Upload
kayvandela
View
448
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
2.1.1 Geografis
Geografis wilayah sangat menentukan peluang kerjasama antar daerah yang dapat
menjadi peluang atau ancaman dalam percepatan pembangunan daerah. Kabupaten
Timor Tengah Selatan merupakan salah satu dari 4 Kabupaten dan 1 Kota di Wilayah
Bagian Barat Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak
pada koordinat 120º 4’ 00” BT - 124º 49’ 0” BT dan 9º 28’ 13” LS - 10º 10’ 26” LS. Batas-
batas fisik wilayah sebagai berikut:
• Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara
• Sebelah Selatan : berbatasan dengan laut Timor
• Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Kupang
• Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Belu.
Berdasarkan geografis wilayah, Kabupaten Timor Tengah Selatan berpeluang melakukan
kerjasama antar daerah dengan wilayah yang berbatasan darat langsung yaitu Kabupaten
Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang. Secara geografis juga
relatif dekat dengan Kota Kupang sebagai Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Timur,
sehingga berpeluang mencapai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan pasar. Kabupaten
Timor Tengah Selatan juga
dekat dengan Kota Atambua sebagai kota terdepan menuju Negara Timor Leste.
Berdasarkan kondisi geografis tersebut maka kedudukan Kabupaten Timor Tengah
Selatan sangat strategis karena berada diantara dua Kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
yaitu Kupang dan Atambua sesuai RTRW Propinsi Nusa Tengara Timur. Sehubungan
dengan posisi tersebut Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki akses pasar keluar
wilayah yang cukup baik. Pembangunan
Kabupaten Timor Tengah Selatan kurang berkembang bila dibandingkan dengan
Kabupaten Kupang, Kabupaten TTU dan Kabupaten Belu sehingga akan menjadi sasaran
pemasaran terdekat.
2.1.2 Administratif
Secara administratif Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan salah satu dari 21 (dua
puluh satu) kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya di Pulau Timor.
Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 32 (tiga puluh dua) Kecamatan yang terdiri
dari 228 (dua ratus dua puluh delapan) desa dan 12 (dua belas) kelurahan, memiliki luas
wilayah 3.995,88 Km2.
Berdasarkan kondisi administratif wilayah maka tentang kendali pelayanan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan didukung oleh 1 unit pelayanan skala
Kabupaten, 32 unit pelayanan tingkat kecamatan dan 240 unit pelayanan kelurahan/Desa
serta didukung unit pelayanan yang lebih kecil yaitu Dusun, RW dan RT. Untuk jelasnya
dapat dilihat pada tabel II-1 dan Gambar Nomor 2.1
Tabel II.1
KECAMATAN DAN LUAS AREA WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
TAHUN 2011
NO KECAMATANLUAS WILAYAH
(KM2)
JUMLAH PENDUDUK
(JIWA)
JUMLAH DESA/
KELURAHANJUMLAH KK
PERSENTASE TERHADAP LUAS
WILAYAH KABUPATEN
(%)
1 Mollo Utara 208,22 23.003 13 4.601 5,26
2 Tobu 98,89 6.580 4 1.316 2,50
3 Nunbena 134,49 9.268 4 1.854 3.40
4 Fatumnasi 198,65 5.011 4 1.002 5,02
5 Molo Selatan 147,18 14.911 7 2.982 3,72
6 Molo Tengah 99,69 6.995 6 1.399 2,52
7 Molo Barat 165,14 7.389 5 1.478 4,18
8 Polen 250,29 13.428 10 2.686 6,33
9 Kota SoE 28,08 38.615 13 7.723 0,71
10 Amanuban Barat 114,30 21.472 7 4..294 2,89
11 Kuatnana 141,22 11.962 7 2.392 3,57
12 Batuputih 102,32 14.613 7 2.923 2,59
13 Amanuban Selatan 328,01 23.516 10 4.703 8,24
14 Noebeba 186,02 11.101 6 2.220 4,70
15 Kuanfatu 136,52 18.734 7 3.747 3,45
16 Kualin 195,84 20.629 7 4.126 4,95
17 Amanuban Tengah 87,71 14.963 11 2.993 2.22
18 Oenino 154,96 18.244 7 3.649 3,92
19 Kolbano 109,70 10.446 11 2.089 2,75
20 Amanuban Timur 149,26 16.442 10 3.288 3,77
21 Fautmolo 46,34 7.156 4 1.431 1,77
22 Fatukopa 65,59 4.932 4 986 1,66
23 KiE 163,88 21.000 11 4.200 4,12
24 Kot’ Olin 58,94 10.981 8 2.196 1,49
25 Amanatun Selatan 82,74 17.639 13 3.528 2,09
26 Boking 94,58 9.760 6 1.952 2,39
27 Santian 48,17 13.598 4 2.720 1,22
28 Noebana 49,63 4.612 4 922 1,25
29 Nunkolo 69,09 6.406 9 1.281 1,75
30 Amanatun Utara 105,94 16.247 8 3.249 2,68
31 Kok Baun 34,32 12.264 6 2.453 0,87
32 Toianas 103,95 38.615 7 624 2,63
LUAS WILAYAHKAB. TTS
3.995,88 435.038 240 87.008 100,00
Sumber: Bappeda Kabupaten TTS Tahun 2011
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kab TTS
2.1.3 Kondisi Fisik
2.1.3.1 Ketinggian
Secara morfologi wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dapat dikelompokkan
dalam wilayah dataran seluas 235,54 Km2 sebaran sebagian kecil di Kecamatan
Oenino, sebagian kecil Kecamatan Polen, sebagian Kecamatan Batu Putih,
sebagian kecil Kecamatan Mollo Barat, Sebagian Amanuban Selatan (Panite) dan
sebagian kecil Kecamatan Kualin serta daerah Binaus. Morfologi berombak seluas
836,21 Km2 sebarannya sebagian kecil Kecamatan Mollo Barat, sebagian Kecil
Kecamatan Kok’baun (Lotas), sebagian kecil Kecamatan Amanatun Utara,
sebagian kecil Kecamatan Noebeba, Kecamatan Amanuban Selatan dan sebagian
kecil Kecamatan Amanuban Barat. Morfologi bergelombang seluas 980,30 Km2
dengan sebaran sebagian Kecamatan Polen, Oenino, Kecamatan Kuatnana,
Kecamatan Kota SoE dan Kecamatan Amanuban Barat. Sedangkan morfologi
berbukit mendominasi wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan seluas 1.929,78
Km2 dengan sebaran lokasi disebelah selatan hampir semua kacamatan,
sedangkan sebelah utara di Kecamatan Fatumnasi, Mollo Utara, Kecamatan Mollo
Barat, Kecamatan Nunbena, Tobu, Mollo Tengah, Amanuban Tengah.
Sedangkan relief ketinggian antara 0 – 500 sekitar 49 % dan relief 500 meter ke
atas sekitar 51% di atas permukaan laut (dpl) dengan rincian sebagai berikut:
1. 0 - 500 Mdpl seluas 2.086,88
2. 500 - 1000 Mdpl seluas 1.556,98
3. 1000 - 1500 Mdpl seluas 276,15
4. 1500 - 2000 Mdpl seluas 74,92
5. 2000 - 2500 Mdpl seluas 2,91
2.1.3.2 Topografi dan Bentuk Lahan
Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki sejumlah dataran dengan tipe yang
berlainan. Dataran Pantai Selatan Pulau Timor di Kabupaten Timor Tengah
Selatan didominasi oleh dataran aluvial yang datar sampai berkemiringan landai.
Pada bagian lain pulau dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan
didominasi pegunungan dengan jenis batuan.
Sedangkan tingkat kelerengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan berkisar
antara 0 - 08 % seluas 1737,42 Km2 sebaran lokasi sebagian Kecamatan Kualin,
Amanuban Selatan (Panite), sebagian Kecamatan Kolbano, sebagian Kecamatan
Kuatnana, sebagian Kecamatan Oenino, sebagian Kecamatan Kota SoE, sebagian
Kecamatan Polen, sebagian Kecamatan Amanuban Timur (Oeekam) dan sebagian
Kecamatan Mollo Barat, tingkat kelerengan antara 08 – 15 % seluas 1.146,48 Km2
lokasinya berupa spot-spot dan hampir ada disetiap kecamatan, kemiringan lereng
antara 15 – 25 % seluas 826,99 Km2 lokasinya menyebar dan hampir ada di setiap
kecamatan, kemiringan antara 25 – 40 % seluas 244,82 Km2 lokasinya tersebar
disetiap kecamatan, dan tingkat kemiringan lereng 40 % ke atas seluas 39,91
Km2 lokasinya yang terluas di Kecamatan Fatumnasi, Kecamatan Oenlasi dan
sebagian di Kecamatan Nunkolo.
Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki ketinggian dari 0 meter dpl
(garis pantai) hingga 2.477 m dpl (puncak gunung Mutis). Sedangkan hasil dari
proses tektonik lempeng dan mempunyai deformasi relief yang ekstream.
Berdasarkan pada peta Landsystem (RePPProT skala 1 : 250.000 (1988) lembar
Kupang, Kefamenanu dan Atambua), sistem lahan yang terdapat di dalam wilayah
Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 29 (dua puluh sembilan) buah dengan
total areal seluas 3.995,88 Km2 .
2.1.3.3 Geologi
Keadaan geologi wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan umur
geologinya dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu masa permian sampai
pertengahan miocene (220-26 juta tahun) dan setelah miocene sampai recent
(26 – 0 juta tahun), (Powel dan Grostella, 1975).
Pada zaman permin-Pertengahan miocena, terjadi gerak tektonis atau
orogenesisi (pembentukan penggunungan) antara tumpukan batuan (sedimen)
zaman permien dengan zaman diatasnya (upper miocene).
Berdasarkan peta geologi lembar Kupang – Atambua, Timor (HMD Rosidi.S
Tjokro Saputro, S.Gafoer, K Suwitodirdjo 1979) Kabupaten Timor Tengah
Selatan ditinjau dari Stratigrafi memiliki jenis batuan sedimen, beku, volkanik dan
batuan malihan, sebagai berikut:
Batuan sedimen terdiri dari batuan gamping, kalisutit, batu pasir, lanau, serpih
dan lempung;
Batuan beku terdiri dari batuan Ultra basa dan diorit;
Batuan malihan adalah malihan berderajat rendah sampai tinggi terdiri batu
sabak, filit, sekis, amfibolit dan granoli.
