23
Biografi Pangeran Diponegoro Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo. Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum. Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro. Riwayat perjuangan Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak

Biografi Pangeran Diponegoro

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sdasdasasf

Citation preview

Page 1: Biografi Pangeran Diponegoro

Biografi Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.

Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.

Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.

Riwayat perjuangan Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik

Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.

Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830.

Page 2: Biografi Pangeran Diponegoro

Penangkapan dan pengasingan 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal,

Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia.

28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.

11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch. 30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado. tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam.

1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar. Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.

Biografi Presiden Soekarno

Biografi Presiden Soekarno. Sampai sekarang beliau merupakan sosok yang banyak kagumi oleh orang. Soekarno atau yang lebih akrab dikenal sebagai Bung Karno merupakan Presiden pertama Indonesia yang berasal dari Blitar, sekaligus sebagai Pahlawan Proklamasi. Bahkan banyak pemimpin dunia segan terhadap Ir. Soekarno sebagai Presiden Indonesia. Soekarno yang bernama asli Koesno Sosrodihardjo dilahirkan di Surabaya pada tangga 6 Juni tahun 1901. Namun kini namanya berganti Soekarno sebab beliau sering sekali sakit lantaran namanya yang tidak sesuai. Beliau lahir dari orang tua yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan juga ibunya yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya presiden Indonesia ini memiliki 3 orang istri dan masing-masing istri memberikan keturunan. Dari istri yang bernama Fatmawati, beliau dikaruniai 5 orang anak yakni Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guntur dan Guruh. Sedangkan dari Hartini, Soekarno dikaruniai 2 orang anak, yakni Bayu dan Taufan.

Tak banyak yang tahu, jika Soekarno memiliki istri yang merupakan turunan orang Jepang yakni Naoko Nemoto yang berganti nama dengan Ratna Sari Dewi. Dari hasil

Page 3: Biografi Pangeran Diponegoro

pernikahannya dengan wanita keturunan Jepang tersebut, menghasilkan keturunan yang bernama Kartika. Sewaktu kecil, beliau tak lama hidup dengan orang tuanya yang ada di Blitar. SD hingga lulus sekolah, beliau justru tinggal dan indekos di Surabaya tepatnya di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto yang merupakan politisi pendiri SI atau Serikat Islam. Setelah kelulusannya, beliau melanjutkan pendidikannya di HBS atau Hoogere Burger School. Pada waktu itu, Soekarno sudah mendapat gemblengan sehingga jiwa nasionalismenya sangat besar.

Lulus dari HBS, tepatnya tahun 1920, Soekarno muda melanjutkan studinya ke THS atau Technische Hoogeschool yang kini bergelar menjadi ITB. Enam tahun kemudian, beliau mendapatkan gelar Ir tepat pada tanggal 25 Mei. Setelah kelulusannya tersebut beliau mengamalkan ajaran Marhaenisme serta menjadi pendiri Partai Nasional Indonesia atau PNI yang dibentuk tanggal 4 Juli tahun 1927. Tujuan di bentuknya partai tersebut adalah agar Indonesia bisa merdeka dari jajahan.

Akibat keberaniannya tersebut, Soekarno dimasukkan dalam penjara milik Belanda yakni penjara suka miskin. Selama berada di penjara, beliau mengandalkan hidupnya kepada sang istri untuk memasok kebutuhan hidupnya. Inggit dibantu kakak iparnya Sukarmini atau Ibu Wardoyo pada saat beliau dipenjara sering mengantarkan makanan untuk Soekarno. Pada saat itulah pengawasan di penjara Suka miskin ini semakin diperketat.

Oleh Belanda, Soekarno dianggap sebagai tahanan cukup berbahaya sebab menghasut orang lain untuk merdeka. Bahkan agar Soekarno tidak bisa mendapatkan informasi yang berasal dari luar penjara, beliau diisolasi bersama tahanan elite. Penghuni tahanan elite ini sebagian besar adalah warga Negara Belanda yang melakukan korupsi, penggelapan dan juga penyelewengan. Justru, ini menjadikan topik pembicaraan Soekarno tidak sesuai dengan para tahanan sebab yang ingin dibicarakan beliau adalah bagaimana untuk memerdekakan Indonesia.

Topik pembicaraan yang biasanya dia dengar adalah soal cuaca, makanan dan hal yang tidak pernah penting. Berada di penjara Suka miskin selama berbulan-bulan, menjadikan Soekarno putus komunikasi dengan para sahabat seperjuangannya. Namun dirinya tak kehilangan akal dan selalu mencari informasi dari luar.

Akhirnya beliau menemukan media yang bisa digunakan sebagai sarana komunikasi dengan istrinya yakni dengan telur. Jika telur yang dibawa berupa telur asin, maka kabar buruk sedang menimpa teman seperjuangan Bung Karno. Akan tetapi beliau hanya bisa menduga saja sebab tak tau persis apa yang sedang terjadi. Soekarno selalu mendapat pengawasan ketat sehingga tak leluasa berbicara dengan Inggit. Setiap barang bawaan yang dibawa oleh Inggit pun selalu mendapat pemeriksaan khusus.

