Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MATA KULIAH
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PENYAKIT TANAMAN KEDELAI
Oleh :
Nama : Andi Mudjianto
NIM : 115040100111123
Kelas : D
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang
2011
Foto Penyakit
(Penyakit Karat Kedelai)
(Penyakit Mata Kodok)
(Penyakit Antraknosa)
(Penyakit Antraknosa)
(Penyakit Antraknosa)
(Penyakit Mata Kodok)
(Penyakit Mata Kodok)
(Penyakit Karat Kedelai)
(Penyakit Antraknosa)
(Penyakit Mata Kodok)
(Penyakit Mata Kodok)
(Penyakit Antraknosa)
(Penyakit Karat Kedelai)
(Penyakit Antraknosa)
(Penyakit Antraknosa)
Deskripsi Penyakit
A. Penyakit Antarknosa (Collecticum dematium var truncatum dan
Collecticum destructivum)
Klasifikasi Patogen
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Sordariomycetes
Order : Glomerellales
Famili : Glomerellaceae
Genus : Collecticum
Spesies : Collecticum dematium
Gejala Serangan
Penyakit Antraknosa menyerang batang, polong, dan tangkai daun. Akibat
serangan adalah perkecambahan biji terganggu,kadang-kadang bagianbagian yang
terserang tidak menujukkan gejala. Gejala hanya timbul bila kondisi menguntungkan
perkembangan jamur. Tulang daun pda permukaan bawah tanaman terserang
biasanya menebal dengan warna kecoklatan. Pada batang akan timbul bintik-bintik
hitam berupa duri-duri jamur yang menjadi ciri khas.(Bromfield,1976)
Siklus Penyakit dan Epidemiologi
Patogen bertahan dalam bentuk miselium pada residu tanaman atau pada biji
terinfeksi. Miselium menjadi penyebab tanaman terinfeksi tanpa menimbulkan
perkembangan gejala sampai tanaman menjelang masak. Infeksi batang dan polong
terjadi selama fase reproduksi apabila cuaca lembab dan hangat. (Bromfield,1976)
Jamur penyebab antraknosa menyerang tanaman kedelai pada semua fase
pertumbuhan. Gejala penyakit terlihat pada batang, tangkai daun, dan polong,
dengan bercak coklat kehitaman tidak teratur. Gejala pada daun berupa nekrosis
pada tulang daun dan dapat mengakibatkan daun menggulung atau kanker pada
tangkai daun. Biji yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala yang khas,
hanya berupa bercak samar berwarna coklat. Biji tersebut sering tidak tumbuh atau
bibit mati setelah berkecambah. Pada kotiledonnya terdapat luka berwarna coklat
tua sampai hitam. (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
BOGOR,1990)
Faktor lingkungan dengan kelembaban yang tinggi dapat mendorong
berkembangnya penyakit ini. Kerusakan yang berat terjadi pada pertanaman kedelai
musim penghujan.
Colletotrichum dematium var.truncatum tersebar luas di Indonesia. penyebaran
patogen ini dapat melalui benih (“seed-home”) dan sisa-sisa tanaman sakit. Keberadaan
jamur ini dapat dicirikan dengan adanya badan bauh (aservuli) berwarna hitam yang
banyak terdapat pada stroma. Aservuli berbentuk oval sampai memanjang, kemisfer
sampai rompang kerucut (trucated conical) dan menonjol aservuli berbentuk setengah
bola, ditumbuhi jarum-jarum kecil (setae) berwarna hitam. Konidia terbentuk pada
konidiopora, yang terdiri dari satu sel dan berbentuk bulan sabit. (PUSAT PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BOGOR,1990)
Penyakit antraknosa banyak dijumpai di indonesia pada pertanaman kedelai yang
tumbuh di daerah yang lembab. Tanaman yang diserang ialah bibit baru yang
berkecambah , tanaman muda, maupun tanaman dewasa. Penyakit antraknosa
disebabkan oleh dua jenis jamur yaitu Colletotrichum dematium dan Glomerella glycines.
Keduanya menimbulkan gejala yang sama.(Widodo,1987)
Benih yang berasal dari tanaman sakit biasanya mengandung jamur penyebab
penyakit sehingga bila ditanam akan mati pada saat masih berkecambah. Pada tanaman
yang lebih besar timbul gejala berupa bercak-bercak coklat tidak teratur pada batang,
polong, dan tangkai daun.(Widodo,1987)
Beberapa pengendalian pada penyakit ini adalah:
jangan menggunakan benih dari tanaman yang sakit, sebab banyak
diantaranya akan mati pada saat masih berkecambah.
