budnus betawi

Embed Size (px)

Citation preview

Penduduk Betawi sejak awal sudah sangat heterogin. Kesenian Betawi lahir dari perpaduan berbagai unsur etnis dan suku bangsa yang ada di Betawi. Seni musik Betawi tidak terhindar dari proses perpaduan itu. Dalam musik Betawi kental pengaruh Barat, Tionghoa, Arab, Melayu, Sunda, dan lain-lain. Musik tanjidor diduga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke 14 sampai 16. Menurut sejarawan, dalam bahasa Portugis ada kata tanger. Kata tanger artinya memainkan alat musik. Memainkan alat musik ini dilakukan pada pawai militer atau upacara keagamaan. Kata tanger itu kemudian diucapkan menjadi tanjidor. Ahli musik dari Belanda bernama Ernst Heinz berpendapat tanjidor asalnya dari para budak yang ditugaskan main musik untuk tuannya. Sejarawan Belanda bernama Dr. F. De Haan juga berpendapat orkes tanjidor berasal dari orkes budak pada masa kompeni. Pada abad ke 18 kota Batavia dikelilingi benteng tinggi. Tidak banyak tanah lapang. Para pejabat tinggi kompeni membangun villa di luar kota Batavia. Villa-villa itu terletak di Cililitan Besar, Pondok Gede, Tanjung Timur, Ciseeng, dan Cimanggis. Di villa-villa inilah terdapat budak. Budak-budak itu mempunyai keahlian. Di antaranya ada yang mampu memainkan alat musik. Alat musik yang mereka mainkan antara lain : klarinet, piston, trombon, tenor, bas trompet, bas drum, tambur, simbal, dan lain-lain. Para budak pemain musik bertugas menghibur tuannya saat pesta dan jamuan makan. Perbudakan dihapuskan tahun 1860. Pemain musik yang semula budak menjadi orang yang merdeka. Karena keahlian bekas budak itu bermain musik, mereka membentuk perkumpulan musik. Lahirlah perkumpulan musik yang dinamakan tanjidor. Musik tanjidor sangat jelas dipengaruhi musik Belanda. Lagu-lagu yang dibawakan antara lain : Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was Tak-tak, Welmes, Cakranegara. Judul lagu itu berbau Belanda meski dengan ucapan Betawi. Lagu-lagu tanjidor bertambah dengan membawakan lagu-lagu Betawi. Dapat dimainkan lagu-lagu gambang kromong, seperti : Jali-Jali, SurilangSiring Kuning, Kicir-Kicir, Cente Manis, stambul, dan persi. Tanjidor berkembang di daerah pinggiran Jakarta, Depok, Cibinong, Citeureup, Cileungsi, Jonggol, Parung, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Di daerah-daerah itu dahulu banyak terdapat perkebunan dan villa milik orang Belanda. Pada tahun 1950-an orkes tanjidor melakukan pertunjukan ngamen. Khususnya pada tahun baru masehi dan tahun baru Cina (imlek). Dengan telanjang kaki atau bersandal jepit mereka ngamen dari rumah ke rumah. Lokasi yang dipilih biasanya kawasan elite, seperti : Menteng, Salemba, Kebayoran Baru. Daerah yang penduduknya orang Belanda. Atau daerah lain yang penduduknya memeriahkan tahun baru. Pada tahun baru Cina biasanya tanjidor ngamen lebih lama. Karena tahun baru Cina dirayakan sampai perayaan Capgomeh, yaitu pesta hari ke-15 imlek. Pada tahun 1954 Pemda Jakarta melarang tanjidor ngamen ke dalam kota. Alasan pelarangan tidak diketahui. Pelarangan ngamen membuat seniman tanjidor kecewa. Sebab pendapatan mereka jadi berkurang. Mereka hanya menunggu panggilan untuk memeriahkan hajatan atau pesta rakyat. Sampai saat ini grup-grup tanjidor masih bersifat amatir. Mereka main kalau ada panggilan. Grup tanjidor yang kini menonjol adalah Putra Mayangsari pimpinan Marta Nyaat di Cijantung Jakarta Timur dan Pusaka pimpinan Said di Jagakarsa Jakarta Selatan. Rebana Biang Kong Saanan seniman rebana biang. Umurnya 90 tahun. Tinggal di Bojong Gede Depok. Dia generasi ke-9 dari keluarga seniman rebana biang. Meski sudah tua dia selalu bersemangat jika diajak bicara rebana biang. Menurut Kong Saanan rebana biang sampai di Betawi dibawa oleh pasukan Mataram pimpinan Sultan Agung. Ketika itu rebana biang berfungsi sebagai hiburan dan sarana melakukan kegiatan tarekat. Namun diperkirakan rebana biang sudah ada sebelum Agama Islam. Disebut rebana biang karena salah satu rebananya berbentuk besar. Rebana biang terdiri dari tiga buah rebana. Ketiga rebana mempunyai nama. Yang kecil bergaris tengah 30 cm diberi nama gendung. Yang berukuran sedang bergais tengah 60 cm dinamai kotek. Yang paling besar bergaris tengah 60 80 cm dinamai biang. Karena bentuknya yang besar, rebana biang sukar dipegang. Untuk memainkannya para pemain duduk sambil menahan rebana. Dalam membawakan sebuah lagu, ketiga reban itu mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Biang berfungsi gong. Gendung dipukul secara rutin untuk mengisi irama pukulan sela dari biang. Kotek lebih kepada improvisasi dan pemain kotek biasanya paling mahir. Setiap grup rebana biang mempunyai perbendaharan lagu berbeda-beda. Meskipun judul lagunya sama namun cara membawakannya cukup berbeda. Lagu rebana biang ada dua macam. Pertama berirama cepat, disebut lagu Arab atau lagu nyalun. Kedua berirama lambat, disebut lagu rebana atau lagu Melayu. Jenis lagu pertama antara lain berjudul : Rabbuna Salun, Allahah, Allah Aisa, Allahu Sailillah, Hadro Zikir. Termasuk jenis kedua berjudul : Alfasah, Alaik Soleh, Dul Sayiduna, Dul Laila, Yulaela, Sollu Ala Madinil Iman, Anak Ayam Turun Selosin, Sangrai Kacang, dan lain-lain. Penamaan lagu Arab dan lagu Melayu tidak berhubungan dengan syair lagunya. Tetapi pada cepat dan lambatnya irama lagu. Cepat dan lambatnya irama lagu dibutuhkan untuk mengiringi tari. Tari yang diiringi rebana biang ialah tari Blenggo. Dahulu grup rebana biang banyak tersebar seperti di Kalibata Tebet, Condet, Rambutan, Kalisari, Ciganjur, Bintaro, Cakung, Lubang Buaya, Sugih Tanu, Ciseeng, Pondok Cina, Pondok Terong, Sawangan, Pondok Rajeg, Gardu Sawah, Bojong Gede, dan sebagainya. Keberadaan rebana biang saat ini sangat menghawatirkan. Grup rebanan biang Pusaka di Ciganjur masih bertahan. Grup ini dipimpin oleh Abdulrahman. Namun personalia grup ini sebagian besar sudah tua. Kemungkinan grup inipun akan hilang karena kesulitan mencari kader yang berminat menggeluti rebana biang. Kong Saanan sudah berusia 90 tahun. Pada tahun 1950-an grup rebana biang Kong Saanan sangat ditunggu-tunggu pementasannya. Konon Kong Saanan mempunyai Ronggeng Gaib yang selalu menyertai pementasannya. Ronggeng Gaib inilah yang menyedot dan menghipnotis penonton. Sehingga penonton dengan sukarela bertahan samapi pagi. Kong Saanan kini tidak mungkin lagi pentas dengan grup rebana biangnya. Rebana biang yang telah digeluti leluhurnya sejak jaman Mataram, telah dijual. Bagaiman nasib si Ronggeng Gaib selanjutnya? Walallahu alam. Rebana Hadroh Sejak kecil Mudehir telah tuna nerta. Dia tinggal di sebuah rumah sederhana di kampung Pondok Pinang Jakarta Selatan. Tetangganya seorang Betawi kaya yang memiliki pabrik batik cap. Setiap hari Mudehir mendengar kesibukan buruh yang bekerja pabrik batik cap itu. Suara hentakan bertalu-talu para buruh itu membangkitkan inspirasi dan imajinasi bagi Mudehir. Semakin didengarkan, suara-suara itu semakin memperkaya batin Mudehir. Feeling berkesenian Mudehir sangat kuat. Suatu hari dia diajak bermain rebana. Dengan senang hati dia ikut ajakan itu. Ternyata perkumpulan rebana yang mengajaknya adalah perkumpulan rebana hadroh. Bagi Mudehir pukulan-pukulan rebana hadroh terasa tidak asing di telinganya. Bahkan malah sudah sangat akrab. Ternyata pukulan rebana hadroh tidak jauh berbeda dengan suara-suara yang tiap hari didengar dari pabrik batik cap. Para seniman rebana mengatakan cara memainkan rebana hadroh bukan dipukul biasa tapi dipukul seperti memainkan gendang. Rebana hadroh terdiri dari tiga instrumen rebana. Pertama disebut Bawa. Kedua disebut Ganjil atau Seling. Ketiga disebut Gedug. Bawa berfungsi sebagai komando, irama pukulannya lebih cepat. Ganjil atau Seling berfungsi saling mengisi dengan Bawa. Gedug berfungsi sebagi bas. Jenis pukulan rebana hadroh ada empat, yaitu : tepak, kentang, gedug, dan pentil. Keempat