Upload
imamzuhri
View
500
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DIKTAT
KONTRUKSI BETON IPENULIS
PRATIKTO
NIP. 19610725 198903 1 002
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
NOVEMBER 2009
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul : Kontruksi Beton 1
2. Penulis
a. Nama : PRATIKTO .ST, MsI.
b. NIP : 19610725 198903 1 002
c. Jenis kelamin : Laki-Laki
d. Golongan/pangkat : IV a
e. Jabatan Fungsional : Lektor
f. Mata Kuliah yang diampu
Semester gasal : Mekanika Teknik 5
: Kerja Proyek Perencanaan Semester genap : Kontruksi Beton 1
; Lab Uji Bahan g. Jurusan/Program Studi : Teknik Sipil/Teknik Konstruksi Gedung
h. Alamat rumah : Jl. Kakap3 , P15 ; RT3/8 ; Mampang Indah I
DEPOK 16433
Alamat email : [email protected]
3. Jumlah Anggota : -
4. Lama kegiatan penulisan : 6 (Enam) bulan
5. Biaya yang diperlukan : Rp.3.500.000,- (Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
6. Sumber dana : Hibah PNJ 2009
Depok, 25 Oktober 2009
Mengetahui/Menyetujui, Ketua Pelaksana
Ketua Program Studi,
A.Rudi Hermawan, ST,MT PRATIKTO., ST, MSi.
NIP.19660118 199011 1 001 NIP.19610725 198903 1 002
Mengetahui/Menyetujui,
Ketua Jurusan,
Sidiq Wacono, ST, MT.
NIP. 19640107 198803 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 BETON BERTULANG
Beton bertulang merupakan material komposit yang terdiri dari beton
dan baja tulangan yang ditanam di dalam beton. Sifat utama beton adalah sangat
kuat di dalam menahan beban tekan (kuat tekan tinggi) tetapi lemah di dalam
menahan gaya tarik. Baja tulangan di dalam beton berfungsi menahan gaya tarik
yang bekerja dan sebagian gaya tekan.
Baja tulangan dan beton dapat bekerjasama dalam menahan beban atas
dasar beberapa alas an, yaitu : (1) lekatan (bond) antara baja dan beton dapat
berinteraksi mencegah selip pada beton keras, (2) Campuran beton yang baik
mempunyai sifat kedap air yang dapat mencegah korosi pada baja tulangan, (3)
angka kecepatan muai antara baja dan beton hamper sama yaitu antara 0,000010 -
0,000013 untuk beton per derajat Celcius sedangkan baja 0,000012 per derajat
Celcius.
Kekuatan beton tergantung dari beberapa faktor antara lain : proporsi
campuran, kondisi temperatur dan kelembaban tempat dimana beton akan
mengeras. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan,
maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan/curing, dengan tujuan
agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi
semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu
cepat mongering, maka akan timbul retak-retak pada permukaannya. Retak-retak
ini akan menyebabkan kekuatan beton turun, juga akibat kegagalan mencapai
reaksi hidrasi kimiawi penuh. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
perawatan beton, antara lain :
1. Beton dibasahi air secara terus menerus
2. Beton direndam dalam air
3. Beton ditutup denmgan karung basah
4. Dengan menggunakan perawatan gabungan acuan membrane cair untuk
mempertahankan uap air semula dari beton basah.
Beton I Bab I - 1
5. Perawatan uap untuk beton yang dihasilkan dari kondisi pabrik, seperti
balok pracetak, tiang , girder pratekan, dll. Temperatur perawatan sekitar
150°F.
Lamanya perawatan biasanya dilakukan selama 1 hari untuk cara ke 5, dan 5
sampai 7 hari untuk cara perawatan yang lain.
1.2. Sifat –Sifat Mekanik Beton Keras
a. Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton diukur dengan silinder beton berdiameter 150 mm dan tinggi
300 mm atau dengan kubus beton berukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm.
Kuat tekan beton normal antara 20 – 30 MPa.
Untuk beton prategang, kuat tekannya 35 – 42 MPa.
Untuk beton mutu tinggi ‘ready mix” kuat tekannya dapat mencapai 70 MPa,
biasanya untuk kolom-kolom di tingkat bawah pada bangunan tinggi.
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh :
(1) Faktor air semen (water cement ratio = w/c), semakin kecil nilai f.a.s nya
maka jumlah airnya sedikit akan dihasilkan kuat tekan beton yang besar
(2) Sifat dan jenis agregat yang digunakan, semakin tinggi tingkat kekerasan
agregat yang digunakan maka akan dihasilkan kuat tekan beton yang
tinggi.
