17
Laring dan Faring sebagai Saluran Pernapasan Henricho Hermawan 10.2014.108 / F7 20 Mei 2015 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Abstract Metabolism in the human body requires O 2 as fuel. The gas obtained by the body through the respiratory namely the lungs. The gas does not flow directly into the lungs but through the airway from the nose up into the alveoli in the lungs. In the alveolar gas exchange occurs between the O 2 from outside the body with CO 2 as the garbage of metabolism. At this air duct pharynx and larynx are adjacent but have different functions. Pharynx and larynx are separate by the glottis. During the process of swallowing the glottis is closed so as to prevent food and liquids entering the larynx. Inside the larynx are the vocal cords produce sound functioning. If on the part of the larynx is experiencing inflammation then one can experience a hoarse voice, sometimes accompanied by fever. Keywords: metabolism, lung, larynx, pharynx Abstrak Metabolisme dalam tubuh manusia memerlukan O 2 sebagai bahan bakar. Gas ini diperoleh oleh tubuh melalui alat pernapasan yaitu paru-paru. Gas ini tidak mengalir langsung ke dalam paru-paru melainkan melalui saluran udara mulai dari hidung hingga masuk ke alveolus yang ada di paru-paru. Dalam alveolus barulah terjadi pertukaran gas O 2 dari luar tubuh Page 1 of 17

Blok 7 - Respiratory

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah ini membahas mengenai struktur sistem pernapasan secara khusus membahas laring dan faring

Citation preview

Laring dan Faring sebagai Saluran PernapasanHenricho Hermawan10.2014.108 / F720 Mei 2015Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510Email: [email protected] in the human body requires O2 as fuel. The gas obtained by the body through the respiratory namely the lungs. The gas does not flow directly into the lungs but through the airway from the nose up into the alveoli in the lungs. In the alveolar gas exchange occurs between the O2 from outside the body with CO2 as the garbage of metabolism. At this air duct pharynx and larynx are adjacent but have different functions. Pharynx and larynx are separate by the glottis. During the process of swallowing the glottis is closed so as to prevent food and liquids entering the larynx. Inside the larynx are the vocal cords produce sound functioning. If on the part of the larynx is experiencing inflammation then one can experience a hoarse voice, sometimes accompanied by fever.Keywords: metabolism, lung, larynx, pharynxAbstrakMetabolisme dalam tubuh manusia memerlukan O2 sebagai bahan bakar. Gas ini diperoleh oleh tubuh melalui alat pernapasan yaitu paru-paru. Gas ini tidak mengalir langsung ke dalam paru-paru melainkan melalui saluran udara mulai dari hidung hingga masuk ke alveolus yang ada di paru-paru. Dalam alveolus barulah terjadi pertukaran gas O2 dari luar tubuh dengan CO2 sebagai sampah dari metabolisme tubuh. Pada saluran udara ini terdapat faring dan laring yang letaknya berdekatan namun memiliki fungsi yang berbeda. Saluran faring dan laring dipisahkan oleh oleh glotis. Selama proses menelan glotis ini menutup sehingga mencegah makanan dan cairan memasuki laring. Di dalam laring terdapat pita suara yang berfungsi menghasilkan suara. Apabila pada bagian laring ini mengalami peradanganan maka seseorang dapat mengalami suara serak yang terkadang disertai dengan demam.Kata kunci : metabolisme, paru-paru, laring, faringPendahuluanManusia memerlukan O2 untuk melakukan metabolism di dalam tubuh. Gas O2 didapatkan memalui suatu sistem yang disebut dengan sistem pernapasan. Sistem pernapasan diatur oleh otak manusia sebagai sistem pusat dan paru-paru sebagai alat untuk melaksanakan pernapasan. Paru-paru memiliki peranan secara umum untuk menukar O2 dari luar tubuh dengan CO2 hasil metabolisme. Namun paru-paru tidak bekerja sendiri melainkan ada struktur lain yang harus dilewati O2 sebelum sampai paru-paru.Pada bagian leher dari sistem pernapasan terdapat laring yang merupakan saluran untuk mengalirkan udara dari hidung menuju trakea. Laring letaknya berdekatan dengan faring namun keduanya memiliki perbedaan salah satunya perbedaan fungsi. Selain itu bila terjadi peradangan juga akan memiliki efek yang berbeda. Struktur Sistem PernapasanPernapasan adalah proses masuknya oksigen ke dalam tubuh dan dibuangnya karbondioksida, sistem ini sangat penting karena tanpa adanya oksigen maka tidak akan ada proses metabolisme di dalam tubuh.1 Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur yang terlibat dalam proses respirasi eksternal dan ekspirasi internal.2 Pertukaran udara terjadi ketika menarik napas, pertukaran udara yang terjadi di luar tubuh akan disebut dengan respirasi eksternal sedangkan pertukaran udara yang terjadi di dalam tubuh akan disebut dengan respirasi internal.2,3 Udara tersebut melalui struktur pernapasan yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur utama dan struktur pelengkap.2Strukur utama sistem pernapasan dibedakan lagi menjadi dua yaitu jalan napas dan saluran napas.2 Jalan napas terdiri dari nares (hidung bagian luar), hidung bagian dalam, sinus paranasal, faring dan laring sedangkan yang dimaksud dengan saluran napas terdiri dari trakea, bronkus dan bronkiolus. Struktur pelengkap terdiri bagian-bagian yang tidak dilalui oleh udara yaitu toraks, diafragma dan pleura. Parenkim paru, adalah organ yang berupa kumpulan alveoli yang mengelilingi pohon bronkus.Nares adalah saluran yang berada di dalam hidung. Saluran ini akan bermuara ke bagian dalam hidung yang dikenal sebagai vestibulum hidung. Lapisan yang dimiliki nares anterior memiliki sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar dan kelenjar itu akan bermuara ke dalam rongga hidung.3 Selain itu hidung juga memiliki fungsi untuk menghubungkan lubang-lubang nasolakrimal yang menyalurkan air mata dari air mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis ke bagian dalam hidung.4