jenis pukulan itu dilengkapi dengan naman-nama irama pukulan. Nama irama pukulan, antara lain : irama pukulan jalan, sander, sabu, pegatan, sirih panjang, sirih pendek, pegatan, dan bima. Lagu-lagu rebana hadroh diambil dari syair Diiwan Hadroh dan syair Addibaai. Yang khas dari pertunjukan rebana hadroh adalah Adu Zikir. Dalam Adu Zikir tampil dua grup yang silih berganti membawakan syair Diiwan Hadroh. Grup yang kalah umumnya grup yang kurang hafal membawakan syair Diiwan Hadroh. Rebana hadroh pernah ada di kampung Grogol Utara, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Kalibata, Duren Tiga, Utan Kayu, Kramat Sentiong, Paseban. Mudehir menjadi tokoh legendaris dalam kesenian rebana hadroh. Mudehir memiliki keterampilan tehnis yang sempurna. Variasi pukulannya sangat kaya. Bahkan dengan kakinya pun suara rebana masih sempurna. Suaranya indah. Daya hafalnya atas syair Diiwan Hadroh sangat baik. Mudehir wafat pada tahun 1960. Sepeninggal Mudehir rebana hadroh semakin surut. Kini rebana hadroh tinggal kenangan. Rebana Dor Rebana Dor jenis rebana yang fleksibel. Reban Dor dapat digabung pada semua rebana. Dapat dimainkan bersama Rebana Ketimpring, Rebana Hadroh, dan orkes gambung. Ciri khas Rebana Dor terletak pada irama pukulan yang tetap sejak awal lagu sampai akhir. Cairi lain adalah lagu Yaliil. Yaitu bagian solo vokal sebagai pembukaan lagu. Lagu Yaliil mengikuti nada atau notasi lagu membaca Al-Quran. Namanya antara lain : Shika, Hijaz, Nahawan, Rosta, dan lain-lain. Cara memegang Rebana Dor terkadang bertumpu pada lutut kiri kanan. Tangan kiri dan kanan bebas memukul reban. Syair lagu Rebana Dor diambil dari berbagai sumber. Dapat diambil dari syair Syarafal Anam, Mawalidil Muhammadiyah, Diiwan Hadroh, Addiibai dan lain-lain. Rebana Dor lebih banyak persamaannya dengan Rebana Kasidah. Perkembangan Rebana Kasidah sangat pesat sehingga menggeser Rebana Dor. Lagi pula Rebana Kasidah lebih diminati remaja putri. Rebana Dor hanya dimainkan oleh orang-orang tua. Rebana Kasidah lebih enak ditonton karena pemainnya remaja putri. Rebana Dor didukung pemain leki-laki yang sudah berusia lanjut. H. Naiman dari kampung Grogol Utara, Arifin dari kampung Kramat Sentiong, dan H. Abdurrahman dari kampung Klender adalah tokoh-tokoh Rebana Dor. Sayangnya ketiga orang ini tidak mempunyai penerus. Sehingga Rebana Dor tidak berkembang. Rebana Burdah* Keluarga Bamar, Azmar, dan Kathum berasal dari Mesir. Keluarga ini telah menetap di Betawi lebih dari tiga generasi. Mereka tinggal di Kampung Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Salah seorang sesepuh mereka yaitu Sayyid Abdullah Bamar melahirkan kesenian Rebana Burdah. Dan menamai grupnya dengan naman Firqah Burdah Bamar. Abdullah Bamar secara intensif membina Rebana Burdah. Semua anak cucunya dianjurkan belajar Rebana Burdah. Kehadiran Firqah Burdah Bamar awalnya untuk mengisi waktu luang menjelang atau sesudah pengajian. Dengan disajikannya Rebana Burdah, pengajian terasa lebih meriah dan tidak membosankan. Karena main di forum pengajian, lagu-lagu yang dinyanyikan diambil dari syair Al-Busyiri. Syair ini berisi puji-pujiab kepada Nabi Muhammad. Rebana Burdah ternyata disenangi oleh keluarga keturuan Arab. Maka setiap ada kegiatan ditampilkanlah Rebana Burdah. Lagu-lagunya masih tetap dari syair Al-Busyiri. Rebana Maukhid* Munculnya jenis kesenian Rebana Maukhid tidak lepas dari nama Habib Hussein Alhadad. Habib inilah yang mengembangkan Rebana Maukhid. Habib Hussen mempelajari kesenian rebana dari Hadramaut. Rebana Maukhid yang asli hanya dua buah. Tapi Habib Hussein mengembangkannya menjadi empat sampai 16 buah. Profesi sehari-hari Habib Hussein adalah muballig. Untuk lebih memeriahkan tablig, Habib Hussein menyanyikan shalawat diiringi rebana. Syair shalawat yang dinyanyikan diambil dari karya Abdullah Alhadad. Keberadaan Rebana Maukhid bukan semata-mata untuk pertunjukan, tapi sebagai pengis acara tablig. Tidak ada rancangan khusus berkenaan dengan pementasan. Apalagi rencana pengembangan dan perluasan wilayah. Rebana Maukhid hanya ada di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kalaupun di daerah lain ada Rebana Maukhid, mungkin dilakukan oleh murid Habib Hussein Alhadad. Rebana Ketimpring Rebana Ketimpring jenis rebana yang paling kecil. Garis tengahnya hanya berukuran 20 sampai 25 cm. Dalam satu grup ada tiga buah rebana. Ketiga rebana itu mempunyai sebutan, yaitu rebana tiga, rebana empat, dan rebana lima. Rebana lima berfungsi sebagai komando. Sebagai komando, rebana lima diapit oleh rebana tiga dan rebana empat. Rebana Ketimpring ada dua macam. Pertama Rebana Ngarak. Kedua Rebana Maulid. Sesuai dengan namanya, Rebana Ngarak berfungsi mengarak dalam suatu arak-arakan. Rebana Ngarak biasanya mengarak mempelai pengantin pria menuju ke rumah mempelai pengantin wanita. Syair lagu Rebana Ngarak biasanya shalawat. Syair shalawat itu diambil dari kitab maulid Syarafal Anam, Addibai, atau Diiwan Hadroh. Karena berfungsi mengarak itulah, Rebana Ngarak tidak statis di satu tempat saja. Rebana Ngarak saat ini berkembang dengan baik. Banyak remaja dan pemuda mempelajarinya. Dalam grup Rebana Ngarak dipelajari pula berbalas pantun dan silat. Dalam upacara ngarak penganten biasanya ada dialog berbalas pantun dan atraksi silat. Grup Rebana Ngarak terdapat di berbagai kampung. Misalnya di kampung Paseban, Kwitang, Karang Anyar, Kali Pasir, Kemayoran, Tebet, Kayu Manis, Lobang Buaya, Condet, Ciganjur, Grogol, Kebayoran Lama, Pejaten, Pasar Minggu, Kalibata, dan lain-lain. Rebana Maulid sesuai dengan namanya berfungsi sebagai pengiring pembacaan riwayat nabi Muhammad. Kitab maulid yang biasa dibaca Syarafal Anam karya Syeh Albarzanji dan kitab Addibai karya Abdurrahman Addibai. Tidak seluruh bacaan diiringi rebana. Hanya bagian tertentu seperti : Assalamualaika, Bisyahri, Tanaqqaltu, Wulidalhabibu, Shalla Alaika, Badat Lana, dan Asyrakal. Bagian Asyrakal lebih semangat karena semua hadirin berdiri. Pembacaan maulid nabi dalam masyarakat Betawi sudah menjadi tradisi. Pembacaan maulid tidak terbatas pada bulan mulud (Rabiul Awwal) saja. Setiap acara selalu ada pembacaan maulid. Apakah khiatanan, nujuhbulanin, akekah, pernikahan, dan sebagainya. Pukulan Rebana Maulid berbeda dengan pukulan Rebana Ngarak. Nama-nama pukulan Rebana Maulid disebut : pukulan jati, pincang sat, pincang olir, dan pincang harkat. Dahulu ada seniman Rebana Maulid yang gaya pukulannya khas. Seniman ini bernama Sadan, tinggal di Kebon Manggis, Matraman. Sadan memperoleh inspirasi pukulan rebana dari gemuruh air hujan. Gayanya disebut Gaya Sadan. Minat generasi muda belajar Rebana Maulid sangat kurang. Kini pembacaan maulid Nabi Muhammad sudah jarang diiringi rebana. Rebana Kasidah* Rebana Kasidah termasuk yang paling populer. Setiap kampung terdapat grup Rebana Kasidah. Peneliti musik rebana menganggap jenis Rebana Dor mengilhami munculnya Rebana Kasidah. Sejak awal Rebana Kasidah sudah disenangi, khususnya oleh remaja putri. Ini yang membuat pesatnya perkembangan Rebana Kasidah. Tidak ada unsur ritual dalam penampilan Rebana Kasidah. Maka Rebana Kasidah bebas bermain di mana saja dan dalam acapa apa saja. Tahun 1970 sampai 1980-an festival kasidah marak dilaksanakan. Grup pemenang festival ditampilkan pada acara-acara penting. Ada pula grup yang merekam ke pita kaset. Kaset rekaman itu laku dijual. Penyanyi Rebana Kasidah yang terkenal adalah Hj. Rofiqoh Darto Wahab, Hj. Mimi Jamilah, Hj. Nur Asiah Jamil, Romlah Hasan, dan lain-lain. Rebana Kasidah terus berkembang. Syairnya tidak terbatas pada bahasa Arab. Ada yang bahasa Indonesia, Sunda, Jawa, dan sebagainya. Bahkan kini ada grup kasidah modern. Asal Mula Ragam Budaya Betawi Yayat Suratmo Published 07/11/2008 - 1:30 a.m. GMT Ondel-Ondel Rate This Article: 9 ABOUT THE AUTHOR Yayat Suratmo Email: Click To Contact Author Sejak dulu memang