84
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1Definisi Perancangan Interior Adi Santosa (2005) mengungkapkan bahwa desain interior pada prinsipnya merupakan upaya memecahkan masalah kehidupan yang berkaitan dengan ruang bagian dalam dari sebuah bangunan. Permasalahan dalam perancangan interior-pun harus dapat dipecahkan melalui analisa berbagai faktor. Dalam hal ini, masalah dalam perancangan interior dibagi menjadi 2, yaitu: A. Masalah Fisik Hal ini berkaitan dengan kondisi ruang itu sendiri, seperti unsur lantai, dinding, ceiling, mechanical dan electrical, serta furnitur. Selain itu mengenai utilitas seperti jendela sebagai jalan masuknya cahaya matahari, ventilasi udara alami, dan pintu untuk mengakses hubungan antar ruang. B. Masalah Non Fisik Masalah non fisik berkaitan dengan faktor manusia seperti kondisi psikologis, sosial dan budaya yang membentuk persepsi-persepsi dan perasaan terhadap suasana ruang tertentu. 5

BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Definisi Perancangan Interior

Adi Santosa (2005) mengungkapkan bahwa desain interior pada

prinsipnya merupakan upaya memecahkan masalah kehidupan yang

berkaitan dengan ruang bagian dalam dari sebuah bangunan.

Permasalahan dalam perancangan interior-pun harus dapat

dipecahkan melalui analisa berbagai faktor. Dalam hal ini, masalah

dalam perancangan interior dibagi menjadi 2, yaitu:

A. Masalah Fisik

Hal ini berkaitan dengan kondisi ruang itu sendiri, seperti unsur lantai,

dinding, ceiling, mechanical dan electrical, serta furnitur. Selain itu

mengenai utilitas seperti jendela sebagai jalan masuknya cahaya

matahari, ventilasi udara alami, dan pintu untuk mengakses hubungan

antar ruang.

B. Masalah Non Fisik

Masalah non fisik berkaitan dengan faktor manusia seperti kondisi

psikologis, sosial dan budaya yang membentuk persepsi-persepsi

dan perasaan terhadap suasana ruang tertentu.

2.1.2 Definisi Museum

Pengertian museum secara umum, terutama bagi kebanyakan orang

lebih dikenal dalam hal fungsinya, yaitu sebagai sebuah bangunan atau

gedung yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan zaman dahulu

atau benda-benda antik yang diperuntukkan untuk memberikan

wawasan kepada masyarakat. Berikut adalah pengertian museum yang

di ungkapkan menurut beberapa pakar, yaitu:

5

Page 2: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

6

A. Museum adalah bagian dari pranata sosial dalam masyarakat,

karena museum dipergunakan sebagai wahana memberikan

pengetahuan,  pendidikan, dan perkembangan kepada setiap

masyarakat melalui sistemasi komunitas atau publik (Timothy &

Paine, 1993).

B. Sebuah lembaga permanen yang memberi layanan untuk

kepentingan masyarakat serta kemajuannya, tidak mencari

keuntungan, terbuka untuk umum yang meneliti, memelihara,

memamerkan, serta komunikasikan beberapa benda pembuktian

material manusia di dalam lingkungannya demi pendidikan, studi,

dan rekreasi (Moh. Amir Sutaarga, 1981).

Dari beberapa pengertian diatas, pada hakekatnya pengertian

museum yang lebih mendalam dan bersifat internasional adalah

pengertian yang dikeluarkan oleh ICOM (International Council of

Museum), yaitu:

“A museum is a non-profit, permanent institution in the service of

society and its development, open to the public, which acquires,

conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and

intangible heritage of humanity and its environment for the purposes of

education, study and enjoyment.” (ICOM, 2007)

Pernyataan diatas memiliki pengertian bahwa museum adalah suatu

lembaga yang bersifat tetap dalam bidang pelayanan masyarakat,

dimana perkembangannya yang bertujuan untuk mengumpulkan,

merawat, meneliti, dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan,

dan kesenangan barang pembuktian manusia dan lingkungan

(Musyawarah ke-11, International Council of Museums, UNESCO).

2.1.2.a Sejarah Museum

Museum merupakan kata yang berasal dari bahasa latin, yaitu

museion. Museion merupakan tempat tinggal Muze, yaitu sembilan

Dewi anak dari Zeus yang memiliki peran utama sebagai penghibur.

Pada filsuf Yunani kuno, yaitu seperti Plato dan Phythagoras.

Page 3: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

7

Mereka beranggapan bahwa museion adalah tempat penyelidikan dan

pendidikan filsafat, sebagai ruang lingkup ilmu dan kesenian. Museion

juga disimpulkan sebagai tempat pembaktian diri terhadap kesembilan

Dewi Muse.

Pada mulanya, bangunan museum tersebut hanya digunakan

sebagai tempat mengumpulkan benda-benda dan alat yang dibutuhkan

untuk penyelidikan ilmu dan kesenian. Akan tetapi koleksinya kian

bertambah hingga museum tersebut menjadi sebuah tempat

mengumpulkan benda-benda yang dianggap unik dan aneh oleh

masyarakat.

Perkembangan tersebut terus terjadi hingga abad pertengahan. Kala

itu museum menjadi tempat koleksi benda-benda pribadi milik

kalangan bangsawan, pangeran, para pencipta seni dan budaya, serta

para pencipta ilmu pengetahuan. Perkembangan zaman menyebabkan

hasil seni rupa kian bertambah, baik dari dalam maupun luar Eropa,

hingga akhirnya menjadi cikal bakal pertumbuhan museum yang ada di

Eropa. (Ilmu Dasar, 2017)

2.1.2.b Fungsi dan Manfaat Museum

1. Fungsi Museum

Museum merupakan salah satu tempat yang cukup sering

dikunjungi oleh masyarakat, seperti untuk study tour, melakukan

penelitian maupun rekreasi dengan teman maupun keluarga. Seperti

yang pada umumnya kita pahami, museum adalah tempat yang

mengkoleksi benda-benda warisan budaya atau antik yang memiliki

nilai sejarah yang berharga. Namun, nyatanya fungsi museum tidak

sesederhana itu.

Direktorat Museum (2007), mengatakan bahwa bila mengacu pada

hasil musyawarah umum ke-11 (11th General Assembley) International

Council of Museum (ICOM) yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juni

1974 di Denmark, dapat dikemukakan 9 fungsi museum, yaitu sebagai

berikut:

Page 4: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

8

a. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan bidaya

b. Dokumentasi dan penelitian ilmiah

c. Konservasi daan preservasi

d. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum

e. Pengenalan dan penghayatan kesenian

f. Pengenalan kebudayaan antardaerah dan antarbangsa

g. Visualisasi warisan alam dan budaya

h. Cerminan pertumbuhan peradaban umat manusia

i. Pembangkit rasa bersyukur dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa

2. Manfaat Museum

Pada umumnya, museum dipahami sebagai tempat untuk

menyimpan atau memperlihatkan benda-benda warisan budaya. Padahal

kenyataannya tidaklah demikian. Dibangunnya suatu museum tentu

memiliki visi tersendiri, yaitu diharapkan dapat memberikan manfaat

positif kepada masyarakat. Terdapat beberapa manfaat utama dari

museum, yaitu sebagai berikut (Ilmu Dasar, 2017):

a. Edukasi

Kegiatan mengunjungi museum akan membuat seseorang belajar

dan menambah pengetahuan terhadap benda-benda yang

berada di dalam museum tersebut. Seseorang akan mengetahui

perkembangan peradaban suatu masa ke masa lain.

Menambah wawasan yang mungkin tidak didapat dalam

pendidikan formal.

b. Inovatif

Pengunjung yang datang untuk melihat benda-benda yang

ditampilkan dapat menjadi sebuah ide baru yang kemudian

akan berkembang menjadi sebuah karya baru. Dengan banyak

melihat benda-benda yang baru menimbulkan sebuah

pengalaman dan menghasilkan interpretasi baru.

Page 5: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

9

c. Rekreatif

Dengan mengunjungi museum orang dapat santai, dan

melepaskan himpitan-himpitan sehari-hari yang telah

menyibukkannya. Oleh karena itu dapat di saksikan pada hari-

hari libur museum yang sudah terkenal di dapati pengunjung.

d. Imajinatif

Dengan mengunjungi museum seseorang dapat

melakukan kontemplasi sehingga mampu mengembangkan

daya imjinasinya untuk menghasilkan suatu karya seni.

2.1.2.c Klasifikasi Museum

Museum merupakan tempat yang menyimpan begitu banyak

sumber pengetahuan dan sejarah. Tentunya setiap museum memiliki

fokus koleksi yang berbeda dengan museum lainnya. Untuk

membedakannya, maka museum dibagi ke dalam beberapa jenis

klasifikasi, yaitu sebagai berikut (Ilmu Dasar, 2017):

1. Berdasarkan koleksi yang dimiliki, museum dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu:

a. Museum Umum

Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material

manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai

cabang ilmu pengetahuan alam, teknologi dan ilmu pengetahuan

sosial.

b. Museum Khusus

Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material

manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang

seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

2. Berdasarkan kedudukannya, museum dapat dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu:

a. Museum Nasional

Museum yang mempunyai tingkatan koleksi sesuai dengan kelas

nasional atau dalam taraf nasional. Koleksi museum berasal,

Page 6: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

10

mewakili atau berkaitan dengan bukti material manusia dan atau

lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai

nasional.

b. Museum Propinsi/Regional

Museum yang memiliki tingkatan koleksi terbatas dan hanya dalam

lingkup daerah propinsi/regional. Koleksi museum berasal,

mewakili atau berkaitan dengan bukti material manusia dan atau

lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum tersebut

berada.

c. Museum Lokal

Museum yang memiliki tingkatan koleksi dalam taraf daerah saja.

Koleksi museum berasal, mewakili atau berkaitan dengan bukti

material manusia dan atau lingkungannya dari kabupaten atau

kotamadya dimana museum tersebut berada.

