Upload
eka-pratiwi
View
532
Download
11
Embed Size (px)
BIOFISIKA
“BIOKALOR”
Oleh :
KELOMPOK IV KELAS 1C
4.1 ) Ni Made Dwi Pradnyani (1313041046)
4.2) Hasby Wahid Haris (1313041040)
4.3) Ni Made Dwi Wahyundari (1313041041)
4.4) Nita Nurisa (1313041043)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat dan rahmat-Nyalah tugas Biofisika ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Drs. I Nyoman Subratha, M. Pd atas bimbinganya dan semua pihak yang telah
membantu dalam peyelesaian tugas ini.
Tugas Biofisik ini memuat tentang panas/kalor dan penerapannya dalam
cabang ilmu biologi, seperti panas tubuh manusia, pengaruh anomaly air terhadap
kehidupan di bawah es, proses difusi dan proses penghantaran panas. Penulis
menyadari tugas ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi materi
maupun penulisannya. Tapi kami tetap berharap para pembaca dapat
memperoleh manfaat dari tugas ini.
Singaraja, Desember 2013
Penulis
BIOKALOR
“ANOMALI AIR,
PENYEBAB TERJADINYA KEHIDUPAN DI BAWAH ES”
Oleh :
Nama :Ni Made Dwi Pradnyani
NIM :1313041046
Kelas : C
No : 13
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mah
Esa karena berkat dan rahmat-Nyalah tugas Biofisika ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Drs. I Nyoman Subratha, M. Pd atas bimbinganya dan semua pihak yang telah
membantu dalam peyelesaian tugas ini.
Tugas Biofisik ini berjudul Anomali Air Penyebab Terjadinya Kehidupan
di Bawah Es. Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi materi maupun penulisannya. Tapi kami tetap berharap para
pembaca dapat memperoleh manfaat dari tugas ini.
Om Santih Santih Santih Om
Singaraja, Desember 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Walaupun air hanya terdiri dari dua macam atom (H dan O) dan dengan
rumus molekul sederhana H2O, air merupakan unsur penting bagi
kelangsungan makhluk hidup di bumi. Sepertiga dari bumi adalah berupa
lautan, begitu pula dalam tubuh manusia, 70% tubuh manusia tersusun atas
cairan. Begitu pula pada hewan dan tumbuhan, air memegang peranan penting
bagi keberlangsungan hidup mereka. Di dunia ini tidak akan ada kehidupan
tanpa air. Pentingnya air sudah sangat jelas, terutama bagi makhluk air, seperti
makhluk pada ekosistem laut, danau atau sungai. Tapi jika laut, danau, atau
sungai membeku pada musim dingin, bagaimana ekosistem ini dapat
bertahan?
Dalam ilmu fisika kita kerap mendengar bahwa cairan yang bermassa jenis
lebih kecil akan berada di atas yang bermassa jenis lebih besar. Ini juga
berhubungan dengan pernyataan bahwa semakin dingin suatu benda, biasanya
massa jenisnya juga akan membesar. Namun tidak demikian dengan air, air
pada suhu mulai dari 40C hingga 00C mempunyai sifat yang menyimpang dari
sifat zat pada umumnya. Sifat inilah yang disebut anomali air.
1.2 RUMUSAN MASSALAH
1.2.1 Apa itu anomali air?
1.2.2 Apa manfaat dan kerugian anomali air bagi kehidupan?
1.2.3 Apa itu kehidupan di bawah es?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu anomali air.
1.3.2 Untuk mengetahui manfaaat dan kerugian anomali air bagi kehidupan.
1.3.3 Untuk mengetahui apa itu kehidupan di bawah es.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANOMALI AIR
` Manusia telah menemukan suatu kejanggalan kelakuan air, yang sering
disebut dengan anomali air. Semestinya benda akan mengembang bila
dipanaskan dan menyusut volumenya bila didinginkan. Demikian pula
dengan air. Volume air akan menyusut apabila didinginkan. Akan tetapi hal
ini hanya berlangsung sampai suhu 4⁰ C. Di bawah suhu 4⁰ C volume air
justru bertambah besar. Inilah yang disebut sifat anomali dari air.
Misalnya dalam suatu kasus , air dimasukkan ke dalam kulkas. Mula-
mula suhu air 30oC. Saat di dalam kulkas, air mulai menjadi dingin (suhu air
menurun). Pada saat suhu air menurun, volume air juga berkurang (air
mengalami penyusutan). Ketika mencapai suhu 4oC, air akan memuai
(volumenya bertambah). Volume air juga semakin bertambah ketika ia
membeku menjadi es.
Massa benda selalu tetap, sedangkan volumenya bisa berubah-ubah,
tergantung dari suhu. Massa jenis suatu benda akan bertambah ketika benda
tersebut menyusut (volume benda berkurang). Sebaliknya, massa jenis benda
akan berkurang ketika benda memuai (volume benda bertambah). Ini
persamaannya :
Keterangan :
ρ = Massa jenis (kg/m3) atau (g/cm3)
m = massa (kg atau gram)
v = volume (m3 atau cm3)
Massa air yang masih cair adalah sama dengan air yang telah membeku.
Perubahan bentuk dari cair ke padat (beku) tidak akan mengubah massa zat
tersebut, akan tetapi volume air yang telah membeku mengalami perubahan
yakni membesar. Karena volume es lebih besar maka massa jenisnya menjadi
lebih kecil daripada air, inilah menyebabkan es mengapung di air. Air hanya
bisa menyusut (volume air berkurang) sampai suhu 4oC. Saat air melewati
suhu itu (di bawah suhu 4oC) air akan mengembang (volumenya bertambah),
hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Karena itu air memiliki massa
jenis yang paling tinggi pada saat mencapai suhu 4oC.
2.2 MANFAAT DAN KERUGIAN ANOMALI AIR BAGI KEHIDUPAN
Mengapungnya es di atas air menjadi kunci berlangsungnya kehidupan
di musim dingin. Bila diperhatikan danau dan lautan di musim dingin atau di
daerah dekat kutub yang telah berubah menjadi es, bagian yang membeku
hanya di permukaan saja, sedangkan air di bagian bawah danau tetap
bebentuk cair.
Sifat anomali air ini berguna untuk menjaga ekosistem yang ada di
dalam laut tersebut. Karena meski air sudah beku di permukaan, ternyata air
yang ada di dasar/bawah tidak ikut membeku sehingga makhluk hidup di
dalamnya bisa bertahan di kala musim dingin datang.