Lama kelamaan Soekarno dan inggit menemukan cara yang dianggap lebih mudah untuk melakukan komunikasi untuk mengelabui tentara Belanda. Meski medianya masih sama berupa telur, namun sekarang cara berbeda diterapkan untuk melakukan komunikasi sebagai kabar di luar penjara. Caranya adalah dengan menusuk jarum ke bagian telur. Jika mendapati kiriman telur dengan satu tusukan, itu artinya adalah kabar baik. Jika telur ditusuk sebanyak dua kali, artinya ada salah seorang teman yang sedang ditangkap. Sedangkan 3 tusukan, maknanya adalah penyergapan kepada aktivis kemerdekaan yang cukup besar.

Soekarno dipenjara pada tahun 1929 Desember, dan dibebaskan akhir bulan Desember tahun 1931. Selama menjalani hukuman di penjara Suka miskin ini Soekarno tak pernah sekalipun dijenguk kedua orang tuannya yang bermukim di Blitar. Berdasarkan penuturan kakaknya yakni Ibu wardoyo, kedua orang tuanya tersebut tidak sanggup jika harus melihat anak kesayangannya berada di penjara dan tak berdaya.

Page 4: Biografi Pangeran Diponegoro

Selama di Suka miskin kondisi Soekarno ini sangat memprihatinkan, yakni kurus dan juga hitam. Itulah alasannya seperti yang dituturkan oleh Ibu Wardoyo, orang tuanya tidak ingin menjenguk anaknya. Untuk menutupi keadaannya dan tidak membuat panik orang tuanya tersebut beliau berkilah jika kulitnya yang menghitam ini sebab sering bekerja serta bergerak berpanas-panas di bawah sinar matahari.

Beliau ingin memanaskan tulang-tulangnya, sebab selama berada di dalam penjara, tidak terdapat matahari yang menyinari ruangan sehingga menjadi lembab, dingin dan juga gelap. Delapan bulan berlalu kasusnya kemudian disidangkan oleh Belanda. Dalam pembelaannya, beliau membuat judul bahwa “Indonesia Menggugat” yang mengungkapkan keserakahan Belanda yang mengaku sebagai bangsa yang lebih maju tersebut.

Dalam pembelaannya tersebut, ternyata membuat Belanda semakin kalap dan PNI yang dibentuk oleh Soekarno tersebut dibubarkan pada tahun 1930, tepatnya bulan Juli. Kebebasan pun menantinya, dan benar saja pada tahun 1931 setelah keluar dari penjara Soekarno yang sudah tidak memiliki partai ini bergabung bersama Partindo. Baru saja bergabung, soekarno dipercaya oleh teman-temannya sebagai pemimpin yang membuatnya kembali ditangkap Belanda. Beliau dibuang ke Flores dan ke Bengkulu 4 tahun kemudian. Perjuangan yang panjang pun dilaluinya dan mempertemukan beliau dengan Bung Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Kemerdekaan tersebut di proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang sekarang di jadikan sebagai tanggal kemerdekaan. Beliau membuat gagasan dasar Negara yang disepakati bernama Pancasila. Itulah yang mengantarkan Ir. Soekarno menjadi Presiden RI pertama yang dipilih oleh rekan-rekannya dari PPKI serta mengangkat Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia

Pergolakan politik yang hebat yang terjadi di Indonesia pada tahun 1960an terutama yang disebabkan oleh pemberontakan hebat yang dikenal sebagai G30-S/PKI membuat akhir dari pemerintahan Presiden Soekarno yang kemudian ditandai dengan munculnya “Supersemar” atau yang lebih dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret pada tahun 1966 yang menandai peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto.

Setelah tidak menjabat sebagai presiden, Soekarno kemudian lebih banyak menghabiskan waktunya di istana Bogor dimana kesehatannya yang terus menerus makin menurun yang kemudian pada tanggal 21 Juni 1970, Soekarno kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Subroto menandai perginya sang Proklamator atau Bapak Pendiri bangsa Indonesia ini ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Jenazah Sang Proklamator kemudian disemayamkan di Wisma Yaso, jakarta yang kemudian dibawa ke Blitar, Jawa timur untuk di makamkan berdekatan dengan makam ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Atas jasa-jasa dari Soekarno kemudian negara menganugerahkan gelar “Pahlawan Proklamasi” kepada Presiden Soekarno

Page 5: Biografi Pangeran Diponegoro

BIOGRAFI

SISINGAMANGARAJA XII

          Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di

Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama Sisingamangaraja

XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang. Ayahnya wafat pada tahun 1876, sehingga

Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun. Gelarnya

adalah Sisingamangaraja XII. Sisingamangaraja berasal dari tiga kata, yaitu ‘si’, ‘singa’, dan

‘mangaraja’. ‘Si’ adalah kata sapaan, ‘singa’ merupakan bahasa Batak yang berarti bentuk rumah

Baka, sedangkan ‘mangaraja’ sama maksudnya dengan kata ‘maharaja’. Jadi Sisingamangaraja

berarti Maharaja orang Batak. Dari 12 orang yang melanjutkan dinasti Sisingamangaraja,

Singamangaraja XII merupakan raja paling populer dan diangkat sebagai pahlawan nasional

sejak 9 November 1961.

