22
LAPORAN PRAKTIKUM PENANGKARAN SATWA LIAR BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB (Camelus dromedarius), KOBRA INDIA (Naja naja), DAN ULAT SUTERA (Bombyx mori) Oleh : Gagan Hangga Wijaya (E34080033) Dosen : Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MSi Asisten: Maiser Syaputra Raya Akbar DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA ( Naja naja ), DAN ULAT SUTERA ( Bombyx mori )

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

LAPORAN PRAKTIKUM

PENANGKARAN SATWA LIAR

BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB (Camelus dromedarius),

KOBRA INDIA (Naja naja), DAN ULAT SUTERA (Bombyx mori)

Oleh :

Gagan Hangga Wijaya

(E34080033)

Dosen :

Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MSi

Asisten:

Maiser Syaputra

Raya Akbar

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN

EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang

membedakannya dari benda mati lainnya di muka bumi. Organisme memiliki

kemampuan bereproduksi untuk mempertahankan keberadaan jenisnya.

Reproduksi dilakukan oleh semua jenis makhluk hidup mulai dari organisme

bersel satu hingga organisme tingkat tinggi. Bentuk dan jenis-jenis reproduksi

juga bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisme

tersebut. Adaptasi suatu makhluk hidup juga dapat mempengarui bentuk

reproduksinya sehingga keturunan yang dihasilkan mampu hidup dan bersaing di

lingkungannya.

Proses reproduksi yang dibahas pada laporan ini merupakan ciri-ciri

bioreproduksi dan tipe-tipe reproduksinya serta informasi mengenai reproduksi

pada tiga jenis satwa yaitu Unta Arabia (Camelus dromedarius), Kobra India

(Naja naja), dan Ulat sutera (Bombyx mori). Informasi mengenai reproduksi

satwa-satwa tersebut dapat menjadi referensi bagi kegiatan manajemen satwa baik

di habitat alaminya maupun di penangkaran serta sebagai dasar bagi penelitian

selanjutnya.

Unta Arab merupakan mamalia yang ditemukan secara liar di Afrika

Tengah, Afrika Utara, Semenanjung Arab, dan Australia. Satwa ini merupakan

satwa yang tahan terhadap suhu lingkungan yang tinggi dan tahan terhadap

kekeringan. Satwa ini mampu menyimpan air dalam jumlah besar di tubuhnya

ketika tersedia air, dan mampu bertahan dalam waktu lama ketika kekeringan.

Dengan adanya perilaku tersebut, Unta Arab sangat mungkin dikembangkan di

Indonesia terutama di daerah-daerah beriklim kering seperti di Nusa Tenggara dan

Jawa Timur. Satwa tersebut bernilai komersial karena dagingnya dapat

dimanfaatkan sebagai konsumsi. Perilaku reproduksi Unta Arab sangat penting

diketahui untuk mempercepat perbanyakan populasi yang akan digunakan di

penangkaran. Satwa ini juga bernilai komersial tinggi sehingga penangkarannya

merupakan peluang usaha penangkaran yang menguntungkan.

1

Page 3: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

Ular Kobra India merupakan satwa yang banyak ditemui di daerah India

dan Srilanka. Di kedua negara tersebut ular kobra sering membahayakan

penduduk karena populasinya yang cukup banyak. Informasi mengenai reproduksi

ular kobra tersebut diharapkan dapat digunakan di dalam penangkaran satwa ini

yang hasilnya dapat digunakan untuk pembuatan serum bisa ular kobra untuk

mengurangi kematian manusia dan hewan ternak dari ancaman gigitan ular kobra.

Nilai estetika dan komersial ular kobra juga tinggi sehingga penangkarannya

dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar.

Ulat sutera merupakan jenis serangga yang menghasilkan benang sutera

yang bernilai komersial tinggi. Penangkarannya dapat dijadikan alternatif

lapangan kerja baru bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pasar kain sutera

baik domestik maupun internasional. Manfaat lainnya dari penangkaran ulat

sutera juga dapat dikembangkan bila kegiatan penangkarannya sudah berlangsung

secara luas dan berhasil dengan kualitas yang tinggi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu:

1. Pengenalan ciri umum biologi reproduksi satwa liar

2. Membedakan satwa berdasarkan ciri biologi reproduksinya.

2

Page 4: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

II LOKASI DAN WAKTU PENGAMATAN

Kegiatan penyusunan laporan ini dilakukan di Perpustakaan Departemen

KSH, Perpustakaan Fahutan, Perpustakaan LSI, dan Warnet. Kegiatan tersebut

dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan semua informasi yang berkaitan

dengan bioreproduksi ketiga satwa yang dibahas selama maksimal 2 jam.

