Upload
gheaambarseta
View
62
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tahap Tumbuh Kembang Gigi
Pendahuluan
Gigi tumbuh dari dua tipe sel yaitu epitel oral dari organ enamel dan sel
mesenkim dari papila dental. Pada manusia terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi
permanen yang berkembang dari interaksi sel epitel rongga mulut dan sel bawah
mesenkim. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, namun dasar proses
pertumbuhannya sama pada semua gigi.1 Perkembangan dari gigi dimulai pada
minggu ke 5-6 intrauterin.2 Tahap awal dari perkembangan gigi adalah
berkembangnya lamina dental yang timbul dari epitelium oral. Lamina dental
berkembang menjadi selapis epitel oral didorong ke bawah mesenkim di
sekeliling batas dari maksila dan mandibular joint. Pada pinggir utama dari lamina
dental terdapat 20 area perluasan untuk pertumbuhan 20 gigi desidui. Tahap
perkembangan gigi geligi merupakan proses yang berkesinambungan namun
memiliki karakteristik yang dapat dibedakan melalui tahap-tahapnya yaitu tahap
bud, cap, dan bell. Masing-masing tahap menjelaskan bentuk dari organ epitel
enamel yang merupakan bagian dari perkembangan gigi.1
Tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi
Dasar proses pertumbuhan dan perkembangan baik pada gigi desidui maupun
pada gigi permanen adalah sama.1 Perkembangan gigi dapat dipelajari dengan
membaginya menjadi tahapan yang berbeda berdasarkan bentuk yang akan terjadi
selama perkembangan ataupun berdasarkan perubahan fisiologi yang terjadi.2
Berdasarkan perubahan bentuk yang terjadi, perkembangan gigi dibagi menjadi:2
1. Bud stage
2. Cap stage
3. Bell stage
4. Advanced bell stage
Berdasarkan perubahan fisiologi yang terjadi, perkembangan gigi dibagi menjadi:2
1. Inisiasi
2. Proliferasi
3. Morfodifferensiasi dan histodifferensiasi
4. Aposisi dan kalsifikasi
1. Tahap Inisiasi (bud stage)
Bukti dari adanya perkembangan gigi dapat diobservasi pada minggu
keenam embrionik. Sel-sel pada lapisan basal dari epitel oral akan berproliferasi
lebih cepat dari pada sel-sel sekitarnya. Hasil dari proliferasi ini adalah penebalan
dari epitel di bagian yang nantinya akan menjadi lengkung rahang yang meluas
sepanjang semua margin bebas dari rahang. Penebalan ini disebut primordium
dari bagian ektoderm gigi dan yang nantinya disebut lamina dental. Pada waktu
yang sama, sepuluh pembengkakan bulat atau ovoid terjadi di setiap rahang pada
posisi yang nantinya ditempati oleh gigi desidui.3 Invasi epitel pertama ke dalam
mesenkim dari rahang yang akan membentuk gigi dan menyerupai benih disebut
sebagai organ enamel (gambar 1).2
Gambar 1. Kondensasi dari ektomesenkim sehinggaterjadi pertumbuhan epitel yang berbentuk bud.
