12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452 441 BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA VOLUME KENDARAAN DI KOTA BANDA ACEH Muamar Ilyas 1*, Muhammad Ilhamsyah Siregar 2 1) Afiliasi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: [email protected] 2) Afiliasi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: [email protected] Abstract Air pollution has become one of the global environmental problems of global concern (Mulyadi, 2015). A survey conducted by the World Health Organization - WHO (2002) in 1,600 cities in 91 countries in the world shows that almost 90 percent of people in urban centers breathe unhealthy air. This study aims to analyze the cost of air pollution arising from the increase in the volume of motor vehicles. The population in this study were all sufferers of diseases caused by air pollution in Banda Aceh City in 2018-2019. While the research sample was carried out using a purposive sampling technique, where the sample taken was limited to only 50 sufferers of air pollution- related illnesses in Banda Aceh City in 2018-2019. The results showed that the average total costs incurred by asthmatics was Rp. 5,500,000 with details of the hospitalization fee of Rp. 2,600,000 and outpatient fees of 2,900,000. The total average cost incurred by sufferers of ARI is Rp. 6,500,000 with details of the hospitalization fee of Rp. 3,100,000 and outpatient costs 3,400,000. ARI sufferers in Banda Aceh City in 2017 reached 7,515 inhabitants. If all ISPA sufferers choose to undergo hospitalization, the gross costs to be incurred reach Rp. 48.847.500.000. Keywords: Cost of air pollution, volume of motor vehicles, air pollution Abstrak Polusi udara telah menjadi salah satu masalah lingkungan global yang menjadi perhatian dunia (Mulyadi, 2015). Survei yang dilakukan oleh World Health Organization - WHO (2002) di 1.600 kota yang tersebar di 91 negara di dunia menunjukkan bahwa hampir 90 persen orang-orang di pusat perkotaan menghirup udara yang tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis biaya polusi udara yang timbul akibat bertambahnya volume kendaraan bermotor. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit akibat polusi udara di Kota Banda Aceh tahun 2018-2019. Sedangkan sampel penelitian adalah dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana sampel yang diambil dibatasi hanya 50 penderita penyakit aibat polusi udara di Kota Banda Aceh tahun 2018-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita asma adalah sebesar Rp. 5.500.000 dengan rincian biaya opname sebesar Rp. 2.600.000 dan biaya rawat jalan sebesar 2.900.000. Total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita ISPA adalah sebesar Rp. 6.500.000 dengan rincian biaya opname sebesar Rp.

BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

441

BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA VOLUME KENDARAAN DI KOTA BANDA ACEH

Muamar Ilyas 1*, Muhammad Ilhamsyah Siregar 2

1) Afiliasi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: [email protected]

2) Afiliasi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: [email protected]

Abstract

Air pollution has become one of the global environmental problems of global concern (Mulyadi, 2015). A survey conducted by the World Health Organization - WHO (2002) in 1,600 cities in 91 countries in the world shows that almost 90 percent of people in urban centers breathe unhealthy air. This study aims to analyze the cost of air pollution arising from the increase in the volume of motor vehicles. The population in this study were all sufferers of diseases caused by air pollution in Banda Aceh City in 2018-2019. While the research sample was carried out using a purposive sampling technique, where the sample taken was limited to only 50 sufferers of air pollution-related illnesses in Banda Aceh City in 2018-2019. The results showed that the average total costs incurred by asthmatics was Rp. 5,500,000 with details of the hospitalization fee of Rp. 2,600,000 and outpatient fees of 2,900,000. The total average cost incurred by sufferers of ARI is Rp. 6,500,000 with details of the hospitalization fee of Rp. 3,100,000 and outpatient costs 3,400,000. ARI sufferers in Banda Aceh City in 2017 reached 7,515 inhabitants. If all ISPA sufferers choose to undergo hospitalization, the gross costs to be incurred reach Rp. 48.847.500.000. Keywords: Cost of air pollution, volume of motor vehicles, air pollution

Abstrak

Polusi udara telah menjadi salah satu masalah lingkungan global yang menjadi perhatian dunia (Mulyadi, 2015). Survei yang dilakukan oleh World Health Organization - WHO (2002) di 1.600 kota yang tersebar di 91 negara di dunia menunjukkan bahwa hampir 90 persen orang-orang di pusat perkotaan menghirup udara yang tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis biaya polusi udara yang timbul akibat bertambahnya volume kendaraan bermotor. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit akibat polusi udara di Kota Banda Aceh tahun 2018-2019. Sedangkan sampel penelitian adalah dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana sampel yang diambil dibatasi hanya 50 penderita penyakit aibat polusi udara di Kota Banda Aceh tahun 2018-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita asma adalah sebesar Rp. 5.500.000 dengan rincian biaya opname sebesar Rp. 2.600.000 dan biaya rawat jalan sebesar 2.900.000. Total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita ISPA adalah sebesar Rp. 6.500.000 dengan rincian biaya opname sebesar Rp.

