76
i LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015 BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan Setapak Sanur, Denpasar Tim Pengusul : 1. Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT. NIP. 195809261987021001 2. Ir. I Gusti Bagus Budjana, MT. NIP. 195410061986011001 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA SEPTEMBER 2015 No. SPK : 2231.1/UN14.1.31/PN/2015 Tanggal 8 Juni 2015 No. SP.DIPA-042.04.2.400107/2015 Tanggal 15 April 2015

BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

i

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA :

Kajian Aktivitas di Jalan Setapak Sanur, Denpasar

Tim Pengusul :

1. Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT. NIP. 195809261987021001

2. Ir. I Gusti Bagus Budjana, MT. NIP. 195410061986011001

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

SEPTEMBER 2015

No. SPK : 2231.1/UN14.1.31/PN/2015 Tanggal 8 Juni 2015

No. SP.DIPA-042.04.2.400107/2015 Tanggal 15 April 2015

Page 2: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

ii

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

Judul Penelitian : BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA :

Kajian Aktivitas di Jalan Setapak Sanur, Denpasar

Ketua Tim Peneliti : a. Nama Lengkap : Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT.

b. NIDN / NIP : 0026095801 / 195809261987021001

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Nomor HP / e-mail : (+62) 8123632538 / [email protected]

Anggota Peneliti : a. Nama Lengkap : Ir. I Gusti Bagus Budjana, MT.

b. NIDN / NIP : 0006105404 / 195410061986011001

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Nomor HP / e-mail : (+62) 8123679904 / [email protected]

Biaya Penelitian : - diusulkan ke Jurusan Rp. 10.000.000,- - dana institusi lain Rp. 0

- inkind sebutkan -

Bukit Jimbaran, 03 September 2015

Menyetujui,

Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti

Ir. I Made Suarya, MT.

NIP. 195610151986011001

Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT.

NIP. 195809261987021001

Page 3: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

iii

RINGKASAN

Kota Denpasar saat ini tengah gencar berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan

melalui penataan kawasan wisata yang sudah ada maupun pengembangan destinasi/objek

wisata baru. Salah satu daya tarik wisata (DTW) yang terus ditata dan dikembangkan

adalah Pantai Sanur. Hal ini sejalan dengan ditetapkannya Kawasan Sanur menjadi salah

satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Bali.

KSPN Sanur memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan perekonomian Kota

Denpasar. Kawasan ini terletak di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas

wilayah 1.057 Ha yang terdiri atas daratan dengan sisi bagian timur dan selatan berbatasan

langsung dengan Selat Badung. Sebagai kawasan yang memiliki wilayah pantai yang

bernilai rekreasi/pariwisata, maka pengembangan wilayah di sepanjang pantai adalah untuk

zona akomodasi wisata skala menengah dan besar, sesuai dengan rencana tata ruang yang

sudah ada.

Keseriusan Pemerintah Kota Denpasar dalam menata Kawasan Sanur terlihat dengan telah

terbitnya Peraturan Walikota (Perwali) Nomor 6 Tahun 2013, tentang Peraturan Zonasi

Kawasan Strategis Sanur. Berbagai fasilitas dan utilitas telah disediakan, untuk mendukung

kegiatan pariwisata seperti fasilitas jalan setapak di sepanjang pantai. Jalan setapak yang

sudah ada, selama ini dimanfaatkan sebagai akses untuk kegiatan jogging, bersepeda

maupun akses untuk upaya pengamanan wilayah pantai. Namun kondisinya saat ini belum

mampu menjamin kenyamanan bagi pejalan kaki. Hal ini disebabkan kegiatan untuk

berjalan kaki dan bersepeda masih berada dalam satu jalur, serta minim tempat-tempat

untuk beristirahat sementara. Aktivitas wisatawan dan masyarakat yang berjalan kaki

menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda.

Demikian juga di beberapa segmen, para pejalan kaki harus rela mengalah ke luar jalur

karena jalan setapak juga dipakai untuk parkir sepeda bahkan sepeda motor.