3. Menurut International Council of Museum (ICOM), berdasarkan

jenis koleksinya, museum dapat dibedakan menjadi enam jenis,

yaitu:

a. Museum Seni (Art Museum), merupakan museum yang mengelola.

menyimpan dan mengumpulkan benda yang berkaitan dengan

kesenian.

b. Museum Arkeologi dan Sejarah (Arkeologi and History Museum),

merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk memajang

benda arkeologi yang menyimpan sejarah mengenai manusia serta

peradabannya. Museum arkeologi banyak yang bersifat museum

terbuka (Open Air Museum).

c. Museum Nasional (National Museum), merupakan museum yang

menyimpan berbagai benda yang berasal dari berbagai wilayah

negara tempat museum tersebut berada.

d. Museum Ilmu Pengetahuan Alam (Natural History Museum),

merupakan museum yang berfokus pada hal-hal yang berkaitan

dengan peradaban ilmu pengetahuan alam.

e. Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and

Technology Museum), merupakan museum yang berfokus pada hal-

Page 7: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

11

hal yang berkaitan dengan awal mula perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

f. Museum Khusus (Specialized Museum), merupakan museum

yang dikhususkan untuk suatu benda khusus tertentu.

4. Berdasarkan pihak penyelenggarannya, klasifikasi museum dibagi

menjadi dua jenis, yaitu:

a. Museum Pemerintah

Merupakan museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh

pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

b. Museum Swasta

Merupakan museum yang didirikan dan disenggelarakan oleh

perseorangan, namun tetap harus mendapatkan izin dari

pemerintah.

2.1.2.d Klasifikasi Pengguna Museum

Di dalam sebuah museum, terdapat beberapa kategori pengguna

(Direktorat Museum, 2008), yaitu sebagai berikut:

1. Pengelola Museum

Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan

tugas didalam area museum, serta dipimpin oleh seorang kepala

museum. Kepala museum sendiri membawahi dua pengguna

lainnya, yaitu:

a. Bagian Administrasi

Petugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang

berhubungan dengan ketenagaan, keuangan, surat-menyurat,

kerumahtanggaan, pengamanan, dan registrasi koleksi dalam

museum.

b. Bagian Teknis

Petugas pada bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi,

tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas.

Berikut adalah beberapa tugas yang dijalankan oleh petugas bagian

teknis, yaitu:

Page 8: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

12

1) Tenaga pengelola koleksi, bertugas dalam melakukan

inventarisasi dan kajian setiap koleksi museum.

2) Tenaga konservasi, bertugas dalam melakukan pemeliharaan

dan perawatan koleksi.

3) Tenaga preparasi, bertugas dalam menyiapkan sarana dan

prasarana serta menata pameran.

4) Tenaga bimbingan dan humas, bertugas dalam memberikan

informasi dan mempublikasikan koleksi untuk dimanfaatkan

oleh masyarakat.

2. Pengunjung

Pengunjung merupakan bagian penting dalam perkembangan

museum, yaitu selain sebagai penikmat koleksi yang di display,

pengunjung juga berperan dalam menghidupkan suasana museum

itu sendiri. Terdapat beberapa tipe pengunjung yang didasarkan

pada aspek tertentu, yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan Intensitas Kunjungan, dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu:

1) Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan

museum, yaitu seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan,

mahasiswa, dan pelajar.

2) Kelompok orang yang baru mengunjungi museum.

b. Berdasarkan Tujuan Berkunjung, dibagi menjadi tiga kelompok,

yaitu:

1) Pengunjung pelaku studi

2) Pengunjung bertujuan tertentu

3) Pengunjung pelaku rekreasi

Page 9: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

13

2.1.2.e Persyaratan Berdirinya MuseumDalam merencanakan suatu museum, terdapat beberapa persyaratan

yang harus diperhatikan bagi pendirinya, yaitu (Moh. Amir Sutaarga,

1997) :

1. Lokasi Museum

a. Lokasi yang Strategis

Dalam menentukan lokasi untuk mendirikan museum, sang pendiri

tidak diperkenankan untuk memilih sesuai dengan kepentingannya

sendiri, melainkan memilih lokasi yang tepat untuk masyarakat

umum, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, dan wisatawan.

b. Lokasi yang Sehat

Lokasi tidak terletak disekitar daerah industri yang dimana terdapat

banyak udara kotor, daerah berawa, atau tanah pasi. Selain itu,

elemen alam seperti kelembaban udara juga perlu diperhatikan,

yang setidaknya harus terkontrol netral, yaitu antara 55-56%.

2. Persyaratan Bangunan

a. Persyaratan Umum

Beberapa persyaratan umum yang berfungsi mengatur bentuk

ruang museum dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu:

1) Bangunan museum dikelompokkan dan dipisahkan sesuai

dengan:

Fungsi dan aktifitasnya.

Ketenangan dan keramaian.

Keamanan.

2) Pintu masuk utama (main entrance) diperuntukkan bagi

pengunjung museum.

3) Pintu masuk khusus hanya digunakan untuk bagian pelayanan,

perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang pada banguan khusus.

4) Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi, yang

termasuk ruang perpustakaan dan ruang rapat.

5) Area private terdiri dari:

Laboratorium Konservasi.

Page 10: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

14

Studio Preparasi.

Storage.

6) Area publik atau umum terdiri dari :

Bangunan utama, yang meliputi pameran tetap, pameran

temporer dan peragaan.

Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box,

penitipan barang, lobby atau ruang istirahat, dan tempat parkir.

b. Persyaratan Khusus

Selain persyaratan umum, terdapat juga beberapa persyaratan

khusus yang perlu diperhatikan dalam mendirikan museum, antara

lain:

1) Bangunan utama, yang sebagai wadah kegiatan pameran tetap

dan temporer harus dapat:

Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.

Mudah dicapai, baik dari luar atau dalam.

Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik

sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung

museum.

Memiliki sistem keamanan yang baik dari segi konstruksi dan

spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda

secara alami ataupun karena pencurian.

2) Bangunan auditorium, harus dapat:

Dengan mudah dicapai oleh umum.

Dapat digunakan sebagai ruang pertemuan, diskusi, dan

ceramah.

3) Bangunan khusus, harus dapat:

Terletak pada tempat yang kering.

Mempunyai pintu masuk yang khusus.

Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,

kebakaran, dan pencurian).

4) Bangunan Administrasi, harus dapat:

Page 11: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

15

Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum

maupun terhadap bangunan lainnya.

c. Persyaratan Ruang

Terdapat beberapa persyaratan dalam hal teknis yang juga perlu

diperhatikan pada ruang pamer, yaitu sebagai berikut :

1) Pencahayaan dan Penghawaan

Hal ini merupakan aspek teknis paling utama yang perlu

diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan

dari koleksi. Pencahayaan dan penghawaan yang buruk atau tidak

sesuai dengan standarisasi dapat merusak koleksi.

2) Ergonomi dan Tata Letak

Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan

mengapresiasi koleksi, maka menetapkan susunan dalam

peletakkannya merupakan hal yang penting. Berikut adalah standar

perletakan koleksi di ruang pamer museum.

3) Jalur Sirkulasi Dalam Ruang Pamer

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan

informasi dan dapat membantu pengunjung dalam memahami

koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga

pada alur cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.

Gambar 2.2. Sirkulasi Ruang Pamer

(Sumber : http://chengho3.blogspot.com)

Gambar 2.1. Ergonomi dalam Peletakkan Panil

(Sumber : http://chengho3.blogspot.com)

Page 12: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

16

2.1.2.f Koleksi Museum

Menurut Moh. Amir Sutaarga (1997) dalam bukunya yang berjudul

Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, koleksi adalah

segala sesuatu yang sedang atau akan dipamerkan di museum. Koleksi

tersebut dapat ditampilkan dalam ruang pameran, disimpan dalam

gudang, dilestarikan dalam ruang konservasi, atau dikaji dalam ruang

peneliti.

1. Prinsip dan persyaratan sebuah benda koleksi, antara lain :

a. Memiliki nilai sejarah dan nilai ilmiah (termasuk nilai estetika).

b. Dapat diidentifikasi dalam hal bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna,

asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis) atau

periodenya (dalam geologi, khususnya benda alam).

c. Dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan

eksitensinya bagi penelitian ilmiah.

2. Klasifikasi Benda Koleksi

a. Benda Asli, yaitu adalah benda koleksi yang memenuhi

persyaratan:

1) Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.

2) Harus dapat dianggap sebagai dokumen.

3) Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya,

dan sebagainya.

b. Benda Reproduksi, yaitu benda buatan baru dengan cara meniru

benda asli menurut cara tertentu. Berikut adalah berbagai macam

benda reproduksi, yakni:

1) Replika: Merupakan benda tiruan yang diproduksi dengan

memiliki sifat atau tampilan seperti benda yang ditiru.

2) Miniatur: Merupakan benda tiruan yang diproduksi dengan

memiliki bentuk, warna, dan cara pembuatan yang sama

dengan benda asli.

3) Referensi: Diperoleh dari rekaman atau fotocopy suatu buku

seperti mengenai etnografi, sejarah, dan lainnya.

4) Benda-benda berupa foto yang dipotret dari dokumen/mikro

film yang sukar dimiliki.

Page 13: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

17

5) Benda Penunjang, yakni benda yang dapat dijadikan

pelengkap pameran untuk memperjelas informasi/pesan

yang akan disampaikan, misalnya : lukisan, foto dan contoh

bahan.

3. Penataan Koleksi Museum

Penataan koleksi dalam suatu pameran dapat disajikan dengan

beberapa cara, yakni:

a. Tematik: Menata koleksi pameran berdasarkan tema dan sub tema

yang diusung.

b. Taksonomik: Menata koleksi berdasarkan kelompok atau sistem

klasifikasinya.

c. Kronologis: Menata koleksi yang disusun berdasarkan usianya,

yaitu dari yang tertua atau terlama hingga yang terbaru.

4. Metode Penyajian Museum

Metode penyajian dalam museum perlu disesuaikan dengan

motivasi masyarakat yang berada disekitar lingkungan atau

pengunjung museum itu sendiri, yaitu:

a. Metode Intelektual

Metode ini menerapkan cara penyajian benda-benda koleksi

museum yang mengungkapkan informasi mengenai guna, arti dan

fungsi benda koleksi di museum.

b. Metode Romantik (Evokatif)

Metode ini menerapkan cara penyajian benda-benda koleksi

museum dengan mengungkapkan suasana tertentu yang

berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.

c. Metode Estetik

Metode ini menerapkan cara penyajian benda-benda koleksi

museum dengan mengungkapkan nilai artistik yang ada pada

benda koleksi museum.