Sel-sel tertentu dari lapisan basal mulai berproliferasi pada waktu yang
lebih cepat dari sel di sekitarnya (gambar 2). Sel-sel yang berproliferasi ini
mengandung semua kemampuan pertumbuhan dari gigi. Waktu perkembangan
gigi berbeda pada gigi anterior dan posterior. Gigi anterior berkembang lebih
cepat daripada gigi posterior. Gigi molar permanen, seperti pada gigi desidui,
tumbuh dari lamina dental. Gigi insisivus, kaninus, dan premolar permanen
berkembang dari benih gigi desidui sebelumnya. Kehilangan kongenital dari gigi
adalah hasil dari kekurangan dalam inisiasi atau penghambatan dalam proliferasi
dari sel. Adanya gigi supernumary adalah hasil dari proses buding yang berlanjut
dari organ enamel.3
Gambar 2. Inisiasi (tahap bud)
2. Tahap Proliferasi (cap stage)
Proliferasi dari sel berlanjut selama tahap cap. Karena pertumbuhan yang
terus berlanjut, akan terjadi perubahan dalam hal ukuran dan proporsi dari benih
gigi yang sedang berkembang dimana akan menuju pada pembentukan organ
enamel yang berbentuk cap (gambar 3). Invaginasi yang dangkal terjadi pada
permukaan yang dalam dari benih.3 Pada tahap ini, organ enamel memiliki tiga
lapisan, enamel knot, dan enamel cord. Tiga lapisan itu adalah epitel enamel luar,
epitel enamel dalam, dan retikulum stelata. Sel periferal dari cap kemudian akan
membentuk epitel enamel dalam dan luar. Papila dental menunjukkan
perkembangan benih kapiler yang aktif.2
Gambar 3. Proliferasi (tahap cap)
Pada epitel enamel luar mengandung sel kuboid yang menutupi
konveksitas enamel. Pada epitel enamel dalam mengandung sel columnar yang
panjang. Retikulum stelata memiliki sel poligonal di tengah diantara epitel enamel
dalam dan luar. Retikulum ini cenderung memisahkan ketika cairan interseluler
dihasilkan sehingga membentuk retikulum yang bercabang. Lapisan ini bertindak
sebagai bantalan yang mendukung dan melindungi sel pembentuk enamel yang
lemah. Enamel knot merupakan kumpulan sel yang padat di bagian tengah dari
organ enamel. Enamel cord merupakan perpanjangan vertikal dari enamel knot
yang meluas ke epitel enamel luar.2
Seperti pada defisiensi yang terjadi di bagian inisiasi, defisiensi dari
proliferasi berakibat dalam kegagalan dari benih gigi untuk berkembang dan
kurang dari jumlah gigi yang normal. Proliferasi yang berlebihan dari sel dapat
menghasilkan sisa-sisa epitel. Sisa ini dapat inaktif ataupun menjadi aktif
dikarenakan hasil dari iritasi atau stimulus. Jika sel-sel menjadi terdifferensiasi
sebagian atau terpisah dari organ enamel pada tahap differensiasi sebagiannya,
diperkirakan bahwa fungsi sekretori menjadi umum terhadap semua sel epitel dan
akan berkembang sebuah kista. Jika sel-sel menjadi terdifferensiasi secara total
atau terlepas dari organ enamel, sel tersebut akan menghasilkan enamel dan dentin
dimana berdampak pada odontoma atau gigi supernumery. Derajat dari
differensiasi dari sel menentukan apakah sebuah kista, odontoma, atau gigi
supernumery yang akan berkembang.2
Tahap Histodifferensiasi dan Morfodifferensiasi (bell stage)
Pada tahap ini sel menjalani perubahan morfologi dan fungsional dan
mendapatkan potensi pertumbuhan aposisi. Fase ini mencapai perkembangan
tertinggi dalam tahap bell tepat sebelum mulainya pembentukan enamel dan
dentin.2 Epitel berlanjut berinvaginasi dan semakin dalam sampai organ enamel
terbentuk menjadi bentuk bel (gambar 4). Selama tahap ini terdapat proses
differensiasi dari sel papila dental menjadi odontoblas dan sel-sel dari epitel
enamel dalam menjadi ameloblast.3
Gambar 4. Histodifferensiasi dan morfodifferensiasi (tahap bell)
Pada tahap ini, organ enamel mengandung empat lapisan yaitu:2
- Epitel enamel dalam, terbentuk dari satu lapisan dari sel kolumnar
yang panjang yang disebut sebagai ameloblast
- Stratum intermedium, mengandung sel squamous. Lapisan ini penting
untuk pembentukan enamel bersama dengan epitel enamel dalam.
- Retikulum stelata, berbentuk bintang dan mensekresikan
glikosaminoglikan.
- Epitel enamel luar, bentuk sel pipih menjadi bentuk kuboidal (gambar
5).