sudah banyak perdebatan mengenai asal mula beragam budaya yang kini ada di Betawi. Paralel dengan perdebatan sejak kapan kaum Betawi eksis. Pakar masalah Betawi seperti Ridwan Saidi mengungkapkan bahwa orang Betawi sudah ada sejak jaman Neolitikum. Sementara Lance Castle, sejarawan Belanda, mengatakan bahwa yang disebut kaum Betawi baru muncul pada tahun 1930, saat sensus penduduk dilakukan. Pada sensus penduduk sebelumnya, kaum Betawi tidak disebutkan. Kala itu sensus memang dilakukan berdasarkan etnis atau asal keturunan. Namun terlepas dari itu, memang kemunculan kaum Betawi baru terdengar secara nasional pada saat Muhamad Husni Thamrin mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Sebelumnya etnis Betawi hanya menyebut diri mereka berdasarkan lokalitas saja, seperti Orang Kemayoran, Orang Depok, Orang Condet, Orang RawaBelong dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan munculnya ragam budaya di Betawi ? Mengenai hal ini, tak dapat dipungkiri bahwa mulai terjadi saat Sunda Kelapa Menjadi Pelabuhan Internasional yang ramai dikunjungi kapal-kapal asing pada abad 12. Kemudian pada abad 14 sampai 15, Sunda kelapa dikuasai Portugis. Mereka juga banyak memberi pengaruh kebudayaan yang kuat kala itu. Padat tahun 1526,Pangeran Fatahillahmenyerbu Sunda Kelapa dan menamakan daerah kekuasaannya dengan nama Jayakarta . Sejak dikuasai Fatahillah, kota Jayakarta banyak dihuni oleh orang Banten, Demak dan Cirebon. Lalu saat Jan Pieterzoon Coen menguasai Jayakarta dan mendirikan Batavia, dimulailah mendatangkan etnis Tionghoa yang terkenal rajin dan ulet bekerja untuk membangun ekonomi Batavia.Coen juga mendatangkan banyak budak dari Asia Selatan dan Bali. Perlahan tapi pasti kebudayaan di Batavia kala itu semakin semarak saja, karena setiap etnis biasanya juga membawa dan mempengaruhi kebudayaan setempat. Ditambah lagi umumnya para budak atau etnis tertentu yang didatangkan ke Batavia adalah pria. Sehingga disini mereka kemudian kawin dengan wanita setempat dan beranak pinak. Disaat bersamaan pula para pedagang dari Arab dan India juga terus berdatangan, oleh Belanda mereka di tempatkan di Pekojan. Semakin hari semakin banyaklah pendatang dari India dan Arab, akhirnya mereka pindah ke Condet, Jatinegara, dan Tanah Abang. Tak heran masih banyak warga keturunan Arab di daerah-daerah tersebut. Sementara para anak keturunan bangsa Portugis ditempatkan di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara. Dengan semakin beragamnya etnis di Betawai, maka setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa. Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawisdan Tanjidor. Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab. Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal dari Portugis. Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan [1]. Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dankromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740)[2]. Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong adalah tangga nada pentatonik Cina[1], yang sering disebut salendro Cina atau salendro mandalungan. Instrumenpada gambang kromong terdiri atas gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek, dan sukong, tehyan, atau kongahyan sebagai pembawa melodi. Orkes gambang kromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsur-unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat musik gesek yaitu sukong, tehyan, dan kongahyan. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendaharaan lagu-lagunya. Di samping lagu-lagu yang menunjukkan sifat pribumi, seperti lagu-lagu Dalem (Klasik) berjudul: Centeh Manis Berdiri, Mas Nona, Gula Ganting, Semar Gunem, Gula Ganting, Tanjung Burung, Kula Nun Salah, dan Mawar Tumpah dan sebagainya, dan lagu-lagu Sayur (Pop) berjudul: Jali-jali, Stambul, Centeh Manis, Surilang, Persi, Balo-balo, Akang Haji, Renggong Buyut,Jepret Payung, Kramat Karem, Onde-onde, Gelatik Ngunguk, Lenggang Kangkung, Sirih Kuning dan sebagainya, terdapat pula lagu-lagu yang jelas bercorak Tionghoa, baik nama lagu, alur melodi maupun liriknya, seperti Kong Ji Liok, Sip Pat Mo, Poa Si Li Tan, Peh Pan Tau,Cit No Sha, Ma Cun Tay, Cu Te Pan, Cay Cu Teng, Cay Cu Siu dan sebagainya. Lagu-lagu yang dibawakan pada musik gambang kromong adalah lagu-lagu yang isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadangkala bersifat ejekan atau sindiran[1]. Pembawaan lagunya dinyanyikan secara bergilir antara laki-laki dan perempuan sebagai lawannya[1]. Gambang kromong merupakan musik Betawi yang paling merata penyebarannya di wilayah budaya Betawi, baik di wilayah DKI Jakartasendiri maupun di daerah sekitarnya (Jabotabek). Jika terdapat lebih banyak penduduk peranakan Tionghoa dalam masyarakat Betawisetempat, terdapat lebih banyak pula grup-grup orkes gambang kromong. Di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, misalnya, terdapat lebih banyak jumlah grup gambang kromong dibandingkan dengan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur[3]. Dewasa ini juga terdapat istilah "gambang kromong kombinasi"[4]. Gambang kromong kombinasi adalah orkes gambang kromong yang alat-alatnya ditambah atau dikombinasikan dengan alat-alat musik Barat modern seperti gitar melodis, bas, gitar, organ, saksofon, drum dan sebagainya, yang mengakibatkan terjadinya perubahan dari laras pentatonik menjadi diatonik tanpa terasa mengganggu[5]. Hal tersebut tidak mengurangi kekhasan suara gambang kromong sendiri, dan lagu-lagu yang dimainkan berlangsung secara wajar dan tidak dipaksakan[5]. [sunting] Sebutan Gambang Kromong di ambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dankromong.Bilahangambangyangberjumlah18buah,biasaterbuatdarikayu suangking, huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon). Orkes GambangKromongmerupakanperpaduanyangserasiantaraunsur-unsurpribumi denganunsurCina.SecarafisikunsurCinatampakpadaalat-alatmusikgesekyaitu Tehyan,KongahyandanSukong,sedangkanalatmusiklainnyayaitugambang, kromong,gendang,kecrekdangongmerupakanunsurpribumi.Perpaduankedua unsurkebudayaantersebuttampakpulapadaperbendarahaanlagu-lagunya. Disampinglagu-laguyangmenunjukansifatpribumisepertiJali-jali,Surilang,Persi, Balo-balo, Lenggang-lenggang Kangkung, Onde-onde, Gelatik Ngunguk dan sebagainya, terdapat pula lagu-lagu yang jelas bercorak Cina, baik nama lagu, alur melodi maupun liriknyasepertiKongJilok,Sipatmo,PhePantaw,Citnosa,Macuntay,Gutaypandan sebagainya.

Orkes Gambang yang semula digemari oleh kaum peranakan Cina saja, lama-kelamaan digemaripulaolehgolonganpribumi,karenaberlangsugnyaprosespembauran.Bila padamasalalupopularitasorkesGambangKromongumumnyahanyaterbatasdalam lingkunganmasyarakatketurunanCinadanmasyarakatyanglangsungatautidak langsung banyak menyerap pengaruh kebudayaannya, pada perkembangan kemudian, penggemarnyasemakinluas,lebih-lebihpadatahuntujuhpuluhan.Bebagaifaktor yangmenyebabkandiantaranyakarenamulaibanyaksenimanmusikpopyangikut terjun berkecimpung didalamnya seperti Benyamin S pada masa hidupnya, Ida Royani, Lilis Suryani, Herlina Effendi dan lain-lain.

GambangKromongmerupakanmusikBetawiyangpalingmeratapenyebarannyadi wilayahbudayaBetawi,baikdiwilayahDKIJakartasendirimaupundidaerah sekitarnya,lebihbanyakpendudukketurunanCinadalammasyarakatBetawi setempat, lebih banyak pula terdapat grup-grup orkes Gambang Kromong. Di Jakarta UtaradanJakartaBaratmisalnya,lebihbanyakjumlahgrupGambangKromong dibandingkandiJakartaSelatandanJakartaTimur.Dewasainiterdapatistilah Gambang Kromong asli dan Gambang Kromong kombinasi.

Sebagaimanatampakpadanamanya GambangKromongkombinasi, ialahorkesGambangKromongyang alat-alatnyaditambahatau dikombinasikandenganalat-alat musikBaratmodernyangkadang-kadangelektronis,sepertigitar melodis,bass,gitar,organ, saxopone,drumdansebagainya. Disiniberlangsungperubahandari laraspentatonikmenjadidiatonis tanpa terasa mengganggu.