(3) Jenis campuran
(4) Kelecakan (workability), untuk mengukur tingkat kelecakan/workability
adukan dilakukan dengan menggunakan percobaan slump, yaitu dengan
menggunakan cetakan kerucut terpancung dengan tinggi 300 mm diisi
dengan beton segar, beton dipadatkan selapis demi selapis, kemudian
cetakan diangkat. Pengukuran dilakukan terhadap merosotnya adukan dari
puncak beton basah sebelum cetakan dibuka (disebut nilai slump).
Semakin kecil nilai slump, maka beton lebih kaku dan workability beton
rendah. Slump yang baik untuk pengerjakan beton adalah 70 – 80 mm.
Slump > 100 mm adukan dianggap terlalu encer.
Beton I Bab I - 2
(5) Perawatan (curing) beton, setelah 1 jam beton dituang/ dicor maka di
sekeliling beton perlu di tutup dengan karung goni basah, agar air dalam
adukan beton tidak cepat menguap. Apabila tidak dilakukan perawatan ini,
maka kuat tekan beton akan turun.
Gambar 1.1. merupakan diagram tegangan-regangan beton untuk berbagai jenis
mutu beton. Dari diagram tersebut terlihat bahwa beton yang berkekuatan lebih
rendah mempunyai kemampuan deformasi (daktilitas) lebih tinggi dibandingkan
beton dengan kekuatan yang tinggi. Tegangan maksimum beton dicapai pada
regangan tekan 0,002-0,0025. Regangan ultimit pada saat beton hancur 0,003 –
0,008. Untuk perencanaan, ACI dan SK-SNI menggunakan regangan tekan
maksimum beton sebesar 0,003 sedangkan PBI ’71 sebesar 0,0035. Apa yang
dimaksud dengan tegangan dan apa yang dimaksud dengan regangan.
Gambar 1.1. Hubungan Diagram tegangan regangan beton untuk berbagai mutu beton
Beton I Bab I - 3
b. Kuat Tarik Beton
Kuat tarik beton sangat kecil, yaitu 10 – 15 % f’c. Kekuatan tarik beton dapat
diketahui dengan cara :
(1) Pengujian tarik langsung, dalam SK-SNI hubungan kuat tarik langsung
(fcr) terhadap kuat tekan beton adalah : fcr = '33,0 cf (2) Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan
menggunakan “Split cylinder test”
P
Beban garis dengan resultan P
Gambar 1.2. Tegangan tarik beton
Kuat tarik beton dihitung dengan rumus,
fct
= π
2
.. dl P
, dimana : P =
merupakan resultan dari beban garis, l = panjang silinder beton dan d =
diameter silinder beton.
(3) Pengujian tarik lentur (pengujian tarik beton tak langsung =
flexure/modulus of rupture). Kuat tarik beton dihitung berdasarkan
rumus
fr = My
I
. Di dalam SK-SNI, hubungan antara modulus runtuh
(fr) dengan kuat tekan beton adalah fr = '7,0 cf MPa (untuk
perhitungan defleksi).
c. Modulus elastisitas beton
Modulus elastisitas beton didefinisikan sebagai kemiringan garis singgung
(slope dari garis lurus yang ditarik) dari kondisi tegangan nol ke kondisi
tegangan 0, 45 f’c pada kurva tegangan-regangan beton.
Beton I Bab I - 4
SK-SNI pasal 3.15, modulus elastisitas beton dihitung berdasarkan rumus :
( ) cf wc Ec '. 043,0 5,1 = , dimana nilai Wc = 1500 – 2500 kg/m3.
Untuk beton normal, modulus elastisitas beton adalah cf Ec ' 4700 = .
1.3. Baja Tulangan
Beton kuat di dalam menahan tekan tetapi lemah di dalam menahan tarik. Oleh
karena itu untuk menahan gaya tarik, diperlukan suatu baja tulangan. Bentuk-
bentuk baja tulangan untuk beton adalah :
1. Besi/baja, terdiri dari
a. Baja tulangan polos. Tegangan leleh minimum pada baja
tulangan polos biasanya sebesar 240 MPa. Diameter tulangan
polos di pasaran umumnya adalah Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan
Ø16.
b. Baja tulangan deform (ulir= BJTD). Tegangan leleh minimum
pada baja tulangan deform biasanya sebesar 400MPa. Diameter
tulangan deform di pasaran umumnya adalah ØD10, ØD13,
ØD16, ØD19, ØD22 ØD25, ØD28, ØD32, ØD36.
2. Kabel/tendon. Biasanya digunakan untuk beton prategang.
3. Jaring kawat baja (wiremash), merupakan sekumpulan tulangan polos atau
ulir yang dilas satu sama lain sehingga membentuk grid. Biasanya
digunakan pada lantai/slab dan dinding.