Gambar 1. Struktur sistem pernapasan Rongga hidung dilapisi oleh selaput lender yang memiliki banyak pembuluh dan bersambung dengan lapisan faring serta selaput lendir semua snius yang mempunyai lubang ke dalam hidung.3 Daerah pernapasan dilapisi dengan epithelium silinder dan sel eptitel berambut yang mengandung sel lendir. Sel ini akan bersekresi dan membuat permukaan nares basah dan berlendir. Hal ini akan membuat ketika udara lewat melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu di dalam vestibulum dank arena kontak dengan permukaan berlendir makan udara yang melaluinya akan menjadi hangat dan penguapan air dari permukaan selaput lendir udara akan menjadi lembab.4

Gambar 2. Struktur HidungFaring merupakan tabung fibromuskluar yang melekat pada dasar tenggorokan dan berhubungan dengan esophagus di bagian bawah.5 Faring juga merupakan pesimpangan antara kerongkongan dan tenggorakan, serta memiliki epiglottis yang berfungsi sebagai pengatur jalan maksuk ke kerongkongan atau tenggorokan.1 Laringofaring yang ada di belakang epiglottis dan laring akan berhubungan dengan esophagus, maka dari itu makanan akan melewati orofaring, dan menuju ke laringofaring sebelum akhirnya masuk ke dalam esophagus.3,5

Gambar 3. Struktur faringLaring terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra, terbentang dari faring sampai setinggi vertebra cervikalis dan masuk ke dalam trakea.4 Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat oleh ligament dan membrane. Tulang rawan terbesar ialah tulang rawan tiroid dan didepannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun.3 Laring memiliki dua lapisan atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V, tulang rawan krikoid terletak di bawah tiroid yang memiliki bentuk seperti cincin mohon dengan mohor cincinya di sebelah belakang. Tulang rawan lainnya adalah tulang rawan aritenoid yang menjulang di sebelah belakang krikoid dan dibagian kanan dan kiri tulang rawan kuneiform serta tulang rawan kornikulata yang sangat kecil.4