Denganpenambahanalatmusikituwarnasuaragambangkromongmasihtetap terdengar, serta masuknya lagu-lagu pop berlangsung secara wajar, tidak dipaksakan. Terutamabagigenerasimudatampaknyagambangkromongkombinasilebih komunikatif,sekalipunkadang-kadangadakecenderungantersisihnyasuaraalat-alat gambang kromong asli oleh alat musik elektronis yang semakin dominan.

Rombongan-rombongangambangkeromongaslipadaumumnyadimilikidandipimpin oleh golongan pribumi yang ekonomi lemah, seperti rombongan Setia Hati pimpinan AmsardiBendunganJago,rombonganPutraCijantungpimpinanMarta(dahulu dipimpinolehNyaatyangsekarangtelahmeninggal),rombonganGarudaPutih pimpinanSamadMododiPekayon,Gandaria.Sedanggambangkromongkombinasi pada umumnya dimiliki oleh golongan yang ekonomi relatif`` kuat, seperti rombongan NagaMaspimpinanBhuThianHay(almarhum),Nagamustikapimpinan Suryahanda, Selendang delima pimpinan Liem Thian Po dan sebagainya.

(Ikhtisar Kesenian Betawi, Dinas Kebudayaan DanPermuseuman Propinsi DKI Jakarta) Gambang Kromong is the Chinese originated Indonesian music born in the suburbs of Jakarta. It is also one of Indonesias most vivid and off the wall musical styles. The musics name comes from the instruments, the gambang (xylophone) and the kromong (gong) played together with various flutes, and rebab (violin). It has a decidely funky rythm but perhaps the most distinctive feature is the semirapped, hard vocal delivery of the men, while the women wail with their typical finesse. A wonderfully mixed-up music, gambang kromong combines Indonesian, Chinese, and sometimes Western instruments. These 1990 recordings focus on two repertoires: a body of old pieces, now rarely heard, that blend Chinese and Indonesian musical elements; and the most popular modern repertoire, which sounds like gamelan music crossed with small-group jazz of the 1920s and 1930s. Sumber dari Consulate General of The Republic of Indonesia Sedangkan sebuah grup musik Gambang Kromong terdiri dari beberapa alat musik. Alat-alat musik tersebut adalah: oGambang oKromong oKendang oKrecek oKemong oGong oSuling oKongahyan oTehyan oSukong oPenyanyi Sumber dari situs pribadi Dr. martina claus-bachmann Comments (14) Pol isiTi dur Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 9:40 pm Penyanyi Benyamin Sueb Ciptaan Anto/Griwo Ade nyang mirip Buaye tidur kekenyangan Ade nyang memang mirip Gunung-gunungan Siape nyang belon tau E apaan entu? Panjang dan bulet Siang malem die tengkurep Itu polisi tidu Bantal pengaman jalur Saleh-saleh kebentur Babak belur lho * Ade yang sebel Ade juga yang ngedumel Ade nyang ngikut gatel Jalan di ganjel-ganjel Banyak yang pade besot Mental kejedot Polisi tidur Bikin rusak knalpot (Udeh waktunye diatur) Lho jangan pade ngebut Jangan meleng ngelamun Saleh-saleh lhu nubruk Copot jantung lhuu (Ulangi dari*) Comments (4) PakKetepapok Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 9:38 pm Penyanyi Benyamin Sueb dan Lilis Soerjani ben: pak ketepapok mangge jato mangge ubi mateng sagu adek orangnye boto ape ngga mare aye ngeganggu lilis: ge mangge ubi mateng sagu kalo mateng mere tengenye biarin abang ganggu asal bener bener e bicarenye # ben: e emang manis mangge ubi kalo dimakan enak rasenye dik abang mo bicare bumi dan langit jadi saksinye lilis: kalo bener bener abang bicare keluar dari atinye (ben: percaye, percaye deh) aye terime cinte abang aye sempilin di ati aye CHORUS: duet, ben 2nd vocal: pak ketepapok mangge jato angin tiup dari utare nyok kite pulang bareng kita bilang ame nyak dan babe back to # (lilis: nyok kite pulang nyok bang!) (ben: nyok, tu wa kiri kanan tu wa kiri kanan) (lilis: aduh aduh sakit bang) (ben: kenape kenape?) (lilis: kesandung bang) (ben: ah ngga pape!) (both: tu wa kiri kanan tu wa kiri kanan .) Comments (5) April 3, 2005 Kecil -kecil Kunyit Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 5:50 am Penyanyi Benyamin Sueb dan Ida Royani Ciptaan Saidi * Kecil-kecil kunyit Dipatehin mereh Kecil-kecil genit Dikatain mareh Gede-gede batu Gede juga, batu karang Na bolehnye nafsu Mau usil ame orang Bukan, bukan, bukan Bukan (abang) sok usil Abang pikir, pikir Adek ini masih kecil (pentil) Biar, biar, biar Biar kecil cabe rawit Biar saye kecil Udeh bisa cari duwit Kecil-kecil kunyit Dipatahin pateh tige Kecil-kecil gesit Udeh bisa maen cinte (naek kude) (Ulang dari *) Comments (1) TukangTuak Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 5:46 am Penyanyi Benyamin Sueb dan Ida Royani Ciptaan Atjep S. L: Ade manis rase gurih Diminum seger sekali Mari empok, mari abang Rase aus pasti ilang P: Saye dagang bumbu dapur Buah iseng dari nganggur Asem juga saye seide Asemnye aujubile L: Ee empok lancang amat Kenape usil ati jahat E kalo tuak asem rasenye Biar cekik setan kelare P: Nah, bolehnye abang renyem Memang saye dagang asem E, Abang marah apa lantaran L: Kalo gitu usul saye P: Maksud abang gimane L: Jangan jalan same-same P: Kagak mau saya miseh L: Mending empok dagang gule L/P: Seiring jalan bersama Comments (0) March 26, 2005 AturanAsyik Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 9:38 am Penyanyi: Benyamin Sueb dan Ida Royani Ciptaan Rudiman Yang berduri bueh durian Masih enak si kue putu Eh, ngga enak Punye bini biduan Malem minggu di tinggal melulu Aduh, duh. Aturan asyik Lagi-lagi undangan gengsot katenye Gak taunye die seneng Gue nyang sewot Bueh mangge si bueh pelem Lebih manis bueh belimbing Paling suseh punye laki bintang pelem Die ciuman di pelem Gue nyang rungsing Aduh, duh.. Aturan asyik Ape lagi adegan ranjang Gue yang liat ati panas Die yang seneng Ikan tongkol di pasar ikan Ikan di tangkep masuk kejale Ati dongkol punye bini biduan Kalo lagi nyanyi die suka maen mate Aduh, duh. Bisa berabe Ade orang yang saleh sangke Die kecantol gue nyang garuk-garuk kepale Burung celepuk si burung malam Kukunye tajem seperti duri Bikin kapok punye laki bintang pelem Tiap kali tidur saye sendiri aje. Aduh, duh. Aturan asyik Duaan kalo pergi pulangnye malem Lagi-lagi alesannye Shooting pelem. Comments (2) March 25, 2005 Penganten Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 8:00 am Penyanyi: Benyamin Sueb dan Ida Royani Ciptaan Benyamin Sueb * Bang mamat Nape duduk bengong aje Malu dong Tetamu pade ngeliatin Duh, mineh Ati abang deg-degan Rasenye badan abang pade dingin Bang mamat kenape Tampangnye jadi pucet Ngga kenape-nape Abang ngga bisa bilang Ntar dikate Penganten sedih aje Sedih bukannye sedih Rase dibakar api Siape tuh nyang Melotottin aye Tetamu kenape Merongos aje Duh, Mineh Abang minta ampun aje Yang dateng sebenernye bini gue. Comments (2) TukangBecak Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 7:55 am Penyanyi: Benyamin Sueb Ciptaan Oetjin Noerhasyim Tukang beca Bang Samiun Terkenal gemar berpantun Genjot sambil melamun Cari muatan di statsiun Ada muatan sepasang Datang dari Pariangan Naek becak dan berdendang Sambil petik kecapi di tangan Tukang becak takjub lupa minggir dan berpaling Dari blakang eh disruduk sebuah mobil terguling-guling gediblek nyungsep akiaoooo Tukang becak marah-marah Hendak menyiapkan kawan Untung dapat disadarkan kawan Dalam rasa persatuan Sabar sabar! Comments (2) Ketoprak Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 7:46 am Penyanyi: Ida Royani Ciptaan Atjep S. Suatu hari ngajak kakek jalan-jalan Baru nyampe di Betawi dari Wetan Muter kota si kakek terheran-heran Hati ngeri ngelihat setan jalanan Badan capek aih perut keroncongan Makan dulu kakek setuju gut anggutan Masuk warung yang deket di pinggir jalan Aye teriak ketoprak dua pedesan Kakek bengong nanya mane ketopraknye Kakek demen nanya apa sih lakonnye Aye jawab lakon lideh begoyangan Hati geli kakek makin keheranan Satu piring ketopraknye dicicipin Kakek nambeh nambeh lagi lima piring Kalo Jawe ketoprak dijodetin Di betawi ketoprak joget di piring Ehek ehek welah jebule kok enak banget toh nduk ketoprak Betawi yo! Enak sih