Satuan alokton, batuan sedimen dan vulkanik terdiri dari kompleks mutis (PPM),
formasi mau bisse/batu gamping (Tr Pml), Formasi mau bisse/lava bantal (Tr
Pmv), formasi haulasi dan formasi noni tak teruraikan, formasi manamas (Tmm)
dan batuan ultra basa (Ub), batuan ekstrusi (basa, lava), Batuan Ellektrusi
(menengah, piroklastik).
Sedangkan sebaran formasi batuan di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan
dapat dilihat pada gambar Nomor 2.5 (Peta Geologi Regional).
Di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan terdapat patahan/sesar, yaitu sesar
Antiklin, kelurusan, Kontak, Sesar, Sesar Geser jurus, dan Sesar Naik. Sesar
Geser terdapat di bagian utara Kabupaten Timor Tengah Selatan (Kecamatan
Fatumnasi dan Mollo Selatan). Sedangkan untuk Sesar Naik melitasi bagian
Kecamatan Amanatun Selatan, KiE, Kecamatan Kuanfatu, Kecamatan Noebeba,
Kecamatan Kot’olin, sebagian Kecamatan Kolbano dan sebagian Kecamatan
Nunkolo, sedangkan sesarlainnya, yaitu sesar garis jurus mulai dari Batu Putih
sampai Kota SoE, dengan adanya sesar, sesar garis jurus dan sesar naik
menyebabkan permukaan tanahnya labil.
Wilayah selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan struktur jenis
batuan dan kondisi tanah serta terdapatnya sesar turun sangat rentan terhadap
gerakan tanah yang mengakibatkan sering terjadi bencana longsor disetiap ruas
jalan, bahkan pada lereng-lereng terjal dan tidak menutup kemungkinan pada
daerah dataran. Contoh salah satunya ruas jalan Niki-Niki – Oenlasi dan Boking
sering terjadi penurunan tanah, padahan jaringan jalan ini menghubungkan 4
(empat) kecamatan di sebelah selatan. Sering terjadinya longsoran ini
mengakibatkan terganggunya kelancaran sistem transportasi jalan raya.
Sejarah terjadinya gempa di Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan tercatat
dari tahun 1980 sampai tahun 2011 antara lain gempa bumi dengan kekuatan 3,3
– 3,8 Skala Rihter, 3,9 – 4,3 Skala Rihter, 4,4 – 4,7 dan 4,8 – 5,5 Skala Rihter.
Sedangkan bencana lainnya seperti, angin ribut, angin topan, banjir, kebakaran
dan bencana longsor.
2.1.3.4 Klimatologi
Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan beriklim tropis seperti pada daerah
lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Suhu berkisar antara 27°C - 29°C, pada
musim panas maksimum 29,7°C dan pada musim hujan minimum 23,8°C atau
rata-rata 27,2°C. Kelembaban udara rata-rata 85,5 % per tahun, kelembaban
nisbi 74 - 86%. Kecepatan angin rata-rata 12 – 20 knots.
Musim panas biasanya berlangsung antara bulan April - Mei – Oktober dan
November, sedangkan musim hujan antara bulan Desember – Januari –
Februari – Maret.
Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan
berkisar 750 mm sampai dengan 3.750 mm. Persebaran curah hujan 750 mm
pertahun antara lain Kecamatan Toianan, Kecamatan Boking, Kecamatan Mollo
Barat (Kiukole), Batu Putih, Kecamatan Amanuban Selatan, curah hujan 1.250
mm meliputi kecamatan Nunkolo dan Kecamatan Toianas, sedangkan curah
hujan 3.250 mm meliputi Kecamatan Polen, Kecamatan Oenino, Kecamatan
Amanatun Selatan (Oenlasi), Kie, Amanuban Tengah, Kecamatan Noebana,
Noetoko, dan Oeekam, curah hujan 3.750 mm meliputi Kecamatan Fatumnasi,
Kecamatan Tobu.
Keadaan data curah hujan bulanan lihat pada tabel II-2,
Tabel II.2
DATA CURAH HUJAN BULANAN
DI WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
TAHUN 2009
No BulanCurah Hujan
(mm)Hari Hujan
1 Januari 217,14 15
2 Februari 182,14 14
3 Maret 153,57 11
4 April 17,3 5
5 Mei 205,17 8
6 Juni 5 2
7 Juli 2 1
8 Agustus 6,8 4
9 September 2,5 2
10 Oktober 1 1
11 Nopember 70,3 5
12 Desember 230,2 11
Tahun 2009 1.093,12 76
Sumber: Kabupaten TTS Dalam Angka Tahun 2010
2.1.3.5 Hidrologi
Sumber air di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, yaitu air hujan, air
tanah dan air permukaan.
Air Hujan
Kondisi iklim wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pulau Timor serta
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, umumnya sangat menentukan
besarnya potensi air hujan. Iklim di kabupaten ini adalah iklim kering yang
dipengaruhi oleh angin Muson, dengan musim hujan yang pendek, yang jatuh
pada sekitar bulan Nopember hingga bulan Mei. Wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan mempunyai curah hujan rata-rata sebesar 1000 -1500
mm/tahun.
Adanya Gunung Mutis dengan ketinggian 2.427 meter disebelah barat laut
Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan daerah tangkapan air hujan
(water sked area) yang relatif baik. Hal ini terlihat dengan adanya DAS Noel
Besi dan Noel Nisnoni yang kearah selatan membentuk DAS Noel Hesiana
dan Noel Mina, disebelah timur laut terdapat DAS Noel Mute dan Noel
Benain.
Curah hujan per tahun berkisar 750 mm/Th, dengan rata-rata hari hujan
sebesar 78 hari/Tahun. Air hujan biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat di
wilayah kabupaten Timor Tengah Selatan untuk kegiatan pertanian.
Sepanjang tahun 2009, jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari
selama 106 hari dengan curah hujan 1.520 mm dan bulan Desember selama
97 hari dengan curah hujan 2.072 mm.
Akibat rendahnya curah hujan dengan hari hujan dan intensitas yang
bervariasi serta bentang alam juga kondisi jenis tanah, menyebabkan kondisi
air hujan relatif tidak merata disetiap kecamatan. Selain itu pada bulan-bulan
tertentu mengalami penurunan curah hujan sehingga mempengaruhi keadaan
debit air sungai, tetapi pada pada bulan Nopember merupakan awal musim
hujan dan akan mempengaruhi pada debit air.
Air Tanah
Keberadaan kondisi geologi dan hidrologi mempengaruhi kondisi sumber
daya air di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kondisi air tanah pada
daerah daratan menunjukkan adanya sumber-sumber air berupa mata air
yang muncul pada lembah-lembah dengan kapasitas debit relatif kecil dan
sumber-sumber air ini hampir terdapat disemua kecamatan. Aliran air tanah
mengalir melalui rongga – rongga di antara retakan dan celah batuan keras.
Mata air yang debitnya relatif besar terdapat di wilayah Kecamatan
Oenino dan Kecamatan Polen, dan disebelah timur laut disekitar daerah
tangkapan air Noel Benain dan Noel Muti.
Bila melihat dilapangan bahwa sumber mata air di wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan disetiap kecamatan banyak bermunculan, tetapi ironisnya
masyarakat kekurangan sekali akan air bersih untuk minum, bahkan harus
mengambil air sampai puluhan kilo meter, ini merupakan tantangan bagi
pengambil kebijakan dalam memprogramkan penyediaan air bersih perkotaan
maupun perdesaan.
Aquifernya memperlihatkan penyebaran yang terbatas dan terdapat dalam
kondisi aliran yang bervariasi. Kondisi ini berpengaruh pada produktifitas
aquifernya, maka wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan di bagi atas 8
(delapan) aquifer.
Air Permukaan
Potensi air permukaan dapat diketahui dari sumber air yang berasal dari
sungai, dan air genangan. Di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan,
potensi air permukaan sebagian besar berasal dari sungai-sungai yang
berada di daerah ini dalam skala sedang dan kecil. Kecenderungan iklim dan
curah hujan yang berlangsung hanya 4 (empat) bulan dalam setahun
menyebabkan sungai-sungai tersebut juga banyak yang kering terutama pada
musim kemarau.
Pola aliran sungai di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan pada
umumnya adalah dendritik, yaitu aliran sungai yang membentuk cabang
pohon, berair pada musim hujan dan kering/berkurang debitnya pada musim
kemarau. Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan termasuk daerah yang
potensial memiliki sumber daya air, hal ini terlihat banyaknya sungai di setiap
kecamtan yang berair sepanjang tahun walaupun debitnya kecil, sedangkan
sungai-sungai tersebut pada musim hujan debitnya besar.
Berdasarkan data dari Sumber: RTRW Provinsi Tahun 2001, 1sungai di
Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan masuk dalam Wilayah Sungai
(WS) Benanain dan WS Noelmina. Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam
WS. Benanain antara lain Kecamatan Kuatnana, Kecamatan Oenino,
sebagian Kecamatan Kota Soe, sebagian Kecamatan Amanuban Barat,
sebagian Kecamatan Mollo Tengah, sebagian kecil Kecamatan Mollo Utara,
Kecamatan Tobu, sebagian kecil Kecamatan Fatumnasi, Kecamatan Polen,
sebagian Kecamatan Amanuban Tengah, sebagian Kecamatan KiE,
Kecamatan Fautmolo, sebagian wilayah Kecamatan Amanuban Timur,
Kecamatan Fatukopa, Kecamatan Amanuban Utara. Kecamatan Kob Baun,
Kecamatan Toianas, dan Kecamatan Amanatun Utara.
Sedangkan kecamatan-kecamatan yang masuk dalam WS. Noelmina, yaitu
Kecamatan Mollo Barat, sebagian Kecamatan Fatumnasi, Kecamatan
Nunbena, Kecamatan Mollo Utara, Kecamatan Mollo Tengah, Kecamatan
Mollo Selatan, Kecamatan Batuputih, sebagian Kecamatan Kota SoE,
Kecamatan Noebeba, Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Kolbano,
Kecamatan Kuanfatu, Kecamatan Kualin, Kecamatan Kot’olin, sebagian
Kecamatan Kie, sebagian Kecamatan Amanuban Tengah, sebagian
Amanuban Barat.