Gambar 4. Struktur laringPada bagian puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis yang berupa katup tulang rawan dan membantu neutup laring sewaktu menelan.3 Laring dilapisi sejenis selaput lendir yang sama dengan yang ada di trakea kecuali pita suara bagian epiglotis yang dilapisi epithelium berlapis.Laring memiliki dua kelompok otot yaitu otot ekstrinsik yang berada di luar laring yang memiliki fungsi untuk membanti proses menelan dan otot instrinsik yang berfungsi untuk menggerakan korda vokalis.6 Otot instrinsik laring terdiri atas golongan aduktor (5 pasang) yang berfungsi menggerakan korda vokalis ke medial, menutup rima glotis ketika bersuara dan golongan abductor (1 pasang) untuk menggerakan korda vokalis ke lateral dan membuka rima glotis ketika bernapas.Otot-otot golongan aduktor yaitu:6 M. krikoaritenoid (dextra/sinistra) M. tirearitenoid (dextra/sinistra) atau M. vokalis yang berfungsi membuat suara nyaring M. krikotiroid (dextra/sinistra) M. interaritenoid obliqus (saling bersilang) M. interaritenoid transverses (tunggal)Otot-otot golong abductor yaitu:6 M. krikoaritenoid posterior M. posticusLaring dipersarafi oleh sepasang N. laringis superior dan inferior yang merupakan cabang dari N. X (Vagus).6 Laring tidak hanya dipersarafi dari cabang N. X namun juga oleh persarafi oleh N. XI (Asesorius) melalui cabang cranial yang akan dilepaskan dari medulla oblongata.7 Cabang dari N. XI berupa akson-akson neuron nucleus ambigus yang secara khusus akan mempersarafi otot intrinsik laring. Kedua nerves ini akan keluar dari foramen yang sama yaitu forame jugulare.6,7

Gambar 5. LaringLaring sering juga seringkali disebut sebagai kotak suara karena struktur laring memungkinkan udara mengalir dan mencegah benda padat memasuki trakea.8 Laring sebagai pita suara juga berarti dari laring berperan sebagai sarana pembentukan suara. Dinding laring tersusun atas tulang rawan kartilago dan bagian dalam dilapisi oleh membrane mukosa bersilia.Kartilago laring tersusun atas Sembilan buah yang saling menyusun sehingga membentuk seperti kotak. Kartilago terbesar adalah kartilago tiroid, yang dapat teraba pada permukaan anterior leher. Pada pria kartilago ini akan membesar dan biasanya disebut dengan buah jakun.8Epiglotis adalah kartilago paling atas yang bentuknya seperti lidah dan seluruh bagiannya dilapisi oleh membrane mukosa. Selama proses menelan laring akan bergerak ke atas dan epiglotis akan tertekan ke bawah mengakibatkan glotis menutup.8 Gerakan inilah yang akan mencegah makanan atau cairan masuk ke dalam laring.Pita suara terletak di sebelah dalam laring dan berjalan dari tulang rawan tiroid di sebelah depan sampai di kedua tulang rawan aritenoid, pita suara terletak pada kedua sisi glotis.4,8 Gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laryngeal, pita suara ditegakkan dan dikendurkan.4 Maka demikian lebar sela-sela antara pita-pita atau rima glotidis berubah sewaktu bernapas dan berbicara. Selama berbicara otot-otot intrinsic laring akan menarik pita suara menutupi glotis dan udara yang dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya akan diubah menjadi kata-kata.8 Suara dihasilkan karena adanya getaran pada pita yang disebabkan udara yang melalui glotis.4 Penggunaan pita suara atau memaksakan kerja pita suara dapat mengakibatkan gangguan pada laring. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada membrane mukosa laring (secara medis dikenal sebagai laryngitis).9,10 Penyebab dari laryngitis tidak saja dari penggunaan pita suara secara berlebihan tapi juga dapat disebabkan oleh virus.11 Proses penyembuhannya pun berbeda jika laryngitis disebabkan karena penggunana secara berlebihan maka cukup dengan mengistirahatkan pita suara selama beberapa hari, jika karena virus akan sembuh dengan sendirinya karena adanya sistem imun.9 Laringitis umumnya ditandai dengan adanya rasa kering dan nyeri pada tenggorokan, batuk, sulit menelan, nyeri saat berbicara dan suara menjadi serak yang disertai dengan demam.10 Suara yang serak juga mungkin menandakan bahwa adanya infeksi saluran pernapasan yang lebih serius.12 Jika terjadi serak yang berkepanjangan maka bisa menjadi pertanda bahwa menderita salah satu jenis refluks, gastroesophangeal refluks disease (GERD) atau laringopharyngeal reflukx (LPR). Pada keadaan GERD asam lambung naik kembali ke esophagus sedangkan pada LPR asam lambung akan naik sampai tenggorokan. Jika dibiarkan maka refluks dapat menyebabkan sinus dan infeksi pada telinga, lesi tenggorokan dan esophagus barret, sebuah tukak pektit di bagian bawah esophagus yang dapat menyebabkan kanker esophagus.12Trakea berlajan dari sampai setinggi vertebra torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus. Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat oleh jaringan fibrosa.3 Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju ke atas laring maka dengan gerakan tersebut debu dan butir-butir halus lainnya yang masuk bersama dengan pernapasan akan dikeluarkan.4 Tulang rawan berfungsi untuk mempertahankan trakea agar tetap terbuka karena itu di sebelah belakangnya tidak bersambung yaitu tempat trakea menempel degan usofagus yang memisahkan trakea dengan tulang belakang.