enak Beh, tapi kalo nambeh sampe lima piring bukannya lapar, rakus! Comments (4) Wal angKekek Filed under: Kesenian, Gambang Kromong - Administrator @ 7:30 am Penyanyi: Rita Zahara Ciptaan H. Abdul Gani/Oetjin Noerhasyim Walang Kekek si Walang Kadung Walang Kadung maen buntutnye Badan capek siape nyang tulung Ade nyang tulung laen maksudnye E ya ee ha.. e.. ha.. E ya ee hae hai yo hai yo Walang Kekek dari Jakarte Kakek-kakek bebini mude Walang Kekek mati di pulo Udeh mati diiket kabel Sakit bengek lantaran elo Jadi laki keliwat bandel E ya ee ha.. e.. ha.. E ya ee hae hai yo hai yo Walang Kekek nemplok di tembok Elo bengek lantaran ketelen sendok Lepas kude di tanah rante Ambil cinde buat talinye Ditinggal pacar jangan suseh Aye mau buat gantinye E ya ee ha.. e.. ha.. E ya ee hae hai yo hai yo Walang kene ditangkep Biar jelek tapi gak cakep Air panas mateng mendidih Bikin kopi di waktu pagi Bagaimana hati tak jadi sedih Duduk sebentar waduh gua ditinggal pergi E ya ee ha.. e.. ha.. E ya ee hae hai yo hai yo Jauh ke Kote deket ke Senen Jangan mareh cuman maen-maen Comments (2) Musik keroncong mulai masuk di Indonesia sejak abad ke XVII berasal dari Portugis. Mula-mula dibawa oleh orang portugis ke Jakarta pada tahun 1661 oleh bekas tawanan tentara portugis yang kalah perang dan menetap di daerah Tugu, Jakarta Utara. Dari musik keroncong Tugu pengaruh Portugis inilah berkembang menjadi keroncong yang sampai kini merupakan lanjutan dari keroncong Oud Batavia (lief de Java) dan Keroncong asli Kemayoran. Mula-mula musik keroncong Tugu ini hanya untuk mengiringi lagu-lagu bernada sedih bersifat irama melankolis dan bahasanya Portugis. Kemudian lagu-lagunya diperluas dan ditambah dengan irama stambil dan melayu mempergunakan bahasa Tugu sehingga terciptalah lagu-lagu seperti Cafrinyo (Kaparinyo), Jankafalati, Morasco, Proungga, Stambul Tugu (stambul jampang), Nina Bobok, Terang Bulan, Keroncong Tugu (menjadi keroncong Kemayoran sekarang) dan lain-lain Kemudian pada abad ke XX sekitar tahun 1920-1925 berdiri musik keroncong Lief de Java (Oud Batavia) yang disponsori oleh orang Belanda dengan para pemainnya campuran orang Belanda dan orang Indonesia. Mereka memoderenkan musik keroncong asal Tugu dengan irama musik Jazz Band, walaupun irama keroncongnya tetap ada dan lagu-lagunya juga lagu Indonesra. Peralatannva ditambah dengan gitar, melodi, okulele (cuk), bass dan seruling. Penyanyinya ialah Amri Landaw dan Leo Spei. Dari orkes keroncong Oud Batavia ini berkembang rnenjadi Keroncong Asil Jakarta, salah satu diantaranya ialah Keroncong Kemayoran dari Daerah Kepu, Kemayoran dibawah pimpinan M. Sagi. Orkes keroncong Kemayoran untuk pertama kalinya tampil dimuka umum pada tahun 1922. Mereka selalu mendapat panggilan dari orang-orang Belanda atau Cina yang kaya untuk memeriahkan pesta perkawinan atau pesta ulang tahun di ternpat kediarnan mereka. Disamping itu orkes keroncong ini tidak ketinggalan pula turut serta mengikuti 'perlombaan orkes keroncong' yang diadakan tiap-tiap tahun di pasar malam Gambir. Diarena pertunjukan ini orkes keroncong Kemayoran harus menghadapi saingan-saingan yang dianggap kuat yaitu orkes Keroncong Tugu dan orkes Lief De Java (Oud Batavia). Alat-alat musik yang dipakai oleh orkes keroncong Kemayoran pada waktu itu masih sangat sederhana terdiri dari biola, keroncong, rebana dan gitar pengiring. Mereka tarnpil dengan memakai pakaian seragam khas Betawi, yaitu jas tutup dan kain batik. Pada tahun 1929 di daerah Kemayoran berdiri orkes Keroncong Fajar dibawah pimpinan Bapak Suratman. Penyanyinya pada waktu itu ialah Suratmi dan Safi'i. Peralatan yang dipergunakan ditambah dengan alat-alat musik lainnya seperti : Okulele (Cuk), Cello, Bass dan Gitar Melodi. Lagu yang dibawakannya ialah keroncong Kemayoran, Moressco, dan Cafrinyo (Kaparinvo). Lagu keroncong Kemayoran sampai sekarang tidak diketahui siapa pengarangnya. Syair lagunya mungkin berasal dari Keroncong Tugu, tetapi bahasanya yaitu bahasa Indonesia. Kata-kata lagunya tergantung pada kehendak si penyanyi yang membawakannya. Salah satu syair dari laqu keroncong adalah sebagai berikut : Ani-ani bukannya waja Memotong padi digunung Saya menyanyi bukan sengaja Menghibur hati nan bingung Reff : Olele di Kotaraja Bole enggak boleh Dibawa Saja. Orkes keroncong Fajar ini, banyak yang menggemari sehingga sering dipanggil untuk bermain di daerah Jati Negara, Petojo, Sawah Besar dan Kwitang. Ketika orkes keroncong Fajar tidak terdengar lagi kegiatannya, muncul di daerah Kepu Kemayoran orkes keroncong Sinar Betawi dibawah pimpinan M. Sagi, penyanyinya yang terkenal pada waktu itu ialah adik M. Sagi yaitu Miss Rum. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, orkes keroncong Sinar Betawi ikut mengisi acara unkuk hiburan keroncong di RRI Jakarta yang pada waktu itu bernama Radio Ketimuran ialah lagu Jali-jali, dibawakan.oleh penyanyi Miss Rum. Disamping pemimpin orkes keroncong, M. Sagi dikenal pula sebagai pencipta lagu, ciptaannya yang terkenal ialah dasi biru dan buah Detima. Pada masa kemerdekaan M. Sagi tetap aktif mengisi acara hiburan keroncong di RRI Jakarta dengan nama Orkes Radio Indonesia. Penggemarnya semakin banyak, sehingga mendapat panggilan untuk bermain di luar kota Jakarta yaitu kota Krawang, Pekalongan, dan Solo. Pada tahun 1954 M. Sagi meninggal dunia, maka orkes keroncong yang dipimpinnya berhenti kegiatannya. Kemudian dilanjutkan oleh adik iparnya, yaitu Bapak Isbandi. Beliau adalah suami Miss Rum. Peralatan yang dipergunakan ditambah dengan alat-alat musik lainnya, seperti banyo, suling, biola, dan Flut. Orkes keroncong pimpinan Isbandi mengisi acara RRI seminggu sekali. Penyanyinya yang terkenal pada waktu itu ialah Sayekti, Masnun, dan Abdul Gani. Pada tahun 1957 berdiri Orkes Keroncong Suara Kemayoran dibawah pimpinan Ahmad Borni. Karena beliau bekerja sebagai karyawan RRI Jakarta, maka orkes Keroncong Suara Kemayoran sering mengisi acara hiburan keroncong di RRI. Penyanyinya ialah Neti. Lagu Bandar Jakarta merupakan lagu yang sangat digemari pada waktu itu. Tetapi setelah Bapak Ahmad Borni meninggal dunia, kegiatan orkes keroncong tersebut berhenti dan tidak ada yang melanjutkan. Orkes keroncong Kemayoran pada awal abad XX merupakan orkes hiburan yang sangat digemari oleh masyarakat. Namun kini nama orkes tersebut hanya tinggal kenangan, karena kurang diminati warga Kemayoran untuk melestarikan kesenian tersebut. Musik Gambang Kemayoran adalah seni musik yang mendapat pengaruh Cina, tetapi irama dalam lagunya mempergunakan dialek Jakarta. Di daerah Kemayoran ini tidak disebut Gambang Kromong, karena alat musik kromong tidak dipergunakan. Pada tahun 1922 di daerah Kemayoran berdiri perkumpulan gambang di bawah pimpinan Bapak Samsu yang merangkap sebagai penyanyi. Alat-alat musik gambang Kemayoran terdiri dari gambang, gebian, kretek, gending, dan kempul. Para penyanyinya ialah Laman dan Samsu sering memukau hati penonton dengan membawakan lagu_lagu yang digemari yaitu Onde-Onde, Si Jongkong Kopyor dan Kapal Karem. Adapun pertunjukan Wayang Kulit berasal dari pengaruh Jawa. Ceritanya diambil dari Epos Mahabarata dan Ramayana dan bahasa yang dipakai dalang dalam pertunjukan wayang kutit ialah bahasa Betawi. Wayang kulit Betawi yang terkenal di daerah Kemayoran ialah dibawah pimpinan Bapak Bagong yang tinggal di daerah Kebon Kosong. Wayang kulit Betawi dipertunjukkan pada waktu pesta perkawinan, sunatan, ruwatan, atau pesta tahun baru yang diselenggarakan oleh tuan tanah di Gedung Tinggi Kemayoran. Tema ceritanya diambil dari cerita Batara Kara yang maksudnya memberi nasihat kepada masyarakat baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. Sebelum pertunjukan wayang dimulai, sesajen harus disediakan. Sesajen yang dipakai pada waktu upacara ruwatan ialah seikat padi, batang tebu dan daunnya, setandan pisang, kelapa hijau, buah, rokok, dan 7 macam