Manfaat lain dari anomali air pada kehidupan adalah air yang membeku
dalam bebatuan, karena volumenya membesar maka mampu memecahkan
bebatuan, dengan begitu mineral dalam batuan bisa keluar dan memberikan
manfaat bagi kehidupan (tumbuhan dan lain-lain). Jadi kemampuan air untuk
masuk pada celah-celah bebatuan. Pada suhu 4oC, ukuran air (volume) paling
Grafik anomali air
kecil, kemudian akan membesar sampai ke titik beku. Kemampuan air ini,
memungkinkan proses penghancuran batuan terjadi secara alamiah dan
terbentuklah tanah untuk kehidupan. Sifat “anomali air” juga mempengaruhi
cuaca, keseimbangan iklim sehingga cuaca di muka bumi tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin.
Disisi lain anomali air juga memiliki dampak negatif bagi kehidupan.
Walaupun tidak berdampak signifikan pada kehidupan manusia, namun
dampak negatif ini cukup merugikan bagi manusia. Diantaranya jika
memasukkan botol minuman (contohnya bir) ke dalam freezer, maka botol itu
akan pecah. Pada musim dingin, anomaly air juga dapat menyebabkan pipa
bawah tanah pecah. Ini karena volume air akan mengembang saat suhu air
berada di bawah suhu 40C.
2.3 KEHIDUPAN DI BAWAH ES
Perilaku menyimpang air ini sangat penting untuk bertahannya
kehidupan dalam air selama musim dingin. Ketika tempratur di danau atau
sungai diatas 4oC dan mulai mendingin karena kontak dengan udara dingin,
air permukaan terbenam karena massa jenisnya yang lebih besar dan
digantikan oleh air yang lebih hangat dari bawah. Campuran ini berlanjut
sampai tempratur mencapai 4oC.
Sementara permukaan air menjadi lebih dingin lagi dari 4oC, air tersebut
tetap di permukaan karena massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis air
dibawahnya. Air kemudian
membeku pertama kali
dipermukaan, dan es tetap di
permukaan karena es
mempunyai massa jenis lebih
kecil dari massa jenis air.
Air di dasar tetap pada suhu
4oC sampai hampir seluruh air
membeku. Karena perilaku yang tidak biasa dari air di bawah 4oC, jarang
terjadi air membeku seluruhnya, dan hal ini dibantu oleh lapisan es di
permukaan yang berfungsi sebagai isolator untuk memperkecil aliran panas
ke luar dari es ke udara dingin di atasnya.
Keanehan sifat air ini jelas-jelas menunjukkan suatu keteraturan alam
yang tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Bisa dibayangkan bila air tidak
memiliki sifat anomali sehingga volumenya terus menyusut bila didinginkan.
Maka es akan tenggelam ke dalam air. Tidak ada yang melindungi air danau
dari udara yang amat dingin (kurang dari 0⁰C) dan akhirnya seluruh air danau
akan membeku. Demikian pula air laut akan membeku seluruhnya. Hal ini
membahayakan bagi biota air karena arus dingin ada di atas permukaan air,
sehingga mereka akan terperangkap ke dalam tumpukan es. Maka musnahlah
ekosistem kehidupan air.
Para peneliti telah menemukan bahwa ada ikan yang hidup di kutub
utara, dan tidak sedikit ikan-ikan tersebut adalah endemik dari kutub utara
diantaranya Chimaera Hidung Panjang, Narwhal (Monodon monoceros), serta
hiu Greenland. Selain karena memiliki protein anti beku dalam darahnya,
kemampuan ikan-ikan ini untuk bertahan hidup di Samudra Artik juga karena
adanya anomali air, karena air membeku dari atas ke bawah. Jika air
membeku dari bawah ke atas maka tidak akan ada kehidupan di kutub utara.
Beruang kutub, camar, dan rubah kutub akan kehilangan makanannya yaitu
anjing laut dan paus beluga. Karena untuk hidup anjing laut dan paus
membutuhkan air laut yang tidak membeku.
BAB III
PENUTUP
Chimaera Hidung Panjang Narwhal
Hiu Greenland Paus Beluga
Beruang Kutub Rubah Kutub
3.1. SIMPULAN
3.1.2 Manusia telah menemukan suatu kejanggalan kelakuan air, yang sering
disebut dengan anomali air. Semestinya benda akan mengembang bila
dipanaskan dan menyusut volumenya bila didinginkan. Demikian pula
dengan air. Volume air akan menyusut apabila didinginkan. Akan tetapi
hal ini hanya berlangsung sampai suhu 4⁰ C. Melewati suhu 4⁰ C ( di
bawah suhu tersebut ketika didinginkan ) volume air justru bertambah
besar.
3.1.2 Adapun manfaaat dari anomali air adalah melindungi ekosistem
makhluk hidup di danau atau laut yang membeku, air yang membeku
dalam bebatuan akan mampu memecahkan bebatuan, karena
volumenya membesar dengan begitu mineral dalam batuan bisa keluar
dan memberikan manfaat bagi kehidupan (tumbuhan dan lain-lain),
mempengaruhi cuaca yaitu keseimbangan iklim sehingga cuaca di muka
bumi tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin.
3.1.3 Adanya anomali air memberikan banyak keuntungan, terutama bagi
ekosistem air yang ada di daerah dingin. Dengan adanya anomali air
semua makhluk yang ada di daerah dengan suhu dingin seperti di
daerah kutub dapat bertahan hidup dan tidak mati membeku. Anomali
air memungkinkan terjadinya kehidupan di bawah es.
3.2 SARAN
Dengan mengetahui dan memahami tentang anomali air ini,
semoga dapat menumbuhkan rasa syukur pada diri setiap pembaca.
Karena Tuhan telah menciptakan sesuatu yang sungguh luar biasa. Sulit
dibayangkan sesandainya air tidak memiliki sifat aneh ini, pasti banyak
makhluk hidup yang akan punah, terlebih makhluk yang hidup di air.