Merujuk kepada paparan potensi dan permasalahan di atas, proposal penelitian ini akan

mengkaji aktivitas yang terjadi di jalan setapak Sanur. Kajian akan difokuskan pada

konflik antara aktivitas berjalan kaki dengan aktivitas bersepeda. Keluarannya diharapkan

dapat menjadi studi awal dalam menentukan bagaimana sebaiknya jalan setapak Sanur

ditata dan dikembangkan agar mampu mendukung fungsi Kawasan Sanur menjadi salah

satu DTW andalan di Kota Denpasar.

Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian menggunakan metode kualitatif.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi ke jalan setapak Sanur, Denpasar

dengan pengukuran dan dokumentasi (foto). Data-data sekunder diperoleh melalui

literatur/buku-buku kepustakaan, dokumen tata ruang terkait, dan internet. Kegiatan

klasifikasi dan kompilasi data dilakukan untuk memudahkan dalam menyusun hasil

penelitian. Keluaran penelitian ini adalah visi penataan, konsep rencana penataan, konsep

rute jalur jalan setapak, pendekatan perencanaan, serta rencana makro dan mikro

pengembangan jalan setapak Sanur, untuk meningkatkan potensi dan DTW Sanur dalam

menarik minat kunjungan wisatawan.

Page 4: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

iv

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia-

Nyalah Laporan Akhir Penelitian yang berjudul Berjalan Kaki vs Bersepeda : Kajian

Aktivitas di Jalan Setapak Sanur, Denpasar dapat diselesaikan dengan baik dan tepat

pada waktunya.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengidentifikasi kondisi dan aktivitas

yang terjadi di jalan setapak Sanur. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengkaji konflik antara aktivitas berjalan kaki dengan bersepeda di jalan setapak Sanur,

yang diharapkan menjadi studi awal dalam menentukan arah penataan jalan setapak Sanur

guna mendukung pengembangan DTW Sanur ke depan. Kegiatan penelitian ini dibiayai

dari dana PNBP Universitas Udayana Tahun 2015.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu memberikan informasi dan kesempatan untuk melaksanakan

kegiatan penelitian ini.

Sangat disadari, bahwa Laporan Akhir Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

segala bentuk saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaannya.

Semoga Laporan Penelitian ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan dan bermanfaat

bagi para pembaca.

Bukit Jimbaran, 03 September 2015

Ketua Tim Peneliti

Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT.

NIP. 195809261987021001

Page 5: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................ i

Lembar Pengesahan ........................................................................................................ ii

Ringkasan ....................................................................................................................... iii

Prakata ............................................................................................................................ iv

Daftar Isi ......................................................................................................................... v

Daftar Gambar................................................................................................................. vi

Daftar Tabel..................................................................................................................... vii

BAB 1 Pendahuluan................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Permasalahan .................................................................................... 2

1.3. Tujuan ............................................................................................... 4

1.4. Target dan Luaran ............................................................................ 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka........................................................................................ 6

2.1. Jalan Setapak dalam Sejarah Pembangunan Jalan............................ 6

2.2. Sistem Penghubung (Linkage System).............................................. 7

2.3. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)......................................................... 8

2.4. Ruang Terbuka Hijau dan Landscape............................................... 10

2.5. Perabot Jalan (Street Furniture)........................................................ 13

2.6. Sistem Petanda (Signage).................................................................. 13

2.7. Visi dan Misi Pembangunan Kota Denpasar..................................... 14

2.8. Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Sanur....................................... 16

BAB 3 Metode Penelitian........................................................................................ 24

3.1. Pendekatan Penelitian........................................................................ 24

3.2. Metode Kegiatan Penelitian.............................................................. 25

BAB 4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 26

4.1. Kondisi Umum Jalan Setapak Sanur................................................. 26

4.2. Analisis Kebutuhan Penanganan....................................................... 41

4.3. Visi Penataan..................................................................................... 47

4.4. Konsep Rencana Penataan................................................................. 50

4.5. Konsep Rute Jalur Jalan Setapak....................................................... 53

4.6. Pendekatan Perencanaan................................................................... 56

4.7. Rencana Makro.................................................................................. 58

4.8. Rencana Mikro.................................................................................. 60

BAB 5 Kesimpulan dan Saran............................................................................... 65

5.1. Kesimpulan........................................................................................ 65

5.2. Saran.................................................................................................. 66

Daftar Pustaka............................................................................................................... 67