Pada musim kemarau sungai-sungai yang cukup besar ini relatif kering,
sedangkan pada waktu musim hujan volume airnya meningkat, sehingga
sering terjadi banjir atau tergenang pada daerah pinggiran sungai dan
merendam ke badan jalan dan terjadi penggerusan tanah. Seperti yang tejadi
di Panite, Desa Toineke, Desa Oebelo terjadi banjir akibat air sungai meluap.
2.2. Demografi
2.2.1 Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan hasil regritasi BPS
pada tahun 2009 sebanyak 435.039 jiwa, dengan kepadatan 110 jiwa per kilometer
persegi. Bila ditinjau dari penyebarannya, total penduduk di Kabupaten Timor Tengah
Selatan terbesar terdapat di Kecamatan Kota Soe sebanyak 38.615 jiwa, Amanatun
Selatan sebanyak 23.516 jiwa dan Kecamatan Mollo Utara sebanyak 23.003 jiwa.
Dari 32 (tiga puluh dua) kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan, Kota SoE yang paling banyak penduduk sekitar 31.423 jiwa dengan tingkat
kepadatan 1.503 jiwa/Km2, hal ini disebabkan sebagai Ibukota Kabupaten, urutan
kedua Kecamatan Amanuban Selatan tingkat kepadatan sekitar 213 jiwa/Km2,
Kecamatan Nunkolo kepadatan sekitar 197 jiwa/Km2, Kecamatan Amanuban Barat
tingkat kepadatan 188 jiwa/Km2 dan Kecamatan Kot’Olin 186 jiwa/Km2. Sedangkan
tingkat kepadatan penduduk paling sedikit di Kecamatan Fatumnasi 33 jiwa/Km2. dan
Kecamatan Nunbena 37 jiwa/Km2 Untuk lebih jelasnya jumlah dan tingkat kepadatan
penduduk di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dapat dilihat pada table II.3.
Berdasarkan hasil Susenas 2009, persentase terbesar umur perkawinan pertama
wanita umur 10 tahun ke atas yang pernah kawin adalah pada kelompok umur 19-24
tahun (56,62 persen). Dilihat dari sisi mortalitasnya, kematian bayi di Kabupaten Timor
Tengah Selatan (dilaporkan) pada tahun 2009, berdasarkan Profil Kesehatan sebesar
109 bayi yang meninggal, lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2008 yakni
sebanyak 134 bayi yang meninggal.
2.2.2 Struktur Penduduk
Bahasan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk berdasarkan
umur/usia, jumlah penduduk berdasarkan pendidikan, jumlah penduduk berdasarkan
agama dan angkatan kerja, secara rinci diuraikan sebagai berikut:
Tabel II.3
JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DIRINCI PER KECAMATAN
TAHUN 2009
N0 KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK LUAS WILYAH (Km) Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2
1 Mollo Utara 23.003 208,22 110
2 Fatumnasi 6.580 198,65 33
3 Tobu 9.268 98,89 94
4 Nunbena 5.011 134,49 37
5 Mollo Selatan 14.911 147,18 101
6 Pollen 13.428 250,29 54
7 Mollo Barat 7.389 165,14 45
8 Mollo Tengah 6.995 99,69 70
9 Kota SoE 38.615 28,08 1.375
10 Amanuban Barat 21.472 114,30 188
11 Batu Putih 11.962 102,32 117
12 Kuatnana 14.613 141,22 103
13 Amanuban Selatan 23.516 326,01 72
14 Noebeba 11.101 186,02 60
15 Kuanfatu 18.734 136,52 137
16 Kualin 20.629 195,84 105
17 Amanuban Tengah 14.963 87,71 171
18 Kolbano 18.244 108,70 168
19 Oenino 10.446 154,96 67
20 Amanuban Timur 16.442 149,26 110
21 Fautmolo 7.156 46,34 154
22 Fatukopa 4.932 65,59 75
23 KiE 21.000 162,78 129
24 Kot'olin 10.981 58,94 186
25 Amanatun Selatan 17.639 82,64 213
26 Boking 9.760 94,58 103
27 Nunkolo 13.598 69,09 197
28 Noebana 4.612 49,63 93
29 Santian 6.406 48,17 133
30 Amanatun Utara 16.247 105,84 154
31 Toianas 12.264 103,95 118
32 Kokbaun 3.121 34,32 91
Timor Tengah Selatan 435.038 3.995,88 110
Sumber: Kabupaten TTS Dalam Angka Tahun 2010
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
2.3.1. Keuangan Pemerintah Daerah
Perencanaan pembangunan berjalan dengan baik apabila didukung dengan dana yang
memadai atau dengan kata lain, Keuangan merupakan sesuatu yang mutlak dalam
perencanaan pembangunan. Mengacu pada hal tersebut maka data keuangan sangat
diperlukan dalam menentukan kebijakan pembangunan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun dan dilaksanakan berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 2000 tentang Dana Alokasi Umum Daerah
Propinsi dan Kabupaten/ Kota Tahun Anggaran 2001 dan Surat Menteri Dalam Negeri
dan Otonomi Daerah Nomor 903/2735/SJ tanggal 17 Desember 2000 tentang Pedoman
Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001. Dalam penyusunan
APBD Kabupaten Timor Tengah Selatan tetap memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
• Prinsip anggaran berimbang dan dinamis.
• Prinsip efesiensi dan efektifitas anggaran
• Prinsip prioritas
• Prinsip disiplin anggaran
Salah satu tolok ukur keberhasilan daerah dalam melaksanakan otonomi dilihat dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mampu membiayai kebutuhan rutin daerah. Dalam
beberapa tahun terakhir ini usaha menggali PAD berpedoman pada Undang-Undang No.
18 Tahun 1997, yang kemudian dirubah lagi dengan Undang-Undang No. 34 Tahun
2000. Dimana hal ini mengakibatkan semakin terasa jauh dari harapan akibat adanya
berbagai kebijakan pusat yang membawa konsekuensi finansil dimana beban rutin
semakin tinggi sehingga PAD sulit mengimbanginya.
Realisasi penerimaan Kabupaten Timor Tengah Selatan pada tahun 2009 sebesar
536,85 milyar rupiah. Sumber penerimaan terbesar berasal dari pos bagian dana
perimbangan daerah sebesar 479,53 milyar rupiah atau sebesar 99,54 persen.
Sedangkan sumber realisasi penerimaan dari pos pendapatan asli daerah (PAD) sebesar
15,6 milyar rupiah atau 97,19 persen. Keuangan / Public Finance 3 Timor Tengah
Selatan Dalam Angka 2010/Timor Tengah Selatan dalam angka tahun 2010.
2.3.2. Perekonomian Daerah
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 4,08
persen. Seluruh sektor ekonomi PDRB tahun 2009 mencatat pertumbuhan yang positif.
Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sektor ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi
tertinggi dihasilkan oleh sektor pertambangan sebesar 8,10 persen, diikuti oleh sektor
jasa-jasa 6,97 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,14 persen.
Sementara itu pertumbuhan ekonomi terendah terdapat pada sektor pertanian sebesar
2,59 persen. Untuk lebih jelas tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Timor Tengah
Selatan dapat dilihat pada tabel II-4.
TABEL II.4
TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN MENURUT LAPANGAN USAHA
No LAPANGAN USAHA 2008 2009
1 Pertanian 2,96 2,59
a.Tanaman Bahan Makanan 3,29 2,70
b. Tanaman Perkebunan 1,83 1,79
c. Peternakan & Hasilnya 2,53 2,47
d. Kehutanan 0,36 0,34
e. Perikanan 1,12 1,10
2 Pertambangan & Penggalian 7,65 8,10
3 Industri Pengolahan 2,98 2,88
4 Listrik, Gas dan Air Minum 3,74 4,46
a. Listrik 4,40 5,26
b. Air Minum 1,16 1,20
5 Bangunan kontruksi 1,23 2,94
6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 4,61 4,80
a. Perdagangan Besar dan Eceran 4,62 4,82
b. Perhotelan 1,30 1,80
c. Restoran - Rumah Makan 3,32 2,39
7 Pengangkutan & Komunikasi 6,12 5,14
a. Pengangkutan 2,72 3,60
. Jalan raya 1,79 3,52
. Sungai, danai Dan Penyebrangan
. Laut
. Udara
. Jasa Penunjang Pengangkutan 17,11 4,68
b. Komunikasi 18,65 10,03
8
Keuangan, Persewaan Dan Jasa
Perusahaan 1,30 3,10
a. Bank 0,64 3,97
b. Lembaga Keuangan 5,32 5,32
c. Sewa bangunan 1,23 1,25
d. Jasa Perusahaan 2,34 2,37
9 Jasa Jasa 8,47 6,97
a. Pemerintahan 9,98 8,05
b.Swasta 1,81 1,85
. Sosial Kemasyarakatan 1,63 1,67
. Hiburan dan Rekreasi 2,53 2,53
. Perorangan dan Rumah tangga 2,32 2,33
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,46 4,06
Sumber : Kabupaten Timor Tengah selatan Dalam Angka tahun 2010
2.3.3. Perdagangan dan Industri
2.3.3.1. Perdagangan
Jumlah perusahan/usaha sektor perdagangan di wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan pada tahun 2009 sebanyak 242 (dua ratus empat puluh
dua) perusahaan/usaha, yang terdiri atas perusahaan dengan skala usaha
besar sebanyak 3 (tiga) perusahaan/usaha, skala menengah 183 (seratus
delapan) perusahaan/ usaha dan kategori skala kecil mencapai 242 (dua
ratus empat puluh dua) perusahaan/ usaha. Untuk lebih jelasnya
perkembangan perusahaan usaha perdagangan di wilayah Kabupaten
Timor Tengah Selatan dapat dilihat pada tabel II-5.
TABEL II.5
BANYAKNYA PERUSAHAAN/
USAHA SEKTOR PERDAGANGAN MENURUT JENIS USAHA
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
TAHUN 2007 – 2009
No
JENIS USAHA
JUMLAH/TAHUN
2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Usaha Besar 3 3 3.
2. Usaha Menengah 62 108 108
3. Usaha Kecil 77 131 131
Sumber : Kabupaten TTS dalam Angka Tahun 2010
2.3.3.2. Industri
Sektor industri yang terdapat di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan
pada tahun 2009, yaitu perusahaan industri besar/sedang berjumlah 1 (satu)
buah, industri kecil 193 (seratus sembilan puluh tiga) buah dan industri
kerajinan rumahtangga berjumlah 3.625 buah. Untuk lebih jelasnya sebaran
perusahaan industri pengolahan di wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan per kecamatan dapat dilihat pada tabel II-6.