Page 14: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

18

d. Metode Simbolik

Metode ini menerapkan cara penyajian benda-benda koleksi

museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai

media interpretasi kepada pengunjung.

e. Metode Kontemplatif

Metode ini menerapkan cara penyajian koleksi di museum untuk

membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang

dipamerkan.

f. Metode Interaktif

Metode ini menerapkan cara penyajian koleksi di museum

dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan

koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat

menggunakan teknologi informasi.

5. Penyimpanan dan Perawatan Koleksi Museum

Dalam memamerkan dan menyimpan koleksi museum, terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang dimana dapat merubah

kondisi atau menyebabkan gangguan pada koleksi museum, yaitu:

a. Iklim dan Lingkungan

Pada umumnya, iklim di Indonesia bersifat lembab dengan curah

hujan yang cukup tinggi. Temperatur udara di antara 25 sampai 37

derajat celcius, dengan kadar kelembaban relatif (RH=Relative

Humadity) antara 50 sampai 100%. Iklim yang terlampau lembab

ditambah faktor naik-turunnya temperatur dapat menimbulkan

suasana klimatologis yang menyuburkan tumbuh kembangnya

jamur (fungi) dan bakteri, tetapi iklim yang terlampau kering juga

dapat menimbulkan berbagai kerusakan.

b. Cahaya

Cahaya dapat mempengaruhi benda koleksi yang ditampilkan di

museum. Untuk jenis koleksi dengan bahan dasar seperti batu,

logam, dan keramik pada umumnya tidak peka terhadap cahaya,

tetapi untuk koleksi yang berbahan dasar organik seperti tekstil,

kertas, peka terhadap pengaruh cahaya.

Page 15: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

19

c. Serangga dan Mikro-organisme

Terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya kerusakan pada

benda koleksi yang disebabkan oleh serangga ataupun mikro-

organisme, yaitu:

1) Fumigasi

Beberapa jenis zat kimia dapat menguap pada suhu biasa dan

dapat menjadi gas yang mematikan bagi serangga. Teknik ini

dapat dilakukan dalam ruangan yang suhunya normal yang

kedap udara.

2) Penyemprotan

Teknik ini dengan cara menyemprotan insektisida berupa

larutan yang mengandung DDT, gammexane, mercuric

chloride, dan lain-lainnya.

2.1.2.g Jenis Pameran

Dalam menampilkan koleksi museum, hal yang paling tepat adalah

dengan cara mengadakan pameran, sehingga dapat diketahui oleh

masyarakat.

Pameran adalah satu sarana yang dapat memenuhi sifat kodrati

manusia, seperti keinginan untuk menonton, mengetahui,

memperhatikan sesuatu, mendalami sesuatu, memahami atau

menghayati (Widuri, 2004). Dalam melakukan pameran, terdapat

beberapa faktor yang perlu diperhatikanm yaitu:

1. Persediaan koleksi dan dokumentasi foto serta koleksi yang

tersedia. Apabila jumlah koleksi belum memadai, sedangkan tema

pameran yang diusung sudah jelas, maka pihak museum dapat

meminjam koleksi dari museum lainnya atau meminjam koleksi

perorangan.

2. Persediaan peralatan, bahan, serta tenaga yang akan mendukung

pelaksanaan penataan dan penyebaran informasi.

3. Biaya persiapan dan pelaksanaan untuk kegiatan pameran.

4. Penyebaran publisitas tentang rencana kegiatan pemeran tersebut,

dalam rangka mengumpulkan pengunjung bila pameran itu sudah

dibuka untuk umum.

Page 16: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

20

Sedangkan berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya, pameran

dalam museum dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: (Susanto, 2004)

1. Pameran Tetap

Merupakan pameran yang memiliki tempo tidak terbatas, yang

berarti pameran atau karya tersebut digelar secara terus-menerus.

Idealnya, koleksi pameran yang ditampilkan adalah sebanyak 25%

hingga 40% dari total koleksi yang dimiliki museum, dan akan

dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka

waktu tertentu.

2. Pameran Temporer atau Khusus

Merupakan pameran yang memiliki batas waktu tertentu, atau

relatif singkat. Pameran ini adalah pameran yang paling umum

diselenggarakan. Dapat dikatakan pameran khusus dikarenakan

diselenggarakan secara khusus untuk memperingati sesuatu, seperti

peristiwa atau tokoh penting. Batas waktu yang diberlakukan

bergantung pada alasan yang bersifat personal maupun kebiasaan

umum, yaitu dalam waktu singkat, antara hitungan hari, minggu,

hingga bulan.

3. Pameran Keliling

Pameran ini diklasifikasikan sebagai pameran temporer, namun

dilangsungkan beberapa kali secara bergilir dari satu tempat ke

tempat lain (travelling exhibition). Pameran ini diselenggarakan

dalam jangka waktu tertentu dengan tema khusus.

2.1.2.h Tata Sarana Pameran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana adalah segala

sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan

tujuan.

Untuk menyajikan berbagai koleksi museum kepada pengunjung

dalam bentuk pameran, diperlukan adanya sarana pameran yang baik

secara langsung maupun tidak. Selain itu, hendaknya perlu juga

dipertimbangkan sisi dari faktor keamanan, keawetan dan keindahan

koleksi itu sendiri.

Page 17: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

21

Dalam hal ini, sarana pameran di museum dapat dibagi menjadi

dua kategori, yaitu:

1. Sarana Pokok

Sarana pokok merupakan hal yang bersifat mutlak dan penting

dalam penataan pameran di museum, karena tanpa adanya sarana

tersebut maka pameran tidak akan berhasil dalam mencapai

tujuannya. Apabila benda-benda koleksi hanya diletakkan begitu

saja pada permukaan lantai tanpa adanya sarana pokok, maka akan

terlihat tidak teratur atau tidak rapi. Berikut adalah yang termasuk

kedalam sarana pokok, antara lain:

a. Papan Panil atau Panel Board

Papan panil atau panel board merupakan salah sarana pokok

pameran yang digunakan untuk menggantung atau menempelkan

koleksi atau menempelkan label atau koleksi penunjang lain

seperti peta, grafik, gambar, dan informasi dalam bentuk informasi.

b. Vitrine

Vitrine merupakan salah satu jenis sarana pokok pameran yang

sangat diperlukan sebagai tempat untuk meletakkan benda-benda

koleksi yang umumnya berbentuk tiga dimensi, relatif bernilai

tinggi, serta mudah dipindahkan. Fungsi vitrine sendiri yaitu

sebagai pelindung koleksi, baik dari gangguan manusia maupun

lingkungan, seperti kelembaban udara ruangan, efek negatif

cahaya, serta perubahan suhu udara dalam ruangan. Terdapat

beberapa tipe vitrine yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan

museum, antara lain:

1) Vitrine Sudut : Vitrine ini diletakkan pada sudut ruangan,

dimana pengunjung hanya dapat melihat vitrine ini dari satu

arah saja, yaitu arah depan.

Page 18: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

22

2) Vitrine Tengah : Vitrine ini diletakkan pada area tengah

ruangan dan tidak melekat pada dinding, Dengan

menggunakan vitrine ini, pengujung dapat melihat koleksi dari

segala arah, dimana keempat sisinya terbuat dari kaca.

3) Vitrine Tepi atau Dinding : Vitrine ini diletakkan berhimpitan

dengan dinding. Dengan menggunakan vitrine ini, pengunjung

Gambar 2.3. Vitrine Sudut

(Sumber : library.binus.ac.id)

Gambar 2.4. Vitrine Tengah

(Sumber : library.binus.ac.id)

Gambar 2.5. Vitrine Tepi atau Dinding

(Sumber : library.binus.ac.id)

Page 19: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

23

dapat melihat koleksi dari sisi samping kanan, kiri, depan dan

atas.

c. Pedestal atau Alas Koleksi

Pedestal merupakan tempat untuk meletakkan koleksi yang

biasanya berbentuk tiga dimensi. Jika koleksi yang diletakkan

memiliki nilai tinggi dan berukuran besar, maka perlu mendapat

ekstra pengamanan, yaitu seperti memberikan jarak dari jangkauan

pengunjung. Alas koleksi yang berukuran kecil umumnya

diletakkan di vitrine sebagai alat bantu agar benda dalam vitrine

dapat disajikan dengan baik. Ukuran tinggi rendahnya-pun harus

diseusaikan dengan besar kecilnya koleksi yang diletakkan di

atasnya.

2. Sarana Penunjang

Pameran yang berupa label, koleksi penunjang (peta, foto,

miniature, patung peraga, dan sebagainya), sarana pengamanan,

sarana publikasi, sarana pengatura cahaya, sarana pengaturan

warna, sarana pengaturan udara, sarana audiovisual, sarana

angkutan dalam ruang, dekorasi ruangan (meliputi taman dalam

ruang, tempat sampah dan tempat duduk).

2.1.3 Definisi Kopi

Menurut Bhara L.A.M (2005), kopi adalah suatu jenis tumbuhan

yang dibuat minuman dengan sifat psikostimulant sehingga

menyebabkan seseorang yang meminumnya akan tetap terjaga (susah

Page 20: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

24

tidur), mengurangi kelelahan atau stress saat bekerja, serta mampu

untuk memberikan efek fisiologis, yakni energi.

2.1.3.a Sejarah Kopi

Tanaman kopi dibawa masuk ke Indonesia pada masa penjajahan

kolonial Belanda, yang berhasil membuat Indonesia sebagai salah satu

negara penghasil kopi utama di dunia hingga kini. Di masa awal,

bangsa Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Mereka

mengendalikan perdagangan lewat Mocha, sebuah kota pelabuhan yang

terletak di Yaman. Saat itu Mocha menjadi satu-satunya gerbang lalu

lintas perdagangan biji kopi. Demikian strategisnya pelabuhan tersebut

dalam perdagangan kopi, sampai-sampai orang Eropa menyebut kopi

dengan nama Mocha (Kelana, Agung, & Cahyadi, 2018).

2.1.3.b Asal Muasal Istilah Kopi

Penemuan biji kopi sebagai sebuah minuman berenergi pertama

kali ditemukan oleh seorang dari bangsa Ethiopia pada abad ke-9. Biji-

biji kopi tersebut ditanam di dataran tinggi. Ketika bangsa Arab hendak

meluaskan perdagangannya, biji kopi telah meluas hingga ke Afrika

Utara dan ditanam secara massal. Sejak itu biji kopi sebagai minuman

mulai meluas dari Asia sampai ke Eropa.