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas.............................. 69

Page 6: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kondisi Terkini Jalan Setapak Sanur............................................................... 1

Gambar 1.2. Pejalan Kaki Harus Mengalah pada Pesepeda dan Parkir Sepeda Motor..... 3

Gambar 1.3. Jalan Setapak Juga Dipakai Parkir Sepeda Motor............................................ 3

Gambar 1.4. Lingkup Wilayah Penelitian............................................................................. 4

Gambar 4.1. Batas Kawasan Penelitian................................................................................ 26

Gambar 4.2. Peta Jalur Jalan Setapak Sanur......................................................................... 27

Gambar 4.3. Eksisting Pantai Padanggalak........................................................................... 28

Gambar 4.4. Eksisting Pantai Matahari Terbit...................................................................... 29

Gambar 4.5. Eksisting Pantai Sanur...................................................................................... 30

Gambar 4.6. Eksisting Pantai Segara Ayu............................................................................ 31

Gambar 4.7. Eksisting Pantai Sindhu.................................................................................... 32

Gambar 4.8. Eksisting Pantai Karang................................................................................... 33

Gambar 4.9. Eksisting Pantai Semawang............................................................................. 34

Gambar 4.10. Eksisting Pantai Mertasari................................................................................ 35

Gambar 4.11. Eksisting TAHURA......................................................................................... 36

Gambar 4.12. Eksisting Jalan Tukad Balian........................................................................... 37

Gambar 4.13. Eksisting Jalan Tukad Bilok-Tukad Nyali……………………………….. 38

Gambar 4.14. Eksisting Jalan Sedap Malam........................................................................... 39

Gambar 4.15. Eksisting Jalan Waribang................................................................................. 40

Gambar 4.16. Eksisting Jalan Padanggalak............................................................................ 41

Gambar 4.17. Jalur Pejalan Kaki Menyatu dengan Pengguna Sepeda................................... 42

Gambar 4.18. Penataan Parkir pada Kawasan Penelitian....................................................... 42

Gambar 4.19. Area Pejalan Kaki yang Minim dengan Aktivitas Pendukung......................... 43

Gambar 4.20. Area Pejalan Kaki yang Penuh dengan Aktivitas Pendukung.......................... 43

Gambar 4.21. Jalur Pejalan Kaki Diserobot Parkir, Bungkusan Sampah dan Jemuran.......... 44

Gambar 4.22. Trotoar yang Berlubang................................................................................... 44

Gambar 4.23. Jalan yang Belum Memiliki Jalur Pejalan Kaki............................................... 44

Gambar 4.24. Tampilan RTH dan Landscape yang Dapat Dikembangkan............................ 45

Gambar 4.25. Area Pejalan Kaki Dibuat secara Pribadi dan Perlu Ditata Lebih Baik........... 45

Gambar 4.26. Lampu Penerangan dan Rambu yang Perlu di-Redesign................................. 46

Gambar 4.27. Pos Jaga dan Tempat Pembuangan Sampah yang Perlu Ditata....................... 46

Gambar 4.28. Papan Nama Jalan, Petunjuk Arah dan Papan Informasi yang Perlu di-

Redesign………………………………………………………………………

47

Gambar 4.29. Konsep Pengembangan Rute Jalur Jalan Setapak............................................ 55

Gambar 4.30. Rencana Makro Pengembangan Rute Jalur Pejalan Kaki dan Rute Jalur

Sepeda..............................................................................................................

60

Gambar 4.31. Potongan Rencana 2 Jalur................................................................................ 61

Gambar 4.32. Potongan Rencana 2 Jalur dengan Peninggian 1 Meter................................... 61

Gambar 4.33. Potongan Rencana 1 Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki)...................................... 62

Gambar 4.34. Potongan Rencana 1 Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan 1 Jalur Sepeda....... 62

Gambar 4.35. Potongan Rencana Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda di

Jalan Raya 3 Meter...........................................................................................

63

Gambar 4.36. Potongan Rencana Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda di

Jalan Raya 3,5 Meter........................................................................................

63

Gambar 4.37. Potongan Rencana Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda di

Gang 2 Meter....................................................................................................