TABEL II.6
BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI PENGOLAHAN
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
TAHUN 2009
No KecamatanJenis Industri
Besar/Sedang Kecil Kerajinan
1 Mollo Utara - 2 220
2 Tobu - - 85
3 Nunbena - - 120
4 Fatumnasi - - 60
5 Molo Selatan - 6 342
6 Molo Tengah - - 60
7 Molo Barat - - 75
8 Polen - - 241
9 Kota SoE - 144 96
10 Amanuban Barat - 10 273
11 Kuatnana 1 - 65
12 Batuputih - 3 153
13 Amanuban Selatan - 4 120
14 Noebeba - 1 210
15 Kuanfatu - 1 20
16 Kualin - 2 32
17 Amanuban Tengah - 12 70
18 Oenino - - 52
19 Kolbano - - 85
20 Amanuban Timur - 4 224
21 Fautmolo - - 160
22 Fatukopa - - 87
23 Kie - - 120
24 Kot’ Olin - - 180
25 Amanatun Selatan - 4 75
26 Boking - - 90
27 Santian - - 50
28 Noebana - - 60
29 Nunkolo - - 25
30 Amanatun Utara - - 60
31 Kok Baun - - 70
32 Toianas - - 45
KABUPATEN TTS 1 193 3.625
Sumber : Timor Tengah Selatan dalam Angka Tahun 2010
2.3.4. Perhotelan dan Restaurant
Perkembangan restoran dan hotel-losmen di wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan dari tahun 1996 – 2009 mengalami perkembangan tercatat jumlah restoran
pada tahun 1996 sebanyak 76 dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 226 jiwa dan
pada tahun 2009 jumlah restoran sebanyak 121 dengan jumlah tenaga kerja yang
terserap sebanyak 3.162 orang. Untuk lebih jelasnya perkembangan jumlah dan
tenaga kerja restoran hotel dari tahun 1996-2009 dapat lihat pada tabel II.7.
TABEL II.7
PERKEMBANGAN JUMLAH DAN TENAGA KERJA RESTAURAN HOTEL
TAHUN 1996 - 2008
Tahun
Restauran Hotel - Losmen
Jumlah
(buah)
Tenaga Kerja
(Jiwa)
Jumlah
(buah)
Tenaga Kerja
(Jiwa)
1996 76 226 6 10
1997 80 235 6 9
1998 75 248 6 7
1999 72 275 6 4
2000 77 282 6 4
2001 72 297 6 4
2002 69 297 6 4
2003 75 299 6 7
2004 78 3,110 6 5
2005 79 3,000 7 6
2006 84 3,086 7 6
2007 107 3,210 7 6
2008 121 3,162 7 6
Sumber : Timor Tengah Selatan dalam Angka Tahun 2010
2.4. Tata Ruang Wilayah
2.4.1. Kawasan Startegis
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang
penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.
2.4.1.1. 2.4.1.1. KKAWASANAWASAN S STRATEGISTRATEGIS D DARIARI S SUDUTUDUT K KEPENTINGANEPENTINGAN E EKONOMIKONOMI
Penetapan Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi di Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu Kawasan Program
Unggulan dan Agropolitan, Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh, Kawasan
Minapolitan (Perikanan Air Tawar), Kawasan Ketahanan Pangan, dan
Kawasan Ekowisata (Sentra Jeruk).
A. Kawasan Program Unggulan dan Agropolitan
Pengembangan kawasan Program Unggulan Kabupaten (PRUKAB)
sudah dicanangkan di 7 (tujuh) kecamatan, 21 (dua puluh satu) desa-
desa pengembangannya dititik beratkan padai sektor-sektor unggulan
yang mempunyai nilai eksport untuk memudahkan dalam
pengelolaannya, maka kecamatan dan desa-desa tersebut dijadikan
sebagai Kawasan Agropolitan di wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Dengan pengembangan produk unggulan, pengolahan dan
perluasan jaringan. Pengembangan kawasan Strategis ini berbasis
Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan dengan pusat
di Desa Abi, Neke, Oenino, Oelet dan Desa Billa.
B. Kawasan Minapolitan (Perikanan Tangkap dan Budidaya)
Terkait dengan penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan
ekonomi pengembangan Kawasan Minapolitan di wilayah Kabupaten
Timor Tengah Selatan, dan beberapa pertimbangan tersebut di atas,
maka sebagai kawasan Mina Polisnya di Desa Kualin, Tuafanu
(Kecamatan Kualin), Desa Noenbila, Oinlasi (Kecamatan Mollo
Selatan), serta Desa Bena, Linamnutu (Kecamatan Amanuban
Selatan). Dalam gambar di bawah ini dilihatkan skema pengembangan
Mina Politan.
C. Kawasan Ketahanan Pangan
Kawasan Strategis dari sudut kepentingan ekonomi ketahanan pangan
dialokasikan meliputi beberapa desa, yaitu Desa Bena, Oebelo,
Batnun, dan Desa Pollo.Hoibeti, Toineke, Op, Menu, Meusin, Fatuoban
dan Besana.
D. Kawasan Eko Wisata
Untuk kawasan ekowisata dititik beratkan pada pengembangan dan
budidaya tanaman buah Jeruk yang dialokasikan di Desa Binaus,
E. Kawasan Cepat Tumbuh
Kawasan ini mempunyai kecenderungan potensi ekonomi cepat
tumbuh, dan mempunyai sektor potensi unggulan, dimana di
Kabupaten Timor Tengah Selatan terdapat 2 (dua) potensi Kawasan
cepat tumbuh yaitu :
1) Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh Desa Oebobo dan sekitarnya
(Kecamatan Batuputih).
2) Kawasan Ekonomi Cepat tumbuh Kelurahan Niki-Niki, dan Desa
Maunum Niki-Niki.
2.4.1.2. 2.4.1.2. KKAWASANAWASAN S STRATEGISTRATEGIS D DARIARI S SUDUTUDUT SSOSIALOSIAL B BUDAYAUDAYA
Pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan sosial - budaya di
wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, yaitu Perkampungan Adat.
Perkampungan adat yang terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan
merupakan kawasan strategis sosial budaya karena memiliki nilai sejarah
budaya dan adat istiadat yang perlu dilestarikan sebagai upaya
pengembangan ada istiadat sebagai aset budaya. Beberapa perkampungan
adat yang terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan antara lain :
1. Desa adat Boti di Kecamatan KiE;
2. Pusat Kerajaan Mollo Utara Ajaobaki di Kecamatan Mollo Utara;
3. Perkampungan Tetaf/None di Kecamatan Amanuban Barat;
4. Peninggalan Sejarah Kerajaan Amanuban di Niki-Niki Kecamatan
Amanuban Tengah.
2.4.1.3. K2.4.1.3. KAWASANAWASAN S STRATEGISTRATEGIS D DARIARI S SUDUTUDUT K KEPENTINGANEPENTINGAN F FUNGSIUNGSI D DANAN D DAYAAYA D DUKUNGUKUNG
LLINGKUNGANINGKUNGAN H HIDUPIDUP
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, antara lain adalah kawasan pelindungan dan pelestarian
lingkungan hidup. Kawasan strategis penyelamatan lingkungan hidup yang
terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan antara lain adalah :
Kawasan Cagar Alam Mutis Timau di wilayah Utara. Cagar Alam Mutis
Timau merupakan tempat tinggal bagi Flora dan Fauna dan memiliki
ekosistem yang perlu dilindungi.
2.4.1.4. 2.4.1.4. KKAWASANAWASAN SSTRATEGISTRATEGIS L LAINNYAAINNYA
Kawasan strategis lainnya merupakan Kawasan strategis yang harus
menjadi perhatian, terutama kawasan pertahanan keamanan, dan kawasan
rawan sosial dan rawan konflik. Di Kabupaten Timor Tengah Selatan
terdapat 2 (dua) Kawasan strategis pertahanan keamanan, yaitu :
1) Kawasan Pertahanan Keamanan : di Kolbano, Tuapukas, Noesiu,
Nununamat, dan Oetuke.
2) Kawasan perbatasan Lotas, Besnam, Tumu, Niti, Sapnala, Kol’oto,
Benahe, dan O’baki.
2.4.2. Struktur Ruang
2.4.2.1. Rencana Sistem Kegiatan
2.4.2.1.1.2.4.2.1.1. RENCANARENCANA SISTEMSISTEM PERKOTAANPERKOTAAN DANDAN PERDESAANPERDESAAN
Rencana pengembangan sistem perkotaan diarahkan pada fungsi
perkotaan di satuan wilayah pengembangan Kabupaten Timor
Tengah Selatan, dan wilayah hinterlandnya untuk mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, yang sudah ditunjang
dengan jumlah penduduk, sistem transportasi yang menunjang
aksesibilitas antar dan inter kota kecamatan dan kelengkapan
sarana prasarana kota.
Penetapan tersebut menggunakan kriteria status kawasan sebagai
kawasan perkotaan ibukota kecamatan, aktivitas ekonomi,
pengelompokan jenis budaya dan adat setempat, serta kelengkapan
sarana dan prasarana wilayah.
Selain hal tersebut Rencana Hirarki (Besaran) Perkotaan di
Kabupaten Timor Tengah Selatan akan ditetapkan dengan
menggunakan ketentuan ukuran besaran kota dengan
menggunakan indikator jumlah penduduk yang terdapat dalam
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
hierarki atau besaran kawasan perkotaan terdiri dari 5 (lima) jenis,
yaitu:
1. Kawasan perkotaan kecil , adalah kawasan perkotaan dengan
jumlah penduduk yang dilayani paling sedikit 50.000 jiwa dan
paling banyak 100.000 jiwa.
2. Kawasan perkotaan sedang/menengah , adalah kawasan
perkotaan dengan jumlah penduduk yang dilayani lebih dari
100.000 jiwa dan kurang dari 500.000 jiwa.
3. Kawasan perkotaan besar , adalah kawasan perkotaan dengan
jumlah penduduk yang dilayani paling sedikit 500.000 jiwa.
4. Kawasan metropolitan , adalah kawasan perkotaan yang terdiri
atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau
kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di
sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang
dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan
sekurang-kurangnya 1 juta jiwa.