PANAS PADA TUBUH
Oleh:
Hasby Wahid Harris 1313041040
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dalam rangka tugas mata kuliah Biofisik tahun 2013. Karya tulis yang berjudul “
Panas Pada Tubuh “ . Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada bapak dosen
pembimbing Drs. Nyoman Subratha, M.Pd. yang telah memberi masukkan dan
bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada rekan – rekan kelas 1C yang telah memberikan semangat
hingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya penulis
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi diri sendiri
dan juga mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya mahasiswa
jurusan Pendidikan Biologi.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun,
penulis tunggu demi kemajuan penulis dimasa mendatang. Semoga makalah ini
bermanfaat.
Singaraja, Desember 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam Anonim (2007) dikemukakan bahwa biofisika adalah studi tentang
fenomena biologis dengan menggunakan metode – metode dan konsep – konsep
fisika, sedangkan di dalam Anonim (2005) dikemukakan bahwa biofisika adalah
studi interdisipliner tentang fenomena dan masalah – masalah biologis dengan
menggunakan prinsip – prinsip dan teknik – teknik fisika. Biofisika bergantung
pada teknik-teknik yang berasal dari ilmu fisika tetapi difokuskan pada masalah –
masalah biologis. Mengacu pada definisi yang telah dikemukakan mengenai
biofisika, maka dalam konteks seorang pekerja yang melakukan aktivitas di alam
terbuka, maka biofisika dapat dipandang sebagai studi tentang fenomena biologis
pada seorang pekerja yang berinteraksi dengan lingkungan fisik setempat ketika
sedang melakukan aktivitas kerja dengan menggunakan prinsip, konsep, dan
metode fisika. Dalam hal ini Campbell (1977) menyebut kajian fisika dalam
konteks ini sebagai biofisika lingkungan. Menurut Campbell (1977)
perkembangan dalam bidang biofisika lingkungan terutama terfokus pada dua
bidang yaitu: penggunaan model – model matematis untuk mengkuantifikasi laju
transfer panas dan massa, dan pengunaan persamaan kontinuitas yang telah
mengantar pada analisis neraca energi. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa
dalam biofisika lingkungan dipelajari mengenai bagaimana penerapan konsep –
konsep fisika pada interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungan fisiknya,
sehingga dalam konteks ini dipelajari mengenai aplikasi konsep – konsep fisika
pada interaksi antara pekerja dan lingkungan fisiknya ketika melakukan aktivitas
di alam terbuka. Dalam suatu sistem kerja (Corlett and Clark, 1995), interaksi
yang penting bukan hanya antara manusia dengan lingkungan fisiknya akan tetapi
juga dengan peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada waktu bekerja.
Termodinamika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang semacam
terobosan – terobosan dalam membantu semua aktivitas manusia. Termodinamika
dalam sistem biologi berarti merupakan pencapaian dari hasil – hasil yang telah
dihasikan dari ilmu termodinamika dan menerapkannya demi kepentingan yang
bersifat biologis. Misalnya saja dengan adanya beberapa teori serta alat yang
dapat membantu menjelaskan sistem dalam proses bernapas. Sistem
termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan di dalam ilmu
biologi. Sebuah batasan yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan
jagat raya, yang disebut lingkungan. Klasifikasi sistem termodinamika
berdasarkan pada sifat batas sistem-lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan
entropi antara sistem dan lingkungan.
Manusia juga menghasilkan panas, sama halnya dengan peralatan mekanis
seperti mesin atau peralatan eletronika. Panas yang dihasilkan adalah berdasarkan
jenis aktivitas yang dilakukannya. Jika panas yang dihasilkan berlebih karena
proses aktivitas yang terus menerus maka harus segera didinginkan. Bila ini
terjadi pada peralatan mekanis maka pendinginan dapat dilakukan dengan cara
pemberian fan atau kipas untuk mengeluarkan panas dengan segera jika tidak
maka akan rusaklah peralatan mekanik tersebut. Jika panas yang berlebih terjadi
pada tubuh manusia maka hal ini akan mengganggu kenyamanan kita dalam
beraktivitas, keseimbangan suhu pada manusia harus dipertahankan atau
dikendalikan agar kenyamanan suhu dapat tercapai. Tubuh manusia mempunyai
mekanisme alam untuk mempertahankan keseimbangan suhu tersebut, mekanisme
itu adalah Berkeringat atau menggigil. Bila laju perpindahan panas tubuh terlalu
lambat maka tubuh akan member peringatan kepada kita melalui keringat yang
berlebih sedangkan bila perpindahan panas terlalu cepat maka yang terjadi adalah
menggigil.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini dapat ditentukan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana proses transfer panas pada tubuh?
2. Bagaimana peranan air di dalam tubuh dalam bentuk keringat?
3. Apa yang terjadi pada tubuh saat mengalami demam dan hipetermia?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah.
1. Mengetahui bagaimana proses transfer panas pada tubuh.
2. Mengetahui peranan air di dalam tubuh dalam bentuk keringat.
3. Mengetahui apa yang terjadi pada tubuh saat mengalami demam dan
hipetermia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Transfer Panas Tubuh
Proses pelepasan panas dan proses produksi panas dalam neraca energi
terarah kepada mempertahankan suhu tubuh normal sekitar 37 °C. Nilai ini
dicapai dengan menyeimbangkan jumlah panas yang dihasilkan dalam tubuh
dengan jumlah panas yang hilang. Produksi panas ditentukan oleh aktivitas
metabolik. Pada saat sedang istirahat, panas dihasilkan oleh tubuh untuk fungsi –
fungsi dasar tubuh seperti respirasi dan fungsi jantung dengan memberikan pada
sel-sel tubuh oksigen dan makanan (nutrien) yang dibutuhkan dalam menjalankan
fungsi-fungsi dasar tersebut. Pada saat melakukan aktivitas pekerjaan, kebutuhan
otot-otot aktif terhadap oksigen dan makanan meningkat, dan sebagai akibatnya
aktivitas metabolik juga meningkat. Ketika sel-sel otot aktif membakar makanan
untuk aktivitas mekanis, sebagian energi dibebaskan ke luar tubuh sebagai kerja
eksternal, tetapi sebagian besar dilepaskan ke dalam otot sebagai panas. Bila
panas tidak dilepaskan panas tersebut akan memanaskan tubuh sampai level yang
mematikan.
Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari proses produksi panas.
Panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme yaitu reaksi
kimia dalam seluruh sel tubuh. Makanan merupakan sumber utama bahan bakar
untuk metabolisme. Aktivitas yang membutuhkan reaksi kimia tambahan akan
meningkatkan laju metabolik yang juga akan menambah produksi panas. Saat
metabolisme menurun, panas yang dihasilkan juga lebih sedikit. Produksi panas
terjadi saat intirahat, gerakan volunter dan termogenesis tanpa mengigil.
Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada
tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini
dipengaruhi oleh.
1) Metabolisme basal berperan terhadap panas yang dihasilkan oleh tubuh saat
istirahat total. Laju metabolism basal atau basal metabolic rate (BMR) biasanya
bergantung pada area permukaan tubuh. BMR juga dipengaruhi oleh hormon
tiroid, dengan merangsang penguraian glukosa dan lemak, hormone tiroid
meningkatkan reaksi kimia dalam sel tubuh. Saat hormone tiroid disekresikan
dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100%. Ketiadaan hormone tiroid akan
menurunkan BMR menjadi setengahnya, sehingga terjadi pengurangan produksi
panas. Hormon seks testoteron meningkatkan BMR sehingga pria memiliki BMR
yang lebih tinggi dari pada wanita.
2) Gerakan volunter seperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan energi
tambahan. Laju metabolik meningkat saat aktivitas, terkadang meningkatkan
produksi panas hingga 50 kali lipat.
3) Menginggil adalah respon tubuh involunter terhadap perbedaan suhu dalam
tubuh. Gerakan otot lurik saat menginggil membutuhkan energi yang cukup besar.
Menginggil menghasilkan produksi panas 4 sampai 5 kali lipat dari normal. Panas
ini akan membantu menyeimbangkan suhu tubuh sehingga menginggil akan
berhenti.
4) Termogenesis tanpa mengigil terjadi pada neonatus. Neonatus tidak dapat
mengigil sehingga jaringan coklat vasukuler yang ada saat lahir dimetabolisme
untuk produksi panas. Jaringan tersebut sangat terbatas jumlahnya.
Panas yang hilang dari tubuh memiliki beberapa jalur untuk berpindah ke
udara sekitar.
1. Konduksi (Conduction)
Perpindahan panas melalui kontak langsung antara permukaan. Yang dimaksud
dengan hantaran ialah pengangkutan panas melalui satu jenis zat. Sehingga
perpindahan panas secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman
karena proses perpindahan panas ini hanya terjadi dari daerah dengan titik bersuhu
tinggi ke titik bersuhu rendah. Pada perpindahan panas secara konduksi energi
dipindahkan dengan hubungan molekul secara langsung tanpa perpindahan berarti
pada olekul-molekul tersebut. Contoh, ketika tangan kita kedinginan kita akan
merasa nyaman memegang gelas panas atau pada saat panas kita berbaring diatas
lantai yang sejuk.
2. Konveksi (Convection)
Perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida dalam hal ini adalah udara, artinya
panas tubuh dapat dihilangkan bergantung pada aliran udara yang melintasi tubuh
manusia. Contoh, kita akan merasa nyaman bila terkena hembusan angin pada saat
kita berkeringat.
3. Radiasi ( Radiation)
Perpindahan panas berdasrkan gelombang eletromagnetik, tubuh manusia
mendapat panas dari pancaran panas yang lebih tinggi dan tubuh manusia dapat
akan memancarkan panasnya secara radiasi ke setiap objek yang mempunyai suhu
lebih dingin dari manusia.
4. Penguapan ( Evaporation)
Perpindahan panas karena perbedaan lapisan udara (steck effect) yaitu lapisan
udara panas akan terdorong naik oleh lapisan udara dingin. Tubuh kehilangan
panas secara berkelanjutan melalui evaporasi. Sekitar 600-900 cc air tiap harinya
menguap dari kulit dan paru – paru sehingga terjadi kehilangan air dan panas.
Melalui proses respirasi tubuh kehilangan sejumlah panas yang dapat mencapai
10% dari total panas yang diproduksi tubuh.
Panas yang Tersimpan = Panas yang Diproduksi – Panas yang Hilang
= (laju Metabolik–Usaha Eksternal) – (Konduksi
+ Radiasi + Konveksi + Evaporasi )
Agar tubuh stabil, panas yang hilang harus seimbang dengan panas yang
diproduksi. Jika tidak demikian, kandungan panas tubuh akan berubah, yang
menyebabkan suhu tubuh naik atau turun. Jadi jika produksi panas melalui laju
metabolik lebih tinggi daripada jumlah semua panas yang hilang, panas yang
tersimpan akan bertanda positif (surplus), yang berarti kandungan panas tubuh
meningkat dan suhu tubuh akan meningkat. Jika panas yang tersimpan bertanda
negatif (defisit), panas yang hilang lebih besar daripada panas yang diproduksi.
Tubuh menjadi dingin, dan suhu tubuh akan turun.
2.2. Keringat
Salah satu fenomena peranan air dalam tubuh manusia adalah keringat.
Semua mamalia memiliki suhu tubuh relatif sama. Meskipun bervariasi, itu tidak
terlalu mencolok dan suhu tubuh mamalia berkisar antara 35o- 40oC. Suhu tubuh
manusia sekitar 37oC dalam kondisi normal. Suhu ini merupakan suhu kritis dan
mutlak harus dijaga agar tetap konstan. Jika suhu tubuh manusia menurun hanya
beberapa derajat, banyak fungsi vital tubuh akan gagal. Jika suhu tubuh
meningkat meskipun hanya beberapa derajat, seperti yang terjadi ketika manusia
sakit, pengaruhnya bisa membahayakan. Suhu tubuh yang bertahan di atas 40oC
dapat membawa kematian. Singkatnya, suhu tubuh kita memiliki keseimbangan
yang sangat kritis dan tidak memungkinkan variasi.
Akan tetapi, tubuh manusia memiliki masalah serius yakni tubuh aktif
setiap saat. Semua gerak fisik, seperti halnya gerak mesin, memerlukan produksi
energi untuk tetap aktif. Namun kapan saja energi dihasilkan, panas selalu
dikeluarkan sebagai produk sampingan. Tetapi kenyataannya, jika manusia
menyadari, manusia sama sekali tidak menjadi sepanas yang seharusnya.
Satuan panas adalah kalori. Orang normal yang berlari 10 kilometer dalam
satu jam akan menghasilkan sekitar 1.000 kalori panas. Panas itu harus dilepaskan
dari tubuh. Jika tidak, manusia akan pingsan sampai koma sebelum
menyelesaikan kilometer pertama. Namun bahaya tersebut dihindari oleh sifat
ketiga termal air.