64

Page 7: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Lebar Standar Jalan.................................................................................................. 7

Tabel 2.2. Standar Desain Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki..................................... 9

Tabel 2.3. Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki..................................................................... 10

Tabel 4.1. Konsep Pembagian Segmen dan Panjang Rute Jalur Jalan Setapak........................ 54

Tabel 4.2. Konsep Pembagian Jarak Rute Jalur Jalan Setapak................................................. 55

Page 8: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seperti halnya daerah lain di Bali, Kota Denpasar juga tengah gencar mengembangkan

dunia pariwisata. Tidak hanya membangun destinasi/objek wisata baru, Denpasar juga

berupaya meningkatkan potensi objek wisata yang sudah ada guna menarik lebih banyak

kunjungan wisatawan. Salah satu daya tarik wisata (DTW) yang terus ditata dan

dikembangkan adalah Pantai Sanur. Hal ini sejalan dengan ditetapkannya Kawasan Sanur

menjadi salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang ada di Bali.

Kawasan Sanur merupakan kawasan strategis yang memiliki pengaruh signifikan dalam

perkembangan perekonomian Kota Denpasar. Kawasan ini terletak di wilayah Kecamatan

Denpasar Selatan dengan luas wilayah 1.057 Ha yang terdiri atas daratan dan di bagian

timur serta selatannya berbatasan langsung dengan Selat Badung. Sebagai kawasan yang

memiliki wilayah pantai yang bernilai rekreasi/pariwisata, maka pengembangan wilayah di

sepanjang pantai adalah untuk zona akomodasi wisata skala menengah dan besar sesuai

dengan rencana tata ruang yang sudah ada.

Gambar 1.1. Kondisi Terkini Jalan Setapak Sanur

Berbagai fasilitas dan utilitas telah disediakan, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta

untuk mendukung kegiatan pariwisata, salah satunya adalah dengan membangun fasilitas

jalan setapak di sepanjang pantai. Jalan setapak yang sudah ada selama ini dimanfaatkan

sebagai akses untuk kegiatan jogging, bersepeda maupun akses untuk upaya pengamanan

wilayah pantai. Namun jalan setapak yang sudah ada dirasa belum memadai karena

kondisinya saat ini belum menjamin kenyamanan bagi pejalan kaki. Hal ini disebabkan

Page 9: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

2

kegiatan untuk berjalan kaki dan bersepeda masih terdapat dalam satu jalur serta minim

tempat-tempat untuk beristirahat sementara. Selain itu, pada jalan setapak juga kurang

memberikan akses bagi masyarakat maupun wisatawan yang berkebutuhan khusus

(disable).

Keseriusan Pemerintah Kota Denpasar dalam menata Kawasan Sanur terlihat dengan telah

diterbitkannya Peraturan Walikota (Perwali) No. 6 Tahun 2013 tentang Peraturan Zonasi

Kawasan Strategis Sanur. Namun demikian, dari pengamatan sepintas nampak bahwa

kondisi jalan setapak sebagai salah satu komponen penting dalam mendukung aktivitas

wisata di sepanjang Pantai Sanur kondisinya masih sangat jauh dari ideal. Oleh karena itu,

usulan penelitian ini mencoba mengkaji aktivitas yang terjadi di jalan setapak Sanur.

Kajian akan difokuskan pada konflik antara aktivitas berjalan kaki dengan aktivitas

bersepeda. Keluarannya diharapkan dapat menjadi studi awal dalam menentukan

bagaimana sebaiknya jalan setapak Sanur ditata dan dikembangkan agar mampu

mendukung fungsi Kawasan Sanur menjadi salah satu KSPN di Bali.

1.2. Permasalahan

Wisata dapat diartikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi

dalam jangka waktu sementara.

Istilah wisata oleh Warpani (2007 : 7) kemudian disimpulkan menjadi perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara

sukarela dan bersifat sementara dengan tujuan berlibur atau tujuan lainnya bukan untuk

mencari nafkah.

Kegiatan wisata memiliki karakteristik-karakteristik antara lain :

1) bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke

tempat asalnya;

2) melibatkan komponen-komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi,

restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain;

3) umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek wisata dan atraksi wisata;

4) memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan, dan

Page 10: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

3

5) tidak untuk mencari nafkah ditempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan

kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi (Suyitno, 2001).