    Sampai pada tahun 1886, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh

dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah pimpinan Raja

Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat bertani dan beternak, berburu dan sedikit-

sedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri semua yang

“terbeang” atau ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII memang terkenal anti

perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan.

Perjuangan melawan Belanda

          Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII menjalin hubungan dengan pasukan

Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh beragama Islam untuk meningkatkan kemampuan

tempur pasukannya. Dia berangkat ke wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh dan turut

serta pula dalam latihan perang Keumala. Karena Belanda selalu unggul dalam persenjataan,

maka taktik perang perjuangan Batak dilakukan secara tiba-tiba, hal ini mirip dengan taktik

perang Gerilya.

          Pada tahun 1887, pejuang-pejuang Batak melakukan penyerangan ke Kota Tua. Mereka

dibantu orang-orang Aceh yang datang dari Trumon. Perlawanan ini dapat dihentikan oleh

pasukan Belanda yang dipimpin oleh J. A. Visser, namun Belanda juga menghadapi kesulitan

melawan perjuangan di Aceh. Sehingga Belanda terpaksa mengurangi kegiatan untuk melawan

Page 6: Biografi Pangeran Diponegoro

Sisingamangaraja XII karena untuk menghindari berkurangnya pasukan Belanda yang tewas

dalam peperangan.

          Pada tanggal 8 Agustus 1889, pasukan Sisingamangaraja XII kembali menyerang Belanda.

Seorang prajurit Belanda tewas, dan Belanda harus mundur dari Lobu Talu. Namun Belanda

mendatangkan bala bantuan dari Padang, sehingga Lobu Talu dapat direbut kembali. Pada

tanggal 4 September 1889, Huta Paong diduduki oleh Belanda. Pasukan Batak terpaksa ditarik

mundur ke Passinguran. Pasukan Belanda terus mengejar pasukan Batak sehingga ketika tiba di

Tamba, terjadi pertarungan sengit. Pasukan Belanda ditembaki oleh pasukan Batak, dan Belanda

membalasnya terus menerus dengan peluru dan altileri, sehingga pasukan Batak mundur ke

daerah Horion.

          Sisingamangaraja XII dianggap selalu mengobarkan perlawanan di seluruh Sumatra Utara.

Kemudian untuk menanggulanginya, Belanda berjanji akan menobatkan Sisingamangaraja XII

menjadi Sultan Batak. Sisingamangaraja XII tegas menolak iming-iming tersebut, baginya lebih

baik mati daripada menghianati bangsa sendiri. Belanda semakin geram, sehingga mendatangkan

regu pencari jejak dari Afrika, untuk mencari persembunyian Sisingamangaraja XII. Barisan

pelacak ini terdiri dari orang-orang Senegal. Oleh pasukan Sisingamangaraja XII barisan musuh

ini dijuluki “Si Gurbak Ulu Na Birong”. Tetapi pasukan Sisingamangaraja XII pun terus

bertarung. Panglima Sarbut Tampubolon menyerang tangsi Belanda di Butar, sedang Belanda

menyerbu Lintong dan berhadapan dengan Raja Ompu Babiat Situmorang. Tetapi

Sisingamangaraja XII menyerang juga ke Lintong Nihuta, Hutaraja, Simangarongsang, Huta

Paung, Parsingguran dan Pollung. Panglima Sisingamangaraja XII yang terkenal Amandopang

Manullang tertangkap. Dan tokoh Parmalim yang menjadi Penasehat Khusus Raja

Sisingamangaraja XII, Guru Somaling Pardede juga ditawan Belanda. Ini terjadi pada tahun

1906.

          Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan atau Brigade Setan

mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak bersedia menyerah. Ia

bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala, Isteri Sisingamangaraja XII, ditangkap

pasukan Belanda. Ikut tertangkap putra-putri Sisingamangaraja XII yang masih kecil. Raja

Buntal dan Pangkilim. Menyusul Boru Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap,

menyusul Sunting Mariam, putri Sisingamangaraja XII dan lain-lain.

Page 7: Biografi Pangeran Diponegoro

          Tahun 1907, di pinggir kali Aek Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon,

di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang, gugurlah

Sisingamangaraja XII oleh peluru Marsuse Belanda pimpinan Kapten Christoffel.

Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta

putrinya Lopian. Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusaha terus mengadakan perlawanan,

sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih hidup ditawan, dihina dan dinista, mereka

pun ikut menjadi korban perjuangan. Gugurnya Sisingamangaraja XII merupakan pertanda

jatunya tanah Batak ke tangan Belanda. Dengan dikuasainya Batak, seluruh wilayah Nusantara

telah dijajah oleh Belanda.