Menurut William H. Ukers (1992) dalam bukunya yang berjudul

All About Coffee, kata kopi mulai masuk ke dalam Bahasa Eropa sekitar

tahun 1600-an. Kata kopi sendiri berasal dari Bahasa Arab, yaitu

‘qahwa’. Sedangkan dalam bahasa Turki disebut ‘kahveh’. Di Arab,

istilah ‘qahwa’ bukan merujuk pada nama tanaman, tetapi lebih kepada

nama minuman. Para ahli meyakini bahwa kata ‘qahwa’ digunakan

untuk menyebut minuman yang berasal dari biji dan diseduh dengan air

panas.

Menurut Symposium on The Etymology of The World Coffee, kata

qahwa mengandung arti ‘kuat’. Dimulai dari bahasa Arab inilah, nama

minuman tersebut diadaptasi dalam berbagai bahasa lainnya, yaitu

Page 21: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

25

seperti bahasa Turi ‘kahve’, bahasa Belanda ‘koffie’, bahasa Perancis

‘cafe’, bahasa Italia ‘caffe’, bahasa inggirs ‘coffee’, bahasa Cina ‘kia-

fey’, bahasa Jepang ‘kehi’, dan bahasa Melayu ‘kawa’.

Berbeda dengan negara lain, di duga kuat kata ‘kopi’ dalam bahasa

Indonesia diadaptasi dari istilah Arab melalui bahasa Belanda, yaitu

‘koffie’. Hal tersebut cukup logis, mengingat bahwa Belanda adalah

pencetus terhadap munculnya perkebunan kopi di Indonesia.

2.1.3.c Sejarah Perkembangan Kopi di Indonesia

Seperti yang diketahui, tentunya sejarah masuknya kopi tidak lepas

dari masuknya Belanda ke Indonesia. Menurut Doni Hamdan dan Aries

Sontani dalam bukunya yang berjudul Coffee (2018), sejarah mencatat

bahwa tepatnya pada tahun 1696, benih kopi dibawa oleh Komandan

Pasukan Belanda, yaitu Adrian Van Ommen dari Malabar, India ke

Pulau Jawa. Pada awalnya, budi daya kopi dilakukan di Batavia yang

saat ini dikenal sebagai Pondok Kopi, Jakarta Timur. Namun upaya

tersebut gagal dikarenakan tanamannya mati akibat bencana banjir.

Tidak menyerah begitu saja, upaya kedua kembali dilakukan. Pada

tahun 1699, pemerintah kolonial Belanda mendatangkan bibit-bibit baru

yang akan dikembangkan disekitar Jawa Barat, yaitu Bogor, Sukabumi,

Banten, dan Priangan Timur.

Upaya ini ternyata berhasil dan terus berkembang hingga kopi dari

Priangan dapat mendunia. Akhirnya penanaman kopi di Indonesia

mulai menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Hindia Belanda, yaitu

seperti Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Timor. Kopi dari Indonesia

sendiri dikenal memiliki karakteristik earthy dan spicy yang diolah

dengan metode gilingan basah (wet process).

Kemudian pada tahun 1706, sampel kopi yang dihasilkan dari

tanaman kopi di Jawa dikirimkan ke Belanda untuk diteliti. Dari

penelitian tersebut didapatkan hasil yang menakjubkan. Kopi yang

ditanam tersebut menghasilkan kualitas biji kopi yang sangat baik.

Sejak kesuksesan tersebut, Belanda mulai memperluas area budidaya

kopi hingga ke Pulau-Pulau Indonesia lainnya.

Page 22: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

26

2.1.3.d Jenis-Jenis Kopi di Indonesia

Pada umumnya terdapat 2 jenis biji kopi yang paling terkenal

dikalangan masyarakat, yaitu Kopi Arabika dan Kopi Robusta. Kedua

biji kopi tersebut memiliki penggemar paling banyak dikarenakan citra

rasa yang dihasilkan. Namun sebenarnya didunia ini terdapat 5 jenis biji

kopi dengan ciri khas masing-masing, yaitu: (Coffee, 2017)

1. Kopi Arabika

Biji kopi Arabika merupakan jenis biji kopi yang paling banyak

ditemui di kedai kopi. Sekitar 70% kopi yang dijual dipasaran saat

ini adalah biji kopi ini. Tanaman kopi ini paling banyak tumbuh di

benua Afrika bagian Tengah dan Timur, benua Amerika bagian

Selatan dan benua Asia bagian Selatan dan Tenggara. Pada

umumnya, negara-negara yang menjadi produsen dari Biji Kopi

Arabika memiliki iklim tropis dan subtropis.

Untuk mengenal lebih dalam mengenai biji Kopi Arabika, berikut

adalah beberapa ciri-cirinya, yaitu:

a. Dipercaya sebagai kopi dengan kualitas terbaik.

b. Lebih sulit diproses dan diolah.

c. Sangat peka terhadap perubahan suhu dan mudah diserang hama

serta penyakit.

d. Hasil panen dalam setrahun lebih sedikit dari Kopi Robusta.

Dalam hal citra rasa dan aroma, biji Kopi Arabika merupakan

juaranya. Biji kopi ini memiliki berbagai macam rasa yang nikmat.

Rasa dari kopi tersebut disebabkan dari faktor lingkungan tanaman

tersebut tumbuh. Selain itu, biji kopi arabika mengandung sukrosa

atau gula yang tinggi, sehingga kopi ini cenderung agak manis dan

asam. Kandungan kafein dalam biji kopi ini sebesar 1,2%.

2. Kopi Robusta

Saat ini, biji Kopi Robusta memegang 30% pasar di dunia. Berbeda

dengan arabika, biji Kopi Robusta memiliki daya tahan yang jauh

Page 23: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

27

lebih kuat terhadap penyakit. Selain itu, biji kopi ini dapat ditanam

pada dataran rendah dengan suhu yang ekstrim. Tanaman kopi ini

banyak tumbuh dibenua Afrika Barat, benua Asia Tenggara, dan

Selatan.

Untuk mengenal lebih dalam mengenai biji Kopi Robusta, berikut

adalah beberapa ciri-cirinya, yaitu:

a. Lebih mudah tumbuh dan dirawat dibandingkan dengan tanaman

kopi Arabika.

b. Dalam setahun, dapat menghasilkan biji kopi lebih banyak dari

pada kopi arabika.

c. Dapat ditanam di dataran yang tak terlalu tinggi dengan suhu yang

berubah-ubah.

d. Bentuk bijinya bulat dan agak lebih padat.

e. Ukuran lebih kecil dan teksturnya sedikit kasar.

Dalam hal citra rasa dan aroma, kopi robusta memiliki rasa yang

pahit, pekat dan tekstur lebih kasar. Selain itu, biji Kopi Robusta

memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi, yaitu hingga 2,2%.

3. Kopi Liberika

Kopi Liberika berasal dari Angola, kemudian masuk ke Indonesia

pada tahun 1965. Beberapa varietas Kopi Liberika yang pernah

didatangkan ke Indonesia antara lain Ardoniana dan Durvei.

(Najiyati & Danarti, 2007)

Kopi Liberika memiliki nama yang berbeda-beda. Di Inggris, kopi

ini di namakan Baraco Coffee, sedangkan namanya di Filipina

adalah Kapeng Barako. Berbeda juga jika di Temanggung, kopi ini

disebut Kopi Boriah. Kopi ini berasal dari Afrika. Jenis kopi ini

memiliki ukuran biji yang relatif lebih besar disbanding jenis kopi

lainnya.

Untuk mengenal lebih dalam mengenai Biji Kopi Liberika, berikut

adalah beberapa ciri-cirinya, yaitu:

Page 24: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

28

a. Memiliki ukuran biji kopi paling besar dibandingkan dengan

robusta dan arabika.

b. Rasa dan warna sangat kuat.

c. Sangat tahan terhadap kekeringan.

d. Usia penanaman sekitar 4 sampai 5 tahun.

4. Kopi Excelsia

Jenis kopi ini memiliki kemiripan dengan kopi liberika, namun

tetap memiliki ciri khas sendiri, yaitu pada daunnya yang memiliki

tekstur lebih halus, tipis dan lebih bulat. Berat dari buahnya sendiri

umumnya lebih berat dari arabika tetapi lebih ringan dari robusta.

5. Kopi Luwak

Nama dari biji kopi ini tentu sudah sangat familiar ditelinga

masyarakat. Jenis kopi ini berasal dari Indonesia. Asal mula Kopi

Luwak sendiri adalah dari hewan luwak yang memakan biji kopi

(arabika atau robusta). Kemudian biji-biji tersebut akan keluar

bersama kotoran luwak tersebut. Setelah itu Kopi Luwak diolah

dengan cara mengambil bagian biji yang tidak dicerna oleh luwak.

Perlu diketahui, luwak hanya memakan biji kopi dengan kualitas

tinggi, dan hal tersebut dapat dirasakan dengan indra

penciumannya. Oleh karena itu, citra rasa yang dihasilkan dari

Kopi Luwak pun sangat tinggi dan nikmat. Hal ini menjadikannya

sebagai kopi dengan harga tertinggi di dunia.

2.2 Tinjauan Khusus

Untuk mendapatkan gambaran dan wawasan mengenai museum

yang merupakan pokok utama dalam perancangan Museum Kopi

Indonesia, maka penulis melakukan kunjungan ke beberapa museum,

yaitu Museum Kopi Banaran, Museum Bank Indonesia, dan Museum

Perangko. Selain itu, penulis juga telah melakukan survey melalui

website pada UCC Coffee Museum di Jepang dan Seoul Museum of

History di Korea Selatan.

Page 25: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

29

2.2.1 Survey Secara Langsung

Dalam hal ini, penulis melakukan kunjungan atau meninjau secara

langsung ke lokasi terhadap beberapa museum di Indonesia serta

menganalisanya dengan tujuan sebagai acuan dalam melakukan

Perancangan Museum Kopi Indonesia. Museum-museum yang telah

penulis kunjungi adalah sebagai berikut, yaitu:

2.2.1.a Museum Kopi Banaran

1. Sejarah Museum Kopi Banaran

Museum Kopi Banaran merupakan perpanjangan dari Kebun

dan Pabrik Kopi Banaran. Museum ini terletak dalam kawasan

Pabrik. Kebun Kopi Banaran sendiri telah didirikan sejak tahun

1898, yaitu saat jaman penjajahan pemerintahan Belanda.

