Upload
sadhiragita
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Spirometri Sebagai Metode Pemeriksaan Fungsi Sistem Respirasi
Wayan Sadhira Gita Krisnayanti
102014009
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
E-mail: [email protected]
Abstract
The main function of breathing is to provide oxygen for the survival of the cells metabolic
processes of the body and remove carbon dioxide from the results tersebut.Mekansime
respiratory metabolism involves many other organ systems , especially the circulatory and
nervous systems . Biochemical , respiratory mechanism supported by many factors and
composed of numerous chemical reactions mutually balance one another . One way to measure
the ability of human lung respiration is to carry out the examination spirometry , which uses a
tool called spirometer.Spirometer is a device for measuring the volume of air inhaled and stored
briefly in the lungs . It is a precision differential pressure transducer for the measurement of flow
rate of breathing .
Abstrak
Fungsi utama pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen untuk kelangsungan proses
metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida hasil dari metabolisme
tersebut.Mekansime pernapasan melibatkan banyak sistem organ lainnya, terutama sistem
sirkulasi dan saraf. Secara biokimiawi, mekanisme pernapasan didukung oleh banyak faktor-
faktor dan terdiri dari banyak sekali reaksi-reaksi kimia yang saling menyeimbangkan satu sama
lain. Salah satu cara untuk mengukur kemampuan pernapasan paru-paru manusia adalah dengan
melaksanakan pemeriksaan spirometri, yang menggunakan alat yang disebut
spirometer.Spirometer adalah suatu piranti untuk mengukur volume udara yang dihirup dan
ditampung sejenak dalam paru-paru. Ini merupakan suatu ketepatan tekanan diferensial
transducer untuk pengukuran laju alir pernapasan.
Gambar no. 1 Cavum Nasi2
Pendahuluan
Salah satu aspek yang sering diperiksa ketika saat menerima kenaikan pangkat adalah
mekanisme pernapasan seseorang. Pernapasan merupakan satu proses pertukaran gas-gas
respirasi yaitu oksigen dan karbondioksida. Fungsi utama pernapasan adalah untuk menyediakan
oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida
hasil dari metabolisme tersebut. Sistem pernapasan meliputi saluran pernapasan yang berfungsi
dalam konduksi udara bermula di rongga hidung, pharinx, larynx, sehingga paru, organ
pertukaran gas dan sistem sirkulasi darah yang membawa oksigen ke jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida ke alveolus. Proses bernafas terjadi akibat dari inspirasi dan ekspirasi,
yang diakibatkan oleh kontraksi otot-otot interkostal dan diafragma. Setelah oksigen disalurkan
ke par, akan berlakulah proses difusi dan transportasi gas tersebut ke kapiler darah dan
seterusnya ke jaringan dalam tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume dan
kapasitas paru setiap individu akan berbeda dengan individu yang lain, dan hal ini dapat
ditentukan melalui pengukuran kapasitas paru dengan menggunakan spirometri.
Sistem respirasi
Organ sistem respirasi berawal pada cavum nasi (rongga hidung), dimana pada sisi
luarnya terdapat hidung.Hidung berbentuk seperti piramid dan tersusun atas tulang dan tulang
rawan.Pada bagian superior hidung dibentuk oleh tulang-tulang, yaitu os nasale, processus
frontalis os maxillaris, dan pars nasalis os frontalis. Sedangkan pada bagian inferior hidung
dibentuk oleh tulang-tulang rawan hialin, yaitu cartilago nasalis superior, cartilago nasalis
inferior, dan cartilago septi nasi.Hidung memiliki
bagian apex (puncak) yang bergantung bebas dan
bagian radiks (akar) yang berhubungan dengan os
frontalis. Pada bagian inferior terdapat dua nares nasi