Sifat-sifat penting pada baja tulangan adalah :
1. modulus young/modulus elastisitas, Es pada baja tulangan non pratekan
sebesar 200.000 MPa.
2. Kekuatan leleh, fy. Mutu baja yang digunakan biasanya dinyatakan
dengan kuat lelehnya. Kuat leleh/tegangan leleh baja pada umumnya
adalah fy = 240 MPa, fy = 300 MPa dan fy = 400 MPa
3. Kekuatan batas, fu.
4. Ukuran/diameter baja tulangan.
Beton I Bab I - 5
Gambar 1.3. merupakan kurva diagram tegangan-regangan baja. Untuk semua
jenis baja perilakunya diasumsikan sebagai elastoplastis.
Tegangan
σ
fu
fy
fs
Regangan
ε
Gambar 1.3. Diagram Tegangan-Regangan Baja
Gambar 1.4. Tulangan Deform krakatau steel
Beton I Bab I - 6
1.4. Keuntungan dan Kelemahan Beton Bertulang
Beton bertulang adalah bahan komposit/campuran antara beton dan
baja tulangan. Kelebihan dari beton bertulang dibandingkan dengan material lain
adalah :
1. Bahan-bahannya mudah didapat.
2. Harganya lebih murah.
3. Mudah dibentuk sesuai dengan keinginan arsitek.
4. Tidak memerlukan perawatan.
5. Lebih tahan terhadap api/suhu tinggi.
6. Mempunyai kekuatan tekan tinggi.
Selain keuntungan di atas, beton juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :
1. Kekuatan tariknya rendah.
2. Membutuhkan acuan perancah selama pekerjaan berlangsung.
3. Stabilitas volumenya relatif rendah (Iswandi Imran, 2001).
Beton adalah material yang kuat di dalam menahan gaya tekan tetapi
lemah di dalam menahan gaya tarik. Oleh karena itu beton akan mengalami retak
bahkan runtuh apabila gaya tarik yang bekerja melebihi kekuatan tariknya. Untuk
mengatasi kelemahan beton ini, maka pada daerah yang mengalami tarik pada saat
beban bekerja dipasang tulangan baja.
1.5. Metode Perencanaan
Di dalam perencanaan struktur, harus memenuhi criteria-kriteria
sebagai berikut :
2. Struktur harus kuat di dalam memikul beban yang bekerja
3. Ekonomis
4. Struktur memenuhi syarat kenyamanan ( sesuai fungsinya/ serviceability ).
5. Mudah perawatannya (durabilitas tinggi)
Pada dasarnya ada 2 filosofi di dalam perencanaan elemen struktur
beton bertulang, yaitu :
1. Metode tegangan kerja, dimana struktur direncanakan sedemikian
sehingga tegangan yang diakibatkan oleh beban kerja nilainya lebih kecil
Beton I Bab I - 7
_ daripada tegangan yang diijinkan.
σ ≤ σ . Beberapa kendala yang
dihadapi pada metode tegangan kerja adalah :
a. Karena pembatasan yang dilakukan pada tegangan total di bawah
beban kerja, maka sulit untuk memperhitungkan perbedaan tingkat
ketidakpastian di dalam variasi pembebanan. Misal, pada beban
mati umunya dapat diperkirakan lebih tepat dibandingkan dengan
beban hidup, beban gempa dan beban-beban lainnya.
b. Rangkak dan susut yang berpengaruh terhadap beton dan
merupakan fungsi waktu tidak mudah diperhitungkan dengan cara
perhitungan tegangan yang elastis.
c. Tegangan beton tidak berbanding lurus dengan regnagan sampai
pada kekuatan hancur, sehingga factor keamanan yang tersedia
tidak diketahui apabila tegangan yang diijinkan diambil sebagai
suatu prosentase f’c.
2. Metode kekuatan batas (ultimit)
Pada metode ini, unsure struktur direncanakan terhadap beban terfaktor
sedemikian rupa sehingga unsur struktur tersebut mempunyai kekuatan
ultimit yang diinginkan, yaitu
M u
≤ φ M n Peraturan beton bertulang Indonesia, SKSNI-T-15-1991-03 atau SNI
BETON 2002 menggunakan konsep perencanaan kekuatan batas ini. Pada
konsep ini ada beberapa kondisi batas yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Kondisi batas ultimit yang disebabkan oleh : hilangnya
keseimbangan local maupun global, hilangnya ketahanan geser dan
lentur elemen-elemen struktur, keruntuhan progesiv yang
diakibatkan oleh adanya keruntuhan local maupun global,
pembentukan sendi plastis, ketidakstabilan struktur dan fatique.
b. Kondisi batas kemampuan layanan (serviceability) yang
menyangkut berkurangnya fungsi struktur, berupa : defleksi
Beton I Bab I - 8