Riwayat Hidup dan Perjuangan Sultan Syarif Kasim

Pewaris tahta Kerajaan Siak Sri Indrapura ke-12 tersebut lahir di pusat kerajaan ini yaitu Siak Sri Indrapura pada 11 Jumadil Awal 1310 Hijriyah bertepatan dengan 1 Desember 1893. Pewaris tahta ini bernama Tengku Sulung Sayed Kasim yang populer dipanggil Syarif Kasim. Ayahandanya adalah sultan ke-11 yang bergelar Sultan Asysyaidis Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddin yang memerintah selama 19 tahun yaitu dari tahun 1889 sampai dengan tahun 1908. Ibunya bernama Tengku Yuk, permaisuri kerajaan dan Sayed Kasim mempunyai saudara se-ayah dari ibu Encik Rafe’ah yaitu Tengku Long Putih yang kelak bermastautin di Singapura hingga akhir hayatnya. 1. Masa Kecil dan Pendidikan

Semasa kecilnya sampai dengan berumur 12 tahun, Sayed Kasim dididik dalam lingkungan istana. Sebagai calon pengganti ayahnya yang pada suatu saat nanti akan menduduiki singgasana pula, ia dididik sebagaimana lazimnya adat istiadat raja-raja, meliputi aspek fisik, mental spiritual atau kerohanian dan kecerdasan.

Ayahandanya merupakan seorang sultan yang kuat memegang prinsip Islam, selain itu juga mempunyai pandangan yang luas serta berusaha dalam meningkatkan kemakmuran kerajaan dan kemakmuran rakyat. Baginda ingin yang menggantikannya kelak dapat memimpin kerajaan dengan prinsip Islam dan pengetahuan yang luas. Untuk itu semua, setelah Sayed Kasim berumur 12 tahun yaitu pada tahun 1904 ia dikirim ke Batavia pusat pemerintahan Hindia Belanda pada ketika itu.

Di Batavia, Sayed Kasim melanjutkan pendidikan mengenai pengetahuan hukum Islam kepada Sayed Husein Al-Habsyi yang merupakan ulama besar dan juga termasuk orang pergerakan pada tahun 1908 mulai berkembang di Batavia. Selain belajar mengenai hukum Islam ia juga menuntut ilmu hukum dan ketatanegaraan dari Prof Snouck Hurgronye dari Institute Beck en Volten. Pengetahuan yang diperolehnya tidaklah menjadikannya sebagai boneka kolonial tetapi sebaliknya malah membuka mata hatinya untuk menentang Belanda.

Selanjutnya, dalam kehidupannya yang sangat berpengaruh adalah ajaran dari Sayed Husein Al-Habsyi hingga ia menjadi pemeluk agama Islam yang taat dan berjiwa kebangsaan yang tinggi. Masa penempaan diri selama 11 tahun dari tahun 1904 sampai tahun 1915 di Batavia

Page 8: Biografi Pangeran Diponegoro

yang saat itu selain sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda juga merupakan Pusat Pergerakan Nasional, yang pada waktunya menanamkan pula kepada pemuda Sayed Kasim semangat kesatuan, semangat kemerdekaan dan semangat untuk menentang penjajah. Jiwa anti Belanda yang mendarah daging dalam dirinya dapat dilihat dari sepak terjangnya setelah beliau dinobatkan menjadi sultan.

2. Pemerintahan dan Perjuangan Saat Sayed Kasim berumur 16 tahun semasa masih menuntut ilmu di Batavia, ayahandanya

Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Djailil Syaifuddin mangkat bertepatan tahun 1908. Oleh karena itu, Sayed Kasim tidak langsung dinobatkan sebagai raja menggantikan ayahndanya, maka untuk sementara waktu pemerintahan dipegang oleh dua orang pejabat yang mewakili raja yaitu Tengku Besar Sayed Syagaf dan Datuk Lima Puluh selama kurang lebih 7 tahun.

Sekembalinya dari Batavia pada 3 Maret 1915, dalam usia 23 tahun Sayed Kasim dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang ke-12 dengan gelar Sultan Asysyaidis Syarif Kasim Abdul DJalil Syaifuddin.

Di masa pemerintahan ayahandanya Sultan Sayed Hasyim (Sultan Siak ke-11), dalam melaksanakan pemerintahan baginda dibantu oleh Dewan Menteri atau Dewan Kerajaan. Dewan inilah yang memilih dan mengangkat sultan, dewan ini bersama sultan membuat undang-undang dan peraturan. Dewan itu terdiri dari Datuk-datuk Empat Suku yaitu: Datuk Tanah Datar Sri Pakermaraja, Datuk Limapuluh Sri Bijuangsa, Datuk Pesisir Sri Dewaraja dan Datuk Kampar Maharaja Sri Wangsa.