Untuk menjaga tubuh tetap sejuk terhadap panas yang dihasilkan, tubuh
menggunakan mekanisme keringat. Ketika manusia berkeringat, air menyebar di
permukaan kulit dan dengan cepat menguap. Tetapi karena panas laten air sangat
besar, penguapan itu membutuhkan panas yang besar pula. Panas tersebut tentu
saja diambil dari tubuh sehingga tetap sejuk. Proses penyejukan ini begitu efektif
sehingga terkadang menyebabkan manusia merasa kedinginan meskipun cuaca
agak panas.
Karena itulah, seseorang yang telah berlari sejauh sepuluh kilometer akan
berkurang suhu tubuhnya sampai 6oC sebagai akibat penguapan air satu liter saja.
Semakin banyak energi yang dikeluarkannya, semakin meningkat suhu tubuhnya,
namun pada saat yang sama, semakin banyak dia berkeringat dan menjadi sejuk.
Di antara faktor-faktor yang membuat sistem pengatur panas tubuh bekerja seluar
biasa ini, yang utama adalah sifat termal air. Tidak ada zat cair lain akan
menyediakan sistem pengeluaran keringat seefesien air.
Terdapat aspek penting lain dalam hal ini. Jika panas yang dilepaskan
dalam tubuh tidak dibawa ke permukaan, yaitu ke kulit, baik kedua sifat air
maupun proses pengeluaran keringat tidak akan berguna. Karena itulah struktur
tubuh juga harus menjadi penghantar panas yang baik. Pada poin inilah, satu lagi
sifat penting air berperan. Tidak seperti zat cair lainnya, air memiliki kapasitas
sangat tinggi untuk konduktivitas termal, yaitu kemampuan menghantarkan panas.
Karena alasan ini, tubuh membawa panas yang dihasilkan di dalamnya ke kulit
(saluran darah dekat kulit melebar untuk tujuan ini dan itulah sebabnya kita
memerah ketika terlalu panas). Jika konduktivitas termal air berkurang setengah
atau sepertiganya, laju penghantaran panas ke kulit akan jauh lebih lambat, dan ini
akan membuat bentuk kehidupan kompleks seperti mamalia tidak mungkin hidup.
Semua itu menunjukkan bahwa tiga sifat termal air yang sangat berbeda bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang sama: mendinginkan tubuh makhluk hidup
yang kompleks seperti manusia. Air adalah zat cair yang dirancang khusus untuk
tugas ini.
2.3. Demam dan Hipetermia
Demam ialah peningkatan suhu tubuh karena ‘resetting’ termostat di
hipothalamus. Seseorang disebut demam ketika suhun tubuhnya 38 C atau lebih.
Demam ini terjadi sebagai hasil dari respon kekebalan tubuh terhadap penjajah.
Penjajah tersebut termasuk virus, bakteri, jamur, obat-obatan, atau racun lainnya.
Reaksi tersebut menghasilkan zat yang disebut pirogen, yang memicu respon
kekebalan tubuh. Pirogen memberitahu hipotalamus untuk meningkatkan set point
suhu dalam rangka untuk membantu tubuh melawan infeksi.
Peningkatan termostat tubuh akan menyebabkan sensasi kedinginan.
Vasokonstriksi dan menggigil terjadi untuk mengimbangi peningkatan suhu
tubuh. Jika termostat dihapus dan demam hilang, seseorang akan merasa
kepanasan, terjadi vasodilatasi dan berkeringat. Perubahan termostat dilakukan
oleh zat kimia yang disebut endogenous pyrogen (EP), yang berisi interleukin 1
(IL-1) dan IL6. Keduanya dilepaskan oleh makrofag yang bekerja di
hipothalamus. Peningkatan suhu tubuh menstimulasi respons pertahanan tubuh.
Peningkatan suhu tubuh yang bukan disebabkan oleh infeksi disebut hipertermia.
Hipertermia terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan panas dengan
pengeluaran panas. Hipertermia biasanya terjadi karena latihan fisik. Pada awal
latihan fisik, suhu tubuh akan meningkat karena panas yang dibentuk lebih banyak
daripada panas yang dilepaskan. Akibatnya suhu inti tubuh meningkat dan terjadi
mekanisme heat-lost.
Heat Exhaustion ialah suatu keadaan kolaps karena dehidrasi berat yang
menyebabkan hipotensi akibatnya berkurangnya volume plasma karena
berkeringat sehingga menyebabkan penurunan curah jantung, dan vasodilatasi
pembuluh darah kulit yang berlebihan sehingga menyebabkan penurunan
resistensi perifer. Pada keadan heat exhaustion suhu inti tubuh berkisar 37,5-39
C, terjadi kram otot, mual, sakit kepala, pucat dan banyak berkeringat. Biasanya
terjadi pada orang yang aktif secara fisik pada suhu lembab, sehingga tidak
teraklimatisasi. Dapat juga terjadi pada lansia yang sudah mengalami kerusakan
pada kemampuan pengaturan suhu tubuhnya.
Heat Stroke ialah bentuk hipertermia yang lebih berat dengan suhu tubuh
yang lebih tinggi. Heat stroke ditandai oleh kolaps, delirium, kejang, dan
penurunan kesadaran. Biasanya terjadi karena lama terpapar udara/suhu
lingkungan yang panas. Pada keadaan ini terjadi mekanisme umpan balik positif,
peningkatan suhu tubuh makin meningkatkan metabolisme dan menghasilkan
panas lebih banyak.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Panas yang terdapat pada tubuh adalah selisih antar panas yang diproduksi
di dalam tubuh dengan panas yang keluar menuju udara sekitar. Panas yang
dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme yaitu reaksi kimia dalam
seluruh sel tubuh. Panas yang hilang dari tubuh memiliki empat jalur untuk
berpindah ke udara sekitar, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi,
panas juga bisa keluar melalui respirasi. Panas yang hilang harus seimbang
dengan panas yang diproduksi. Jika tidak maka kandungan panas tubuh akan
berubah, yang menyebabkan suhu tubuh naik atau turun.