5. Kawasan megapolitan , adalah kawasan yang terbentuk dari
dua atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan
fungsional dan membentuk sebuah sistem.
Berdasarkan klasifikasi diatas serta potensi perkembangan dan arah
perkembangan perkotaan, hirarki perkotaan di Kabupaten Timor
Tengah Selatan diklasifikasikan sebagai kawasan Perkotaan Kecil,
hal ini didasari atas ukuran jumlah penduduk di masing-masing
kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan
yang termasuk dalam klasifikasi kawasan perkotaan kecil (jumlah
penduduk yang dilayani sebesar 50.000 hingga 100.000 jiwa).
Dengan demikian, maka terdapat 12 Kelurahan dan 42 Desa
kawasan perkotaan, dan 184 Desa Kawasan perdesaan. Penetapan
kawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Timor Tengah
Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8
Kawasan Pedesaan Dan Perkotaan Di Kabupaten Timor Tengah Selatan
No Kecamatan Perkotaan/Pedesaan Kelurahan/Desa
1 Kota Soe
Perkotaan Kelurahan SoE
Kelurahan Oebesa
Kelurahan
Taubneno
Kelurahan
Cendana
Kelurahan
Karangsiri
Kelurahan
Nonohonis
Kelurahan Oekefan
Kelurahan
Nunumeu
Kelurahan
Kobekamusa
Kelurahan Kota
Baru
Kelurahan
Kampung Baru
Desa Kuatae
Desa Noemeto
2 Amanuban
Barat
Perkotaan Desa Pusu
Desa Tubuhue
Perdesaan Desa Haunembaki
Desa Mnelalete
Desa Nusa
Desa Tublopo
Desa Nulle
3 Batu Putih
Perkotaan Desa Oebobo
Desa Benlutu
Desa Boentuka
Perdesaan Desa Tuakole
Desa Hane
Desa Tupan
Desa Oehela
Perkotaan Desa Tetaf
No Kecamatan Perkotaan/Pedesaan Kelurahan/Desa
4 Kuatnana
Desa Supul
Perdesaan Desa Enoneontes
Desa Oof
Desa Tubmonas
Desa Lokat
Desa Naukae
5 Mollo Selatan
Perkotaan Desa Tuasene
Desa Oinlasi
Perdesaan Desa Bisene
Desa Biloto
Desa Kesetnana
Desa Bikekneno
Desa Noinbila
6 Amanuban
Tengah
Perkotaan Kelurahan Niki-Niki
Desa Bone
Desa Nobi-Nobi
Desa Maunum
Niki-Niki
Perdesaan Desa Oe Ekam
Desa Taebesa
Desa Noebesa
Desa Tumu
Desa Baki
Desa Nakfunu
Desa Sopo
7 Oenino
Perkotaan Desa Oenino
Perdesaan Desa Pene Utara
Desa Noenoni
Desa Niki-Niki Un
Desa Neke
Desa Abi
Desa Hoi
8 Polen
Perkotaan Desa Puna
Desa Fatumnutu
Perdesaan Desa Balu
Desa Oelnunuh
Desa Konbaki
No Kecamatan Perkotaan/Pedesaan Kelurahan/Desa
Desa Usapimnasi
Desa Mnesatbubuk
Desa Bijeli
Desa Loli
Desa Laob
9 Mollo Tengah
Perkotaan Desa Binaus
Perdesaan Desa Oelbubuk
Desa
Nekemunifeto
Desa Pika
Desa Kualeu
Desa OelEkam
10 Mollo Utara
Perkotaan Desa Ajaobaki
Perdesaan Desa Sebot
Desa Leloboko
Desa Nefokoko
Desa Lelobatan
Desa Bosen
Desa Eonbesi
Desa Netpala
Desa Fatukoto
Desa Tunua
Desa Bijaepunu
Desa Halme
11 Fatumnasi
Perkotaan Desa Fatumnasi
Perdesaan Desa Kuannoel
Desa Nenas
Desa Nuapin
12 Nunbena
Perkotaan Desa Nunbena
Perdesaan Desa Lilana
Desa Taneotob
Desa Noebesi
13 Tobu
Perkotaan Desa Tobu
Perdesaan Desa Tutem
Desa Tune
Desa Bonleu
14 Mollo Barat
Perkotaan Desa Salbait
Perdesaan Desa Fatukoto
No Kecamatan Perkotaan/Pedesaan Kelurahan/Desa
Desa Besana
Desa Oeuban
Desa Koa
15 Amanuban
Selatan
Perkotaan Desa Pollo
Perdesaan Desa Linamnutu
Desa Mio
Desa Bena
Desa Kiubaat
Desa Oebelo
Desa Noemuke
Desa Batnun
Desa Oekiu
Desa Enoneten
16 Noebeba
Perkotaan Desa Oe Ekam
Perdesaan Desa Teas
Desa Fatutnana
Desa Oepliki
Desa Naip
Desa Oebaki
17 Kualin
Perkotaan Desa Kualin
Perdesaan Desa Nunusunu
Desa Kiufatu
Desa Tuafanu
Desa Toineke
Desa Oni
Desa Tuapakas
18 Kuanfatu
Perkotaan Desa Kuanfatu
Perdesaan Desa Basmuti
Desa Olais
Desa Lasi
Desa Kakan
Desa Kelle
Desa Kusi
19 Kolbano
Perkotaan Desa Kolbano
Perdesaan Desa Nununamat
Desa Ofu
Desa Haunobenak
Desa Babuin
No Kecamatan Perkotaan/Pedesaan Kelurahan/Desa
Desa Oeleu
Desa Oetuke
Desa Noesiu
Desa Pene Selatan
Desa Pana
20 Kotolin
Perkotaan Desa Kotolin
Perdesaan Desa Hoibeti
Desa Nualunat
Desa Fatuat
Desa Nunbena
Desa Binenok
Desa Panite
Desa Obibi
21 Nunkolo
Perkotaan Desa Nunkolo
Perdesaan Desa Putun
Desa Op
Desa Nenoat
Desa Haumeni
Desa Saenam
Desa Fat
Desa Sahan
Desa Hoineno
22 KiE
Perkotaan Desa Napi
Desa Oinlasi
Perdesaan Desa Boti
Desa Nekmese
Desa Pili
Desa Falas
Desa Enonafi
Desa Oenai
Desa Fatuulan
Desa Tesiayofanu
Desa Belle
23 Amanatun
Selatan
Perkotaan Desa Oinlasi
Perdesaan Desa Kualeu
Desa Nunleu
Desa Anin
No Kecamatan Perkotaan/Pedesaan Kelurahan/Desa
Desa Fenun
Desa Lanu
Desa Fatulunu
Desa Fae
Desa Toi
Desa Nifuleo
Desa Netutnana
Desa Kokoi
Desa Sunu
24 Boking
Perkotaan Desa Boking
Perdesaan Desa Meusin
Desa Leonmeni
Desa Nano
Desa Baus
Desa Sabun
25 Santian
Perkotaan Desa Santian
Perdesaan Desa Manufui
Desa Poli
Desa Nenotes
26 Noebana
Perkotaan Desa Noebana
Perdesaan Desa Fatumnasi
Desa Suni
Desa Mella
27 Amanuban
Timur
Perkotaan Desa Oeekam
Perdesaan Desa Mauleum
Desa Pisan
Desa Nifukiu
Desa Tliu
Desa Sini
Desa Bila
Desa Oelet
Desa Mnelaanen
Desa Teluk
28 Fatukopa
Perkotaan Desa Fatukopa
Perdesaan Desa Nunfutu
Desa Taebone
Desa Besnam
Perkotaan Desa Nasi
No Kecamatan Perkotaan/Pedesaan Kelurahan/Desa
29 Amanatun
Utara
(Ayotupas)
Perdesaan Desa Fotilo
Desa Tumu
Desa Tauanas
Desa Lilo
Desa Snok
Desa Fatuoni
Desa Sono
30 Toianas
Perkotaan Desa Toianas
Perdesaan Desa Lobus
Desa Sambet
Desa Tuataum
Desa Bokong
Desa Skinu
Desa Oeleu
31 Kokbaun
Perkotaan Desa Lotas
Perdesaan Desa Niti
Desa Benahe
Desa Koloto
Desa O'Baki
Desa Sapnala
32 Fautmolo
Perkotaan Desa Nunukniti
Perdesaan Desa Sillu
Desa Kaeneno
Desa Oeleon
Sumber : RTRW Kab. TTS
Berdasarkan tabel diatas, untuk wilayah dengan karakteristik
perkotaan dimiliki oleh setiap kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Timor Tengah Selatan. Total rencana wilayah perkotaan
di Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah 12 kelurahan dan 42
Desa, sedangkan untuk karakteristik pedesaan sebanyak 184 Desa.
2.4.2.1.2.2.4.2.1.2. RENCANARENCANA S SISTEMISTEM P PUSATUSAT P PERMUKIMANERMUKIMAN
Kawasan pusat permukiman merupakan pusat kegiatan sebagai
pusat perkotaan dan pusat pedesaan. Kawasan perkotaan
merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pusat pelayanan jasa pemerintahan, pusat
pelayanan sosial dan pusat kegiatan ekonomi bagi sistem internal
perkotaan dan sistem wilayah yang dilayaninya. Kawasan perkotaan
juga sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri
non agraris dengan pusat pertumbuhan dan pusat permukiman,
misalnya Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan.
Kawasan perkotaan merupakan daerah yang memiliki fungsi daerah
strategis dalam tinjauan kegiatan ekonomi. Oleh karena daerah ini
memiliki infrastruktur yang cukup memadai maka perlu penataan
beberapa komponen untuk pengembangan kawasan perkotaan
sebagai pusat kegiatan pemerintah.
