

adalah dari segi batinnya. Oleh karena itu, jika ingin memahami anak, tidak

dapat dengan menggunakan perspektif orang yang memahami, melainkan

dengan menggunakan perspektif orang yang dipahami.

Behaviorisme Versus Humanistik

Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi behavioral dan

humanistik mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Perbedaan ini dikenal

sebagai freedom of determination issue. Para behaviorest memandang orang

sebagai makhluk reaktif yang memberikan responsnya terhadap lingkungannya.

Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.

Sebaliknya para humanistik mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu

menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas

hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.

Sebagaimana disebtakan diatas, bahwa pandangan psikologi humanistik

merupakan anti tesa dari pandangan psikologi behavioristik. Eka dalam

pandangan psikologi behavioristik, belajar merupakan kontrol instrumental yang

dilakukan oleh lingkungan, maka dalam pandangan psikologi humanistik justru

sebaliknya. Belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar-

besarnya kepada individu.

Tokoh-Tokoh Humanistik

Ada beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistik seperti:

Combs, Maslov, dan Rogers

26

Page 27: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1) Combs :

Combs dan kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku

orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita

ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah

keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan

seseorang dari yang lain. Combs dan kawankawan selanjutnya mengatakan

bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan

seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan

baginya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai

motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti, bahwa siswa

itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki

oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan aktivitas yang lain, mungkin

sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif. Para ahli humanistik

melihat adanya dua bagian pada leaming, yaitu:

1. Pemerolehan informasi baru,

2. Personalisasi informasi, ini pada individu.

Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan

berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila subject matter-nya disusun dan

disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada subject

matter itu, dengan kata lain di individulah yang memberikan arti tadi kepada

subject matter itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana caranya

membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari subject

matter itu, bagaimana siswa itu menghubungkan subject matter itu dengan

kehidupannya (Principles of Instruction Design oleh Robert M. Gayne &

Leshe J. Briggs, halaman 212).

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan persepsi dunia seseorang

seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran

kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran besar (2) adalah

persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin

27

Page 28: Buku Belajar Dan Pembelajaran

berkurang pengaruhya pada individu dan makin dekat peristiwa-peristiwa itu

dari persepsi diri makin besar pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-

hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu

terlupakan.

2) Maslov

Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal :

(1) Suatu usaha yang positif untuk berkembang

(2) Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu, (maslov,

1968)

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti

rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil

kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya.

Tetapi mendorong untuk maju ke arah keutuhan, keunikan diri, menghadapi

dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendifi (self).

Maslov membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh

hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti

kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak

di tasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hirarki

kebutuhan manusia menurut Maslov ini mempunyai implikasi yang penting

yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia

mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin

berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3) Carl Rogers

Salah seorang tokoh psikologi humanistik adalah Carl Rogers, seorang

ahli psikoterapi. la mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar

hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Tidak itu saja,

siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat

28

Page 29: Buku Belajar Dan Pembelajaran

mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan-

keputusan yang ia ambil atau pilih.

Dalam belajar demikian, anak tidak dketak menjadi oran lain melainkan

dibiarkan dan dipupuk untuk menjadi dirinya sendiri. la tidak direkayasa

agar terikat kepada orang lain, bergantung kepada pihak lain dan memenuhi

harapan orang lain. la dibiarkan agar tetap bisa menjadi arsitek buat dirinya

sendiri.

Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanistik sebagai

berikut :

a. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar merupakan suatu hal yang bersifat alamiah bagi

manusia. Ini disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang terus

menerus terhadap dunia dengan segala isinya. Hasrat ingin tahu yang

demikian terhadap dunia sekelilingnya, menjadikan penyebab seseorang

senantiasa berusaha mencari jawabannya. Dalam proses mencari jawaban

inilah, seseorang mengalami aktivitas-aktivitas belajar.

b. Belajar bermakna.

Dalam pandangan psikologi humanistik makna sangat penting dalam

belajar. Seorang beraktivitas atau tidak senantiasa akan menimbang-nimbang

apakah aktivitas tersebut menipunyai makna buat dirinya. Sebab, sesuatu

yang tak bermakna bagi dirinya, tentu tidak akan ia lakukan.

c. Belajar tanpa hukuman.

Hukuman memang dapat saja membuat seseorang untuk belajar. Tetapi,

hasil belajar demikian tidak akan bertahan lama. la melakukan aktivitas

sekedar menghindari ancaman hukuman. Pada hal, manakala hukuman tak

ada, aktivitaspun tidak akan dilakukan. Oleh karena itu, agar anak belajar

justru harus dibebaskan dari ancaman hukuman.

Belajar yang terbebas dari ancaman hukuman demikian im menjadikan

penyebab anak bebas melakukan apa saja, mencoba-coba sesuatu yang

bermanfaat buat dirinya. mengadakan eksperimentasi-eksperimentasi hingga

29

Page 30: Buku Belajar Dan Pembelajaran

anak dapat menemukan sendiri mengenai sesuatu yang baru. Kreativitas

anak dalam belajar yang bebas dari ancaman hukuman dengan sendirinya

juga akan meningkat.

d. Belajar dengan inisiatif sendiri.

Belajar dengan inisiatif sendiri pada diri pembelajar sebenamya menyiratkan

betapa tingginya motivasi internal yang dipunyai. Pembelajar yang banyak

berinisiatif tatkala belajar, senantiasa mencari cara-cara hingga dia berhasil

dalam belajarnya. Inisialif yang lahir dari diri sendiri im juga menunjukkan

rendalmya dependensi pembelajar terhadap orang lain. la akan bebas

melakukan apa saja dalam belajarnya. dan tidak terikat oleh rekayasa-

rekayasa yang berasal dari lingkungannya. Pada diri pembelajar yang kaya

inisiatif, terdapat kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri,

menentukan pilihannya sendiri serta berusaha menimbang-nimbang sendiri

mana hal yang baik bagi dirinya. la akan berusaha dengan totalitas

pribadinya untuk mencapai sesuatu yang ia cita-citakan.

e. Belajar dan perubahan.

Dunia terus berubah, dan siapapun di dunia ini tak ada yang dapat

menangkal perobahan. Oleh karena itu, pembelajar haruslah dapat belajar

dalam segala kondisi dan situasi yang serba berubah. Kalau tidak, ia akan

terlindas oleh perubahan.

Dengan demikian, belajar yang sekedar mengingat fakta, menghafal

sesuatu, dipandang tidak cukup. Orang harus dapat menyesuaikan dalam

sebuah dunia yang senantiasa berubah.

Dalam bukunya freedom to learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-

prinsip belajar humanistik yang penting, di antaranya adalah :

(1) Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.

(2) Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter di rasakan murid

mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.

(3) Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai

dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

30

Page 31: Buku Belajar Dan Pembelajaran

(4) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebilh mudah

dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman- ancaman dari luar itu

semakin kecil

(5) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat

diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses

belajar

(6) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

(7) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan

ikut bertanggung-jawab terhadap proses belajar itu.

(8) Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi

siswa seutuhnya baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang

dapat memberikan basil yang mendalam dan lestari.

(9) Kepercayaan tehadap diri sendiri, kemerdekaan. kreativitas lebih mudah

dicapai terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik

dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang

penting.

(10) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini

adalah belajar mengenai proses belajar. suatu keterbukaan yang terus-

menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya

sendiri mengenai proses perubahan itu.

1.5. Pengertian Belajar Menurut Psikologi Gestalt.

Dalam aliran ini ada beberapa istilah yang artinya sama ialah: field,

pattera, organisme, closure, integration, wholistk, configuration, dan gestalt.

Karena itu psikologi gestalt sering disebut psikologi organisme atau field theory.

Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang

berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-

unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah

tertentu dan saling berinteralisi satu sama lain, Contoh: kepala manusia bukan

31

Page 32: Buku Belajar Dan Pembelajaran

merupakan penjumlahan daripada batok kepala, telinga, bidung, mata, mulut,

rambut, dagu, dan sebagainya, melainkan kepala itu adalah suatu keseluruhan

yang bermakna, di mana unsur-unsur tadi teletak pada struktumya masing-

masing. Mata tidak mungkin terletak di ibu jari, hidung tidak mungkin terletak

di tengah-tengah dada dan seterusnya. Pada struktumya masing-masing itulah

bagian-bagian dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bagian-bagian itu hanya

bermakna dalam hubungan keseluruhan itu. Lagi pula sesuatu hal, perbuatan,

benda lain-lain hanya bermakna dalam hubungan dengan situasi tertentu.

Misalnya: emas (perhiasan) hanya bermakna dalam situasi di mana ada pesta.

para tamu umumnya memakai perhiasan yang indah-indah, akan tetapi akan

tidak bermakna dalam situasi padang pasir di mana seseorang sedang mengalami

rasa haus dan dahaga.

Pandangan ini sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar.

Beberapa pokok yang perlu mendapat perhatian antara lain ialah :

(1) Timbulnya kelakuan adalah berkat interaksi, antara individu dan lingkungan

dimana faktor apa yang telah dimiliki (natural endowment) lebih menonjol.

(2) Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan dinamis, adanya

gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong timbulnya kelakuan.

(3) Mengutamakan segi pemahaman (insight)

(4) Menekankan kepada adanya situasi sekarang, dimana individu menemukan

dirinya

(5) Yang utama dan pertama adalah keseluruhan, dan bagian-bagian hanya

bermakna jika berada dalam keseluruhan itu.

Prinsip-prinsip Belajar gestalt (field theory )

1) Belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi

permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dari keseluruhan organisasi mata

pelajaran menuju tugas-tugas harian yang beruntun. Belajar dimulai dari

satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah dimengerti,

deferensiasi pengetahuan dan kecakapan.

32

Page 33: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2) Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Bagian-bagian

terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam

rangka keseluruhan tadi. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan

makna terhadap suatu bagian, misal : sebuah ban mobil hanya bemakna

kalau menjadi bagian dari mobil, sebagai roda. Sebuah papan tulis hanya

bermakna sebagai papan tulis kalau ia berada dalam kelas, sebuah tiang

kayu hanya bermakna sebagai tiang kalau menjadi satu dari rumah dan

sebagainya.

3) Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat

sesuatu sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan

fungsional dengan keseluruhan. Tetapi lambat laun ia mengadakan

deferensiasi bagian-bagian itu dari keseluruhan menjadi bagian-bagian yang

lebih kecil atau kesatuan yang lebih kecil contoh: mula-mula anak melihat

mengenal wajah ibunya sebagai keseluruhan kesatuan. Lambat laun dia

dapat memisahkan mana mata ibu, mana hidung ibu, mana telinga ibu,

kemudian ia melihat bahwa wajah ibunya itu cantik atau jelek, atau menarik

dan sebagainya.

4) Anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Pemahaman

adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau

unsur dalam situasi yang problematis, seperti simpanse dapat melihat

hubungan antara beberapa buah kotak menjadi sebuah tangan untuk

mengambil buah pisang karena ia sedang lapar.

Tokoh psikologi gestalt ini antara lain adalah Kohler, Koffka dan

Wertheimer. Menurut pandangan psikologi gestalt, belajar terdiri atas hubungan

stimulus respon yang sederhana tanpa adanya pengulangan ide atau proses

berfikir.

Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahimya teori belajar

Gestalt ini. Peletak dasar psikologi gestalt adalah Mex Wertheimer (1880-1943)

yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya ini

33

Page 34: Buku Belajar Dan Pembelajaran

diikuti oleh Kurt koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci

tentang hukum-hukum pengamatan, kemudian Wollgang Kohler (1887-1959)

yang meneliti tentang insight pada simpanse. Penelitian-penelitian mereka

menumbuhkan psikologi gestalt yang menekankan bahasan pada masalah

konfigurasi, struktur dan pemetaan dalam pengalaman. Kaum gestalt

berpendapat, bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu

keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati stimuli dalam keseluruhan yang

terorganisasi, bukan dalam bagian-bagian yang terpisah.

Suatu konsep yang penting dalam teori gestalt adalah tentang "insight",

yaitu pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar

bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight itu sering

dihubungkan dengan pemyataan spontan "aha" atau "oh", “sec-now".

Kohler (1927) menemukan tumbuhnya insight pada seekor simpanse

dengan menghadapkan simpanse pada masalah bagaimana memperoleh pisang

yang terletak di luar kurungan atau tergantung di atas kurungan. Dalam

eksperimen itu Kohler mengamati, bahwa kadangkala simpanse dapat

memecahkan masalah secara mendadak, kadangkala gagal meraih pisang,

kadang kala duduk merenungkan masalah, dan kemudian secara tiba-tiba

menemukan pemecahan masalah.

Wertheimer (1945) menjadi orang gestalt yang mula-mula

menghubungkan pekerjaannya dengan proses belajar di kelas. Dari

pengamatannya itu. ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah

dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.

Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar (baik pada

simpanse maupun pada manusia) menggunakan insight atau pemahaman

terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan-hubungan antara bagian

dengan keseluruhan. Menurut psikologi gestalt, tingkat kejelasan atau

keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih

meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukuman dan ganjaran.

34

Page 35: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Menurut psikologi gestalt setiap pengalaman itu senantiasa struktur.

Setiap respon yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulan, sebenamya tidak

tertuju kepada suatu bagian melainkan teriuju kepada sesuatu yang bersifat

kompleks.

Adapun hukum-hukum belajar menurut psikologi adalah sebagai

berikut :

a. Hukum kesamaan (law of similarity). Menurut hukum ini, sesuatu yang sama

cenderung membentuk satu kesatuan. Perhatikan gambar berikut ini:

$ Y @ h

$ Y @ h

$ Y @ h

b. Hukum penuh makna (law of pragnanz). Menurut hukum ini, pengamatan

terhadap sesuatu objek cenderung dikaitkan dengan makna objek tersebut

bagi seseorang. Makna objek tersebut bagi seseorang, bisa berupa

bentuknya, ukurannya, warnanya dan sebagainya.

c. Hukum kedekatan ( law of proximity ). Menurut hukum ini, sesuatu yang

berdekatan cenderung membentuk satu kesatuan, periksa gambar berikut ini

ab cd ef gh

d. Hukum ketutupan (law of closure ). Menurut hukum ini, hal-hal yang

tertutup membentuk suatu kesatuan. Perhatikan gambar berikut

a b c d e f

e. Hukum-hukum kontinyutas ( law of goof continuation )

Menurut hukum ini, hal-hal yang merupakan kontinyuitas membentuk suatu

kesatuan.

35

Page 36: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Menurut psikologi gestalt, wawasan atau yang lazim disebut sebagai

insight dipandang sebagai inti belajar. Oleh karena itu, dalam belajar yang

mestinya ditanamkan adalah pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus

dipelajari.

2. CIRI - CIRI BELAJAR

Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari adanya pengalaman. Oleh karena itu, ada sejumlah ciri

belajar yang dapat dibedakan dengan kegiatan-kegiatan lain selain belajar.

Pertama, belajar dibedakan dengan kematangan. Kedua, belajar dibedakan

dengan perubahan kondisi fisik dan mental. Ketiga hasil belajar bersifat relatif

menetap.

Berdasarkan pengertian belajar diatas. maka pada hakikatnya "belajar

menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi tertentu

berkat pengalamannya yang berulang-ulang, dan perubahan tingkah taku

tersebut tak dapat dijelaskan atas dasar kecendrungan-kecendrungan respon

bawaan, kematangan atau keadaan temporer dari subjek (misalnya keletihan,

dsb)".

1) Belajar berbeda dari kematangan.

Kematangan adalah sesuatu yang dialami oleh manusia karena

perkembangan-perkembangan bawaan. Tanpa melalui aktivitas belajarpun,

pada saat tertentu, orang akan mengalami kematangan. Oleh karena itu,

kematangan akan dialami oleh seseorang, meskipun ia sendiri tidak

mensengaja. Kematangan yang ada pada diri seseorang juga bukan karena

satu upaya yang dilakukan oleh orang lain (misalnya saja guru).

Kematangan umumnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan pada diri

seseorang, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Adanya perubahan pada

diri seseorang semisal dari belum bisa berjalan pada umur tertentu menjadi

36

Page 37: Buku Belajar Dan Pembelajaran

bisa berjalan pada umur selanjutnya, tidaklah akibat dari aktivitas belajar.

Demikian juga, dari seseorang belum bisa berbkara kemudian menjadi bisa

berbkara, juga bukan karena aktivitas belajar melainkan karena adanya

proses kematangan.

Berbeda dengan belajar, ia adalah suatu proses yang disengaja dan secara

sadar. Belajar adalah suatu aktivitas yang dirancang, atau sebagai akibat

interaksi antara individu dengan lingkungannya.

2) Belajar dibedakan dari perubahan kondisi fisik dan mental.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang disengaja. Perubahan

tersebut bisa berupa dari tidak talm menjadi tahu, dari tidak mengerti

menjadi mengerti, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat

mengedakan sesuatu, dari memberikan respon yang salah atas stimulus-

stimulus ke arah memberikan respon yang benar. Berarti perubahan fisik dari

kecil menjadi besar, dari kurus menjadi gemuk, dan pendek menjadi semakin

tinggi bukanlah karena proses belajar, dan oleh karena itu tidak dapat disebut

sebagai proses belajar.

3) Hasil belajar relatif menetap

Hasil belajar relatif menetap, dan tidak berubah-ubah. Perubahan tingkah

laku yang sifatnya relatif tidak menetap, bukanlah karena proses belajar.

Orang setiap kali dapat berubah. Perubahan-perubahan demikian, tidak sama

dengan perubahan-perubahan dalam belajar. Oleh karena itu, tidak semua

perubahan yang ada pada diri seseorang dianggap sebagai hasil belajar.

Hanya perubahan-perubahan tertentu saja yang memenuhi syarat untuk

disebut sebagai belajar.

3. TUJUAN DAN UNSUR-UNSUR DINAMIS DALAM BELAJAR

Tujuan dan unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah dua hal yang

sangat penting dalam belajar. Tujuan umumnya mengarahkan seseorang yang

sedang belajar ke arah kegiatan tertentu. Sementara unsur-unsur dinamis dalam

belajar adalah suatu perangkat yang turut menghantarkan sesemang yang sedang

mencapai tujuan belajar.

37

Page 38: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Tujuan Belajar

Setiap manusia kreativitas, sepanjang aktivitas tersebut disadari,

senantiasa dimaksudkan bagi pencapaian tujuan tertentu. Demikian juga

seseorang yang sedang berkreativitas belajar. tentulah dimaksudkan bagi

pencapaian tujuan.

Paling tidak ada empat alasan mengapa tujuan belajar ini perlu

dirumuskan oleh pembelajar. Pertama, agar ia mempunyai arah dalam

berkreativitas belajar. Kedua, agar ia dapat menilai seberapa target belajar telah

ia capai atau belum. Ketiga agar waktu dan tenaganya tidak tersita untuk

kegiatan selain belajar.

3.1. Tujuan belajar dalam hubungannya dengan perubahan tingkah laku.

Salah satu ciri belajar pada diri seseorang adalah terdapatnya perubahan

tingkah laku pada dirinya. Adanya perubahan tingkah laku ini menjadikan

seorang pembelajar berubah dari suatu kondisi ke kondisi tertentu. Perubahan

tingkah laku dalam diri pembelajar umumnya dapat diamati (obsevable). Oleh

karena itu, ketika pembelajar mau mengadakan aktivitas belajarnya, perlu

merumuskan tujuan belajar buat dirinya sendiri.

Dalam merumuskan tujuan belajar yang terkait dengan perubahan

tingkah laku ini, seseorang pembelajar pertama kali haruslah mengenali

mengenai dirinya sendiri. Pengenalan terhadap dirinya sendiri ini sangat penting

guna merumuskan kebutuhan kebutuhan belajarnya. Pengenalan mengenai diri

sendiri ini juga bisa terhindar dari mempelajari sesuatu yang sudah dikuasai,

disamping dapat terhindar juga dari mempelajari sesuatu yang tidak

dimaksudkan untuk dipelajari.

Tujuan belajar yang dikaitkan dengan perubahan tingkah laku ini

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Jelas siapa yang berubah (dalam hal ini adalah pembelajar sendiri, dan bukan

pengajar).

b. Jelas perubahannya, dari tidak bisa sesuatu menjadi bisa sesuatu.

38

Page 39: Buku Belajar Dan Pembelajaran

c. Jelas waktunya, yaitu kapan perubahan tingkah laku tersebut berlangsung

dan tercapai.

d. Jelas ukuran perubahannya, yang lazim ditunjukkan secara kuantitatif.

e. Jelas cara menghukumya, yaitu perubahan tersebut dapat diukur dengan cara

bagaimana.

f. Dirumuskan dengan kata-kata yang kongkrit (observable).

Sebagai contoh, setelah menelaah Bab I, pembelajar dapat menjelaskan 4

ciri-ciri tingkah laku menyimpang secara lisan. Kata pertama, pembelajar,

menunjukkan dengan jelas siapa yang berubah tingkah lakunya setelah

melakukan aktivitas, dalam hal ini adalah pembelajar bukan pengajar (unsur

pertama). Kata-kata dapat menjelaskan menunjukkan terdapatnya perubahan

tingkah laku pada diri pembelajar: dari tidak bisa menjelaskan menjadi bisa

menjelaskan (unsur kedua). Kata-kata setelah menelaah bab I menunjukkan

waktu perubahan (unsur ketiga). Kata-kata 4 ciri-ciri tingkah laku menyimpang

menunjukkan ukuran perubahan. Bandingkan misalnya dengan kata-kata: ciri-

ciri tingkah laku menyimpang. Kata-kata ini tidak menunjukkan berapa jumlah

ciri tingkah laku menyimpang (unsur keempat). Kata secara lisan menunjukkan

bagaimana perubahan tingkah laku tersebut diukur. Sebab, pengukuran terhadap

bisa tidaknya seseorang menjelaskan secara lisan dan secara tertulis.

membutuhkan cara pengukuran tersendiri. Oleh karena itu, bentuk perubahan

tingkah laku tesebut haruslah jelas (unsur kelima). Kata menjelaskan pada

rumusan tujuan menunjukkan bahwa ia dapat diamati secara konkrit.

Bandingkan misaInya dengan kata memahami, mengerti. merasakan, menikmati.

Kata-kata disebutkan terakhir ini tidak dapat diamati (tidak observable).

Bloom dan kawan-kawan (1956) membuat taksonomi tujuan belajar yang

terkait dengan perubahan tingkah laku ini. Ia mengkategorisasikan tujuan (bukan

memisahkan, karena semestinya tidak untuk dipisah-dipisahkan) menjadi tiga

kawasan, ialah kawasan tersebut, masing-masing mempunyai sub kawasan

masing-masing yang disusun mulai dari yang sederhana sampai dengan yang

kompleks.

39

Page 40: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Kawasan pertama, cognitive terdiri dari knowledge, comprehension,

applkation, analysis, syntihesis don evaluation. secara berturut-turut akan

dijelaskan sebagai berikut :

a. Knowledge, dapat diartikan dengan pengetahuan. Sub kawasan ini

mementingkan aspek ingatan. Oleh karena itu, sub kawasan ini lebih tepat

untuk diartikan mengingat terhadap materi-materi yang pernah dipelajari.

Mengingat kembali terhadap fakta-fakta yang pernah dipelajari, teori-teori

yang pernah ditelaah. dalam kawasan kognitive ini dipandang berada pada

tingkat terendah.

b. Comprehension dapat diartikan dengan kemampuan untuk menangkap

pengertian mengenai sesuatu. Pada sub kawasan ini, seseorang dapat

menterjemahkan sesuatu, mengambil kata lain dari suatu kata atau

pengertian, mengambil inti dari suatu bacaaan dan membuat prakiraan-

prakiraan.

c. Applkation lazim diberi makna sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan

apa-apa yang pernah dipelajari ke dalam situasi yang senyatanya. Pada sub

kawasan ini, seseorang yang sedang belajar mampu menerapkan,

mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori dalam situasi praktis.

d. Analysis adalah suatu kentamptian untuk merinci, menghubungkan,

menguraikan rincian dan saling hubungan antara bagian satu dengan bagian

lainnya.

e. Synthesis adalah suatu kemamptian untuk menyatukan hal-hal yang tak

menyatu menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Dengan kemampuan synthesis

ini sesuatu yang sebelumnya terbelah-belah terkristal dan kemudian dapat

diformulasikan ke dalam forinula yang tak terbelah.

f. Evaluation adalah suatu kemampuan unluk menentukan baik-buruk,

berharga-tidak berharga, bernilai-tidak bernilai

mengenai suatu hal. Penentuan tersebut didasarkan atas patokan-patokan

yang dilmat pada masa sebelumnya. Kemampuan mengadakan evaluasi ini

termasuk jenis kemampuan yang tertinggi dalam kawasan kognitive ini.

40

Page 41: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Kawasan kedua, affective ineliputi empat sub kawasan berikut:

receiving, responding, valuing, organization, characteristization by a value or

value complex. Secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Receiving atau penerimaan, adalah kemampuan seseorang untuk

menghadirkan kediriannya pada sebuah even atau stimulus-stimulus yang ia

terima. Menghadirkan diri demikian ini, meskipun dalam tataran rendah.

telah dapat meliput kesadaran seseorang. Hasil belajar pada sub kawasan ini

telah memunculkan sebuah kesadaran yang paling simpel sampai dengan

hadimya perhatian yang terpilih.

b. Responding atau pemberian tanggapan. Kemampuan ini relatif febih tinggi

tingkatannya dibandingkan dengan sub kawasan receiving. Jika pada sub

kawasan receiving seseorang menghadirkan kediriannya pada sebuah even,

maka dalam sub kawasan responding ini seseorang memberikan tanggapan/

respon/jawaban atas even-even yang ia terima.

c. Valuing atau pemberian nilai. Yang dimaksud dengan pemberian nilai di sini

adalah memberikan harga terhadap suatu fenomena, benda, kejadian atau

even, Sub kawasan ini menjadikan seseorang bisa menerima nilai tertentu

dan menunjukkan komitmennya pada nilai tertentu. Oleh karena itu, pada

sub kawasan ini seseoarang tampak tingkatan integritasnya: keajegan,

integritas.

d. Organization atau pengorganisasian adalah upaya untuk memadukan

berbagai jenis nilai yang berbeda-beda. Dari nilai-nilai yang berbeda

tersebut, kemudian dibangun menjadi suatu sistem nilai. Ada semacam

sintesa nilai-nilai yang beragam, hingga menjadi suatu kesatuan nilai. Antara

nilai satu dengan yang lain dicoba hubungkan. Bila terdapat konflik di antara

nilai-nilai tersebut dicoba pecahkan.

e. Characterization of value or value complex atau karakterisasi dengan suatu

nilai. Pada sub kawasan ini seseorang mempunyai sistem nilai yang dapat

mengendalikan tingkah lakunya dalam kehidupan hingga dapat membentuk

gaya hidup yang khas, berbeda dengan orang lain. Hasil belajar pada sub

41

Page 42: Buku Belajar Dan Pembelajaran

kawasan ini bisa menjadikan seseorang menyesuaikan diri secara personal,

sosial dan emosional.

Kawasan ketiga psycomotor, mencakup tujuh sub kawasan dari yang

tingkatan terendah hingga tingleatan tertinggi. Ke tujuh sub kawasan ini adalah

perception, set, guided respon, mechanism, complex overt respon, adaptation

dan origination. Sub-sub kawasan ini dapat d1Jelaskan sebagai berikut:

a. Perception atau persepsi. Yang dimaksud dengan persepsi di sini adalah

penggunaan indera untuk memperoleh petunjuk ke arah motorik. Pada sub

kawasan ini, seseorang mengindera stimulus-stimulus yang berasal dari

lingkungannya guna persiapan untu membimbing aktivitas-aktivitas

motoriknya.

b. Set atau kesiapan. Sub kawasan ini meliputi mental set, physkal set dan

emotional set. Pada subleawasan ini, seseorang bersedia mengambil tindakan-

tindakan berdasarkan persepsinya terhadap stimulus atau fenomena-fenomena

yang berasal dari agkungannya.

c. Guided respon atau respon terpimpin. Pada sub kawasan ini seseorang mulai

berada pada proses belajar keterampilan yang lebib komplek. Pada sub

kawasan ini seseorang terlibat dalam proses peniruan yang

diperformansikan, selanjumya mencoba menggunakan tanggapan dalam

menangkap suatu motorik.

d. Mechanism atau mekanisme. Pada sub kawasan ini responrespon yang telah

dipelajari oleh seseorang telah berubah menjadi kebiasaan dan gerakan-

gerakan yang ditampilkan, dilakukan dengan penuh kepercayaan dan

kemahiran.

e. Complex over respons atau respon nyata yang kompleks. Pada sub kawasan

ini seseorang yang lagi belajar, melakukan gerakan dengan mudah

disamping mempunyai kontrol yang baik. Kadar motorik pada sub kawasan

ini relatif cukup tinggi. Sebab, gerakan-gerakan pada sub kawasan ini relatif

cepat, cermat termasuk pada hal-hal yang rumit dan tepat meskipun disertai

dengan energi yang minimal.

42

Page 43: Buku Belajar Dan Pembelajaran

f. Adaptation atau penyesuaian. Yang dimaksud dengan penyesuaian adalah

sebuah keterampilan dimana seseorang dapat mengolah gerakan hingga

sesuai dengan tuntutan kondisional dan situational, termasuk yang

problematis sekalipun.

g. Origination atu penciptaan. Sub kawasan ini termasuk paling tinggi

tingkatannya dibandingkan dengan sub kawasan sebelumnya, oleh karena

unsur kreativitas sudah masuk di sini. Performansi seseorang yang belajar

pada sub kawasan ini umumnya ditandai dengan hal-hal yang serba baru,

misaInya membuat pola-pola baru, merancang hal-hal baru.

3.2. Tujuan belajar sebagai pembentukan pemahaman nilai dan sikap.

a. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan pemahaman

Tujuan belajar memang merupakan sasaran bagi pembentukan

pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dipelajari. Pemahaman seseorang

terhadap hal-hal yang dipelajari, sebutlah saja dunia dengan segala isinya,

sangatlah penting artinya bagi pembelajar.

Pemahaman pembelajar tehadap dunia dengan segala isinya tidak saja

mendatangkan kepuasan bagi pembelajar, melainkan dapat menempatkan diri

pembelajar pada posisi strategik. la akan mempunyai peta dimana ia harus

menempatkan diri, ia akan mengetalmi apa yang harus ia pertuat dan apa yang

tidak ia perbuat.

Terjadinya bentrokan-bentrokan di dunia, sebenamya disebabkan kurang

adanya saling pemahaman di antara mereka. MimbuInya saling curiga, juga

dapat disebabkan kurang adanva saling pemahaman. Oleh karena itu

terbentuknya pemahaman pembelajaran terhadap sesuatu yang dipelajari, tidak

saja bermanfaat bagi dirinya sendiri, melainkan bermanfaat juga bagi

linkungannya

Pemahaman seseorang terhadap orang lain, malahan dapat menjadikan

seseorang melihat orang lain tidak semata dengan menggunakan perspektif

43

Page 44: Buku Belajar Dan Pembelajaran

sendiri. la mencoba menangkap seseorang dengan menggunakan perspektif

orang yang dipandang. Dengan cara pandangan demikian, ia akan mengenal

orang yang dipandang tersebut dalam keadaan yang senyatanya, dan tidak

terbatas pada persepsinya sendiri.

Pemahaman terhadap orang lain, juga menjadikan seseorang tidak risau,

jika melihat orang lain berbeda dengan dirinya. la. juga sekaligus tidak membuat

dirinya agar seperti orang lain, dan sebaliknya tidak menuntut orang lain agar

seperti dirinya. la akan menjadi dirinya sendiri, dan memahami jika orang lain

juga seperti dirinya.

Singkat kata, pemahaman adalah suatu dasar bagi segala akan seseorang.

Ia memberikan kontribusi yang besar bagi sukses tidaknya seseorang. Lebih jauh

pemahaman menjadikan seseorang saling mengerti, dan lehih lanjut lagi saling

menghargai. Pemahaman sekaligus mencegah timbuInya saling curiga, dan lebih

jauh lagi mencegah timbuInya saling bentrokan.

b. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan nilai dan sikap.

Setiap masyarakat, masyarakat manapun, pasti menganut sebuah nilai,

Nilai dinlaksud, adakalanya merupakan produk masyarakat pada kurun waktu

yang sejaman dengan mereka. Malahan, pada masa sekarang ini, nilai-nilai yang

dianut oleh sebuah masyarakat, dapat merupakan kristalisasi dari hasil dialog

antara nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi sebelumnya dengan yang

sejaman dengan mereka.

Di era globalisasi seperti saat sekarang, sebagai akibat dari melesatnya

perkembangan teknologi komunikasi, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat,

dapat merupakan kristalisasi hasil dialog antara nilai-nilai yang selama ini dianut

dengan nilai-nilai baru yang datang dari dunia luar. Oleh karenanya, nilai-nilai

yang dianut oleh masyarakat dewasa ini semakin beragam.