Gambar 6. Struktur trakeaTrakea cervikalis berjalan melalui leher disiliang oleh istmus glandula tiroid yaitu suatu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea.4 Sedangkan trakea torasika berjalan melintasi mediastinum, di belakang sternum menyentuh inomita dan arkus aorta dan usofagus terletak di belakang trakea.3Trakea akan terbelah menadji dua bronkus utama (bronkus principalis dextra dan sinistra) keduanya akan kembali bercabang lagi sebelum masuk ke paru-paru.3 Dalam perjalannya bronkus akan bercabang menjadi banyak dan bronkus yang mulai memiliki bagian yang mampu melakukan pertukaran udara disebut dengan bronkus respiratorius. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dnegan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa mengandung tulang rawan dan dilapisi dengan epithelium bersilia.4 Bagian ujung dari bronkus respiratorius dapat ditemui kantong-kantong udara yang disebut dengan alveolus.3,4 Alveolus dibentuk dan dibatasi oleh sebuah dinding yang dibentuk oleh dua macam sel, yaitu:2 Sel alveolar tipe I atau pneumosit type I Sel alveolar tipe II atau pneumosit type II yang disebut dengan granular pneumocyteKedua sel ini memiliki hubungan yang sangat erat. Sel pneumosit skuamosa disebut tipe I sedangkan pneumosit kuboid disebut tipe II walaupun sebetulnya yang merupakan sel progenitor epitel alveoli adalah sel tipe II (sel tipe I adalah kelanjutan perkembangan dari sel tipe II). Pertukaran gas akan menembus dinding pneumosit I, dan tugas pneumosit tipe adalah untuk menghasilkan surfaktan.2Pada paru terdapat kurang lebih 300 juta gelembung alveoli dengan diameter setiap gelembung berukuran 0,3 mm. Struktur gelembung ini cenderung tidak stabil dikarenakan tegangan permukaan cairan yang melapisi alveoli menyebabkan gelembung cenderung menjadi kolas namun berkat adanya surfaktan yang menurunkan teganga permukaan cairan dinding alveoli sehingga menjaga gelembung tidak kolaps namun mengembang sehingga stabilitias gelembung naik secara signifikan.2 Akan tetapi alveoli tetap memiliki potensi untuk dapat terjadi kolaps yaitu insipient collaps. Mekanisme PernapasanPernapasan melalui paru-paru dimulai ketika O2 diambil melalui hidung dan mulut waktu bernapas. Oksigen akan masuk melalui trakea dan pipa bronchial menuju ke alveoli dan akan memiliki hubungan era dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.4 Masuknya udara ke dalam tubuh karena adanya perbedaan tekanan udara di luar dan di dalam tubuh, udara akan mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Tubuh manusia memiliki mekanisme untuk membuat tekanan udara di dalam paru-paru dengan cara meningkatkan volume paru-paru.2