Page 2: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

442

3.100.000 dan biaya rawat jalan sebesar 3.400.000. Penderita ISPA di Kota Banda Aceh pada tahun 2017 mencapai 7.515 jiwa. Jika semua penderita ISPA memilih untuk menjalani rawat inap maka biaya kotor yang harus dikeluarkan mencapai Rp 48.847.500.000. Kata Kunci: Biaya polusi udara, Volume kendaraan bermotor, Polusi udara

PENDAHULUAN

Polusi udara telah menjadi salah satu masalah lingkungan global yang menjadi perhatian dunia (Mulyadi, 2015). Survei yang dilakukan oleh World Health Organization - WHO (2002) di 1.600 kota yang tersebar di 91 negara di dunia menunjukkan bahwa hampir 90 persen orang-orang di pusat perkotaan menghirup udara yang tidak sehat. WHO juga menyatakan bahwa sekitar setengah dari penduduk dunia terkena polusi setidaknya dua setengah kali lebih tinggi dari baku mutu kualitas udara yang ditetapkan. Fenomena tersebut terutama dirasakan di negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai dampak negatif dari pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi (Basri, 2014).

Polusi udara daerah perkotaan disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pertumbuhan ekonomi menuntut adanya peningkatan produksi barang atau jasa sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan dapat menjangkau kebutuhan masyarakat global. Di sisi lain,pertumbuhan ekonomi menyebabkan berkurangnya sumber daya alam dan menyebabkan kerusakan lingkungan seperti polusi. Polusi merupakan eksternalitas negatif sebagai konsekuensi dari memproduksi barang atau jasa. Pada hampir semua kasus kegiatan ekonomi, teknologi produksi dan konsumsi secara otomatis menghasilkan polusi (Lipsey, 1994).Sedangkan, Daly (1997) berargumentasi bahwa pertumbuhan ekonomi akan mendorong perekonomian dunia menuju batasnya atau daya dukung lingkungan semakin terbatas.

Polusi udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan salah satu biaya eksternal transportasi yang sebenarnya harus ditanggung oleh yang membangkitkannya. Tetapi kenyataannya biaya tersebut tidak secara langsung dibebankan kepada pelaku perjalanan yang membangkitkan polusi udara tersebut sehingga harus ditanggung oleh publik. Untuk itu biaya eksternal polusi udara tersebut harus dinilai dengan sejumlah uang agar dapat secara langsung dibebankan kepada yang membangkitkannya sehingga dana yang diperoleh dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas udara, karena kualitas udara akan berdampak pada kesehatan masyarakat (Ismiyati, 2014).

Laporan WHO dan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan bahwa penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2011 didominasi oleh penyakit Non-Communicable Disease (NCD) atau Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan proporsi 71 persen dari 1.551.000 kasus kematian total. Berdasarkan jenisnya, penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, stroke, dan infark menjadi penyebab utama dari kematian (37 persen), kemudian diikuti oleh kanker (13 persen), penyakit pernapasan (7 persen), diabetes (6 persen), dan 10 persen penyakit PTM lainnya. Fakta tersebut mengindikasikan adanya korelasi yang erat antara tingginya konsentrasi PM10, yaitu partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer) dengan gangguan kesehatan, terutama PTM.

Page 3: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

443

Dampak dari polusi udara terhadap kesehatan pada akhirnya akan menimbulkan beban ekonomi (economic burden) yang harus ditanggung oleh masyarakat. Beban ekonomi dari suatu penyakit meliputi tiga komponen biaya, yaitu: biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost), dan biaya yang bersifat tidak nyata (intangible cost). Biaya langsung berupa penggunaan sumberdaya untuk merawat dan mengobati sakit, yang dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu biaya kesehatan (medical cost), seperti biaya berobat dan jasa konsultasi medis serta biaya non-kesehatan (non-medical cost) seperti transportasi menuju dan akomodasi selama di tempat berobat. Biaya tidak langsung merupakan nilai sumber daya yang hilang, yang meliputi biaya morbiditas dan mortalitas, biaya pengobatan informal, dan biaya kehilangan akibat tindakan kriminal. Sementara itu, intangible cost merupakan jenis biaya yang sulit diukur karena terkait dengan perasaan, baik fisik dan psikologi, seperti sakit, menderita, dan tidak nyaman (Sangkey, 2011).