(lubang hidung), yang dibatasi oleh ala nasi (cuping
hidung) pada bagian lateral dan septi nasi pada bagian
medial.1
Cavum nasi (lihat gambar no. 1)terbentang dari nares nasi pada bagian anterior dan
choana pada bagian posterior.Nares nasi terletak pada bagian tengah dan membagi cavum nasi
secara midsagittal menjadi dua bagian. Pada bagian superior cavum nasi berbatasan dengan
corpus sphenoidalis, lamina cribosa os ethmoidalis, os frontalis, os nasalis, dan cartilagines
nasale superior et inferior.Pada bagian inferior cavum nasi dibatasi oleh processus palatinus os
maxillaris dan palatum durum. Pada bagian lateral cavum nasi terdapat tiga buah tonjolan yang
disebut concha nasalis superior, medius, et inferior. Di bagian bawah masing-masing concha
terdapat struktur yang disebut meatus. Pada bagian medial, cavum nasi dibatasi oleh septi nasi.1
Cavum nasi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu vestibulum nasi,
regio respiratorius cavum nasi, dan regio olfaktorius cavum nasi.Vestibulum nasi adalah rongga
yang meluas pada cavum nasi dan terletak tepat pada bagian dalam dari nares nasi.Regio
respiratorius dan olfaktoriusmemiliki fungsi sesuai dengan namanya, regio respiratorius
merupakan bagian terbesar dari cavum nasi, yaitu sekitar dua per tiga inferior yang dilapisi oleh
lapisan mukosa respirasi. Sedangkan regio olfaktorius menempati satu per tiga superior dari
cavum nasi,yang dilapisi oleh lapisan mukosa olfaktori.3
Vestibulum nasi adalah bagian dari cavum nasi yang berhubungan langsung dengan
lingkungan luar.Bagian ini dilapisi oleh sel epitel gepeng bertingkat yang merupakan
perpanjangan dari kulit wajah.Ditemukan cukup banyak rambut-rambut halus atau vibrissae ada
lapisan ini yang berfungsi untuk menangkap benda-benda asing berukuran besar agar tidak
masuk ke saluran pernapasan.Pada lapisan ini juga terdapat glandula sebasea yang sekretnya
berfungsi untuk membantu kerja vibrissae dalam menangkap benda-benda asing. Pada bagian
posterior dari vestibulum nasi, sel epitel gepeng bertingkat berangsur-angsur menipis dan
berubah menjadi sel epitel bertingkat semu pada regio respiratorius.3
Regio respiratorius cavum nasi dilapisi oleh mukosa respirasi yang tersusun dari sel epitel
silindris bertingkat semu bersilia pada permukaannya, dan lamina propria yang ada di lapisan
bawahnya yang berikatan dengan tulang atau tulang rawan. Sel epitel silindris bertingkat semu
bersilia terbentuk dari lima jenis sel, yaitu sel silia, sel goblet, sel sikat, sel granula kecil (sel
Kulchitsky), dan sel basal.Concha yang terdapat pada bagian ini berfungsi untuk menambah luas
permukaan sehingga fungsi untuk menghangatkan dan menyaring udara yang dihirup lebih
efektif.Lapisan mukosa dari regio respiratorius cavum nasi berfungsi untuk menghangatkan,
Gambar no. 2 Regio Olfaktorius Cavum Nasi3
Gambar no. 3 Faring dan Laring3
melembapkan, dan menyaring udara yang dihirup, untuk itu terdapat banyak pembuluh yang
dialiri darah.Pada reaksi alergi atau infeksi virus seperti yang terjadi pada flu biasa, pembuluh-
pembuluh ini dapat membesar dan bocor, sehingga menyebabkan lamina propria membesar
karena cairan. Peristiwa ini menyebabkan lapisan
mukosa membengkak dan menghambat aliran udara
dan menyebabkan kesulitan bernapas.3
Regio olfaktorius (lihat gambar no. 2) terletak
pada puncak dari cavum nasi dan berlanjut ke
dinding lateral dan medial cavum nasi.Bagian ini
dilapisi oleh mukosa olfaktori yang berwarna coklat
kekuningan karena pigmen yang ada pada sel epitel
olfaktori dan glandula olfaktorius. Pada manusia luas
permukaan lapisan mukosa olfakori adalah sekitar
10cm2, namun pada binatang yang memiliki penciuman yang tajam luas permukaan tersebut jauh