Kekhawatiran Belanda timbul karena pewaris kerajaan adalah orang yang berpendidikan dan progresif, oleh karena itu pengangkatan Sultan Syarif Kasim II kurang disenangi oleh pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi, Datuk Empat Suku  yang merupakan Dewan Kerajaan tetap menghendaki Sayed Kasim menjadi sultan. Akibatnya Belanda mulai mengecilkan arti dan fungsi Dewan Kerajaan dan kemudian akhirnya Dewan Kerajaan dihapuskan oleh pemerintahan Hindia Belanda.

Undang-Undang Kerajaan dan Tata Pemerintahan Kerajaan Siak yang tertuang dalam Babul Kawaid yang merupakan pintu segala pegangan dan pedoman sepuluh provinsi Kerajaan Siak semenjak kepemimpinan ayahandanya dihapus oleh pemerintah Hindia Belanda. Sultan Siak tidak menerima perubahan yang diusulkan Belanda  karena hal ini dirasakan bahwa Belanda terlalu banyak mencampuri urusan kerajaan.

Pemaksaan dan tekanan yang terus menerus dilakukan Belanda akhirnya struktur pemerintahan di daerah-daerah dapat diubah Belanda dari bentuk provinsi menjadi district dan onder district. Kerajaan Siak terdiri dari 5 distrik, yaitu: Distrik Siak, Distrik Selatpanjang, Distrik Bagansiapi-api, Distrik Bukit Batu dan Distrik Pekanbaru.

Setelah Datuk Empat Suku tidak berfungsi lagi, penghasilan hutan tanah yang disebut “pancung alas” tidak boleh lagi dipungut. Pengadilan hanya Kerapatan Tinggi saja dan harus memasukkan controleur, sebagai anggota peraturan rodi dikenakan pada anak negeri. Dari hari ke hari tekanan oleh pihak Belanda semakin terasa dan meresahkan rakyat.

Sultan Siak ke-12 mulai menentang Belanda dan memandang perlu membangun kekuatan fisik karena ancaman Belanda tidak dapat dielakkan lagi. Sultan membangun kekuatan militer yang berawal dari barisan kehormatan pemuda-pemuda. Dilatih untuk membangkitkan semangat perlawanan dan mempertahankan diri serta membela nasib rakyat.

Pendidikan kemiliteran yang dilaksanakan sultan menimbulkan kebencian Belanda. Belanda menerapkan satu batalion serdadu Belanda di tangsi yang terletak berseberangan dengan Istana

Page 9: Biografi Pangeran Diponegoro

Siak. Sedangkan senjata meriam dari Sultan Siak siap siaga  di benteng Istana Lama yang dikendalikan suku Bentan.

Sultan menolak campur tangan peraturan pengadilan pemerintahan Hindia Belanda terhadap rakyatnya dan mempertahankan keberadaan Kerapatan Tinggi Kerajaan Siak supaya diatur  dan disusun oleh Kerajaan Siak sendiri.

Hutan tanah yang disebut pancung alas kejayaan suku tetap dipertahankan. Peraturan rodi untuk anak negeri ditolak dan tidak dilaksanakan di seluruh Kerajaan Siak. Sultan Siak mengatur sebuah perlawanan bersenjata pada tahun1931 melalui pemberontakan dan perlawanan “si Kojan” yang terjadi di Sungai Pareban, Selat Akar, Merbau. Dengan terpaksa pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan bala bantuan Marsose dari Medan dibawah pimpinan Letnan Leiner.

Dalam menentang penjajahan Belanda, Sultan Siak ke-12 memandang kekuatan harus diimbangi dengan kekuatan pembinaan mental dan pendidikan rakyat. Untuk itu didirikanlah sekolah bagi anak negeri dan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berbakat.

Pada tahun 1917 Sultan Syarif Kasim II mendirikan Sekolah Agama Islam yang diberi nama Madrasah Taufiqiyah Al-Hasyimiah. Pada tahun 1926 Sultan dan Permaisuri Tengku Agung mendirikan sekolah untuk kaum wanita yang diberi nama Latifah School. Pendidikan dimaksud selain untuk menimba pengetahuan agama Islam, juga untuk menanamkan rasa semangat kebangsaan, harga diri dan jiwa patriotisme.

3. Masa Peralihan Pendudukan JepangPecahnya Perang Asia Timur Raya pada 1942, tentara Jepang menduduki Singapura dan

Semenanjung Melaka. Tentara Jepang sampai di Pekanbaru melalui Sumatera Barat dan Sumatera Utara dengan tujuan utama untuk menghubungi sultan dan para pembesar Belanda di Residen Bengkalis. Belanda gelisah dan mengharapkan perlindungan dari sultan.

Di tangsi militer Belanda, tentara Jepang mengumpulkan pembesar Belanda baik sipil maupun militer. Kemudian mengutus inspektur polisi untuk meminta sultan datang ke kantor Contileur, tetapi sultan menolak dan tetap menunggu di istana.

Kerajaan Siak tetap berjalan seperti biasa, tata pemerintahan tidak berubah hanya penyebutan nama dan jabatan yang berubah. Seperti District Koofd menjadi Gun Cho dan Onderdistrichoofd menjadi Kun Sho.