Studi tentang dampak ekonomi dari polusi udara terhadap kesehatan telah banyak dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, baik pada tingkat negara maupun tingkat kota dalam satu negara. Penilaian dampak kesehatan akibat polusi pada studi tersebut dilakukan melalui metode Dose- Response Function (DRF). Sementara itu, biaya ekonomi dari dampak kesehatan tersebut diestimasi oleh pendekatan value of statistical life (VSL) untuk mortalitas dan costs of illness (COI) untuk morbiditas. Hasil studi menunjukkan besarnya biaya mortalitas yang diakibatkan oleh konsentrasi PM10adalah US$ 1.773 juta atau setara dengan 2.09 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto), sedangkan biaya morbiditas sekitar US$ 1.889,33 juta atau setara dengan 2.22 persen dari PDB Singapura tahun 1999.

Pada kasus di Indonesia, studi tentang dampak kesehatan dari polusi udara pada umumnya dilakukan pada tingkat kota, diantaranya di Kota Jakarta yang menggunakan TSP (Total Suspended Particulates) dan PM10 di Kota Yogyakarta yang menggunakan PM10 dan Pb (timbal) sebagai indikator polusi udara (Mursinto, 2015). Sejalan dengan kedua studi tersebut, penelitian ini dilakukan pada tingkat kota, yaitu Kota Banda Aceh.

Kota banda aceh merupakan kota yang sedang berkembang dari segi pertumbuhan ekonomi. Kota banda aceh mengalami perkembangan ekonomi yang menunjukkan tren positif beberapa tahun terakhir. Berikut pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh tahun 2013-2017 yang dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Banda Aceh tahun 2013-2017

Tahun PDRB (Milyar) Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 2013 11.649.576 5,19 2014 12.243.166 5,10 2015 12.724.949 5,00 2016 13.529.409 6,32 2017 13.940.316 3,04

Sumber: Kota Banda Aceh dalam Angka, 2019.

Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh dalam kurun waktu 2013-2017. Pertumbuhan paling besar terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 6,32 persen. Pertumbuhan ekonomi ini tidak terlepas dari pertumbuhan jumlah penduduk

Page 4: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

444

di Kota Banda Aceh. Pertumbuhan jumlah penduduk akan berdampak langsung pada pertumbuhan. Berikut pertumbuhan jumlah penduduk Kota Banda Aceh tahun 2013-2017.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Banda Aceh tahun 2013-2017

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

2013 238.784 4,47

2014 249.282 4,40

2015 250.303 0,32

2016 254.904 1,84

2017 259.913 1,96

Sumber: BPS Banda Aceh 2019 (berbagai edisi, data diolah).

Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi perkembangan pertumbuhan penduduk Kota Banda Aceh dalam kurun waktu 2013-2017. Pertumbuhan paling besar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 4,47 persen dan pertumbuhan paling kecil terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 0,32 persen. Bertambahnya jumlah penduduk Kota Banda Aceh akan berdampak pada jumlah kendaraan bermotor, dimana pada saat ini hamir setiap jiwa penduduk memiliki kendaraan bermotor pribadi. Berikut pertumbuhan jumlah sepeda motor Kota Banda Aceh tahun 2015-2017.

Tabel 3. Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Banda Aceh tahun 2015-2017 Tahun Jumlah Kendaraan Bermotor (Unit) 2015 7,691 2016 8,197 2017 8,882

Sumber: Kota Banda Aceh dalam Angka, 2019

Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi perkembangan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Kota Banda Aceh dalam kurun waktu 2015-2017. Kota Banda Aceh sebagai kota yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah transportasi yang terus bertambah pada setiap tahunnya. Bertambahnya alat trasportasi akan berdampak pada semakin buruknya kualitas udara. Sumber-sumber energi ini dibutuhkan untuk menggerakkan kendaraan, menjalankan mesin-mesin industri, dan lain-lain. Kualitas udara yang buruk akan berpengaruh pada kesehatan. (Purwitaningsih, 2015).