lebih besar, yaitu sekitar 150 cm2 pada anjing.Lamina propria mukosa olfaktori diikat secara
langsung pada periosteum tulang yang ada di bawahnyaoleh jaringan ikat yang mengandung
banyak pembuluh darah dan limfe, saraf olfaktori tidak bermielin, saraf bermielin, dan glandula
olfaktorius. Sel epitel olfaktori merupakan sel epitel yang bertingkat semu, yang tersusun atas
sel reseptor olfaktori, sel penyokong/sustentakuler, sel basal, dan sel sikat.3
Dari cavum nasi, organ sistem
respirasi berlanjut ke faring dan laring
(lihat gambar no. 3).Faring berada tepat
di belakang cavum nasi, cavum ori, dan
laring.Faring terletak pada bagian bawah
dari tengkorak dan bersambung ke
kerongkongan pada bagian
bawahnya.Faring terdiri dari tiga bagian
yang dinamai berdasarkan struktur yang
ada di bagian anteriornya, yaitu
Gambar no. 4Tulang-Tulang Rawan Laring4
Gambar no. 5Trachea3
nasofaring, orofaring, dan laringofaring.Nasofaring berada tepat pada bagian posterior dari
cavum nasi, orofaring berada pada bagian posterior dari cavum ori, dan laringofaring berada
pada bagian posterior dari laring. Pada laringofaring terdapat dua pintu, satu menuju
kerongkongan dan satu lagi menuju laring yang disebut aditus laryngis.1
Faring menghubungkan cavum nasi dan ori ke laring
dan kerongkongan.Faring dilewati oleh udara pernapasan dan
makanan, serta berfungsi sebagai media resonansi suara.Pada
nasofaring terdapat sambungan dari telinga tengah yang
disebut tuba eustachii.Pada faring juga terdapat tonsilla
pharyngea yang merupakan tempat berkumpulnya noduli
lymphatici.3Melewati aditus laryngis, udara pernapasan masuk
ke laring yang merupakan bagian yang terbentuk dari tulang
rawan. Tulang-tulang rawan yang terdapat bada bagian ini
antara lain cartilago thyroidea, cartilago circoidea, cartilago
arytenoidea, cartilago corniculatum, cartilago cuneiforme, dan
cartilago epiglotica (lihat gambar no. 4).Selain itu, laring juga
berfungsi untuk menghasilkan suara melalui dua buah tonjolan
mukosalaring ke arah lumen laring yang disebut plica vocalis
dan plica ventricularis. Permukaan kedua bangunan ini dilapisi oleh epitel gepeng bertingkat
yang berfungsi sebagai pelindung terhadap abrasi karena pergerakan udara yang terus menerus.1,3
Laring akan berlanjut menuju trachea, yaitu suatu bangunan seperti pipa dengan diameter
sekitar 2,5 cm dan panjang sekitar 13 cm. Trachea tersusun dari dinding fibroelastis yang
memiliki jaringan tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C. Trachea memanjang dari tepi
bawah laring hingga sekitar angulus sterni dan bercabang
menjadi bronchus. Percabangan ini disebut carina.1
Dinding trachea memiliki empat lapisan (lihat
gambar no. 5), yaitu lapisan mukosa, lapisan submucosa,
lapisan tulang rawan, dan lapisan adventisia/serosa.Lapisan
adventisia mengikat trachea ke bangunan-bangunan di
sekitarnya. Lapisan mukosa trachea tersusun atas beberapa jenis sel, antara lain sel silia, sel
mukosa, sel sikat, sel granula kecil (sel Kulchitsky), dan sel basal.3
Dari carina hingga seterusnya, akan terjadi banyak percabangan. Trachea bercabang
menjadi bronchus principalis dextra dan bronchus principalis sinistra pada carina, kemudian
masing-masing bronchus akan bercabang menjadi bronchus sekunder/lobaris dan
tersier/segmental dan akan menjadi bronchiolus. Bronchiolus nantinya akan bercabang-cabang
lagi hingga mencapai alveolus.1
Bronchiolus sendiri dibagi-bagi
menjadi dua bagian, yaitu bronchiolus
terminalis (ujung bronchiolus yang tidak
memiliki alveolus) dan bronchiolus
respiratorius (bronchiolus yang memiliki
alveolus pada dindingnya).Kedua bronchiolus
ini memiliki saluran yang disebut ductus
alveolaris.