Benih perlu diberi perlakuan fungisida agar jamur dalam benih mati.
Sebelum menanam kedelai, tanah perlu dibajak atau dicangkul dan sisa-sisa
tanaman dibenamkan kedalam tanah .
Jangan menanam kedelai pada musim hujan atau kelembaban tinggi
Lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang tidak dapat diserang
penyakit antraknosa.
Antraknosa pada kedelai tersebar luas di seluruh Indonesia dan sudah lama di
kenal di Indonesia. Penyakit ini juga terdapat di Malaysia dan Thailand. Antraknosa
kedelai dapat dikatakan selalu terdapat pada kedelai yang menjelang masak. Penyebab
penyakit antraknosa yaitu jamur collectotrichum destructivum var dan collectotrichum
dematiumvar truncatum.(Semangun,1993)
Gejala penyakit antraknosa umumnya terlihat pada batang, tangkai daun, atau bila
tidak terdapat, umumnya kurang jelas. Pada batang timbul bintik bintik hitam dengan
jamur yang menjadi ciri khas penyakit. Jamur yang terbawa dalam benih dapat
menyebabkan penyakit semai pra tumbuh dan pasca tumbuh. Pada percobaan infeksi
gejala dapat timbul pada daun primer yang tampak seperti bercak bercak klorotik
sangat lemah, nekrosis tulang daun dan mengeritingnya daun (Gambar 3). Gejala lebih
banyak terdapat pada bunga dapat membusuk dan rontok. Bercak pada polong
berbentuk bulat atau tidak teratur berwarna coklat atau coklat
kehitaman(Semangun.1993)
B. Penyakit Karat
Klasifikasi Patogen
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Urediniomycetes
Subclass : Incertae sedis
Order : Uredinales
Famili : Phakopsoraceae
Genus : Phakopsora
Spesies : Phakopsora pachyrhizi
Penyakit karat kedelai disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrhizi
Gejala
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat kedelai adalah
terdapatnya bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercakbercak
berwarna coklat pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora.
Serangan berat menyebabkan daun gugur dan polong hampa. Terjadi bercak- bercak
kecil berwarna cokelat kelabu atau bercak yan sedikit demi sedikit berubah menjadi
cokelat atau coklat tua.Bercak karat terlihat sebelum bisul- bisul(pustule)
pecah.Bercak tampak bersudut – sudut karena dibatasi oleh tulang- tulang daun
tempatnya didekat daun yang terinfeksi. Biasanya dimukai dari daun bawah baru
kemudian ke daun yang lebih muda (di atas). (Bromfield,1976)
Ekologi
Tanaman Inang cendawan-cendawan tersebut antara lain tanaman komak,
bengkuang, kacang krotok, kacang polong, kacang kapri, kacang panjang, dan kacang
asu. Penyakit karat kedelai biasanya mulai menyerang pada saat tanaman berumur
3-4 minggu setelah tanam. (Bromfield,1976)
Siklus penyakit dan epidemiologi
Epidemi didorong oleh panjangnya waktu daun dalam kondisi basah dengan
temperatur kurang dari 28o C. Perkecambahan spora dan penetrasi spora
membutuhkan air bebas dan terjadi pada suhu 8-28o C. uredia muncul 9-10 hari
setelah infeksi, dan urediospora diproduksi setelah 3 minggu. Kondisi lembab yang
panjang dan periode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun-daun dan sporulasi.
Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan angin pada waktu hujan. Patogen
ini tidak ditularkan melalui benih. (Bromfield,1976)
Pengendalian
Pengendalian penyakit karat kedelai dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Oleh karena intensitas serangan penyakit ini dipengaruhi oleh kelembaban, curah
hujan, intensitas sinar matahari, dan kerapatan daun tanaman; maka perlu
digunakan varietas kedelai yang toleran antara lain Sompo, Kerinci, Polosari, dan
Tambora, terutama di daerah kronis. (Bromfield,1976)
Pengendalian juga dilakukan dengan mengatur jarak tanam dan perlakukan
budidaya tanaman secara benar. Jika dipandang perlu.
Pengendalian dengan penyemprotan fungsisida.misalnya marikoseb,
tradimefon, bitertanol, difenokonazol.
Penggunaan varietas tahan seperti petek, mojosari dan lainnnya.
Menanam secara serempak pada awal musim kemarau atau musim
penghujan dengan curah hujan rata- rata 50 mm/ hari.