Dalam belajar, ada nilai-nilai tertentu yang harus diupayakan terbentuk

pada diri pembelajar. Nilai-nilai yang dibentukkan pada diri pembelajar tersebut,

44

Page 45: Buku Belajar Dan Pembelajaran

tentu nilai-nilai luhur yang secara universal dianut oleh hampir setiap

masyarakat, disamping nilai-nilai luhur yang spesifik dianut oleh masyarakat

dimana pembelajar tersebut berada.

Nilai-nilai luhur yang hampir dianut oleh setiap masyarakat secara

universal misaInya adalah: kebenaran, kejujuran, keindaban, kemerdekaan,

saling membantu dan memberi manfaat. Sementara nilai-nilai luhur yang dianut

oleh masyarakat secara spesifik khususnya di lingkungan pembelajar banyak

ragamnya, seberagam jumlah pembelajar.

Disamping tujuan belajar terkait dengan pembentukan nilai, sekaligus

juga terkait dengan pembentukan sikap. Terbentuknya sebuah sikap, lazim juga

didasarkan atas sehuah nilai. Meskipun nilai bukanlah satu-satunya yang

menentukan sikap. Berbedanya nilai-nilai yang dianut oleb seseorang lazim

menjadikan penyebab berbedanya seseorang dalam menyikapi sesuatu. Sebab,

nilai-nilai yang dianut seseorang turut menentukan persepsi seseorang tentang

sesuatu. Pada hal persepsi seseorang terhadap sesuatu lazimnya juga turut

menentukan sikap seseorang terhadap sesuatu.

c. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan, keterampilan-keterampilan

personil-sosial, kognitif dan instrumental.

Setiap pembelajar, tentu memiliki kekhasan tertentu yang berbeda

dengan pembelajar lain. Oleb karena itu, dalam belaiar seorang pembelajar

haruslah mengembangkan kekhasan-kekhasan yang dimiliki. Keterampilan

personal yang dimiliki. Keterampilan p.ersonal yang dimiliki oleh pembelajar,

haruslah dibentuk dan dikembangkan secara terus menerus. Dengan cara

demikian, maka pembelajar akan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan

ciri khas atau karakteristik yang ada pada dirinya.

Selain keterampilan-keterampilan personal dibentuk, keterampilan sosial

pembelajar juga perlu dibentuk. Pembentukan keterampilan sosial demikian

tampak urgensinya manakala dilihat kedudukan pembelajar yang tidak saja

sebagai makhluk individu melainkan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai

45

Page 46: Buku Belajar Dan Pembelajaran

makhluk sosial, pembelajar haruslah dapat berinteraksi secara baik dengan

lingkungan sosiaInya, sesama manusia. Maka dari itu, pembentukan

keterampilan-keterampilan sosial pada diri pembelajar dimaksudkan untuk

menyiapkan pembelajar agar dapat hergabung dan berinteraksi secara baik

dengan lingkungan sosialnya.

Dengan perkataan lain, jika pembentukan keterampilan personal

dimaksud untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan yang ada pada diri

pembelajar, maka keterampilan sosial antara lain dimaksudkan

mengkomunikasikan keterampilan personal yang telah terbentuk dalam

lingkungan sosiaInya.

Pembentukan keterampilan kognitif dimaksudkan agar pembelajar secara

terus-menerus menimba ilmu pengetahuan, tanpa batas. Keterampilan kognitif

pada diri pembelajar menjadikan pembelajar haus secara terus menerus terhadap

ilmu pengetahuan. Dengan pengembangan yang terus menerus pembelajar tidak

akan ketinggalan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian

pesat. Dengan pembentukan keterampilan kognitif ini maka pembelajar

memandang belajar bukan sebagai beban melainkan menjadi sebuah kebutuhan.

Pembentukan keterampilan instrumental pada diri pembelajar,

mengarahkan pembelajar sadar pada pembangunan yang sedang digalakkan. Jika

keterampilan instrumental ini telah terbentuk pada diri pembelajar, maka

pembelajar punya kesadaran yang sedemikian dalam terhadap pembangunan

yang sedang dilaksanakan. Dengan demikian ia mengambil bagian secara aktif

di dalamnya, dan tidak sekedar sebagai penonton saja. Kesadaran untuk secara

terus menerus membangun dirinya sendiri dan membangun masyarakat,

lingkungan dan bangsanya adalah sasaran bagi pembentukan keterampilan

instrumental ini.

Keterampilan instrumental ini adalah tindak lanjut konkrit dari

keterampilan-keterampilan yang ingin dibentuk sebelumnya: keterampilan

personal, sosial dan kognitif

46

Page 47: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3.3. Unsur - unsur dinamis yang terkait di dalam proses belajar

Yang dimaksud dengan unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-

unsur yang dapat berubah dalam proses belajar. Perubahan unsur-unsur tersebut

dapat berupa: dan tidak ada menjadi ada atau sebaliknya, dari lemah menjadi

kuat dan sebaliknya, dari sedikit menjadi banyak dan sebaliknya. Unsur-unsur

dinamis tersebut meliputi: motivasi, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana

belajar dan kondisi subjek pembelajar. Berikut ini akan dijelaskan tentang :

1) Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar.

2) Bahan belajar dan upaya penyediaannya.

3) Alat bantu belajar dan upaya penyediaanya.

4) Suasana belajar dan upaya pengembangannya.

5) Kondisi subjek belajar dan upaya penyiapan dan peneguhannya.

1. Motivasi dan Upaya Memotivasi Siswa Untuk Belajar

Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan,

pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti

mendorong, menyebabkan merangsang. Slotive sendiri berarti alasan, sebab, dan

daya penggerak (echols, 1984). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang

mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas rertentu guna

mencapai tujuan yang diinginkan (suryabrata, 1984). Secara serupa Winkels

(1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri

seseorang untuk melakukan alstivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan

tertentu pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu

motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar mengajar. kelangsungan belajar itu demi mencapai suatu tujuan

(Winkels, 1987).

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah,

semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi

tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.

47

Page 48: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya

dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardi, 1975).

Secara garis besar motivasi dapat dibedakan menjadi dua ialah intrinsik

dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari

dalam tanpa ada rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang berasal dari luar.

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

Ini dapat dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana

dikemukakan Brown (1981) sebagai berikut: menarik kepada guru, artinya tidak

membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik pada mata pelajaran yang

diajarkan. mempunyai antusias yang tinggi seta mengendalikan perhatiannya

terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin

identitas dirinya diakui oleh orang lain, tindakan, kebiasaan, dan moraInya

selalu dalanu kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya

kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungammya.

Sardiman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada

diri seseorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara

terus menerus dalam waktu lama, ulet, menghadapi kesulitan, dan tidak mudah

putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukkan minat

yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja

sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dengan tugas-

tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan

apa yang diyakini: senang mencari dan memecahkan masalah.

Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk memotivasi siswa agar

belajar ialah :

a. Kenalkan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. Dengan

mengenal kemampuan dirinya, siswa akan tahu kelebihan dan

kekurangannya. Dengan mengetahui kelebihan dirmya, ia mengukuhkan dan

memperkuat kelebihan tersebut. Dengan mengetabui kekurangan yang ada

pada dirinya, siswa akan berusaha menyempurnakan melalui aktivitas

belajar. Di sini siswa akan timbul motivasi belajarnya.

48

Page 49: Buku Belajar Dan Pembelajaran

b. Bantulah siswa untuk merumuskan tujuan belajarnya. Sebab, dengan

merumuskan tujuan belajar ini, siswa akan mendapatkan jalan yang jelas

dalam melaksanakan aktivitas belajar. Siswa juga akan mempunyai target-

target belajar, dan ia berusaha untuk mencapainya.

c. Tunjukkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dapat

mengarahkan bagi pencapaian tujuan belajar. Dengan ditunjukkannya

aktivitas-aktvitas yang dapat mencapai tujuan, siswa tersebut tidak

melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan pencapaian tujuan

dan target belajar. Dengan cara demikian waktu dan tenaga siswa dapat

secara efektif dan efisien dipergunakan mencapai target belajarnya.

d. Kenalkanlah siswa dengan hal-hal yang baru. Sebab hal-hal baru ini dapat

"menghidupkan kembali" hastat ingin tahu siswa. Adanya rasa ingin tahu

yang demikian besar, menimbulkan gairah bagi siswa untu beraktifitas

belajar.

e. Buatlah variasi-variasi dalam kegiatan belajar mengajar, supaya siswa tidak

bosan. Sebab, kebosanan pada diri siswa, termasuk dalam aktivitas belajar,

hanya akan memperlemah motivasi saja.

f. Adakan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Sebab, evaluasi yang dilakukan terhadap keberhasilan belajar siswa ini, akan

mendorong siswa untuk belajar. karena ingin dikatakan berhasil belajarnya.

g. Berikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan dan evaluasi yang

telah dilakukan. Dengan adanya umpan balik, siswa akan mengetahui mana

aktivitas belajarnya yang benar dan mana yang kurang benar, mana

pekerjaannya yang sesuai dan mana pekerjaannya yang tidak sesuai.

2. Bahan belajar dan upaya penyediaannya

Bahan belajar sangat penting bagi siswa yang melakukan aktivitas

belajar. Tanpa ada yang dipelajari, kemungkinan siswa bisa belajar dengan baik.

Oleh karena itu, supaya siswa dapat belajar dengan baik, maka bahan belajar ini

harus tersedia.

49

Page 50: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Yang dimaksud bahan belajar adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh

pembelajar dalam melaksanakan aktivitas belajarnya. Bahan ini, bisa berasal

dari guru, bisa berasal dari buku-buku teks, paper, makalah, artikel, disamping

dapat berasal dari lapangan objek tertentu.

Penyediaan bahan belajar ini sangat bergantung kepada tujuan belajar,

karakteristik siswa, siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa dan faktor

ketersediaaan tidaknya bahan belajar. Jika tujuan belajar yang ingin ditempuh

diaksentuasikan pada penguasaan pengetahuan, mungkin bahan belajarnya akan

lain dengan tujuan belajar yang diaksentuasikan pada penguasaan konsep-

konsep, maka pertyediaan bahan belajarnya lain sekali dengan tujuan belajar

yang dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman langsung.

Karakteristik siswa juga mempengaruhi penyediaan bahan belajar. Pada

siswa yang bertipe auditif, mungkin membutuhkan bahan belajar yang berlainan

dengan siswa yang bertipe visual.

Siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa juga menentukan bahan

belajarnya. Siasat belajar dimana guru menjadi tokoh sentralnya, umumnya

gurulah yang menjadi penyedia bahan belajar. Bahkan dalam siasat belajar

semacam ini siswa menggantungkan bahan belajar yang dipelajari dari ceramah

atau penyampaian yang dilakukan oleh gurunya. Sementara siasat belajar di

mana siswa diharapkan bisa belajar secara mandiri, bahan belajar tersebut telah

disediakan secara utuh sekaligus beserta petunjuk atau cara mempelajarinya.

Pengajaran dengan bahan belajar modul dan balian belajar buku teks, adalah

sekian dari banyak contoh dan siasat belajar mandiri oleh siswa.

Apapun faktor yang menentukan bahan belajar ini, akhirnya juga

bergantung kepada faktor ketersediaan tidaknya. Mudah didapatkan tidaknya

bahan belajar ini, sangat menentukan penyediaan baban belajar. Apalagi kalau

sulit atau tidak mudah didapatkan, maka penyediaan bahan belajar ini sangat

repot.

50

Page 51: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Sungguhpun demikian bahan belajar bagi siswa haruslah diupayakan

penyediaannya. Dalam penyediaan bahan belajar ini, faktor-faktor yang harus

menjadi pertimbangan adalah :

a. Cukup menarik. Ini patut menjadi peninibangan, agar bahan belajar tersebut

menggugah rasa ingin tahu siswa dan menimbulkan hasrat belajar. Eka

bahannya sendiri tidak menarik, maka cara penyajiannya yang menaiik. Jadi

kalau bahan belajar tersebut terpaksa tidak menarik, haruslah dikemas

dengan menggunakan kemasan yang menarik.

b. Isinya relefan. Relevan isi ini, lazimnnya dikaitkan dengan tujuan belajar. Isi

bahan belajar haruslah mendukung dan memberi kontribusi bagi pencapain

tujuan belajar. Relevan isi ini, juga berkaitan dengan faktor kondisional dan

situasional siswa.

c. Mempunyai sekuensi yang tepat. Sekuensi atau urutan penyajian ini sangat

penting diperhatikan dalanu penyediaan bahan belajar. Seharusuya sekuensi

bahan ini dari yang sederhana menuju ke yang kompleks.

d. Informasi yang dibutuhkan ada. Ini sangat penting, agar bahan belajar yang

akan dipelajari tersebut tidak kering,

e. Ada soal latihan. Ini sangat penting, agar siswa dapat menguji diri sendiri,

seberapa banyak !a telah menguasai bahan yang dipelajari.

f. Ada jawaban kunci untuk soal latihan. Kegunaan kunci jawaban bagi soal

latihan ini adalah siswa dapat mencocokkan hasil-hasil latihannya dengan

kunci.

g. Ada tes yang sesuai. Tes yang sesuai ini, tentu bergantung kepada bahan

belajarnya.

h. Terdapat petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Baban belajar harus

dilengkapi dengan petunjuk bagaimana siswa harus memperbaiki belajarnya,

jika ada diantara bahan belajar yang belum terkuasai.

i. Ada petunjuk lanjutan untuk mempelajari bahan selanjumya. Setelah berhasil

menguasai bahan belajar tertentu siswa tidak akan menungggu petunjuk guru

untuk mempelajari bahan selanjutnya.

51

Page 52: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3. Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya.

Alat bantu belajar termasuk salah satu unsur dinamis dalam belajar,

kesusukannya juga penting, oleh karena dapat membantu terhadap belajar siswa.

Dengan sebuah alat bania bahan belajar yang abstrak bisa konkrit. Dengan alat

bantu bahan belajar yang tidak menarik bisa menjadi menarik. Dengan alat

bantu bahan belajar yang meragukan dapat diyakinkan karena dapat dibuktikan

secara empirik

Alat bantu belajar lazim juga disebut media belajar dan piranti Belajar,

meskipun tidak semua median belajar dapat berfungsi sebagai alat bantu. Alat

bantu belajar ada kalanya dibeli di toko-toko buku. atau stationary, tetapi

adakalanya dibuat sendiri oleh pembelajar bersama-sama dengan gurunya. Pada

kasus vang pertama pembelajar mendapatkan secara given.

Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai patokan dalam upaya menyediakan

alat bantu belajar adalah :

a. Jenis kemampuan apa yang ditargetkan untuk dikuasai oleh pembelajar.

b. Faktor ketersediaan alat bantu tersebut

c. Faktor keterjangkauannya

d. Kepraktisan dan daya tahan alat bantu.

e. Keefektifan dan keefisienan alat bantu

Contoh alat bantu sederhana adalah pena. pensil, papan tulis, kapur tulis,

penggaris, penghapus. Contoh alat bantu yang penggunaannya membutuhkan

keterampilan tertentu adalah skala, rubrik, jangka, 0HP, video, tape recorder,

dan media audiovisual lainnya. Beherapa upaya penyediaan bahan antara lain

adalab:

a. Pembelian, jika mampu

b. Pengajuan kepada pemerintah

c. Permobonan bantuan melalui sponsor

d. Membuat sendiri, jika bisa

e. Menggerakkan dan mengajak para pembelajar untuk menciptakan dengan

memanfaatkan alam sekitar

52

Page 53: Buku Belajar Dan Pembelajaran

4. Suasana belajar dan upaya pengembangannya

Dalam pandangan tradisional suasana belajar yang kondusif adalahh jika

di dalam sebuah kelas terasa tenang sementara para siswa bisa mendengarkan

apa yang diceramahkan gurunya. Oleh karena itu, pandangan tradisional tsb,

maka kelas yang baik dalam belajar mengajar adalah kelas yang siswanya duduk

dengan tenang, berdiam diri sambil mendengarkan pengajaran yang dilakukan

guru. Umumnya, siswa tidak berani mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal

yang deceermahkan guru, terkecuali guru telah memberikan kesempatan.

Dalam pandangan sekarang suasana belajar yang kondusif adalah

suasana yang mendukung bagi terciptanya kegiatan belajar. Yaitu suasana yang

interaktif dimana para siswa giat belajar. suasana yang interaktif belajar di

dalamnya, tentu tidak dibatasi ketika ditunggui oleh gurunya. Pada saat guru

sedang menunggui misalkan saja, siswa tetap aktif dan giat belajar.

Suasana belajar yang kondusif demikian tidak terjadi dengan sendirinya.

la harus dirancang oleh guru melalui sebuah rancangan pengajaran sebuah

suasana belajar dikatakan kondusif manakala :

a. Siswa tekun mengerjakan sesuatu yang semestinya dikerjakan.

b. Siswa aktif berinteraksi tidak saja hanya dengan gurunya melainkan aktif

berinteraksi dengan siswa-siswa yang lain.

c. Siswa secara bebas mengerjakan segala hal yang dapat mencapai tujuan

belajarnya.

d. Kreativitas siswa mendapatkan penghargaan yang sepantasnya, dan bakan

sebaliknya.

Agar suasana belajar tersebut kondusif, maka upaya-upaya yang dapat

dilakukan adalah :

a. Buatlah kontak pengajaran dengan para siswa

b. Rancanglah aktivitas belajar siswa

c. Berikan kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

53

Page 54: Buku Belajar Dan Pembelajaran

d. Buatlah suasana yang demokratis. agar tidak menakutkan bagi para siswa

dalana beraktivitas.

e. Rancanglah ruangan belajar sefleksibel mungkin hingga mudah dirubah-

ubah.

f. Jangan gampang memberikan penghukumn terhadap siswa, lebih-lebibh jika

kepada siswa yang belum tentu bersalah.

g. Hargailah siswa-siswa mencoba cara-cara dan metede-metode baru

5. Kondisi Subjek Belajar dan Upaya Penyiapan dan Peneguhannya.

Kondisi subjek belajar sebenamya berbeda-beda. Kondisi subjek belajar

yang kelihatannya samapun, manakala diteliti lebib dalam, akan kelibatan

perbedaannya. Oleh karena stu, dalam kclompok siswa yang homogen pun,

sebenamya kalau dilihat lebih dalam akan tampak heterogenitasnya.

Kondis subjek belajar dapat dibedakan atas hal-hal yang bersifat lahiriah,

dan hal-hal yang bersifat batiniah atau hal-hal yang bersifat fisik dan hal-hal

yang hersifat psikologis. Dari segi lahiriah atau fisik, subjek belajar bisa

berbeda: ukuran tubuhnya, kekuatan tubuhnya, kesehatan fisiknya, daya tahan

fisiknya, kesegaran dan kebugam jasmaninya. Mereka yang berada pada kondisi

lebih, misalnya lebih besar/tingai. khib kuat lebih sehat lebih tinggi daya

tahannya dan khib segarIbLigar, umumnya tehih mendukung bagi aktivitas

belajarnya dibandingkan dengan mereka yang berada pada posisi kurang.

Dari segi psikis, kondisi subjek belajar juga berbeda dari segi:

intelegensinya, bakatnya, militansi kerjanya, motivasi instrinsik atau motivasi

berprestasinya, kematangannya aspirasi dan punya, ambisi-ambisinya.

Mereka yang mempunyai inteligensi tinggi umumnya lebih gampang

berhasilnya dibandingkan yang berintelegensi rendah. Demikian juga yang

mempunyai bakat khusus, yang tinggi militansi kerjanya, yang tinggi motivasi

intrinsiknya, yang besar ambisinya, dan yang lebih stabil emosinya.

54

Page 55: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Oleh karena beragamnya kondisi subjek belajar tersebut, dan tidak

senuttiasa menetapnya kondisi belajar tersebut, maka hs ada upaya-upaya unruk

menyiapkan mereka dan sekaligus meneguhkannya. Dengan penyiapan yang

terancang dan dengan upaya-upaya peneguhan diharapkan mendukung aktivitas

belajar.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan kondisi objek belajar

khususnya dari segi fisiknya adalah:

a. Memenuhi subjek belajar dengan gizi dan nutrisi-nutrisi yang diperlukan.

b. Penyegaran fisik subjek belajar dengan olahraga atau latihan-latihan fisik

seperti senam.

c. Memeriksakan tubuh subjek belajar secara teratax kepada dokter agar dapat

dicegah timbulnya penyakit yang memungkinkan terganggunya belajar

mengajar.

Sementara itu, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan

psikis subjek belajar adalah :

a. Memperkenalkan dengan lingkungan belajar yang mangkin baru bagi

mereka.

b. Memelihara keseimbangan emosi mereka, agar secara psikologis mereka

merasa aman.

c. Mengasah kondisi psikis mereka dengan latihan-latihan.

d. Menerima mereka apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya

sehingga subjek belajar tidak merasa tertolak oleh lingkungunya.

4. PENGERTIAN DAN CIRI - CIRI PEMBELAJARAN.

4.1. Pengertian pembelajaran yang ditarik dari pengertian populer

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistim

pengajaran terdiri dari: siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga

55

Page 56: Buku Belajar Dan Pembelajaran

laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografl,

slide, dan film audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari

ruang kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal

dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.

Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistim pembelajaran

dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas, atau di sekolah,

karena diwamai dengan organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang

saling berkaitan untuk pembelajaran peserta didik.

4.2. Pengertian pembelajaran yang ditarik dari pengertian belajar menurut

abli psikologi.

Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi

terdapat hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling

mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain.

Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian mengajar berdasarkan

pandangannya masing-masing. Perumusan dan tinjauan itu masing-masing

memiliki kebaikan dan kelemahan. berbagai rumusan yang ada pada dasarnya

berlandaskan pada teori tertentu.

a. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peseta

didik/siswa di sekolah.

Rumusan ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan yang

mementingkan mata ajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam

rumusan ini terkandung konsep-konsep sebagai berikut:

1. Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan

Masa depan kehidupan anak ditentukan oleb orang tua. Mereka dianggap

paling mengetahui apa dan bagaimana kehidupan itu. Itu sebabnya, orang tua

berkewajiban menentukan akan dijadikan apa peserta didik. Sekolah

berfungsi mempersiapkan mereka agar mampu hidup dalam masyarakat yang

akan datang.

56

Page 57: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2. Pembelajaran merupakan proses penyampaian pengetahuan

Penyampaian pengetahuan dilaksanakan dengan menggunakan metode

imposisi, dengan cara menuangkan pengetahuan kepada siswa. Umumnya

guru menggunakan metode "formal step" dari J. Herbart berdasarkan asas

asosiasi dan reproduksi atas tanggapan/kesan. Cara penyampaian

pengetahuan tersebut berdasarkan ajaran dalann psikologi asosiasi.

3. Tinjauan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan.

Pengetahuan sangat penting bagi manusia. Barang siapa menguasai

pengetahuan, maka dia dapat berkuasa.: “knowledge is power". Pengetalman

bersumber dari perangkat mata ajaran yang disampaikan di sekolah. Para

pakar yang mendukung teori ini berpendapat bahwa mata ajaran berasal dari

pengalaman-pengalaman orang tua, masa lampau yang berlangsung

sepanjang kehidupan manusia. Pengalaman-pengalaman itu diselidiki,

disusun secara sistematis dan logis, sehingga tercipta yang kita sebut mata

ajaran (H. Alberty 1953). Mata ajaran itu diuraikan, disusun dan dimuat

dalam buku pelajaran dan berbagai referensi lainnya.

4. Guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa.

Peranan guru sangat dominan. Dia menentukan segala hal yang dianggap

tepat untuk disajikan kepada para siswanva. Guru dipandang sebagai orang

yang serba mengetahui, berarti guru adalah yang paling pandai. Dia

mempersiapkim tugas-tugas memberikan latihan-latihan dan menentukan

peraturan kemajuan tiap siswa.

5. Siswa selalu bersikap dan betindak pasif

Siswa dianggap sebagai tong kosong, belum mengetahui apa-apa. Dia hanya

menerima apa yang diberikan okh gurunya. Siswa bersikap sebagai

pendengar, pengikut, pelaksana tugas. Kebutuhan, minat. tujuan, abilitas dan

lain-lain yang dimiliki oleh siswa diabaikan dan tidak mendapat perhatian

guru.

57

Page 58: Buku Belajar Dan Pembelajaran

6. Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas.

Pembelajaran dilaksanakan dalam batas-batas ruang kelas saja, sedangkan

pembelajaran di luar kelas tak pernah dilakukan. Tembok sekolah menjadi

benteng yang kuat yang membatasi hubungan-hubungan dengan kehidupan

masyarakat. Para siswa duduk pada bangku yang berdiri kokoh, tak bisa

dipindah-pindahkan. Mereka duduk dengan rapi dan kaku secara rutin setiap

hari. Ruangan kelas dipandang sebagai ruang penyelamat, ruang memberi

kehidupan. Belajar dalam batas-batas ruangan itu adalah yang paling baik.

Wrighstone, berkata sebagai berikut :

........... the immediate implications of the older principles when they are applied

to the classroom:

1) The classroom is a restrkted from of social life, and Aildren's experiences are

limited there in to academk lessons.

2) The qukkest an most through method of leaming lessons is to allot a certain

portion of the school day it instruction in separate subjects.

3) Children's interests whkh do not confrom to the set currkulum should be the

regarded.

4) The real objectives of classroom instruction, consist to a belajar degree in the

aguisition of the content matter of each subject.

5) Teaching the conventional subjects is the wisest method of achieving social

progress (J. Wayner Wrighstone, 1935).

b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui

lembaga pendidikan sekolah.

Rumusan ini bersifat lebih umum bila dibandinglean dengan rumusan

pertama, namun antara keduanya memiliki pola pikiran yang seirama. Implikasi

dari rumusan ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya.

58

Page 59: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Peserta didik hidup dalam pola kebudayaan masyarakatnya. Manusia

berbudaya adalah manusia yang mampu hidup dalam pola tersebut. Peserta

didik diajar agar memiliki kemainpuan dan kepribadian sesuai dengan

kehidupan budaya masyarakat itu.

2. Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan.

Para siswa dipandang sebagai keturunan orang tua dan orang tua adalah

keturunan neneknya dan seterusnya, demikian terus terjadi proses turun

temurun. Dengan sendirmya apa yang dimiliki oleh nenek moyang pada

masa lampau itu harus diwariskan kepada keturunan berikumya. Upaya

pewarisan itu dilakukan metalui berbagai prosedur: pengajaran, media

hubungan pribadi dan sebagainya. Bila dilakukan melalui pengajaran, maka

proses yang telah dikemukakan dalam proses perumusan pertama berlaku

dan dilaksanakan dengan teknik yang sama.

3. Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan.

Yang termasuk kebudayaan adalah kebiasaan orang berpikir dan berbuat

seperti: kehidupan keluarga, cara menyediakan makanan, bahasa,

pemerintahan, ukuran moral, kepereayaan agama, dan bentuk-bentuk

ekspresi seni. Kebudayaan merupakan kumpulan daripada warisan sosial

dalam masyarakat. Berdasarkan pada pengertian mi, kebudayaan itu bersifat

non material., dan bersifat abstrak, ada dalam jiwa dan kepribadian manusia.

Benda-benda bersifat material sesungguhnya adalah hasil dari keterampilan

manusia (Worcester, 1969).

Kebudayaan dan hasil kebudayaan diwariskan kepada siswa yang umumnya

berupa benda-benda dan non benda, tertulis dan lisan, dan berbagai bentuk

tingkah laku norma dan lain-lain.

4. Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan

Generasi muda berfungsi sebagai generasi penerus. Mereka perlu

dipersiapkan sedemikian rupa agar benar-benar siap melanjutkan hasil yang

59

Page 60: Buku Belajar Dan Pembelajaran

telah dicapai oleh generasi yang ada sekarang. Kebudayaan yang diwariskan

kepada mereka harus dikuasai dan dikembangkan, sehingga mereka menjadi

warga masyarakat yang lebih berbudaya. Dalam hal ini, diakui bahwa anak

sedang berada dalam tahap perkembangan dan menuju ketingkatan yang

lebih dewasa, dalam arti, menjadi manusia yang berbudaya. Mereka harus

mampu memanfaatkan teknologi, sebagai aspek dari kebudayaan, untuk

kehidupannya. serta mampu mengadakan penemuan-penemuan baru,

mengembangkan kebudayaan yang telah ada.

c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk

menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

Rumusan ini dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan

terdahulu, sehab lebih menitik beratkan pada unsur peserta didik, lingkungan,

dan proses belajar. Perumusan ini sejalan dengan pendapat dari Me. Donald,

yang mengemukakan sebagai berikut:

“educational, in the sense used here, is a process or an activity whkh is

directed at producing desirable changes in the behavior of human beings

(Me. Donal, 1959)

artinya :

Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan

menghasilkan perubahan tingkah laku manusia.

Implikasi dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah aku peserta

didik

Pribadi adalah suatu sistem yang bersifat unik, terintegrasi dan terorganisasi

yang meliputi semua jenis tingkah laku individu. Pada hakikatnya pribadi

tidak lain daripada tingkah laku itu sendiri. Kepribadian mempunyai ciri-ciri:

(1). Berkembang secara berkelanjutan sepanjang hidup manusia, (2). Pola

60

Page 61: Buku Belajar Dan Pembelajaran

organisasi kepribadian berbeda-beda untuk setiap orang dan bersifat unik,

(3). Kepribadian hersifat dinamis, terus berubah meialui cara-cara tertentu.

Tingkah laku manusia memiliki dua aspek, yakni: (1). Aspek objektif, yang

bersifat struktural, yakni aspek jasmaniah, (2). Aspek subjektif, yang besifat

fungsional, yakni aspek rohaniah.

2. Kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan

Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh dari

lingkungan. Lingkungan kita artikan secara luas, yang terdiri dari lingkungna

alam dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial sering lebih berpengaruh

terhadap tingkah laku seseorang. Melalui interaksi antara individu dan

lingkunganya, maka siswa memperoleh pengalaman, yang pada gilirannya

berpengaruh terhadap perkembangan tingkah lakunya. Hal ini sesuai dengan

pendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses sosialisasi di mana anak

didik disiapkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat

sekitamya.

Sekolah berfungsi menyediakan lingkungan yang dibutuhkan bagi

perkembangan tingkah laku siswa, antara lain menyiapkan program belajar,

bahan belajar, metode mengajar, alat mengajar dan lain-lain. Selain dari itu,

pribadi guru sendiri, suasana kelas, kelompok siswa, lingkungan di luar

sekolah, semua menjadi lingkungan belajar yang bermakna bagi

perkembangan siswa.

3. Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup.

Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap untuk berkembang,

misalnya, kebutuhan, minat, tujuan, abilitas, intelegensi, emosi dan lain-lain.

Tiap individu peserta didik mampu berkembang menurut pola dan caranya

sendiri. Mereka dapat melakukan berbagai aktivitas dan mengadakan

interaksi dengan lingkungannya.

61

Page 62: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik.

Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu

menuju ke arah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai

organisator belajar bagi siswa yang potensial itu, sehingga tercapai tujuan

pembelajaran secara optimal.

d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi

warga masyarakat yang baik.

Rumusan ini didukung oleh para pakar yang menganut pandangan bahwa

pendidikan itu berorientasi kepada kebutuhan tuntutan masyarakat. Implikasi

dari rumusan/pengertian ini,adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pembelajaran

Pembentukan warga negara yang baik adalah warga negara yang dapat

bekerja di masyarakat. Seorang warga negara yang baik bukan menjadi

konsumen, tetapi yang lebih penting ialah menjadi seorang produsen. Untuk

menjadi seorang produsen, maka dia barus memiliki keterampilan berbuat

dan bekerja, menghasilkan barang-barang dan benda kebutuhan masyarakat.

Motto yang dikemukakan: "benign habitat for good living", artinya seorang

warga negara yang baik bila dapat menyumbangkan dirinya kepada

kebidupan yang baik.

2. Pembelajaran berlangsung dalam suasanan kerja.

Program pembelajaran diselenggarakan dalam suasana kerja. dimana

para siswa mendapat latihan dan pengalaman praktis. Karena itu, suasana

yang diperlukan adalah suasana yang aktual, seperti dalam keadaan

sesungguhnya. Para siswa mengerjakan hal-hal menarik minatnya dan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

62

Page 63: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3. Peserta didik/siswa sebagai calon warga negara yang memiliki potensi

untuk bekerja.