Penetapan pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Timor Tengah
Selatan ditentukan oleh pusat kegiatan perkotaan dalam skala
regional dan perkotaan yang secara langsung mempengaruhi sistem
perkotaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Adapun Rencana
pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan
adalah sebagai berikut :
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah Perkotaan SoE
dimana hal ini merupakan Kawasan perkotaan yan berfungsi
untuk melayani kegiatan skala Provinsi atau beberapa
Kabupaten/Kota;
b. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) adalah Perkotaan
Niki-Niki, Perkotaan Panite, Perkotaan Oeekam, dan
Perkotaan Kapan; dimana hal ini merupakan Kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
Kabupaten atau beberapa Kecamatan.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah Oebobo (Batuputih),
Siso (Mollo Selatan), Pusu (Amanuban Barat), Oinlasi
(Amanatun Selatan), Kualin (Kualin), Kolbano (Kolbano),
Kuanfatu (Kuanfatu), Napi (KiE), Nunkolo (Nunkolo), Polen
(Polen), Ayotupas (Amanatun Utara), dimana hal ini merupakan
Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala Kecamatann atau beberapa Desa.
d. Pusat Pelayanan Lokal (PPL) adalah Oe’Ekam (Noebeba),
Nunbena (Nunbena), Nunukniti (Fautmolo), Suni (Noebana),
Fatumnasi (Fatumnasi), Tobu (Tobu), Salbait (Mollo Barat),
Binaus (Mollo Tengah), Tetaf (Kuatnana), Kotolin (Kotolin),
Lotas (Kokbaun), Toianas (Toianas), Oenino (Oenino), dan
Fatukopa (Fatukopa), dan Santian (Santian), dimana hal ini
merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar Desa.
2.4.2.1.3. Sistem PPERWILAYAHANERWILAYAHAN
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Timor Tengah
Selatan direncanakan akan dibagi menjadi 5 (lima) Satuan Wilayah
Pengembangan (SWP). Batas Sub Satuan Wilayah Pengembangan
(SSWP) didasarkan pada batas administrasi wilayah. Setiap SSWP
terdiri dari satu atau dua kecamatan yang meliputi kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Masing-masing SWP
direncanakan mempunyai pusat perwilayahan (pusat SWP) dan
struktur kegiatan utama.
Setiap pusat SWP direncanakan mempunyai keterkaitan dalam
jaringan transportasi serta keterkaitan kegiatan, dan diarahkan
membentuk sistem jaringan secara sistematis mengarah pada
terbentuknya sebuah sistem jaringan (network system) antar SWP.
Keterkaitan jaringan dan kegiatan juga diarahkan terbentuk antara
kawasan perkotaaan satu dengan perkotaan lainya dan antara
kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan disetiap SWP.
Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Kabupaten Timor Tengah
Selatan meliputi :
A. SWP (Satuan Wilayah Pengembangan) I Kota SoE
1) SWP Kota SoE dengan wilayah pengembangan
meliputi Kecamatan Mollo Selatan, Amanuban Barat,
Amanuban Tengah, Batu Putih, Kuatnana, Mollo Barat,
dan Mollo Tengah. Dengan Pusat di Kota SoE.
2) Peran dan Fungsi Utama :
a. SWP Kota SoE merupakan wilayah kawasan perkotaan
yang berperan sebagai Ibu Kota Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
b. Fungsi SWP Kota SoE sebagai pusat pelayanan skala
kabupaten yang meliputi : pusat pelayanan
pemerintahan, pendidikan, perdagangan jasa dan
kesehatan skala Kabupaten Timor Tengah Selatan.
3) Struktur kegiatan utama yang dikembangkan :
a. Kegiatan ekonomi yang dikembangkan adalah sektor
perdagangan jasa.
b. Kegiatan non ekonomi yang ditata sebagai
konsekuensi dari peran dan fungsi SWP sebagai pusat
pelayanan skala kabupaten adalah kegiatan
pendidikan, kesehatan dan pemerintahan skala
kabupaten.
B. SWP (Satuan Wilayah Pengembangan) II Mollo Utara
1) SWP Mollo Utara meliputi wilayah administrasi
Kecamatan Fatumnasi, Nunbena, Mollo Tengah
dan Tobu dengan pusat di Perkotaan Kapan.
2) Peran dan fungsi utama :
a. Peran wilayah adalah sebagai wilayah
pengembangan kawasan perekonomian
terpadu Kabupaten Timor Tengah Selatan.
b. Fungsi utama SWP Mollo Utara adalah sebagai
pusat koleksi dan distribusi skala Kabupaten
Timor Tengah Selatan.
3) Struktur kegiatan utama yang dikembangkan :
a. Perdagangan;
b. Pertanian;
c. Transportasi; dan
d. Industri dan pergudangan.
C. SWP (Satuan Wilayah Pengembangan) III Amanuban
Selatan
1) SWP Amanuban Selatan meliputi wilayah administrasi
Kecamatan Kuanfatu, Noebeba, Kualin, Kolbano, dan
Kotolin, dengan pusat di Perkotaan Panite.
2) Peran dan fungsi utama :
a. Merupakan kawasan pertumbuhan di bagian selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan.
b. Merupakan wilayah pengembangan kegiatan pertanian,
peternakan, pariwisata, perikanan dan pariwisata dan
pusat distribusi hasil pertanian dan peternakan.
3) Struktur kegiatan utama yang dikembangkan :
a. Pertanian
b. Peternakan
c. Perikanan Laut;
d. Perkebunan; dan
e. Pariwisata.
Pengembangan perdagangan
D. SWP (Satuan Wilayah Pengembangan) IV Amanuban Timur
1) SWP Amanuban Timur meliputi wilayah administrasi
Kecamatan KiE, Amanatun Selatan, Boking, Nunkolo,
Amanatun Utara, Toianas, Fatumolo, Santian, Noebana,
Kokbaun, dan Fatukopa, dengan pusat di Perkotaan
Oeekam.
2) Peran dan fungsi utama :
a. Merupakan kawasan pertumbuhan di bagian selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan.
b. Merupakan wilayah pengembangan kegiatan pertanian,
peternakan, perkebunan, dan pusat distribusi hasil
pertanian dan perkebunan.
3) Struktur kegiatan utama yang dikembangkan :
a. Pertanian;
b. Peternakan;
c. Perkebunan;
E. SWP (Satuan Wilayah Pengembangan) V Amanuban
Tengah
1) SWP Amanuban Tengah meliputi wilayah administrasi
Kecamatan Polen, Kecamatan Oenino, Kecamatan
Kuatnana, dengan pusat di Perkotaan Niki-niki.
2) Peran dan fungsi utama :
a. Merupakan kawasan pertumbuhan di bagian selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan.
b. Merupakan wilayah pengembangan kegiatan pertanian,
peternakan, perkebunan, dan pusat distribusi hasil
pertanian dan perkebunan.
3) Struktur kegiatan utama yang dikembangkan :
a. Pertanian;
b. Peternakan;
c. Perkebunan; dan
d. Pariwisata.
Pengembangan perdagangan Pengembangan perdagangan
2.4.2.2. Rencana Sistem Jaringan
2.4.2.2.1. Rencana PengeMBANGANMBANGAN S SISTEMISTEM J JARINGANARINGAN P PRASARANARASARANA
SSUMBERDAYAUMBERDAYA A AIRIR
Sistem jaringan sumber daya air, di Kabupaten Timor Tengah
Selatan meliputi jaringan sumber daya air, Daerah Irigasi, prasarana
air baku untuk air bersih dan sistem pengendalian banjir.
2.4.2.2.1.1. Jaringan Sumber Daya Air yang ada di kabupaten.
Jaringan sumber daya air yang ada di Kabupaten Timor
Tengah Selatan, meliputi :
1. Perlindungan Wilayah Sungai (WS) Noelmina dan
Wilayah Sungai (WS) Benanain;
2. Melakukan perlindungan terhadap Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang ada di kedua Wilayah Sungai
(WS) tersebut;
3. Melakukan perlindungan terhadap Bendung yang
ada di kedua Wilayah Sungai (WS) tersebut.
4. Melakukan perlindungan terhadap tangkapan air;
5. Melakukan perlindungan terhadap embung-
embung.
2.4.2.2.1.2. Daerah Irigasi (D.I)
Iklim di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, yaitu
musim kemarau dan musim hujan, musim kemarau
lebih panjang dibanding musim penghujan, hal ini
sangat mempengaruhi terhadap pola pertanian yang
dilakukan oleh masyarakat. Pola pertanian yang ada
sekarang, yaitu lahan kering dan lahan basah. Untuk
mengairi pertanian lahan basah sampai saat ini
diupayakan dengan pengembangan sistem pengairan
Irigasi Teknis dan Semi Teknis.
Berdasarkan hal tersebut di atas, selain irigasi yang
sudah ada juga diperlukan pengembangan dan
pembangunan pengairan sistem irgasi teknis yang baru
dengan memprioritaskan pada daerah-daerah dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
Mempunyai produktiftas besar;
Mempunyai luas lahan besar dan potensial;
Mempunyai sumber mata air;
Berdasarkan analisa potensi untuk pengembangan
pertanian lahan basah.
Berdasarkan kriteria tersebut dan sesuai dengan
program dari Dinas Pertanian, yaitu pengembangan
pertanian lahan basah akan diusahakan disetiap
kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
2.4.2.2.1.3. Bendung
Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki banyak
suber daya air, potensi air yang melimpah. Bendung
dipilih jika kondisi memerlukan elevasi muka air sungai.
Bendung tetap cocok jika fluktuasi debit relative rendah,
sehingga palung sungai mampu mengalirkan dengan
baik, dan sebaliknya.
Bendung berfungsi sebagai penyumplai air untuk
kebutuhan kegiatan pertanian, sumber air minum juga
untuk pembangkit listrik. Wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan terdapat sungai-sungai dengan mata
air sepanjang tahun dan sungai tersebut potensial
untuk dikembangkan sebagai bendung.
2.4.2.2.1.4. Embung
Pada saat sekarang embung-embung di wilayah
Kabupaten Timor Tengah Selatan sudah banyak
dibangun dan lokasinya tersebar di setiap kecamatan.
Air yang di tampung dalam embung yang ada sekarang
selain untuk kebutuhan rumah tangga, menyuplai
kegiatan pertanian juga dipakai untuk minum ternak.
Sesuai potensi yang ada di kabupaten ini, yaitu
didominasi lahan pertanian baik lahan basah maupun
lahan kering juga potensi untuk pengembangan
peternakan. Pada umumnya kegiatan tersebut
memerlukan air, untuk itu diperlukan adanya
penambahan dan pembangunan embung-embung
baru. Untuk penentuan lokasi embung-embung baru
secara teknis dilakukan oleh dinas terkait Dinas
Pekerjaan Umum.