Dalam kehidupan manusia sering ditemukan penyakit yang disebabkan oleh polusi udara penyakit-penyakit yang di timbulkan oleh sebenarnya cukup berbahaya bagi kesehatan jasmani dan rohani. Salah satu penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Page 5: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

445

(ISPA) dapat berlangsung selama 14 hari. Berikut pertumbuhan jumlah penemuan penyakit ISPA di Kota Banda Aceh tahun 2015-2017.

Tabel 4. Jumlah Penyakit ISPA di Kota Banda Aceh tahun 2015-2017

Tahun Jumlah Kasus

2015 7.070

2016 7.171

2017 7.515

Sumber: Kota Banda Aceh dalam Angka

Tabel.4 menunjukkan bahwa terjadi perkembangan jumlah kasus penyait ISPA dalam kurun waktu 2015-2017. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh yang mengalami tren positif dan laju jumlah penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan bertambahnya kendaraan bermotor, sehingga akan berdampak pada polusi udara yang mengakibatkan terjadinya peyakit ISPA.

TINJAUAN PUSTAKA

Transportasi Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat

tujuan. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, kemana kegiatan pengangkurtan diakhiri. Peranan transportasi sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen.

Sistem transportasi dari suatu wilayah dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari prasarana/sarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan keseluruh wilayah, sehingga terakomodasinya mobilitas penduduk, dimungkinkan adanya pergerakan barang, dimungkinkan akses ke semua wilayah.

Untuk menunjang perkembangan ekonomi yang mantap perlu dicapai keseimbangan antara penyediaan dan permintaan angkutan. Jika penyediaan jasa angkutan lebih kecil daripada permintaannya, akan terjadi kemacetan arus barang dan penumpang yang dapat menimbulkan kegoncangan harga di pasaran. Sebaliknya, jika penawaran jasa angkutan melebihi permintaannya maka akan timbul persaingan tidak sehat yang akan menyebabkan banyak perusahaan angkutan rugi fdan menghentikan kegiatannya, sehingga penawaran jasa angkutan berkurang, selanjutnya menyebabkan ketidak lancaran arus barang dan kegoncangan harga di pasaran (Nasution, 2003:19).

Page 6: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

446

Kemacetan Lalu lintas Kemacetan adalah situasi atau keadaan terhentinya arus lalu lintas yang disebabkan oleh

banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Kemacetan dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas dari ruas jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0.5 (Prayogi, 2011).

Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di beberapa kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Makassar, Palembang, Denpasar, Jogjakarta dan juga Medan. Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin hari semakin meningkat apabila arus lalu lintas begitu besar sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak lambat.

Lalu lintas tergantung kepada kapasitas jalan, banyaknya kendaraan yang ingin bergerak, tetapi jika kapasitas jalan tidak dapat menampung, maka arus lalu lintas akan terhambat dan akan berjalan lancar sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum. Kemacetan lalu lintas pada ruas jalan raya terjadi saat arus kendaraan lalu lintasmeningkat seiring bertambahnya permintaan perjalanan pada suatu periode tertentu serta jumlah pemakai jalan yang melebihi dari kapasitas yang ada (MKJI, 1997).

Kemacetan lalu lintas biasanya meningkat sesuai dengan meningkatnya mobilitas manusia pengguna transportasi, terutama pada saat-saat sibuk. Kemacetan terjadi karena berbagai sebab diantaranya kelemahan sistem pengaturan lampu lalu lintas, banyaknya persimpangan jalan, banyaknya kendaraan yang turun ke jalan, musim, kondisi jalan, dan lain-lain. Berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas yang dilakukan adalah dengan penambahan sarana jalan, pembangunan jalan tol, jalan layang, terowongan, sistem pengaturan lampu ATCS (Area Traffic Control System), dan lain-lain. Polusi Udara

Polusi udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara darikeadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara dalam jumlahtertentu serta berada diudara dalam waktu yang cukup lama, akan dapatmengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bila keadaan itu terjadimaka diudara dikatakan telah tercemar (Purwitaningsih, 2015).

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannyatidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara / tekanan udara dan lingkungansekitarnya. Udara adalah juga atmosfer yang berada disekeliling bumi yang berfungsi. sangat penting bagi kehidupan didunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O2) untuk menahan sinar ultra violet (Wardhana, 2001:55).

Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogenoksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, amonia dan lain-lain. Apabila susunan udara menglami

Page 7: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

447

perubahan dari susunan keadaan normal seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang, maka udara telah tercemar. Survei yangdilakukan oleh World Health Organization-WHO (2002) di 1.600 kota yang tersebar di 91negara di dunia menunjukkan bahwa hampi90 persen orang-orang di pusat perkotaan menghirup udara yang tidak sehat. WHO juga menyatakan bahwa sekitar setengah dari penduduk dunia terkena polusi setidaknya dua setengah kali lebih tinggi dari baku mutu kualitas udara yang ditetapkan. Fenomena tersebut terutama dirasakan di negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai dampaknegatif dari pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi (Basri, 2014).

Penyakit yang Disebabkan Polusi Udara

Kemajuan zaman dan makin tingginya mobilitas manusia berjalan beriringan dengan kerusakan lingkungan. Rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh polusi atau polusi, sadar atau tidak disadari berdampak pada kesehatan manusia itu sendiri.Hal itu dibuktikan dalam sebuah jurnal medis The Lancetyang diterbitkan Jumat (20/10). Dalam laporan jurnal tersebut, polusi benar-benar telah menjadi momok yang menakutkan. Laporan The Lancet menyebutkan, polusi telah menyebabkan kematian pada 9 juta orang di seluruh dunia di tahun 2015 “Polusi dan penyakit yang menyertainya sering menimpa masyarakat miskin dan tidak berdaya, dan korban adalah yang paling rentan dan tidak punya suara," kata Karti Sandilya, salah satu peneliti dalam jurnal tersebut.Banyak penyakit yang disebabkan oleh polusi yang berujung pada kematian. Jenis polusi yang paling mematikan adalah polusi udara disusul polusi air, polusi di kegiatan pekerjaan dan terakhir polusi timbal.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental yang dirancang

secara deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, informasi yang akan diperoleh dari responden (Sugiyono, 2014:141). Responden pada penelitian ini merupakan pasien penderita penyakit akibat polusi udara di Kota Banda Aceh tahun 2018-2019.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit akibat polusi udara di Kota Banda Aceh tahun 2018-2019. Sedangkan sampel penelitian adalah dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana sampel yang diambil dibatasi hanya 50 penderita penyakit aibat polusi udara di Kota Banda Aceh tahun 2018-2019. Kiteria sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penderita penyakit akibat polusi udara, yaitu, ISPA, asma, diare, dan hepatitis di Kota Banda Aceh.

2. Sampel diambil dengan insidential, dimana penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel.

Pengumpulan Data

Page 8: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

448

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data yang dibutuhkan adalah:

a. Data karakteristik responden meliputi: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status perkawinan, dan tingkat pendapatan.

b. Data biaya yang dikeluarkan pasien selama dalam perawatan.

Biaya Kesehatan yang Ditimbulkan Polusi Udara Polusi udara dapat menyebabkan tim bulnya beberapa penyakit, seperi asma, ispa, diare,

dan hepatitis. Pengeluaran yang timbul akibat penyakit tersebut tentu sangat besar. Berikut uraian biaya kesehatan yang ditimbulkan polusi udara. 1. Asma

Asma merupakan keadaan klinik yang di tandai dengan terjadinya penyempitan yang berulang namun reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terhadap keadaan ventilasi yang lebih normal (Price dan Lorraine, 2005). Komponen biaya langsung di antaranya biaya obat, biaya periksa, biaya pendaftaran dan biaya laboratorium. Harga obat asma diambil berdasarkan harga yang didapat dari instalasi farmasi. Biaya periksa, biaya pendaftaran dan biaya laboratorium didapat dari bagian pengelolaan keuangan. Biaya total yang harus dikeluaran oleh pasien sebesar Rp 7.501.282, biaya rata-rata administrasi yang dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 980.000, biaya rata-rata konsultasi yang harus dikeluarkan berkisar Rp 520.000, biaya rata-rata obat yang harus dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 1.381.282, dan biaya laboratorium rata-rata-rata yang harus dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 4.524.804. (Ikvanudin, 2017).

2. ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) serta dampak yang ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi antibiotik dan obat bebas seperti obat batuk, multivitamin dan obat flu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005). ISPA sebagian besar diberi resep antibiotik, antihistamin, analgesik, dan ekspektoran. Komponen biaya langsung di antaranya biaya obat, biaya laboratorium, biaya pendaftaran dan jasa dokter. Biaya total yang harus dikeluaran oleh pasien sebesar Rp 290.000, biaya rata-rata administrasi yang dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 44.000, biaya rata-rata konsultasi yang harus dikeluarkan berkisar Rp 50.000, biaya rata-rata obat yang harus dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 100.000, dan biaya laboratorium rata-rata-rata yang harus dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 100.000. (Sholihah, 2017).

3. Diare

Infeksi pada saluran nafas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat, yang merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak- anak dan dewasa (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005). Komponen biaya langsung di antaranya biaya antibiotika, biaya obat, jasa dokter, dan biaya alat kesehatan. Biaya total yang harus dikeluaran oleh pasien sebesar Rp 410.000, biaya rata-rata antibiotikayang dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 34.000, biaya rata-rata konsultasi yang harus dikeluarkan berkisar Rp 130.000, biaya rata-rata obat yang harus dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 175.000, dan biaya alat kesehatan rata-rata-rata yang harus dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 70.000. (Wulandari, 2019).

Page 9: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

449

4. Hepatitis Secara umum hepatitis didefenisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan

suatu peradangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati atau liver. Komponen biaya langsung di antaranya biaya anti viral dan interveron, biaya obat, dan jasa dokter. Biaya total yang harus dikeluaran oleh pasien sebesar Rp 6.520.000, biaya rata-rata antiviral dan interveronyang dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 4.100.000, biaya rata-rata konsultasi yang harus dikeluarkan berkisar Rp 150.000, dan biaya rata-rata obat yang harus dikeluarkan oleh pasien adalah Rp 2.200.000. (Andriani, 2018).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Biaya Pengobatan

Tabel 5. Biaya-biaya Penderita Asma

Jenis Biaya (Rupiah)

Opname 2,600,000

Rawat Jalan 2,900,000

TOTAL 5,500,000

Sumber: Data Primer, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita asma adalah sebesar Rp. 5.500.000 dengan rincian biaya opname sebesar Rp. 2.600.000 dan biaya rawat jalan sebesar 2.900.000.

Penderita ISPA Tabel 2. Biaya-biaya Penderita ISPA

Jenis Biaya (Rupiah)

Opname 3,100,000

Rawat Jalan 3,400,000

TOTAL 6,500,000

Sumber: Data Primer, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita ISPA adalah sebesar Rp. 6.500.000 dengan rincian biaya opname sebesar Rp. 3.100.000 dan biaya rawat jalan sebesar 3.400.000. Biaya di atas hanya untuk responden yang memilih menjalani rawat inap di rumah sakit sebelumnya. Namun terdapat beberapa responden yang memilih untuk mengkonsumsi obat dari apotik karena keterbatasan biaya untuk menjalani rawat

Page 10: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

450

inap dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 250.000. Penderita ISPA di Kota Banda Aceh pada tahun 2017 mencapai 7.515 jiwa. Jika semua penderita ISPA memilih untuk menjalani rawat inap maka biaya kotor yang harus dikeluarkan mencapai Rp 48.847.500.000.

Pembahasan

Total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita asma adalah sebesar Rp. 5.500.000 dengan rincian biaya opname sebesar Rp. 2.600.000 dan biaya rawat jalan sebesar 2.900.000. Biaya tersebut hanya untuk responden yang memilih menjalani rawat inap di rumah sakit sebelumnya. Namun terdapat beberapa responden yang memilih untuk memakai obat tradisional atau mengkonsumsi obat dari apotik karena keterbatasan biaya untuk menjalani rawat inap dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 350.000.

Total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita ISPA adalah sebesar Rp. 6.500.000 dengan rincian biaya opname sebesar Rp. 3.100.000 dan biaya rawat jalan sebesar 3.400.000. Biaya tersebut hanya untuk responden yang memilih menjalani rawat inap di rumah sakit sebelumnya. Namunterdapat beberapa responden yang memilih untuk mengkonsumsi obat dari apotik karena keterbatasan biaya untuk menjalani rawat inap dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 250.000. Penderita ISPA di Kota Banda Aceh pada tahun 2017 mencapai 7.515 jiwa. Jika semua penderita ISPA memilih untuk menjalani rawat inap maka biaya kotor yang harus dikeluarkan mencapai Rp 48.847.500.000.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1 Total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita asma adalah sebesar Rp. 5.500.000 dengan