Siswa memiliki bermacam kemampuan, minat, dan Kebutuhan, antara

lain kebutuhan ingin berdiri sendiri, ingin punya pekerjaan. Siswa tidak

menginginkan berdiam dengan pasif, semua ingin melakukan kegiatan,

bermain, atau bekerja. Energi mereka miliki perlu mendapat penyaluran

sebagaimana mestinya. Jikalau energi itu tidak disalurkan, maka dapat

menyebabkan tingkah laku yang tidak diharapkan, Perumusan atas

kebutuhan itu, pengembangan minat dan sikap, penyaluran energi yang

berlebihan sebaiknya dilakukan dengan cara menyediakan kesempatan

bekerja, mencari pengalaman yang praktis, dan memupuk keterampilan

jasmaniah-rohaniah. Dengan berkembang kemampuan kerja, maka tuntutan

dan harapan masyarakat dapat dipenuhi. Pada dasamya tidak ada masyarakat

yang menginginkan anak-anaknya menjadi barisan penganggur.

4. Guru sebagai pimpinan don pembimbing bengkel kerja.

Sesuai dengan tujuan tersebut, sekolah merupakan suatu ruang workshop

dan oleh karenanya guru harus mampu memimpin dan membimbing siswa

belajar bekerja dalam bengkel sekolah. Guru-guru harus menguasai program

keterampilan khusus dan menguasai strategi pembelajaran keterampilan,

serta menyediakan proyek-proyek kerja yang menciptakan berbagai

kesibukan yang bermakna. Dalam hal mi, peranan guru dalam sekolah

komprehensif adalah sangat penting.

e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi

kehidupan masyarakat sehari-hari.

Pandangan ini didukung oleh para pakar yang berorientasi pada

kehidupan masyarakat. Sekolah dari masyarakat adalah suatu integrasi.

Pendidikan adalah di sini dan sekarang ini (G.E. Olson, 1945). Implikasi dari

pengertian ini adalah sebagai berikut:

63

Page 64: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1. Tujuan pembelajaran ialah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam

masyarakat.

Sekolah berfungsi menyiapkan siswa untuk menghadapi berbagai

masalah dalam kehidupan, mereka bukan dipersiapkan untuk menghadapi

masa depan yang masih jauh, 10 atau 20 tahun ke depan, melainkan untuk

memecahkan masalah seharihari dalam lingkungannya, di rumah dan di

masyarakat.

2. Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah don

masyarakat.

Masyarakat diartikan sebagai laboratorium belajar yang paling besar.

Sumber-sumber masyarakat tak pernah habis sebagai sumber belajar.

Prosedur penyelenggaraan ialah dengan membawa siswa ke dalam

masyarakat dengan karyawisata, survei, berkemah dan lain-lain, atau dengan

cara membawa masyarakat ke dalam sekolah sebagai nara sumber. Dengan

demikian, masyarakat akan memberikan sumbangan yang besar terhadap

pendidikan anak, dan sebaliknya, sekolah akan memberikan bantuan dalam

memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat. Sekolah juga berfungsi

turut memperbaiki kehidupan masyarakat sekitamya.

3. Siswa belajar secara aktif.

Siswa bukan saja aktif belajar di laboratorium sekolah, mencari

pengalaman kerja dalam berbagai lapangan kehidupan, -tapi juga aktif

bekerja langsung di masyarakat. Dengan cara ini. semua potensi yang

mereka miliki menjadi hidup dan berkembang. Siswa turut merencanakan,

berdiskusi, meninjau. membuat laporan, dan lain-lain, sehingga

perkembangan pribadinya selaras dengan kondisi lingkungan masyarakatnya.

4. Guru bertugas sebagai komunikator

Guru juga bertugas sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

Guru mempersiapkan rencana awal pembelajaran, kemudian menyusun

rencana lengkap bersama para siswa sebagai persiapan melaksanakan di

64

Page 65: Buku Belajar Dan Pembelajaran

lapangan. Guru harus mengenal dengan baik keadaan masyarakat sekitamya,

supaya dapat menyusun proyek kerja bagi para siswa. Kelas -ialu melakukan

inventarisasi masalah-masalah yang muncul jalam masyarakat, kemudian

diupayakan pemecahannya. Pranan sebagai komunikator, bukan saja

memerlukan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan apresiasi, namun

diperlukan pula keterampilan berintegrasi dan bekeda sama dengan

masyarakat.

Berdasarkan teori-teori tersebut semakin jelaslah bahwa kegiatan dan

proses pembelajaran itu sangat kompleks. Pandangan-pandangan yang telah

dibahas itu, akan menjadi lebih jelas setelah mempelajari uraian-uraian

berikumya.

4.3 CIRI-CIRI PEMBELAJARAN

Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, antara

lain adalah:

1. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang

merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

2. Kesaling tergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem

pembelajaran yang serasi dalam suatu kescluruhan. Tiap unsur bersifat

essensial, dan memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak

dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh

manusia dan sistem yang alami (natural). Sistem yang dibual oleh manusia,

seperti: sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan,

semuanya memiliki tujuan. Sistim alami (natural) seperti sistem ekologi,

sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan

satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak

mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang

sistem. Tujuan sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang

65

Page 66: Buku Belajar Dan Pembelajaran

perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga. material, dan prosedur, agar

siswa belajar secara efisien dan efektif. Dengan proses mendisain sistem

pembelajaran si perancang membuat rancangan untuk memberikan

kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut.

5. TUJUAN DAN UNSUR-UNSUR DINAMIS PEMBELMARAN.

5.1. Tujuan pembelajaran yang menunjang tercapainya tujuan belajar.

Pembelajaran dimaksudkan terciptanya suasana sehingga siswaa belajar.

Tujuan pembelajaran haruslah menunjang dan dalam tercapainya tujuan belajar.

Dahulu, ketika pembelajaran dimaksudkan sebagai kadar penyampaian

ilmu pengetahuan, pembelajaran tak terkait dengan blajar. termasuk tujuannya.

Sebab, jika guru telah menyampaikan ilmu pengetahuan. tercapailah maksud

atau tujuan pembelajaran tersebut.

Pembelajaran model dahulu itu, memang tidak dicoba terkaitkan dengan

belajar itu sendiri. Pembelajaran lebih onsentrasi pada kegiatan guru dan tidak

terkonsentrasi pada kegiatan siswa.

Jika pada masa sekarang ini pembelajaran dicoba terkaitkan dengan

belajar, maka dalam merancang aktivitas pembelajaran, guru harus belajar dari

aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa harus dijadikan titik tolak dalam

merancang pembelajaran.

Implikasi dari adanya keterkaitan antara kegiatan pembelajaran dan

kegiatan belajar siswa tersebut adalah usunnya tujuan pembelajaran yang dapat

menunjang apainya tujuan belajar. Muatan-muatan yang termaktub dalam tujuan

belajar, haruslah termaktub juga dalam tujuan pembelajaran.

Contoh kongkiit tujuan pembelajaran yang kongruen dengan tujuan

belajar adalah sebagai berikut :

66

Page 67: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Tujuan Belajar Tujuan Pembelajaran

Setelah menelaah teks butir-butir

pertama pancasila siswa dapat

menjelaskan kaitan antara butir

pertama dengan butir kedua secara

benar dengan menggunakan kata-kata

sendiri.

Setelah siswa dibelajarkan dengan cara

menelaah teks butir pertama pancasila

siswa dapat menjelaskan kaitan antara

butir pertama dengan butir kedua

secara benar dengan menggunakan

kata-kata sendiri.

Setelah mengamati berbagai tumbuh-

tunibuhan di kebun percobaan sekolah,

siswa dapat membedakan antara

tumbuhtumbuhan yang berkeping satu

dan yang berkeping dua. Setelah

dibelajarkan dengan cara mengamati

tumbuh-tumbuhan di kebun percobaan

sekolah, siswa dapat menibedakan

tumbuh-tumbuhan yang berkeping satu

dengan tumbuhan berkeping dua.

Setelah siswa dibelajarkan dengan cara

menclaah teks butir pertama pancasila,

siswa dapat menjelaskan kaitan antara

butir portama dengan butir kedua

secara benar dengan menggunakan

kata-kata yang ada pada teks Setelah

mengamati berbagai tumbuh-tumbuhan

di kebun percobaan sekolah, siswa

dapat membedakan antara tumbuh-

tumbuhan yang berkeping satu dengan

yang berkeping dua.

Setelah dibelajarkan dengan cara

membaca buku teks dan berdiskusi

dengan teman-temannya siswa dapat

membedakan tumbuh-tumbuhan yang

berkeping satu dengan yang berkeping

dua.

Setelah menelaah teks butir-butir

pertama pancasila siswa dapat

menjelaskan kaitan antara butir

pertama dengan butir kedua secara

benar dengan menggunakan kata-kata

sendiri

Setelah menelaah teks butir-butir

pertama pancasila, siswa dapat

menjelaskan kaitan antara butir

pertama dengan butir kedua secara

benar dengan menggunakan kata-kata

sendiri.

Setelah siswa dibelajarkan dengan cara

menelaah teks butir pertama pancasila,

siswa dapat menjelaskan kaitan antara

butir pertama dengan butir kedua

secara benar dengan menggunakan

kata-kata yang ada pada teks

67

Page 68: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Dari contoh yang disebutkan tersebut sangatlah jelas, bahwa tujuan

pembelajaran yang kongruen dengan tujuan belajar siswa adalah :

1. Punya kesamaan tercapainya tujuan dari segi waktu, yaitu setelah siswa

belajar dan atau dibelajarkan.

2. Punya kesamaan tercapainya tujuan dari segi substansinya, aitu siswa bisa

"apa" setelah belajar dan atau dibelajarkan.

3. Punya kesamaan tercapainya tujuan dari segi cara mencapainya.

4. Punya kesamaan takaran dalam pencapaian tujuan.

5. Punya kesamaan dari segi pusat kegiatan, yaitu sama-sama berada pada diri

siswa.

Agar tujuan pembelajaran yang kongruen dengan tujuan belajar tersebut

jelas, berikut disajikan contoh tujuan pembelajaran yang tidak kongruen dengan

tujuan belajar :

Contoh yang disebutkan tersebut, jelas menunjukkan tidak kongruen

antara tujuan pembelajaran dengan tujuan belajar. Oleh karena itu tujuan

pembelajaran demikian ini tidak menunjang pencapaian tujuan belajar. Ada

perbedaan titik tekan antara tujuan belajar dengan tujuan pembelajaran. Pada

contoh pertama dan kedua. substansi tujuan belajar telah dikacaukan oleh

substansi tujuan pembelajaran. Sedangkan pada contoh ketiga dan keempat.

tujuan belajar telah dikacaukan oleh tujuan pembelajaran dari segi cara

penyampaiannya.

5.2. Unsur-unsur dinamis pembelajaran kongruen dalam proses belajar

siswa/mahasiswa

a. Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan

untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. Ada

beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka memotivasi

siswa agar belajar, ialah:

68

Page 69: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1. Prinsip kebermaknaan, siswa termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang

bermakna bagi dirinya,

2. Prasyarat, siswa lebih suka mempelajari sesuatu yang baru jika dia

memiliki pengalaman prasyarat (prerckuisit).

3. Model, siswa lebih suka memperoleh tingkah laku baru bila disajikan

dengan suatu model perilaku yang dapat diamati dan ditim.

4. Komunikasi terbuka, siswa lebih suka belajar bila penyajian ditata agar

supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pendapat siswa.

5. Daya tarik, siswa lebih suka belajar bila perhatiannya tertarik oleh

penyajian yang menyenangkan/menarik.

6. Aktif dan latihan, siswa lebih senang belajar bila dia dapat berperan aktif

dalam latihan/praktik dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran

7. Latihan yang terbagi, siswa lebih suka belajar bila latihan-latihan

dilaksanakan dalamjangka waktu yang pendek.

8. Tekanan instruksional, siswa lebih suka belajar terus bila kondisi

pembelajaran menyenangkan baginya.

9. Keadaan yang menyenangkan, siswa lebih suka belajar terus bila

kondisi-kondisi pembelajaran menyenangkan bagmya.

b. Sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada:

1. Buku pelajaran yang sengaja disiapkan dan berkenan dengan mata ajaran

tertentu. Bahan-bahan tersebut dapat berupa sumber pokok dan sumber

pelengkap. Pemilihim buku-buku sumber telah ditetapkan dalam

pedoman kurikulum dan berdasarkan pilihan guru berdasarkan

pertimbangan tertentu. Buku-buku tersebut mungkin telah tersedia di

perpustakaan sekolah, atau harus dibeli di pasaran buku.

2. Pribadi guru sendiri pada dasamya merupakan sumber tak tertulis dan

sangat penting serta sangat kaya dan luas, yang perlu dimanfaatkan

secara maksimal. Itu sebabnya, guru senantiasa diminta agar terus belajar

untuk memperkaya dan memperluas serta mendalami ilmu pengetalman,

sehingga pada waktunya dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan

belajar yang berdaya guna bagi kepentingan proses belajar siswa.

69

Page 70: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3. Sumber masyarakat, juga merupakan sumber yang paling kaya bagi

bahan belajar siswa. Hal-hal yang tidak tertulis dalam buku dan belum

terkuasai oleh guru, ternyata ada dalam, masyarakat berupa objek,

kejadian dan peninggalan sejarah. Hal-hal tersebut dapat digunakan

sebagai bahan belajar. Untuk itu, guru perlu menyiapkan program

pembelajaran dalam upaya memanfaatkan masyarakat sebagai sumber

bahan belajar bagi siswanya.

c. Pengadaan alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri dan

bantuan orang ma. Namun, harus dipertimbangkan kesesuaian alat bantu

belajar itu dengan tujuan belajar, kemampuan siswa sendiri, bahan yang

dipelajari, dan ketersediaannya di sekolah. Prinsip kesesuaian ini perlu

diperhatikan karena sering terjadi pemilihan dan penggunaan suatu alat

bantu belajar ternyata tidak cocok untuk pengajaran dan ternyata tidak

banyak pengaruhya terhadap keberhasilan belajar siswa. Prosedur yang harus

ditempuh adalah:

1. Memilih dan menggunakan alat bantuan yang tersedia di sekolah sesuai

dengan rencana pembelajaran.

2. Siswa memilih dan membuat sendiri alat bantu yang diperlukan,

berdasarkan petunjuk dan bantuan guru.

3. Membeli di pasaran bebas scandamya alat yang diperlukan itu ada di

pasaran dan cocok dengan kegiatan belajar yang akan ditakukan.

d. Untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif. guru dan siswa

dapat melakukan beberapa upaya sebapi berikut:

1. Sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas. Guru diharapkan

bersikap menunjang, membantu, adil, dan terbuka dalam kelas. Sikap-

sikap tersebut pada gilirannya akan menciptakan suasana yang

menyenangkan dan menggairahkan serta menciptakan antusiasme

terhadap pelajaran yang sedang diberikan.

2. Perlu adanya kesadaran yang tinggi di kalangan siswa untuk membina

disiplin dan tata tertib yang baik di dalam kelas. Suasana yang disiplin

70

Page 71: Buku Belajar Dan Pembelajaran

ini juga ditentukan oleh perilaku guru, kemampuan guru memberikan

pengajaran. serta suasana dalam diri siswa sendiri.

3. Guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan dan kerjasama yang

serasi, selaras dan seimbang dalam kela. yang dijiwai oleh rasa

kekeluargaan dan kebersamaan rasa tenggang rasa dan tanggung jawab

untuk kepentingan bersama ternyata lebih efektif dibandingkan dengan

suasana dengan persaingan, berusaha untuk kopentingan sendiri, dan

pergaulan guru siswa yang renggang dan kaku.

e. Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan

binaan. Pembinaan kesehatan, penyesuaian bahan belajar dengan tingkat

kecerdasan siswa, memperhatikan kesiapan belajar yang tepat waktunya,

penyesuaian bahan, belajar dengan kemampuan dan bakatnya, dan

memberikan pengalaman-pengalaman perekuisit, semua kondisi itu perlu

terus dikontrol oleh guru. Sediakan waktu yang khusus untuk mengenal dan

mengetahui dengan seksama semua kondisi subjek belajar. Bila diketahui

terdapat ketidak seimbangan dan gangguan pada kondisi mereka, maka guru

perlu segera melakukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkannya.

5.3. Unsur-unsur dinamis pembelajaran pada diri guru.

a. Motivasi untuk membelajarkan siswa.

Guru harus memiliki motivasi untuk membelajarkan siswa. Motivasi itu

sebaiknya timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik peserta didik

menjadi warga negara yang bak. Jadi guru memiliki hasrat untuk

menyiapkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan

kemampuan tertentu. Namun, diakui bahwa motivasi pembelajaran itu sering

timbul karena insentif yang diberikan, sehingga guru melaksanakan tugasnya

sebaik mungkin. Kedua jenis motivasi itu diperlukan untuk membelajarkan

siswa.

71

Page 72: Buku Belajar Dan Pembelajaran

b. Kondisi guru siap membelajarkan siswa.

Guru perlu memiliki kemampuan dan proses pembelajaran, disamping

kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan

dalam proses pembelajaran sering disebut kemampuan profesional. Guru

perlu berupaya meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar

senantiasa berada dalam kondisi siap untuk membelajarkan siswa.

72

Page 73: Buku Belajar Dan Pembelajaran

BAB II

PRINSIP BELAJAR DAN APLIKASINYA

2.1. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR YANG TERKAIT DENGAN PROSES

BELAJAR

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli

yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai

prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yamg relatif berlaku umum

yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa

yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya

meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan

motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,

tantangan, balikan dan penguatan. serta perbedaan individual.

2.1.1 Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari

kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya

perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian

terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan

kebutuhannya.

Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan,

diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-

hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian

alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.

Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting

dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan

mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin

dan kemudi pada mobil (gage dan Berliner, 1984 : 372).

"Motivation is the concept we use when we ddescribe the force action on

or whitin an organism yo initiate and direct behavior"

73

Page 74: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat

merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi

merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa

tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir.

Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan

hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa

dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan.

Motivasi mempunyai kaitan yang crat dengan minat. Siswa yang

memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik

perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari

bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap

penting dalan, kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah

tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang

disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tridak bertentangan

dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Sikap siswa, seperti haInya motif menimbulkan dan mengarahkan

aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika akan merasa senang belajar

matematika dan terdorong untulk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya.

Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif

pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sudah melakukan

kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F.

Skinner dengan operant conditioning-nya' (Hal ini dibkarakan lebih lanjut dalam

prinsip balikan dan penguatan).

Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat

juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman

dan sebagainya. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif

ekstrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan

perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-

74

Page 75: Buku Belajar Dan Pembelajaran

sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki

pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motil ekstrinsik adalah tenaga

pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi

penyertaanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan

disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya telapi didorong oleh

keinginan naik kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas dan mendapat ijazah

adalah penyerta dari keberhasilan belajar.

Motif intrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri sendiri, dapat juga

bersifat eksternal, datang dari luar. Motif ekstrinsik bisa bersifat eksternal,

walaupun lebih banyak bersifat ekstemal. Motif ekstrinsik dapat juga berubah

menjadi motif intrinsik yang disebut 'Iransformasi motir'. Sebagai contoh.

seorang siswa belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LIPTK)

karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi

guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu ingin menyenangkan orang

tuanya, tetapi setelah belajar heberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-

pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif

pada siswa itu yang semula ekstrinsik menjadi intrinsik.

Perhatian

Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat

dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan)

terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar

makin baik dan hasilnya akan makin haik pula. Oleh karena itu guru harus selalu

berusaha supaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran. Memunculkan

perhatian seseorang pada suatu objek dapat diakibatkan oleh dua hal.

Pertama, orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan

dengan dirinya umpamanya dengan kebutuhan, cita cita, pengalaman, bakat,

minat.

75

Page 76: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Kedua, Objek itu sendiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari yang

lain, atau yang lain dari yang biasa, lain dari yang pada umumnya muncul.

Perhatikan contoh kasus dibawah ini

1. Rukiah, salah seorang siswa disuatu sekolah dasar sangat tertarik dengan

penjelasan ibu gurunya tentang perpindahan penduduk. sehingga ia sungguh-

sungguh memperhatikan pelajaran tersebut, karena ia pernah dibawa orang

tuanya bertransmigrasi.

2. Sekelompok siswa disuatu sekolah dasar pada sutu waku mengikuti pelajaran

dengan penuh perhatian karena guru mengajarkan pelajaran tersebut dengan

menggunakan alat peraga yang sebelumnya guru tersebut belum pernah

melakukannya.

3. Sekelompok siswa sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, dalam

pelajaran IPA. KeRhatannya mereka sangat sungguh-sungguh menerjakan

tugas tersebut. Biasanya mereka belajar cukup mendengarkan ceramah dari

guru.

Ketiga contoh diatas menggambarkan siswa yang belajar dengan penuh

perhatian akan tetapi penyebabnya berbeda.

Contoh pertama, Rukiah belajar dengan penuh perhatian. Karena

pelajaran tersebut memiliki kaitan dengan pengalamannya. Pelajaran tersebut

ada kaitan dengan diri siswa. Pada contoh kedua, siswa belajar dengan penuh

perhatian, karena guru mengajar dengan menggunakan alat peraga, (cara guru

mengajar lain dan kebiasaannya)

Demikian pula contoh ketiga, siswa belajar dengan penuh perhatian

Karena guru menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah).

Dari uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan, bahwa :

1. Belajar dengan permh perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari,

proses dan hasilnya akan lebih baik.

2. Upaya guru memumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap

pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

76

Page 77: Buku Belajar Dan Pembelajaran

a. Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat

atau minat siswa.

b. Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya

penggunaan metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media,

tempat belajar tidak terpaku hanya didalam kelas saja.

Coba anda pilih salah satu pokok bahasan dari salah satu mata pelajaran

yang biasa anda ajarkan. Kemukakan upaya apa yang harus anda lakukan untuk:

1. Menarik perhalian siswa dengan cara mengailkan pelajaran tersebut dengan

diri siswa (umpamanya dengan pengalaman mereka).

2. Menarik perhatian siswa dengan cara menciptakan situasi pembelajaran yang

bervariasi (umpamanya dalam penggunaan metode mengajar)

2.2. KEAKTIFAN BELAJAR

Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah

makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,

mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh

orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya

mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri. Mon Dewey misalnya

mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan

siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru

sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).

Menurut teori kognitif. belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat

aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya

saja tanpa mengadakan transformasi. (Gage and Berliner, 1984 : 267). Menurut

teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan

sesuatu. Anak mampu mencari. menermakan fakta. menganalisis, menafsirkan

dan menairik kesimpulan,

Thomdike mengemukakan keakifan siswa dalam belajar dengan bukum

"lah. of exercise " -nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya

77

Page 78: Buku Belajar Dan Pembelajaran

latihan-latihan. Mc Keachk berkenan dengan prinsip keaktifan mengemukakan

babwa individu merupakan "manusia belajar yang selalu ingin tahu, sosial,”

(MC Keachk, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105).

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.

Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah

kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa

membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan

sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah

pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,

membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan,

dan kegiatan psikis yang lain.

Seperti yang telah dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri adalah

akivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa ) yang duduk di

kelas pada saat pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionainya tidak

terlibat akif didalam situasi pembelajaran itu, Pada hakikamya siswa tersebut

tidak ikut belajar.

Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak

ikut aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru

harus berusaha meningkatkan kadar aktifitas belaiar tersebut.

Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan adanya

aktivitas belajar. Akan tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkinkan dengan

metode mengajar lain.

Sekali untuk memantapkan pemahaman anda tentang upaya

meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa, coba anda tetapkan salah satu pokok

bahasan dari salah satu mata pelajaran yang biasa diajarkan. Silahkan anda

rancang kegiatan-kegiatan belajar yang bagaimana yang harus siswa anda

lakukan, supaya kadar aktivitas belajair mereka relatif tinggi.

Bila sudah selesai anda kerjakan, silahkan diskusikan deingan guru lain

disekolah anda atau guru sesama peserta program

78

Page 79: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2.3. KETERLIBATAN LANGSUNG DALAM BELAJAR

Di muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh

siswa yang, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada

orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang

dituangkan dalam kerueut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang

paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui

pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia

harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab

tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang

paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct

performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe

(demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara

pembuatan tempe (telling).

Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John

Dewey dengan "leaming by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui

perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik

individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem

solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.

Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik

semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional,

keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan

pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam

pembentukan sikap dan nilat, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan

dalam pembentukan keterampilan.

2.4. PENGULANGAN BELAJAR

Prinsip belajar yang menekankan perlunva pengulangan barangkali yang

paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori

ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas

79

Page 80: Buku Belajar Dan Pembelajaran

daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan

sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan

berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka

daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan

menjadi sempuma.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi

Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat

dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise", ia mengemukakan bahwa

belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. dan

pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang

timbulnya respons benar. Seperti kata pepatah "latihan menjadikan sempuma"

(Thomdike, 1931b:20. dari Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991:

51).Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari

Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau

pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan

respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena

saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah laku

manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas

karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika lampu Ialu lintas

berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan

belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons

terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang

sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu

selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus

penyerta.

Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam

belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk

melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk

respons yang benar dan membentuk kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak

japat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan

80

Page 81: Buku Belajar Dan Pembelajaran

ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua

bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar

pembelajaran. Dalam belajar tetap diperlukan latihan/pengulangan. Metode drill

dan stereotyping adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan

(Gage dan Berliner, 1984: 259).

2.5. SIFAT MERANGSANG DAN MENANTANG DARI MATERI YANG

DIPELAIARI

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa

dalam, situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis.

Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi

selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif

untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut.

Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia

akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada

anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka

bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan

belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar

membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang

banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang

untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk

menermakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan

menyebabkan siswa berusaha meneari dan menemukan konsp-konsep, prinsip-

prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah mendan saja kurang

menarik bagi siswa.

Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan

tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebili giat dan sungguh-sunggub.

Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan

motif untuk memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang tidak

menyenangkan.

81

Page 82: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2.6. PEMBERIAN BALIKAN ATAU UMPAN BALIK DAN

PENGUATAN BELAJAR

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama

ditekankan oleh teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada

teori conditioning yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka pada operant

conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar im

adalah law of effect - nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat

apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang haik. Hasil, apalagi hasil yang

baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengarub baik bagi

usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu menurut B.E Skinner

tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada yang tidak

menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat

memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984: 272).

Siswa belajar sunggub-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam

ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai

yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif.

Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan

merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk

belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak naik kelas juga

bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan

negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak

menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape conditioning,

Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan

sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya

balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar

melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk

belajar lebih giat dan bersemangat.

82

Page 83: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2.7. IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

Siswa sebagai "primus motor” (motor utama) dalam kegiatan

pembelajaran, dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja

adanya prinsip- prinsip belajar. Justru pada siswa akan berhasil dalam

pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap

diri mereka.

2.7.1. Perhatian dan Motivasi

Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua ungsangan

yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu

memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan

perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi

isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna. bentuk, gerak,

dan rangsangan lain yang dapat diindra. Dengan demikian siswa diharapkan

selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam

prosses pembelajaran. Peningkatan/pengembangan minat im merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373). Contob

kegiatan atau perilaku siswa, baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan

ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep yang baru

diterima, mengamati secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan guru,

atau kegiatan sejenis lainnya. Senma kegiatan atau perilaku tersebut harus

dilakukan oleh siswa secara sadar sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi

belajarnya.

Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh

siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan

mengembangkan secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan

mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus menerus, siswa dapat

melakukannya dengan menentukan atau mengetahm tujuan belajar yang hendak

dicapai. menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain,

83

Page 84: Buku Belajar Dan Pembelajaran

menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis

lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan

membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku

tersebut bersifat psikis.

2.7.2. Keaktifan

Sebagai "primus motor" dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar,

siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya.

Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif,

perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,

menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dan kimia, membuat karya tulis,

membuat kliping, dan prilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi

siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses

pembelajaran.

2.7.4. Keterlibatan langsung/ berpengalaman

Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri.

Tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya

(Davies, 1987:32). Pemyataan ini. secara mutlak menuntut adanyan keterlibatan

langsung dari "tiap siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran. Implikasi prinsip

ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas

belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung inj, secara

logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman.

Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung

bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli,

siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa

membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku

keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip

keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara

langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan

keaktifan siswa.

84

Page 85: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2.7.5. Pengulangan

Penguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar

secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32 ). Dari pemyataan inilah

pengulangan masih diperlukan merasa bosan dalam melakukan pengulangan.

Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip

pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setidp valensi,

mengerjakan soal-soal lingkungan, Jachan, menghafal nama-nama latin

tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.

2.7.6. Tantangan

Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pemyataan bahwa apabila siswa

diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi

untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987:

32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh.

memproses, dan mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran.

Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adatah tuntutan dimilikinya kesadaran

pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses.

dan mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang

besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku

siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah

melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau

mencari tahu pemecahan suatu masalah.

2.7.7. Balikan dan Penguatan

Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan,

apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki

pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan

penguat (reinforce) bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang

memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan

kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau

menerima teguran dari gurulorang tua karena hasil belajar yang jelek.

85

Page 86: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2.7.8. Perbedaan Individual

Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu

dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo

(kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi

kecepatan belajar (Davies, 1987: 32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan

siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belaiar dan sasaran belajar

bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaim individual diantaranya

adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau

memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat

berupa perilaku fisik maupun psikis. Untuk memperjelas implikasi prinsip-

prinsip belajar bagi siswa, anda dapat mengidentifikasi dari kegiatan siswa

dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikatornya.

2.7.9. Perbedaan individual

Belajar tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Tidak belajar, berarti

tidak akan memperoleh kemampuan. Belajar dalam arti proses mental dan

emosional terjadi secara individual. Jika kita mengajar disuatu kelas sudah

barang tentu kadar aktivitas belajar para siswa beragam.

Disamping itu, siswa yang belajar sebagai pribadi tersendiri, yang

memiliki perbedaan dari siswa lain. Perbedaan itu mungkin dalam hal

pengalaman, minat, bakat, kebiasaan belajar, kecerdasan, tipe belajar dan

sebagainya..

Guru yang menyamaratakan siswa menganggap semua siswa sama.

sehingga memperlakukan mereka sama kepada semua. pada prinsipnya

bertentangan dengan hakikat manusia, khususnya siswa.

Guru yang bijaksana akan menghargai dan memperlakukan siswa sesuai

dengan hakikat mereka masingmasing. Suatu tindakan guru yang dipandang

tepat terhadap seorang siswa, belum tentu tepat untuk siswa yang lain. Akan

tetapi ada perlakuan yang memang harus sama terhadap semua.

86

Page 87: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Demikian pula yang menyangkut pelajaran. Pelajaran mana yang harus

dipelajari oleh semua siswa dan peIajaran mana yang boleh dipilih oleh siswa

sesuai dengan bakat mereka.

Perlakuan guru terhadap siswa yang cepat harus berbeda dii i perlakuaii

terhadap siswa yang termasuk lamban. Siswa yang lamban perlu banyak dibantu

sedangkan siswa yang cepat dapa diberi kesempatan lebih dulu maju atau

melakukan pengayaan.

Didalam menggunakan metode mengajar, guru perlu menggunakan

metode mengajar yang bervariasi, sebab mungkin siswa yang kita ajar memiliki

tipe belajar yang berbeda. Siswa yang memiliki tipe belajar yang auditif akan

lebih mudah belajar melalui pendengaran. Siswa yang memiliki tipe belajar yang

motorik akan memiliki tipe belajar visual akan lebih mudah belajar melalui

penglihatan. sedangkan siswa yang memiliki tipe belajar motorik akan lebih

mudah belajar melalui perbuatan.

Untuk keperluan itu semua guru perlu memahami pribadi masing-masing

yang menjadi bimbingannya.

Oleh karena itu catatan pribadi siswa sangat bermanfaat. Setiap siswa

perlu dikatat tentang kecerdasannya, bakatnya, tipe belajarnya, latar belakang

kehidupan orang tuanya, kemampuan panca indranya, penyakit yang

dideritanya, bahkan kejadian sehari-hari yang dianggap penting. Semua itu harus

dkatat pada catatan pribadi siswa. Buku catatan pribadi siswa itu harus diisi

secara rutin dan terus mengikuti pribadi siswa tersebut ke kelas dan ke jenjang

pendidikan berikutnya.

Buku catatan pribadi tiap siswa kelas 1 setelah mereka naik kelas II harus

diserahkan pada guru kelas II untuk digunakan dan diisi dengan data baru,

begitulah seterusnya sampai kejenjang pendidikan berikumya.

Adakah buku catatan pribadi tiap siswa dikelas tempat anda mengajar?

Bila ada coba pelajari:

1. Data apa saja yang dicatat

2. Kapan buku tersebut diisi

3. Pernahkah buku catatan pribadi tersebut digunakan, dan untak apa

87

Page 88: Buku Belajar Dan Pembelajaran

4. Bagaimana saran anda untuk pemanfaatan buku catatan pribadi tersebut :

data dan pengisiannya serta penggunaanya.