Gambar 5. Lapisan dari organ enamel
Histodifferensiasi menandakan akhir dari tahap proliferasi karena sel-sel
kehilangan kemampuan untuk memperbanyak diri. Gangguan dalam differensiasi
dari sel-sel formatif dari benih gigi menyebabkan terjadinya struktur yang
abnormal dari dentin atau enamel. Satu contoh klinis dari kegagalan ameloblas
untuk berdifferensiasi dengan tepat adalah amelogenesis imperfekta. Kegagalan
dari odontoblas untuk berdifferensiasi dengan tepat, dengan hasil struktur dentin
menjadi abnormal, menyebabkan dentinogenesis imperfekta.3
Pada tahap morfodifferensiasi sel formatif tersusun untuk membentuk
bentuk dan ukuran dari gigi. Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks. Pola
morfologi dari gigi menjadi terbentuk ketika epitel enamel dalam disusun
sehingga batas antara epitel enamel dan odontoblas membentuk dentinoenamel
junction. Gangguan dan penyimpangan dalam morfodifferensiasi menyebabkan
bentuk dan ukuran yang abnormal dari gigi.3
Sel perifer dari papila dental berdifferensiasi menjadi odontoblast yang
akan membentuk dentin. Kantung gigi awalnya menunjukkan susunan sirkular
dari seratnya menyerupai struktur kapsul dan nantinya ketika perkembangan akar
berlanjut, akan berdifferensiasi menjadi serat periodontal. Pada tahap akhir dari
tahap bell, bagian servikal dari organ enamel memberikan perkembangan ke akar
epitel sheath of hertwig. Epitel enamel dalam dan luar akan bertemu pada pinggir
dari zona junctional organ enamel yang disebut sebagai loop servikal.2
3. Tahap Aposisi dan Kalsifikasi (advanced bell stage)
Pertumbuhan aposisional adalah hasil endapan dari sekresi ekstraselular
non vital dalam bentuk matriks jaringan. Matriks ini diendapkan oleh sel-sel
formatif, ameloblast, dan odontoblast, dimana tersusun bersama menjadi
dentinoenamel dan dentinosemental junction pada tahap morfodifferensiasi. Sel-
sel ini mengendapkan matriks enamel dan dentin berdasarkan pola tertentu dan
kecepatan tertentu. sel-sel formatif memulai fungsinya pada daerah spesifik yang
disebut sebagai pusat pertumbuhan segera setelah dentinoenamel junction
terbentuk (gambar 6).3
Gambar 6. Aposisi dan kalsifikasi
Adanya gangguan sistemik atau trauma lokal yang melukai ameloblast
selama pembentukan enamel menyebabkan gangguan atau penghambatan dalam
aposisi matriks, dimana menyebabkan enamel hipoplasia. Hipoplasia dari dentin
kurang umum terjadi dibandingkan dengan enamel hipoplasia dan hanya terjadi
setelah terjadi gangguan sistemik yang parah.3
Kalsifikasi (mineralisasi) terjadi setelah pengendapan matriks dan
melibatkan endapan dari garam kalsium inorganik yang ada dalam endapan
matriks. Proses ini dimulai dengan pengendapan dari sejumlah kecil nidus sampai
pengendapan lebih jauh terjadi. Nidus tersebut akan meningkat dalam ukuran oleh
pertambahan dari lamina konsentrik. Terdapat perkiraan yang seimbang dan
penyatuan dari calcospherit individual menjadi lapisan mineral dari matriks
jaringan yang homogen. Jika proses kalsifikasi terganggu menyebabkan
kekurangan dalam penyatuan dari calcospherit. Defisiensi ini belum teridentifikasi
di enamel namun di dentin hal ini telihat secara mikroskopis dan kemudian
disebut sebagai dentin interglobular.3
Pembentukan akar gigi
Dimulai setelah pembentukan enamel dan dentin telah mencapai
sementoenamel juction (gambar 7). Epitel enamel dalam dan luar bercampur
dalam sementoenamel junction ke dalam dataran horizontal untuk membentuk
sekat epitel. Akar epitel sheath of hertwig membentuk bentuk dari akar dan
menginisiasi pembentukan dentin radikular. Pada tahap akhir, foramen apikal
yang lebar menjadi sempit karena adanya aposisi dari dentin dan sementum ke
apeks dari akar. Perbedaan pertumbuhan dari sekat epitel pada gigi berakar
banyak menyebabkan pembagian dari akar menjadi dua atau tiga akar.2
Gambar 7. Pembentukan akar gigi
Waktu erupsi gigi
Proses erupsi gigi melibatkan pergerakkan atau perubahan posisi dari