2.4.2.2.2. Rencana PengeMBANGANMBANGAN S SISTEMISTEM J JARINGANARINGAN P PRASARANARASARANA
SSUMBERDAYAUMBERDAYA A AIRIR
2.4.2.2.2.1. Prasarana Air Baku untuk Air Bersih.
Perencanaan sistem penyediaan air minum di
Kabupaten Timor Tengah Selatan dibagi dalam
beberapa sistem penyaluran. Setiap sistem penyaluran
yang direncanakan akan melayani beberapa desa yang
saling berdekatan dengan sistem yang bersangkutan.
Pelayanan prasarana sumberdaya air dilakukan dengan
pemanfaatan air sumber, pemanfaatan air bawah tanah
dan penyediaan air bersih regional.
Sistem penyediaan air yang sekarang dilakukan di
wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan baik untuk
memenhi kebutuhan perkotaan maupun masyarakat
diperdesaan memakai sistem perpipaan.
Program pengadaan air bersih sistem perpipaan,
sampai saat ini bersumber dari dana APBD dan sumber
dana APBN melaui program Pansimas, Program PPIP
dan program lainnya.
2.4.2.2.3. Rencana PengeMBANGANMBANGAN S SANITASIANITASI
2.4.2.2.3.1. Rencana Persampahan
Sistem pengelolaan sampah yang dikelola di wilayah
Kabupaten Timor Tengah Selatan saat ini
penanganannya masih belum optimal, sehingga untuk
masa yang akan datang sistem pengelolaan
persampahan dibedakan berdasarkan perwilayahan.
Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan
Perkotaan
Penanganan masalah persampahan di kawasan
perkotaan wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan
memerlukan wadah penampungan sampah yang
dihasilkan masyarakat perkotaan, yaitu sebuah TPA
regional.
Pengelolaan Sampah di Kawasan Perdesaan
Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan
dilakukan dengan cara menimbun dan membakar,
mengingat kawasan perdesaan cenderung masih
tersedia lahan pekarangan yang cukup luas, dan
didukung dengan lahan budidaya pertanian yang
cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut
dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu
dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat
diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan
sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses
dibakar).
Berdasarkan hasil analisis tentang persampahan di
wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan yang
didasarkan pada pedoman, bila dibandingkan dengan
jumlah kecamatan mencapai 32 (tiga puluh dua)
kecamatan, 40 (empat puluh) desa/kelurahan dengan
luas wilayah mencapai 3.995,88 Km2, serta daya
jangkau dan kondisi bentang alam wilayah, maka
jumlah TPS dan hingga tahun 2032 dialokasikan setiap
desa, sedangkan untuk TPA dialokasikan di setiap
kecamatan.
Untuk lebih jelas perkiraan timbunan sampah hingga
tahun 2012 di wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan yang dirinci per kecamatan tersaji pada tabel
2.9,
Standarliter/hari/jiwa
1 Mollo Utara 36,597 2.5 73 18 4 95 12 6 2 2 Tobu 11,869 2.5 24 6 1 31 4 2 1 3 Nunbena 5,904 2.5 12 3 1 15 2 1 1 4 Fatumnasi 10,365 2.5 21 5 1 27 3 2 1 5 Molo Selatan 28,716 2.5 57 14 3 75 9 5 2 6 Molo Tengah 16,518 2.5 33 8 2 43 5 3 1 7 Molo Barat 9,154 2.5 18 5 1 24 3 1 1 8 Polen 19,952 2.5 40 10 2 52 6 3 1 9 Kota SoE 78,275 2.5 157 39 8 204 25 13 5 10 Amanuban Barat 38,485 2.5 77 19 4 100 13 6 2 11 Kuatnana 24,638 2.5 49 12 2 64 8 4 1 12 Batuputih 17,645 2.5 35 9 2 46 6 3 1 13 Amanuban Selatan 39,702 2.5 79 20 4 103 13 6 2 14 Noebeba 15,912 2.5 32 8 2 41 5 3 1 15 Kuanfatu 31,787 2.5 64 16 3 83 10 5 2 16 Kualin 47,789 2.5 96 24 5 124 16 8 3 17 Amanuban Tengah 22,819 2.5 46 11 2 59 7 4 1 18 Oenino 19,461 2.5 39 10 2 51 6 3 1 19 Kolbano 22,548 2.5 45 11 2 59 7 4 1 20 Amanuban Timur 20,029 2.5 40 10 2 52 7 3 1 21 Fautmolo 8,449 2.5 17 4 1 22 3 1 1 22 Fatukopa 6,224 2.5 12 3 1 16 2 1 1 23 KiE 24,497 2.5 49 12 2 64 8 4 1 24 Kot’ Olin 16,964 2.5 34 8 2 44 6 3 1 25 Amanatun Selatan 21,104 2.5 42 11 2 55 7 3 1 26 Boking 10,915 2.5 22 5 1 28 4 2 1 27 Santian 7,701 2.5 15 4 1 20 3 1 1 28 Noebana 6,224 2.5 12 3 1 16 2 1 1 29 Nunkolo 15,637 2.5 31 8 2 41 5 3 1 30 Amanatun Utara 19,161 2.5 38 10 2 50 6 3 1 31 Kok Baun 3,650 2.5 7 2 0 9 1 1 1 32 Toianas 27,867 2.5 56 14 3 72 9 5 2
686,558 1,373 343 69 1,785 223 112 43 Sumber : Hasil Analisis
Keterangan :A = Produksi Sampah Rumah Tangga ( M3 / Hari )B = Produksi Sampah Pasar ( 25% dari Sampah Rumah Tangga )C = Produksi Sampah Lainnya Fasilitas Sosial, Perkantoran ( 5% dari Sampah RT )D = Produksi Sampah ( m3/hari )E = Kebutuhan TPS ( Prod. Sampah / 8 m3 )F = Kebutuhan Armada Container = Asumsi ( 1 TPS : 2 Container )G = Kebutuhan Armada Truk = Asumsi 1 Hari 3 Rit ( 1 Rit = 5 m3 )
A B
TOTAL
PERKIRAAN PRODUKSI SAMPAH DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TIAP KECAMATAN TAHUN 2032
No. KecamatanPrediksi Penduduk Tahun 2032 (J iwa)
C D E F G
Tabel 2.9
2.4.2.2.3.2. Kebutuhan Sanitasi
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih,
maka diperlukan adanya sistem pengelolaan limbah
khusus yang dihasilkan oleh setiap KK. Dalam
penanganan limbah khusus rumah tangga diperlukan
pengembangan fasilitas sanitasi. Upaya penanganan
permasalahan limbah khusus rumah tangga dibedakan
menurut wilayah perkotaan dan perdesaan.
1. Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi
diarahkan kepada pemenuhan fasilitas septic tank
pada masing-masing KK.
2. Pada wilayah perdesaan penanganan
3. Limbah khusus rumah tangga dapat dikembangkan
fasilitas sanitasi pada setiap KK serta fasilitas
sanitasi umum.
2.4.2.2.3.3. Drainase
Pengembangan jaringan drainase mempunyai hierarki
yang ditentukan berdasarkan skala pelayanannya.
Hierarki saluran yang dinyatakan dengan saluran
pembuangan induk/primer, pembuangan sekunder dan
tersier. Beberapa saluran alam (sungai) yang mengalir
di wilayah perencanaan yang berfungsi pula sebagai
saluran irigasi dapat dijadikan saluran primer
pembuangan air limbah dan air hujan (pematusan)
melalui saluran-saluran sekunder dan tersier yang ada.
Saluran tersier menampung air dari “catchment area”
dan air dari saluran persil. Sedangkan saluran sekunder
sebagai saluran yang menjadi penampungan air dari
saluran-saluran tersier lingkungan. Penetapan fungsi ini
di dasarkan pula pada pertimbangan adanya rencana
pengembangan wilayah perencanaan di masa
mendatang jika terjadi perubahan penggunaan lahan.
2.4.2.2.3.4. Sistim Jaringan Limbah
Rencana Sistem jaringan limbah di Kabupaten Timor
Tengah Selatan terdiri dari sistem jaringan limbah
rumah tangga dan sistem jaringan limbah industri.
Rencana sistem jaringan limbah rumah tangga dan
industri di buat secara terpisah dari sistem pematusan
dan di dukung dengan pengadaan sarana penunjang
pengolah limbah domestik seperti truck penguras
lumpur tinja dan pengolah lumpur tinja. Rencana
pengolahan limbah hasil industri secara terpadu di
kawasan industri. Perencanaan pemasangan pipa
pengolahan limbah industri di kawasan industri
menengah.
Sistem jaringan limbah yang direncanakan di
Kabupaten Timor Tengah Selatan, terdiri atas :
a. Penggunaan septik-tank dan peresapan dilakukan
dengan memperhatikan desain peresapan;
b. Kewajiban menyediakan sistem pembuangan air
limbah terpusat dan pengorganisasian (sistem off-
site) bagi pengelola kawasan industri dan pusat
kegiatan perdagangan kapasitas besar; dan
c. Penggunaan sistem pembuangan secara komunal
untuk pusat kegiatan fasilitas umum.
2.4.2. Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah menggambarkan letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-
kegiatan budidaya dan lindung. Isi rencana pola ruang adalah deliniasi (batas-batas)
kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam
kawasan budidaya dan delinasi kawasan lindung. Substansi dari rencana pola ruang
meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya
(kawasan lindung dan kawasan budidaya).
2.4.2.1.2.4.2.1. RRENCANAENCANA P POLAOLA R RUANGUANG K KAWASANAWASAN L LINDUNGINDUNG
Rencana pola ruang kawasan lindung Kabupaten Timor Tengah Selatan
bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup,
meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan
ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan
berkelanjutan.
2.4.2.2.2.4.2.2. RRENCANAENCANA P POLAOLA R RUANGUANG K KAWASANAWASAN B BUDIDAYAUDIDAYA
Kawasan budidaya pada dasarnya merupakan kawasan diluar lindung yang
kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu
dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi maupun pemenuhan kebutuhan
ruang untuk permukiman. Oleh karena itu, dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Timor Tengah Selatan penetapan kawasan ini
lebih bersifat memberikan arahan bagi pengembangan berbagai kegiatan
budidaya sesuai dengan potensi sumberdaya (terutama lahan) yang ada dan
dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Berdasarkan Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang, kawasan budidaya diklasifikasikan
sebagai berikut :
Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara
optimal dan mendukung pembangunan berkelanjutan;
Memberikan arahan untuk menentukan prioritas pemanfaatan ruang
antara kegiatan budidaya yang berbeda;
Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis
kegiatan budidaya tertentu ke jenis lainnya.