Bronchiolus respiratorius akan
berlanjut hingga akhirnya tiba di kumpulan alveolus yang disebut sacus alveolaris.3
Terdapat kemiripan struktur jaringan dari trachea hingga ke bronchiolus, namun terjadi
perubahan yang berangsur-angsur (lihat gambar no. 6).Dari trachea hingga ke bronchiolus,
jaringan epitel semakin lama semakin tipis.Sel goblet, kelenjar, dan tulang rawan banyak
terdapat di trachea, namun berangsur-angsur menghilang hingga akhirnya tidak terdapat lagi di
bronchiolus terminalis. Cilia atau rambut halus banyak terdapat dari trachea hingga ke bronchus
tersier, namun akan berangsur-angsur menghilang pada bronchiolus terminalis hingga akhirnya
hilang pada bagian distal dari bronchiolus respiratorius.3
Manusia memiliki dua buah pulmo yang berada di sebelah kiri dan kanan.Pulmo sinistra
dan dextra memiliki perbedaan dan persamaan yang dapat dilihat pada tabel no. 1. Pulmo akan
diselimuti dan dilindungi oleh pleura yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu pleura visceralis dan
Gambar no. 6 Perubahan Jaringan3
pleura parietalis. Pleura visceralis menempel dan membungkus masing-masing pulmo,
sedangkan pleura parietalis menempel pada dinding thorax.1
Tabel no. 1
Persamaan dan Perbedaan Pulmo Sinistra dan Dextra1
Pulmo Sinistra Persamaan Pulmo Dextra
Bronchus principalis sinistra
Sulcus arcus aorta
Lingula pulmonalis
Apex pulmonalis
Facies costalis
Facies mediastinalis
Facies diaphragmatica
Impressio cardiaca
Arteri et vena pulmonalis
Lobus superior et inferior
Fissura oblique
Bronchus principalis dextra
Lobus medius
Fissura horizontalis
Seluruh paru-paru berada di dalam cavum thorax yang dibatasi oleh dinding
thorax.Dinding thorax terrbentuk oleh tulang, otot, dan jaringan-jaringan lainnya.Tulang-tulang
yang membentuk cavum thorax adalah os sternum, dua belas pasang ossis costae, dan ossis
vertebra thoracalis.Thorax mempunyai dua bukaan, yaitu apertura thoracis superior pada bagian
superior yang bersambung ke tengkorak dan apertura thoracis inferior pada bagian inferior yang
dibatasi oleh diaphragma.Apertura thoracis superior dibentuk oleh manubrium sterni pada bagian
anterior, costae I pada bagian lateral, dan vertebrae thoracis I pada bagian posterior. Apertura
thoracis inferior dibentuk oleh processus xyphoideus pada bagian anterior, arcus costae (cartilago
costae VII-X) pada bagian anterolateral, ujung distal costae XI dan costae XII pada bagian
posterolateral, dan vertebrae thoracis XII pada bagian posterior.1
Pada dinding thorax inilah terdapat otot-otot yang berfungsi pada pernapasan yang dapat
dibagi menjadi tiga berdasarkan tempat melekatnya. Otot-otot lengan atas dinding thorax terdiri
dari Mm. pectoralis major et minor, M. serratus anterior, dan M. latissimus dorsi. Otot-otot leher
dinding thorax terdiri dari M. sternocleidomastoideus dan Mm. scaleni anterior, medius, et
posterior. Otot-otot dinding thorax murni terdiri dari Mm. intercostales externus, internus, et
intima, M. transversus thoracis, M. subcostalis, M. levatores costarum, Mm. serratus posterior
superior et inferior, diaphragma.Otot-otot punggung terdiri dari M. iliocostalis dan M.