bagian yang lebih dalam dari rahang ke oral cavity sampai gigi mencapai kontak
oklusal dengan gigi tetangga dan antagonisnya.2
Kraus dan Jordan menemukan bahwa indikasi makroskopis pertama dari
perkembangan morfologi terjadi pada waktu kira-kira 11 minggu utero. Mahkota
gigi incisivus sentral maksila dan mandibula terlihat sama pada tahap ini yaitu
struktur yang kecil, hemisperik, seperti gundukan.3
Gigi incisivus lateral mulai berkembang membentuk morfologinya antara
13 dan 14 minggu sedangkan kaninus antara 14 dan 16 minggu. Kalsifikasi dari
gigi incisivus sentral mulai sekitar 14 minggu utero, dengan gigi incisivus sentral
maksila mendahului mandibula. Kalsifikasi inisial dari gigi incisivus lateral terjadi
pada minggu ke 16 dan gigi kaninus pada minggu ke 17.3
Molar satu desidui maksila terlihat secara makroskopis pada minggu ke
12½ utero. Kraus dan jordan mengobservasi bahwa pada minggu ke 15½ apeks
dari cusp mesiobukal dapat berada dalam kalsifikasi yang sedang berlanjut. Pada
kira-kira minggu ke 34 semua permukaan oklusal dilapisi oleh jaringan
kalsifikasi. Pada saat kelahiran, kalsifikasi termasuk kira-kira ¾ dari tinggi
gingivooklusal dari mahkota.3
Molar kedua maksila desidui juga terlihat secara makroskopis pada kira-
kira minggu ke 12½ utero. Terdapat bukti dari kalsifikasi dari cusp mesiobukal
pada awal minggu ke 19. Pada saat kelahiran, kalsifikasi meluas secara
oklusogingiva untuk membentuk kira-kira ¼ dari tinggi mahkota.3
Molar pertama mandibula desidui secara inisial menjadi jelas secara
makroskopis pada minggu ke 12 utero. Kalsifikasi dapat terlihat pada awal
minggu ke 15½ pada apeks dari cusp mesiobukal. Pada saat kelahiran, cap yang
telah terkalsifikasi sempurna menutupi permukaan oklusal.3
Molar kedua mandibula desidui juga menjadi jelas secara makroskopis
pada minggu ke 12½ utero. Menurut Kraus dan Jordan, kalsifikasi dapat mulai
pada mingu ke 18. Pada saat kelahiran, lima pusat menyatu dan hanya daerah
kecil dari jaringan yang tidak terkalsifikasi yang bertahan di bagian tengah dari
permukaan oklusal. Cusp berbentuk kerucut tajam, ridge angular, dan permukaan
oklusal yang halus, semua ini mengindikasikan bahwa kalsifikasi dari daerah ini
adalah tidak sempurna pada saat kelahiran. Oleh karena itu terdapat urutan
kalsifikasi dari gigi incisivus sentral, molar pertama, incisivus lateral, kaninus dan
molar kedua.3
Kerja dari Kraus dan Jordan mengindikasikan bahwa molar kedua desidui
yang berdekatan dengan gigi molar pertama permanen mengalami pola
morfodifferensiasi yang serupa namun pada waktu yang berbeda dan
perkembangan inisial dari molar pertama permanen terjadi beberapa waktu
setelahnya. Penelitian mereka juga menunjukkan bahwa gigi molar pertama
permanen tidak terkalsifikasi sebelum umur 28 minggu, setelah itu baru
kalsifikasi terjadi.3
Tabel erupsi gigi
Bentuk morfologi gigi
Insisivus sentral maksila
Lebar mesiodistal dari mahkota dari insisivus sentral maksila desidui lebih
besar daripada panjang servikoinsisal. Garis perkembangan biasanya tidak jelas di
bagian mahkota sehingga permukaan labial lebih halus. Tepi insisal hampir lurus
bahkan sebelum abrasi terjadi. Terdapat ridge marginal yang berkembang dengan
baik pada permukaan lingual dan perkembangan singulum yang jelas. Akar dari
insisivus berbentuk cone dengan tepi yang taper.3
Insisivus lateral maksila
Outline dari insisivus lateral maksila desidui serupa dengan gigi insisivus
sentral maksila, tetapi mahkotanya lebih kecil dalam semua dimensi. Panjang dari
mahkota dari servikal ke tepi insisal lebih besar daripada lebar mesiodistal.
Outline dari akar serupa dengan pada gigi insisivus sentral maksila tetapi lebih
panjang dalam proporsi terhadap mahkota.3
Kaninus maksila
Mahkota dari kaninus maksila desidui lebih konstriksi pada bagian
servikal daripada insisivus dan insisal dan permukaan distal lebih konveks.