jajanan pasar. Adapun empat macam tumbuh-tumbuhan yang tersebut di atas mempunyai makna bagi masyarakat Betawi, yaitu : a. Padi maksudnya anak Betawi bila sudah menikah janganlah seperti anak muda. b. Tebu maksudnya anak Betawi sesudah menikah jangan seperti rnakan tebu, habis manis sepah dibuang. c. Pisang maksudnya sangat penting dalam membina rumah tangga, sebelum orang itu mati memberikan darma baktinya atau amal kebaikan. d. Kelapa maksudnya anak-anak Betawi sesudah kawin jadilah akar kelapa menjadi seia sekata saling gotong royong. Der Muruk adalah sejenis sandiwara atau tonil yang ceritanya berasal dari pengaruh Arab Parsi, sedangkan bahasanya yaitu bahasa Melayu. Diperkirakan pertunjukkan Der Muluk berkembang menjadi pertunjukan lenong, karena lenong asli yaitu disebut lenong Dines mengambil cerita tentang kisah raja-raja dan bahasanya Melayu tinggi bukan bahasa Betawi. Salah satu cerita Der Muluk yang sangat disukai oleh masyarakat Kemayoran ialah cerita Indra Bangsawan dan Jin Afrit. Para pemain mengenakan pakaian seperti raja-raja Melayu. Musik pengiring cerita ada dua macam, yaitu tambur Cina dan Harmonium. Apabila layar dibuka musik pengiringnya ialah tambur Cina, dan jika adegan perang atau perkelahian maka musik pengiring ialah harmonium. Permainan Der Mulur hanya untuk orang laki-laki, kaum wanita dilarang ikut main. Demikianlah nama-nama jenis kesenian Betawi yang digemari masyarakat Kemayoran pada awal abad XX. Rumah sebagai tempat tinggal keluarga sangat penting artinya di dalam kehidupan, dari mulai lahir sampai akhir hayat dan sering berganti sampai beberapa keturunan. Dalam segala hal, baik bentuk, gaya, dan model, maupun konstruksi dan susunannya, atau ragam hias dan lain-lainnya tidak dapat terlepas dari filsafat dan pandangan hidup masyarakat setempat atau bangunan itu didirikan dan kaitannya dengan semesta alam serta isinya. Demikian pula mengenai bentuk-bentuk atau model rumah tradisional orang Betawi, baik yang ada di wilayah kota maupun yang ada di daerah pinggiran DKI Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan beberapa informasi dari orang-orang Betawi, baik yang di kota maupun yang dipinggiran, maupun tipologi atau bentuk rumah biasanya disebut menurut atapnya atau menurut strukturnya, dapat dibagi kedalam beberapa model atau gaya sebagai berikut : - rumah Betawi model Bapang; - rumah Betawi model Joglo; - rumah Betawi model Kebaya; - rumah Betawi model Jure; - rumah Betawi model Gudang, dan lain-lain. Adapun bentuk atau model rumah Betawi tradisional yang seperti disebutkan di atas, ada perbedaaan dalam bentuk atau model yang ada di wilayah Jakarta kota dan di wilayah pinggiran yang sebagian besar penduduknya hidup bertani. Bentuk-bentuk model di daerah pinggiran lebih sederhana, kebanyakan bentuk rumahnya lebih menyukai model jure, bapang, dan gudang dengan biliknya terbuat dari anyaman bamboo, walaupun sekarang ini sudah banyak perubahan yang terbuat dari bata. Bentuk rumah tradisional orang Betawi kota, seperti yang masih ditemui di beberapa daerah Tanah Abang, Kwitang, Petojo, Batu Tulis, Kemayoran, dan daerah lainnya, lebih banyak ditemui rumah Betawi model Joglo dan kebaya. Keroncong Kemayoran dan Seni Budaya Lainnya Berbagai seni budaya daerah, baik yang khas Betawi maupun serapan dari etnis lain, banyak berkembang di kampung Kemayoran. Diantaranya ialah keroncong, contohnya petikan lirik berikut : Ani-ani bukannya waja Memotong padi di gunung Saya menyanyi bukan sengaja Menghibur hati nan bingung Reff: Olele di Kotaraja Bole enggak boleh Dibawa saja Sepenggal lagu keroncong itu menjadi simbol kebanggaan penduduk Kemayoran, kampungnya musik keroncong yang terkenal pada masa Hindia Belanda. Syairnya tidak terikat pada suatu cerita bersambung, melainkan pantun-pantun lepas yang diingat secara improvisasi tatkala bernyanyi, dan kadang-kadang tidak ada kaitan dialog satu sama lainnya, asalkan efek pantun mengenai sasaran dengan sindiran lucu, gembira, tapi tidak menyinggung perasaan lawan bernyanyi. Keroncong Tugu banyak mendapat pengaruh Portugis dan berkembang menjadi keroncong asli Kemayoran. Sekitar tahun 1920-1925 berdiri orkes keroncong Oud Batavia (lief de Java) yang disponsori orang Belanda dengan para pemainnya campuran orang Belanda dan Indonesia. Mereka memodernkan musik keroncong asal Tugu dengan irama musik Jazz Band, walaupun begitu irama keroncongnya tetap ada dan lagu-lagunya juga lagu Indonesia. Peralatannya ditambah dengan gitar, melodi, ukulele (cuk), bass, dan seruling. Penyanyinya ialah Amri Landaw dan Leo Spel. Orkes ini kemudian berkembang menjadi keroncong asli Jakarta, salah satu diantaranya ialah Keroncong Kemayoran dari daerah Kepu, pimpinan M. Sagi (sering dieja dengan M. Sjaugi). M. Sagi juga yang mempopulerkan lagu rakyat Jali-jali melalui kemampuannya bermain biola yang tak ada tanding saat itu di tahun 1942, menyebabkan lagu ini menjadi lagu rakyat Betawi. Orkes keroncong Kemayoran untuk pertama kalinya tampil di muka umum tahun 1922. Mereka selalu mendapat panggilan dari orang-orang Belanda atau Cina yang kaya untuk memeriahkan pesta perkawinan atau pesta ulang tahun. Selain itu, mereka tidak ketinggalan pula mengikuti perlombaan orkes keroncong yang diadakan tiap tahun di pasar malam Gambir. Kelompok-kelompok orkes keroncong yang ada di daerah Kemayoran selain orkes Keroncong Kemayoran sendiri diantaranya ialah orkes Keroncong Fajar (1929), orkes keroncong Sinar Betawi, dan orkes keroncong Suara Kemayoran (1957). Mereka tampil dengan memakai pakaian seragam khas Betawi, yaitu jas tutup dan kain batik. Tidak hanya keroncong yang digemari masyarakat saat itu, tetapi juga Robana Gembrung, Wayang Kulit, Tanjidor, Cokek (Cokek Ken Bun), orkes Gambus, dan Gambang. Kesenian ini terutama berkembang pesat di awal abad ke-20, dan mulai meredup kehilangan penggemarnya sejak tahun 1970-an. Musik Gambang yang berkembang di Kemayoran mendapat pengaruh dari Cina, tetapi irama dan lagunya berdialek Jakarta. Musik ini sering disebut Gambang Kemayoran dan tidak disebut dengan Gambang Kromong karena alat musik kromong tidak digunakan. Lagu-lagu yang digemari saat itu diantaranya Onde-onde, Si Jongkong Kopyor, dan Kapal Karem. Adapun Wayang Kulit berasal dari pengaruh Jawa. Ceritanya diambil dari epos Mahabharata dan Ramayana, walaupun begitu bahasa yang dipakai dalang dalam pertunjukkan wayang ialah bahasa Betawi. Wayang kulit Betawi yang terkenal di daerah Kemayoran ialah pimpinan Bapak Bagong yang tinggal di Kebon Kosong. Wayang Kulit biasa dipertunjukkan pada pesta perkawinan, sunatan, ruwatan, atau pesta tahun baru yang diselenggarakan oleh tuan tanah di Gedung Tinggi Kemayoran. Kesenian ini banyak dinikmati pada masa kolonial hingga awal pergerakan kemerdekaan. Tari Topeng, biasanya dimainkan sebagai pembuka pementasan Lenong Tari Topeng, biasanya dimainkan sebagai pembuka pementasan Lenong Sumber Foto : Ensiklopedi Jakarta, Culture & Heritage Seni pertunjukkan teater, sandiwara, tonil, atau Der Muluk juga merupakan hiburan yang dapat dinikmati oleh rakyat. Salah satu cerita Der Muluk yang sangat disukai masyarakat Kemayoran ialah cerita Indra Bangsawan dan Jin Afrit. Setelah masa kemerdekaan, seni pertunjukan semacam teater dapat dinikmati warga Kemayoran di Gedung (Kesenian) Miss Tjitjih. Di tahun 80-an, bemo dari gedung Miss Tjitjih keliling kampung untuk mempromosikan acara pertunjukkan yang akan digelar sambil menyebarkan brosur. Salah satu tokoh seniman Betawi Kemayoran yang populer dari seni suara dan pertunjukkan ialah Alm. Benyamin Suaeb. Berangkat dari kemampuan bermain lenong, gambang, keroncong, dan teater, Bang Ben, panggilan akrab Alm Benyamin S, kemudian populer sebagai penyanyi gambang dan lagu Betawi lainnya. Beliau juga dikenal sebagai aktor dan komedian ulung yang menjadi kebanggaan bangsa. Selain seni musik dan hiburan, seni (olahraga) pencak silat, yang merupakan