Tubuh menggunakan mekanisme keringat, saat berkeringat air menyebar
di permukaan kulit dan dengan cepat menguap. Tetapi karena panas laten air
sangat besar, air memiliki kapasitas sangat tinggi untuk konduktivitas termal,
yaitu kemampuan menghantarkan panas, maka proses penguapan membutuhkan
panas yang besar pula. Panas tersebut tentu saja diambil dari tubuh sehingga tetap
sejuk. Proses penyejukan ini begitu efektif sehingga terkadang menyebabkan rasa
kedinginan meskipun cuaca agak panas.
Demam merupakan peningkatan suhu tubuh karena ‘resetting’ termostat di
hipothalamus. Demam ini terjadi sebagai hasil dari respon kekebalan tubuh
terhadap penjajah yang berupa virus, bakteri, jamur, obat-obatan, atau racun
lainnya. Reaksi tersebut menghasilkan zat yang disebut pirogen, yang memicu
respon kekebalan tubuh. Pirogen memberitahu hipotalamus untuk meningkatkan
set point suhu dalam rangka untuk membantu tubuh melawan infeksi. Peningkatan
suhu tubuh yang bukan disebabkan oleh infeksi disebut hipertermia. Hipertermia
terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan panas dengan pengeluaran
panas.
3.2.Saran
Dalam makalah ini penulis ingin memberikan saran kepada pembaca yaitu.
1. Diharapkan pembaca dapat mengetahui lebih jelas tentng panas yang
yang tersimpan di dalam tubuh.
2. Diharapkan pembaca dapat mengetahui fungsi keringat pada tubuh.
3. Diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang demam dan hipetermia.
DAFTAR PUSTAKA
http://reetno.blogspot.com
http://mey46lovers.blogspot.com
http://veraendang.bolgspot.com
www.deherba.com
PERPINDAHAN PANAS TUBUH
oleh :
Nama :Ni Made Dwi Wahyundari
NIM :1313041041
Kelas : I.C
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia termasuk dalam kelompok homeotermis yang senantiasa
mempertahankan suhu internal tubuh dalam batas relatif konstan meskipun suhu
lingkungan berubah-ubah. Di dalam tubuh, panas diproduksi secara terus menerus
akibat adanya aktivitas metabolisme. Ketika penggunaan energi meningkat
karena aktivitas fisik maka terjadi penambahan panas. Demikian juga dengan
perubahan yang sangat besar dari suhu lingkungan sangat mempengaruhi suhu
tubuh yang pada akhirnya, akan mempengaruhi sistem kerja enzim yang bekerja
pada suhu dengan kisaran yang relatif sempit. Agar suhu tubuh tetap relatif
konstan maka harus ada mekanisme untuk menjaga suhu tubuh dalam batas-batas
yang masih dapat diterima tanpa memperhatikan kondisi lingkungan. Tubuh
manusia menghasilkan energi termal yang besar. Energi di ubah dari makanan di
dalam tubuh, maksimal 20 persen digunakan untuk melakukan kerja, sehingga
lebih dari 80 persen muncul sebagai termal. Suhu tubuh manusia cenderung
berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu
tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan,
diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme
umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang
terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas
toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set
point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C.
Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang
untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan
cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga
suhu kembali pada titik tetap. Manusia dan binatang menyusui mempunyai
kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relative konstan dan berlawanan
dengan suhu lingkungan. Kepentingan dipertahankan suhu tubuh pada manusia
adalah berhubungan dengan reaksi kimia didalam tubuh kita. Mis kenaikan suhu
10 derajat Celcius bisa mempercepat proses biologis 2 - 3 kalinya. Suhu inti (core
temperature) manusia berfluktuasi + 1 derajat Celcius dalam kegiatan sehari-hari
Misalnya paling rendah adalah pada waktu pagi hari (jam 4 - 6 subuh) dan
mencapai puncaknya pada sore hari (jam 2 - 3 sore).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perpindahan Kalor secara Konveksi ?
2. Bagaimana Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konveksi suhu tubuh ?
4. Penerapan dalam bidang biologi!
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme
perubahan suhu tubuh.
2. Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia, system pengaturan
suhu tubuh, reseptor suhu, penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta gangguan
suhu suhu tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perpindahan Kalor secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai
dengan perpindahan partikel-partikel zat. Konveksi terjadi karena gerakan
massa molekul pada suatu tempat ke tempat lain, yang disebabkan oleh
adanya perbedaan massa jenis zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat
terjadi pada zat cair dan zat gas. Laju perpindahan kalor secara konveksi
bergantung pada luas permukaan yang bersentuhan, dan perbedaan suhu
antara fluida dengan benda. Manusia juga menghasilkan kalor atau panas,
sama halnya dengan peralatan mekanis seperti mesin atau peralatan
eletronika. Panas yang dihasilkan adalah berdasarkan jenis aktivitas yang
dilakukannya. Jika panas yang dihasilkan berlebih karena proses aktivitas
yang terus menerus maka harus segera didinginkan. Bila ini terjadi pada
peralatan mekanis maka pendinginan dapat dilakukan dengan cara pemberian
fan atau kipas untuk mengeluarkan panas dengan segera jika tidak maka akan
rusaklah peralatan mekanik tersebut. Jika panas yang berlebih terjadi pada
tubuh manusia maka hal ini akan mengganggu kenyamanan kita dalam
beraktivitas, keseimbangan suhu pada manusia harus dipertahankan atau
dikendalikan agar kenyamanan suhu dapat tercapai.
2. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area
tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih
banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu
yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh
sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak
sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme
basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu
mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis.
Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik
anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh
kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat,
yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat
mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan
menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus
posterior.
b. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada
folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi
pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai
isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta
peningkatan sekresi tiroksin.
3. Factor-faktor yang Mempengaruhi Konveksi Suhu Tubuh
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan
laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk
dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah
produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi
stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan
norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi
panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20
– 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang
dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang
yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung
tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan
energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga
38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.
Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat
merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah
kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas
diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus
arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak
otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi
(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi
panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian,
kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu
tubuh.
4. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
1. Pada lemari es, mesin pendinginnya ditempatkan di bagian atas. Mesin
pendingin itu berfungsi mendinginkan udara di sekitarnya. Karena
udara yang dingin massa jenisnya besar, udara itu turun dan digantikan
oleh udara hangat yang naik dari bagian bawah. Demikian hal itu
berlangsung secara terus-menerus. Peredaran (sirkulasi) udara itu
membawa kalor (energi panas) dari semua makanan yang ada dalam
lemari. ltulah sebabnya, makanan yang ada dalam lemari es menjadi
dingin.