Terdapat cusp tajam yang berkembang dengan baik daripada tepi insisal yang
lurus. Kaninus memiliki akar yang panjang, ramping, taper yang dua kali lebih
panjang dari panjang mahkota. Akarnya biasanya berinklinasi lebih ke distal,
apikal ke sepertiga tengah.3
Insisivus sentral mandibula
Insisivus sentral mandibula desidui lebih kecil daripada sentral maksila
tetapi pengukuran labiolingual biasanya hanya kurang dari 1 mm. Aspek labial
memiliki permukaan yang pipih tanpa danya groove developmental. Permukaan
lingual memiliki ridge marginal dan singulum. Sepertiga tengah dan sepertiga
insisal dari permukaan lingual bisa memiliki level permukaan yang pipih dengan
ridge marginal atau bisa sedikit konkaf. Tepi insisal lurus dan membagi mahkota
secara labiolingual. Akarnya kira-kira dua kali panjang dari mahkota.3
Insisivus lateral mandibula
Outline dari insisivus lateral mandibula desidui serupa dengan insisivus
sentral tetapi lebih lebar dalam semua dimensi kecuali labiolingual. Permukaan
lingual bisa memiliki kecembungan yang lebih besar diantara ridge marginal. Tepi
insisal melandai ke arah aspek distal dari gigi.3
Kaninus mandibula
Bentuk dari kaninus mandibula desidui serupa dengan kaninus maksila
dengan beberapa pengecualian. Mahkotanya sedikit lebih pendek dan akarnya
lebih pendek kira-kira 2 mm daripada kaninus maksila. Kaninus mandibula tidak
sebesar kaninus maksila dalam hal labiolingual.3
Molar pertama maksila
Dimensi paling besar dari mahkota dari molar pertama maksila desidui
adalah pada kontak area mesiodistal, dan dari area ini mahkota konvergen ke arah
bagian servikal.3
Cusp mesiolingual paling besar dan paling tajam. Cusp distolingual kecil
dan bulat. Permukaan bukal halus, dengan sedikit adanya groove developmental.
Ketiga akarnya panjang, ramping, dan tersebar luas.3
Molar kedua maksila
Terdapat kemiripan antara molar kedua maksila desidui dan molar pertama
maksila permanen. Terdapat dua cusp bukal yang berkembang dengan baik
dengan adanya groove developmental diantaranya. Mahkota dari molar kedua
lebih besar daripada molar pertama.3
Bifurkasi diantara akar bukal dekat dengan bagian servikal. Akarnya lebih
panjang dan lebih berat daripada molar pertama desidui, dan akar lingual lebih
besar dan tebal dibandingkan dengan akar yang lain.3
Permukaan lingual memiliki tiga cusp: cusp mesiolingual yang besar dan
berkembang dengan baik, cusp distolingual, dan cusp ketiga tambahan yang lebih
kecil (cusp carabelli). Groove yang terbentuk dengan baik memisahkan cusp
mesiolingual dengan distolingual. Pada permukaan oklusal terdapat ridge oblik
yang jelas yang menghubungkan cusp mesiolingual dengan cusp distobukal.3
Molar pertama mandibula
Tidak seperti pada gigi desidui lainnya, gigi molar pertama desidui tidak
menyerupai gigi permanen manapun. Outline mesial dari gigi ini jika dilihat dari
aspek bukal, hampir lurus dari area kontak ke bagian servikal. Daerah distal dari
gigi lebih pendek daripada daerah mesial. Pada dua cusp bukal tidak terlihat
adanya groove developmental diantaranya.3
Pada aspek mesial terdapat konvergen lingual yang jelas di mahkota
dengan adanya bentuk rhomboid pada aspek distal. Cusp mesiolingual panjang
dan mempunyai ujung yang tajam. Groove developmental memisahkan cusp ini
dari cusp distolingual yang berbentuk bulat dan berkembang dengan baik. Ridge
marginal bagian mesial berkembang dengan baik yang meluas menjadi cusp kecil
lainnya di daerah lingual. Dari pandangan mesial, terdapat adanya kurvatura yang
lebih ke bukal pada sepertiga servikal. Panjang dari mahkota lebih besar di daerah
mesiobukal daripada daerah mesiolingual sehingga garis servikal mengarah dari
permukaan bukal ke permukaan lingual.3
Akar bagian mesial tidak menyerupai akar gigi desidui manapun. Ujung
dari akar berbentuk pipih dan hampir meyerupai bentuk persegi.3
Molar kedua mandibula
Molar kedua mandibula menyerupai molar pertama permanen mandibula
kecuali pada gigi desidui yang lebih kecil ukurnanya pada semua dimensi.