Jika ternyata belum ada, coba buat sebuah model buku catatan pribadi

siswa yang menurut anda cukup lengkap untuk keperluan pembimbingan belajar

terhadap siswa, Itulah lima prinsip belajar telah kita diskusikan. Silahkan anda

pelajari berbagai sumber tentang belajar. Akan tetapi paling tidak kelima prinsip

diatas hendaknya menjadi pegangan kita didalam membelajarkan siswa-siswa

kita.

Belajar terjadi pada suatu system lingkungan belajar yang terdiri dari

komponen atau unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru.

Sebagai suatu system, unsur-unsur penabelajaran tersebut saling berkaitan,

saling mempengaruhi. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan strategi

belajar mengajar tidak dapat dilepaskan dari pertimbangan unsur-unsur lain

didalam system pembelajaran. Yang menjadi unsur utama ialah tujuan

pembelajaran. Semua unsur didalam pembelajaran harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu tujuan pembelajaran harus ditetapkan lebih dulu.

Bagaimana implikasi tujuan, bahan pelajaran, alat dan siswa terhadap

penggunaan strategi belajar mengajar akan kita diskusikan pada kegiatan belajar

berikutnya. Untuk memantapkan pemahaman anda terhadap materi yang anda

pelajari kerjakanlah latihan dibawah ini.

1. Identifikasikanlah kegiatan pembelajaran yang anda rancang.

Apakah kegiatan pembelajarannya termasuk belajar meialui pengalaman

ataukah melalui pengamatan?

2. Kegiatan apa yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motifasi

belajar siswa?

3. Kegiatan apa yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian siswa?

Untuk memudahkan anda dalam mengerjakan latihan diatas bacalah

rambu-rambu pengerjaan latihan berikut ini. Rambu-rambu pengerjaan latihan.

88

Page 89: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1. Ambillah salah satu rencana pembelajaran yang akan anda laksanakan.

Identifikasi setiap langkah kegiatan pembelajaran yang akan anda tempuh.

Dari hasil identifikasi ini anda akan mengetahui apakah kegiatan

pembelajaran yang anda rancang lebih menekankan pada belajar melalui

pengalaman (langsung dan tak langsung) ataukah melalui pengamatan.

2. Untuk menjawab pertanyaan ini anda hendaknya mengingat kembali materi

yang membahas teknik-teknik membangkitkan motivasi belajar siswa. Untuk

lebih meyakinkan anda observasilah teman anda yang sedang mengajar.

Catatlah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan teman anda yang dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa.

3. Selain anda harus mengingat kembali materi tentang teknik-teknik menarik

perhatian siswa, anda juga dapat melakukan observasi atau meminta teman

anda mengobservasi anda yang sedang mengajar. Catatlah kegiatan-kegiatan

yang dapat menarik perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran.

Sekarang tiba saamya anda membaca rangkuman dibawah ini unuk lebih

memantapkan ingatan anda terhadap materi yang telah dipelajari.

Belajar memiliki tiga atribu pokok ialah:

1. Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan

perasaan.

2. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik menyangkut kognitif

psikomotorik maupun afektif.

Siswa merupakan imdividual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa

yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaim satu dengan lain. Perbedaan itu

terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.

Perbedaan individual ini pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya

perbedaan individu perlu diperhaikan pleh guru dalam upaya pembelajaran.

Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan disekolah kita kurang

memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan

pembelajaran dikelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan

rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan

pengetahuannya.

89

Page 90: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan

individual dapa diperbaiki dengan beberapa cara. Antara lain penggunaan

metode atau straegi belajar mengajar yang ervariasi sehingga perbedaan

perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Juga penggunaan media

instruksional akan membantu melayani perbedaan siswa dalam cara belajar.

Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan

memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang

pandai, dan memberikan bimbingan belajar bagi anak yang kurang. Disamping

in dalam memberikan tugas hendaknya disesuikan dengan minat dan

kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang

akan merasakan berhasil didalam belajar. Sebagai unsur primer dan sekunder

dalam pembelajaran, maka dengan sendirinya dan guru teimplikasi adanya

prinsip-prinsip belajar.

Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tampak dalam

setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.

Namun demikian, perlu disadari bahaya implementasi prinsip-prinsip belajar

sebagai implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tidak semuanya

terwujud dalam setiap proses pembelajaran.

90

Page 91: Buku Belajar Dan Pembelajaran

BAB III

DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang erat berkaitan, tak dapat

dipisahkan sama dengan yang lain. Sistem pendidikan yang dijalankan pada

zaman modern ini tak mungkin tanpa melibatkan keikutsertaan kurikulum. Tak

mungkin ada Kegiatan pendidikan tanpa kurikulum. Kebutuhan akan adanya

aktivitas pendidikan selalu berarti kebutuhan adanya kurikulum. Dalam

kurikulum itulah tersimpul segala sesuatu yang harus lijadikan pedoman bagi

pelaksanaan pendidikan. Pemikiran tentang adanya kurikulum adalah setua

dengan adanya sistem pendidikan itu sendiri.

Hubungan antara pendidikan dan kurikulum adalah hubungan antara

tujuan dan isi pendidikan. Suatu tujuan, tegasnya tujuan pendidikan yang ingin

dicapai, akan dapat terlaksana jika alat sarana, isi, atau tegasnya kurikulum yang

dijadikan dasar acuan ini relevan. Artinya sesuai dengan tujuan pendidikan

tersebut. Hal itu dapat diartikan bahwa kurikulum dapat membawa kita ke arah

tercapainya tujuan pendidikan. karena kurikulum merupakan isi dan sarana

untuk mencapai tujuan pendidikan, maka kurikulum berisi nilai-nilai atau cita-

cita yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa. Pada hakekatnya, proses

pendidikan yang dijalankan adalah usaha untuk merealisasikan nilai-nilai dan

ide-ide tersebut.

Pada dasamya tujuan pendidikan yang pokok (atau hakiki, esensial,

prinsipil ini tetap karena ia berhubungan dengan sistem nilai atau pandangan

hidup suatu bangsa. Akan tetapi. hal itu tidak berarti kurikulum pun harus statis,

tak pernah mengalami perubahan. Kurikulum pun harus selalu dikembangkan

sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat.. masyarakat yang dinamis

akan selalu mengalami perkembangan, selalu menuntut adanya perubahan sesuai

dengan perubahan zaman. Pada hakekamya, hal itupun dapat dipandang sebagai

akibat sistem pendidikan yang dijalankan yang sudah diperhitungkan. Dengan

91

Page 92: Buku Belajar Dan Pembelajaran

kata lain adanya keadaan masyarakat yang dinamis dan terbukti terhadap adanya

usaha-usaha pembaharuan sesuai dengan perkembangan zaman tersebut,

merupakan keberhasilan sistem pendidikan, tanpa mengakibatkan berbagai

faktor lain yang juga berperan.

Dalam banyak hal, kurikulum dapat dijadikan ukuran kualitas proses dan

keluaran pendidikan yang dijalankan. Dalam suatu kurikulum sekolah telah

tergambar tentang berbaga pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai

yang diharapkan dimiliki oleh setiap lulusan suatu sekolah. Akan tetapi

kurikulum bukanlah merupakan satu-satunya faktor penentu "kualitas seperti

yang disarankan didalamnya. Masih terdapat berbagai faktor lain yang turut

menunjang kualitas atau keberhasilan kegiatan pendidikan yang dijalankan.

Misalnya saja masalah sarana dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan,

kualitas guru sebagai pelaksana pendidikan dan sebagainya. Penting bagi guru

adalah ia harus benar-benar menyadari peranannya sebag pelaksana pendidikan

yang amat menentukan. Hal itu menunt kepadanya untuk memahami dan

menguasai berbagai masalah pendidikan, antara lain masalah kurikulum.

3.1. Pengertian Kurikulum

3.1.1 Kurikulum Sebagai Jembatan Meraih Ijazah

Istilah "kurikulum" memiliki berbagai tafsiran yan dirumuskan oleh

pakar-pakar dalam bidang pengembang kurikulum sejak dulu sampai dengan

dewasa. ini. Tafsiran-tafsi tersebut berbeda-beda satu sama lainnya, sesuai

dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan. Istilah kurikulum

berasal dari bahasa latin yakni "currculae", artinya jarak yang harus ditempuh

oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengerti kurikulum ialah jangka waktu

pendidikan yang harus ditemp oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh

Ijazah.

Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah.

Dalam hal ini, ijazah pada hakekatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah

menempuh suatu Kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya

seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya

92

Page 93: Buku Belajar Dan Pembelajaran

dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap

sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu

perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

Pengertian Kurikulum

(Oleh Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya Dasar-Dasar Pengembangan

Karikalum Sekolah)

Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam

dunia taktik curere yang berarti "berlari' . Istilah tersebut erat hubungannya

dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang yang

bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain. Seseorang kurir

harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah

kurikulum kemudian diartikan sebagai orang sebagai suatu jarak yang harus

ditempuh (S. Nasution, 1980 : 5).

Dari istilah atletik kurikulum mengalami perpindahan arti kedunia

pendidikan. Sebagai misal pengertian kurikulum seperti yang tercantum dalam

Webster's Intemational Dktionary " .

Currculum ; Course ; a specified fixed course of study, is in a school or

collage. as one leading to degree.

Kurikulum kemudian diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau

ilmu pengetalman yang ditempult atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat

tertentu atau ijazah. Disamping itu, kurikulum juga diartikan sebagai suatu

rencana yang disengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.

Itulah sebabnya orang pada waktu lalu juga menyebut kurikulum dengan istilah

“Rencana Pelajaran" yang merupakan terjemahan istilah Leerplan. Rencana

pelajaran merupakan salah satu komponen dalam asas-asas didaktik yang harus

dikuasai (atau paling tidak diketahui) oleh seorang guru atau calon guru.

Pengertian kurikulum sebagai yang tercantum dalam kamus Webster

yang dikutip diatas, kiranya ada kesesuaiannya dengan perumusan yang

dikemukakan oleh Stenhouse berikut : Currkulum is the planned conipesite

93

Page 94: Buku Belajar Dan Pembelajaran

effort of any school to guide pupil leaming to ward prederennined learning

outcome (Larence Stenhouse, 1976 : 4).

Defenisi-defenisi kurikulum yang bersifat tradisional biasanya masih

menampakkan adanya kecenderungan penekanan pada rencana pelajaran untuk

menyampaikan mata-mata peiajaran (subject matter) kepada anak didik yang

biasanya berisi kebudayaan. (hasil budidaya) masa lampau atau sejumlah ilmu

pengetahuan. Anak yang berhasil melewati tahap ini akan atau herhak

memperoleh ijazah. Kabudayaan atau sejumlah ilmu pengetahuan yang akan

disampaikan tersebut bersumber pada buku-buku yang baik atau dianggap

bermutu, sehingga kurikulum terutama dalam hal tujuan instruksional dan

pemilihan bahan pengajaran lebih banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh

buku- buku tersebut.

Dihubungkan dengan kebutuhan pengalaman anak yang diharapkan

terpenuhi melalui kegiatan belajar-mengajar sekolah, ternyata hal tersebut

kurang menguntungkan karena ia membatasi pengalaman anak dalam proses

belajar-mengajar kelas saja dan kurang inemperhatikan pengalaman-pengalaman

lain yang diperoleh di luar kelas. Kurikulum yang bersi demikian. hanya

menekankan aspek intelektual saja yang harus dikuasai siswa dan mengabaikan

aspek-aspek yang lain yang juga sangat berpengaruh dalam perkembangan

kejiwaan siswa. Kurikulum macam ini biasanya disebut Subject Centere

Curiculum, yaitu kurikulum yang berpusat pada materi pelajaran Sejalan dengan

perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, pendirian tradisional

mengenai kurikulum tersebut ditinggalkan orang karena dianggap terlalu sempit

dan atau paling tidak orang berusaha mencari kemungkinan-kemungkinan baru,

sebab pada kenyataanya pula seperti halnya dengan masalah-masalah lain,

belum dapat meninggalkan (atau mungkin meninggalkan) sama sekali pendirian

tradisonal. dasarkan pendirian diatas, yakni pendirian tradisional, kurikulum

dijalankan (mau tak mau) berpusat pada guru atau but Teacher Centered

Curiculum. Pandangan yang lebih kemudian ingin mengubah pandangan

tersebut dengan memperhatikan minat dan kebutuhan anak, karena anaklah

94

Page 95: Buku Belajar Dan Pembelajaran

sebenamya yang menjadi subjek didik. Anak tak boleh hanya dipeerlakukan

sebagai objek yang statis, melainkan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai

dengan perkembangan jiwanya karena itu, terjadilah pergeseran dalam dunia

pendidikan dari suject atau teacher centered ke student centered. Kurikulum

yang sesuai dengan pandangan terakhir itu disebut Child Centered curiculum.

Hal itu terutama disebabkan oleh pengaruh penemuan-penemuan dibidang

psikologi. khususnya psikologi kembangan.

Adanya pergeseran tentang kurikulum tersebut juga terlibat pada

defenisi-defenisi kurikulum yang dikemukakan orang. misalnya menurut George

A. Beauchamp (1964 : 4) kurikulum adalahah "It as all activities of children

under the jurisdktion of the school”Dalam pengertian ini kurikulum mencakup

segala kegiatan, yang disediakan dan direncanakan sekolah. Konsep lain

misalnya mengatakan bahwa kurikulum tidak terbatas pada kegiatan saja,

melainkan meneakup seluruh pengalaman yang diperoleh siswa, baik intelektual,

emosional, sosial maupun pengalaman galaman yang lain.

Sebagai bahan perbandingan mengenai pengertian kriikulum menurut

konsep batu, barikut dikemukakan lagi denisi-defenisi yang lain.

A sequence of potensial experiences it set up in the school for the

purpose of disciplining children and yuouth in group ways of thingking

and acting (Smith dalam Beauchamp : 5).

atau

Curriculum is all of the planned experiences providedby the school to

assist the pupils in attaining children the designated learning outcomes to

the best their abilitie (Neagly dalam Lawrence : 4).

David Pratt dalam Curriculum Design and Development (1980 : 4)

mendefenisikan kurikulum secara sederhana, yaitu sebagai seperangkat

organisasi pendidikan formal atau pusat-pusal latihan. Selanjumya ia membuat

implikasi secara lebih ekplisit tentang defenisi yang dikemukakannya tersebut

menjadi enam hal. yaitu :

95

Page 96: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1. Kurikulum adalah suatu rencana atau intentions, ia mungkin hanya berupa

perencanaan (mental) saja. tapi pada umumnya diwujudkan dalam bentuk

tulisan.

2. Kurikulum bukanlah kegiatan, melainkan perencanaan atau rancangan

kegiatan;

3. Kurikulum berisi berbagai macam hal seperti masalah apa yang harus

dikembangkan pada diri siswa, evaluasi untuk menafsirkan hasil belajar,

bahan dan peralatan yang dipergunakan, kualitas guru yang dituntut dan

sebagainya.

4. Kurikulum melibatkan maksud atau pendidikan formal, maka ia sengaja

mempromosikan belajar dan menolak sifat rambang tanpa rencana, atau

kegiatan tanpa belajar.

5. Sebagai perangkat organisasi pendidikan, kurikulum menyatukan berbagai

komponen seperti tujuan, isi. sistem penilaian dalam satu kesatuan yang tak

terpisahkan. Atau dengan kata lain, kurikulum adalah sebuah sistem

6. Pendidikan dan latihan dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman

yang terjadi jika suatu hal dilalaikan.

Defenisi diatas yang kemudian disertai dengan berbagai implikasinya,

dapat memberikan gambaran yang lebih nyata tentang kurikulum, walau

mungkin tidak sepenuhnya kita terima atau pahami. Misalnya saja dikatakan

bahwa kurikulum mungkin hanya berupa perencanaan secara mental, dalam arti

tidak diwujudkan dalam bentuk tertulis. Bagaimana jadinya jika ada (mungkin

hanya sebagian) kurikulum yang tidak ditutis, tentunya akan mengundang

berbagai permasalahan.

Kurikulum merupakan suatu yang dijadikan pedoman dalam segala

kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di

kelas. Dalam hal ini kita dapat memandang bahwa kurikulum merupakan suatu

program yang didesain, direncanakan, dikembangkan dan akan dilaksanakan

dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan di sekolah. Atas dasar

96

Page 97: Buku Belajar Dan Pembelajaran

hal tersebut, kurikulum kemudian dapat didefenisikan sebagai suatu program

pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah

tujuan pendidikan tertentu (Winamo Surahmad, 1977 : 5).

Kiranya defenisi tersebut lebih sederhana dan jelas rumusannya.

Pendidikan merupakan suatu pendidikan yang mempunyai tujuan-tujuan

tertentu, merupakan program yang direncanakan, disusun dan diatur untuk

kemudian dilaksanakan di sekolah melalui cara-cara yang telah ditentukan pula.

Jika defenisi diatas diperbandingkan dengan defenisi-defenisi yang

dikemukakan lebih dahulu, sebenamya tidak ada perbedaan yang prinsipil.

Sentua defenisi yang ditunjuk sama-sama menyebut kurikulum sebagai rencana-

rencana kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan

siswa yang tentunya dimaksudkan untuk memperoleh sejumlah pengalaman

(baca tujuan) tertentu.

Dalam pembkaraan selanjurnya, jika disebut-sebut kurikulum

pengertiannya menunjuk pada defenisi yang terakhir diatas.

3.1.2 Kurikulum Sebagai Materi Pelajaran

Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan

dipelajari oleh siswa unluk mempoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran

dipandang sebagai pengalaman orang tua atau pengalaman orang-orang pandai

masa yang telah disusun secara sistematis dan logis. Misalinya, pengalaman dan

penemuan-penemuan masa lampau, maka diadakan pemilihan dan selanjutnya

disusun secara sistematis, artinya menurut urutan tertentu, dan logis, artinya

dapat diterima dan pikiran. Mata ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang

disampaikan pada siswa sehingga memperoleh sejumiah pengetahuan yang

berguna baginya. Semakin banyak pengalaman dan penemuan-penemuan maka

semakin banyak pula mata ajaran yang harus disusun dalam kurikulum dan

harus dipelajari oleh siswa disekolah.

97

Page 98: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3.1.3 Kurikulum Sebagai Rencana Kegiatan Pembelajaran

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk

pembelajaran siswa. Dengan program ini siswa inelakukan berbagai kegiatan

belajar, sehingga menjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa

sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain sekolah

menyediakan lingkungan yang memberikan kesempatan belajar bagi siswa. Itu

sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut

dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada mata ajaran saja, melainkan

melipiuti segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti

bangunan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman, perlengkapan dll. Hal ini

berarti semua hal dan semua orang yang terlibat dalam memberikan bantuan

kepada siswa termasuk ke dalam kurikulum.

3.1.4 Kurikulum Sebagai Pengalaman Pelajar

Perumusan atau pengertian kurikulum lainnya agar berbeda dengan

pengertian-pengertian sebelumnya yang lebih menekankan bahwa kurikulum

merupakan serangkaian pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan bahwa

kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan

mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas

dntara ekstra dan intra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan

pengalaman belajar bagi siswa pada hakekatnya adalah kurikulum.Kurikulum

adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan untuk

mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam

rangka upaya pencapai tujuan pendidikan nasional.

3.2. Landasan Pengembangan Kurikulum

3.1 Filosofis

Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat.

Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, man dibawa kemana

98

Page 99: Buku Belajar Dan Pembelajaran

pendidikan anak. Filsafat pendidikan menggambarkan manusia yang ideal yang

diharapkan oleh masyarakat. Dengan kata lain filsafat pendidikan merupakan

pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk

merancang tujuan pendidikan, prinsip pendidikan serta seperangkat pengalaman

belajar lainnya.

Hal ini menunjukkan pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan

sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri, yakni bidang industri, pertanian,

tenaga kerja, perdagangan, transportasi dll. Pembangunan SDM yang berkualitas

diarahkan untuk meningkatkan kwalitas SDM yang mampu mendukung -

pembangunan ekonomi dan pembangunan dibidang-bidang lainnya. Implikasi

dari upaya pembangunan tersebut maka diperlukannya peningkatan

produktifitas, peningkatan pendidikan nasional yang merata dan bermutu,

peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian sesuai dengan kebutuhan

bidang-bidang pembangunan tersebut. dan pembangunan iptek yang mantap.

Gambaran tentang proses dan tujuan pembangunan tersebut diatas

sekaligus menggambarkan kebutuhan pembangunan secara keseluruhan. Hal

mana memberikan implikasi tertentu terhadap pendidikan di perguruan tinggi.

Dengan kata lain penyelenggara pendidikan di perguruan tinggi harus

disesuaikan dan diarahkan pada upaya-upaya dan kebutuhan pembangunan, yang

mencangkup pembangunan ekonomi dan pengembangan SDM yang berkwalitas.

Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian, yang

berisi mendukung tercapainya cita-cita nasional. yakni suatu masyaral yang

maju, mandiri dan sejahtera.

2.2 Iptek dan Seni

Pembangunan didukung oleh perkembangan iptek dalam rangka

mempercepat terwujudnya ketangguhan dan Keunggu bangsa. Dukungan iptek

terhadap pembangunan dimaksud untuk memacu pembangunan untuk menuju

99

Page 100: Buku Belajar Dan Pembelajaran

terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera. Di sisi lain

perkembangan iptek itu sendiri berlangsung semakin cepat berbarengan dengan

persaingan antar bangsa semakin meluas sehingga diperlukan penguasan dan

pengembangan iptek yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu

terhadpa pengembangan sumber daya manusia supaya memiliki kemampua

dalam penguasaan dan pemanfaatan serta pengembangan dalam bidang iptek.

Untuk mencapai tujuan dan kemampuan tersebut, beberapa hal yang dapat

dijadikan dasar :

1. Pembangunan iptek harus beraada dalam keseimbangan yang dinamis dan

efektif dengan pembinaan SDM. pengembangan sarana dan prasarana iptek,

pelaksanaan penelitian pengembangan serta rekayasa produksi barang dan

jasa.

2. Pembangunan iptek tertuju pada peningkatn kwalitas, yaitu untuk

meningkatkan kwalitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.

3. Pembangunan iptek harus sclaras dengan nilai-nilai agama, nilai luhur

budaya bangsa, kondisi sosial budaya dan lingkungan hidup.

4. Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya peningkatan produktifitas,

efisiensi dan efektifitas penelitian dan pengembangan yang lebih tinggi.

5. Pembangunan iptek berdasarkan pada asas pemanfaatan yang dapat

memberikan nilai tambah dan memberikaxt pemecahan masalah konkrit

dalam pembangunan.

Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan iptek dilaksanakan oleh

berbagai pihak, yakni :

1. Pemerintah, mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk menunjang

pembangunan di segala bidang.

2. Masyarakat, yang memanfaatkan iptek untuk pengembangan masyarakat

secara swadaya.

3. Akademisi terutama dilingkungan perguruan tinggi yang memanfaatkan

iptek untuk disumbangkan pada pembangunan.

4. Pengusaha, untuk kepentingan meningkatkan produktifitas.

100

Page 101: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3. Komponen Pengenibangan Kurikulum

3.1 Tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum setiap satuan pendidikan harus mengacu pada

pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagai mana telah ditetapkan pada UU

no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam skala yang lebih

luas, kurikulum merupakan sesuatu alat pendidikan dalam rangka

pengembangan SDM yang berkwalitas. Kurikulum menyediakan kesempatan

yang luas bagi peserta didik untuk mengalami prosdes pendidikan dan

pembelajaran unutuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan

SDM yang berkwalitas umumnya. Tujuan itu dikategorikan sebagai tujuan

umum kurikulum.

Tujuan mata ajaran. Mata ajaran dikelompokkan menjadi beberapa

bidang studi, yakni :

1. Bidang studi bahasa dan seni

2. Bidang studi IPS

3. Bidang studi IPA

4. Bidang studi pendidikan jasmani dan kesehatan

Setiap bidang studi meliputi mata ajaran tertentu. Misalnya bidang studi

IPS, terdiri dari mata ajaran ekonomi, sosiologi, geografi, sejarah dll.

Setiap mata ajaran mempunyai tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan

yang hendak dicapai oleh mata ajaran lainnya. Tujuan mata ajaran merupakan

penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

nasional. Sebagai contoh kita pilih, kita pilih tujuan mata ajaran berhitung,

sebagai berikut :

1. Menanamkan, memupuk dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan

dasar berhitung yang praktis.

2. Menanamkan, memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis

dan kritis dalam pola berpikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal-

soal yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

101

Page 102: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3. Menanamkan, memupuk dan mengembangkan kemampuan untuk hemat dan

pandai menghargai waktu, rasional dan ekonomis.

4. Menanamkan, memupuk dan mengembangkan sikap gotong royong, jujur,

serta percaya kepada diri sendiri.

Berdasarkan tujuan tersebut, baik tujuan umum maupun tujuan khusus

selanjutnya dapat ditetapkan atau direncanakan dalam materi pelajaran.

3.2 Materi Kurikulum

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum. Dalam UU

pendidikan tentang Sistim Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa "isi

kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan

penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam upaya pencapaian

tujuan pendidikan nasional". Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum

dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip :

1. Materi kurikulum bempa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian

atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar

dan pembelajaran.

2. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan

pendidiknan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran

disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.

3. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional mempakan target tertinggi yang

hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.

Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan

tujuan kurikulum yang meliputi :

1. Teori, seperangkat konsep atau defenisi dan preposisi yang saling

berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan

menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel dengan maksud

menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

102

Page 103: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2. Konsep, suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari kekhususan -

kekhususan. Konsep adalah defenisi singkat dari sekelompok fakta atau

gejala.

3. Generalisasi, kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber

dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.

4. Prinsip, adalah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang

mengembangkan hubungan antara beberapa konsep

5. Prosedur, adalah suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi

pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.

6. Fakta, adalah sejumlah informasi khusus dalam materi dianggap penting,

terdiri dari terminologi, orang, tempat dan kejadian.

7. Istilah, adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus

diperkenalkan dalam materi

8. Contoh atau illustrasi ialah suatu hal atau tindakan atau dan khusus

diperkenalkan dalam materi

9. Definisi, ialah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang sesuatu.

10. Preposisi, suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi.

3.3. Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk yang masing-masing

memiliki ciri-ciri sendiri :

1. Mata pelajaran terpisah-pisah

Kurikulum terdiri dari sejumlah mata ajaran yang terpisah-pisah, seperti

sejarah, ilmu pasti, bahasa Indonesia, dll. Tiap mata ajaran disampaikan

sendiri-sendiri tanpa ada hubungannya dengan mata ajaran lainnya. Masing-

masing diberikan pada waktu tertentu, dan tidak mempertimbangkan minat,

kebutuhan, dan kemampuan siswa. Semua materi diberikan sama.

2. Mata ajaran – mata ajaran berkorelasi

Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan

sebagai akibat pemisahan mata ajaran. Prosedur yang ditempuh ialah

103

Page 104: Buku Belajar Dan Pembelajaran

menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan

siswa memahami pelajaran tersebut.

3. Bidang studi

Beberapa mata ajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama

dikorelasikan dalam satu bidang pengajaran, misaInya bidang studi bahasa

Indonesia, meliputi membaca, bercerita, mengarang,dan sebagainya.

4. Program yang berpusat pada anak

Program ini adalah orientasi baru dimana krrikulum dititik beraikan pada

kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata ajaran. Guru menyiapkan

program yang meliputi kegiatan-kegiatan yang menyajikan kehidupan anak,

misalnya ekskursi dan cerita. Dengan cam memperkaya dan mempertuas

macam-macam kegiatan, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan

keterampilan. Cara lain untuk melaksanakan kurikulum ini ialah pengajaran

dimulai dari kelompok siswa yang belaju, kemudin guru bersam siswa

tersebut menyusun program bagi mereka. Para siswa akan memperoleh

pengalaman melalui program ini.

5. Core Program

Core artinya inti atau pusat. Core program adalah suatu program inti berupa

suatu unit atau masalah. Masalah diambil dari satu mata ajaran tertentu,

misalnya bidang studi IPS. Beberapa mata ajaran lainnya diberikan melalui

kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalah tersebut. Mata ajaran

tersebut tidak diberikan secara terpisah. Biasanya dalam program itu telah

disarankan pengalaman-pengalaman yang akan diperoleh oleh siswa dalam

garis besarnya. Berdasarkan pengalaman yang disarankan itu, guru dan siswa

memilih, merencanakan dan mengembangkan suatu unit kerja yang sesuai

dengan minat, kemampuan dan kebutuhan siswa.

6. Eclectic Program

Eclectic program adalah suatu program yang mencari keseimbangan antara

organisasi kurikulum yang berpusat pada mata ajaran dan yang berpusat

104

Page 105: Buku Belajar Dan Pembelajaran

pada peserta didik. Caranya ialah memilih unsur-unsur yang dianggap baik

yang terdapat pada kedua jems organisasi tersebut, kemudian unsur-unsur itu

diintegrasikan menjadi suatu program. Program ini sesuai dengan minat,

kebutahan dan kematangan peserta didik, Ruang lingkup dan umum bahan

pelajaran telah ditentukan sebelumnya, dan kemudian perinciannya

dikerjakan oleh guru dan siswa. Sebagian waktu digunakan secara untuk

pengajaran langsung, misalnya pengajaran keterampilan dan sebagian waktu

lainnya disediakan untuk unit kerja. Program ini juga menyediakan

kesempatan untuk bekerja kreatif, mengembangkan apresiasi dan

pemahaman. Pembagian waktu disesualkan dengan kegiatan untuk mencapai

tujuan.

3.4 Evaluasi kurikulum

Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum

adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi

dapat diperoleh invormasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran

dan keherhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat

keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya

bimbingan yang perlu diberlakukan.

Aspek-aspek yang perlu dinilai benitik tolak dari aspekaspek tujuan yang

hendak dicapai, baik tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran dan tujuan belajar

siswa. Setiap aspek yang dinilai berpangkal pada kemampuan apa yang hendak

dikembangkan, sedangkan tiap kemamptran itu mengandung unsur-unsur

pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai. Penetapan aspek yang dinilai

mengacu pada kriteria keberhasilan yang telah ditentukan dalam kurikulum

tersebut.

Jents penilaian yang dilaksanakan tergantung pada tujuan

diselenggarakannya penilaian tersebut. MisaInya, penilaian formatif

dimaksudkan untuk mengetahui kemajuan siswa dan dalam upaya melakukan

perbaikan yang dibutuhkan. Berbeda dengan penilaian summatif yang

105

Page 106: Buku Belajar Dan Pembelajaran

bermaksud menilai kemajuan siswa setelah satu semester atau dalam periode

tertentu, untuk mengetahui perkembangan siswa secara menyeluruh.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrument

penilaian, ialah validitas, reliabilitas, obiektifitas, kepraktisan, dan pembedaan.

Disamping itu perlu diperhatikan bahwa penilaian harus objektif, dilakukan

berdasarkan tanggung jawab kelompok guru, rencana yang rinci dan terkait

dengan pelaksanaan kurikulum, sesuai dengan tujuan dan materi kurikulum,

menggunakan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta memberikan

hasil yang akurat.

3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

4.1 Prinsip Relevansi (kesesualan)

Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem

penyampaiannya harus relevant dengan kebutuhan dan sesuai dengan kebutuhan

dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan sisiwa. serta

serasi dengan perkembangan iptek.

4.2 Prinsip Kontinuitas (berkesinambungan)

Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya baglan, aspek,

materi, bahan kajian, disusun secara berurutan. tidak terlepas-lepas, melainkan

satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan

jenjang pendidikan, struktur dan tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip

mi tampak jelas alur dan keterkaitan di dalam kurikulum tersebut sehingga

mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

4.3 Prinsip Fleksibelitas (keluwesan)

Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah dilengkapi atau

dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat,

jadi tidak statis atau kaku Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program

106

Page 107: Buku Belajar Dan Pembelajaran

pendidikan keterampilan industri dan pertanian. Pelaksanaannya di kota, tapi

karena ketidaktersediaan lahan, maka yang dilaksanakan adalah program

pendidikan keterampilan industri. Sebaliknya pelaksanaannya di desa ditekankan

pada program pendidikan keterampilan pertanian. Dalam hal im lingkungan

sekitar, keadaan masyarakat dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor

pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.

FUNGSI KURIKULUM

Setiap lembaga pendidikan formal maupun nonfomal dalam

penyelenggaraan kegiatan sehari-harinya berlandaskan kurikulum-kurikulum itu

sendiri dalam hal ini dapat berupa : (1). Rancangan kurikulum, yaitu buku

kurikulum suatu lembaga pendidikan; (2) Pelaksanann kurikulum, yaitu proses

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan ; dan (3). Evaluasi kurikulum,

yaitu penilaian atau penelitian basil-hasil pendidikan.

Dengan lingkup pendidikan formal. kegiatan merancang melaksanakan

dan menitai kurikulum tersebut, yaitu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan

pendidikan, dilaksanakan sebagai program pengajaran.