2. Udara di sekitar tungku pemanas pada pabrik-pabrik mempunyai suhu
yang lebih tinggi daripada suhu udara luar. ltulah sebabnya, asap
pabrik dapat naik melalui cerobong-cerobong pabrik.
3. Pada siang hari, suhu udara di darat lebih tinggi daripada di laut. Hal
itu karena kalor jenis tanah (daratan) lebih kecil daripada air laut.
Dengan kata lain, daratan lebih cepat panas daripada lautan. Oleh
karena itu, terjadilah aliran udara (angin) dari laut ke darat yang
disebut angin laut. Aliran udara itu berlangsung dengan cara udara di
atas daratan naik kemudian tempatnya diisi oleh udara dingin yang
berasal dari laut. Sebaliknya, pada mal am hari suhu udara di
permukaan laut lebih tinggi daripada suhu udara di darat. Hal itu
terjadi karena air laut lebih lama menahan panas daripada daratan.
Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya aliran udara (angin) dari
darat ke laut yang disebut angin darat.
4. Nyala lampu teplok akan lebih terang jika ditutup dengan semprong.
Hal ini karena ada aliran udara dari luar masuk ke semprong. Karena
udara luar banyak mengandung oksigen, padahal sifat gas oksigen
adalah penyelenggara proses pembakaran, terjadilah pembakaran udara
di sekitar nyala api. Pembakaran udara luar itulah yang menyebabkan
lampu menjadi lebih terang.
BAB III
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian
suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran
panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara
fisika. Permukaan tubuh dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas
secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Alat penerima rangsang
disebut reseptor,sedangkan alat penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu
tubuh dipengaruhi oleh exercize, hormone, system saraf, asupan makanan,
gender iklim (lingkungan), usia, aktivitas otot, stress.
1.5 Saran
Sebaiknya kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu
sehat dan tidak mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu
dalam keadaan normal dan dapat menyesuaikan dengn kondisi lingkungan
sekitar kita.
BIOKALOR
“PROSES DIFUSI GAS RESPIRASI PADA MANUSIA”
Oleh :
Nama :Nita Nurisa
NIM :1313041043
Kelas : C
No : 10
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat dan rahmat-Nyalah tugas Biofisika ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Drs. I Nyoman Subratha, M. Pd atas bimbinganya dan semua pihak yang telah
membantu dalam peyelesaian tugas ini.
Tugas Biofisik ini memuat tentang panas/kalor dan penerapannya dalam
cabang ilmu biologi, proses difusi gas respirasi pada manusia. Penulis menyadari
tugas ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi materi maupun
penulisannya. Tapi kami tetap berharap para pembaca dapat memperoleh
manfaat dari tugas ini.
Singaraja, Desember 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia tidak pernah lepas dari kalor. Untuk dapat tetap
hidup, manusia memerlukan kalor di dalam tubuhnya untuk dapat melangsungkan
proses metabolisme yang nantinya dapat menghasilkan energi untuk beraktivitas.
Kalor sangat berhubungan erat dengan difusi. Difusi adalah pergerakan
molekul atau ion dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan
konsentrasi rendah, hal ini disebabkan oleh energi kinetik dari molekul, ion atau
atom-atom.
Proses ini terjadi sebagai akibat adanya mobilitas dan energi kinetik dari
molekul atau ion yang mengadakan difusi tersebut. Arah gerak molekul dalam
larutan atau gas tidak menentu kemana adanya hantaman molekul air atau dari gas
lain. Arah gerak molekul tersebut mengikuti gerak Brown. Arah geraknya
dinamakan Random Walk. Difusi dapat terjadi karena perbedaan dalam
konsentrasi dan atau sifat suatu zat. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau partikel
dalam per unit volume.
Banyak hal yang berhubungan antara difusi dengan bidang biologi. Difusi
sangat penting untuk kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Manusia, hewan
dan tumbuhan erat hubungannya dengan difusi. Pada Manusia difusi terjadi pada
proses respirasi, pada tumbuhan pada proses fotosintesis dan pada hewan pada
saat proses pertukaran oksigen dan CO2 dengan lingkungan. Hal itu terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya dapat di jumpai pada saat seseorang
meneteskan minyak wangi pada botol, apabila meteskan tinta dalam segelas air
dan ketika makan.
Untuk dapat memahami proses difusi secara lebih mendalam dan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses terjadinya difusi, serta penerapannya dalam bidang
ilmu biologi dan kehidupan sehari-hari,maka penulis menyusun makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan difusi?
1.2.2 Bagaimanakah penerapan difusi gas respirasi pada manusia?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya difusi pada
manusia?
1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan difusi?
1.3.2 Mengetahui penerapan difusi gas respirasi pada manusia?
1.3.3 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya difusi
pada manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Difusi
Teori kinetik menyataian bahwa partikel-partikel elementer (atom, ion,
molekul) berada dalam gerakan yang konstan pada suhu di atas 0° absolut. Makin
tinggi suhu, gerakan partikel akan makin cepat. Makin kecil partikel gerakannya
semakin cepat.
Gerakan molekul H, pada suhu kamar ± 2 km/dt atau 6.433 km/jam. Sedang
pada gas CO2 yang lebih berat kecepatan rata-rata 1.372 km/jam. Pada zat cair
gerakannya lebih pendek. Bahkan pada benda pada partikel lebih terikat di tempat,
tetapi mereka melakukan fibrasi diantara mereka.
Difusi adalah proses yang menyebabkan senyawa kimia tertentu dalam
bentuk partikel-partikel ditranspor secara spontan dari satu daerah ke daerah lain
sehingga terjadi keseimbangan. Terjadinya keseimbangan tersebut akibat dari
jumlah partikel yang masuk dan keluar daerah tersebut dalam jumlah yang sama.
Keseimbangan yang terjadi ini disebut keseimbangan dinamis. Difusi bergantung
pada konsentrasi dan pada umumnya zat yang berdifusi bergerak dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah.
Proses ini terjadi sebagai akibat adanya mobilitas dan energi kinetik dari
molekul atau ion yang mengadakan difusi tersebut. Arah gerak molekul dalam
larutan atau gas tidak menentu kemana adanya hantaman molekul air atau dari gas
lain. Arah gerak molekul tersebut mengikuti gerak Brown. Arah geraknya
dinamakan Random Walk. Difusi dapat terjadi karena perbedaan dalam
konsentrasi dan atau sifat suatu zat. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau partikel
dalam per unit volume.