Patogen : Syd. Phakopsora pachyrhizi
Patogen mulai menyerang tanaman kedelai dengan uredospora yang
tersebar di udara. Perkembangan penyakit pada daun dan tangkai daun berupa
bercak karat terlihat pada minggu ketiga dan keempat setelah tanam. Gejala
umum penyakit karat ialah bercak yang bertepung (berspora) pada permukaan
bawah daun. Pada tingkat awal perkembangan penyakit, bercak tersebut hampir
serupa dengan penyakit bakteri pustul. Namun pada serangan selanjutnya
terlihat bercak tersebut berwarna coklat abu-abu dan penuh dengan tepung
(spora) pada permukaan daun bagian bawah. Bercak karat mengandung satu
sampai empat uredia yang menghasilkan berjuta-juta uredospora yang
berbentuk bulat telur. Uredia tersebut lebih banyak terdapat pada permukaan
bawah daun daripada permukaan atasnya. Uredia juga semakin banyak pada
tanaman kedelai yang telah tua sehingga menyebabkan keguguran daun lebih
cepat. (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
BOGOR,1990)
Patogen tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di daerah pertanaman
kedelai di Indonesia dan Asia Selatan. Inangnya termasuk kedelai, kacang asu,
kratok, kacang panjang, bengkuang, buncis, kacang komak, dan kacang kapri.
(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BOGOR,1990)
Penyakit karat disebabkan oleh cendawan karat (Phakopsora pachyrhizi)
menyerang daun- daun kedelai sekitar 40 hari. Warna daun yang terserang
menjadi bercak-bercak coklat, mengering kemudian rontok. Akibatnya biji tidak
mengisi penuh. Serangan berat terjadi pada pertanaman musim penghujan.
Bahkan dapat membuat polong hama sama sekali. (DEPARTEMEN PERTANIAN,
1985)
Cara pencegahannya dengan menyemprotkan Dithane M-45, sepuluh
hari sekali mulai umur 40 hari sampai umur sekitar 80 hari. Penanaman varietas
tahan seperti Orba jiga dianjurkan. Penyakit karat ini sering timbul di daerah-
daerah yang terus-menerus ditanami kedelai, sehingga perlu dilaksanakan
pergiliran tanaman. (DEPARTEMEN PERTANIAN, 1985)
Penyakit ini dinamakan penyakit karat karena timbul gejala karat pada
daun, tangkai daun, dan batang muda. Penyakit karat mulai diketahui di
Indonesia pada tahun 1949. Penyakit ini dahulu banyak dijumpai di Pulau Jawa,
tetapi kini telah menyebar ke beberapa tempat transmigrasi di luar Jawa.
Penyakit ini dapat mengancam produksi kedelai secara serius, sebab penurunan
hasil dapat mencapai 36-81%. Penyakit karat disebabkan oleh sejenis jamur yang
bernama (Phakopsora pachyrhizi) Sydow. (Widodo, 1987)
Gejala yang ditunjukkan ialah timbulnya bercak-bercak pada daun
pertama kedelai. Brcak-bercak tersebut berwarna coklat abu-abu, dan
perkembangan lebih lanjut berwarna cokalt kemerah-merahan. Infeksi akan
terus terjadi di atas daun pertama tadi. Bercak-bercak tersebut paling
banyak ditemukan di permukaan bawah daun. Meskipun demikian dalam
jumlah sedikit dapat kita lihat di atas permukaan daun. Pada serangan yang
parah daun tampak kotor dan gugur. Akibat rontoknya daun tersebut,
produksi biji perhektar banyak berkurang. (Widodo, 1987)
Pengendalian terhadap penyakit karat dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut :
Jangan menggunakan benih yang dihasilkan dari tanaman kedelai yang
sakit, sebab daya kecambahnya telah merosot meskipun jamur tersebut
tidak dapat hidup dalam benih.
Penyakit ini menghebat pada musim hujan. Oleh karena itu, penanaman
pada musim hujan sebaiknya dihindarkan.
Tanamlah varietas kedelai yang tahan terhadap penyakit karat
Penanaman dalam setahun pada lahan yang sama harus digilir dengan
tanaman yang tidak dapat diserang oleh penyakit karat.
Penanaman harus dilakukan serempak pada areal yang luas.
Bila intensitas penyakit telah mencapai 33 % harus mulai disemprot
dengan fungisida.