Tidak lama sesudah Musyawarah Kaisi (musyawarah raja-raja) Jepang menangkapi beberapa raja di Riau. Di Siak sendiri ditangkap Guncho Wan Entol. Jepang belum berani menangkap Sultan Siak karena takut terjadi pemberontakan, namun penangkapan sebelumnya merupakan peringatan secara tidak langsung kepada sultan.

Sementara itu terjadi pemberontakan orang Sakai terhadap Jepang di daerah Balai Pungut wilayah Mandau. Pemberontakan ini dipimpin oleh Si Kodai dan beberapa kawan-kawannya, sehingga banyak korban dari pihak tentara Jepang. Jepang mengira pemberontakan ini sebagai reaksi atas penangkapan Datuk Wan Entol. Karena itu, Datuk Wan Entol  dibebaskan dan sultan mengirim Datuk Johar Arifin bersama OK Muhammad Djamil mengadakan perundingan dan perdamaian dengan Si Kodai, sehingga Si Kodai dapat dibawa ke Siak atas jaminan sultan. Dengan demikian pemberontakan suku Sakai dapat dihentikan.

Pada permulaan kedatangannya, Jepang meminta sultan untuk menyusun pemerintahan baru, tetapi sedikit demi sedikit kekuasaan langsung dipegang oleh Jepang. Sultan praktis tidak memegang kekuasaan lagi. Dalam situasi demikian, sultan masih membuktikan dirinya sebagai pembela rakyat. Sultan menolak mengirimkan tenaga Romusha yang diminta oleh Jepang.

Page 10: Biografi Pangeran Diponegoro

Biarpun tak lagi memegang tampuk pemerintahan, namun sultan tetap bertanggung jawab terhadap kerajaan dan rakyatnya.

4. Perjuangan KemerdekaanBerita kekalahan bala tentara Jepang yang menyerah tanpa syarat kepada tentara Sekutu pada

15 Agustus 1945 tersiar di daerah Riau pada akhir Agustus 1945. Sultan Siak sudah mendengar berita proklamasi.  Sejak muda sampai akhir hayatnya Sultan Syarif Kasim II terkenal taat beribadah dan almarhum sangat dicintai rakyatnya.

Sultan Syarif Kasim II, sultan dari Kerajaan Melayu yang terkenal penentang pemerintahan Hindia Belanda yang gigih. Jasa-jasa beliau sebagai patriot Tanah Air tentulah tidak dapat dilupakan begitu saja.

Menjelang akhir hayatnya, sultan dalam jasmaninya hidup dalam kesunyian kebesarannya, tetapi hatinya tetap dalam gegap gempitanya derap maju kemerdekaan bangsa dan negaranya. Di tengah-tengah dentam palu godam pembangunan beliau berbaring dengan tenang di atas “semburan sejuta barrel” kekayaan alam swapraja-nya dahulu di Rumah Sakit Caltex Rumbai, Pekanbaru. Dan dengan iringan asap mesiu “salvo” penghormatan, beristirahatlah untuk selamanya seorang pejuang yang tidak pernah jauh dari hati rakyatnya.

Pada 6 November 1998 melalui Kepres No.109/TK/1998, Pemerintah RI memberi gelar Pahlawan Nasional kepada Almarhum Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak XII) dengan anugerah tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana.

5. PenutupSejak muda sampai akhir hayatnya Sultan Syarif Kasim II terkenal taat beribadah dan

almarhum sangat dicintai rakyatnya. Sultan Syarif Kasim II, sultan dari Kerajaan Melayu yang terkenal penentang pemerintahan Hindia Belanda yang gigih. Jasa-jasa beliau sebagai patriot Tanah Air tentulah tidak dapat dilupakan begitu saja.

Menjelang akhir hayatnya sultan dalam jasmaninya hidup dalam kesunyian kebesarannya, tetapi hatinya tetap dalam gegap gempitanya derap maju kemerdekaan bangsa dan negaranya.

Di tengah-tengah dentam palu godam pembangunan beliau berbaring dengan tenang di atas ‘semburan sejuta barrel’ kekayaan alam swapraja-nya dahulu di Rumah Sakit Caltex Rumbai, Pekanbaru. Dan dengan iringan asap mesiu ‘salvo’ penghormatan, beristirahatlah untuk selamanya seorang pejuang yang tidak pernah jauh dari hati rakyatnya.

Pada 6 November 1998 melalui Kepres Nomor 109/TK/1998, Pemerintah Republik Indonesia memberi gelar Pahlawan Nasional kepada almarhum Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak XII) dengan anugerah tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana.***

Page 11: Biografi Pangeran Diponegoro

CUT NYAK MEUTIA (1870-1910)

Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh pada tahun 1870, tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus. Suasana perang itu mempengaruhi perjalanan hidupnya selanjutnya. Waktu masih kecil, ia dipertunangkan dengan Teuku Syam Syarif, tetapi ia lebih tertarik kepada Teuku Muhammad. Akhirnya, keduanya menikah. Teuku Muhammad adalah seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong.