Permukaan bukal dibagi menjadi tiga cusp yang dipisahkan oleh groove
developmental mesiobukal dan distobukal dengan ukuran cusp yang sama. Dua
cusp dengan ukuran yang sama juga terlihat pada permukaan lingual dan dibagi
oleh groove lingual yang pendek.3
Pada pandangan oklusal, gigi molar kedua desidui terlihat berbentuk
persegi dengan sedikit konvergen di daerah distal dari mahkota. Ridge marginal
bagian mesial berkembang lebih luas daripada bagian distal.3
Satu perbedaan antara mahkota dari molar desidui dengan molar pertama
permanen adalah pada cusp distobukal; cusp distal dari molar permanen lebih
kecil dari dua cusp bukal lainnya. Akar dari molar kedua desidui berbentuk
panjang dan ramping.3
Ash dan Nelson memaparkan perbedaan bentuk antara gigi desidui dan
gigi permanen yaitu:3
- Ukuran mesio distal mahkota gigi desidui lebih lebar dari panjang
mahkota dibandingkan dengan gigi permanen
- Akar gigi anterior desidui lebih sempit dan panjang dibandingkan
dengan lebar dan panjang mahkota
- Akar molar desidui biasanya lebih panjang dan ramping dibandingkan
dengan akar dari gigi permanen. Terdapat pelebaran dalam arah mesio
distal pada akar gigi desidui sehingga memungkinkan adanya ruang
yang lebih di antara akar gigi untuk perkembangan dari mahkota gigi
premolar
- Ridge servikal dari enamel pada sepertiga servikal mahkota gigi
anterior desidui lebih jelas secara labial dan lingual dibandingkan
dengan gigi permanen
- Mahkota dan akar gigi desidui lebih ramping dalam arah mesiodistal
pada sepertiga servikal dibandingkan pada gigi permanen
- Ridge servikal dalam aspek bukal pada gigi molar desidui lebih jelas
terutama pada gigi molar pertama maksila dan mandibula
dibandingkan pada gigi permanen
- Permukaan bukal dan lingual gigi molar desidui diatas kurvatura
servikal lebih rata dibandingkan pada gigi molar permanen sehingga
permukaan oklusalnya lebih sempit dibandingkan dengan gigi
permanen
- Gigi desidui biasanya memiliki warna yang lebih terang dibandingkan
dengan gigi permanen.
Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi
Anomali pertumbuhan dan perkembangan biasanya terjadi pada gigi
permanen namun bisa juga terjadi pada gigi desidui. Anomali pada gigi menjadi
hal yang diperhatikan oleh pasien dan dokter gigi dalam hal estetis jika terjadi
pada gigi depan dan hal fungsi pengunyahan jika terjadi pada gigi posterior.4
Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi dapat dibagi menjadi:5
1. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan jumlah
2. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan ukuran
3. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan bentuk
4. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan struktur
5. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan warna
6. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan waktu erupsi
Contoh kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan jumlah
yaitu supernumary teeth (jumlah gigi melebihi gigi yang normal) dimana yang
termasuk di dalamnya adalah mesiodens, laterodens, paramolar, dan distomolar ;
anodontia (tidak adanya benih gigi) ; dan hipodonsia (tidak tumbuhnya satu atau
beberapa gigi) dimana gigi yang biasanya terlibat adalah insisivus lateral maksila,
premolar mandibula, dan molar ketiga. Kelainan di sini terjadi karena terjadinya
gangguan pada tahap inisiasi.5
Contoh kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan ukuran
yaitu makrodonsia (ukuran gigi lebih besar dari normal) dimana gigi yang
biasanya terlibat adalah insisivus sentralis maksila, kaninus, insisivus lateral, dan
molar ketiga ; mikrodonsia (ukuran gigi lebih kecil dari normal) dimana gigi yang
biasanya terlibat adalah insisivus lateral maksila (biasa disebut peg shaped) dan
molar ketiga. Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan pada tahap proliferasi.5
Contoh kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan bentuk
yaitu geminasi (keadaan dimana satu gigi muncul sebagai dua gigi yang
bergabung) merupakan hasil dari pembelahan sebagian dari organ enamel dimana
jumlah dari gigi tetap normal dan biasanya terjadi pada gigi anterior ; dan fusi
(keadaan dimana dua gigi tergabung menjadi satu gigi) dimana bisa menyatu di
mahkota, akar, ataupun seluruh gigi. Gigi yang biasa terlibat adalah gigi insisivus.
Jumlah dari gigi biasanya berkurang kecuali jika gigi yang menyatu merupakan
gigi supernumary. Kelainan ini terjadi juga karena gangguan pada tahap
morfodifferensiasi dan histodifferensiasi (tahap bell).5
Contoh Kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan struktur
yaitu enamel hipoplasia, amelogenesis imperfecta, dentinogenesis imperfecta.