Beberapa pengertian wisata dan kegiatan wisata di atas, mengindikasikan bahwa

seharusnya jalan setapak sebagai salah satu komponen pendukung kegiatan pariwisata di

Pantai Sanur mampu mewujudkan tujuan kegiatan wisata yang intinya adalah untuk

mendapatkan kesenangan.

Pada sub bab 1.1. telah dipaparkan pengamatan

sepintas tentang kondisi terkini jalan setapak Sanur,

khususnya yang terkait dengan aktivitas yang

berlangsung di dalamnya. Aktivitas wisatawan dan

masyarakat yang berjalan kaki menyusuri jalan

setapak di pinggir pantai harus „beradu fisik‟ dengan

aktivitas bersepeda. Demikian juga di beberapa

segmen jalan, para pejalan kaki harus rela mengalah

ke luar jalur karena jalan setapak juga dipakai untuk

parkir sepeda bahkan sepeda motor.

Gambar 1.2. Pejalan Kaki Harus

Mengalah pada Pesepeda dan

Parkir Sepeda Motor

Gambar 1.3. Jalan Setapak Juga Dipakai Parkir Sepeda Motor

Merujuk kepada permasalahan di atas, maka kegiatan penelitian ini akan mencoba

mengkaji konflik aktivitas berjalan kaki dan bersepeda yang terjadi di jalan setapak Sanur,

guna menjawab permasalahan bagaimana sebaiknya jalan setapak Sanur ditata dan

dikembangkan untuk mengakomodasi kedua aktivitas tersebut. Hal ini diharapkan dapat

menjadi salah satu alternatif solusi bagi pemerintah untuk meningkatkan potensi dan DTW

Sanur dalam menarik minat kunjungan wisatawan.

Page 11: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

4

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengidentifikasi kondisi dan aktivitas

yang terjadi di jalan setapak Sanur. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengkaji konflik antara aktivitas berjalan kaki dengan bersepeda di jalan setapak Sanur,

yang diharapkan menjadi studi awal dalam menentukan arah penataan jalan setapak Sanur

guna mendukung pengembangan DTW Sanur ke depan.

1.4. Target dan Luaran

Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah identifikasi kondisi dan aktivitas di

jalan setapak Pantai Sanur dengan batasan wilayah penelitian dari Pantai Matahari Terbit

hingga hutan mangrove di kawasan Taman Hutan Rakyat seperti pada Gambar 1.4.

Luaran sebagai hasil penelitian ini adalah identifikasi kondisi dan aktivitas serta visi

penataan jalan setapak Sanur.

a. Identifikasi kondisi dan aktivitas, terdiri atas komponen :

1) Sistem Penghubung (Linkage System).

2) Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way).

3) Ruang Terbuka Hijau dan Landscape.

Peta Pulau Bali

Gambar 1.4. Lingkup Wilayah Penelitian

Page 12: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

5

4) Perabot Jalan (Street Furniture).

5) Petanda (Signage).

b. Analisis Kebutuhan Penanganan.

c. Visi Penataan.

d. Konsep Rencana Penataan.

e. Konsep Rute Jalur Jalan Setapak.

f. Pendekatan Perencanaan.

g. Rencana Makro.

h. Rencana Mikro.

Page 13: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jalan Setapak dalam Sejarah Pembangunan Jalan

Menurut Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, secara umum disebutkan

bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, bawah permukaan tanah

dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan rel.

Secara khusus, pengertian tentang Jalan Setapak tidak disebutkan dalam Undang-undang di

atas. Hal yang terkait dengan Jalan Setapak akan dapat disimak dari sejarah pembangunan

jalan yang menyebutkan bahwa setelah manusia berkembang biak dan hidup berkelompok,

maka mereka membutuhkan tempat berdiam meskipun hanya sementara. Umumnya

mereka berpindah-pindah tempat secara musiman, bila tempat-tempat di sekitarnya sudah

tidak ada bahan makanan yang mereka butuhkan. Pada waktu itu jejak-jejak tersebut

menjadi jalan setapak atau bila di hutan terkadang disebut “lorong-lorong tikus”. Jalan ini

merupakan jalan musiman (seasonal-road). Orang-orang nomaden mempergunakan jalan

ini untuk berburu pada musim berburu dan untuk mencari ikan (Modul Ajar, Jurusan

Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang).