Pengumpulan informasi di perpustakaan dilakukan pada jam kerja petugas

perpustakaan, sedangkan pengumpulan informasi melalui internet dilakukan

setiap waktu. Secara umum kegiatan penyusunan laporan ini dilakukan mulai

tanggal 20 – 25 April 2011.

Untuk kegiatan penulisan laporan dilakukan di rumah kost penulis selama

waktu libur atau waktu istirahat dari kegiatan perkuliahan. Penulisan laporan

dilakukan bertahap setelah mendapat informasi yang dibutuhkan dan

menyusunnya pada laporan ini.

3

Page 5: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

A. Alat

1. Alat tulis

2. Komputer atau laptop

3. Software Microsoft Office Word, Mozilla firefox dan koneksi internet.

B. Bahan

1. Buku, laporan atau tulisan yang berisi informasi mengenai Bioreproduksi

satwa.

2. Artikel, jurnal dan tulisan elektronik yang diunduh melalui internet.

3.3. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Laporan

Pengumpulan informasi mengenai bioreproduksi satwa dilakukan dengan

membaca dan mencari semua informasi yang berkaitan. Kegiatan ini dilakukan

baik di Perpustakaan atau dari internet. Bahan yang diperoleh dari perpustakaan

dapat difotokopi sedangkan bahan yang diperoleh dari internet diunduh dan

disimpan.

Informasi yang diambil yaitu semua informasi mengenai ciri-ciri

bioreproduksi, tipe-tipe reproduksi, dan informasi umum mengenai satwa Unta

Arab (Camelus dromedarius), Kobra India (Naja naja), dan Ulat Sutera (Bombyx

mori). Informasi mengenai bioreproduksi satwa meliputi tipe pekawin, musim

kawin, minimum dan maksimum breeding age, lama estrus, siklus estrus, lama

kebuntingan, masa inkubasi dan jumlah anak/telur, usia anak disapih, jarak waktu

beranak/bertelur, dan perilaku reproduksi. Informasi-informasi yang dikumpulkan

tersebut kemudian dianalisis dan diarahkan untuk penerapannya dalam

penangkaran satwa liar dan perbanyakannya di penangkaran.

Informasi mengenai bioreproduksi tersebut kemudian disisipkan dalam

penyusunan laporan melalui proses pengutipan kemudian dicantumkan pustaka

acuannya. Penulisan laporan dilakukan dengan format laporan IPB. Laporan

kemudian dicetak untuk mengambil hardkopinya.

4

Page 6: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Reproduksi pada hewan tingkat tinggi (vertebrata) berlangsung lebih baik

dan maju dibandingkan pada organisme tingkat rendah. Bentuk reproduksi pada

vertebrata berupa reproduksi seksual serta menghasilkan anak dengan cara

bertelur atau melahirkan. Mamalia mayoritas melahirkan anaknya (vivipar)

walaupun beberapa jenis mamalia bertelur. Mamalia merupakan hewan yang

memiliki kelenjar susu sehingga dapat memberi makan anaknya dari cairan susu

tersebut.

Reptil berkembang biak dengan bertelur dan sebagian jenis reptil

menetaskan telur di dalam tubuh induknya kemudian mengeluarkan dalam bentuk

anak (ovovivipar). Telur reptil ada yang diletakkan di sarangnya dan ada juga

yang ditimbun di dalam tanah atau pasir untuk memperoleh kondisi hangat. Reptil

tidak mengerami telurnya, namun menjaganya dari serangan predator. Anak reptil

yang menetas langsung meninggalkan sarang dan mencari makan dengan

sendirinya. Sangat sedikit induk reptil yang menjaga dan memberi makan

anaknya.

Serangga merupakan organisme invertebrata yang memiliki

keanekaragaman jenis yang tinggi. Serangga berkembangbiak secara bertelur dan

kawin dengan pembuahan internal. Untuk ordo Lepidoptera, perkembangan

organisme muda dari mulai telur hingga dewasa mengalami proses metamorfosis.

Serangga sangat mudah untuk hidup dan berbiak dalam berbagai macam kondisi

iklim dan geografis habitatnya.