rincian biaya opname sebesar Rp. 2.600.000 dan biaya rawat jalan sebesar 2.900.000. 2 Total rata-rata biaya yang dikeluarkan penderita ISPA adalah sebesar Rp. 6.500.000 dengan

rincian biaya opname sebesar Rp. 3.100.000 dan biaya rawat jalan sebesar 3.400.000. 3 Penderita ISPA di Kota Banda Aceh pada tahun 2017 mencapai 7.515 jiwa. Jika semua

penderita ISPA memilih untuk menjalani rawat inap maka biaya kotor yang harus dikeluarkan mencapai Rp 48.847.500.000.

Saran Dengan biaya kesehatan dampak polusi udara sebesar 48 Miliyar, Pemerintah haru

melakukan penanggulangan dampak polusi udara dengan mengurangi pembelian kendaraan bermotor.

Page 11: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

451

DAFTAR PUSTAKA Andriani, Tya. 2018. Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Hepatitis B Kronik menggunakan

Interferon dan Antivirasl. Jurnal Farmasi. Universitas Sumatera Utara.

Basri, Faisal. 2014. Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Chairunnisa, Yane., Rachmawati, Rini. 2017. Kajian Penyediaan dan Pemanfaatan Pelayanan Transportasi Publik. Jurnal Manajemen Transportasi dan Logistik. Vol. 1, No. 2.

Daly, Herman E. and Joshua Farley. 2004. Ecological Economics: Principles and Applications. Island Press, Connecticut Ave., NW. Washington DC.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).

Depkes RI. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Ikvanudin, Yusuf. 2017. Analisis Biaya Terapi pada Penderita Asma Pasien Rawat Jalan. Jurnal Farmasi. Universitas Muhamamdiyah Surakarta.

Ismiyati. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi dan Logistik. Vol. 2, No. 6.

Lipsey, Richard G, dkk. 1994. Pengantar Makro Ekonomi. Jilid dua. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Misnadiarly. 2007. Mengenal, Menanggulangi, Mencegah & Mengobati Penyakit Hati (Liver). Jakarta: Pustaka Obor Populer

Morlok, K. E. 2000. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga.

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Mursinto, Djoko., Kusumawardani, Deni. 2015. Estimasi Dampak Ekonomi Pencemaran Udara terhadap Kesehatan di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 11, No. 02.

Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Prayogi, Hari. 2011. Kemacetan pada pusat-pusat keramaian di Kota Jakarta Pusat. Skripsi. Universitas Indonesia.

Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan). Peter Anugrah, EGC, Jakarta.

Page 12: BIAYA POLUSI UDARA YANG TIMBUL AKIBAT BERTAMBAHNYA …

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 441-452

452

Priyanto, 2008. Farmakoterapi dan Terminology Medis. Hal 147-152, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Purwitaningsih, Santika. 2015. Polusi Udara dan Kaitannya dengan Ekonomi Kota Surabaya. Ekonomi Kota.

Sengkey, S. L. 2011. Tingkat Pencemaran Udara CO akibat Lalu Lintas dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah Media Engineering. Vol. 01, No. 02, Hal. 119-126.

Schmidt. 2010. Weight-for-age Z-score as a Proxy Marker for Diarrhoea in Epidemiological Studi. J Epidemiol Community Health. December; 64(12): 1074–1079.

Sholihah, Nurul. 2017. Gambaran Pengobatan dan Biaya Medis Langsung Pasien ISPA. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Vol. 07, No. 01.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Wardhana, W. A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset . Jogjakarta.

Wulandari, Ade. 2019. Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare pada Anak Balita. Jurnal.

Khasifah, F. (2016). Pengaruh Disiplin Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai ( Studi Pada Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana ). Diponegoro Journal Of Management, 5(1), 1–7.

Melati, P., Yo, P., Bagus, I., & Surya, K. (2015). Putu Melati Purbaningrat Yo 1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia. 4(5), 1149–1165.

Musnadi, S. (2018). Pengaruh motivasi kerja, lingkungan kerja, dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dan dampaknya pada kinerja bank aceh syariah di kota banda aceh. 2(1), 115–122.

Raziq, A., & Maulabakhsh, R. (2015). Impact of Working Environment on Job Satisfaction. Procedia Economics and Finance, 23(1), 717–725. https://doi.org/10.1016/S2212-5671(15)00524-9.