longissimus.Fungsi dan persyarafan dari otot-otot ini dapat dilihat pada tabel no. 2.1
Tabel no. 2
Otot-Otot Dinding Thorax1,5
Nama otot Persarafan Fungsi
Mm. pectorales Nn. pectorales Inspirasi kuat
M. serratus anterior N. thoracicus longus Inspirasi kuat
M. latissimus dorsi N. thoracodorsalis Inspirasi kuat
M. sternocleidomastoideus Plexus cervivalis et N. XI Inspirasi kuat
Mm. scaleni Plexus cervicalis et brachialis Inspirasi kuat
Mm. intercostales Nn. intercostales Inspirasi tenang
M. transversus thoracis Nn. intercostales Inspirasi tenang
M. subcostalis Nn. intercostales Inspirasi tenang
M. levatores costarum N. cervicalis et Nn. thoracici Inspirasi tenang
Mm. serratus posteriores Nn. intercostales Inspirasi tenang
Diaphragma N. phrenicus Inspirasi tenang
M. iliocostalis Nn. intercostales Inspirasi dan ekspirasi kuat
M. longissimus Nn. spinales Ekspirasi kuat
Selain otot-otot yang disebutkan diatas, ada dua otot tambahan untuk ekspirasi kuat yaitu
M. rectus abdominis dan Mm. obliquus abdominis externus et internus yang keduanya
dipersarafi oleh Nn. intercostales. Otot-otot ini merupakan bagian dari otot abdomen.1,5
Sistem respirasi tidak menjalankan fungsi dari seluuh respirasi tubuh, oleh karena itu
respirasi tubuh dibedakan menjadi respirasi internal eksternal.Respirasi internal atau respirasi
seluler mencakup segala kegiatan metabolisme sel yang mengubah glukosa menjadi energi dan
zat-zat sisa.Respirasi ini tidak dijalankan oleh sistem respirasi.Respirasi eksternal mencakup
Gambar no. 7 Membran Respirasi6
kegiatan pertukaran gas pada lingkungan dengan gas di dalam jaringan. Proses ini dijalankan
oleh sistem respirasi dan sistem sirkulasi.6
Respirasi eksternal mencakup empat tahap kegiatan yang berlangsung terus menerus.
Pertama, pertukaran udara antara lingkungan dan paru-paru dalam sebuah proses yang disebut
ventilasi. Kedua, pertukaran gas O2 dan CO2 antara alveolus paru-paru dan kapiler paru-paru
secara difusi.Ketiga, transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan melalui sistem sirkulasi.
Keempat, pertukaran gas O2 dan CO2 antara kapiler jaringan dan jaringan secara difusi.6
Proses difusi yang terjadi pada tahap kedua terjadi
melalui berlapis-lapis membran yang disebut membran
respirasi (lihat gambar no. 7).Membran ini terdiri dari
lapisan cairan surfaktan pada bagian dalam alveolus, epitel
alveoli, membrana basalis alveoli, celah interstisial,
membrana basalis kapiler, dan endotel kapiler. Untuk
berdifusi dari atau ke kapiler, O2 dan CO2 harus dapat
menembus membran ini melalui difusi.6
Mekanisme terjadinya respirasi didasari oleh prinsip
difusi dan tekanan, yaitu molekul akan bergerak dari tempat
yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah (menuruni gradien konsentrasi). Oleh
karena itu, perlu dipahami bahwa ada beberapa tekanan yang ada di sekitar paru-paru, yaitu
tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal, dan tekanan intrapleural. Tekanan atmosfer adalah
1 atmatau 76 cmHg, yaitu tekanan udara di lingkungan sekitar kita. Tekanan intrapulmonal
adalah tekanan udara di dalam paru-paru, yang besarnya sama dengan tekanan atmosfer karena
udara akan terus mengalir mengikuti gradien konsentrasi tekanan untuk menyamakan tekanan.