Berbicara masalah fungsi kurikulum kita dapat meninjaunya dari tiga

segi, yaitu fungsi bagi sekolah yang bersangkutan, bagi sekolah pada tingkat

diatasnya dan fungsi bagi masyarakat (Winamo Surahmad ; 6).

1. Fungsi bagi sekolah yang berungkutan

Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan ini paling tidak dapat

disebutkan dua macam. Pertama, sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan yang diinginkan. Manifestasi kurikulum dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah adalah berupa program pengajaran. Program pengajaran itu

sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang

kesemuanya dimaksudkan sebagai uapaya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan yang akan dicapai tersebut disusun secara berjenjang mulai

107

Page 108: Buku Belajar Dan Pembelajaran

dart tujuan pendidikan yang bersifat nasional sampai tujuan instruksional. Jika

tujuan instruksional tercapai (hasilnya langsung dapat diukur melalui kegiatan

belajar mengajar di kelas) pada gilirannya akan tercapai pula tujuan-tujuan pada

jenjang diatasnya. Setiap kurikulum sekolah pasti didalamnya tereantum tujuan-

tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai melalui kegiatan pengajaran.

Kedua, kurikulum dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatn-kegiatan

pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Dalam pelaksanaan pengajaran

misalnya, telah ditentukan macam-macam bidang studi, alokasi waktu, pokok

bahasan atau materi pengajamn untuk tiap semester, sumber bahan, metode atau

cara pengajaran, alat dan media pengajaran yang diperlukan. Disamping itu.

kurikulum juga mengatur hal-hal yang berhubungan dengan jenis program cara

penyelenggaraan, strategi pelaksanaan, penanggung jawab, sua dan prasarana

dan sebagainya.

2. Fungsi bagi sekolah tingkat diatasnya

Dalam hal ini kurikulum dapat untuk mengontrol atau memelihara

keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada

tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat diatasnya dapat mengadakan

penyesuaian Misalnya saja, jika suatu bidang studi telah diberikan pada

kurikulum sekolah ditingkat bawahnya, harus dipertimbangkan lagi

pemilihannya pada kurikulum, sekolah tingkatan diatasnya terutama dalam hal

pemulihan bahan pengajaran. Penyesuaian bahan tersebut dimaksudkan untuk

menghindari keterulangan penyampaian yang bisa berakibat pemborosan waktu

dan yang lebih penting lagi adalah untuk menjaga kesinambungan bahan

pengajaran itu.

Disamping itu, terdapat juga kurikulum yang berfungsi untuk

menyiapkan tenaga pengajar. Bila satu sekolah atau lembaga pendidikan

bertujuan menghasilkan tenaga guru (LPTK),. Maka lembaga tersebut harus

mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat dibawahnya tempat calon guru yang

108

Page 109: Buku Belajar Dan Pembelajaran

dipersiapkan itu akan mengaju. Misalnya murid SPG harus mengetabui

kurikulum SD, mahasiswa IKIP/FKG harus menguasai kurikulum kurikulum

SMTP dan SMTA. Jika di SD, SMP dan SMA kegiatw pengajaran disampaikan

dengan sistem PPSI, maka sekolah-sekolah yang bertugas mengadakan guru

untuk sekolah-sekolah tersebut harus membekali calon-calonnya dengan

kemampuan memtruat PPSI.

3. Fungsi bagi Masyarakat

Padatamatan sekolah memang dipersiapkan untuk terjun dimasyarakat

atau tugasnya untuk bekerja sesuai dengan keterampilan profesi yang

dimilikinya. Oleh karena itu, kurikulum sekolah haruslah mengetahui atau

mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai

keluaran sekolah. Untuk keperluan itu perlu ada kerja sama antara piliak sekolah

dengan pihak luar dalam hal pemberrahan kurikulum yang diharapkan. Dengan

demikian, masyarakat atau para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan

bantuan, kritik atau saran-saran yang berguna bagi penyempumaan program

pendidikan di sekolah.

Dewasa ini kesesuaian antara program kurikulum dengan kebutuhan

masyarakat harus benar-benar diusahakan. Hal itu mengingat seringnya terjadi

kenyataan balwa lulusan selsolah halum siap pakai atau tidak sesuai dengan

tenaga yang dibutuhkan dalm lapangan pekerjaan. Akibatnya, walau semakin

menumpuk tenaga kerja yang ada, kita tak dapat mengisi lapangan pekerjaan

yang tersedia karena tidak memiliki keterampilan atau keterampilan yang

dimilikinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pada lapangan pekerjaan.

Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, ada seorang tokoh pendidikan yang

mengemukakan agar sekolah tingluat SD sudah dibuat menjadi dua jalur, yaitu

jalur akademis (dipersiapkan untuk melanjutkan sekolah) dan jalur vokasional

(dipersiapkan untuk segera bekerja). Hal itu berdasarkan kenyataan penelitian

bahwa masih sebagian besar anak tamatan SD yang tidak meneruskan

pendidikan ke tingkat di atasnya.

109

Page 110: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Sering terjadi karena suatu tingkat keterampilan yang dibutuhkan dalam

suatu tingkat pekerjaan, maka hal itu segera diajarkan di sekolah. Sebagai

contoh hal yang berhubungan dengan keguruan misalnya dapat disebutkan

perabekalan keterampilan menibuat satuan pelajaran. Pada waktu itu, yaitu

permulann diterapkannya PPSI dalam sistem pengajaran di Indonesia sesuai

dengan tuntutan kurikulum '75, calon guru segera diberi keterampilan

membuatnya (sekarang Model Perencanaan Pengajaran). Boleh dikatakan bahwa

pembekalan atau pengajaran keterampilan tersebut semata-mata disebabkan

tuntutan pekerjaan kelak.

Penyiapan keterampilan para tamatan sekolah untuk bakal terjun di

masyarakat kerja, juga ditentukan oleh suatu misi sekolah, apakah ia sekolah

umum atau kejuruan. Misi suatu sekolah apakah ia bertugas mempersiapkan

tamatannya untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (jalur

akademis), atau untuk bekerja (jaIur vokasional), atau untuk kedua-duanya, akan

mewamai pendidikan keterampilan yang diajarkan oleh pibak sekolah yang

bersangkutan. Dengan adanya hal itu, para pemakai lulusan sekolah tentunya

sudah tanggap, Julusan dengan keterampilan mana (atau apa) yang mereka

butuhkan dan itu harus dialamatkan pada sekolah yang sesui dengan misinya.

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Seperti dikemukakan oleh Pratt diatas, kurikulum adalah sebuah sistem,

sebagai suatu sistem, ia pasti mempunyai komponen-komponen atau bagian-

bagian yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang terpisahkan.

Komponen-komponen dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling

bertentangan. Kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan

dan akan direncanakan mempunyai loomponen-komponen pokok tujuan, isi,

organisasi dan stratei (Winarno Surahmad: 9).

110

Page 111: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1. Tujuan

Kurikulum adalah suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai

sejumlah tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala

kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran

di sekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan banyaknya tujuan-tujuan tersebut.

Dalam setiap kurikulum sekolah pasti dcantumkan tujuan-tujuan pendidikan

yang akan atau harus dicapai oleh sekolah yang bersangkutan. Ada dua tujuan

yang terdapat dalam sebuah kurikulum sekolah yaitu sebagai berikut :

a. Tujuan Pendidikan yang harus dicapai secara keseluruhan

Tujuan ini biasanya meliputi aspek-aspek pengetalman. keterampilan, sikap

dan nilai-nilai yang diharapkan oleh para lulusan sekolah yang bersangkutan.

Itulah sebabnya tujuan ini disebut tujuan institusional atau kelembagaan.

Didalam sebuah kurikulum sekolah, terdapat dua macam Tujuan institusional

umum dan khusus yang keduanya selalu menunjukkan keinstitusionalannya.

(kedua tujuan ini biasanya dkantumkan dalam Buku 1 suatu kurikulum

sekolah).

b. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi

Tujuan ini adalah penjabaran tujuan institusional diatas yang meliputi tujuan

kurikulum dan instuksional yang terdapat dalam setiap GBYP (Garis-garis

Besar Program Pengajaran) tiap bidang studi. Baik tujuan kurikulum maupun

instruksional juga meneakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap

dan nilai-nilai yang dihuapkan dimiliki anak setelah mempelajari tiap bidang

studi atan pokok bahasan dalam proses pengajaran.

2. Isi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yarag diberikan kepada

anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi

kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program

masing-masing bidang studi tersebut. Jenis-jenis bidang studi ditentukan atas

111

Page 112: Buku Belajar Dan Pembelajaran

dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Jadi, ia berdasarkan

kriteria apa suatu bidang studi menopang tujuan int atau tidak. Berdasarkan

kriteria itu, maka jenis bidang studi yang diberikan pada suatu sekolah, misalnya

SMA, akan berbeda dengan sekolah yang lain, misalnya SPG.

Isi program suatu bidang studi yang diajarkan sebenamya adalah isi

kurikulum itu sendiri, atau ada juga yang menyebutnya sebagai silabus. Silabus

biasanya dijabarkan ke dalam bentuk pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok

bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran inilah yang

dijadikan dasar pengambilan bahan dalam setiap kegiatan belajar mengajar di

kelas oleh pihak guru, Penentuan pokok-pokok dan sub-sub pokes bahasan

didasarkan pada tujuan instruksional.

3. Organisasi

Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa

kerangka program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

Organisasi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur

horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berhubungan dengan

masalah pengorganisasian kurikulum dalam bentuk penyusunan bahan-bahan

pengajaran yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk penyusunan mata-mata

pelajaran itu dapat secara terpisah (sparate subject), kelompok-kelompok mata

pelajaran (correlated), atau penyatuan seluruh pelajaran dikembangkan di

sekolah, yaitu misalnya program pendidikan moupun, akademis, keguruan

keterampilan dan lain-lain.

Struktur vertikal berhubungan dengan masalah pelaksanaan kurikulum di

sekolah. MisaInya apakah kurikulum dilaksanakan dengan sistem kelas, tanpa

kelas atau gabungan antara keduanya dengan sistem unit waktu semester atau

catur wulan. Termasuk dalam hal ini adalah Juga masalah pembagian waktu

untuk masing-masing bidang studi untuk setiap tingkatan. Misalnya bidang studi

Bahasa Indonesia, diberikan selama berapa jam tiap minggu pada SMP/SMA

kelas I, II dan Ill. Demikian pula halnya dengan bidang-bidang studi yang lain.

112

Page 113: Buku Belajar Dan Pembelajaran

4. Stretegi

Dengan komponen strategi dimaksudkan strategi pelaksanaam kurikulum

di sekolah. Masalah strategi pelaksana itu dapat dilihat dalam cara yang

ditempuh dalam melaksanakan pengajaran, penilaian, bimbingan dan konseling,

pengaturan kegiatan sekolah sceara keseluruhan, pemilihan metode pengajaran,

alat atau media pengajaran dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pengajaran

misalnya, dilakukan dengan pendekatan PPSI (berlaku untuk setiap bidang

studi) atau dengan cara lain seperti sistem pengajaran modul, paket pelajaran

dan sebagainya

KOMPONEN KURIKULUM

(Drs. Hendyat Soetopo, MYd dan Drs. Wasty Soemanto, MYd dalam bukunya

Pembinaan don Pengembangan Kurikulum Sekolah)

1. Komponen Tujuan

Tentang komponen tujuan ini kita akan mengenal tingkat-tingkat Tujuan

yang satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan dalam mewujudkan cita-

cita pendidikan dalam konteks pembangunan manusia Indonesia.

Seperti telah dikemukakan dalam bagian yang Ialu, kurikulum

merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.

Oleh karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan

pendidikan yang ingin dicapai melalm sekolah yang bersangkutan.

Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu

sekolah :

1. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.

Selaku lembaga pendidikan setiap, setiap sekolah mempunyai sejumlah

tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan

dalam bentuk pengetahuan, ketarampilan dan sikap yang kita harapkan

dimiliki murid setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan

dari sekolah tersebut.

113

Page 114: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Tujuan dari sekolah tersebut kita namakan tujuan institusional atau tujuan

lembaga, misainya tujuan SD, tujuan SMP, tujuan SPG dart seterusnya. Atas

dasar tujuan-tujuan institusional itulah kemudian ditetapkan bidangbidang

studi atau bidnag pengajuan yang akan diajukan pada sekolah yang

bersangkutan.

2. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi

Disamping tujuan institusional yang ingin dicapai oleh sekolah secara

keseluruhan, setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga

mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan-tujuan inipun

digambarkan dalam berruk pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang

kita harapkan dinliliki oleh murid setelah mempelajari suatu bidang studi

pada suatu sekolah tertentu. Oleh karena itu ada tujuan IPA dan SD tujuan

matematika di SMP, tujuan ilmu kegurun di SPG dan sebagainya.

Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah tentunya

ada yang kita sebut tujuan kurikuler dan ada pula yang kita sebut tujuan

instruksional, dimna tujuan instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut

dari tujuan kurikuler. Atas dasar tujuan kurikuler dan tujuan instruksional

inilah kemudian ditetapkan bahan pengajaran yang diajarkan dalam setiap

bidang studi pada suatu sekolah tertentu.

Dalam hubungannya dengan pembahasan tujuan pendidikan ini berikut

diulas tentang tujuan pendidikan secara hirarkis sesuai dengan urutan tujuan

yang ada di Indonesia.

Urutan tujuan pendidikan tersebut diawali dari tujuan Pendidikan

Nasional, kemudia Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler sampai pada tujuan

Instruksional.

1. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional adalah merupakan tujuan pendidikan yang

tertinggi dalam kegiatan di negara kita. Tujuan ini sangat umum dan sangat

114

Page 115: Buku Belajar Dan Pembelajaran

ideal, yang penggambarannya disesuaikan dengan falsafah negara yaitu

Pancasila.

Selanjutnya dalam GBHN telah digariskan tujuan Pendidikan Nasional

adalah :

Tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia

pembangunan sehat jasmani dan rohaninya, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan

kreativitas dan tanggung jawab dalam menyuburkan sikap

demokrasi dan penuh tanggung rasa, dapat mengembangkan

kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur,

mencintai bangsanya dan sesama manusia dongan ketentuan

yang temaktub dalam IJUD 1945”

Secara ekspilisit maka tujuan pendidikan nasional itu dapat dijabarkan

sebagai membentuk manusia yang Pancasilais;

- Scehat jasmani dan rohani ;

- Berpengetahuan dan berketerampilan

- Bertanggung jawab

- Demokrasi;

- Tanggung rasa

- Cerdas ;

- Berbudi pekerti yang luhur ; dan

- Mencintai bangsa dan sesamanya.

2. Tujuan Institusional

Sistem persekolahan di negara kita adalah berjenjang yang melembaga

pada suatu tingkatan. Untuk itu maka pada tiap lembaga hendaknya juga

digariskan adanya suatu tujuan pendidikan yang kita sebut tujuan institusional.

Selanjutnya kita akan mengenal tujuan institusional SD, SMP, SMA, SKKA,

STM, SPG dan sebagainya.

115

Page 116: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Tentu saja tujuan institusional itu hendaknya menceminkan dan

menggambarkan tujuan pendidikan nasional yang akan dicapai melalui lembaga

pendidikan itu. Agar tidak tercapai penyimpangan maka tiap tujuan institusional

harus didahului dengan pengertian pendidikan, dasar pendidikan dan tujuan

pendidikan nasional. Hal ini disamping untuk menghindari penyimpangan juga

untuk menghindari salah penafsiran yang emungkinkan tidak tercapainya Tujuan

pembangunan dan pendidikan nasional.

Sebagai gambaran maka dapat kita kemukakan kerangka tujuan

pendidikan di SPG (Sekolah Pendidikan Guru) sebagai lembaga Pendidikan

Guru yaitu

I. Pengetian Pendidikan

II. Dasar Pendidikan

III. Tujuan Pendidikan Nasional

IV. Tujuan Umum Pendidikan Sekolah Pendidikan Guru.

Tujuan Khusus Sekolah Pendidikan Guru. Dalam hubungan ini kita akan

mencoba memberikan gambaran tentang tujuan umum dan khusus pendidikan di

Sekolah Pendidikan Guru :

(1) Tujuan Unrum Pendidikan Sekolah Pendidikan Guru; ialah agar lulusannya:

a. Sehat jasmani dan rohani,

b. Menjadi warga negara Indonesia yang bemoral Pancasila yang memiliki

sifat-sifat yang bark dan konstruktif sebagai warga masyarakat, serta

menerima dan percaya kepada kaidah-kaidah dan cara-cara pengalaman

agama masing-masing baik dalam peribadatan maupun kehidupan

lainnya.

c. Memiliki pengetahun, keterampilan dan nilai serta sikap yang diperlukan

untuk:

1. Melaksanakan tugasnya secara efektif sebagai guru di

Lembaga Pendidikan Dasar yaitu SD atau TK.

2. Mengembangkan dan mengamalkan ilmu dan profesinya.

116

Page 117: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3. Menggunakan pronsip pendidikan seumur hidup di sekolah

maupun di luar sekolah sebagai alat utama bagi kemajuan

pribadi dan masyarakat.

4. Mengembangkan dan membina kepemimpinan yang

demokratis yang bertanggung jawab dalam interaksi sosial

dengan murid-murid daur anak-anak.

5. Menggunakan prinsip kemanusiaan, demokrasi dan keadilan

sosial dalam kehidupan, pergaulan sekolah dan keluarga

secara bertanggung jawab.

(2) Tujuan Khusus Pendidikan Sekolah Pendidikan Guru ialah agar lulusannya :

a. Memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk kepentingan dirinya dan

atau untuk melaksanakan program pengajaran di SI), dalam bidang :

1. Agama/Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Malia Esa yang dianutnya.

2. Dasar pembinaan Moral Pancasila sesuai dengan ketentuan yang

termaktub dalam UUD 1945.

3. Perkembangan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa

di dunia pada umumnya.

4. Bahasa Indonesia yang tepat dan baik.

5. O1ah raga, kesehatan dan rekreasi.

6. Bahasa Inggris yang cukup untuk memahami uraian yang sederhana.

7. Matematika

8. Ilmar Pengetahun Alam

9. Ilmu Pengetahuan Sosial

10. Kesenian yang meliputi seni rupa, seni musik dan atau seni drama

dan tari.

11. Pendidikan keterampilan yang meliputi jasa, kerajinan dan teknik,

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), pertaman, peternakan

dan atau perikanan.

117

Page 118: Buku Belajar Dan Pembelajaran

12. Ilmu Keguruan dan meliputi pedagogik, dasar dan tujuan pendidikan

nasional Indonesia, dasar psikologis dan interaksi belajar mengajar,

psikologis pendidikan, psikologis perkembangan, teknik penilaian

pendidikan, bimbingan dan penyuluhan, metodik dan didaktik

umum, alat bantu dan komunikasi pendidikan, metodik khusus untuk

tiap bidang studi yang diajukan pendidikan dasar dan pendidikan dan

pengembangan.

b. Memiliki keterampilan yang diperlukan untuk

1. Menjalankan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Berpartisipasi dalam masyarakat sebagai warga negara Indonesia

yang bermoral Pancasila dan sehat.

3. Merencanakan dan melaksanakan interaksi edukatif dengan murid

dalam mengerjakan bidang pengajaran yang diberikan di pendidikan

dasar yang meliputi kemampuan menyusun program pengajaran.

kemampuan melaksanakan program yang telah disusun dengan

menggunakan metode teknik, dan alat yang sesuai kemampuan

mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan dan memberikan bimbingan

kepada murid yang menghadapi kesulitun.

4. Memimpin dan melaksanakan tugas administrasi sekolah.

5. Berinteraksi dengan murid, masyarakat dan kalangan dunia

pendidikan.

6. Mengarang dan menulis.

7. Melaksanakan kegiatan dalam memanfaatkan sumber lingkungan.

8. Melaksanakan penelitin sederhana.

c. Memiliki nilai dan sikap yang meliputi

1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Cinta kasih kepada anak, bersedia untuk menyesuaikan diri kepada

berbagai kepada keadaan anak dan memperlakukan anak secara

obyektif.

118

Page 119: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3. Menghargai seni budaya bangsa sendiri, dan selektif terhadap

pengaruh kebudayaan asing.

4. Bersedia untuk saling mengoreksi cara-cara mengajar yang bisa

dilakukan.

5. Rendah hati, terbuka, peka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, terruama dalam hubungannya dengan profesi keguruan

dan pendidikan, bercita-cita untuk maju, bersedia untuk bertindak

sebagai perintis, percaya kepada diri sendiri.

6. Disiplin, berdedikasi, loyal dan bertanggung jawab kepada tugas dan

mengutamakan prestasi.

7. Makarya dan efisien.

8. Hidup sehat.

9. Mempunyai kebiasaan membaca dan belajar dengan baik.

3. Tujuan Kurikuler

Suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan

akan memberikan sejumlah isi pengajaran yang disusun sedemikian rupa

sehingga merupakan sejumlah pengalaman belajar yang menunjang tercapainya

tujuan Pendidikan. Dalam hal ini dapatlah dirumuskan babwa yang dimaksud

dengan tujuan yang akan dicapai setelah si anak mengikuti sejumiah program

pengajaran yang diberikan dalam lembaga pendidikan itu. Dalam hal ini maka

menurut SPG ditetapkan sejumlah 11 (sebelas) tujuan kurikuler yang barus

dicaapai oleh seseorang anak/siswa setelah menamatkan pendidikan di SPG.

Tentu saja karena ini merupakan hirarki dari tujuan institusional dan tujuan

pendidikan nasional maka tujuan kurikuler ini harus mencerminkan dan

mengambarkan tujuan ilistitusional dan tujuan pendidikan nasional itu. Atau

dengan kata lain maka penjabaran dari tujuan institusional dan tujuan

pendidikan harus nampak pada tujuan kurikuler ini.

4. Tujuan Instruksional

119

Page 120: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Tujuan instruksional ini merupakan penjabaran yang terakhir dari tujuan-

tujuan yang terdahulu dan lebih atas. Tujuan ini diharapkan dapat tercapai pada

saat terjadinya proses belajar mengajar secara langsung yang terjadi pada setiap

hari. Dalam pelaksanaannya tujuan ini harus dirumuskan pada saat penyusunan

atuan pelajaran.

Untuk tujuan instruksional im kita bedakan 2 (dua) jenis tujuan yaitu :

a. Tujuan instruksional umum yang sudah dirumuskan didalam kurikuler.

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) untuk Tujuan ini perumusannya

dilakukan oleh guru sendiri pada saat menyusun satuan pelajaran. Dalam

tujuan ini diharapkan setelah anak menerima pelajaran terjadi perubahan

tingkah laku yang nyata dan dapat diukur.

Guru dalam merumuskan tujuan ini hendaknya memperhatikan hal-hal

ini yang merupakan syarat TIK :

a. TIK hendaknya mengunakan istilah -istilah yang operasional misainya

menuliskan, menyebutkan, menunjukan. menghitung, dan sebagainya, serta

menghindari istilah-istilah yang non operasional misalnya mengetahui,

memahami. menghargai, meyakini dan sebagainya.

b. TIK hendaknya mempakan hasil belajar siswa.

c. TIK hendaknya terwujud dalam tingkah laku yang spesifik. TIK hendaknya

megandung hanya satu jenis tingkah laku.

2. Komponen Materi (Isi dan Struktur Program)

1. Isi Kurikulum

Sebagai mana kurikulum 1975 maka untuk kurikulum SPG yang berlaku

saat berisi :

(1) Pokok-pokok bahasan adalah merupakan perincian bidang pengajaran untuk

dijadikab bahan pelajaran bagi para. siswa agar mencapai tujuan yang telah

ditetapkan

(2) Bahan pengajaran adalah mutan penyampaian pokok bahasan tersebut dari

yang satu ke tahun pelajaran yang berikutnya, dari semester yang satu ke

semester yang berikutnya

120

Page 121: Buku Belajar Dan Pembelajaran

(3) Sumber bahan yaitu bempa resources dimana proses belajar mengajar

memperoleh sejumlah pengalaman belajar. Sumber ini dapat berupa tempat

(museum, kantor, stasiun dan sebagainya), orang ( camat, kep. Desa, petani,

sopir dan sebagainya), atau barang cetakan (buku, majalah, surat kabar,

brosur dan sebagainya.)

(4) Garis-garis besar program pengajaran (GBPP), adalah merupakan

penjelasan terperinci dari setiap bidang pengajaran yang telah ditentukan

pembagian dan penyebaran waktunya dalam seminggu, catur wulan,

semester seperti yang diatur dalam struktur program kurikulum, dalam

GBPP berisi:

(a) Tujuan kurikululer

(b) Tujuan instruksional

(c) Pokok babasan/sub pokok bahasan

(d) Bahan pengajaran

(e) Sumber bahan.

2. Sruktur Program

Untuk struktur program ini jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Program

pendidikan (di SPG)

Program Pendidikan di SPG terdiri dari :

1. Pendidikan untum meliputi pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila,

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, o1ah Raga dan Kesehatan.

2. Pendidikan Keguruan meliputi ilmu keguruan dan praktek keguruan.

3. Pergajaran di SD/pendidikan spesialisasi/pembangunan meliputi IPS,

Matematika, Pendidikan Kesenian, Pendidikan Keterampilan.

3. Koomponen Organisasi don Strategi

Disamping tujuan dan isi, setiap kurikulum mengandung unsur organisasi

dan strategi.

1. Organisasi

121

Page 122: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Struktur (susunan) program suatu kurikulum mengenai apa yang disebut

struktur horizontal dan struktur vertikal.

a. Struktur Horizontal

Struktur horizontal suatut kurikulum berkenaan dengan apakah

kurikulum im diorganisasikan dalam bentuk :

1. Mata-mata pelajaran secara terpisah (subjec centered) misalnya :

Biologi, Fisika, Sejarah, Ilmu bumi dan sebagainya.

2. Kelompok-kelompok mata pelajaran yang kita sebut bidang studi

(broadfield) misalnya IPS, IPA. Kesenian, Matematika dan

sebagainya.

3. Kesatuan program tanpa mengenai mata pelajam maupun bidang

studi (integrated program).

Selanjutnya, dalam struktur horizontal tercakup pula jenis-jenis

program yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut, misalnya

program pendidikan unnum, program pendidikan keguruan, program

spesialisasi dan sebagainya.

b. Struktur Vertikal

Struktur vertikal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulum

tersebut dilaksanakan melalui :

3. Sistem kelas misalnya kelas l, II, III dan seterusnya dimana kenaikan kelas

diadakan disetiap tahun secara serempak.

4. Program tanpa kelas, dimana perpindahan dui suatu tingkat program ke

tingkat program berikutnya dapat dilakukan setiap waktu tampa harus

menunggu teman-teman yang lain.

5. Kombinasi antara sistem A dan B.

Selanjumya, dalam struktur vertikal ini tercakup pula sistom unit waktu yang

digunakan, misalnya apakah sistem semester atau catur wulan.

Akhirnya struktur program ini menyangkut pula masalah penjadwalan dan

pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi, isi kurikulum pada

setiap tingkat atau kelas.

122

Page 123: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2. Strategi

Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh

didalam melaksanakan pengajaran, dan didalam mengadakan penilaian, cara

didalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara dalam mengatur

kegiatan sekolah secara keseluruhan.

Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup baik cara yang berlaku

secara umum maupun cata dalam menyajikan setiap bidang studi, termasuk

cara (metode) mengajar dan pelajaran yang digunakan.

Komponen metode ini menyangkut komponen metode atau upaya apa

saja yang dipakai agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam hal ini tentu

saja metode yang dipergunakan hendaknya relevan terhadap tujuan yang

ditetapkan sebelumnnya, dengan mempertimbangkan kemampuan guru,

lingkungan anak serta sarana pendidikan yang ada. Dalam pelaksanaannya

tidak ada satu metode yang baik untuk segala tujuan, atau dengan kata lain

kita harus memperhatikan tujuan dan situasi, karena suatu metode cocok

untuk mencapai suam tujuan akan tetapi belum tentu cocok untuk mencapai

suatu tujuan yang lain. Untuk itu guru harus mengetahm kapan ia harus

menggunakan metode mengingat sifat-sifat polivalent dan polipragmatis dari

suatu metode.

Dengan polipragmatis dimaksud adalah penggunaan satu metode untuk

mencapai tujuan lebih dari satu tujuan; sedang polivalent adalah penggunaan

lebih dari satu metode untuk mencapai satu tujuan. Dalam penympaian

seperti kurikulum yang berIalw niisalnya (kurikulum 1975) kurikulum SPH

juga menggunakan pendekatan PPSI yang dikembangkan melalui satuan

pelajaran dan modul. Dengan metode ini proses pengajaran (belajar-

mengajar) dipandang sebagai suaw sistem. Adapun macam-macam metode

dapatlah kita kemukakan sebagai contoh metode ceramah, tanya jawab,

demonstrasi, eksperimen, pemberian tugas, karyawisata, sosiodrama,

bermain peranan, kerja kelompok diskusi, simposium, seminar dan

sebagainya.

123

Page 124: Buku Belajar Dan Pembelajaran

4. Komponen Sarana dalam Kurikulum Lembaga Pendidikan Guru (SPG)

meliputi

a. Sarana personal yang terdin dan

a. Guru

b. Tenaga edukatif yang tidak mengajw seperti konselon

c. Tenaga teknis non edukatif misaInya tenaga tata usaha.

b. Sarana material yang terdiri dari

1) Bahan instruksional dalam bentuk bahan instruksional, teksbook, alat

atau media pendidikan, sumber yang menyediakan bahan instruksional

atau pengalaman belajar dan sebagainya.

2) Sarana fisik yang terdin dari gedung sekolah, kantor, laboratorium,

lapangan batsman sekolah dan sebagainya.

3) Biaya operasional yaitu tersedianya biaya dan dana untuk

penyelengguaan pendidikan.

c. Sarana Kepemimpinan

Sarana kepemimpinam ini akan memberi dukungan dan pengamanan

pelaksanaan, serta member! bimbingan. penggunaan dan menyempurnakan

program pendidikan.

d. Sarana Administrasi

Pendidikan administratif disini dapat disebutKan sebagai

- Pedoman Khusus Bidang Pengajaran

- Pedoman Penyusunan Sawn Pelajaran

- Pedoman Praktek Keguruan

- Pedoman Bimbingan Siswa

- Pedoman Administrasi Dan Supervisi

e. Komponen Evalusasi

Pendidikan adalah sebagian dari keperluan manusia. Sekolahpun mempalari

keperluan dari masyarakat. Untuk itu maka sekolah termasuk juga

didalamnya termasuk juga harus peka terhadap perubahan-pembahan yang

124

Page 125: Buku Belajar Dan Pembelajaran

terjadi di masyuakat. Oleh karena itu kurikulum sebagai bahan konsumsi dari

anal didik dm sekaligus juga konsumsi bagi masywakat juga harus dinilai

terus menems serta menyclums terhadap bahan atau program pengajuan.

Disamping itu penilaian terhadap kurikulum dimaksudkan juga sebagai

feedback terhadap tujuan, materi metode dan sarana dalam rangka membina

dan memperkembangkan kurikulum lebih lanjut. Sedangkan penilaian dapat

dilakukan oleh semua pihak baik dari kalangan masyarakat luas maupun dari

kalangan petugas-petugas pendidik.

1.1. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan Pengembangan Kurikulum dapat meniadi titik tolak sekaligus

titik sampai. Titik tolak berarti pengembangan kurikulum dapat didorong oleh

pembahaman tertentu seperti penemu.an teori belajar yang baru dan perubahan

tuntutan masyarakat terhadap fungsi sekolah. Titik sampai berarti kuirikulum

harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat merealisasikan

perkembangan tertentu, seperti dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi tuntutan-tuntutan sejarah masa lalu, perbedaan latar belakang murid,

nilai-nilai filsafat suatu masyarakat dan tuntutan-tuntutan kultur tertentu.

Disini hanya dipaparkan landasan secara umum dan sepintas, sedangkan

uraian secara detail dapat dibaca pada kurikulum man dapat dijabarkan sendiri

sesuai dengan kondisi Indonesia. Tentang landasan ini para ahli mengemukakan

berbagai pendapat, sebagai gambaran ummin kami paparkan pandangan tiga ahli

kurikulum.

Landastur Pengembangan Kurikulum

1.2. KURIKULUM DAN LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. Pengembangan Kurikulum

No AspekSaylor &

AlexanderAusbrey Haan Hilda Taba

1. Sosiologi Contenporary The variety

background of

- The analysis

125

Page 126: Buku Belajar Dan Pembelajaran

children society

- The analysis of

culture

- Current conception

of the funtions of

the school

No AspekSaylor &

AlexanderAusbrey Haan Hilda Taba

2. Filosofis An Expression

of values

Methods &

values of e free

society

-

3. Psikologis Child as a

learner

- Dynamic of

children’s

learning

- Theory of

individual

growth

- Complex

factor that

Psycology of learning

- Learning theories

- The concept of

development

- The transfers of

learning

4. Contribute to

children’s

personality

growth.