4.1. Bioreproduksi Unta Arab (Camelus dromedarius)

Unta Arab (Camelus dromedarius) merupakan satwa mamalia yang

tersebar dari Afrika Utara, Semenanjung Arabia, dan terdapat pula di gurun-gurun

Australia sebagai satwa eksotik. Unta arab memiliki perbedaan bentuk fisik antara

jantan dan betinanya (sexual dimorphism) (Naumann, 1999). Unta jantan

5

Page 7: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

memiliki tinggi badan 1,8-2 m sedangkan unta betina 1,7-1,9 m. Berat tubuh

betina lebih kecil 10% dari berat jantan. Unta jantan juga memiliki organ mirip

lidah di bagian mulutnya yang berguna untuk menarik perhatian betina ketika

masa mencari pasangan (Naumann, 1999).

Unta Arab memiliki tipe kawin Poligami. Satu ekor jantan memiliki

pasangan satu ekor, dua ekor atau beberapa ekor betina dalam kelompoknya. Satu

ekor jantan pemimpin (Alpha male) mendominasi kawanan kelompoknya

(Naumann, 1999). Dalam satu kelompok hanya terdapat satu jantan dewasa

dengan beberapa betina, remaja dan anakan (Kohler-Rollefson, 1991). Satu

kelompok dapat beranggotakan 2-20 ekor unta (Kohler-Rollefson, 1991). Unta

jantan mudah dikenali karena biasanya berjalan terpisah beberapa meter dari

kelompoknya (Kohler-Rollefson, 1991). Pejantan lain yang tidak memiliki

kelompok hidup soliter atau berkelompok dengan jantan lainnya tanpa pasangan.

Waktu terjadinya kawin pada Unta Arab terjadi secara bermusim. Jantan

maupun betina merupakan pekawin musiman artinya hanya mau kawin pada

bulan-bulan tertentu saja. Perkawinan biasanya terjadi pada musim dingin atau

pada musim hujan pada negara yang tidak bermusim dingin (Naumann, 1999).

Bulan-bulan terjadinya perkawinan ini berbeda-beda pada berbagai Negara karena

perbedaan iklim dan musim hujan. Satu ekor betina hanya memiliki satu ekor

anak dalam jangka waktu dua tahun dan siap untuk kawin lagi (Kohler-Rollefson,

1991).

Pejantan memiliki kedewasaan setelah berumur 3 tahun namun baru siap

kawin pada usia 6 tahun (Kohler-Rollefson, 1991). Betina memiliki kedewasaan

seksual setelah berumur 3 tahun namun mulai kawin dan beranak pada umur 4

atau 5 tahun (Kohler-Rollefson, 1991). Pejantan yang telah mencapai kedewasaan

kemudian mencari pasangan dan bersaing dengan pejantan lainnya. Pejantan

muda harus bersaing dengan pejantan muda lainnya atau pejantan yang memimpin

suatu kelompok. Dalam suatu kelompok bila terdapat satu ekor pejantan yang

mulai beranjak dewasa, maka anggota kelompok akan terpecah (Naumann, 1999).

Betina ada yang tetap mengikuti kelompok jantan dominan dan ada pula sebagian

yang memisahkan diri dan bergabung dengan pejantan baru (Naumann, 1999).

6

Page 8: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

Pejantan yang akan kawin kemudian mendekati betina dan menarik

perhatian betina agar mau kawin. Setelah berada pada musim kawin yang tepat

pejantan akan mengawini betina-betina dalam kelompoknya. Kopulasi terjadi

selama 7-35 menit, namun rata-rata berkisar 11-15 menit (Naumann, 1999).

Setelah proses kopulasi, betina mengalami kebuntingan dan tidak mau kawin lagi.

Lama estrus, siklus estrus……..

Betina mengalami kebuntingan selama 12-13 bulan (Naumann, 1999).

Selama masa kebuntingan, betina akan mengandung satu ekor anak saja dan mulai

memproduksi susu untuk persiapan bagi anaknya (Kohler-Rollefson, 1991). Anak

yang lahir biasanya berjumlah satu ekor walaupun ada yang berjumlah dua ekor

(kembar) (Kohler-Rollefson, 1991). Anak yang lahir kemudian dijaga oleh induk

dan kelompoknya dan minum susu dari induknya hingga disapih.

Anak yang menyusu dari induknya akan disapih setelah berumur 1 atau 2

tahun (Kohler-Rollefson, 1991). Setelah itu anak akan mencari makan sendiri

tetapi tetap berada dalam kelompoknya. Anakan yang disapih dan setelah berumur

3 tahun kemudian mencapai kedewasaan dan siap kawin (Naumann, 1999).

Anakan itu bebas menentukan apakah tetap dalam kelompoknya atau bergabung

dengan kelompok baru.

Betina yang telah melahirkan akan menyusui anaknya dan selama masa

menyusui itu betina dapat saja kawin lagi selama berada pada musim yang tepat

untuk kawin. Betina yang menyapih anaknya sudah siap untuk mendapatkan anak

yang baru dan membesarkannya. Secara umum betina mampu memberikan satu

anak dalam jangka waktu 2 tahun.

Selama musim kawin, pejantan yang akan kawin harus bersaing dengan

pejantan lainnya yang belum mempuyai pasangan. Pejantan yang saling

berkompetisi mengadakan pertarungan dengan cara menggigit kaki lawannya,

berdiri setinggi mungkin dari lawannya, dan menggerak-gerakkan kepala hingga

salah satu jantan menyerah dan kalah (Groves, 2005). Pejantan yang kalah akan

tersingkir dari kelompoknya dan pejantan yang menang akan mendapatkan betina

yang ada dalam kelompok tersebut. Pejantan yang lebih kuat akan memimpin

7

Page 9: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

kelompok sedangkan pejantan yang sudah tua atau pejantan yang terlalu muda

tidak mampu menyaingi.

4.2. Bioreproduksi Kobra India (Naja naja)

Ular Kobra merupakan satwa reptil yang berkembang biak dengan

bertelur. Proses perkawinannya adalah secara seksual yaitu mempertemukan

gamet jantan dan betina kemudian sel telur yang telah dibuahi tersebut dibungkus

cangkang dan dikeluarkan dari tubuh betina. Ular Kobra India (Naja naja)

merupakan reptil dengan tipe kawin monogamus (Ramirez, 2001). Tipe

monogamus yang dimiliki Kobra India menyebabkan satwa ini hanya memiliki

satu pasangan dalam satu periode perkembangbiakan dan setelah itu dapat

berganti pasangan pada periode perkembangbiakan selanjutnya.

Kobra India memiliki musim kawin pada bulan-bulan tertentu dalam satu

tahun. Musim kawin ini terjadi karena kobra harus menyesuaikan iklim

lingkungan dengan telur yang akan diletakkan dan berkaitan dengan suhu udara

serta kesehatan telur dan anakan. Kobra India betina mulai bertelur pada bulan-

bulan April hingga Juni (Whitaker et al., 2004). Telur diletakkan di lubang-lubang

dalam tanah, lubang pohon, atau lubang lain yang terasa aman.

Minimum and maximum breeding age…..

Lama estrus, siklus estrus………..

Satu ekor betina mampu bertelur sebanyak 10-30 butir . (Breen, 1974).

Telur kemudian dijaga oleh induknya dari serangan predator dan gangguan

lainnya. Telur kemudian menetas (masa inkubasi) setelah 46-69 hari (Burton,

1991). Induk Kobra India menjaga telurnya hingga menetas dan tidak keluar dari

sarangnya selama masa inkubasi kecuali hanya untuk mencari makan (Tropical

Rainforest Animals, 2000).

Anak Kobra India yang baru menetas kemudian meninggalkan sarangnya

dan mencari makan sendiri tanpa mendapat perawatan dari induknya. Makanan

8

Page 10: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

anak kobra berupa serangga, mamalia kecil dan mangsa lainnya yang berukuran

kecil. Anak kobra yang telah menetas memiliki ukuran panjang 20-30 cm

(Whitaker et al., 2004). Anak kobra yang baru menetas memiliki bisa yang

kekuatannya sama dengan bisa kobra dewasa dan telah mampu mengembangkan

lehernya yang berbentuk sendok dan menyemburkan bias (Ramirez, 2001).

Jarak waktu bertelur………..

Perilaku reproduksi Kobra India mirip dengan perilaku jenis ular lainnya.

Jantan dan betina yang telah siap kawin pada saat bertemu langsung berinteraksi

dan mendekat. Jantan mengikuti betina kemanapun betina pergi sambil

menyentuh tubuh betina dengan kepala kobra jantan. Setelah menemui

kesempatan yang tepat, perkawinan terjadi dengan melilitkan badannya satu sama

lain. Kobra betina yang telah kawin dan siap bertelur kemudian mencari tempat

untuk menyimpan telur. Telur kemudian dijaga dari serangan predator dan

gangguan dari luar. Induk kobra yang berada di dalam sarang dan sedang menjaga

telurnya bersifat jinak terhadap aktifitas apapun di dalam sarang. Induk hanya

akan bereaksi jika terdapat mamalia kecil yang mendekati sarang.

4.3. Bioreproduksi Ulat Sutra (Bombyx mori)

Ulat sutera merupakan adalah satu jenis serangga yang terdiri dari jantan

dan betina. Ulat sutera merupakan bentuk ulat dari serangga mirip kupu-kupu

yang masih masuk dalam famili Bomycidae, ordo Lepidoptera. Ulat sutera

merupakan domestikasi dari Ulat sutera liar (Bombyx mandarina) (Arunkumar et

al., 2006). Seperti serangga lain dari famili tersebut, Bombyx mori mengalami

metamorfosis dan berkembang dari bentuk telur, ulat (larva), pupa, kepompong

dan ngengat dewasa. Betina berukuran lebih besar dibandingkan jantan dan

sayapnya lebih pendek. Ngengat dewasa tidak mampu terbang seperti kupu-kupu

lainnya.

Betina akan dikawini oleh beberapa jantan dan akan bertelur setelah

dikawini. Jantan hanya dapat bertahan hidup setelah mengawini betina sebanyak

9

Page 11: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

satu atau dua kali saja dan setelah itu akan mati (Arunkumar et al., 2006). Betina

dapat kawin dan bertelur berkali-kali semasa hidupnya.

Serangga ini tidak memiliki musim kawin bila berada di penangkaran.

Serangga ini dapat kawin kapan saja tergantung kematangan usia dan kedewasaan

induk. Di alam liar, serangga ini akan kawin dan bertelur kapan saja, namun telur

hanya akan menetas pada musim yang lebih hangat. Betina yang meletakkan

telurnya di musim dingin tidak langsung menetas, namun telurnya akan

mengalami masa hibernasi hingga menunggu musim semi atau musim panas

(Arunkumar et al., 2006). Telur yang menetas pada musim yang tepat akan

mampu bertahan hidup sedangkan pada musim yang tidak sesuai serangga ini

akan susah berkembangbiak.

Serangga ini mencapai usia siap kawin ketika berumur…………. Setelah

siap kawin, pejantan akan mencari betina untuk dikawini. Pejantan akan

mengikuti jejak zat feromon yang dikeluarkan betina. Pejantan dapat menempel

dan mengawini apa saja yang beraroma feromon seperti pejantan lain atau

kepompong (Arunkumar et al., 2006). Betina yang siap kawin akan dihampiri

oleh pejantan dan dikawini kemudian betina meletakkan telurnya di tempat yang

aman.

Bombyx mori melakukan perkawinan selama beberapa jam. Di alam liar,

serangga ini mampu kawin selama 12-24 jam namun bila berada di penangkaran

proses perkawinan dapat dihentikan setelah 3 jam . Selama proses kawin tersebut

pejantan akan tetap menempel dengan betina hingga selesai. Setelah kawin

sebanyak satu atau dua kali, pejantan akan mati. Di penangkaran perkawinan

selama 3 jam sudak cukup untuk membuahi telur betina. Cara melepaskan tubuh

jantan dengan betina yaitu dengan cara memutar tubuhnya. Bila tidak dilakukan

dengan hati-hati akan dapat merusak ovipositor betina dan telur akan gagal

berkembang.

Siklus estrus………….

Betina yang telah dikawini akan meletakkan telurnya di tempat yang

nyaman. Betina mampu bertelur sebanyak 150-300 butir telur bahkan ada yang

10

Page 12: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

mencapi ribuan telur per satu ekor induk. Betina meletakkan telur selama 3 hari.

Telur akan menetas setelah 10-14 hari namun ada juga yang sudah menetas dalam

waktu 7 hari. Telur akan menetas dengan baik pada suhu antara 25-30 0C namun

dapat saja menetas pada suhu dibawah temperature tersebut. Telur yang akan

menetas sebaiknya didinginkan pada suhu 1-4 0C. Bila tidak didinginkan telur

kadang-kadang tidak menetas dan mengalami kekeringan. Telur yang menetas

mengeluarkan ulat (larva) yang kemudian mengalami metamorfosis hingga

mencapai kupu-kupu dewasa.

Telur yang menetas dapat mencapai kedewasaan setelah……… Ulat yang

baru menetas akan mencari makan sendiri berupa daun murbei (Morus sp.). Anak

tersebut tidak diasuh oleh induknya seperti pada mamalia dan burung. Ulat

tersebut kemudian bertambah ukurannya dan berubah menjadi pupa, kepompong

dan ngengat dewasa. Fase kepompong merupakan fase yang menghasilkan serat

sutera. Setelah dewasa dan siap kawin terjadi proses perkawinan dan

perkembangbiakan.

Betina dapat dikawini dan bertelur berkali-kali sepanjang hidupnya.

Setelah bertelur betina dapat kawin lagi dan bertelur lagi selama ada pejanta yang

mengawininya. Lama waktu bertelur yaitu……

Pejantan dewasa akan mencari betina untuk dikawini dengan mendeteksi

feromon. Setelah bertemu betina, pejantan akan menempel pada perut betina dan

mulai membuahi sel telur betina. Perilaku kawin dapat berlangsung 12-24 jam bila

tidak diganggu dan terpisah. Pejantan akan mati setelah satu ata dua kali kawin.

Perilaku reproduksi Bombyx mori mirip dengan perilaku reproduksi kupu-kupu

lainnya pada ordo Lepidoptera.

11

Page 13: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

V KESIMPULAN

Bentuk dan jenis-jenis reproduksi bermacam-macam sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan organisme tersebut. Mamalia merupakan hewan yang

memiliki kelenjar susu sehingga dapat memberi makan anaknya dari cairan susu

tersebut. Reptil tidak mengerami telurnya, namun menjaganya dari serangan

predator. Anak reptil yang menetas langsung meninggalkan sarang dan mencari

makan dengan sendirinya. Serangga sangat mudah untuk hidup dan berbiak dalam

berbagai macam kondisi iklim dan geografis habitatnya.

Unta Arab merupakan satwa yang berpeluang tinggi untuk ditangkarkan di

Indonesia terutama di daerak beriklim kering. Reproduksinya mirip dengan

mamalia Ungulata lainnya sehingga dapat dibandingkan dengan satwa lain yang

pernah ditangkarkan. Kobra India dapat ditangkarkan dengan mudah tanpa

perawatan lebih seperti jenis ular lainnya. Ulat sutera merupakan serangga yang

juga mudah untuk ditangkarkan karena mirip dengan serangga lainnya terutama

yang masih termasuk ordo Lepidoptera. Perkembangbiakan ulat sutera di

penangkaran tidak berbeda jauh dengan perilakunya di alam hanya saja di

penangkaran perkembangbiakannya dapat lebih dipercepat dengan perlakuan

pakan dan habitat.

12

Page 14: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

DAFTAR PUSTAKA

Animal diversity web: Camelus dromedarius

Arunkumar KP, Muralidhar M, Nagaraju J. 2006. Molecular Phylogeny of

Silkmoth reveals the origin of domesticated silkmoth, Bombyx mori from

Chinese Bombyx mandarina and paternal inheritance of Antheraea

proyleimitochondrial DNA. Molecular Phylogenetics and Evolution (2):

419-627

Breen, J. 1974. Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. New York: T.F.H.

Publications.

Burton, J. 1991. The Book of Snakes. Quarto Publishing.

Groves, C. (2005). Wilson, D. E., & Reeder, D. M, eds. ed. Mammal Species of

the World (3rd ed.). Baltimore: Johns Hopkins University Press

Köhler-Rollefson, I. U.  1991.  Camelus dromedarius.  Mammalian Species (375):

1-8.

Naumann, R. 1999. "Camelus dromedarius" (On-line), Animal Diversity Web.

http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Camel

us_dromedarius.html. Diakses 23 April 2011

Ramirez, J. 2001. "Naja naja" (On-line), Animal Diversity Web. http://

animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/informa-tion/Naja_

naja.html. Diakses 23 April 2011

Tropical Rainforest Animals (On-line). http://mbgnet.mobot.org/sets/rforest

/animals/cobra.htm. Diakses 24 April 2011

Whitaker, Romulus, Ashok. 2004. Snakes of India: The Field Guide.

13

Page 15: BIOREPRODUKSI PADA UNTA ARAB ( Camelus dromedarius ),KOBRA INDIA (  Naja naja ), DAN ULAT SUTERA (  Bombyx mori  )

LAMPIRAN

1. Gambar Unta Arab (Camelus dromedarius)

2. Gambar Kobra India (Naja naja)

3. Gambar Ulat Sutera (Bombyx mori)

14

Unta dewasa Betina yang memelihara anak

Betina menyusui

Telur Kobra India Betina yang menjaga telurnya

Anak Kobra yang baru menetas

Betina dewasa Betina (bawah) dan Jantan (atas) yang sedang kawin

Kepompong sebagai bahan baku kain

sutera