2.2 Difusi Gas Respirasi pada Manusia
Difusi sederhana pada peristiwa respirasi manusia terjadi karena adanya gas
yang mengalir dari udara ke paru paru , ke alveolus dan berpindah lagi ke
pembuluh darah dan berakhir ke sel.
Unit alat pernafasan terdiri dari Trachea , Bronchus , Bronkhiolus, yang
semua organ pernafasan itu berupa saluran.
Saluran dari trachea hingga bronchiolus itu secara pasti membuat gas gas
pernafasan akan berjalan menerus berdifusi karena perbedaan tekanan tidak
mungkin berhenti ditempat. Dari sinilah keelokan Tuhan kemudian
menciptakan kantung kantung kecil alveoli agar difusi gas gas sementara bisa
berhenti dan mengumpul, sehingga tidak berjalan terus karena berupa lorong.
Adanya alveoli sangat baik seperti terminal untuk menaik turunkan
penumpang. Gas pernafasan yang berhenti memungkinkan terjadinya
pengikatan atau berdifusi ke dalam pembuluh darah dan memasukkan gas
pernafasan ke dalam tubuh sehingga bisa berguna. Gas-gas pernafasan yang
masuk dan keluar, atrium dan alveoli (kira-kira 300 juta pada kedua paru-
paru). Masing-masing alveolus mempunyai diameter kira-kira 0,25 mm).
Dinding alveoli sangat tipis, dan di antara banyak dinding itu terdapat
berbagai kapiler yang cukup kuat. Aliran darah pada dinding kapiler
merupakan suatu sheet dari peredaran darah. Jadi jelaslah bahwa gas alveoli
hampir sama dengan gas darah kapiler. Konsekwensinya pertukaran gas
antara udara alveoli dan darah volmonaris terjadi di seluruh membran
terminal paru-paru. Membran ini disebut membran respirasi atau membran
vulmonaris.
Kemampuan seluruh membran respirasi untuk terjadinya pertukaran gas
antara alveoli dan darah pulmonaris dapat diekspresikan dengan istilah
kapasitas difusi. Kapasitas difusi yang dapat didefinisikan sebagai volume
gas yang berdifusi melalui membran. Setiap menit untuk setiap perbedaan
tekanan 1 mm Hg, kapasitas difusi O2 laki-laki muda dewasa pada waktu
istirahat rata-rata 21 ml per menit per mm Hg. Rata-rata perbedaan tekanan
O2 menembus membran respirasi selama dalam keadaan normal yaitu dalam
keadaan bernafas tenang (tidal respiration) kira-kira 11 mm Hg. Peningkatan
tekanan itu menghasilkan kira-kira 230 ml O2 berdifusi normal melalui
membrana respirasi setiap menit dari alveolus ke darah. Dan itu sama dengan
kecepatan tubuh menggunakan O2 pada setiap selnya. kapasitasnya membawa
O2 ke dalam darah sering tidak cukup sehingga menyebabkan kematian
seseorang jauh lebih cepat daripada ketidakseimbangan yang serius dari
difusi CO2.
2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Difusi
Prinsip dan formula terjadinya difusi gas melalui membran respirasi sama
dengan difusi gas melalui air dan berbagai jaringan. Jadi, faktor yang menentukan
betapa cepat suatu gas melalui membran tersebut adalah:
1. Ketebalan membran
2. Luas permukaan membran
3. Koefisien difusi gas dalam substansi membran
4. Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran.
Sering terjadi kecepatan difusi melalui membran tidak proporsional terhadap
ketebalan membrana sehingga setiap faktor yang meningkatkan ketebalan
melebihi 2-3 kali dibandingkan dengan yang normal dapat mempengaruhi secara
sangat nyata pertukaran gas pernafasan normal. Khusus pada olahragawan, luas
permukaan membran respirasi sangat mempengaruhi prestasi dalam pertandingan
maupun latihan.
Luas permukaan paru-paru yang berkurang dapat berpengaruh serius terhadap
pertukaran gas pernafasan pada manusia , misalnya kakunya alveolus pada
penderita TBC. Dalam hal koefisien difusi masing-masing gas kaitannya dengan
perbedaan tekanan ternyata CO2 berdifusi melalui membrana kira-kira 20 kali
lebih cepat dari O2. Dan Koefisien difusi O2 dua kali lebih cepat dari N2. Dalam
hal perbedaan tekanan gas, tekanan gas parsial menyebabkan gas mengalir melalui
membran respirasi. misalnya diudara PO2 160 mmHg di Alveolus hanya 105
mmHg , maka terjadilah aliran dari udara ke alveolus , begitu seterusnya. Dengan
demikian, bila tekanan parsial suatu gas dalam alveoli lebih besar dibandingkan
dengan tekanan gas dalam darah pada O2 maka terjadilah difusi O2 dari alveoli ke
arah darah. Tetapi bila tekanan gas dalam darah lebih besar dibandingkan dengan
dalam alveoli seperti halnya CO2 maka difusi terjadi dari darah ke dalam alveoli.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
3.1.1 Difusi adalah proses fisik di mana substansi bergerak dari daerah
konsentrasi tinggi keluar ke daerah konsentrasi rendah.
3.1.2 Difusi sederhana pada peristiwa respirasi manusia terjadi karena adanya
gas yang mengalir dari udara ke paru paru , ke alveolus dan berpindah lagi
ke pembuluh darah dan berakhir ke sel.
3.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses difusi yaitu ketebalan membran,
luas permukaan membran, koefisien difusi gas dalam substansi membran
dan perbedaan tekanan antara kedua sisi membran.
3.2 Saran
Pembaca dapat mengetahui bagaimana proses difusi sehubungan dengan
kalor yang terjadi di dalam diri manusia, agar manusia dapat lebih memahami
bagaimana proses terjadinya difusi gas respirasi pada manusia, dan juga
mengetahui factor-faktor yang dapat mempengaruhi proses difusi tersebut.
PENUTUP
Demikianlah uraian singkat kami tentang panas/kalor dan penerapannya
dalam cang ilmu biologi. Kami menyadari tulisan ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, tapi kami berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, sehingga dapat menjadi
pembelajaran bagi kami agar kedepannya kami dapat memberikan hasil yang
lebih baik.