- Social and culture

learning

- The extension of

learning

5. “Scientific” - - The nature of

knowledge

- The content of the

disciplines

Apabila diajukan pertanyaan : apakah kurikulum, itu ? setiap orang yang

ditanya akan menjawab sama atau berbeda satu sama yang lain. Adanya jawaban

126

Page 127: Buku Belajar Dan Pembelajaran

yang bervariasi terhadap pertanyaan tersebut sesuai dengan pendapat para ahli

yang juga bervariasi mengenai pengertian kurikulum im.

Kata "kurikulum" berasal dari satu kata bahasa asing yang berarti "jalur

pacu", dari secara tradisional kurikulum sekolah disajikan seperti itut (ibarat

jalan) bagi kebanyakan orang jais, (1976 : 6). Labih lanjut Zais (1976)

mengemukakan berbagai pengertian kurikulum, yakni : (i). Kurikulum sebagai

program pelajaran, (ii). Kurikulum sebagai isi pelajaran, (iii). Kurikulum

sebagai pengalaman belajar yang direncanakan, (vi). Kurikulum, sebagai

pengalaman dibawah tanggung jawab sekolah, dan (v). kurikulum sebagai suatu

rencama (tertulis) untuk dilaksanakan. Sedangkan Tanner dan Tanner (1980)

mengungkapkan konsep-konsep : (i). Kurikulam sebagai pengetahuan yang

diorganisasikan, (ii). Kurikulum sebagai modus mengajar, (iii). Kurikulum

sebagai arena pengajaran, (iv). Kurikulum sebagai pengalaman, (v). kurikulum

sebagai pengalaman belajar terbimbing, (vi). Kurikulum sebagai kehidupan

terbimbing, (vii). Kurikulum sebagai suam rencana pembelajaran, (viii).

Kurikulum sebaga sistem produksi sceara teknologis, dan (ix). Kurikulum

sebagai tujuan. Untuk memudahkan dan menyederhanakan pembahasan, berikut

merupakan penyimpulan dari konsep-konsep kurikulum yang terdiri dari (i).

Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah, (ii). Kurikulum sebagai mata dan isi

pelajaran, (iii). Kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran, (vi

Kurikulum sebagai basil belajar, dan (v). kurikulum sebag pengelaman belajar.

a. Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah. Seperti kita ketahai bersama,

kurikulum merupakan syarat mutlak dalam pendidikan formal. Boleh dikata,

tidak ada pendidikan formal tanpa ada kurikulum. Pada pendidikan formal

terdapat jenjang jenjang pendidikan yang selalu berakhir dengan ijazah atau

Surat Tanda Tamat Behijar (STTB). Seseorang yang telah menyelesaikan

satu jenjang pendidikan, dalum kenyataannya telah melalui suatu jalur

pacuan yang terdiri dari berbagai mata pelajaran/bidang studi beserta isi

pelajarannya dan berakhir pada ijazah. Para pendidik profesional juga

127

Page 128: Buku Belajar Dan Pembelajaran

memandang curriculum as the relatively standardize grown coveret by

students in their rece toward the finish line (diploma)" (Zais, 1976 : 6 ).

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat kiranya disimpulkan bahwa

kurikulum mempakan jalan yang berisi sejumlah mata pelajaran/bidang studi

dan isi pelajaran yang barus dilalui untuk meraih ijazah.

b. Kurikulum sebagai mata don isi pelajaran. Kurikulum sebagai jalan meraih

ijazah mengisyaratkan adanya sejumlah mata pelajaran/bidang studi dan isi

pelajaran yang barus diselesaikan oleh siswa. Selain itu, jika ada orang yang

bertanya : apa kurikulumnya ? seringkali dijawab bahwa kurikulum adalah

PMP, Babasa Indonesia dan yang lain. Jawaban bahwa kurikulum terdiri dari

berbagai mata pelajaran sudah sejak lama ada, bahkan sampai sekarang

masili sering terbaca ataupun terdengar. Schubert (1986) mengemukakan

bahwa penyebutan kurikulum yang demikian sama halnya menyamakan

kurikulum dengan mata pelajaran (Sumantri, 1988 : 2). Lebih jauh, orang

sering menyebut bahwa isi dari pelajaran tertentu dalam program dikatakan

sebagai kurikulum (Zais, 1976 : 7). Dengan demikian, tidaklah mengejutkan

apabila ada orang mengemukakan kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran.

c. Kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran . Winecoff (1988 : 1),

mengemukakan : "The curriculum is generally difined as a plan the

developed Ii facilitate the teachingfleaming process under the direction and

guidance of a school, college or university and its members . "Defenisi

kurikulum seperti dikemukakan oleh Winecoff (1988) tersebut, secara jelas

menunjukkan kepada kita bahwa kurikulum didefenisikan sebagai suatu

rencana yang dikembangkan untuk mendukung proses mengajar/belajar di

dalam arahan dan bimbingan sekolah, akademi atau universitas dan para

anggota stafnya. Alexander dan Saylor (1974 dalam Bondi dan Wiles, 1989 :

7) mengungkapkan pula bahwa kurikulum sebagai suatu rancangan untuk

menyediakan seperangkat kesempatan belajar agar mencapai tujuan.

Kurikulum sebagai sam rencana kegiatan pembelajaran sudah selayaknya

128

Page 129: Buku Belajar Dan Pembelajaran

mencakup komponen-komponen kegiatan pembelajaran, namun demikian

komponen-komponen kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam

kurikulum masih bersifat umum dan luwes untuk lanjut oleh guru.

d. Kurikulum sebagai hasil Belajar. Popham dan Baker mendefiniskan

kurikulum sebagai 'All planner leaming out comes for whkh the scholl is

responsible" Tanner & Tanner, 1980 : 24). Secara jelas diutarakan oleh

Popham dan Baker bahwa semua rencana hasit belajar (Kamig out comes)

yang merupakan tanggung jawab sekolah adalah kurikulum. Adanya defenisi

ini mengubah pandangan penanggung jawals sekolah dari kurikulum sebagai

alat menjadi kurikulum sebagai tujuan. Bahkan Tanner & Tanner (1980 :43)

memandang kurikulum sebagai rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman,

yang secara sistematis dikembangkan dengan bantuan sekolah (atau

universitas) agar memungkinkan siswa menambah penguasaan pengetahuan

dan pengalamannya. Dengan demikian, kurikulum sebagai hasil belajar

mempakan serangkaian hasil belajar yang diharapkan. Namun demikian

bukan berarti dalam kurikulum tidak diorganisasikan cara-cara sistematis

untuk mewujudkan hasil-hasil belajar yang diharapkan.

e. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dari empat konsep kurikulum yang

diuraikan sebelumnya, dapatlah kita menandai bahwa setiap orang yang

terlibat dalam pengimplementasian kurikulum tersebut akan memperoleh

pengalam belajar. Foshay mengamati bahwa sebelum tahun 1930-an istilah

kurikulum dideferusikan sebagai "semua pengalaman seorang siswa yang

diberikan dibawah bimtbingan sekolah" (Tanner & Tanner, 1980: 14)

sedangkan Krug (1956 dalam Zais, 1976 : 8) menunjukkan kurikulum

sebagai "All the means employed by the school to provide students with

opportunities for desirable leaming experiences". Jelas defenisi Krug ini

menunjukkan kepada kita bahwa semua yang bemaksud dipakai oleh sekolah

untuk menyediakan kesempatan-kesempatan bagi siswa memperoleh

pengalaman-pengalaman belajar yang diperlukan sekali adalah kurikulum.

129

Page 130: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Berdasarkan defenisi kurikulum, belajar tersebut dapat diperoleh di dalam

sekolah maupun di luar sekolah sepanjang direncanakan atau dibimbing

pihak sekolah. Dengan demikian, kurikulum sebagai pengalaman belajar

mencakup pula tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru untuk

dikerjakan sesuatu.

Kelima konsep tentang kurikulum, yakni : (I). Kurikulum sehagai jalan

meraih ijazah, (ii). Kunkulum sebagai mata dan isi pelajaran, (iii). Kurikulum

sebagi rencana kegiatan belajar, (iv).Kurikulum sebagai hasil belajar, dan (v).

kurikulum sebagai penglaman belajar, semua benar tergantung dari cara

memandangnya. Guru dapat memilih satu atau lebih konsep kurikulum yang

dijadikan acuannya. Dalam UU RI No. 2 tahun 1989 pasal 1 (9) menyebutkan

bahwa : " kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi

dan bahan" serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar " (Depdikbud, 1989: 3), sedangkan dalam pasal 37

menyebutkan: " kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan

kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasioanal,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan

jenis dan jenjang masingmasing satuan pendidikan " (Depdikbud, 1989 : 15).

Rumusan penjabaran kurikulum seperti termaktub dalam UU Sistem Pendidikan

Nasional, bila dikaji merupakan konsep kurikulum yang cukup lengkap dn

menyeluruh. Dalam rumusan tersebut tampak dengan jelas bahwa kurikulum

perlu dan harus dikembangkan.

2. Landasan Pengembangan Karikalum

Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga

perlu dinilai dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai

dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat (Depdikbud, 1986: 1).

Adapun yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah suatu proses

yang menentukan bagaimna pembuatan kurikulum akan berjalan. Hal tersebut

meliputi pertanyaan-pertanyaan berikut : Siapa akan dilibatkan dalam

130

Page 131: Buku Belajar Dan Pembelajaran

pembuatan kurikulum, guru, administrator, orang tua, atau siswa ? Apa prosedur

yang akan digunakan dalam pembuatan kurikulum, petunjuk administratif,

konlisi fakultas (staf pengajar) atau konsultasi universitas ? jika komisi yang

digunakan, bagaimana mereka akan diatur ? (Zais, 1976 : 17) sedangkan Bondi

dan Wiles (1989 : 87) mengemukakan babwa pengembangan kurikulum yang

terbaik adalah proses yang meliputi banyak hal yakni : (1) kemudahan-

kemudahan suatu analisis tujuan, (2) rancangan suatu program, (3) penerapan

serangkaian pengalaman yang berhubungan, dan (4) peralatan dalam evaluasi

proses ini. Secara singkat, pengembangan kurikulum adalah suatu perbuatan

kompleks yang mencakup berbagai jenis keputusan (Taba, 1962 : 6).

Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang

diinginkan, maka dalam pengembangan kurikulum diperlakan landasan-landasan

pengembangan kurikulum. Seperti yang tercantum dalam kurikulum SP, dalam

landasan program dan pengembangan dikemukakan bahwa pengembangan

kurikulum mengacu pada tiga unsur, yaitu : (1). Nilai dasar yang mempakan

falsafah dalam penyelidikan manusia seutuhnya, (2). Fakta empirik yang

tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan penilaian kurikulum

studi, maupun surve lainnya. (3). Landasan teori yang menjadi arahan

pengembangan dan kerangka penyorotannya (Depdikbud, 1986 : 1). Hal yang

dikemukakan dalam "Landasan Program dan Pengembangan Kurikulum"

merupakan contoh adanya landasan-landasan pengembangan kurikulum, yang

acapkali disebut sebagai determinan (faktor-faktor penentu) pengembangan

kurikulum.

a. Landasan Filosofis. Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan

masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk

dilestarikan diselenggarakan melalui pendidikan (dalam arti seluas-luasnya)

(Raka, Joni, 1983 : 6). Segala kehendak yang dimiliki oleh masyarakat

merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada pendidikan. Dengan

demikian pandangan dan wawasan yang ada dalam masyarakat merupakan

pandangan dan wawasan dalam pendidikan, atau dapat dikatakan bahwa

filsafat yang hidup dalam masyarakat merupakan landasan filosofis

131

Page 132: Buku Belajar Dan Pembelajaran

pertyelenggaraan pendidikan. Filsafat boleh jadi didefinisikan sebagai suatu

studi tentang : hakikat realitas, hakikat ilmu pengetalman, hakikat sistem

nilai, hakikat nilai kebaikan, hakikat keindahan dan hakikat pikiran

(Winecoff, 1988: 13). Oleh karena itu landasan filosofis pengembangan

kurikulum adalah hakikat realitas, ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai

kebaikan, keindahan, dan hakikat pikiran yang ada dalam masysarakat.

Secara logis dan realistis, landasan filosofis pengembangan kurikulum dari

satu sistem berbeda dengan pendidikan yang lain. Juga landasan filosofis

pengembangan kurikulum dan suatu lembaga berbeda dengan lembaga yang

lain. Perbedam tersebut sangat terasa dalam masyarakat yang majemuk.

Untuk landasan filosofis pengembangan kurikulum secara cepat dan tepat

kita pastikan, yakni nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan

manusia seutuhnya yakni pancasila.

b. landsaan Sosial- Budaya - Agama. Realitas sosial-budaya - agama yang ada

dalam masyarakat merupakan bahan kajian pengembangan kurikulum untuk

digunakan sebagai landasan pengembangan kurikulum. Masyarakat adalah

suatu kelompok individu-individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke

dalam kelompok-kelompok berbeda ( Zais, 1976 : 157; Raka Joni, 1983 : 5 ).

Masyarakat sebagai kelompok individu-individu mempunyai pengaruh

terhadap individu-individu dan sebaliknya, individu-individu itu pada taaf-

taraf tertentu juga mempunyai pengaruh terhadap masyarakat (Raka Joni,

1983 :5) kebersaman individu-individu dalam masyarakat diikat dan terikat

oleh nilai-nilai individu yang menjadi pegangan Mdup dalam interaksi di

antana mereka. Nilai-nilai yang perlu dipertahankan dan dihomati oleh

individu-individu dalam masyarakat tersebut, mencakup nilai-nilai

keagamaan dan nilai-nilai sosial budaya. Nilai-nilai keagamaam

berhubungan erat dengan kepercayaan masyarakat terhadap ajaran dan nilai-

nilai agama yang mereka anut. Oleh kreena nilai agama berhubungan dengan

kepereayaan, maka pada umumnya bersifat langgeng sampai masyarakat

pemeluknya melepaskan kepereayaannya (Rika Joni, 1983 : 5). Nilai-nilai

sosial- budaya masyarakat bersumber pada basil karya akal budi manusia,

132

Page 133: Buku Belajar Dan Pembelajaran

sehingga dalam mencrima, menyebarluaskan, melestrikan dan atau

melepaskannya manusia menggunakan akalnya. Dengan demikian, apabila

terhadap nilai-nilai sosial budaya yang tidak berterima atau bersesuaian

dengan akaInya akan dilepaskan. Oleh karena itu, nilai-nilai sosial budaya

lebih bersifat sementara bila dibanding nilai-nilai keagamaan. Untuk

menerima melaksanakan, menyebarluaskan. pelestarian, atau penolakan dan

pelepasan nilai-nilai sosial budaya-agama, maka masyarakat memanfaatkan

pendidikan yang dirancang melalui kurikulum. Jelas kiranya bagi kita.

mengapa salah satu landasan pengembangan kurikulum adalah nilai-nilai

sosial-budaya-agama.

c. Landasan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. Pendidikan merupakan

usaha penyiapan subjek didik ( siswa) meng hadapi lingkungan hidup yang

mengalami perubahan yang semakin pesat ( Raka Joni, 1983: 25 ).

Perubahan masarakat mencakup nilai yang disepakati oleh masyarakat

tersebut. Sedangkan seluruh nilal yang telah disepakati oleh msyarakat dapat

pula tersebut, sedangkan seluruh nilai yang disepakati oleh masyarakat dapat

pula disebut sebagai kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan dapat

dikatakan sebagai suatu konsep yang memiliki kompleksitas tinggi (Zais,

1987: 157). Namun dengan demikian menurut Damd Joesoep (1982 dalam

Raka Joni, 1983 : 40) bahwa sumber ratusan ribu nilai yang ada dalam

masyarakat ntuk perkembangan melalui proses pendidikan ada tiga yaitu :

pikiran ( logika), perasaan (estetika), dan kemuan (etika). Ilmu pengetahuan

dan tehnologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran atau logika,

sedangkan seni bersumber pada perasaaan atau estetika. Mengingat

pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi perubaban yang

makin pesat, temasuk didalamya perubahan ilmu pengetahuan, tehnologi,

dan seni.

d. Landasan perkembangan masyarakat. Salah satu ciri masyarakat adalah

selalu berkembang. Mungkin pada msyarakat tertentu perkembangannya

tersebut sangat lambat tetapi masyarakat lainnya cepat baik sanggat cepat

(Nana Sy Sukmadinata, 1988:66). Perkembangan masyarakat juga

133

Page 134: Buku Belajar Dan Pembelajaran

dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, ipteks, dan kebutuhan yang ada

dalam masyarakat. Falsafah hidup akan mengarahkan perkembangan

masyarakat. Nilai-nilai sosial budaya agama akan merupakan penyaringan

nilai-nilai lain yang menghambat perkembangan masyarakat. lpteks

mendukung kegiatan msyarakat, dan kebutuhan msyarakat akan membantu

menetapkan perkembangan yang dilaksanakan. Perkembangan masyarakat

akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai dengan

perkembangan masyarakat maka, diperlukan rancangannya berupa

kurikulum yang landasan pengembangannya berupa perkembangan

masyarakat itu sendiri.

Pengertian kurikulum dan Iandasan-landasan pengembangan kurikulum yang

telah diuraikan sebelumnya, akan merupakan dasar untuk mengkaji

pembelajaran dan pengembangan kurikulum lebili lanjut. Tugas-tugas

berikut ini akan membantu memantapkan perasaan anda mengenai

pengertian kurikulum dan landasan - landasan pengembangan kurikulum.

1.3. Komponen dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum.

1. Komponen kurikulum

Sebelum melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum, seorang

pengembang terlebih dahulu mengenal konaponen atau elemen atau unsur

kurikulum. Seperti yang dikemukakan Tyler (1950 dalam Tabs, 1962 : 422)

bahwa "it is important as a part of a compherensive theory or organization to

indkate just what kinds of elements. An in a given currkulum it is important to

identify the partkular elements that shall be used" Dari pemyataan Tyler

tersebut, tampak pentingnya mengenal komponen atau elemen atau unsur

kurikulum. Herrck (1950 dalam Taba, 1962: 425) mengemukakan 4 (empat)

elemen, yakni : tujuan (obejetives), mata pelajaran (subject matter), metode dan

organisasi (method and organization), dan evaluasi (evolution). Sedangkan ahli

yang lain mengemukakan bahwa kurikulum terdiri dari 4 komponen dasur: (1)

aim, goals, and objektive, (2) content, (3) leaming activities, don (4)evaluations

(Zais, 1976: 295). Nana Sy. Sukmadinata (1988 : 110) menemukan empat

134

Page 135: Buku Belajar Dan Pembelajaran

konaporten dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau

materi, proses atau isi penyampaian, serta evaluasi. Berdasarkan uraian tentang

komponen-komponen kurikulum sebelumnya, yakni komponen kurikulum yang

terdiri dari : tujuan, materil pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi.

a. Tujuan. Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum mempakan kekuatan-

kekuatan fundamental yang peka sekali, karena hasil yang diinginkan tidak

hanya sangat mempengaruhi bentuk kurikulum, tetapi memberikan arah dan

fokus untuk selmh program pendidikan (Zais, 1976 : 297). Apa yang

diutarakan oleh Zais mengenai pentingnya tujuan adalah benar adanya,

karena tidak ada satupun aspekaspek pendidikan yang lain bertentangan

dengan tujuan. Dalam kenyataannya aspek-aspek pendidikan selalu

mempertanyakan tentang tujuan. Lebili lanjut Zais (1976 : 307)

mengklasifikasik" tujuan menjadi tiga yakni aims, goal, dan objetives, yang

ketiganya mempakan suatu hirarki vertikal. Adanya klasifikasi tujuan

kurikulum seperti yang disampaikan oleh Zais juga tersurat dalam tujum

kurikulum indonesia. Hirearki vertikal tujuan kurikulum di Indonesia, paling

tinggi adalah tujuan pendidikan nasional, kemudian tujuan kelembagaan,

diikuti tujuan kurikuler, dan tujuan pengajaran. Tujuan pendidikan nasional

merupukan tujuan kurikulum tertinggi yang bersumber pada falsafah bangsa

(pancasila) dan kebutuhan masyarakat tertuang dalam GBHN dan UU-SPN.

Tujuan kelembagaan (tujuan institusional) mempakan tujuan yang

menjabarkan tujun pendidikan nasional, bersumber pada tujuan tiap jenjang

pendidikan dalam UU-SPN, karekteristik mata pelajaran bidang studi,

karakteristik lembaga, dan kebutuhan masyarakat. Tujuan yang terbawah

dari hirarki tuju" kurikulum Indonesia adalah tujuan pengajaran., yakni suatu

tujuan yang, menjabarkan tujuan kurikuler dan bersumber pada karakteristik

mata pelajaran/bidang studi dan karakteristik siswa. Tujuan pengajuan

terbagi menjadi dua macam, yakni Tujuan Umum Pengajoran (TUP) dan

Tujuan Kbusus Pengajaran (TKP). Apabila dikaji lebih lanjut akan kita

temukan bahwa dalam perumusannya, tujuan tersusun hirarki vertikal dari

yang tertinggi ke yang terendah dan sebaliknya, untuk pencapaiannya secara

135

Page 136: Buku Belajar Dan Pembelajaran

hirarki vertikal daii tujuan yang terendah ke tujuan yang lebib tinggi. Untuk

memperjelas uraian, berikut mempakan hirarki nujuan kurikulum Indonesia.

Hirarki tujun kurikulum secara vertikal di Indonesia seperti terurai

sebelumnya, tersurat seperti terurai sebelumnya,

Jenjang Tujuan Dokumen Penanggung Jawab

Tujuan Pendidikan UU SPN & GBHN Menteri Dikbud

Tujuan

Kelembagaan

Kurikulum Tiap

Lembaga

Kepala Sekolah

Tujuan Kurikuler GBBP Guru Mata Pelajaran /

Bidang Studi / Kelas

Tujuan Pengajaran GBPP & Rancangan

Pembelajaran

Guru Mata Pelajaran

tersurat sampai dengan Kurikulum Yang Disempumakan (KYD)

SD/SLTP/SLTA tahun 1984/1985 atau 1985/1986. Hierarki tujuan

kurikulum secara vertikal tersebut dapat saja berkembang atau

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan atau perkembangan zaman.

Pengembangan hierarki kurikulum secara. vertikal di Indonesia tertampak

dalam draft kurikulum tahun 1994/1995. Hirarki tujuan kurikulum vertikal

yang tersurat dalam draft kurikulum 1994/1995 tersebut diawali dari tujuan

pendidikan nasional, kemudian tujuan kelembagaan, tujuan kurikuler, tujuan

bidang studi, tujuan kelas dan tujuan catur wulan serta Tujuan pengajaran.

Secara garis besar hierarki tujuan kurikulum dalam draft kurikulum

1994/1995 tersebut, ditujukan untuk lebili tajam diharapkan dapat

memudahkan guru menjabarkan.

b. Materi pengalaman belajar. Hal yang mempakan fungsi khusus dari

kurikulum pendidikan fonnal adalah memilih dan menyusun isi (komponen

kedua dari kurikulum) supaya keinginan tujuan kurikulum dapat dicapai

dengan dan paling efektif dan supaya pengetahuan paling penting yang

diinginkan pada jalumya dapat disajikan secara efektif (Zais, 1976: 322).

Selain itu untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan

136

Page 137: Buku Belajar Dan Pembelajaran

diperlukan bahan ajaran (Nana Sy. Sukmadinata, 1988 : 114). Namun

demikian sebenarnya tidak cukup hanya isil bahan ajaran saja yang

dipikirkan dalam kegiatan kurikulum, lebih dari itu adalah pengalaman

belajar yang mampu mendukung pencapaian tujuan secara lebili efektif. Hal

ini berarti kita memandang kurikulum sebagai suatu rencana untuk belajar,

dan tujuan menentukan belajar apa yang penting, maka kurikulum secara

pasti mencakup seleksi, dan organisasilmateri dan pengalaman belajar (Taba,

1962 : 266). Isi atau materi kurikulum adalah semua pengetalman,

keterampilan, nilai-nilai, dan sikap yang terorganisasi dalam mata

pelajaran/bidang studi. Sedangkan pengalaman belajar dapat diartikan

sebagai kegiatan belajar tentang atau Belajar bagaimana disiplin berpikir dan

strata disiplin thou. Dengan demikian jelaslah bahwa baik materi/isi

kurikulum dan pengalaman belajar barus dipikirkan dan dikaji serta

diorganisasikan dalam pengembangan kurikulum. Pentingnya materi/isi

kurikulum dan pengalaman belajar dapat kita lihat pada pernyataan Taba

(1962 : 263) berikut ini : Selecting the content, with accompanying leaming

experiences, in one of the two central derision in currkulum making, and

there fore rational method of going about it is a matter of great concert "

c. Organisasi. Perbedaan antara behijar di sekolah dan belajar dalam

kehidupan adalah dalam hal pengorganisasian secara formal di sekolah. Jika

kurikulum merupakan suatu rencana untuk belajar maka isi dan pengalaman

belajar membutuhkan pengorganisasian sedemikian rupa sehingga berguna

bagi tujuan-tujuan pendidikan (Taba, 1962 : 290). Berdasarkan pendapat

Taba tersebut, jelas babwa materi dan pengalaman Belajar dalam kurikulum

diorganisasikan untuk mengefektifkan pencapaian tujuan. Namam demikian,

perlu kita sadari bahwa pengorganisasian kurikulum merupakan kegiatan

yang sulit dan kompleks. Sukar dan kompleknya pengorganisasian

kurikulum dikareakan kegiatan tersebut bertalian dengan aplikasi serta

pengetahuan yang ada tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta

didik, dan masalah proses pembelajaran (Sumantri, 1988 : 23).Masalah-

137

Page 138: Buku Belajar Dan Pembelajaran

masalah utama organisasi kurikulum berkisar pada ruang lingkup (scope),

sekuensi kontinuitas, dan integrasi.

Evaluasi. Evaluasi merupakan komponen ke empat kurikulum, mungkin

merupakan aspek kegiatan pendidikan yang dipandang paling kecil (Zais, 1976 :

369). Evaluasi ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap belajar sisiwa (basil

dan proses) mampun keefektifan kurikulum dan pembelajaran, Lebih lanjut Zais

(1976 : 378) mengemukakan evaluasi kurikulum secara luas merupakan suatu

usaha sangat besar yang kompleks yang mencoba menantang untuk

mengkondifikasi proses salah satu dari istilah sekuensi atau komponen-

komponen. Evaluasi kurikulum secara luas tidak hanya menilai dokumen

tertulis, tempat yang lebih penting adalah kurikulum yang diterapkan sebagai

bahan-bahan fungsional dari kejadian-kejadian yang meliputi interaksi siswa,

guru, material, dan lingkungan. Adapun peran evaluasi dalam kurikulum secara

keseluruhan baik evaluasi belajar sisiwa maupun keefektifan kurikulum dan

pembelajaran, dapat digunakan sebagai dasan pengembangan kurikulum. Dari

uraian tentang evaluasi jelaslah bahwa evaluasi bukanlah komponen atau

kegiatan pendidikan yang kecil. Sebagai konponen kurikulum, evaluasi

merupakan bagian integral dari kurikulum. Kegiatan evaluasi akan memberikan

informasi dan data tentang perkembangan belajar siswa maupun keefektifan

kurikulum dan pembelajaran, hingga dapat dilihat keputusan-keputusan

pembelajaran dan pendidikan secara tepat.

138

Page 139: Buku Belajar Dan Pembelajaran

BAB IV

MOTIVASI BELAJAR

4.1. Pengertian dan Pentingnya Motivasi

Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan,

pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti

mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motivate sendiri berarti alasan,

sebab dan daya penggerak (Echols, 1984). Motif adalah keadaan dalam diri

seseorang yang mendorong individu tersebut amok melakukan aktifitas-aktifitas

tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata, 1994). Secara

serupa Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah penggerak dalam

diri seseorang mau melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dalam mencapai suatu

tujun tertentu pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu

motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah

keseluruhan dari penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai suatu tujuan

(Winskel, 1987).

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah,

semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi

tinggi mempunyai energi linggi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan

belajar. Siswa yang mempunyai motiasi belajar tinggi sangat sedikit yang

tertinggal belajarnya dan sangat sedikit putus kesalahan dalam belajarnya

(Palardi, 1975).

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

Ini dapat dikenali dalam proses belajar mengajar di kelas, sebagaimana

dikemukakan Brown (1981) sebagai berikut: tertarik kepada guru, artinya tidak

membenci atau bersikap acuh tak acuh ; tertarik pada mata pelajaran yang

diajarkan ; mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya

139

Page 140: Buku Belajar Dan Pembelajaran

terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas; ingin

identitas dirinya diakui oleh orang lain; tindakan, kebiasaan, dan moralnya

selalu dalam kontrol diri; selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya

kembali; dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.

Sardiman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada

diri seseorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara.

terus menerus dalam waktu lama; ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak

mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh; menunjukkan

minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar; lebih suka

bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain; tidak cepat bosan

dengan tugas-tugas rutin; dapat mempertahankan pendapatnya; tidak mudah

melepaskan apa yang diyakini; senang mencari dan memecahkan masalah.

Suatu hal yang penting adalah bahwa motivasi pada setiap tingkat yang

diatas hanya dapat dibangkitkan apabila telah diperngaruhii tingkat motivasi di

bawahnya. Bila kita ingin anak belajar dengan baik (tingkat 5), maka haruslah

terpengaruh tingkat 1-4. Anak yang lapar, merasa tidak aman, yang tidak

dikasihi, yang tidak diterima sebagai anggota masyarakat kelas, yang guncang

harga dirinya, tidak akan dapat belajar dengan baik.

Motivasi kelakuan manusia merupakan topik yang sangat luas. Banyak

macam motivasi dan para ahli meneliti tentang bagaimana asal dan

perkembangannya dan menjadi suatu "daya" dalam mengarahkan kelainan

seseorang. Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pelajaran di

sekolah.

Ada sejumlah tokoh yang meneliti soal motivasi belajar ini. Hewitt (1968)

mengemukakan bahwa "attentional set” merupakan dasar bagi perkembangan

motivasi yakni yang bersifat sosial. artinya anak itu suka bekerja sama dengan

anak-anak lain dan dengan guru, ia mengharapkan penghargaan dari teman-

temannya dan mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga dirinya di

kalangan kawan sekelasnya. Selanjutnya anak itu memperoleh motivasi anak

menguasai pelajaran (matery), termasuk penguasaan kemampuan intelektual.

140

Page 141: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Dengan reinforcement yakni penghargaan atas keberhasilannya motivasi itu dapat

dipupuk. Taraf motivasi tertinggi menurut hewitt ialah motivasi untak

"achievemenf' atau keberhasilan yang merupakan syarat agar anak im didorong

oleh kemauannya sendiri dan merasa kepuasan dalam mengatasi tugas-tugas yang

kian bertambah sulit dan berat. Bila taraf ini tercapai, maka anak itu sanggup

untuk belajar sendiri.

Juga peneliti lain mengemukakan pentingnya reinforcement berupa

pujian, penghargaan yang diberikan bila hasil belajar anak mendekati bentuk

kelakuan yang di inginkan, dan tidak perlu di tunggu sampai hasil belajarnya

benar sepenuhnya. Siswa perlu diberitahukan tentang hasil pekerjaanya sehingga

ia dapat menilai keberhasilannya dan kegagalannya. Akhirnya anak itu harus

meningkat dalam bentuk penghargaan dari yang konkrit kepada rasa putas atas

keberhasilannya menurut standar yang ditentukannya sendiri.

Pentingnya motivasi

Secara konseptual motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau perolehan

belajar. Pembelajaran yang tinggi motivasi, umumnya tinggi pula perolehan

belajarnya. Sebaliknya, pembelajaran yang rendah motivasinya, rendah pula

perolehan belajarnya. Demikin juga pembelajuan yang sedang-sedang saja

motivasinya, umumnya perolehan belajannya juga sedang-sedang saja.

Banyak riset yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam belajar

berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini, kaitan

antara motivasi dengan perolehan dan atau prestasi ini tidak hanya dalam

belajar. Dalam kerjapun, motivasi mi juga sangat prating. Salah satu hasil

peneliti juga menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi-berprestasi

umumnya juga mempunysu prestasi yang lebih tinggi. Pegawai atau karyawan

yang mempunyaj motivasi berprestasi tinggi juga menunjukkan performansi

profesional yang diharapkan atau di atas rata-rata teman atau sejawatnya.