Kelainan ini terjadi karena gangguan pada tahap aposisi dan kalsifikasi.5
Kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan warna bisa
disebabkan pigmentasi eksogen maupun endogen. Pigmentasi eksogen yaitu
karena makanan, kopi, teh, rokok, ataupun penggunaan klorheksidin yang
berlebihan. Pigmentasi endogen seperti fluorosis (diskolorasi kekuningan atau
kecoklatan) dan tetrasiklin (diskolorasi dari kuning menjadi abu-abu atau coklat).
Gigi desidui menjadi diskolorasi jika tetrasiklin dikonsumsi pada saat kehamilan
sedangkan pada gigi permanen terjadi jika dikonsumsi pada masa pertumbuhan.5
Contoh kelainan pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan waktu
erupsi yaitu erupsi yang terlalu cepat (natal teeth), erupsi yang tertunda, dan
teething. Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan pada saat erupsi.5
Pada tabel 1 di bawah ini terdapat beberapa kelainan yang teradi pada saat
pertumbuhan dan perkembangan gigi6
Gangguan Tahap dan deskripsi Faktor etiologi Ramifikasi klinis
Anodontia Tahap inisiasi –
kehilangan satu atau
beberapa gigi
Herediter, disfungsi
endokrin, penyakit
sistemik, terpapar
radiasi yang
berlebihan
Dapat menyebabkan
gangguan pada oklusi dan
masalah estetis. Dapat
membutuhkan gigi tiruan
penuh atau sebagian dan
atau implan untuk
menggantikan gigi
Gigi supernumerari Tahap inisiasi –
perkembangan dari
satu atau lebih gigi
berlebih
herediter Terjadi umumnya
diantara sentral maksila,
distal atau molar ketiga,
dan bagian premolar.
Dapat menyebabkan
crowded, kegagalan
dalam erupsi normal,
gangguan oklusi.
Makrodonsia/
mikrodonsia
Bud stage – ukuran
gigi yang abnormal
(besar/kecil)
Hereditar dalam
bentuk yang
terlokalisir. Fungsi
endokrin bagus
Umumnya terjadi pada
insisivus lateral maksila
permanen dan molar
ketiga
Dens in dente Cap stage – organ
enamel invaginasi ke
dalam papila dental
Herediter Umumnya terjadi pada
insisivus lateral maksila
permanen. Dapat
memiliki pit lingual yang
dalam dan memerlukan
perawatan endodonti
Geminasi Cap stage – satu
benih membelah
menjadi dua
Herediter Gigi berakar satu yang
besar dengan satu pulpa
dan mengalami twinning
di mahkota. Dapat
menyebabkan masalah
penampilan dan ruang.
Fusi Cap stage –
gabungan dari dua
benih gigi yang
berdekatan
Tekanan dalam satu
area
Tampak seperti satu gigi
yang besar yang memiliki
dua pulpa. Terdapat
jumlah gigi yang kurang
yang menyebabkan
masalah penampilan dan
ruang.
Hipoplasia enamel Tahap aposisi dan
maturasi –
perkembangan yang
salah dari enamel
dari gangguan yang
melibatkan
ameloblast
Lokal, sistemik,
herediter
Dapat menyebabkan
perubahan warna intrinsik
pada enamel dan pitting.
Kemungkinan terjadi
perubahan ketebalan
enamel. Dapat
menyebabkan masalah
fungsional dan estetis.
Pembahasan
Anomali gigi adalah salah satu jenis anomali yang terjadi pada struktur
tubuh yang merupakan hasil dari gangguan yang terjadi selama pembentukan gigi.