Tekanan intrapleural adalah tekanan yang ada pada cavum pleura (antara pleura parietalis dan
visceralis), dimana besar dari tekanan ini dikatakan minus terhadap tekanan atmosfer sebesar
kurang lebih −4mmHg, maka disebut tekanan subatmosferik.6
Oleh karena adanya tekanan intrapleural, timbul suatu tekanan kombinasi yang disebut
tekanan transmural.Tekanan transmural adalah tekanan pleura parietalis ke arah paru-paru dan
tekanan pleura visceralis ke arah dinding thorax karena adanya tekanan subatmosferik pada
Gambar no. 8Transpor CO26
cavum pleura. Tekanan transmural berperan dalam menjaga paru-paru agar tidak kolaps karena
sifatnya yang cenderung mengempis dan sifat dinding thorax yang cenderung mengembang.6
Mekanisme terjadinya pernapasan dimulai dengan adanya rangsang terhadap otot-otot
pernapasan untuk berkontraksi dan menyebabkan cavum thorax membesar. Saat cavum thorax
membesar terjadi penurunan tekanan di daerah tersebut yang menyebabkan udara akan mengalir
masuk ke paru-paru, proses ini disebut inspirasi. Udara yang masuk ke paru-paru akan
bercampur dengan udara “lama” yang sudah ada di paru-paru. Setelah itu, otot-otot pernapasan
akan berelaksasi dan cavum thorax kembali mengecil karena daya recoil paru-paru (daya untuk
kembali ke bentuk semula) dan membuat tekanan intrapulmonal membesar dan udara mengalir
keluar, proses ini disebut ekspirasi. Satu buah inspirasi dan satu buah ekspirasi disebut satu
siklus pernapasan.6
Setelah O2 masuk ke alveoli, O2akan berdifusi masuk ke kapiler darah karena adanya
perbedaan tekanan parsial gas O2 di alveoli dan di kapiler paru. Setelah masuk ke kapiler, O2akan
dialirkan melalui darah ke jaringan. Sebaliknya terjadi untuk CO2, setelah diproduksi di jaringan
CO2akan dialirkan melalui darah ke kapiler paru dan akan berdifusi ke alveoli. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2 di kapiler paru dan di alveoli (lihat gambar no.
8).6
Secara lebih detil, O2akan dialirkan melalui darah ke jaringan dengan berbagai cara,
antara lain dengan dilarutkan di plasma darah dan berikatan dengan hemoglobin. Kelarutan O2
dalam darah kecil karena perbedaan kepolarannya yang kecil, sedangkan jumlahnya yang
berikatan dengan hemoglobin sangat besar. Hemoglobin yang berikatan dengan O2 akan
memenuhi reaksi kimia HHb+O2=Hb O2+H+¿¿.Transpor CO2 di darah berbeda dengan transpor
O2, CO2terlarut dalam plasma darah dalam jumlah sedikit, namun masih lebih besar dari O2, CO2
berikatan dengan protein membentuk karbaminohemoglobin, dan larut dalam plasma dalam
bentuk ion bikarbonat (HCO3−¿ ¿). Bentuk yang paling besar dalam transpor CO2 adalah dalam
bentuk ion bikarbonat.6
Paru-paru manusia memiliki
volume yang sangat besar, yaitu sekitar
5700 mL yang biasa disebut kapasitas paru
total/total lung capacity (TLC).Ada
beberapa pembagian dalam kapasitas paru
yang didasari oleh aktivitas respirasi (lihat
gambar no. 9).Volume tidal/tidal volume
(TV) berjumlah sekitar 500 mL
merupakan jumlah udara yang keluar dan masuk paru saat napas tenang. Volume cadangan
inspirasi/inspiration reserve volume (IRV) berjumlah sekitar 3000 mL adalah udara yang masih
dapat dihirup pada puncak inspirasi tenang.Kapasitas inspirasi/inspiration capacity (IC) adalah
jumlah dari TV dan IRV. Volume cadangan ekspirasi/expiration reserve volume (ERV)
berjumlah sekitar 1000 mL adalah udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru pada puncak
ekspirasi tenang. Volume residu/residual volume (RV) berjumlah sekitar 1200 mLadalah udara
yang tidak dapat dikeluarkan dari paru dengan cara apapun.Kapasitas residu
fungsional/functional residual capacity (FRC) adalah jumlah dari RV dan ERV. Kapasitas
vital/vital capacity adalah jumlah dari IC dan ERV.6