141

Page 142: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Bahkan dewasa ini, ada juga yangg mengembangkan motivasi berprestasi

atau motivasi belajar ini menjadi motif berkompetensi yang dimaksud dengan

berkompetensi adalah dorongan-dorongan untuk menguasai kompetensi

keahliannya. Terbukti dengan jelas, bahwa mereka yang mempunyai motivasi

kompetensi yang tinggi cenderung lebih mengusai bidang-bidangnya

dibandingkan dengan mereka yang rendah motif kompetensinya.

Oleh karena itu, motivasi belajar sangat urgen dalam peningkatan

perolehan belajar. Dalam khasanah kepustakaan kependidikan, motivasi sering-

sering disebut secara berulang-ulang sebagai variabel yang banyak menentuk

perolehan belajar. Bahkan, orang yang sukses disegala bidang, lebih banyak

disebabkan oleh tingginya motivasi yang mereka punyai.

Juga untuk belajar diperlukan motivasi "motivation is dan essential

condition of learning". Hasil belajarpun banyak ditentuk oleh motivasi. Makin

tepat motivasi yang kita berikut, makin berhasil pelajaran itu. Motivasi

menentukan intensitas usaha anak belajar.

Motivasi melepaskan energi atau tenaga yang ada pada seseorang.

Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Tensing dan Hillary

mungkin ingin membuktikan kesanggupan manusia. untuk menaklukan puncak

tertinggi itu. Tukang becak menahankan panas dan hujan untuk meneari nafkah

bagi anak istrinya

Motivasi mempunyai tiga fungsi:

(a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagal penggerak atau motor yang

melepaskan energi.

(b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

(c) Menyeleksi perbuatan. yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dijalankan yang serasi guna mencapai Tujuan itu, dengan menyampingkan

perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan ini. Seorang yang betul-

betul bertekad menang dalam pertandingan, tak akan menghabiskan waktunya

bermain karena, sebab tidak serasi dengan tujuan.

142

Page 143: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Dalam bahasa schari-hari motivasi dinyatakan dengan; hasrat, keinginan,

maksud, tekad, kenuman, dorongan, kebutahan, kehendak, cita-cita, keharusan,

kesedihan dan sebagainya.

4.2. Sifat Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Motivasi dapat di bedakan atas motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari

dalam individu.

Ausabel (1968) berpendapat babwa modyasi yang dikaitkan dengan

motivasi sosial tidak begitu penting dibandingkan dengan motivasi yang

bertalian dengan penguasaan tugas dan keberhasilan. Motivasi serupa ini bersifat

intrinsik dan keberhasilannya akan memberi rasa kepuasan. Selain ini

keberhasilan itu mempertinggi harga dirinya dan rasa kemampuannya.

Dalam hal pertama ia didorong oleh motivasi intrinsik yakni ia ingin

mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu. Dalam belajar

telah terkandung tujuan menambah pengetahuan "intrinsk motivations are

inherent in the learning situasions and meet pupil needs and purposes".

Demikian pula bila semang main badminton untuk menikmatinya, didorong oleh

motivasi intrinsik, yakni 'for the pleasure of the activity".

Motivasi belajar secara intrinsik sebenamya memang telah ada. Ini sesuai

dengan teori, yang memandang bahwa segala tindakan manusia, termasuk

belajar, adalah karena terdapatnya tanggungjawab internal pada diri manusia itu.

Manusia, dalam sudut pandang teori ini, memang termsuk makhluk yang baik:

tinggi tanggungjawabnya, suka bekerja termasuk belajar, tinggi militansi kerja

atau belajarnya, selaia ingin berprestasi. Berarti, dalam diri manusia sebenarnya

terdapat dorongan-dorongan yang kuat untuk belajar.

Sungguhpun demikian, rekayasa lingkungan perlu diberikan agar

seseorang tetap belajar. Rekayasa lingkungan antara lain dapat berupa motivasi

ekstrinsik. Mengapa motivasi ekstrinsik perlu diberikan, tak lain karena

143

Page 144: Buku Belajar Dan Pembelajaran

seseorang tidak senantiasa bemda dalam keadaan menetap. Bisa terjadi,

seseorang yang mempunyai motivasi belajar intrinsik yang demikian tinggi tiba-

tiba melemah. Supaya melemahnya motivasi intrinsik ini tidak sampai berada

pada tingkatan yang sangat rendah, perlu dikontrol dengan menggunakan

motivasi ekstrinsik.

Pada orang yang tingleat motivasi intrinsiknya rendah, justru motivasi

ekstrinsik ini sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang diberikan secara tepat,

justru secara berlahan dapat mencangkokkan motivasi intrinsik mtuk belajar

manakala belajar yang direkayasa dengan motivasi ekstrinsik tersebut telah

menjadi kebiasaan bagi pembelajar. Bahkan kalau sudah sampai di tahap

mempribadi, seseorang akan tinggi motivasi belajarnya secara intrinsik.

Adakah suatu kenyataan, bahwa anak manusia itu tidak sama, termasuk

motivasinya. Ketidaksamaan dalam motivasi intrinsik yang dipunyai ini, dapat

dikurangi dengan memberikan motivasi eksuinsik.

Bila seorang belajar untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah,

diploma, dan sebagainya. Ini didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh sebab

tujuan-tujuan itu terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak terkandung didalam

perbuatan itu sendiri. "The goal is artifkially introduced". Tujuan itu bukan

sesuatu yang wajar dalam kegiatan. Anak-anak didorong oleh motivasi intrinsik,

bila mereka belajar agar lebib sanggup mengatasi kesulitan kesulitan hidup, agar

memperoleh pengertian, pengetahum, sikap yang baik, penguasaan kecakapan.

Hasil-hasil itu sendiri telah merupakan hadiah.

"The reward of a thing well done is to have done it"(Emerson). Ganjarant

bagi sesuatu yang dilakukan dengan baik ialah telah melakukannya. Jadi

motivasi ekstrinsik disini tidak perlu.

Akan tetapi di sekolah sering digunakan motivasi ekstrinsik seperti

angka-angka, pujian, ijazah, kenaikan tingkat, celaan, hukuman, dan sebagainya.

Motivasi eksifinsik dipakai oleh sebab pelajaran-pelajaran sering tidak dengan

sendirinya menarik dan guru sering kurang mampu untuk membangkitkan minat

anak.

144

Page 145: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Membangkitkan motivasi tidak mudah. Untuk itu guru perlu mengenal

murid, dan mempunyai kesanggupan Kreatif untuk menghubungkan pelajaran

dengan kebutuhan dan minat anak.

4.3. Motivasi dalam Belajar dan Unsur-Unsur yang mempengamhi motivasi

belajar

Motivasi sangat krusial dalam belajar dan pembelajaran. pada hal, motivasi

belajar tersebut juga dipengaruhi oleh banyak unsur antara lain: cita-cita aspirasi

penubelajar, kemampuan pembelajar, kondisi pembelajar, kondisi lingkungan

belajar, unsur-unsur dinamis belajar. Pembelajaran dan upaya-upaya guru dalam

membelajarkan pembelajar. Oleh karena itu, unsur-unsur yang mempengaruhi

tersebut, perlu diketahui dan diperhatikan oleh guru yang membelajarkan

pembelajar. Agar dapat mendukung lebih optimal terhadap motivasi belajar. Jika

unsur-unsur yang mempenguuhi tersebut tidak diketahui dan tidak diperhatikan,

bisa menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar para pembelajar.

Sebagai konsekuensi atas perhatian guru terhadap unsurunsur yang

mempengaruhi motivasi belajar dan unsur-unsur yang mempengamhi tersebut,

guru hendaknya senantiasa berupaya meningkatkan motivasi belajar. Upaya

meningkatkan motivasi belajar tersebut dilakukan dengan cara mengoptimalkan

penerapan prinsip-prinsip belajar, mengoptimalkan unsur-unsur belajr /

pembalajaran, mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman kemampuan yang di

miliki oleh pembelajar dan mengembangkan cita-cita dan aspirasi pembelajar.

Ausubel mengatakan adanya hubungan antara motivasi dan belajar.

Motivasi bukan mempakan syarat mutlak untuk belajar tak perlu lebih dahulu

ditunggu adanya motivasi sebelum kita mengajarkan sesuatu. Bahkan kita dapat

mengabaikan motivasi dan memusatkan perhatian kepada pengajaran itu sendiri.

Bila belajar itu berhasil, maka akan timbul motivasi itu dengn sendirinya dan

keinginan untuk lebih banyak belajar. Sukses dalam belajar akan

membangkitkan motivasi untuk belaiar.

145

Page 146: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Menurut Skinner(1968) masalah motivasi bukan soal memberikan

motivasi, akan tetapi mengatur kondisi belai sehingga memberikan

reinforcement.

Motivasi yang dianggap lebih tinggi tarafnya daripada penguasaan tugas

ialah "achievement motivation" yakni motivasi untuk mencapai atau

menghasilkan sesuatu. Motivasi ini lebib mantap dan memberikan dorongan

kepada sejumlah besar kegiatan, termasuk yang berkaitan dengan pelajari, di

sekolah. McClelland (1965) yang menyelidiki berbagai hal yang dapat

mempertinggi motivasi ini, misalnya dengan merumuskan tujum dengan jelas,

mengetahui kemajuan yang dicapai, merasa turut benanggungjawab, dan

lingkungan sosial yang menyokong.

Peneliti lain, White (1959) mengemukakan konsep kompetensi. Motivasi

kompetensi mempunyai dasar biologis, jadi juga terdapat pada binatang, antara

lain motivasi menyalidiki aktivitas manipulasi. Ada pula peneliti yang mencari

motiyasj positif yang dinyatakan dengan istilah "mastery”, "egoinvolvement"

(keterlibatan diri), dan lain-lain. White berpendapat bahwa kegiatan anak tak

dapat dijelaskan dengan dorongan untuk memuaskan kebutuhan makan, minum,

dan sebagainya. Akan tetapi karena kegiatan untuk berinteraksi secara efektif

dengan lingkungannya yang memberikan rasa mampu. Setiap orang ingin

menguasai lingkungannya.

Walaupun teori-teori motivasi berbeda-beda, nanum dalam praktek

pendidikan penerapannya bersamaan. Pelajar harus diberikan ganjaran (reward)

berupa pujian, angka ang baik, rasa keberhasilan atas hasil belajarnya, sehingga

ia lebih tertarik oleh pelajaran. Keberhasilan dalam interaksi dengan lingkungan

belajar, penguasaan tujuan program pendidikan memberikan rasa kepuasan dan

karena ini merupakan sumber motivasi yang terus menerus bagi pelajar,

sehingga ia sanggup belajar sendiri sepanjang bidupnya, yang dapat dianggap

sebagai salah samtu hasil pendidikan yang paling penting.

146

Page 147: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi

Ada beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar. Unsur-unsur

tersebut adalah :

1. Cita-cita / aspirasi pembelajar

2. Kemampuan pembelajar

3. Kondisi pembelajar

4. Kondisi lingkungan belajar

5. Unur-unsur dinamis belajar Ipembelajaran

6. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

Unsur-unsur tersebut dijelaskan sebagaimana pada uraian berikut :

a. Cita-cita / aspirasi pembelajaran

Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu

didalam hidupnya temasuk pembelajar. Cita-cita atau aspirasi ini senantiasa ia

kejar dan ia perjuangkan. Bahkan tidak juang, meskipun rintagan yang ditemui

sangat banyak dalam mengejar cita-cita dan aspirasi tersebut seseorang tetap

berusaha semaksimal mungkin karena hal tersebut berkaitan dengan cita-cita dan

aspirasinya. Oleh karena itu, cita-cita dan aspirasi sangat mempengaruhi

terhadap motivasi belajar seseorang.

Seseorang yang bercita-cita menjadi dokter, pada saat masih sedang

belajar dijenjang pendidikan dasar, tentu menggemari terhadap mata pelajaran-

mata pelajaran dan bacaan-bacaan yang berkaitan erat dengan ilmu kesehatan.

Meskipun mata pelajaran tersebut masih terintegrasi dengan mata pelajaran IPA,

ia akan lebih bergairah dengan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu. ia akan

lebih temotivasi mempelajari mata pelajaran tersebut dibandingkan dengan mata

pelajaran yang lainnya.

Sebaliknya seseorang yang kebetulan berstatus mahasisma dan

dahulunya bercita-cita menjadi ahli hukum tetapi ia dipaksa oleh orang tuanya

mengambil jurusan teknik elektro. Dapat dipastikan kesungguhan belajarnya

akan berkurang karena apa yang ia pelajari tidak sesuai dengan cita-cita dan

147

Page 148: Buku Belajar Dan Pembelajaran

aspirasinya. Ketidaksungguhan dalam belajar demikian ini tentu lantaran jurusan

yang dipaksakan oleh orang tuanya tidak cocok dengan cita-cita dan aspirasinya.

Ia kendor motivasinya, bisa jadi, pada saat-saat masih disekolah menengah ia

tinggi motivasi belajarnya sebaliknya pada saat sudah menjadi mahasiswa

motivasi yang tinggi tersebut berubah menjadi rendah. Itulah sebabnya, maka

cita-cita dan aspirasi pembelajaran ini perlu diperhitungkan dalam rangka

meningkatkan motivasi belajar seseorang, karena cita-cita atau aspirasi ini

mempengaruhi motivasi belaiar.

Jika kaitan antara cita-cita atau aspirasi pembelajar dengan motivasi dan

perolehan belajar ini diskemakan seperti tampak dibawah ini:

b. Kemampuan PeMbelajar

Kemampuan manusia satu dengan yang lain tidaklah sama. Menuntut

seseorang sebagaimana orang lain dari bingkai penglihatan demikian tentulah

tidak diberikan. Sebab, orang yang mempunyai kemampuan rendah akan sangat

susah menyerupai orang yang mempunyai kemampuan tinggi; dan sebaliknya

orang yang berkemampun tinggi, akan menjadi malas jika dituntut sebagaimana

mereka yang berkemampuan rendah.

Oleh karena itu, kemampuan pembelajar ini haruslah diperhatikan dalam

proses belajar pembelajaran. Kemampuan pembelajar erat hubungannya dan

bahkan mempengaruhi motivasi belajar pembelajar. Bisa terjadi, seseorang

menjadi rendah motivasi belajarnya terhadap bidang tertentu oleh karena yang

bersangkutan rendah kemampuannya dibidang tersebut.

Jika kaitan antara kemampunn pembelajar dengan motivasi dan

perolehan belajar ini diskemakan sebagai berikut:

148

CITA-CITA / ASPIRASI

PEMBELAJAR

MOTIVASI BELAJAR

PEMBELAJAR

PEROLEHAN BELAJAR

PEMBELAJAR

Page 149: Buku Belajar Dan Pembelajaran

c. Kondisi pembelajar

Kondisi pembelajar dapsat dibedakan atas kondisi fisiknya dan kondisi

psikologisnya. Dua macam kondisi ini, fisik dan psikologis, umumnya saling

mempengamhi satu sama lain. Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat.

Dalam realitasnya juga berlaku kebalikannya. Bila seseorang kondisi

psikologisnya tidak sehat, bisa berpengaruh juga terhadap ketahanan dan

kesehatan fisiknya.

Sangatlah jelas dan sering dirasakan oleh siapapun jika kondisi fisik

dalam keadaan lelah, umumnya motivasi belajar seseorang akan menurun.

Sebaliknya jika kondisi fisik berada dalam keadaan bugar dan segar, motivasi

belajar bisa meningkat. Berarti, kondisi fisik seseorang mempengaruhi motivasi

belajarnya. Orang yang sudah sangat lelah tidak baik kalau belajar. Demikian

juga kalau sedang sakit, tidak bails untuk dipaksa belajar.

Dalam kondisi psikologis terganggu, sebutlah misalnya stress, juga tidak

bisa mengkonsentrasikan diri terhadap hal-hal yang dipelajari. Kmena tidak bisa

konsentrasi, mka gairah belajarnya menurun. Keadaan demikian ini, bisa

menjadikan seseorang belajar merasa terpaksa dan tidak banyak bemotivasi.

Jelaslah bahwa kondisi pembelajar, baik yang bersifat fisik maupun

psikis, sama-sama berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Ada kalanya

seseorang yang pada masa-masa sebelumnya bemotivasi belajar tinggi, tiba-tiba

menjadi rendah hanya karena kondisi fisik dan psikologisnya terganggu atau

sakit. Tidak jarang, seseorang yang motivasi belajarnya biasa-biasa saja, tiba-

tiba berubah karena kondisi fisik dan psikologisnya dalam keadaan prima.

Jika diskemakan, kondisi pembelajar dalam kaitannya dengan motivasi

dan perolehan belajar adalah sebagai berikut:

149

Kemampuan Pembelajaran

Motivasi Belajar Pembelajaran

Perolehan Belajar Pembelajaran

Page 150: Buku Belajar Dan Pembelajaran

d. Kondisi lingkungan belajar

Sudah umum diketahui bahwa yang menentukan motivasi belajar

seseorang, selain faktor individu juga faktor lingkungan. lebih-lebih lingkungan

belajar. Sebab, individu secara sadar ataukah tidak, senantiasa tersosialisasi oleb

lingkungannya. Lingkungan belajar ini meliputi : lingkungan fisik dan

lingkungan sosial.

Yang dimaksud dengan lingkurigan fisik adalah tempat dimana

pembelajar tersebut belajar. Apakah tempat belajarnya nyaman ataukah tidak,

apakah tempatnya segar atau pengap. Hal-hal demikian ini berpengaruh terhadap

motivasi belajar. Demikian juga yang amburadul, tidak memberikan gairah bagi

belajar seseorang. Sebaiknya tempat yang teratur, yang tertata rapi, mendorong

seseorang bergairah belajar. Tempat belajar yang berisik oleh suara bisa

menganggu belajar, yang tenang, bisa menimbulkan gairah belajar. Jadi

lingkungan fisik berpengaruh terhadap motivasi belajar.

Lingkungan sosial adalah suatu lingkungan seseorang dalm kaitannya

dengan orang lain. Contohnya berupa lingkungan sepermainan, lingkungan

sebaya, kelompok belajar. Sungphpun faktor pribadi pribadi seseorang lebih

menentukan terhadap diri sendiri tetapi harus diakui bahwa lingkungan sosial

juga menentukan motivasi belajar seseorang. Contohnya jika dalam lingkungan

sosial seseorang tidak terbiasa dengan aktivitas belajar maka bukan budaya

belajar itu yang dikembangkan oleh seseorang.

Dalam lingkungan yang kompetitif untuk belajar, seseorang yang berada

dilingkungan tersebut akan terbawa serta untuk belajar seperti orang lain. Baik

secara sadar atau tidak. Kaitan antara kondisi lingkungan belajar dengan

motivasi dan perolehan belajar adalah sebagai berikut :

150

Kemampuan Pembelajaran

Motivasi Belajar Pembelajaran

Perolehan Belajar Pembelajaran

Page 151: Buku Belajar Dan Pembelajaran

e. Unsur-Unsur Dinamis belajar pembelajar

Unsur dinmis belajar pembelajar meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belaiar

b. Bahan belajar dan upaya penyediannya

c. Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya

d. Suasana belajar dan upaya pengembangannya

e. Kondisi subjek belajar dan upaya penyiapan dan peneguhannya

Oleh karena itu, unsur- unsur dinamis dennkian ini patut diperhatikan

agar motivasi belajar pembelajar menjadi tinggi. tingginya motivasi belajar

berimplikasi bagi maksimainya perolehan belajar pembelajar.

Unsur dinamis belajar dan pembalajar Motivasi belajar pembelajar

Perolehan belajar pembelajar jika kaitan antara unsur-unsur dinamis dalam

belajar dengan motivasi dan perolehan belajar adalah sebagai berikut :

f. Upaya Guru dalam Membelajarkan pembelajar

Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar juga berpengaruh terhadap

motivasi belajar. Guru yang tinggi gairahnya dalam membelajarkan pembelajar,

menjadikan pembelajar juga bergairah belajar, guru yang sungguh-sunggub

dalam membelajukan pembelajar, menjadikan tingginya motivasi belajar

pembelajar. Pada guru yang demikian umumnya mempersiapkan diri dengan

matang dan senantiasa memberikan yang terbaru dan terbaik kepada pembelajar.

151

Kemampuan Pembelajaran

Motivasi Belajar Pembelajaran

Perolehan Belajar Pembelajaran

Unsur dinamis belajar dan pembelajar

Motivasi Belajar Pembelajaran

Perolehan Belajar Pembelajaran

Page 152: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Oleh karena yang di berikan tersebut menarik. Terbaik dan mungkin terbaru.

Maka tingkat aktualitasnya sangat tinggi dimata pembelajar. Sebagai akibatnya,

hal-hal yang disajikan oleh guru menjadi menarik dimata pembelajar.

Menariknya hal-hal yang diberikan ini hisa menjadikan tingginya motivasi

pembelajar.

Sebaliknya pada guru yang tidak bergairah dalar membelajarkan

pembelajar, umumnya mengulang saja pelajaran yang di berikan dari tahun

ketahun. Proses belajar pembelajar terasa kering dan kehilangan nuansa. Akibat

dari proses belajar pembelajaran demikian ini, pembelajar tidak bergairah dan

babkan mungkin kehilangan motivasi. Hal demikian bisa lebib parah lagi.

manakala guru yang membelajarkan tersebut sudah puas dengan keadaan yang

demikian ini.

Oleh karena itu, upaya guru untuk membelajarkan pembelajar sangat

krusial dalam meningkatkan motivasi pembelajar. Jika di skemakan antara upaya

guru untuk membelajarkan pembelajar dengan motivasi dan perolehan belajar

pembelajar adalah sebagai berikut :

Upaya Meningkatkan motivasi belajar

Upaya belajar senantiasa bergelombang. Adakalanya bergerak naik dan

adakalanya bergerak turun. Tidak jarang motivasi belajar hanya mendatar saja.

Oleh karena demikian " watak" motivasi tersebut, maka diperlukan upaya untuk

meningkatkannya. Dengan demikian, motivasi belajar yang di punyai oleh

pembelajar bisa cenderung naik dan atau minimal Menetap.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan

motivasi pembelajar, yaitu :

152

Upaya guru membelajarkan Pembelajaran

Motivasi Belajar Pembelajaran

Perolehan Belajar Pembelajaran

Page 153: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar

2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar / pembelajaran

3. Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman / kemampuan yang telah dimiliki

dalam belajar

4. Mengembangkan cita-cita / aspirasi dalam belajar

Secara berturut-turut, ketiga cara tersebut di kemukakan sebagai berikut :

1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar

Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam belajar. Prinsip

tersebut adalah :

a. Prinsip perhatian dan motivasi belajar

b. Prinsip keaktifan belajar

c. Prinsip keterlibatan langsung pembelajar

d. Prinsip pengulangan belajar

e. Prinsip sifat perangsang dan menantang dari materi yang dipelajari

f. Prinsip pemberian balikan dan penguruan dalam belajar

g. Prinsip perbedaan individual antar belajar

Ketujuh prinsip ini diterapkan secara optimal agar pembelajar

mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar.

Ada dua cara dalam mengoptimalkan penerapan prinsip belajar tersebut.

Pertama, menyusun strategi-strategi sehingga prinsip-prinsip tersebut dapat

terterapkan secara optimal. Strategi disini, dari pandangan-pandangan dan

temuan-temuan teoritik dan dapat pula digali dari kiat guru sendiri. Temuan-

temuan ahli psikologi pendidikan dan temuan-temuan ahli pengajaran

part[ digali hingga dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan penerapan

prinsip-prinsip belajar.

Kedua, menjauhkan konstrain-konstrain (kendala-kendala) yang ditemui

dalam mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar. Kendala demikian ini

patut dijauhkan, agar tidak mengganggu bagi penerapan prinsip-prinsip belajar.

153

Page 154: Buku Belajar Dan Pembelajaran

2. Mengoptimalkan Unsur-Unsur Dinamis Belajar / Pembelajaran

Mengingat unsur-unsur belajar / pembelajaran dapat mempengaruhi

motivasi, maka ia perlu di optimalkan penerapannya. Pengoptimalan demikian

mi perlu dilakukan agar motivasi belajar siswa juga optimal.

Cara mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar / pembelajaran

dalah : pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar pembelajaran

tersebut dalm setting belajar pembelajaran. Penyediaan secara kreatif ini perlu

dilakukan, katena umumnya ketika tidak ada guru dan menerima kondisi

tersebut apa adanya. Contohnya peralatan pengajaran yang tidak tersedia dapat

disediakan dengan merancang sendiri bersama-sama dengan pembelajar.

Kedua, memanfaatkan sumber-sumber diluar sekolah sehingga

keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah dapat ditanggulangi. Hal demikian dapat

dilakukan dengan banyak mengadakan kerjasama dengan sejumlah lembaga

diluar sekolah bahkan diluar dunia pendidikan.

3. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman / Kemampuan Yang Telah

Dimiliki Dalam belajar

Setiap pembelajar mempunyai kemampuan dan pengalamn-pengalaman

tertentu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kemampuan dan

pengalaman yang berbeda demikian ini hendaknya tidak justru menjadi

konstrain dalam aktivitas belajarnya. Kemampuan atau pengalaman masa Ialu

ini bisa didapatkan oleh pembelajw melalui aktivitas belajar, dan bisa juga

didapatkan oleh pembelajar melalui aktivitas lain atau aktivitas non belajar.

Pengalaman dan kemampuan masa Ialu ini bisa menjadi konstrain untuk

belajar berikutnya, tetapi tidak jarang bisa mendukung aktivitas belajar.

Pengalaman dan kemampuan masa lain bisa menjadi konstrain belajar, manakala

dipandang bertentangan dengan pengalaman belajar berikutnya oleh pembelajar.

Pengalaman dan kemampuan masa Ialu bisa mendukung terhadap aktivitas

belajar manakala sesuai dengan pengalaman belajar berikutnya. Tidak itu saja

pengalamana atau kemampuan masa lalu malahan bisa menjadi prasyarat bagi

pengalaman berikutnya. dan jika kasus yang trakhir ini terjadi, maka pembelajar

154

Page 155: Buku Belajar Dan Pembelajaran

tidak dapat mempelajari mata pelajaran berikutnya, tanpa yang bersangkutan

telah mempunyai kemampuan dan pengalaman yang diprasyaratkan. Dkk dan

Cany (1981) menyebut pengalamn dan kemampuan demikian dengan entry

behavior.

Yang harus diupayakan guru agar kemampuan atau pengalaman masa

lalu justru mendukung terhadap aktivitas belajar adalah :

a. Biarkan pembelajar dapat menangkap apa yang dipelajari sekarang ini dari

perspektif kemmpuan dan pengalaman masa lalunya. Jangan dipaksa

menggunakan perspektif gurunya.

b. Kaitkan aktivitas belajar pada masa sekarang ini dengan kemampuan dan

pengalaman yang sudah dipunyai oleh pembelajar.

c. Gali dulu pengalaman dari kemampuan yang sudah dimiliki oleh pembelajar

melalui tes lisan atau tertulis sebelum menyampaikan materi berikutnya.

d. Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membandingkan apa yang

sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4. Mengembangkan Cita-Cita / Aspirasi Dalam Belajar

Cita-cita adalah sesuatu yang dikejar oleh seseorang. Kegiatan-kegiatan

seseorang, utamanya kegiatan belajar. Lebih banyak teraksentuasi pada

pengejaran dan atau pencapaian cita-cita atau aspirasi tersebut. Maka dari itu

cita-cita atau sapirasi tersebut harus senantiasa dikembangkan dalam

pembelajaran.

Penjurusan yang ada disekolah-sekolah kita, tidak lain adalah demi

penampungan aspirasi dan cita-cita yang berbeda dari masing-masing

pembelajar. Demikian juga dengan adanya kurikulum muatan tokal, yang antara

daerah yang satu dengan yang lain berbeda, adalah dalam rangka menampung

aspirasi dan cita-cita yang berbeda antara, pembelajar didaerah satu dengan

daerah lainnya. Persoalannya adalah, apakah memang benar bahwa dalam

pemilihan jurusan tersebut memang benar-benar sesuai dengan cita-cita dan

155

Page 156: Buku Belajar Dan Pembelajaran

aspirasi pembelajar ? mengingat yang menjadi pertimbangan dalam penjurusan

tersebut tidak semata-mata cita-cita dan aspirasi melainkan banyak hal lain

seperti daya tampung masing-masing jurusan, tersedia tidaknya prasarana dan

sarana.

Aspirasi / cita-cita dapat dikembangkan dalam belajar pembelajaran,

dengan beberapa langkah sebagai berikut :

a. Kenalilah aspirasi dan cita-cita pembelajar. Pengenalan ini dapat dilakukan

dengan melalm penyebaran daftar isian yang dapat memuat sejumlah cita-

cita atau aspirasi pembelajar. Dari sejumlah aspirasi atau cita-cita tersebut,

pembelajar masih diliarapkan anak merangking dari yang paling diminaati

sampai dengan yang paling tidak diminati. Pengenalan aspirasi ini dapat

dilakukan dengan mengadakan tes minat kepada pembelajar. Dengan tes

minat, akan diketabui jenis-jenis pekerjaan apa dimasa depan yang paling

diminati dan menjadi cita-cita pembelajar.

b. Hasil pengenalan atas cita-cita aspirasi tersebut dapat dikomunikasikan

kepada siswa dan orangmanya. Orang tua ini patut juga diberi tahu, agar

tidak memaksakan kehendaknya kepada putra-putrinya, karena mungkin

pembelajar tersebut mempunyai cita-cita atau aspirasi yang berbeda dengan

orangtuanya.

c. Sediakan program-program yang dapat mengembanglum aspirasi dan cita

cita tersebut. Setelah program-program tersebut disediakan, barulah para

pembelajar diberi kesempatan untuk mengambil program yang sesuai dengan

aspirasi dan cita-citanya. Persoalannya hanyalah, apakah mungkin hat

demikian dilakukan disekolah-sekolah kita mengingat kurikulum yang

tersentralkan dari pusat ?

Jenis Motivasi Yang Didasarkan Motif Primer Dan Sekunder Motivasi

dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

156

Page 157: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1. Motivasi Primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.

Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani

manusia. Manusia adalah makluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh

oleh tasting atau kebutuhan jasmaninya.

Ahli lain, Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu

tekanan, sasaran, objek dan sumber.tekanan adalah kekuatan yang memotivasi

individu amok bertingkah laku. Semakin besar energi dalana insting, maka

tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan atau

kesenangan. Kepuasan tercapai, bila tekanan energi dalam insting berkurang.

Sebagai ilustrasi, keinginan makan berkurang bila individu masih kenyang.

Objek insting adalah hal-hal yang mermaskan insting. Hal-hal yang memutuskan

insting tersebut dapat berasal dari luar individu atau dari dalam individu.

Adapun sumber insting adalah keadaan kejasmaniah individu. Segenap insting

manusia dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu insting kehidupan (life

instinest ) dan insting kematian (death instinest ). Insting kehidupan terdiri dari

insting yang bertujuan memelihara kelangsungan hidup. lnsting kehidupan

tersebut berupa makan. minum, istirahat dan memelihara keturunan. Insting

kematian tertuju pada penghancuran seperti, merusak, menganiaya, atau

membunuh orang lain atau diri sendiri. Menurut Freud energi bekerja

memelihara keseimbangan fisik. Insting bekerja seumur hidup. Yang mengalami

perubahan adalah cara pemuasan atau objek pemuasan.

2. Motivasi Sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda

dengan motivasi primer. Sebagai ilusirasi, orang yang lapar akan tertarik pada

makanan tanpa berpikir. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus

bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar

bekerja. Bekerja dengan haik merupakan motivasi sekunder, bila orang bekerja

157

Page 158: Buku Belajar Dan Pembelajaran

dengan baik, maka ia memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut berupa

penguat motivasi sekunder, Uang merupakan penguat unnum. Setelah in bekerja

dengan baik maka ia dapat membeli makanan untuk menghilangkan rasa lapar.

Menurut beberapa ahli, manusia adalah makluk sosial. Perilakunya tidak

hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja. Tetapi juga faktor-faktor sosial.

Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif,

koqnitif, dan konatif. Komponen afektif adalah aspek emosional. komponen ini

terdiri dari motif sosial, sikap dan emosi. Komponen koqnitif adalah aspek

intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponan konatif adalah terkait

dengan kemauan dan kebiasaan bertindak.

Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap

adalah suatu motif yang dipelajari. Ciri-ciri sikap, yakni :

- merupakan kecenderungan berpikir, merasa, kemudian bertindak

- memiliki daya dorong bertindak

- relatif bersikap tetap

- kecenderungan melakukan penilaian

- dapat timbul dari dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah.

Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya

sejenis kegoncangan seseorang. Kegoncangan tersebut disertai proses jasmani,

perilaku dan kesadaran. Emosi memiliki fungsi sebagai pembangkit tenaga,

pemberi informasi pada oranglain, pembawa pesan dalam hubungan dengan

orang lain, sumber informasi tentang diri seseorang.

Perilaku juga terpengaruh oleh adanya pengetahuan yang dipercaya.