Jalan setapak/jalan orang menurut Departemen PU, 1986 (Kriteria Perencanaan bagian

Bangunan KP-04) termasuk ke dalam jalan inspeksi, di mana semua jalan inspeksi

digolongkan sebagai jalan kelas III atau lebih rendah lagi menurut standar Bina Marga

No.13/1970 (BINA MARGA,1970b) dan merupakan jalan satu jalur. Untuk jalan-jalan

yang berada di bawah wewenang Direktorat Irigasi, Standar Bina Marga telah diperluas

lagi menjadi :

Kelas I; Jalan nasional (Standar Bina Marga).

Kelas II; Jalan Provinsi (Standar Bina Marga).

Kelas III; Jalan Kabupaten, jalan desa, jalan inspeksi utama (Standar Bina Marga).

Kelas IV; Jalan penghubung, jalan inspeksi sekunder (Standar Bina Marga).

Kelas V; Jalan setapak/jalan orang.

Page 14: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

7

Jalan kelas III dengan perkerasan, jalan kelas IV boleh dengan perkerasan ( untuk yang

lebih penting) atau tanpa perkerasan. Kelas V umumnya tanpa perkerasan. Lebar jalan dan

perkerasan untuk jalan-jalan kelas III, IV, dan V (yang punya arti penting dalam suatu

proyek irigasi) disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Lebar Standar Jalan Sumber : Dept. PU., 1986

Kelas Jalan Lebar Total Jalan Lebar Perkerasan

Kelas III 5 m 3 m

Kelas IV 5 m 3 m

Kelas V 1,5 m

Dalam perkembangannya, perencanaan sebuah Jalan Setapak di kawasan perkotaan tidak

akan dapat dipisahkan dari elemen-elemen pembentuk kota khususnya yang terkait dengan

sistem sirkulasi dan pergerakan dan fasilitas pendukungnya. Untuk itu, pemahaman

terhadap pengertian elemen dan fasilitas pendukung di atas sangat dibutuhkan sebagai

pedoman dalam kegiatan penelitian ini.

2.2. Sistem Penghubung (Linkage System)

Sistem Linkage merupakan sistem yang menghubungkan berbagai jenis peruntukan lahan,

baik secara makro maupun mikro. Sistem penghubung ini sangat vital untuk membuat

fungsi kawasan bekerja secara efisien. Sistem penghubung merupakan jalur-jalur sirkulasi,

baik kendaraan bermotor maupun pejalan kaki. Pada sistem penghubung inilah semua

aktivitas masyarakat berlangsung (Danisworo, 1980).

Dari uraian di atas, maka sistem penghubung memiliki beberapa pengertian dasar, yaitu :

a. Organisasi dari jalur-jalur yang menghubungkan bagian-bagian dalam kota.

b. Perekat kota yang menyatukan seluruh lapisan aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik

dari kota.

c. Merupakan bagian dari sistem transportasi dalam perencanaan makro yang timbul

karena kebutuhan pergerakan manusia.

Elemen-elemen dari komponen sistem linkage adalah :

a. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking).

b. Area Pejalan Kaki (Pedestrian Ways).

c. Kegiatan Pendukung (Activity Support).

Page 15: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

8

2.3. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)

Menurut Danisworo (1980), jalur/area pejalan kaki adalah elemen penting dalam

perancangan kota, karena berperan sebagai sistem kenyamanan dan sistem pendukung

vitalitas ruang-ruang kota. Sistem pedestrianisasi yang baik dapat mereduksi

ketergantungan terhadap kendaraan di daerah pusat kota, meningkatkan daya tarik ke pusat

kota, mendukung peningkatan kualitas lingkungan dengan sistem skala manusiawi,

mendorong kegiatan komersial dan membantu memperbaiki kualitas udara. Elemen

pedestrian harus membantu :

1) interaksi antara elemen urban design

2) berhubungan erat dengan lingkungan binaan dan pola aktivitas

3) sesuai dengan perubahan fisik masa mendatang dari kota.