Penetapan arahan pengembangan kawasan budidaya pada dasarnya
diarahan dalam rangka optimasi pemanfaatan sumber daya alam dan ruang
untuk mendukung pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Kriteria untuk
mendelineasikan kawasan budidaya secara umum bertitik tolak dari faktor
kesesuaian dan kemampuan lahan. Klasifikasi kawasan budidaya yang
berkaitan dengan fungsi utama pemanfaatan ruang untuk menampung
kegiatan penduduk. Kaitannya dengan kondisi eksisting sering terjadi
permasalahan tumpang tindih antara kawasan budidaya yang ditetapkan
dengan kegiatan budidaya lain. Secara umum masalah tumpang tindih ini
berkaitan dengan penggunaan lahan yang telah berlangsung lama,
proyek/kegiatan sektoral atau status penguasaan lahan. Untuk mengarahkan
pengembangan apakah kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih tersebut dapat
terus berlangsung atau tidak pada masa yang akan datang, maka perlu suatu
arahan pengendalian pemanfaatan ruang. Pengembangan kawasan budidaya
ini perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana pendukungnya agar kawasan
tersebut berkembang sesuai fungsinya, hal ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan sasaran tersebut di atas, maka kebijaksanaan pengembangan
kawasan budidaya akan menyangkut :
Pengembangan prasarana pendukung tiap kawasan budidaya;
Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang dapat
mengganggu fungsi lindung;
Penanganan permasalahan tumpang tindih antar kegiatan budidaya;
Pengembangan kegiatan utama serta pemanfaatan ruangnya secara
optimal pada tiap kawasan budidaya masing-masing;
2.5. Sosial Budaya
2.5.1. Sarana dan Prasarana
1. Pendidikan
Sejak diberlakukan otonomi daerah sebagian kewenangan dibidang pendidikan
dasar dan menengah juga diserahkan ke daerah khususnya ke pemerintah
kabupaten/kota, maka penanganan sebagian besar masalah pendidikan menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sebagai salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh penduduk usia sekolah
Keberadaan fasilitas pendidikan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dapat
dikatakan sudah cukup baik. Penduduk sudah mempunyai pemahaman yang kuat
mengenai tingkat pendidikan. hal ini bisa dilihat oleh banyaknya tersedia fasilitas
pendidikan yang menyebar rata di seluruh wilayah kecamatan.
Fasilitas Pendidikan yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan berjenjang dari
PAUD, TK sampai SMTA, yang masing-masing adalah TKK sebanyak 212 buah,
SD berjumlah 497 buah, MI berjumlah 5 buah, SDLB 1 buah, SMP 129 buah, M.Ts 2
buah, SMA umum 31 buah dan SMK kejuruan 20 sekolah, untuk lebih jelasnya
dapat pada Tabel II-10.
TABEL II.10
JUMLAH SEKOLAH BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Tahun 2010-2011
No Satuan Pendidikan Negeri Swasta Jumlah
1 TKK 8 204 212
2 SD 358 139 497
3 MI 2 3 5
4 SDLB 1 0 1
5 SMP 87 42 129
6 M.Ts 0 2 2
7 SMA 16 15 31
8 SMK 9 11 20
Jumlah 481 416 897
Sumber: Dinas PPO Kabupaten Timor Tengah Selatan
2. Kesehatan
Prioritas pembangunan kesehatan ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dasar, peningkatan pelayanan kesehatan ibu, anak, KB dan gizi,
peningkatan pemberantasan penyakit menular, dan peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat. Sarana Kesehatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri
atas 1 (satu) buah rumah sakit umum, 1 (satu) rumah sakit swasta, 8 (delapan) buah
klinik, 26 buah puskesmas, 63 buah puskesmas pembantu dan 26 (dua puluh
enam) puskesmas keliling. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel II-11 (sarana pelayanan
kesehatan pemerintah) dan tabel II-12 (sarana pelayanan kesehatan swasta).
Tabel II.11
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Tahun 2009
No Jenis Unit Pelayanan
Kesehatan
Jumlah
1 RSUD 1
2 Pukesmas Perawatan 8
3 Puskesmas Non Perawatan 18
4 Puskesmas keliling 26
5 Puskesmas Pembantu 63
6 Polindes 149
7 Poskesdes 12
8 Posyandu 712
9 GFK 1
Sumber : Bidang Pelayanan Medis & Pelayanan Kesehatan
TABEL II.12
SARANA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
TAHUN 2009
No Jenis Unit Pelayanan Kesehatan Jumlah
1 RSIA 1
2 Rumah/Klinik Bersalin 1
3 Balai pengobatan klinik 4
4 Praktek dokter perorangan 11
5 Apotek 3
6 Toko obat 3
Jumlah 23
Sumber : Bidang Pelayanan Medis & Pelayanan Kesehatan
2.5.2. Jumah KK Penduduk Miskin
Faktor kesehatan, pendidikan, perumahan, religius, konsumsi makanan, rekreasi dan olahraga merupakan bagian penting dalam menentukan tingkat kesejateraan keluarga. Penentuan lima kriteria dari pentahapan kesejateraan keluarga diukur dari pemenuhan semua kebutuhan diatas atau beberapa diantaranya. Di kabupaten TTS terdapat 5 tahap keluarga sejahtera yang terbagi menurut wilayah kecamatan. Untuk Keluarga sejatera I terbanyak di kecamatan Kualin 1,883 KK, Keluarga sejatera II terbanyak di kota So’e 3,034 KK, termasuk Keluarga sejatera III terbanyak 693 KK, dan Keluarga sejahtera III plus 60 KK, sedangkan kategori keluarga prasejatera terbanyak di kecamatan Amanuban Barat sebesar 3,428 KK dari 109,314 KK. Komposisi keluarga sejahtera beserta jumlahnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel II-13Jumlah Kepala Keluarga menurut tahapan Perkembangan Keluarga Sejahtera dan
KecamatanNo Pra Sehjatera KSI KSII KSIII KSIII Plus Jumlah
1 2 3 4 5 6
1 Mollo Utara 3.112 1.712 410 43 - 5.277
2 Fatumnasi 852 534 216 - - 1602
3 Tobu 1.691 609 84 11 - 2.395
4 Nunbena 758 550 10 - - 1318
5 Mollo Selatan 1.189 403 274 224 3 2.093
6 Pollen 2.333 933 236 23 - 3.525
7 Mollo Tengah 1.110 486 30 23 - 1.649
8 Mollo Barat 1.077 523 322 - - 1.922
9 Kota SoE 1.895 1.604 3.034 693 60 7.286
10 Amanuban Barat 3.428 1.046 514 41 - 5.029
11 Batu Putih 1.874 721 519 86 - 3.200
12 Kuatnana 3.023 526 122 5 - 3.676
13 Amanuban Selatan 4.395 1.161 241 6 - 5.803
14 Noebeba 2.206 531 100 8 - 2.845
15 Kuanfatu 3.196 1.410 67 60 - 4.733
16 Kualin 2.324 1.883 761 109 - 5.077
17 Amanuban Tengah 2.284 997 331 120 8 3.740
18 Oenino 2.153 589 5 - - 2.747
19 Kolbano 3.077 1.537 1.186 40 - 5.840
20 Amanuban Timur 3.759 282 265 68 - 4.374
21 Fautmolo 1.836 132 - - - 1.968
22 Fatukopa 1.229 71 1 - - 1.301
23 KiE 3.910 1.578 343 16 - 5.847
24 Kot’olin 2.011 746 144 17 - 2.918
No Pra Sehjatera KSI KSII KSIII KSIII Plus Jumlah
1 2 3 4 5 6
25 Amanatun Selatan 3.615 799 254 41 - 4.709
26 Boking 2.038 529 108 - - 2.675
27 Santian 1.314 405 66 13 - 1.798
28 Noebana 1.109 310 14 - - 1.433
29 Nunkolo 1.712 1.400 541 - - 3.653
30 Amanatun Utara 3.284 970 111 7 - 4.372
31 Toianas 2.139 1.263 51 - - 3.453
32 Kokbaun 496 428 59 73 - 1056 70.429 26.668 10419 1727 71 109.314
Sumber : BPS TTS dalam angka
2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah
Secara institusi dan organisasi pemerintahan Kabupaten Timor Tengah Selatan l terdiri atas 15
Dinas dan 16 Lembaga Teknis daerah. Dasar keberadaan dinas yang ada di Kabupaten Timor
Tengah Selatan adalah Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 12 Tahun
2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 20
Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah, dimana
didalam Peraturan Daerah ini dinas-dinas yang ada di lingkungan Kabupaten Timor Tengah
Selatan adalah:
a. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga;
b. Dinas Kesejahteraan Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
c. Dinas Kesehatan;
d. Dinas Koperasi, Perekonomian dan Perdagangan;
e. Dinas Pertanian dan Perkebunasn;
f. Dinas Peternakan;
g. Dinas Kelautan dan Perikanan;
h. Dinas Kehutanan;
i. Dinas Pekerjaan Umum;
j. Dinas Energi Sumber Daya Mineral;
k. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
l. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;
m. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan
n. Dinas Pendapatan Daerah dan
o. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Sedangkan berdasar pada Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 13 Tahun
2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 21
Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah maka
Lembaga Teknis Daerah yang ada di Kabupaten Gunungkidul terdiri dari:
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, selanjutnya dapat disebut Bappeda;
b. Badan Lingkungan Hidup daerah;
c. Badan Kepegawaian Daerah, selanjutnya dapat disebut BKD;
d. Inspektorat Daerah, selanjutnya dapat disebut Inspektorat;
e. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan desa (BPMPD);
f. Badan Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Keluarga sejahtera (BPP, KB
dan KS);
g. Badan Perpustakaan dan Kearsipan daerah;
h. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Persandian ;
i. RSUD SoE;
j. Satuan Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat;
k. Kantor Pelayanan dan Perijinan Terpadu (KP2T);
l. Badan Penanggulanmgan Bencana Daerah (BPBD);
m. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;
n. Sekretariat Daerah;
o. Sekretariat Dewan;
p. Sekretariat Korpri Kabupaten;
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Timor Tengah Selatan