warisan leluhur juga mendapat tempat di hati masyarakat Betawi. Cabang/aliran pencak silat yang berkembang di masyarakat Betawi Kemayoran ialah Beksi, Dingkrik, Si tembak, Sin lam ba, dan Kolong meja. Hingga akhir 80-an, berlatih silat selepas waktu bada sholat Isya merupakan hal yang lumrah dilakukan bagi anak-anak muda. Sebelum itu, biasanya mereka mengaji bersama. Adat-adat upacara seperti penganten dan penganten sunat, secara tradisional Betawi biasanya dirayakan dengan arak-arakan keliling kampung. Penganten biasanya nangkring di atas kuda. Di belakang sang penganten, sado, delman dan ondel-ondel turut mengiringi. Upacara kematian pada warga Cina Betawi di kampung Kemayoran juga menjadi sebuah acara ramai yang ditunggu anak-anak. Berangkat dari rumah duka menuju tempat penyimpanan abu dengan menggunakan mobil, kendaraan ini berjalan pelan keliling kampung sambil menyebarkan uang recehan yang diperebutkan oleh anak-anak. Hingga akhir 80-an, banyak dari seni budaya tradisional Betawi khas Kemayoran ini masih dapat dijumpai, namun kini budaya tradisional khas itu perlahan menghilang dari masyarakat. Soekarno, presiden pertama RI pernah berkata, Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai sejarahnya. Walaupun masa lalu Kampung dan wilayah Kemayoran kini tinggal kenangan. Namun peninggalan nilai-nilai baik dari seni, budaya, dan adat yang diwariskan tak boleh dilupakan. Asal Usul Orang Betawi Orang Betawi, menurut penelitian Milone dalam disertasinya Queen of the East: The Metamorphosis of a Colonial Capital, menyebutkan orang Betawi terbentuk dari beberapa kelompok etnik yang percampurannya dimulai sejak zaman kerajaan Sunda, Pajajaran, dan pengaruh Jawa yang ditandai dengan ekspansi Kerajaan Demak. Percampuran etnik tersebut berlanjut dengan masuknya pendatang dari Cina, India, Sumatera, Indonesia bagian Timur, serta bangsa asing yang banyak masuk setelah abad ke-16 akibat berfungsinya Sunda Kelapa sebagai bandar internasional, dan pengaruh VOC. Perkawinan campur penduduk yang berawal dari keturunan kerajaan Pajajaran atau Demak dengan berbagai suku bangsa pendatang ini, pada akhirnya menimbulkan satu etnik baru yang tidak termasuk salah satu kelompok etnik daerah Batavia dan sekitarnya di akhir abad ke-19. Kelompok etnik yang muncul inilah yang kemudian menjadi orang Betawi, dengan beberapa variasi budaya di beberapa tempat. Secara resmi, kelompok etnik ini baru memperkenalkan dirinya melalui organisasi pemuda yang didirikan pada tahun 1923, Perkoempoelan (Organisasi) Kaoem Betawi yang dipelopori oleh Mohammad Husni Thamrin. MITOS da anak tetangga depan, cewe umur setaon, beda 3 bln lah sm Andra. Namanya Zahra. pas maen-2 bareng di tikar lantai gitu kan trus biasalah bayi-2 teh maen gaplok, megang-2.... trus aku bilang "ayo Andra jgn mukul aja, sun Zahra-nya. Eh pas Andra aku deketin gitu, lsg si Zahra ditarik ama bpknya. Katanya "Eh anak-2 belum pd bisa ngomong, ga boleh sun-sun-an... tar dua-2nya jadi ga bisa ngomong selamanya"Gitu kalu adat betawi katenye???Rin, aku juga pernah dengar mitos itu....Sepupu Yasmin beda2 bulan dari Yasmin, pas waktu aku bilang ke Yasmin, "Yasmin cium dek Dafa" trus neneknya bilang kalo anak belum bisa ngomong gak boleh cium... Cerita orang dulu malah lebih serem lagi.. katenye kalau bini kite lagi pengen beranak mangkenye si suami kudu nemenin, karena kagak jarang ade Kuntilanak nyang suka nyaru jadi dukun beranak. Nanti kalu pas tuh anak keluar diye baru berubah jadi ujud nyang sebenernye.. dan siap memangsa.. akhirnye si anak ame si emak jadi mati mendadak.. Seremnye lagi, nantinye si emak bakal jadi Kuntilanak dan sianak bakal jadi Gederowok. Bener atawe enggaknye nih cerita tapi emang begini cerita nyang beredar di sekeliling masyarakat Betawi dari mulai Rawa Belong ampe Setiabudi, dari mulain Mampang ampe Pasar Minggu, dari Mulai Senen ampe Ancol. Setan Rep-Rep Nah, kalu setan rep-rep itu, menurut kepercayaan orang Betawi dulu itu adalah penjelmaan Jin yang berupa gonggo (Laba-laba) yang kakinye ade tujuh. Biasenye setan rep-rep eni sering menggode orang yang lagi tidur. Kite dalem mimpi kadang seperti orang nyang diayun tinggi2 dan dijatuhin dari atas ke bawah ampe kite berase tereak sekenceng kencengnye. Kalu orang Betawi bilang ampe ati rasenye ilang.. gitu.. Kadang juga kita berasa badan kite ade nyang nindiin.. berat banget.. kite mau bangun susah.. kadang juga kita berasa udah bangun dan kite tauk kalu kita udah melek dan di sekeliling kite ade orang .. tapi begitu kite tereak.. atupun kagak ade nyang denger.. nanti pas tuh setan ude puas ngerjain kite atawe pas kite inget dengan sedikit baca-bacaan semisal baca ayat kursi, sahadat, atawe baca Qulhu.. baru deh kite dilepas dan bisa bangun dengan keringet nyang udeh ampe kayak jagung.. dan basah di badan. Setan Kuburan Setan kuburan itu biasenye nongol emang sengaja lagi mo ngegodain orang nyang lagi pade jalan kendirian di tempat nyang sepi dan di malem nyang emang cocok buat diye nongol. Pada waktu diye mau nongol biasenye agak larut dan dingin dengan situasi nyang sepiii banget. Tapi, biasenye kite dibuat kagak sadar situasinye jadi kite rada2 kagak nyadar kite ketemu ame diye soale diye biasenye berupa orang, bisa lelaki bisa perempuan. Nanti, kalu kite udah keenakan diajak jalan baru deh pas kite sadar kite udeh kesasar ke dalam wilayah pekuburan. Anehnye.. kadang keberadaan kita nyang kesasar juga jadi sesuatu yang nggak mungkin. Misalnye, kite bawak motor trus ade nyang numpang eh pas di wilayah situ diye terbang ke pohon kembang.. atawe ke pohon sawo atawe kemboja. Pas kite sadar tau-taunye kendaraan kite udah ade di tengah-tengah kuburan. Pernah kejadian ade seseorang pemuda nyang kenalan ame seorang perempuan di tempat tontonan. Setelah abis kenalan, kebiasaan seorang lelaki buat nawarin jasa buat nganterin pulang. Nah, kejadian ini sering banget dialamin. Sesampainye di rumah tu perempuan diye dikasih minum dan akhirnye nginep dan tidur di dipan kayu yang biasenye dibikin dari bambu. eh.. jebulnye besok paginye diye bangun udeh ade ditengah2 kuburan. Kalong Wewe' Setan semodel kalong wewek ini biasenye nongol pas menjelang menggerib atawe abis banget menggerib. konon kabarnye setan sejenis eni paling demen ngumpetin anak-anak nyang pas waktu menggerib masing keluyuran diluar rumah. Cerite engkong ane nyang perne diumpetin ame setan kalong wewek ini (kalau dicerita2 sering orang sebut wewe gombel) berjenis kelamin perempuan dengan tetek yang melorot ampe ke puser, bebulu dari pundak ampe pantat. paling lebet sekitar kemaluannye ampe nutupin. tingginye paling2 dua ampe tiga keli tinggi orang dewasa. Setan kalong wewe ini. kalu ngumpetin tuh anak nyang lagi diincer biasanye nggak jauh-jauh kok. cuman kadang kitenye aje nyang kagak pade bisa ngeliat. Nah, kalu udah ada kejadian ade anak nyang ilang karena diumpetin ame kalong wewe.. biasenye orang sekampung pade keluar rume sambil bunyi-bunyiin alat-alat rume tangge macem mukulin kaleng krupukle, mukulin tampah, bakul, piring kaleng atawe gelas muk. bisa juga cuntang (semacem rantang). Nah, nanti kalu tuh setena udeh bosen biasanye tuh anak dilepas.. baru deh ketemu atawe keliatan ame orang2 nyang lagi pade nyariin. Anak kecil nyang biasanye abis diumpetin ame setan kalong wewek jadi sedikit linglung.. mangkenye kudu buru-buru disemburin ame aer yang abis dibacain ame ustad atawe dikasih minum aer yang abis dizikirin ame guru ngaji. insya-alloh lepas entu langsung diye dah bisa nangis. Roti buaya sepasang adalah suatu persembahan atau bentuk seserahan mempelai pria kepada wanitanya. Roti ini untuk selanjutnya tidak dimakan melainkan hanya dipajang saja di atas meja dan kadang-kadang sering pula ditempelkan di dinding dekat pelaminan. Penggunaan roti buaya tersebut adalah konsep dunia mitos Betawi yang sangat mengagungkan buaya putih sebagai pertanda baik untuk perkawinan. Buaya putih