Anomali gigi dapat kongenital, perkembangan, ataupun yang didapat (acquired)
dan terdiri dari beberapa perubahan dalam jumlah gigi, ukuran gigi, bentuk gigi,
struktur gigi, warna gigi, dan erupsi gigi. Anomali kongenital biasanya merupakan
turunan genetik. Anomali yang didapat adalah perubahan pada gigi selama
pembentukan normal. Anomali perkembangan adalah yang terjadi selama
perkembangan gigi. Anomali ini dapat terjadi sebelum maupun sesudah kelahiran
baik pada gigi desidui maupun permanen.7
Anomali pada gigi jika dibandingkan dengan kelainan oral umum lainnya
(karies dan penyakit periodontal) memiliki frekuensi yang lebih kecil namun
penanganannya lebih rumit.7 Walaupun asimptomatis, anomali tersebut dapat
menyebabkan masalah klinis seperti erupsi gigi yang tertunda ataupun tidak
sempurna, atrisi, gangguan menyusui, masalah estetis, gangguan oklusal, fraktur
cusp, adanya gangguan pada ruang di lidah menyebabkan kesulitan pada
pengucapan dan pengunyahan, sakit dan disfungsi TMJ, maloklusi, masalah
periodontal karena tekanan oklusal berlebihan, dan insiden karies yang
bertambah.8 Deteksi awal dari anomali gigi ini sangatlah penting karena dapat
menyebabkan banyak gangguan dan diagnosa yang awal dapat mencegah
terjadinya komplikasi tersebut.7
Banyak studi epidemiologi yang dilakukan pada populasi yang berbeda
untuk mengsurvei prevalensi terjadinya anomali gigi ini namun hasilnya
bertentangan. Perbedaan dalam hasil tersebut dapat dihubungkan dengan ras dan
variasi regional, tehnik sampling yang berbeda, dan kriteria diagnostik yang
berbeda.7
Pada penelitian yang dilakukan di Iran pada 1224 orang, 32,4% (396
orang) diantaranya memiliki setidaknya satu kelainan perkembangan dan 23,3%
(285 orang) memiliki setidaknya satu anomali gigi acquired. Prevalensi dari gigi
supernumerari adalah sebesar 1,1% dimana laki-laki lebih banyak daripada
wanita, untuk gigi mikrodonsia sebesar 3,8%.7 Pada penelitian lain yang
dilakukan pada 500 orang anak di India, prevalensi dari gigi peg lateral sebanyak
0,4%, untuk gigi supernumerari sebanyak 0,6%, dan untuk enamel hipoplasia
sebanyak 18,8%.8
Kesimpulan
Perkembangan gigi sudah dimulai sejak minggu ke 5-6 intrauterin.
Terdapat empat tahapan pertumbuhan dan perkembangan gigi yaitu tahap inisiasi
(bud stage), tahap proliferasi (cap stage), tahap morfodifferensiasi dan
histodifferensiasi (bell stage), dan tahap aposisi dan kalsifikasi (advanced bell
stage). Adanya gangguan yang terjadi pada saat pertumbuhan dan perkembangan
gigi dapat menyebabkan kelainan dalam hal jumlah, ukuran, bentuk, struktur,
warna, dan waktu erupsi. Walaupun asimptomatis, anomali tersebut dapat
menyebabkan masalah klinis seperti erupsi gigi yang tertunda ataupun tidak
sempurna, atrisi, gangguan menyusui, masalah estetis, gangguan oklusal, fraktur
cusp, adanya gangguan pada ruang di lidah menyebabkan kesulitan pada
pengucapan dan pengunyahan, sakit dan disfungsi TMJ, maloklusi, masalah
periodontal karena tekanan oklusal berlebihan, dan insiden karies yang bertambah.
Oleh karena itu, deteksi dan diagnosa awal dari anomali diperlukan untuk
mencegah masalah-masalah tersebut.
Daftar Pustaka
1. Nasution MI. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan:USU
press, 2008.
2. Rao A. Principles and practice of pedodontics. Second edition. New Delhi:
jaypee, 2008: 58-60.
3. Mcdonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent.
Eight edition. Amerika: Mosby inc, 2004: 52-56.
4. Basappa S, Lingaraju N, Maleshi SN, Kumarswamy. Developmental
disturbances of teeth with respect to shape: A review. International journal
of dental update 2011:1:73-79.
5. Azim AA. Developmental disturbance of hard dental tissues. <http://dr-
adel.com/pdf/Dev%20Dist%20Tooth-Net.pdf> (25 Mei 2013)
6. Fehrenbach MJ. Review of tooth development and associated
developmental disturbances. The journal of practice hygiene 2000:12-14.
7. Nemati S, dalili Z, Dolatabadi N, javadzadeh AS, Mohtavipoor ST.
Prevalence of developmental and acquired dental anomalies on digital
panoramic radiography in patients attending the dental faculty of rasht
iran. Journal of dentomaxillofacial radiology, pathology, and surgery
2012-2013:1:24-32.
8. Nayak P, Nayak S. Prevalence and distribution of dental anomalies in 500
indian school children. Bangladesh journal of medical science 2011:10:41-
44.