(Widodo, 1987)
Penyakit karat kedelai tersebar luas di seluruh Indonesia. Penyabab
penyakit ini adalah Phakospora pachyrizi. Besarnya kerugian karena karat
tergantung dari banyak faktor, antara lain ketahanan tanaman. Kerugian
karena penyakit ini berkisar antara 40-90%. Karat kedelai tersebar luas di
Asia tenggara dan Asia timur, juga terdapat di Australia dan Afrika. Di
Amerika penyakit ini terdapat di Amerika bagian tengah dan selatan
(tropik). Karena di anggap sangat merugikan, penyakit karat kedelai
mendapat perhatian Internasional yang cukup besar. (Bromfield, 1976)
Gejala penyakit karat kedelai tampak pada daun, tangkai dan kadang
kadang pada batang. Mula mula disini terjadi bercak bercak kecil coklat
kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat atau
coklat tua, bercak bercak karat terlihat sebalum bisul bisul pecah. Bercak
tampak bersudut karena dibatasi oleh tulang tulang daun dan dekat dengan
tempat terjadinya infeksi. Pada umumnya gejala mulai tampak pada minggu
ke-3 dan ke-4 setelah tanam (Yang, 1977).
C. Penyakit Mata Kodok
Klasifikasi Penyakit
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Dothideomycetes
Subclass : Dothideomycetidae
Order : Capnodiales
Famili : Mycosphaerellaceae
Genus : Ceseospora
Spesies : Ceseospora sojina
Penyakit bercak daun Ceseospora atau mata kodok, yang juga disebut
bercak mata katak memang sudah tersebar merata di Indonesia. Penyakit ini juga
menyerang Thailand dan Filipina. Penyebab penyakit ini adalah Cercospora sojina.
(Parry,1990)
Gejala penyakit. Pada daun terdapat banyak bercak yang khas, bercak
mempunyai pusat berwarna coklat muda atau kelabu, dengan tepi coklat ungu atau
kemerahan. Daun yang mempunyai banyak bercak rontok sebelum waktunya,
bercak coklat atau kelabu pada polong lebih kecil dari pada yang terdapat pada
daun dan zone zonenya kurang jelas.(Parry,1990)
Gejala khas penyakit mata kodok terlihat pada daun. Jamur ini juga
menyerang polong atau batang dari tanaman kedelai. (PUSAT PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BOGOR,1990)
Gejala pada daun: Gejala awal terlihat jelas pada bagian permukaan bawah
daun. Daun mengalami klorosis, dengan bercak ukuran 1-2 mm, kemudian
berkembang dengan cepat dari warna coklat muda menjadi coklat keabu-abuan
pada bagian tepinya. (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN
PANGAN BOGOR,1990)
Dalam keadaan lembab, daun yang mengalami klorosis akan berubah
warna. Bagian dalam bercak berwarna abu-abu muda dan bagian tepi dikelilingi
warna ungu keabu-abuan. Daun cepat berubah menjadi kuning kemudian gugur.
(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BOGOR,1990)
Gejala pada plong hampir sama seperti pada daun. Bercak 3-5 mm
berbentuk bulatt dengan permukaan cekung dengan warna coklat keabu-abuan,
demikian pula gejala pada batang. Bercak-bercak yang berwarna coklat tua akan
membentuk konidiopora dan konidia. (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN PANGAN BOGOR,1990)
Penyakit berkembang terutama dalam suhu berkisar antara 25-31oC dengan
kelembaban yang tinggi. (PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN
PANGAN BOGOR,1990)
Daftar Pustaka
Bromfield, K.R. 1976. Review of Research on Soybean Rust. Dalam Proc. Workshop Soy Bean
Rust in The Western Hemisphere, Puerto Rico. November, 1976: 16 – 23
Departemen Pertanian. 1985. Bercocok Tanam Kedele. Proyek Informasi Pertanian. Balai
Informasi Pertanian: Jawa Timur.
Parry,David. 1990. Plant Pathology in Agriculture. Cambridge University Press:Australia
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1990. Petunjuk Bergambar untuk
Identifikasi Hama dan Penyakit Kedelai di Indonesia. Balai Penelitian
TanamanPangan: Bogor.
Semangun,Haryono.1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Edisi kedua.
Gadjah Mada University press:Yogyakarta.
Widodo,Djoko. 1987. Hama dan Penyakit Kedelai. Puataka Buana : Bandung.
Yang, C.Y. 1977. Soybean Rust in Asia. Proc. Workshop Soy Bean Rust in the Western
Hemispere. Puerto Rico, November 1976: 1976: 34 - 43