adalah hewan mistis penunggu sungai yang dianggap keramat bagi mereka. Sepasang roti buaya itu mensimbolkan suatu kekuatan spiritual yang akan melindungi pasangan yang menikah untuk saat keriaan tersebut berlangsung. Selain itu juga dari nilai kelakuan dan karakter yang terkandung didalamnya, yakni diharapkan kedua mempelai dapat berkelakuan seperti sepasangan buaya seperti layaknya. Buaya biasanya monogami dan memiliki sarang yang tetap dan tidak berpindah-pindah. Oleh karena filosofis sikap kesetiaan pasangan hidup buaya tersebut juga digunakan oleh masyarakat Betawi sebagai cermin bagaimana seharusnya pasangan mempelai bertindak dan berperilaku. Selalu setia, memiliki rumah yang tetap dan mengharamkan perselingkuhan adalah nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai norma dan etika hidup bersosial inilah yang sangat agung dan perlu ditumbuhsuburkan pada masyarakat Betawi modern saat ini.Hal ini untuk mengantisipasi terkondisinya masyarakat Betawi akan segala macam penyakit hati dan penyimpangan pola pergaulan masyarakat urban yang menyerang kehidupannya sebagai masyarakat kosmopolit penduduk asli ibukota negara Indonesia, yaitu;Jakarta. Bila merunut sejarahnya, simbol buaya (putih) masuk dalam dunia mitos Betawi merupakan pengaruh kuat dari kebudayaan orang Dayak dan Melayu Kalimantan Barat yang menurut Prof. Nothofer yang telah hijrah ke Jakarta paling sedikit sejak abad 10 M. Mereka inilah yang kemudian menjadi komponen utama yang menurunkan dan menciptakan komunitas baru yakni orang betawi (Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Gunarakata, 1997). Cerita mitosnya; Arkian, Mahatara adalah Dewa utama orang Dayak. Mahatara punya 7 puteri yang disebut dewi-dewi Santang (mengingatkan nama Kyan Santang, yaitu putera Prabu Siliwangi dari perkawinannya dengan selir Nhay Subang Larang yang beragama Islam). Mahatara mempunyai putera yang bernama Jata. Si Jata ini wajahnya merah dan kepalanya berbentuk kepala buaya. Karena itu orang Dayak menganggap buaya adalah hewan suci karena dianggap penjelmaan dari Jata tersebut. Orang Dayak tidak membunuh buaya kecuali warganya ada yang ditelan buaya (Jan Knappert, Myth and legends of Indonesia, Singapura, 1977). Lambat laun terjadi pergeseran konsep terhadap simbol buaya tersebut dalam dunia mitos Betawi adalah orang Betawi tidak mensucikan buaya sebagai hewan maujud, tetapi yang dihormati adalah buaya siluman yang warnanya putih Folklore Betawi sebenarnya memiliki ciri-ciri yang hampir sama denganfolklore lain, yaitu sebagai berikut : (a) pada dasarnya bersifat lisan dan perbuatan; (b) bersifat tradisional; (c) tersebar dalam versi yang berbeda-beda; (d) nama pencipta suatu folklore biasanya sudah tidak diketahui lagi; (e) mempunyai bentuk klise berupa ungkapan-ungkapan tradisional yang stereotip[9] (f) mempunyai fungsi atau kegunaan dalam kehidupan kelompok yang memilikinya. James Danandjaja menambahkan dua ciri lainnya, yaitu menjadi milik bersama dan bersifat polos[10]. Dan seperti folklore pada umumnya, folklore Betawi pun mempunyai beberapa bentuk. Bentuk-bentuk folklore itu adalah folklorelisan (bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat), folklore sebagian lisan(Kepercayaan/takhayul, permainan/hiburan rakyat, teater rakyat, adat kebiasaan, upacara-upacara, dan pesta-pesta rakyat), dan folklore bukan lisan, terbagi atas dua kelompok, yaitu material dan non material.Folklore bukan lisan material contohnya adalah arsitektur rakyat, seni kerajinan rakyat, pakaian serta perhiasan tubuh, obat-obatan rakyat, alat-alat musik, peralatan/senjata, makanan/minuman, dan mainan. Sementara bentuk folklore bukan lisan non material adalah bahasa isyarat dan musik rakyat[11]. lawupos.net:MakamMbahPriokdiKoja,JakartaUtaradinilaisejarawanmasihkurang memenuhisyaratuntukdapatdijadikansebuahcagarbudaya,karenaminimnyabuktisejarah mengenai peran tokoh tersebut dalam penyebaran agama Islam. Sama sekali tidak memenuhi syarat, tidak ada nilai sejarahnya. Ini adalah tokoh yang dibuat-buat dan diperbesar peranannya, demikian disimpulkan Sejarawan dari Universitas Indonesia, JJ Rizal,usaimemaparkankajiannyatentang makam MbahPriok dihadapan WakilGubernur DKI Jakarta, Prijanto, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta, Rabu (19/5). Keberadaan makam yang dikeramatkan tersebut menurut Rizal lebih banyak mengandung cerita (story)dankurangsekalinilaisejarahnya(history),dimanakebanyakanhanyaberupamitos, legenda berisi sepak terjang, petualangan ajaib dan fantastik yang bersangkutan ketika hidup. Bahkan setelah meninggal dunia pun namanya tetap disanjung dan diwarnai berbagai cerita yang isinya di luar nalar dan akal sehat. Bahkan seringkali satu cerita dengan cerita lainya bertentangan, ujar Rizal. Iamengakutelahmelakukanpenelusuranmulaidaricatatansejarahhinggamelakukan wawancara dengan ahli waris, di mana salah seorang ahli waris mengaku bahwa Habib Hasan Al HaddadaliasMbahPriokitubahkanbelumsempatmenyiarkanagamaIslamditanahBetawi karena keburu meninggal dunia. Rizal juga menggugat pengakuan beberapa pihak bahwa Tanjung Priok diberi nama berdasarkan kisah Hasan Al Haddad, karena daerah itu telah bernama Tanjung Priok jauh sebelum Hasan Al Haddad berlayar ke Batavia. DalammitologiorangBetawi,asalmuasalpenyebutannamaTanjungPrioktidakpernah dikaitkandengannamaMbahPriok,melainkanseringkalidikaitkandengannamaAkiTirem, penghulu atau pemimpin daerah Warakas, yang memang merupakan pembuat periuk atau priok. Rizal menyebut data itu disajikan dalam buku Profile Tanah Betawi dan Babad Tanah Betawi karya budayawan Betawi, Ridwan Saidi. SementaramengenaibuktipenyebaranagamaIslamyangdilakukanolehyangbersangkutan, dari penelusuran data sejarah oleh para peneliti sejarah, juga tidak ditemukan bukti yang kuat. Dari segi historis dalam jaringan orang yang dianggap berjasa mengislamkan tanah Betawi tidak sekalipun tercantum atau disebut nama Habib Hasan Al Haddad alias Mbah Priok, kata Rizal. Bahkan dalam studiklasikyang dilakukanolehLWCVan DenBerg tahun1886 dalam bukunya Orang Arab di Nusantara mengenai komunitas Hadramaut dan koloni Arab di Indonesia, nama Hasan Al Haddad juga tidak ditemukan. Padahal,bukuinimerupakanlaporanterlengkapberdasarkanriset,observasidanwawancara komprehensifBergterhadapkelompokArab-Hadramaut,terutamayangadadi Batavia, ujar Rizal. Anakronismeatauketerbolakbalikanwaktujugamenjadisatuhalyangmembuatsejarah mengenai Mbah Priok tidak dapat diverifikasi seperti yang ditulis dalam buku panduan peziarah, di mana disebutkan makam itu berasal dari pertengahan tahun 1700-an. Disebutkannya bahwa Mbah Priok meninggal pada 1756 dan lahir pada 1727. Tetapi tidak ada bukti berupa arsip atau keterangan dari zaman itu sebagaimana kita mendapat bukti soal makam Habib Husein Alaydrus atau yang sohor disebut makam keramat Luar Batang yang ada tercatat dalam kronik kompeni merujuk ke tahun wafatnya 1756, kata Rizal. Salah satu bukti mudah, katanya, adalah pemasangan apa yang diklaim foto diri Habib Hasan Al Haddadyangtergantungdidindingatasmakam,padahaldiriwayatkaniaberasaldari pertengahan abad ke-18. TeknologifotobarudikenaldiHindiaBelandapadapenghujungabadke-19. Anakronismeini semakinmenguatkanbetapamakamMbahPrioklebihmerupakanmitos yangdiciptakandari sejarah atau peristiwa masa lalu seorang `tokoh` yang diidealisir, ujar Rizal. Denganitu,iamenyebutniatPemprovDKIuntukmenganggapmakamMbahPrioksebagai peninggalan sejarah mesti ditinjau ulang. DalamSKGubernurDKIJakartaNomor Cb. 11/1/1972 disebutkanbahwa bangunan bersejarah cagar budaya adalah bangunan yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa serta gaya yangkhasdarimasalalu.Selainitujugamemilikiaspekpentingbagisejarahilmu pengetahuandankebudayaan. KepalaDinasPariwisatadanKebudayaanDKIJakartaArieBudhimanmengatakanmemang pihaknyahinggasaatinibelumberanimenetapkankawasanmakamHabibHasanAlHaddad atau Mbah Priok sebagai situs cagar budaya.