2. Informasi Museum

a. Alamat : Krajan, Gemawang, Jambu, Semarang, Jawa Tengah

50663

b. Jam Operasional :

Senin – Sabtu (07.00 – 14.00 WIB)

Minggu : Tutup

c. Tiket Masuk : Rp 5.000,- per orang.

3. Desain dan Fasilitas Museum

a. Desain Bangunan Museum Kopi Banaran

Museum ini memiliki gaya bangunan khas Joglo, dimana pada

bagian atapnya berbentuk limasan dengan paduan warna khas

Jawa, seperti warna putih dan cokelat.

Gambar 2.6. Museum Kopi Banaran

(Sumber : Lea, 2018)

Page 26: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

30

b. Fasilitas Museum Kopi Banaran

1) Area Pengolahan Biji Kopi

Pada area ini, informasi mengenai proses mengolah kopi hanya

disajikan dalam bentuk foto dan keterangannya yang kemudian

ditempelkan pada papan tulis. Tidak terlihat adanya dinding

maupun partisi untuk membagi setiap area, sehingga ketika

memasuki museum, pengunjung akan merasa cukup

kebingungan untuk memulai dari mana. Pada bagian lantai,

museum ini menggunakan keramik berwarna putih glossy

berukuran 30x30 cm untuk seluruh area, sedangkan pada

bagian ceiling menggunakan gypsum board berwarna putih

polos.

2) Area Klasifikasi Biji Kopi

Pada area ini, berbagai kualitas biji kopi mentah yang disimpan

dalam toples kaca diletakkan pada setiap ranting dari batang

pohon kopi. Jika ingin melihat lebih jelas, pengunjung dapat

membuka toples kaca tersebut dan memegang biji kopi secara

langsung. Tidak terdapat treatment khusus pada area ini.

Gambar 2.7. Skema Pengolahan Kopi

(Sumber : Lea, 2018)Gambar 2.8. Interior Museum Kopi Banaran

(Sumber : Lea, 2018)

Gambar 2.9. Klasifikasi Biji Kopi

(Sumber : Lea, 2018)

Page 27: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

31

3) Area Pameran Perlengkapan Membuat Kopi

Pada area ini, di display berbagai perlengkapan yang

digunakan untuk memproses biji kopi hingga siap disajikan.

Beberapa perlengkapan tersebut dapat dikatakan sudah tua atau

bersejarah, tetapi tidak terlihat adanya treatment khusus untuk

menjaga barang-barang tersebut.

Perlengkapan tersebut hanya diletakkan pada sebuah meja

ataupun diatas lemari kayu. Pada bagian dindingnya

menggunakan dua jenis finishing yang berbeda, yaitu dari

lantai sampai setengah dinding menggunakan keramik

berwarna light cream, sedangkan sebagiannya hingga ceiling

di finishing dengan cat tembok berwarna putih. Terlihat

berbagai foto dinding yang dikemas dalam frame, dimana

menampilkan sejarah dan kondisi masyarakat pada masa

pemerintahan Belanda.

4) Area Pameran Jenis-Jenis Biji Kopi Indonesia

Pada area ini, pengunjung dapat melihat berbagai jenis biji

kopi yang ada di Indonesia, baik yang telah dimasak maupun

yang masih mentah, yang kemudian diletakkan dalam toples

kaca dengan berbagai variasi ukuran.Toples kaca ini diletakkan

Gambar 2.10. Perlengkapan Membuat Kopi

(Sumber : Lea, 2018)

Page 28: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

32

pada meja kayu berukuran panjang yang ditutup dengan kain

berwarna merah. Peletakkan jenis biji kopi ini tidak berurut

sesuai dengan lokasinya, sehingga dapat membuat pengunjung

kebingungan.

4. Analisa S.W.O.T

a. Strength

1) Koleksi yang dimiliki Museum Kopi Banaran termasuk cukup

lengkap, terutama mengenai biji kopi Indonesia. Museum ini

memiliki hampir semua jenis biji kopi dari berbagai daerah di

Indonesia.

2) Museum ini memiliki jendela yang cukup banyak pada sisi kiri

bangunan, sehingga pencahayaannya menggunakan cahaya

alami, yaitu matahari. Hal ini merupakan bagian dari green

design, yaitu mengurangi penggunaan listrik.

b. Weakness

1) Penataan display yang hanya diletakkan begitu saja

menyebabkan museum menjadi kurang menarik.

2) Alur Sirkulasi kurang jelas, sehingga pengunjung dapat merasa

kebingungan harus mulai melihat dari mana.

Gambar 2.11. Display Jenis-Jenis Biji Kopi Indonesia

(Sumber : Lea, 2018)

Page 29: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

33

3) Tidak terdapat permainan elemen interior dalam hal floor,

wall, dan ceiling, sehingga suasana museum terasa monoton.

c. Opportunity

1) Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di

dunia. Oleh karena itu, Museum Kopi memiliki kesempatan

yang besar untuk dikunjungi masyarakat luas, baik dari dalam

maupun luar negeri.

d. Threat

1) Diperlukan adanya usaha mempromosikan museum, yaitu

seperti mengadakan acara-acara kreatif di museum, baik dari

pihak museum sendiri maupun pemerintah, sehingga museum

tersebut dapat dikenal masyarakat luas.

2.2.1.b Museum Bank Indonesia

1. Sejarah Museum Bank Indonesia

Saat ini Museum Bank Indonesia tengah menempati gedung

yang sudah berusia tua dan menyimpan sejarah panjang dalam

dunia perbankan di Indonesia. Bangunan tersebut sebelumnya

merupakan sebuah Rumah Sakit Binnen Hospitaal, dan kemudian

digunakan menjadi sebuah bank yaitu De Javasche Bank (DJB)

pada 9 April 1828. Setelah Indonesia merdeka, yaitu pada tahun

1953, bank tersebut di nasionalisasikan menjadi Bank Sentral

Indonesia atau Bank Indonesia (BI).

Dahulu gedung ini digunakan sebagai kantor Bank Indonesia,

tetapi tidak berlangsung lama. Pada tahun 1962, gedung tersebut

tidak digunakan lagi dan terancam mengalami kerusakan apabila

tidak dilestarikan. Melihat nilai sejarah dari gedung tersebut,

akhirnya pemerintah menetapkan gedung tersebut sebagai cagar

budaya. Selain itu, Bank Indonesia sendiri memiliki benda dan

dokumen bersejarah yang perlu dirawat dan diolah untuk dapat

memberikan informasi kepada masyarakat.

Page 30: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

34

Dilandasi oleh keinginan untuk memberikan pengetahuan

kepada masyarakat mengenai peran Bank Indonesia dalam sejarah

bangsa, maka Dewan Gubernur Bank Indonesia pada saat itu

memutuskan untuk membangun Museum Bank Indonesia di

gedung tersebut. Museum Bank Indonesia diresmikan pada 21 Juli

2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

2. Visi dan Misi Museum Bank Indonesia

a. Visi : Menjadi wahana sumber informasi tentang sejarah Bank

Sentral Indonesia, dan komunikasi kebijakan yang terpercaya,

informatif, modern dan menarik yang dikelola secara profesional.

b. Misi: Menyediakan sarana edukasi kepada masyarakat secara

menarik dengan memanfaatkan teknologi informasi yang tepat

guna mengenai:

1) Fungsi dan peran Bank Indonesia dari waktu ke waktu.

2) Gedung cagar budaya milik Bank Indonesia dan benda-benda

koleksi yang terkait dengan sejarah Bank Indonesia, termasuk

pelestariannya.

3) Ilmu pengetahuan ekonomi, moneter, dan perbankan yang

diperlukan masyarakat setempat (Bank Indonesia, 2013).

3. Informasi Museum

a. Alamat : Jl. Pintu Besar Utara No.3 Jakarta Barat

b. Telp : 021-2600158 ext. 8111

c. Email : [email protected]

d. Jam Operasional :

Selasa - Jumat (08.00 - 15.30 WIB)

Sabtu - Minggu (08.00 - 16.00 WIB)

Senin dan Libur Nasional (Tutup)

Page 31: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

35

Tur dengan pemandu :

Selasa – Minggu (08:00, 10:00, dan 13:00 WIB)

e. Tiket Masuk : Usia 3 tahun keatas dikenakan Rp 5.000,- .

Gratis khusus Pelajar atau Mahasiswa dengan menunjukkan kartu

pelajar atau mahasiswa.

4. Desain dan Fasilitas Museum

a. Desain Bangunan Museum Bank Indonesia

Museum Bank Indonesia memiliki desain kolonial khas Eropa,

dikarenakan gedung tersebut merupakan peninggalan dari jaman

Belanda. Tampak warna putih mendominasi bangunan tua tersebut.

b. Fasilitas Museum

1) Lobby

Setelah melewati pintu masuk utama, pengunjung harus

menaiki beberapa anak tangga untuk menuju area lobby. Pada

area ini terdapat ticket counter, tempat penitipan barang, dan 1

buah bench yang berada didekat pintu masuk, dan panel yang

menggambarkan peta serta fasilitas di museum. Area lobby

museum terkesan sangat megah dikarenakan ceiling yang

Gambar 2.13. Lobby Museum Bank Indonesia

(Sumber : https://lompatlompat.wordpress.com)

Gambar 2.12. Museum Bank Indonesia

(Sumber : https://www.familygoers.com)

Page 32: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

36

sangat tinggi disertai kaca-kaca besar khas Eropa. Pada bagian

lantai masih menggunakan keramik asli dari bangunan

tersebut.

2) Ticket Counter

Area ticket counter didesain seperti counter bank pada masa

lalu yang bersifat tertutup atau private, sehingga kesan

perbankan pada jaman Belanda masih sangat terasa.

3) Penitipan Barang

Sebelum memasuki area pameran Museum Bank Indonesia,

pengunjung diwajibkan untuk menitipkan tas atau barang

bawaannya, kecuali barang berharga. Area ini terletak

disebelah kanan sebelum pintu masuk pameran museum.