Pengetahuan yang dipercaya tersebut adakalanya berdasarkan akal, ataupun tak

berdasar akal sehat pengetahuan tersebut dapat mendorong terjadinya perilaku.

158

Page 159: Buku Belajar Dan Pembelajaran

BAB V

PENDEKATAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN

5.1. KONSEP CBSA DALAM PEMBELAJARAN

Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaruan

pendidikan dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun

sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangkan, hanya perwujudannya yang

masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena itu, ada

baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih seksama agar mampu

menerapkan secara efektif.

5.1.1. Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

CBSA adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitik

beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pada

hakekatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar,

tetapi kadamya yang berbeda tergantung pada kegiatannya, materi yang

dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk

kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan,

memecahkan masalah, memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana, dan

sebagainya- Keaktifan itu da yang dapat diamati dan ada pula yang tidak dapat

diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut menuntut keterlibatan

intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi, dan

akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta

pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif

dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilat-nilai dalam pembentukan sikap

(Raka Joni, 1980, h. 2).

Sejak dimunculkannya pendekatan CBSA dalam lingkungan pendidikan

ditanah air, konsep CBSA telah mengalami perkembangan yang cukup jauh.

Pendekatan CBSA dinilai sebagai suatu sistem belajar mengajar yang

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional

159

Page 160: Buku Belajar Dan Pembelajaran

guna memperole hasil belajar yang bempa perpaduan antara matra kognitif,

afekisi. dan psikomotorik, (A. Yasin, 1984,h.24).

Dalam kerangka sistem belajar mengajar, terdapat komponen proses

yakni keaktifan fisik, mental, intelektual dan emosional dan komponen produk,

yakni hasil belajar berupa keterpaduan aspek-aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik Secara lebili rinci komponen produk tersebut mencakup berbagai

kemampuan: menamati, menginterprestasikan, meramalkan. mengkaji,

menggeneralisasikan, menemukan, mendiskusikan, dan mengkomonikasikan

hasil penemuan. Aspek-aspek kemampun tersebut dikembangkan secara terpadu

melalui sistem pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA.

5.1.2 Rasional CBSA dalam pembelajaran

Penerapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran

merupakan kebutuhan dan sekaligus sebaga. keharusan dalam kaitannya dengan

upaya merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional yang pada gilirannya berimplikasi terhadap sistem

pembelajaran yang efektif.

Siswa peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai

objek pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek

dipandang sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki

keinginan-keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi dan

berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek dipandan: sebagai

yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui

proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (humanistik), misainya melalm suasana

kekeluargaan terbuka dan bergairah serta berpariasi sesuai dengan keadaan

perkembangan siswa bersangkutan.

Pelaksanaan proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa

belajar dan keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan

menantang. Penerapan CBSA dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan

160

Page 161: Buku Belajar Dan Pembelajaran

seluruh potensi manusiawi siswa melalui penyediaan lingkungan belajar yang

meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, guru, media pembelajaran, suasana kelas

dan sebagainya. Cara belajar di sesuaikan dengan minat dim pemberian

kemudahan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan

pengendapan sehingga hasil belajar berintemalisasi dengan pribadi siswa. Dalam

kondisi ini semua unsur pribadi siswa aktif seperti emosi, perasaan, intelektual,

pengindran, fisik dan sebagainya.

CBSA dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran

dan fungsinya secara aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya

mempenguruhi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar yang

telah ditentukan. Keaktifan guru dilakukan pada tahap-tahap kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pellilaian dan tindak lanjut pembelajaran.Peranan

guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa,

melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayanan bagi siswanya. Siswa

aktif belajar, sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan

pelayanan. Beherapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, ialah:

1) menyiapkan lembaran kerja

2) Menyusun tugas bersama siswa;

3) Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan;

4) Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa apabila siswa mendapat

kesulitan;

5) Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan;

6) Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum;

7) Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lambat;

8) Menyalurkan bakat dan minat siswa;

9) Mengamati setiap aktivitas siswa.

Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran

berdasarkan pendekatan CBSA tidak diartikan guru menjadi fasif, melainkan

tetap harus aktif namun tidak bersikap mendominasi siswa dan menghambat

perkembangan potensinya Guru bertindak sebagai guru inquiry, dan fasilitator.

161

Page 162: Buku Belajar Dan Pembelajaran

5.1.3 Kadar Cara Belajar Siswa Aktif

Kadar MA ditandai oleh semakin banyaknya dan bervariasinya keaktifan

dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak dan

semakin beragamnya keaktifan dan keterlibatan siswa, maka semakin tinggi pula

kadar ke-CBSA-annya. Sebaliknya, semakin sedikit keaktifan dan keterlibatan

siswa dalam proses belajar mengajar, maka berarti semakin rendah kadar CBSA

tersebut.

Kadar CBSA itu dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukkan

ciri-ciri, sebagai berilmu :

1) Pada tingkat masukan, ditandai oleh:

a. Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran

sesuai dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang

telah dimiliki sebagai baban masukan untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan

pembelajaran, yang menjadi acuan baik bagi siswa mupun bagi guru.

c. Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber

bahan pembelajaran.

d. Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang

akan digunakan sebagai alat bantu belajar.

e. Adanya kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk

melakukan kegiatan belajar.

2) Pada tingkat proses, kadar CBSA ditandai dengan:

a. Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual,

dan personal dalam proses belajar.

b. Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis,

berbuat, memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang

mengandung unsur kemandirian yang cukup tinggi.

c. Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar

yang serasi, selaras dan seimbang dalam proses belajar dan

pembelajaran.

162

Page 163: Buku Belajar Dan Pembelajaran

d. Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan

belajar untuk memperoleh pengalaman belajar serta turut membantu

mengorganisasikan lingkungan belajar itu, baik secara individual maupun

secara kelompok.

e. Keterlibatan siswa dalam meneari imformasi dari berbagai sumber yang

berdaya guna dan tepat guna bagi mereka sesuai dengan rencana kegiatan

belajar yang telah mereka rumuskan sendiri.

f. Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban

atas penanyaan guru, mengajukan penanyaan/ masalah dam berupaya

menjawabnya sendiri, menilai jawaban dari rekannya, dan memecahkan

masalah yang timbul selama berlangsungnya proses belajar mengajar

tersebut.

3) Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:

a. Ketertibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.

b. Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan

mengisi instrumen penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.

c. Keterlibatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang

berkenaan dengan hasil belajar.

d. Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagal hasil

belajar dan pembelajaran.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat ditentukan derajat kadar CBSA

dalam suatu proses belajar mengajar, dan bila mungkin di klasifikasikan

menjadi: kadar tinggi, kadar sedang, dan kadar rendah. Kendatipun tampak,

bahwa keaktifan guru sangat menonjol, namun tidak berarti keaktifan guru di

abaikan. Tanpa upaya dan pengaruh serta arahan guru sebagai fasilitator dan

pengorganisasian belajar, maka kadar CBSA yang diinginkan tak mungkin

tercapai. Guru tetap bertanggungjawab menciptakan lingkungan belajar yang

mampu mengundang / menantang siswa untuk belajar.

163

Page 164: Buku Belajar Dan Pembelajaran

5.1.4 Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA

Pembelajaran berdasarkan CBSA menuntut kondisi-kondisi tertentu

untuk menjamin kadar CBSA yang tinggi guna mencapai tujuan pembelajaran

atau hasil belajar siswa pada tingkat optimal. Penyelenggaraan pembelajaran

CBSA tersebut ditandai oleh indikator-indikator sebagai berikut:

1) Derajat partisipasi dan responsif siswa yang tinggi. Para siswa berperan serta

secara aktif dan bersikap responsif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak

tinggal diam hanya menunggu stimuli yang disampaikan oleh guru,

melainkan berperan aktif menentukan stimuli misalnya merumuskan suatu

masalah dan mencari jawahan serdiri (responsif) atas masalah tersebut. Pada

waktu guru menyajikan suatu topik, siswa aktif-responsif mempertanyakan

materi yang terkandung didalamnya. Kedua contoh tersebut sebagai landa,

bahwa siswa berperan serta dalam proses pembelajaran.

2) Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembuatan tugas. Pada dasarnya sejak

disusunnya perencanaan tugas-tugas, para siswa telah dapat diaktifkan peran

sertanya. Siswa dapat mengajukan usul dan minat tugas yang diinginkannya

dengan asumsi bahwa tugas tersebut sesuai dengan kemampuannya. Pada

waktu pembuatan tugas, siswa melaksanakan kegiatan kelompok atau

dengan belajar mandiri. Pada waktu penilaian tugas (hasil pekerjaannya),

siswa hendaknya aktif menilai tugas-tugas temannya dan hasil kerjanya

sendiri dalam bentuk menilai dirinya sendiri (self evaluation). Hal ini

menunjukan, bahwa tersedia berbagai kemungkinan dimana siswa dapat

berperan aktif dalam pelaksarman tugas-tugas yang dikondisikan dalam

pembelajaran.

3) Peningkatan kadar CBSA dalam proses pembelajaran juga ditentukan oleh

faktor guru. Guru hendaknya menyadari tujuan-tujuan belajar yang ingin

dicapai, baik dalam arti efek instruksional maupun efek pengiring, dan dalam

pada itu memiliki wawasan dan penguasaan yang memadai tentang

bermacam-macam stategi belajar mengajar yang dimanfaatkan untuk

mencapai tujuan belajar. Sudah barang tentu penguasaan teknik yang mantap

juga merupakan persyaratan sebelum seorang guru bisa secara Kreatif

164

Page 165: Buku Belajar Dan Pembelajaran

merancang dan menginformasikan program belajar mengajar (T.R aka Joni,

1985, h. 18),

4) Pendekatan CBSA pada dasarnya dapat diterapkan sentua strategi dan

metode mengajar, walaupun kadaannya berbeda- beda. Penggunaan metode

mengajar, secara berpariasi dapat memberikan peluang penerapan CBSA

dengan kadar yang tinggi. Namun demikian, pemilihan metode tersebut tetap

harus ditandasi oleh tujuan yang hendak dicapai, bahan pelajaran yang

hendak dipelajari, kondisi subjek belajar itu sendiri (motivasi, pengalaman

awal, kondisi kesehatan, keadaan mental, dan lain-lain), serta penguasaan

guru terhadap metode tersebut. Dengan demikian, keaktivan siswa belajar

tetap terarah, terbimbing, dan diharapkan mencapai hasil secara optimal.

5) Penyediaan media dan peralatan serta berbagai fasilitas belajar tetap

diperlukan, agar tercipta lingkungan belajar yang menantang dan

merangsang serta meningkatkan kegiatan belajar siswa. Pengetahuan dan

keterampilan dalam bidang kemediaan dan teknologi hardware sangat

diisyaratkan. Media dan alat merupakan alat bantu bagi siswa kendatipun

mereka diminta untuk memilih dan menggunakannya sendiri sesuai dengan

aktivitas belajarnya.

6) Keaktifan belajar berdasarkan CBSA tidak jarang menimbulkan kesulitan

balajar pada siswa, misalnya teknik-teknik belajar, memilih bahan, menilai

hasil kegiatan, tim masalah-masalah lain. Itu sebabnya, bimbingan dan

pembelajaran remedial pada waktu tertentu diperlukan untuk membantu

siswa bersangkutan, sehingga kecepatan belajar dan penyelesaian tugas-

tugas tetap terus berlangsung menyertai rekan-rekannya yang tidak mendapat

kesulitan.

7) Kondisi lingkungan kelas/sekolah turut berpengaruh terhadap pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan CBSA. Pengaturan, dan pembinaan lingkungan ini

perlu mendapat dari pihak guru melalui kerja sama dengan guru-guru lainnya

serta para siswa sendiri. Termasuk dalam lingkungan kelas juga suasana.

disiplin kelas yang baik.

165

Page 166: Buku Belajar Dan Pembelajaran

5.2 PENERAPAN CBSA

Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk

dan teknik:

Pemanfaatan waktu luang

Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan

dilakukanya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar,

memilah bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan sendiri. Jika

pemanfaman waktu tersebut dilakukan secara saksama dan berkesinambungan

akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar di

sekolah.

Pembelajaran Individual

Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan

karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti: minat abilitet, bakat,

kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan / merencanakan tugas-

tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-

masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik

lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa

yang memiliki kemampuan, minat bakat yang sama.

Belajar kelompok

Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. teknik

pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi

kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok,

masing-msing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan,

jawaban, keritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan

berinteraksi satu dengan yang lainya.

Bertanya jawab

Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa,

dan antara kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang

cukup banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar

166

Page 167: Buku Belajar Dan Pembelajaran

jika pertanyaan-pertanyaan timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab

oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalulintas atau distributor,

dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan

dan jawaban-jawaban tersebut.

Belajar Inquiry/discovery (belajar mandiri)

Dalam strategi belajar ini siswa melakukan proses mental intelektual

dalann upaya memecahkan masalah. Dia sendiri merumuskan suatu masalah,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta

mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa belajar

memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarah

membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan

kegiatan inquirynya. Strategi dan kemampun inquiry ini, akan diuraikan lebih

lanjut dalam pembahasan mengenai keterampilan proses sebagai bagian dari

CBSA.

Pengajaran unit

Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek.

Pada tahap-tahap kegiatan belajar ditempuh tahap-tahap kegiatan utama, yakni:

tahap pendahuluan dimana siswa melakukan orientasi dan perencanaan awal;

tahap pengembangan dimana siswa melakukan kegiatan mencari sendin

informasi selanjumya menggunakan informasi itu dalam kegiatan praktik, tahap

kegiatan kulminasi, dimana siswa mengalami kegiatan penilaian, pembuatan

laporan dan tiddak lanjut.

Berdasarkan beberapa contoh strategi pembelajaran tersebut di atas,

maka semakin jelas tentang bagai mana penerapan pendekatan CBSA tersebut

dalam proses pembelajaran. kendatipun dengan kadar yang berbeda-beda.

167

Page 168: Buku Belajar Dan Pembelajaran

5.3 PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SEBAGAI BAGIAN

DARI CBSA

5.3.1 Rasional keterampilan proses dalam pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik)

antara guru dengan siswa. Dalam proses tersebut memberikan bimbingan dan

menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar dan

untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya

tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan

pembentukan kepribadian.

Proses pembelajaran melibatkan terbagi kegiatan dan tindakan yang perlu

dilakukan oleh siswa untuk memperoleh basil belajar yang baik. Kesempatan

untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh

pendekatan yang digunakan oleh guru-siswa dalam proses pembelajaran

tersebut.

Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar

melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh basil belajar yang

bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan

lingkungannya. Dalam proses im siswa bermotivasi dan sering melakukan

kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Ini berarti, peranan

pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannya dengan

keberhasilan belajar.

Dalam kurikulum telah ditegaskan, bahwa penerapan pendekatan dalam

proses belajar mengajar diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-

kemampuan dasar dalam diri siswa supaya mampu menemukan dan mengelola

perolehannya. Pendekatan mi disebut "pendekatan proses". Proses pembelajaran

yang menerapkan pendekatan ini mengacu kepada siswa agar belajar

berorientasi pada belajar bagaimana belajar (Depdikbud, 1980).

5.3.2 Pengertian keterampilan proses dan kaitannya dengan CBSA

Pendekatan dalam keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran

yang bertujuan mengembangkan sejumiah kemampuan fisik dan mental sebagai

168

Page 169: Buku Belajar Dan Pembelajaran

dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.

Kemampuan-kemampun fisik dan mental tersebut pada dasarnya leiah dimiliki

oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar. Menunjukkan

jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses

perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta

dan konsep menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Keterampilan-keterampilan itu sendiri menjadi roda penggerak dan penemuan

dan pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan pengembangan

sikap dan nilai. Seluruh gerak atau tindakan dalan proses belajar mengajar akan

menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif (Conny Se a 1990).

Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses

siswa berupaya menemukan mengembangkan konsep dalam materi ajaran.

Konsep-konsep yang telah dikembangkan int berguna untuk menunjang

pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan dan

konsep melalui proses balajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan

nilai pada diri siswa misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampu

memecahkan masalah.

Pendapat yang senada diungkapkan oleh Gagne yang merumuskan

pengertian keterampilan proses dalam bidang ilmu pengetahuan alam (sains):

pengetahuan tentang konsep-konsep dari prinsip-prinsip yang dapat diperoleh

siswa bila dia memilhi kemampum-kemampuan dasar tertentu, yaitu

keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk menggunakan sains.

Keterampilan-keterampilan dalam bidang sains itu meliputi: mengamati.

menggolongkan, berkomunikasi, mengukur, mengenal dengan menggunakan

hubungan ruang/waktu, menarik kesimpulan menyusun definisi operasional,

mengendalikan variabel. menafsirkan data, dan bereksperimen.

Berdasarkan konsep pemikiran di atas maka pendekatan keterampilan

proses diartikan sebagai pendekatan dalam perencanaan pembelajaran yang

menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas. siswa untuk mengembangkan

kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ketingkat yang lebih tinggi

dalam memproses perolehan belajamya. Hal ini menunjukkan, babwa

ketempilan proses erat kaitannya dengan CBSA.

169

Page 170: Buku Belajar Dan Pembelajaran

5.3.3 Kemampuan keterampilan dasar yang perlu dilatih dalam

keterampilan proses

Keterampilan proses sebagai suatu pendekatan proses pembelajaran

mengarah pada pengembangan kennampman fisik dan mental yang mendasar

sebagai pendorong untuk mengembangkan kemampman yang lebih tinggi pada

diri siswa.

Ada tujuh jenis kemampuan yang hendak dikembangkan melalui proses

pembelajuan berdasarkan pendekatan keterampilan proses, yakni:

1) Mengamati ; Siswa harus mampu menggunakan alat-alat inderanya : melihat,

mendengar, meraba, mencium dan merasa. Dengan kemampuan ini, dia

dapat mengumpulkan data / informasi yang relevan dengan kepentingan

belajarnya.

2) Menggolongkan / mengklasifikasikan ; Siswa harus terampil mengenal

perbedaan dan persaman atas hasil pengamatannya terhadap suatu objek,

serta mengadakan klasifikasi berdasarkan ciri khusus, tujuan, atau

kepentingan tertentu. Pembuatan klasifikasi memerlukan kecermatan dalam

melakukan pengamatan.

3) Menafsirkan (meginterpretasikan) ; Siswa harus memiliki keterampilan

menafsirkan fakta, data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini

diperlukan untuk melakukan percobaan atau penelitian sederhana.

4) Meramalkan ; Siswa harus memiliki keterampilan menghubungkan data,

fakta, dan informasi. Siswa dituntut terampil mengantisipasi dan

meramalkan kegiatan atau peristiwa yang mungkin terjadi pada masa yang

akan datang.

5) Menerapkem; siswa harus mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari

dan dikuasai ke dalam situasi dan pengalaman baru. Keterampilan ini

digunakan untuk menjelaskan tentang apa yang akan terjadi dan dialami oleh

siswa dalam proses belajarnya.

6) Merencanakan penelitian; siswa harus mampu menentukan masalah dan

variabel-vatiabel yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Dia

170

Page 171: Buku Belajar Dan Pembelajaran

harus menentukan langkah-langkah kerja pengumpulan dan pengolahan data

serta prosedur melakukan penelitian.

7) Mengkomunikasikan; Siswa harus mampu menyusun dan menyampaikan

laporan secara sistimatis dan menyampaikan perolehannya, baik proses

maupun hasil belajarnya kepada siswa lain dan peminat lainnya.

5.3.4 Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran

Siswa bentuk penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah

pemecahan masalah atau inquiry (penemuan).

1) Pengertian pemecahan masalah

Masalah pads. hakekatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia.

Tiap orang tidak pernah luput dari masalah, baik yang bersifat sederhana

maupun yang sulit. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses

berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan

langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakekatnya

adalah mengundang jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu

untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan iu dirumuskan dengan baik dan

sistematis. lni berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan

tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut.

Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam

menemukan suatu nasalah dan memecahkannya berdasarkan data dan

informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan

cermat. Proses penecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik

berperan aktif dalam mempelajari, mencari dan menemukan sendiri

informasil data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, read, atau kesimpulan.

Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses

infomasi untuk membuat keputusan tertentu.

Kemampuan memecahkan masalah harus ditunjang oleh kemampuan

penalaran, yakni kemampuan melihat hubungan sebab akibat. Kemampuan

penalaran memerlukam upaya peningkatan kemampuan dalam mengamati,

bertanya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Pemikiran

171

Page 172: Buku Belajar Dan Pembelajaran

terarah pada hal-hal yang bertalian dengan upaya mencari jawaban terhadap

persoalan yang dibadapi. Upaya ini memerlukan berpikir kneatif dan

kemampuan menjajaki bidang-bidang baru serta menghasilkan temuan-

temuan baru.

Para peserta didik harus dilatih tentang tata cara memecahkan masalah

dengan mengembangkan kemampun berpikir yang terarah untuk

menghasilkan gagasan mengenai berbagai kemungkinan memecahkan

masalah, dalam kaitannya dengan upaya mencapai tujuan.

2) Langkah-langkah pemecahan masalah

Dalam proses pembelajaran, di samping perlunya penalaran yang baik,

tetapi juga penting menguasai lingkungan langkah-langkah memecahkan

masalah secara tepat.

Langkah-lmgkah tersebut pada umumnya terdiri dari

1. Siswa menghadapi masalah, artinya dia menyadari adanya suatu masalah

tertentu;

2. Siswa merumuskan masalah, artinya menjabarkan masalah dengan jelas

dan spesifikasi;

3. Siswa merumuskan hipotesis, artinya merumuskan kemungkinan-

kemungkinan jawaban atas masalah tersebut, yang masih perlu diuji

kebenarannya;

4. Siswa mengumpulkan dan mengolah data / informasi dengan teknik dan

prosedur tertentu;

172

Page 173: Buku Belajar Dan Pembelajaran

BAB V1

KONSEP DASAR EVALUASI BELAJAR DAN

PEMBELAJARAN

6.1. PENGERTIAN KEDUDUKAN DAN SYARAT-SYARAT UMUM

EVALUASI

Mengapa evaluasi hasil belajar pembelajaran perlu dilakukan? Karena

dengan evaluasilah, akan diketahui apakah proses belajar mengajar, dimana

pembelajaran dan guru berinteraksi, telah mencapai sasaran yang dikehendaki

ataukah belum. Secara rinci, alasan-alasan bagi perlunya evaluasi pembelajar

adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan mengajar guru akan diketahui, setelah diadakan evaluasi.

2. Taraf penguasa pembelajaran terhadap materi pelajaran yang diberikan akan

diketahui setelah diadakan evaluasi.

3. Letak kesulitan pembelajar akan diketahui setelah diadakan evaluasi.

4. Tingkat kesukaran dan kemudahan bahan pelajaran yang diberikan

pembalajar akan diketahui setelah diadakan evaluasi.

5. Termanfaatkan didalmya sarana dan fasilitas pendidikan akan diketahui

setelah adanya evaluasi.

6. Remidi-remidi spa saja yang dapat diberikan kepada pembelajaran yang

mengalami kesulitan juga. akan diketalmi setelah melihat hasil

7. Tujuan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan akan diketabui seberapa

tingkat pencapaiannya setelah diadakan evaluasi.

8. Pembelajar dapat dikelompokkan kedalam kelompok mana juga akan

diketahui setelah evaluasi.

9. Pembelajar maua yang perlu mendapatkan prioritas dalam bimbingan

penyuluhan, dan mana yang tidak menjadi prioritas akan diketahui setelah

evaluasi.

Jelaslah bahwa evaIuasi sangat penting dilakukan guna memberikan

pelayanan sebaik mungkin, dari lebih jauh sangat penting bagi pencapaian

tujuan pendidikan.

173

Page 174: Buku Belajar Dan Pembelajaran

6.1.1 Pengertian evaluasi

Kata evaluasi merupakan pengindonesiaan dari kata evaluation dalam

bahasa inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian. Kata

kerjanya adalah evaluate yang berarti menaksir atau menilai. Sedangkan orang

yang menilai atau menaksir disebut sebagai evaluator (Echols, 1975).

Secara harfiah kata evaluasi berasal dan bahasa Inggris Evaluation;

dalam bahasa Arab: al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: pnilaian. Akar

katanya adalah value; dalam Babasa Arab ; al-qimah; dalam bahasa Indonesia

berarti; nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan

(educationnal evaluation = al-Taqdir al-Tarbawiy) dapat diartikan sebagai

penilaian-penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.

Adapun dui segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt

dam Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to act or process to determining

the value of some thing. Menurut definisi int, maka istilah evaluasi itu menunjuk

kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk

menentukan nilai dari sesuatu. Apabila definisi evaluasi yang dikemukakan oleh

Edwin Wandt dan geral W Brown itu untuk memberikan definisi tentang

evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat diberi pengertian

sebagai; suatu tindakan atau kegiatan (yang dilaksanakan dengan maksud) atau

suatia proses (yang berlangsung dalam rangka) menetukan nulai dari segala

sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan,

atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya: Evaluasi pendidikan

adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat

diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Mengingat sangat luasnya pembicaraan tentang penilaian pendidikan,

maka dalam buku ini, pembicaraan hanya akan dibatasi pada penilaian atau

evaluasi yang dilaksanakan di sekolah. Berbkara tentang pengertian evaluasi

pendidikan, di tanah air kita, lembaga administrasi negara mengemukakan

batasan mengenai Evaluasi Pendidikan sebagai berikut:

174

Page 175: Buku Belajar Dan Pembelajaran

1) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibanding tujuan

yang telah ditentukan;

2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi

penyempurnaan pendidikan

Secara teminologis, evaluasi dikemukak oleh para ahli sebagai berikut:

1. Grounlund (1976) mengartikan evaluasi sebagai berikut:

.... a systematk process of determining the extent to whkh instructional

objectives are achieved by pupil.

2. Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan

proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.

3. Raka Joni (1975) mengartikan evaluasi sebagai berikut: 'suatu proses dimana

kita mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan

mempertimbangkan patokan-patokan tertentu, patokan-patokan mana

mengandung pengertian baik tidak baik, memadai tidak memadai, memenuhi

syarat tidak memenuhi symat dengan perkataan lain kita menggunakan

Value Judgement.

Berdasarkan pengertian pengertian diatas, sangatlah jelas bahwa evaluasi

adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menentukan patokan-

patokan tertentu untuk mencapai suatu Tujuan. Evaluasi hasil belajar

pembelajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi belajar pembelajar

dengan menentukan patokan patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran

yang telah ditentukan sebelumnya.

6.1.2 Perbedaan Pengukuran dan Penilaian

Sebelum dilakukan evaluasi terkhir dahulu dilakukan pengukuran.Secara

etimologis, pengukuran merupakan terjemahan darl measurement (Echols,1975).

Secara terminologis, pengukuran diartikan sebagai suatu usaha untuk

mengetalmi sesuatu sebagaimana adanya. Oleh karena sesuatu yang diukur itu

bermaksud diketahui secara apa adanya, maka dalam pengukuran sedikitpun

175

Page 176: Buku Belajar Dan Pembelajaran

penafsiran mengenai sesuatu. Sebagaimana adanya mengandung sesuatu

pengertian bahwa sesuatu yang diukur tidak holeh dibandingkan dengan sesuatu

yang lainnya.

Jika pengertian evaluasi dan pengukuran tersebut ditarik ke setting

belajar dan pembelajaran, maka dapat dikemukakan pengertian sebagai berikut:

1. Pengukuran adalah suatu upaya atau aktivitas yang dimaksudkan untuk

mengetahui belajar pembelajaran sebagaimana adanya, meliputi: hasil

belajar pembelajaran. proses belajar pembelajaran, mereka yang terlibat

dalam belajar pembelajaran (pembelajar dan guru).

2. Penilaian atau evaluasi adalah suatu aktivitas yang bermaksud menentukan

nilai belajar pembelajaran (baik belumnya/tidaknya, berhasil

belumnya/tidaknya, memadai belum/tidaknya, belajar pembelajaran, yang

meliputi hasil belajar, proses belajar dan mereka yang terlibat dalam belajar

pembelajaran ).

Oleh karena pengukuran adalah salah satu kegiatan yang berada dalam

evaluasi, maka orang yang mengevaluasi sebenamya juga melakukan aktivitas

pengukuran. Evaluasi pendidikan. dengan demikian juga mencakup penguluaran

pendidikan. Evaluasi belajar pembelajaran juga mencakup pengukuran belajar

dan pembelajaran.

6.1.3 Pengertian Evaluasi Dalam Proses Pendidikan

Berbkara tentang pengertian istilah evaluasi pendidikan ditanah air kita,

Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi

pendidikan sebagai berikut: Evaluasi pendidikan adalah:

1. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan

dengan tujuan yang telah ditentukan

2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi

penyempurnaan pendidikan

176

Page 177: Buku Belajar Dan Pembelajaran

Bertitik tolak dari uraian diatas, maka apabila defenisi tentang evaluasi

pendidikan itu dituangkan dalm bentuk bagan berikut.

Bagan tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa dalam proses

penilaian dilakukan pembandingan antara informasi- infomasi yang telah

berhasil dihimpun dengan kriteria tertentu, untuk kemudian diambil keputusan

atau dirumuskan kebijaksanaan tertentu. Kriteria atau tolak ukur yang dipegangi

tidak lain adalah tujuan yang sudah ditentikan terlebih dahulu sebelum kegiatan

pendidikan itu dilaksanakan..

BAGAN TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN

6.2 KEDUDUKAN EVALUASI DALAM PROSES PENDIDIKAN

Kedudukan evaluasi dalam belajar dari pembelajaran sungguh sangat

penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisalikan

dengan keseluruhan proses belajar dan pembelajaran. Penting karena dengan

evaluasi atom diketahui apakah belajar dan pembelajaran tersebut telah

mencapai tujuuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-

faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tersebut

berhasil dart faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan

pembelajaran tidak atau belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga

diketahui dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran.

Padahal dikehuinya hal tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam

mengadakan perbaikan belajar duo pembelajaran.

Evaluasi juga punya kedudukan yang tak terpisahkan dari belajar dan

pembelajaran secara keseluruhan, karena strategi belajar dan pembelajaran,

177

Tujuan Pendidikan yang telah ditentukan

Proses / Kegiatan

Pencapaian Tujuan

Hasil-hasil pendidikan yang telah

dapat dicapai

Page 178: Buku Belajar Dan Pembelajaran

proses belajar dan pembelajaran menempatkan evaluasi sebagai salah satu

langkahnya. Hampir semua ahli prosedur sistem instruksional menempatkan

evaluasi ini sebagai langkah-langkahnya. Perhatikan pula langkah-langkah

pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli berikut, pasti kita akan tahu

betapa tidak dapat terpisahkan evaluasi tersebut dengan keseluruhan proses

belajar dan pembelajaran.

1. Mentout Kauffman, langkah-langkah yang harus ditempuh dalitm belajar

pembelajaran adalah dengan menggunakan model pemecahan masalah

sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah.

b. Menentukan syarat-syarat dan altematif pemecahan masalah

c. Memilih strategi pemecahan masalah.

d. Melaksanakan pemecahan msalah.

e. Menentukan keefektifan hasil

f. Mengadakan revisi atas keseluruhan langkah a sampai dengan Imgkah c.

Jelaslah bahwa langkah c (menentukan keefektifan hasil) pada dasarnya

tidak berbeda dengan evaluasi itu sendiri. Dan dari langkah menentukan

keefektifan basil tersebut baru dapat dilakukan revisi atas keseluruhan

langkah sebelumnya.

2. Menurut Glaser, proses belajar pembelajaran haruslah menempuh prosedur-

prosedur sebagai berikut :

a. Merumuskan teori pembelajaran (instuksional objectives) b.

Memutuskan situasi permulaan siswa

b. Menentukan prosedur pembelajaran.

c. Penilaian terhadap perfomansi

d. Umpan balik.

Jelaslah bahwa evaluasi (sebagaimana pada langgkah d) sangat

diperlukan dan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam proses

belajar pembelajaran. Hal serupa dapat juga dibaca pada prosedur belajar

pembelajaran yang dikemukakan para ahli berikut.

178

Page 179: Buku Belajar Dan Pembelajaran

3. Menurut Kemp

a. topcs and general purposes.

b. student characteristks

c. learning objectives

d. Subject content.

e. Pre test

f. Teaching/ leaming activities and resources

g. Evaluation.

4. Menumt Gelder

a. Merumuskan tujuan instruksional.

b. Analisis situasi.

c. Menentukan aktivitas guru, aktivitas pembelajar, mata pembelajaran dan

alat bantu pembelajaran.

d. Evaluasi

5. Menurut model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem lnstruksional):

a. Merumuskan tujuan

b. Mengembangkan alat evaluasi

c. Merumuskan kegiatan belajar pembelajaran

d. Mengembangkan program kegiatan

e. Pelaksanaan kegiatan belajar pembelajaran.

179

Page 180: Buku Belajar Dan Pembelajaran

180