Sekitar tahun 1900 pejuang-pejuang Aceh sudah banyak yang tewas. Gerakan pasukan Belanda sudah sampai ke daerah pedalaman Aceh. Cut Nyak Meutia bersama suaminya memimpin perjuangan gerilya di daerah Pasai. Berkali-kali pasuka mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Markas Belanda di Idie pernah pula diserang. Melalui pihak keluarga, Belanda berusaha membujuk supaya Meutia menyerahkan diri kepada Pemerintah Belanda. Tetapi bujukan itu tidak berhasil. Ia termasuk pejuang yang pantang tunduk.

Pada bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman tembak. Sesuai pesan suaminya, Meutia kemudian kawin dengan Pang Nangru, seorang teman akrab dan kepercayaan Teuku Cik Tunong. Bersama suaminya yang baru itu, ia melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Karena kepungan Belanda semakin ketat, mereka masuk lebih jauh ke rimba Pasai, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindarkan diri agar jangan sampai tertangkap.

Pada bulan September 1910 Pang Nangru tewas dalam pertempuran di Paya Cicem. Cut Meutia masih dapat meloloskan diri. Beberapa orang teman Pang Nangru kemudian menyerahkan diri kepada Belanda. Meutia dibujuk supaya menyerah pula, tetapi ia tetap menolak. Dengan seorang anaknya berumur sebelas tahun, bernama Raja Sabil, ia berpindah-pindah di pedalaman rimba Pasai. Tempat persembunyiannya akhirnya diketahui juga oleh pasukan Belanda. Pada tanggal 24 Oktober 1910 tempat itu mereka kepung. Cut Nyak Meutia mengadakan perlawanan dengan mengunakan sebilah rencong. Tiga orang tentara Belanda melepaskan tembakan. Sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah mengenai dadanya. Ia gugur pada saat itu juga. Cut NYak Meutia dikukuhkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada tanggal 2 Mei 1964, dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 107 Tahun 1964.

Page 12: Biografi Pangeran Diponegoro

Sejarah Singkat   Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Page 13: Biografi Pangeran Diponegoro

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi

MOHAMMAD HATTA

Mohammad Hatta, adalah pahlawan Indonesia. Dilahirkan di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902. Saat lahir beliua diberi nama Mohammad Ahtar dan biasa dipanggil Atta. Ayahnya bernama Mohammad Jamil dan ibunya bernama Siti Saleha yang berasal dari kalangan pedagang. Di waktu kecil, Bung Hatta bersekolah dasar di Bukittinggi yang awalnya ditempuh secara privat. Setelah itu beliau bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School), Padang. Kelas 5 sampai 7 Bung Hatta tempuh di MULO (Meer Iutgebreid Lager Inderwijs) sampai tahun 1917.

Bung Hatta sangat aktif dalam melaksanakan tugasnya sebagai bendahara di suatu perkumpulan pemuda Sumatera di Padang. Yang bernama, Jong Sumatranen Bond. Tetapi, selain aktif dalam pergerakan daerah, ia juga memikirkan penderitaan rakyat akibat penjajahan.

Beliau pernah menempuh ilmu di Handles Hogeschool dan Economische Hogeschool di Rotredam, Belanda. Di sana, beliau meiliki begitu banyak teman. Di tahun 1926 Bung Hatta terpilih menjadi ketua Indoneschie Vereniging (organisasi politik) sampai tahun 1930. Bung Hatta sangat mementingka kemerdekaan Indonesia, dengan memperkenalkan perjuangan Indonesia di Eropa. Di tahun 1926, ia mewakili Indonesia untuk Kongres Demokrasi Internasional di Perancis. Saat itu, beliau berhasil meyakinkan kongres untuk mempergunakan kata “Indonesia” dan bukan “Hindia Belanda”. Di Belgia, beliau menjelaskan keadaan rakyat Indonesia akibat Belanda.

Dalam perjuangannya, Bung Hatta pernah mengalami pembuangan ke Digul dan Banda Neira. Setelah Perang Pasifik pecah beliau dikembalikan ke Jawa. Pemerintah Hindia Belanda-pun pecah, dan Jepang akan berkuasa. Indonesia dibawah pemerintahan Jepang juga diperlakukan semena-mena. Bung Hatta membacakan suatu pidato tentang cita-cita kemerdekaan Indonesia di lapangan Ikada (Monas) pada 8 Desember 1942. Jepang mengangkat Bung Hatta dan 3 Tokoh Nasional lainnya untuk memimpin Potera (Pusat Tenaga Rakyat) yang didirikan oleh Jepang. Beliau juga merupakan anggota BPUPKI dan wakil ketua PPKI yang keduanya dibentuk oleh Jepang untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 Bung Hatta bersama Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Pegangsaan Timur 56. Siti Rahmiati adalah isteri Bung Hatta, yangdinikahi pada tanggal 18 November 1945 dan memperoleh tiga orang anak. Konfrensi Meja Bundar, delegasi Indonesia diketuai oleh Bung Hatta dan diadakan di Den Haag pada tahun 1949. Beliau merupakan perdana menteri pada awalnya, tetapi sejak tahun 1950 beliau merupakan wakil presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau juga sangat aktif memberi perhatian pada koperasi, sehingga

Page 14: Biografi Pangeran Diponegoro

lambat laun koperasi tumbuh. Bung Hatta diangkat menjadi Bapak Koperasi Nasional. Pada tanggal 15 Agustus 1972 Bung Hatta menerima Bintang Republik Indonesia Kelas I di Istana Merdeka. Beliau meninggal pada hari Jum’at, 14 Maret 1980 karena sakit.