Barang pengunjung disimpan pada loker yang terletak

diruangan tersendiri.

Gambar 2.14. Ceiling Lobby Museum Bank Indonesia

(Sumber : Lea, 2018)

Gambar 2.15. Tiket Counter

(Sumber : Lea, 2018)

Page 33: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

37

4) Area Pameran Tetap

Area ini menyediakan berbagai informasi mengenai sejarah

awal museum, awal mula perbankan Indonesia hingga saat ini.

Informasi tersebut disampaikan dengan memanfaatkan

berbagai media, seperti panel board, diorama, dan film. Selain

itu terdapat beberapa teknologi interaktif yang dapat menjadi

daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

5) Ruang Koleksi Numismatik

Ruangan ini menyimpan berbagai koleksi mata uang yang

pernah digunakan di wilayah Nusantara. Koleksi tersebut

dimulai dari mata uang pertama Indonesia hingga mata uang

yang masih digunakan saat ini. Koleksi mata uang Nusantara

tersebut disimpan dalam vitrine kaca, dan disusun sesuai

dengan tahun penggunaannya. Selain itu terdapat juga koleksi

mata uang dari seluruh penjuru dunia, yang disimpan dalam

Gambar 2.16. Area Penitipan Barang

(Sumber : Lea, 2018)

Gambar 2.17. Area Pameran Tetap

(Sumber : Lea, 2018)

Page 34: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

38

vitrine kaca terpisah berbentuk lemari dan dapat ditarik. Area

ruangan ini didesain dengan minim penerangan, yang

bertujuan untuk memusatkan perhatian pengunjung kepada

koleksi setiap vitrine. Selain itu, suasana gelap dapat membuat

pengunjung berjalan lebih lambat sehingga akan melihat setiap

koleksi.

`

6) Ruang Auditorium

Gambar 2.19. Ruang Koleksi Numismatik (Mata Uang Nusantara)

(Sumber : Lea, 2018)

Gambar 2.18. Ruang Koleksi Numismatik

(Sumber : Lea, 2018)

Page 35: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

39

Ruang auditorium terletak dilantai 2 Museum Bank Indonesia,

yang berdekatan dengan pusat informasi BI (BI Information

Center). Umumnya dapat digunakan untuk seminar, ceramah,

dan diskusi. Pencahayaan pada ruangan ini cukup minim,

untuk menampilkan kesan eksklusif dan pengunjung dapat

berfokus dengan acara yang diadakan. Bagian tempat duduk

pengunjung didesain secara berundak-undak, sehingga semua

pengunjung dapat dengan nyaman melihat pembicara.

5. Analisa S.W.O.T

a. Strength

1) Desain museum yang sangat kental dengan gaya kolonial khas

Eropa sangat menarik dan menjadikan museum ini terlihat

bersejarah. Atmosfer kolonial tersebut membuat pengunjung

seolah berada pada masa tersebut.

2) Penataan display sudah cukup baik dan tertatah dengan rapi.

3) Penggambaran suasana dalam tampilan diorama yang

dipadukan dengan permainan warna lampu sudah sangat baik.

Permainan warna lampu tersebut sangat mendukung dalam

menggambarkan suasana dramatis.

b. Weakness

Gambar 2.20. Ruang Auditorium

(Sumber : Lea, 2018)

Page 36: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

40

1) Penyampaian informasi masih terlalu monoton, dikarenakan

terlalu banyak menggunakan panel board berisi tulisan yang

panjang. Hal tersebut menyebabkan pengunjung mudah merasa

bosan dan malas membacanya.

2) Alur sirkulasi museum cukup membingungkan, dimana

terdapat beberapa area yang bercabang. Hal tersebut

menyebabkan beberapa area museum jadi terlewati.

c. Opportunity

1) Informasi mengenai perbankan sangat dibutuhkan oleh

masyarakat.

d. Threat

1) Perlu adanya usaha mempromosikan acara-acara yang kreatif

di museum, baik dari pihak museum sendiri maupun

pemerintah, sehingga museum tersebut tidak dilupakan karena

sudah dikenal masyarakat.

2.2.1.c Museum Perangko TMII

1. Sejarah Museum Perangko TMII

Museum Perangko didirikan atas gagasan Ibu Tien Soeharto.

Gagasan tersebut dicetuskan ketika Ibu Tien sedang mengunjungi

pameran perangko yang diadakan oleh PT. Pos Indonesia (Persero)

pada Juni 1981. Akhirnya museum perangko dibangun dengan

bentuk bangunan bergaya Bali dan diresmikan oleh Presiden

Soeharto pada tanggal 29 September 1983. Museum ini

memamerkan berbagai koleksi perangko asal Indonesia dan luar

negeri (Taman Mini Indonesia Indah, 2016).

2. Informasi Museum

a. Alamat : Museum Perangko Indonesia, Taman Mini

Indonesia Indah, Jl. Raya Taman Mini, Jakarta Timur 13560

b. Telp : 021-8409286, 8409287

c. Email : [email protected]

d. Jam Operasional :

Page 37: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

41

Senin-Minggu (09.00-16.00 WIB)

e. Tiket Masuk : Rp 5.000,- per orang.

3. Desain dan Fasilitas Museum

a. Desain Bangunan Museum Perangko

Museum ini dibangun dengan gaya khas Jawa dan Bali, dengan

bentuk atap limasan seperti rumah Joglo serta di dominasi warna

putih gading dan aksen cokelat untuk menampilkan kesan Jawa.

Terdapat juga beberapa patung hanoman yang merupakan salah

satu khas Bali pada bagian depan bangunan.

b. Fasilitas Museum

1) Lobby

Ketika memasuki halaman museum, pengunjung langsung

berada pada area lobby. Salah satu ciri khas museum ini

adalah area lobby yang langsung menjadi satu dengan area

pameran perangko, sehingga pengunjung langsung dapat

melihat seluruh pameran dari luar. Pada area ini, tidak terdapat

tempat duduk untuk pengunjung, serta tidak terlihat adanya

petugas yang berjaga di resepsionis. Museum ini juga memiliki

ceiling yang sangat tinggi, sehingga tanpa menggunakan air

conditioner pun udara sudah terasa sejuk. Tetapi ketinggian

ceiling ini menyebabkan pencahayaan didalam museum

menjadi kurang dan terkesan sedikit menyeramkan.

Gambar 2.21. Museum Perangko TMII

(Sumber : Lea, 2018)

Page 38: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

42

2) Area Pameran

Area pameran pada museum ini dibagi menjadi beberapa

bagian yang disusun berdasarkan sejarah dan perkembangan

perangko itu sendiri, yaitu:

a) Ruang Penyajian I : Sejarah Perangko Indonesia

b) Ruang Penyajian II : Proses Pencetakan Perangko

c) Ruang Penyajian III : Perangko berdasarkan Periode

Penerbitan(I)

d) Ruang Penyajian IV : Perangko berdasarkan Periode

Penerbitan(II)

e) Ruang Penyajian V : Koleksi Perangko Tematik (I)

f) Ruang Penyajian VI : Koleksi Perangko Tematik (II)

g) Ruang Penyajian VII : Menampilkan Diorama Kegiatan

Filateli

Penataan display pada museum ini mengikuti lekukan

bangunan utamanya sendiri yang berbentuk segi delapan,

dimana setiap ruang penyajian ditempatkan pada tiap sisi

bangunan sesuai dengan urutannya, sehingga pengunjung

dapat melihat semua display secara langsung. Pada beberapa

area pameran, museum ini menggunakan glass vitrine untuk

melindungi koleksi yang di display. Pada bagian permukaan

Gambar 2.22. Lobby Museum Perangko TMII

(Sumber : Lea, 2018)

Page 39: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

43

vitrine hanya dilapisi menggunakan karpet merah dan cat

dinding berwarna kuning. Bagian atas diorama sendiri tidak

sampai menyentuh ceiling bangunan, dikarenakan ceiling

bangunan tersebut sangat tinggi, sehingga terdapat jeda kosong

diantaranya. Maka ditambahkan corakan yang terbuat dari

rangka besi yang telah diproses laser cutting untuk

menonjolkan khas Bali. Selain itu, terdapat diorama

ditampilkan pada beberapa area ruang penyajian untuk

memberikan penggambaran yang lebih jelas kepada

pengunjung.

Pencahayaan yang digunakan untuk menerangi koleksi

diaplikasikan langsung pada beberapa area tertentu dalam

vitrine, yaitu dengan menggunakan LED strip berwarna cold

white. Sedangkan untuk menghindari pengunjung menyentuh

kaca vitrine, museum ini menggunakan rope barrier untuk

memberikan jarak atau batas pengunjung mendekati vitrine.

Gambar 2.23. Area Penyajian I dan II

(Sumber : Lea, 2018)

Gambar 2.24. Area Penyajian III dan IV

(Sumber : Lea, 2018)Gambar 2.25. Area Penyajian V dan VI

(Sumber : Lea, 2018)

Page 40: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

44

4. Analisa S.W.O.T

a. Strength

1) Desain museum yang kental dengan gaya Bali membuat

museum tersebut dapat menampilkan bangunan khas Indonesia

dan terlihat bersejarah.

b. Weakness

1) Penataan dan penempatan koleksi terlalu sederhana dan

monoton, sehingga pengunjung akan sangat mudah merasa

jenuh.

2) Kurangnya pencahayaan menyebabkan ruangan menjadi

kurang menarik dan terkesan menyeramkan atau horror.

3) Terdapat beberapa area pameran yang tidak terlalu terawat,

sehingga produk yang dipamerkan terlihat tidak bersih dan

tidak menarik.

4) Tidak terdapat display maupun area interaktif yang dapat

menjadi daya tarik museum.

c. Opportunity

1) Perangko merupakan hal yang pernah menjadi bagian penting

dalam dunia surat menyurat. Usaha promosi yang lebih kepada

masyarakat mampu menarik pengunjung untuk mengetahui

sejarah perangko di Indonesia.

d. Threat

2) Diperlukan adanya usaha mempromosikan Museum Perangko

tersebut, yaitu dengan mengadakan berbagai acara yang kreatif

di museum, baik dari pihak museum sendiri maupun

pemerintah, sehingga museum tersebut tidak dilupakan

masyarakat, selain dikarenakan keberadaannya didalam area

Taman Mini Indonesia yang termasuk bukan area umum.