Kapasitas paru ini dapat diukur dengan melakukan pemeriksaan spirometri dengan
menggunakan spirometer.Terdapat banyak jenis spirometer, yaitu spirometer air, digital, dan
Gambar no. 9Kapasitas Paru6
Gambar no. 10Pusat Pernapasan Otonom6
sebagainya, namun pada dasarnya spirometer adalah alat yang dapat menghitung volume udara
inspirasi dan ekspirasi yang kita lakukan. Untuk melakukan spirometri, kita perlu menutup
hidung kita atau menjepitnya dengan menggunakan penjepit, hal ini dilakukan agar pemeriksaan
akurat karena udara dapat saja keluar dari hidung.6
Tahap pertama dalam melakukan spirometri adalah mengukur kapasitas paru, yaitu TV,
IRV, ERV, IC, dan VC.Perlu diingat bahwa spirometri tidak dapat digunakan untuk menghitung
RV karena tidak dapat diekspirasikan.Tahap kedua adalah menghitung volume ekspirasi
paksa/forced expiratory volume (FEV) yaitu volume yang dapat diekspirasikan sekuat-kuatnya
dalam waktu tertentu.Penghitungan FEV dimulai dengan melakukan inspirasi maksimum,
barulah mengekspirasikannya sekuat dan secepat mungkin.FEV biasa dilakukan dalam satu
hingga tiga detik.Pada paru yang sehat, FEV satu detik sudah mencakup hampir seluruh udara
paru. Tahap terakhir adalah menghitung MBC atau maximum
breathing capacity atau kapasitas pernapasan maksimal yang
dilakukan dengan menginspirasi dan mengekspirasi sebanyak-
banyaknya, sekuat-kuatnya, dan secepat-cepatnya.6
Hasil riset telah membuktikan bahwa dengan merokok
fungsi dan kapasitas paru yang diukur dengan metode
spirometri dapat menurun. Penurunan ini dapat terjadi karena
zat-zat yang ada di dalam rokok merusak sel-sel paru terutama
lapisan surfaktan alveoli yang menyebabkan paru menjadi kaku
sehingga daya kembang dan recoil menurun.7
Pernapasan dapat terjadi secara somatik ataupun
otonom.Pernapasan somatik diatur di korteks motorik serebri melalui ganglion kortikospinalis ke
saraf-saraf pernapasan. Pernapasan otonom diatur di pusat pernapasan yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu pusat respirasi, pusat apneustik, dan pusat pneumotaksik (lihat gambar no. 10).6
Pusat respirasi merupakan pusat yang paling utama dalam mengatur pernapasan yang
terletak di formatio retikularis medulla oblongata. Pusat respirasi berfungsi untuk membuat
gerakan napas yang teratur dan ritmis, terdiri dari dua kelompok neuron yaitu kelompok respirasi
dorsal/dorsal respiratory group (DRG) dan kelompok respirasi ventral/ventral respiratory group
(VRG). DRG terdiri dari neuron I (inspirasi) yang secara teratur melepaskan impuls yang
menyebabkan inspirasi tenang. Bila dibutuhkan, DRG akan merangsang VRG yang terdiri dari
neuron I dan neuron E (ekspirasi). Apabila neuron I ventral dirangsang, akan terjadi reaksi
inspirasi kuat oleh otot-otot inspirasi kuat, yang juga sekaligus akan mengaktifkan neuron E yang
akan menghasilkan reaksi ekspirasi kuat. Aktifnya neuron E akan memberikan umpan balik
negatif pada neuron I dorsal agar menghentikan aktivitas inspirasinya.6
Pusat apneustik bertempat di pons bagian bawah yang berpengaruh tonik pada pusat
respirasi untuk mempertahankan inspirasi. Pusat pneumotaksik berada di pons bagian atas yang
berfungsi untuk memberi rangsang yang menghambat inspirasi, yang diberikan pada neuron I.
Karena kerjanya yang menghambar, pusat pneumotaksik lebih dominan dari pusat apneustik. 6
Kerja pusat-pusat pernapasan ini dipengaruhi oleh rangsangan yang datang dari banyak
hal, yaitu rangsangan kimia dan rangsangan non-kimia.Rangsangan kimia yang dimaksud adalah
tekanan parsial O2 dan CO2ataupun zat-zat lain dalam darah serta situasi pH tubuh.Rangsangan
non-kimia dapat berupa rangsangan elektrik dari korteks serebri, propioreseptor, termoreseptor,
dan mekanoreseptor yang terdapat pada jaringan parenkim paru yang sensitif terhadap regangan.