Gambar 7. Mekanisme peningkatan volume paru-paruPeningkatan volume paru-paru tidak lepas dari peranan otot-otot inspirasi, ekspirasi serta otot-otot inspirasi dan ekspirasi tambahan.2 Otot inspirasi utama yaitu: M. interkostalis eksterna M. interkartilagus parasternal Otot diafragmaOtot-otot inspirasi tambahan yang berfungsi untuk membantu melakukan inspirasi maksimum terdiri dari: M. skalenus anterior M. skalenus media M. skalenus posterior M. sternocleidomastoideusPada bagian ekspirasi normal hanya akan mengandalkan elastisitas paru-paru untuk kembali ke posisi semula atau dengan kata lain relaksasi dari otot inspirasi.2 Namun pada penderita asma akan diperlukan kerja otot-otot untuk melakukan ekspirasi, otot-otot yang terlibat adalah: M. interkostalis interna M. interkartilagus parasternal M. rektus abdominis M. oblikus abdominis eksternusTekanan parsial gas di arteri normal adalah PaO2 sekitar 96 mmHg (96 torricelli) dan PaCO2 sekitar 40 mmHg. Tekanan parsial ini harus dipertahankan tanpa memandang kebutuhan oksigen yaitu saat tidur kebutuhan oksigen 100 ml/menit dibandingkan saat kerja sekitar 2000-3000 ml/menit.2Pada paru-paru, CO2 adalah salah satu hasil buangan metabolisme. Gas ini dibuang dengan cara menembus membrane alveoli-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan selanjutnya akan masuk ke pipa bronchial dan dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.4PenutupLaring dan faring secara khusus berfungsi untuk memisahkan udara dengan makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini karena saluran dari mulut dan hidung akan bertemu di bagian orofaring. Peradangan di keduanya akan menyebabkan rasa berbeda mengingat fungsinya yang berbeda. Peradangan pada faring akan menyebabkan sakit saat menelan sedangkan pada laring akan menyebabkan suara menjadi serak. Daftar Pustaka1. Suryo J. Herbal penyembuhan gangguan sistem pernapasan: pneumonia-kanker paru-TB-bronkitis-pleurisi. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka ; 2010. h. 2-3 ; 1892. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 2007. h. 5-21 3. Pearce EC. Anatomi & fisiologi untuk paramedic. Jakarta : Gramedia ; 2000. h. 211-194. Pearce EC. Anatomi & fisiologi untuk paramedic. Jakarta : Gramedia ; 2009. h. 255-665. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC : 2002. h. 1896. Herawati S, Rukmini S. Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Jakarta : Penerbut buku kedokteran EGC ; 1998. h. 17-97. Satyanegara. Ilmu bedah saraf. Jakarta : Gramedia ; 2010. h. 528. Effendy C, Yasmin Asih NG. Keperawatan medical bedah : klien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 2002. h. 59. Librianty N. Panduan mandiri melacak penyakit. Jakarta : PT Lintas kata ; 2015. h. 1210. Wijayakusuma H. Penyembuhan dengan terong. Jakarta : Pustaka popular obor ; 2004. h. 13-411. Davey P. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga ; 2005. h. 17712. Liebmann-Smith J, Egan JN. Body signs. Jakarta : PT Cahaya intan suci ; 2008. h. 156-7

Page 1 of 12