2.2.2 Survey Secara Tidak Langsung (Melalui Website)

Dalam hal ini, penulis melakukan survey secara tidak langsung

melalui website terhadap beberapa museum, yakni Seoul Museum of

Page 41: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

45

History dan UCC Coffee Museum, yang bertujuan untuk menambahkan

inspirasi dalam merancang Museum Kopi Indonesia.

2.2.2.a Seoul Museum of History (Museum Sejarah Seoul)

1. Sejarah Museum

Museum Sejarah ini mulai beroperasi sejak tahun 1985 dengan

menyajikan berbagai informasi mengenai sejarah, tradisi, dan

budaya dari negara Korea Selatan. Museum ini terletak tidak jauh

dari Istana Gyeonghuigung. Pada 5 Mei 2002, museum mulai

beroperasi kembali setelah direnovasi.

2. Informasi Museum

a. Alamat : 55 Saemunan-ro (Sinmun-ro 2-ga),

Sajik-dong, Jongno-gu, Seoul, South Korea

b. Telp : +82 27240274

c. Jam Operasional :

4) Bulan Maret – Oktober : Selasa-Jumat (09.00-20.00)

Sabtu-Minggu, Hari Libur (09.00-19.00)

Senin (Tutup)

5) Bulan November – Februari : Selasa-Jumat (09.00-20.00)

Sabtu, Minggu, Hari Libur (09.00-18.00)

Senin dan 1 Januari (Tutup)

d. Tiket Masuk : Free Admission (Gratis)

3. Desain dan Fasilitas Museum

a. Desain Bangunan Museum Sejarah Seoul

Page 42: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

46

Bangunan ini dibangun dengan gaya kontemporer khas Korea

dengan dominasi dengan warna merah tua. Warna merah sendiri

merupakan salah satu dari lima warna utama yang berkaitan dengan

berbagai unsur kehidupan masyarakat Korea Selatan. Sebagian

besar sisi depan bangunan menggunakan kaca, sehingga cahaya

alami dari matahari dapat masuk ke dalam gedung.

b. Fasilitas Museum

1) Lobby

Saat melewati pintu masuk utama museum, pengunjung

langsung berada di area lobby, dan dihadapkan pada tangga

utama untuk menuju lantai atas museum. Museum ini tidak

memiliki area security check dan ticketing. Area lobby

museum dibiarkan lapang tanpa adanya furniture apapun,

sehingga terlihat sangat luas. Pada sisi kanan dan kiri dinding

terdapat ukiran yang sangat besar yang terlihat seperti peta

kerajaan Korea. Bagian lantai lobby menggunakan keramik

berwarna cream dengan motif segitiga berwarna hitam pada

tiap sudut keramik, sehigga membentuk corak diagonal.

Gambar 2.27. Meja Informasi di Lobby Museum.

(Sumber : https://www.tripadvisor.com)Gambar 2.28. Lobby Museum

(Sumber : https://www.tripadvisor.com)

Gambar 2.26. Tampak Depan Seoul Museum of History

(Sumber : https://www.easytourchina.com)

Page 43: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

47

2) Special Exhibition

Area ini hanya digunakan untuk mengadakan pameran yang

bersifat sementara (temporer) atau khusus, sehingga tema yang

diusung dan koleksi yang di display-pun dapat berubah sesuai

dengan acara yang diadakan. Pada bagian lantai area ini hanya

menggunakan polish concrete dan pada bagian ceiling

dibiarkan terexpose dengan finishing panel. Selain itu, area

pameran didominasi menggunakan glass vitrine yang sebagian

besar pencahayaannya diaplikasikan dari dalam vitrine.

3) Permanent Exhibition

Area ini digunakan untuk pameran yang bersifat tetap atau

permanent. Jika terdapat perubahan, umumnya hal tersebut

bukanlah suatu hal besar, yaitu seperti penggantian beberapa

artefak yang di display secara berkala untuk dilakukan

perawatan. Pada area pameran tetap ini, dibagi menjadi

beberapa area yang disesuaikan dengan periodenya, yaitu:

Gambar 2.29. Special Exhibition Area

(Sumber : Lea, 2018)

Page 44: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

48

a) Seoul, of the Joseon Dynasty

Area pameran ini menceritakan bagaimana kehidupan pada

masa pemerintahan Dinasti Joseon dahulu kala, yang

merupakan Kerajaan dengan pemerintahan terlama di Korea

Selatan. Terdapat pula beberapa pakaian yang digunakan pada

masa tersebut, yang di display untuk memberikan gambaran

kepada pengunjung. Setiap koleksi diletakkan dalam vitrine

kaca untuk melindunginya dari kerusakan maupun sentuhan

tangan pengunjung.

Selain itu, terdapat floor standing pc yang berfungsi untuk

memberikan informasi kepada pengunjung. Pada bagian lantai

pameran utama terlihat menggunakan concrete tile untuk

memberikan kesan oldies. Pada bagian dinding hanya di

finishing menggunakan cat dinding berwarna putih. Sedangkan

pada bagian ceiling digantung beberapa bendera yang berperan

penting pada jaman kerajaan tersebut. Pencahayaan yang

digunakan menggunakan LED down light dengan warna warm

white untuk menimbulkan kesan nyaman dan spot light pada

beberapa titik untuk memberikan kesan tegas dan dramatis.

Gambar 2.30. Area Pameran Utama Seoul, of the Joseon Dynasty

(Sumber : https://www.tripadvisor.com)

Page 45: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

49

Sedangkan pada area pameran kedua dari area Joseon Dynasty

hendak menggambarkan tampilan dan suasana Dinasti dalam

bentuk maket berukuran besar pada sebuah meja, dimana

pengunjung dapat melihat berbagai area pavilion dalam

lingkungan kerajaan saat itu. Tampak adanya tempered glass

yang diaplikasikan pada tiap sisi meja tersebut untuk

melindungi maket tersebut dari sentuhan tangan pengunjung.

Area kedua ini berada ditengah void yang membagi lantai 1

dengan lantai 2, sehingga pengunjung yang berada di lantai 2

dapat ikut melihat. Terlihat pada salah satu sisi dinding area

tersebut menggambarkan peta lingkungan Dinasti Joseon

dalam bentuk gambar.

b) The Captal of the Daehan Empire

Area pameran selanjutnya adalah mengenai kekuasaan pada

masa Kekaisaran Daehan, yang dimana merupakan nama

Negara di Korea yang ada sejak proklamasi Kekaisaran Korea.

Negara ini merupakan penerus dari Kerajaan Joseon. Pada area

ini lebih menampilkan berbagai koleksi peninggalan pada saat

tersebut dengan menggunakan glass vitrine untuk menghindari

dari sentuhan tangan pengunjung. Terlihat vitrine tersebut

tidak mencapai ceiling dikarenakan ceiling bangunan tersebut

cukup tinggi. Pada bagian dinding hanya dibuat plain tanpa

adanya permainan desain, sehingga pengunjung dapat fokus

Gambar 2.31. Area Seoul, of the Joseon Dynasty

(Sumber : https://blog.bnbhero.com)

Page 46: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

50

pada berbagai produk yang di display. Pencahayaan yang

digunakan untuk menerangi barang display langsung

diletakkan secara merata pada bagian atas vitrine dengan

menggunakan LED strip berwarna cold white, sehingga cahaya

yang jatuh terlihat lebih rapih. Sedangkan untuk memberikan

kesan dramatis dan permainan suasana, museum ini

menggunakan spot light berwarna warm white.

c) Seoul, under Japanese Control

Gambar 2.32. Area The Capital of the Daehan Empire

(Sumber : https://blog.bnbhero.com/seoul-museum-of-history/)

Gambar 2.33. Tampilan display pada area The Capital of the Daehan

Empire

(Sumber : http://japanryan.blogspot.com)

Page 47: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

51

Area ini menceritakan berakhirnya masa pemerintahan Dinasti

Joseon dan masa-masa pada saat Negara Korea dijajah oleh

Jepang. Penjelasan ditampilkan dalam bentuk tulisan dan

gambar yang diletakkan dalam vitrine yang menggunakan

aluminium. Tiang-tiang yang menyangga vitrine tersebut

menjulang hingga ceiling untuk memperkuat konstruksinya.

Pada bagian lantainya menggunakan vinyl flooring dengan

warna cokelat muda untuk memberikan kesan cozy.

Pencahayaan yang digunakan hanya berasal dari ceiling.

Suasana dibuat tidak terlalu terang untuk memberikan kesan

kelam dan kuno kepada pengunjung, sehingga dapat

membayangkan peristiwa pada momen tersebut.

d) Period of Rapid Growth Seoul

Area ini menceritakan mengenai kebangkitan dan

perkembangan Kota Seoul setelah terbebas dari penjajahan

Jepang. Area ini didesain dengan minim cahaya atau terkesan

gelap, sehingga pengunjung dapat berfokus dan menghayati

tulisan maupun foto yang ditampilkan. Terlihat cahaya hanya

berasal dari beberapa spot light berwarna warm white yang

diletakkan pada bagian atas panel display dan ceiling untuk

menerangi bacaan dan foto. Konsep ini juga didukung dengan

Gambar 2.34. Area Seoul, under Japanese Control

(Sumber : http://www.world-walk-about.com)

Page 48: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

52

lantai yang hanya menggunakan keramik berwarna hitam

glossy.

e) Seoul Panoramic Theater

Area ini menggambarkan Kota Seoul pada malam hari dalam

bentuk maket raksasa dengan skala tertentu. Pengunjung dapat

melihat Kota Seoul secara langsung dari jembatan besi yang

dilapisi tempered glass yang kokoh. Pencahayaan pada area ini

sebagian besar berasal dari maket yang menggambarkan

perumahan penduduk dan warna sungai pada maket tersebut.

Sementara pada bagian dinding dan ceiling diberikan warna

hitam untuk memberikan kesan ruangan yang tidak terbatas.

Terlihat pada salah satu sisi dinding terdapat layar besar

dengan proyektor yang menggambarkan jalan raya di Kota

Seoul.