Area pejalan kaki adalah suatu bentuk transportasi yang penting di daerah perkotaan,

sehingga kebutuhan para pejalan kaki merupakan suatu bagian integral/terpadu dalam

sistem transportasi jalan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka

bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh

karena itu salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk

memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan

yang besar terhadap aksesibilitas.

Secara umum, kebutuhan fasilitas pejalan kaki di Kawasan Perkotaan adalah :

a. Pada daerah-daerah perkotaan secara umum yang jumlah penduduknya tinggi.

b. Pada jalan-jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap.

c. Pada daerah-daerah yang memiliki aktifitas kontinyu yang tinggi, seperti misalnya

jalan-jalan pasar dan perkotaan.

d. Pada lokasi-lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi dengan periode

yang pendek, seperti sekolah dan lapangan olah raga.

e. Pada lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya

prasarana persembahyangan umat.

Pergerakan pejalan kaki dapat dikelompokkan menjadi pergerakan menyusuri jalan,

memotong jalan, dan pergerakan di persimpangan. Fasilitas pejalan kaki dapat berupa :

1. Fasilitas Menyusuri Jalan berupa Trotoar

Sebagian besar dari jalan-jalan di daerah perkotaan mempunyai volume pejalan kaki

yang besar dan harus mempunyai trotoar, perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan

oleh : volume pejalan kaki, tingkat kecelakaan, pengaduan/permintaan masyarakat. Bila

Page 16: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

9

jumlah pejalan kaki yang melalui suatu jalan tinggi, lebar trotoar yang dianjurkan dapat

dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Standar Desain Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki Sumber : Direktorat Perhubungan Darat, Dephub

No. Jumlah Pejalan Kaki/Detik/Meter Lebar Trotoar

(Meter)

1 6 orang 2,3 – 5,0

2 3 orang 1,5 – 2,3

3 2 orang 0,9 – 1,5

4 1 orang 0,6 – 0,9

2. Fasilitas Menyeberang Jalan

Secara hirarkhi terdiri dari pulau pelindung (refuge island), zebra cross, penyeberangan

dengan lampu pengatur (pelican crossing) dan jembatan atau penyeberangan bawah

tanah.

Menurut Departemen PU, 1997 (Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Perkotaan),

beberapa hal yang ditetapkan tentang jalur pejalan kaki adalah sebagai berikut :

a. Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60 cm

ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total

minimal untuk 2 orang pejalan kaki bergoyang tanpa membawa barang atau 2 orang

pejalan kaki berpapasan tanpa terjadi berpapasan menjadi 150 cm.

b. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur Pejalan Kaki (W)

dipakai rumus sebagai berikut :

w = p + 1,5

35

Keterangan:

P = volume pejalan kaki (orang/menit/meter).

W = lebar Jalur Pejalan Kaki.

c. Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut terdapat perlengkapan

jalan (road furniture) seperti patok rambu lalu lintas, kotak surat, pohon peneduh atau

fasilitas umum lainnya.

d. Penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki apabila dilengkapi fasilitas dapat dilihat seperti

pada Tabel 2.3.

Page 17: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

10

Tabel 2.3. Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki Sumber : Dept. PU., 1997

No. Jenis Fasilitas Lebar Tambahan

(cm)

1 Kursi roda 100 – 200

2 Tiang lampu penerang 75 – 100

3 Tiang lampu lalu lintas 100 – 120

4 Rambu lalu lintas 75 – 100

5 Kotak surat 100 – 120

6 Keranjang sampah 100

7 Tanaman peneduh 60 – 120

8 Pot bunga 150

e. Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan

sekitarnya harus diberi pembatas yang dapat berupa kerb atau batas penghalang.

f. Perkerasan dapat dibuat dari blok beton, perkerasan aspal atau plesteran.

g. Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-3 % supaya tidak terjadi

genangan air. Kemiringan memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang

jalan, yaitu maksimum7 %.