Biografi Singkat Douwes Dekker (Tokoh Pergerakan Nasional)

Ernest François Eugène Douwes Dekker dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi lahir tanggal 8 Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau adalah tokoh politik dan patriot Indonesia, pembangkit semangat kebangsaan Indonesia, penentang penjajahan yang gigih, wartawan dan sastrawan. Di tubuhnya mengalir darah Belanda, Prancis, Jerman, dan Jawa, tapi semangat kebangsaan Douwes Dekker lebih membara dibanding penduduk bumiputra. Douwes Dekker adalah kemenakan dari Eduard Douwes Dekker alias Multatuli, penulis buku Max Havelaar yang terkenal.

Setelah lulus sekolah HBS di Betawi untuk beberapa waktu bekerja sebagai “sinder” perkebunan kopi dan chemiker pabrik gula. Kemudian dalam usia muda melawat ke Afrika Selatan dan ikut berperang di pihak orang Boer melawan Inggris (1900 – 1901). Douwes Dekker tertawan dan diasingkan di Ceylon (Srilangka).

Tahun 1902 Douwes Dekker kembali di tanah air (Indonesia), bekerja sebagai wartawan harian Belanda De Locomotief dan kemudian duduk dalam redaksi harian Belanda Soerabaiaasch Handelsblad dan Bataviaasch Nieusblad. Pada 1909 Douwes Dekker berangkat ke Eropa. Untuk majalah mingguan Jong Indie yang terbit di Betawi ia menulis rangkaian “Surat-surat seorang biadab dari dunia beradab”.

Pada akhir 1910 kembali dari Eropa, Douwes Dekker menetap di Bandung dan menerbitkan majalah setengah bulanan Het Tijdschrift, disusul dengan harian De Express (Maret 1912). Dalam penerbitan tersebut Douwes Dekker menuangkan keyakinan dan program politiknya untuk melancarkan jalan bagi pembentukan Indische Partij-nya. Untuk keperluan pembentukan partai ini, tiga serangkai (Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, dan Cipto Mangunkusumo) mengadakan perjalanan propaganda keliling pulau Jawa (September 1912) yang berhasil gemilang dengan berdirinya Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912. Sebelum meninggalkan Bandung, Douwes Dekker sempat berorasi di sebuah gerbong sebelum peluit berbunyi dan kereta meluncur ke Yogyakarta:"Saudara, kita umumnya dianggap malas, makhluk apatis yang menderita banyak kebiasaan buruk. Tapi saya melihat Anda semua telah bangun sepagi ini menentang tuduhan para dokter Belanda yang begitu parah bahwa kita Indier rendahan."

Pada tahun 1913 Douwes Dekker bersama Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo dikenakan exorbitante rechten (hak istimewa Gubernur Jenderal Hindia Belanda) berupa pengasingan (interneering). Mereka ditangkap akibat munculnya tulisan terkenal Suwardi Suryaningrat di De Expres, "Als Ik Een Nederlander Was" (Andaikata Aku Seorang Belanda) . Atas permintaan sendiri ketiganya diperkenankan meninggalkan Indonesia, berangkat ke negeri Belanda. Douwes Dekker mencapai gelar sarjana (dokter) di Universitas Zurich, Swiss (1915).

Ketika kembali ke Indonesia dalam tahun 1918, Douwes Dekker melihat keadaan di tanah air sudah jauh berbeda dengan waktu keberangkatannya. Semangat kebangsaan kaum Indo yang dalam tahun 1912 menggelora di bawah pimpinannya kini sudah redup. Tetapi hal itu tidak

Page 15: Biografi Pangeran Diponegoro

mengurangi aktivitas politik nasionalnya. Dia menerbitkan majalah De Beweging dan menghidupkan kembali harian De Express. Selain politik, Douwes Dekker giat dalam bidang pendidikan (Direktur Institut Ksatrian di Bandung).

Dalam bulan Januari 1941, Douwes Dekker ditangkap kembali sehubungan dengan peristiwa penggeledahan rumah M.H. Thamrin dan diasingkan di Suriname. Setelah Indonesia merdeka, Douwes Dekker pulang ke Indonesia (3 Januari 1947) dan berganti nama Danudirja Setiabudi. Beliau menjabat sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Syahrir (1947) dan pada tahun 1948 diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung di Yogyakarta. Douwes Dekker alias Danudirja Setiabudi meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun.