20
BIOKIMIA OBESITAS” KELOMPOK 7 ADISTY PUSPITASARI AHMAD MAKKY DIAN WAHYUNI HAFIZA RAFIQA MUSHIDA YAMIN

Biokimia Ob

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biokimia obes

Citation preview

Page 1: Biokimia Ob

BIOKIMIA“OBESITAS”

KELOMPOK 7ADISTY PUSPITASARI

AHMAD MAKKYDIAN WAHYUNIHAFIZA RAFIQA

MUSHIDA YAMIN

Page 2: Biokimia Ob

PENDAHULUAN

• Kegemukan atau obesitas adalah kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak tubuh berlebihan. Sejumlah tertentu lemak tubuh diperlukan untuk menyimpan energi, menginsulasi panas, meredam goncangan, dan fungsi lainnya.

• Jumlah normal lemak tubuh antara 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dan pria yang memiliki lemak tubuh masing-masing lebih dari 30% dan 25% dianggap mengalami obesitas.

Page 3: Biokimia Ob

• Obesitas sangat sering disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi makanan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kerentanan genetik, meskipun sebagian kecil kasus terutama disebabkan oleh gen, gangguan endokrin, dan obat-obatan.

• Rata-rata orang gemuk mengeluarkan energi yang lebih besar dibandingkan orang yang kurus karena dibutuhkan energi untuk menjaga massa tubuh yang lebih besar

Page 4: Biokimia Ob

Gejala yang berhubungan dengan obesitas

• Sulit tidur• Mendengkur• Sesak nafas secara tiba-tiba saat tidur• Nyeri punggung atau sendi• Berkeringat secara berlebihan• Selalu merasa panas• Ruam atau infeksi pada lipatan kulit• Sulit bernapas• Sering ngantuk dan lelah• Depresi

Page 5: Biokimia Ob

Resiko ketika mengalami obesitas

Obesitas bisa memicu banyak gangguan kesehatan dan komplikasi, di antaranya adalah:

• tekanan darah tinggi (hipertensi)• diabetes tipe 2• kolesterol tinggi• penyakit jantung• stroke• gangguan pernapasan• masalah tidur, misalnya ngorok atau sleep apnea

Page 6: Biokimia Ob

• Selain itu obesitas juga bisa mempengaruhi seseorang secara emosional. Terlebih lagi di zaman modern saat ini, hal tersebut terjadi sebagai efek dari perlakuan dan diskriminasi baik langsung maupun tidak langsung yang sering diterima oleh seseorang yang mengalami obesitas, baik dalam sekolah, bekerja, interaksi sosial, saat mencari pekerjaan, dan lain sebagainya.

Page 7: Biokimia Ob

Penyebab obesitas

1. Pola makan berlebihanOrang yang kegemukan biasanya lebih responsif dibanding dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Mereka cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

Page 8: Biokimia Ob

2. Genetik Hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya

obesitas adalah faktor genetik, yaitu sebanyak 25-35 %. Jadi, jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat obesitas, maka salah satu anggota keluarga memiliki risiko yang lebih tinggi menderita obesitas dibandingkan dengan mereka yang tidak. “Faktor genetik juga berhubungan dengan masalah gaya hidup yang kurang sehat.” Sebab jika ada anggota keluarga yang memiliki masalah obesitas yang disebabkan karena hal tersebut, maka hal itu juga akan memengaruhi anggota keluarga lainnya.

Page 9: Biokimia Ob

3. Kerusakan pada salah satu jaringan otak Perilaku makan seseorang dikendalikan oleh sistem pengontrol

yang terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus merupakan sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah. Ada 2 bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan tidak ingin berhenti melahap makanan.

Page 10: Biokimia Ob

4. Kurang gerak/olahraga Berat badan berkaitan erat dengan tingkat

pengeluaran energi tubuh. Pengeluaran energi ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

a) Tingkat aktivitas dan olah raga secara umumb) Angka metabolisme basal atau tingkat energi

yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh.

Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.

Page 11: Biokimia Ob

5. Pengaruh emosional Pada beberapa kasus obesitas bermula dari

masalah emosional yang tidak teratasi. Orang-orang yang memiliki permasalahan menjadikan makanan sebagai pelarian untuk melampiaskan masalah yang dihadapinya. Makanan juga sering dijadikan sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Dengan menjadikan makanan sebagai pelampiasan penyelesaian masalah maka apabila tidak diimbangi dengan aktifitas yang cukup akan menyebabkan terjadinya kegemukan.

Page 12: Biokimia Ob

6. Lingkungan Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi

seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.

Page 13: Biokimia Ob

Indeks massa tubuh

Page 14: Biokimia Ob

TINDAKAN UNTUK MENCEGAH OBESITAS

• Sering berolahraga• Makan makanan sehat yang rendah lemak dan

gula• Jaga berat badan sehat anda• Selalu konsisten terhadap perencanaan

mengenai gaya hidup sehat anda sehari-hari

Page 15: Biokimia Ob

Selamat Menyaksikan

Page 16: Biokimia Ob

Obesitas dan metabolisme glukosa• Penelitian Zhong, et al (2011) menunjukkan terjadi

peningkatan kadar trigliserida (lemak kolesterol), pernurunan kadar kolesterol HDL, resistensi insulin, dan peningkatan kadar faktor-faktor inflamasi pada pasien obesitas. Terjadi peningkatan mRNA Lipopolysaccharides (LPS)-induced TNF-α factor (LITAF) dan kadar protein seiring dengan peningkatan IMT mengindikasikan hubungan paralel antara LITAF dan gangguan metabolik.

Page 17: Biokimia Ob

• Menurut penelitian tersebut, LITAF teraktivasi pada pasien obesitas dan berperan terhadap perkembangan obesitas yang menginduksi inflamasi dan resistensi insulin, berdasarkan fakta bahwa LITAF berperan dalam proses inflamasi dalam mengatur ekspresi dari TNF-α, IL-6 dan MCP-1 yang mengakibatkan resistensi insulin dan TLR4, salah satu reseptor LITAF pada makrofag juga bisa distimulasi oleh asam lemak bebas, yang dapat menimbulkan proses inflamasi pada pasien obesitas.

Page 18: Biokimia Ob

• Menurut Hotamisligil, et al (1995) dalam Zhong, et al (2011), LITAF merupakan pengatur traskripsi TNF-α, yang seharusnya berperan pada mekanisme imun terhadap infeksi. Gen LITAF terletak pada 16p13.13, dan secara signifikan terdapat di limfa, kelenjar getah bening, dan leukosit darah perifer. TNF-α adalah pemicu kuat adipositokinin proinflamasi seperti IL-6, MCP-1, leptin dan PAI-1, dan hal ini sangat terlibat dalam proses inflamasi pada pasien obesitas. Peningkatan TNF-α yang diobservasi pada jaringan lemak pasien obes menunjukkan hubungan langsung timbulnya resistensi insulin pada pasien obesitas.

Page 19: Biokimia Ob

• Insulin berikatan dan beraksi terutama melalui reseptor insulin, dan juga reseptor insulinlike growth factor–1 (IGF-1). Aksi insulin secara seluler menimbulkan efek yang bervariasi pada jalur postreseptor dalam sel-sel target. Resistensi insulin adalah gangguan respon biologis normal terhadap insulin (Dorland, 2002).

Page 20: Biokimia Ob

• Menurut Lee, et al (2010) dalam Olatunbosun (2011), obesitas adalah penyebab resistensi insulin tersering yang berhubungan dengan penurunan jumlah reseptor dan kegagalan post-reseptor untuk mengaktivasi tirosin kinase yang merupakan subunit b pada reseptor insulin yang teraktivasi ketika insulin berikatan dengan sub unit a. Aktivasi kompleks ini akan mengaktivasi autofosforilase dan aksi termediasi insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Kegagalan dalam penghantaran sinyal untuk meregulasi kadar gula darah ini menimbulkan hiperinsulinemia, gangguan glukosa darah puasa, impaired glucose tolerance (IGT), dan diabetes tipe 2 (Olatunbosun, 2011).