Mekanoreseptor ini berfungsi untuk memberi sinyal inhibisi apabila patu sudah teregang hampir
melewati batas kemampuan regangannya.6
Perlu diketahui bahwa zat-zat atau keadaan-keadaan yang vital bagi respirasi antara lain
adalah tekanan parsial O2 dan CO2, pH tubuh (normal adalah sekitar 7,37-7,43), jumlah elektrolit
terlarut dalam darah, suhu tubuh, dan kadar dari 2,3 bifosfogliserat (2,3 BPG) dalam
darah.Diantara semua hal ini, pH adalah parameter yang paling berubah-ubah karena berbagai
reaksi kimia yang ada di tubuh. Apabila terjadi penumpukan asam dalam tubuh, pH tubuh akan
menurun dan terjadi kondisi asidosis. Sedangkan apabila terjadi penumpukan basa, pH tubuh
akan meningkat dan terjadi kondisi alkalosis. Oleh karena itu, terdapat buffer di dalam darah
manusia untuk menjaga pH tubuh tetap optimum.6
Buffer/penyangga/dapar yang ada pada tubuh antara lain buffer H 2CO3dan MHCO3 yang
terdapat pada paru-paru, plasma darah, dan cairan ekstrasel. Buffer lainnya adalah buffer
MH2 PO4 dan M 2 HPO4 yang terdapat pada ginjal dan cairan intrasel. Buffer yang khusus
terdapat pada eritrosit adalah buffer Hb yang membentuk HHb.Buffer yang terdapat pada plasma
darah adalah buffer protein plasma, bikarbonat, dan fosfat.Buffer bikarbonat dan fosfat hanya
memiliki pengaruh yang kecil disini.Buffer yang terdapat pada eritrosit adalah buffer
hemoglobin yang memiliki peran yang paling besar, fosfat, dan bikarbonat.Apabila sistem buffer
ini gagal, maka akan terjadi kondisi asidosis atau alkalosis, respiratorik atau metabolik .6
Asidosis/alkalosis respiratorik terjadi akibat gagalnya sistem pernapasan dalam menjaga
pH. Asidosis/alkalosis respiratorik akan dikompensasi oleh ginjal, misalnya asidosis respiratorik
akibat gangguan paru atau depresi pusat pernapasan dikompensasi dengan meningkatkan
reabsorpsi garam bikarbonat di tubuli ginjal, atau alkalosis respiratorik akibat hiperventilasi atau
stimulasi pusat pernapasan (keracunan salisilat tahap awal) dikompensasi dengan mengurangi
reabsorpsi garam bikarbonat di tubuli ginjal.6
Asidosis/alkalosis metabolik terjadi akibat gagalnya sistem metabolisme tubuh dalam
menjaga pH. Asidosis/alkalosis metabolik akan dikompensasi oleh paru-paru, misalnya asidosis
metabolik akibat diare berat atau gagal ginjal (keracunan salisilat tingkat akhir) dikompensasi
dengan hiperventilasi paru, atau alkalosis metabolik akibat muntah-muntah berlebihan atau
konsumsi antasida yang berlebihan dikompensasi dengan hipoventilasi paru.6
Kesimpulan
Paru-paru juga berfungsi untuk menjaga atau mengkompensasi keadaan tubuh. Kerja
paru bergantung pada pusat pernapasan yang ada di sistem saraf pusat, baik somatik maupun
otonom, yang bergantung pada faktor-faktor kimia maupun non-kimia yang ada. Kapasitas dan
fungsi paru manusia dapat diukur dengan melakukan pemeriksaan spirometri yang bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Clinical anatomy. 7th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2004: p.48-75, 848-54, 859-61, 864-8.
2. Drake R, Vogl W, Mitchell A, Gray H. Gray's anatomy for students. 1st edition.
Philadelphia: Churchill Livingstone/Elsevier; 2010:p. 1456.
3. Ross M, Pawlina W. Histology. 1st edition. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott
Williams & Wilkins Health; 2011: p. 664-84.
4. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s atlas of anatomy. 13th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2013: p. 804.
5. Paulsen F, Waschke J, Klonisch T, Hombach-Klonisch S, Sobotta J. Sobotta atlas of
human anatomy. 1st edition. Munchen: Elsevier/Urban & Fischer; 2011: p. 14, 17, 19-23,
25, 31, 37-8, 40.
6. Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 8th edition. Belmont:
Brooks/Cole, Cengage Learning; 2013: p. 480-525.
7. Enright PL, Beck KC, Sherrill DL. Repeatability of Spirometry in 18,000 Adult Patients.
American Journal ofRespiratory and Critical Care Medicine,Januari 2004 15;169(2):235-
8.