Gambar 2.35. Area Period of Rapid Growth Seoul

(Sumber : http://www.world-walk-about.com)

Gambar 2.36. Seoul Panoramic Theater

(Sumber : https://www.thedailyparker.com)Gambar 2.37. Seoul Panoramic Theater

(Sumber : https://agoncillokh.wordpress.com)

Page 49: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

53

f) Seoul History Library

Selain menceritakan berbagai sejarah dalam bentuk pameran,

museum ini juga memiliki perpustakaan dengan berbagai buku

mengenai sejarah Kota Seoul. Buku-buku tersebut diletakkan

pada beberapa lemari yang pada umumnya yang berbahan

dasar plywood yang dilapisi hpl berwarna cokelat terang. Pada

bagian sisi kiri ruangan ini keseluruhannya menggunakan kaca,

sehingga pengunjung yang berada di area museum dapat

melihat bahwa terdapat perpustakaan pada museum ini. Pada

bagian lantainya menggunakan vinyl flooring yang senada

dengan warna lemari. Bagian ceilingnya hanya dibuat plain,

sehingga pengunjung akan lebih berfokus pada buku bacaan.

2.2.2 UCC Coffee Museum (Museum Kopi di Jepang)

1. Sejarah Museum

UCC Coffee Museum telah beroperasi sejak 1 Oktober 1987 di

Kobe oleh Tadao Ueshima. Tanggal pembukaan museum kopi ini

bertepatan dengan Hari Kopi Internasional (Coffee Day). Tujuan

didirikannya museum tersebut untuk menjadi pusat informasi seputar

kopi di Jepang. Untuk memperingati 80 tahun berdirinya UCC Group,

museum ini direnovasi dan dibuka kembali pada 1 Oktober 2013.

2. Informasi Museum

Gambar 2.38. Seoul History Library

(Sumber : Lea, 2018)

Page 50: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

54

a. Alamat : 6-6-2 Minatojimanakamachi Chuo-ku, Kobe

650-0046

b. Telp : (078)302-8880

c. Jam Operasional :

Selasa-Minggu (10.00-17.00)

Senin, Akhir dan Awal Tahun (Tutup)

d. Tiket Masuk :

Dewasa (High School Student and Older) : 300 yen

Groups (20 orang atau lebih) : 240 yen

Senior (65 tahun ke atas) : 150 yen

Disabled Persons : 150 yen

Junior High School and Younger : Free (Gratis)

3. Desain dan Fasilitas Museum

a. Desain Bangunan Museum

Museum Kopi UCC di Jepang ini memiliki desain bangunan yang

sangat unik, yaitu terlihat berbentuk kubah yang diumpamakan

seperti mesjid. Selain itu, gedung ini juga menampilkan kesan

kolonial khas Jepang yang didominasi warna abu-abu.

b. Fasilitas Museum

1) Lobby

Gambar 2.39. UCC Coffee Museum, Japan

(Sumber : http://foodietopography.net)

Page 51: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

55

Ketika pengunjung memasuki gedung museum, pengunjung

akan dihadapkan pada meja resepsionis untuk membeli tiket

masuk dan menitipkan barang bawaan. Interior pada area ini

didominasi dengan warna cokelat, yaitu khas dari warna kopi

itu sendiri. Pada bagian lantainya menggunakan concrete tile,

sedangkan pada bagian ceilingnya bermain dengan metode up

ceiling. Bangunan museum ini mengusung gaya kontemporer

dengan permainan bentuk geometris.

2) Room 1 : Origin

Area ini menyajikan informasi mengenai sejarah kopi,yang

dimulai dari proses ditemukannya kopi di Ethiopia hingga

menjadi minuman yang mendunia. Selain itu, terdapat sebuah

Gambar 2.41. Area Lobby

(Sumber : https://lifemagazine.yahoo.co.jp)

Gambar 2.42. Area Origin

(Sumber : https://lifemagazine.yahoo.co.jp)

Gambar 2.40. Area Resepsionis

(Sumber : https://www.tripadvisor.com)

Page 52: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

56

area yang menampilkan upacara minum kopi di Ethiopia, yang

disebut Kariomon. Terdapat beberapa peralatan yang

digunakan dalam upacara tersebut yang diletakkan diatas

sebuah meja. Area tersebut tampak lebih tegas dan dramatis

dengan pencahayaan yang berasal dari spot light berwarna

warm white. Penjelasan dan foto yang mendukung ditampilkan

pada dinding secara langsung. Pada bagian belakang foto

dipancarkan cahaya dengan menggunakan led strip, sehingga

terkesan terang, menonjol, dan bercahaya. Sedangkan pada

bagian lantai dan ceiling dibuat plain tanpa adanya permainan

interior untuk menampilkan kesan natural dan calm.

3) Room 2 : Cultivation

Area ini menceritakan proses pengolahan kopi yang dimulai

dari menanam pohon kopi, memanennya hingga didapatkan

biji kopi. Untuk memberikan pengalaman yang berbeda,

museum ini membuat railing menurun dengan pemandangan

kebun kopi, sehingga pengunjung seolah sedang mengitari

kebun. Saat tiba dibawah, pengunjung dapat membaca

penjelasan mengenai penanaman kopi melalui informasi yang

terdapat pada papan dinding. Untuk menerangi area ini,

digunakan LED down light berwarna warm white untuk

memberikan kesan cozy.

Gambar 2.43. Area Cultivation (Railing)

(Sumber : https://www.ucc.co.jp/museum/english/information/floorguide/)

Gambar 2.44. Area Cultivation

(Sumber : https://www.tripadvisor.com)

Page 53: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

57

4) Room 3 : Classification

Pada area ini di khususkan untuk memaparkan klasifikasi kopi

dari Brasil. Pada bagian dinding terdapat berbagai pajangan tas

karung yang digunakan untuk membungkus biji kopi dari

berbagai belahan di dunia. Setiap display tas karung ini

diletakkan dalam frame kayu dan kaca, sehingga terhindar dari

sentuhan tangan pengunjung. Selain itu terdapat area diorama

yang memperlihatkan beberapa karung biji kopi yang

ditumpuk dan seorang yang sedang mencium wangi dari suatu

kopi untuk membedakan kualitas yang baik dan kurang. Fungsi

diorama ini sendiri memberikan gambaran kepada pengunjung

mengenai proses klasifikasi kopi.

Pada bagian lantai menggunakan vinyl flooring dengan warna

cokelat muda yang senada dengan pencahayaannya, sehingga

memberikan kesan nyaman. Sedangkan pencahayaan untuk

area ini hanya menggunakan LED down light berwarna warm

white. Pada bagian ceilingnya hanya menggunakan gypsum

yang dibuat plain tanpa adanya permainan desain.

5) Room 4 : Roasting

Pada area ini, pengunjung diberikan penggambaran mengenai

proses roasting dan blending kopi. Proses roasting sendiri

digambarkan dengan alat yang digunakan untuk memasak biji

kopi. Alat besar tersebut di display diatas raised floor yang

diaplikasikan LED strip berwarna warm white disekelilingnya,

Gambar 2.45. Area Classification

(Sumber : https://snaplace.jp)

Page 54: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

58

sehingga memberikan kesan tidak memakan terlalu banyak

tempat. Pada bagian dinding, di display berbagai biji kopi yang

telah diroasting sesuai dengan tingkat kematangan yang

dilapisi dengan tempered glass. Sedangkan pada bagian ceiling

hanya menggunakan gypsum yang dibuat plain tanpa adanya

permainan desain.

6) Room 5 : Extraction

Pada area ini, pengunjung dapat melihat bagaimana cara

mengolah kopi dan cara menikmatinya. Berbagai alat-alat yang

telah digunakan untuk menghasilkan minuman kopi sejak

jaman dahulu di pamerkan pada area ini. Terlihat beberapa alat

diletakkan dalam vitrine kaca dikarenakan tingkat

kerapuhannya.

Pada bagian lantainya menggunakan karpet berwarna cokelat

tua, sedangkan pada bagian dinding dimanfaatkan untuk

menampilkan informasi mengenai jenis-jenis alat untuk

mengekstraksi kopi. Pencahayaan pada area ini menggunakan

LED down light berwarna warm white yang disusun secara

merata.

Gambar 2.46. Area Roasting

(Sumber : https://en.japantravel.com)

Page 55: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

59

7) Room 6 : Culture

Area ini menceritakan bahwa kopi dapat menjadi salah satu

sumber inspirasi dalam membuat suatu karya seni, yaitu seperti

novel, musik, hingga perangko. Area ini diciptakan dengan

suasana layaknya perpustakaan yang disatukan dengan

teknologi, sehingga pengunjung akan merasa penasaran dan

melihat display secara perlahan. Pada bagian lantainya

menggunakan karpet berwarna hijau tua. Sedangkan pada

bagian dindingnya menggunakan beberapa warna yang senada

dengan warna kopi itu sendiri. Pada bagian ceiling hanya

dibuat plain tanpa adanya permainan desain.

8) Tasting Corner Area

Gambar 2.48. Area Culture

(Sumber : https://lifemagazine.yahoo.co.jp)

Gambar 2.47. Area Extraction

(Sumber : https://off-hours.online/culture/art/museumRepo5/index.php)

Page 56: BINA NUSANTARA | Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2Doc/RS1_20… · Web viewPetugas pada bagian administrasi mengelola segala hal yang berhubungan

60

Area ini dikhususkan bagi pengunjung yang ingin mencicipi

kopi yang diproduksi oleh pabrik UCC. Acara coffee tasting

pada museum ini memiliki tema khusus yang bervariasi sesuai

dengan jenis kopi yang hendak dibawakan. Area ini dibagi

menjadi dua bagian, yaitu area bar yang digunakan oleh barista

untuk menyiapkan kopi dan sebagai panggung untuk

membawa acara, serta area pengunjung untuk mencicipi kopi

yang terdiri dari standing table. Warna pada area bar

didominasi warna cokelat untuk menampilkan warna utama

kopi sendiri. Pada bagian lantai area pengunjung, terlihat granit

berwarna abu-abu yang dilapisi karpet berwarna merah

bercorak. Sedangkan pada bagian dinding hanya di cat dengan

warna cokelat muda. Pada bagian ceiling hanya dibuat plain

tanpa adanya permainan desain.

Gambar 2.49. Area Bar Tasting Corner

(Sumber : http://foodietopography.net)

Gambar 2.50. Area Pengunjung Tasting Corner

(Sumber : http://the-wadas.com)