2.4. Ruang Terbuka Hijau dan Landscape

Ruang terbuka (open space) meliputi landsekap, hardscape (jalan, trotoar, dsb) taman dan

tempat rekreasi dalam kota. Ruang kosong yang disebut super holes tidak termasuk open

space. Elemen ruang terbuka adalah taman dan plasa (square), ruang terbuka hijau kota,

termasuk pepohonan, semak-semak, tumbuh-tumbuhan, badan air, penerangan, perkerasan,

kios, pembuangan sampah, air mancur/minum, patung jam dan sebagainya yang terdapat di

dalamnya. Area pejalan kaki, rambu dan tanda termasuk elemen ruang terbuka (Shirvani,

1985).

Menurut Undang-Undang RI Nomor : 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan

Peraturan Menteri PU Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman

secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam Undang-Undang RI Nomor : 26

Page 18: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

11

Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang

terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari

luas wilayah kota.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 01 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan menyebutkan bahwa RTH Kawasan Perkotaan adalah bagian dari

ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna

mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika.

Berdasarkan Peraturan Menteri di atas, klasifikasi RTH yang ada sesuai dengan tipologi

adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan Fisik :

RTH Alami, berupa habitat liar alami, kawasan lindung, dan taman-taman nasional;

RTH Non Alami/Binaan, yang terdiri dari taman, lapangan lahraga, makam, dan

jalur-jalur hijau jalan.

b. Berdasarkan Struktur Ruang :

RTH dengan pola ekologis, merupakan RTH yang memiliki pola mengelompok,

memanjang, tersebar;

RTH dengan pola planologis, merupakan RTH yang memiliki pola mengikuti hirarki

dan struktur ruang perkotaan.

c. Berdasarkan Segi Kepemilikan :

RTH Publik;

RTH Privat.

d. Berdasarkan Fungsi :

Fungsi Ekologis;

Fungsi Sosial Budaya;

Fungsi Arsitektural/Estetika;

Fungsi Ekonomi.

Jenis-jenis RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 01 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan terdiri atas :

Taman Kota;

Taman Wisata Alam;

Taman Rekreasi;

Taman Lingkungan Perumahan dan Permukiman;

Taman Lingkungan Perkantoran dan Gedung Komersial;

Page 19: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

12

Taman Hutan Raya;

Hutan Kota;

.Hutan Lindung;

Bentang Alam seperti Gunung, Bukit, Lereng dan Lembah;

Cagar Alam;

Kebun Raya;

Kebun Binatang;

Pemakaman Umum;

Lapangan Olah Raga;

Lapangan Upacara;

Parkir Terbuka;

Lahan Pertanian Perkotaan;

Jalur di Bawah Tegangan Tinggi (SUTT dan SUTET);

Sempadan Sungai, Pantai, Bangunan, Situ dan Rawa;

Pengaman Jalan, Median Jalan, Rel Kereta Api, Pipa Gas dan Pedestrian;

Kawasan dan Jalur Hijau ;

Daerah Penyangga (Buffer Zone) Lapangan Udara;

Taman Atap.

Klasifikasi RTH menurut Peraturan Menteri PU Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan terdiri

atas :

RTH Pekarangan;

RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha;

RTH dalam Bentuk Taman Atap Bangunan (Roof Garden);

RTH Taman Rukun Tetangga;

RTH Taman Rukun Warga;

RTH Kelurahan;

RTH Kecamatan;

RTH Taman Kota;

Hutan Kota;

Sabuk Hijau;

Jalur Hijau Jalan;

RTH Ruang Pejalan Kaki;

Page 20: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

13

RTH di Bawah Jalan Layang;

RTH Fungsi Tertentu.

2.5. Perabot Jalan (Street Furniture)

Secara umum, elemen perabot jalan (street furniture) terdiri atas lampu penerangan jalan,

lampu taman, lampu parkir dan pedestrian, tempat sampah, papan informasi, bangku

taman, halte, rambu lalu lintas, dan pos keamanan.

Dalam perencanaannya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, yaitu :

a. Bahan yang dipergunakan mampu mendukung keawetan, daya tahan, dan kemudahan

perawatan.

b. Pemilihan bahan, warna, bentuk, skala, dan tata letak memungkinkan

pengintegrasiannya dengan lingkungan sekitar.

c. Peran dan fungsinya terhadap pembentukan citra dan wajah kawasan serta manfaatnya

harus bisa dirasakan langsung oleh pemakai dan masyarakat.

d. Mampu mengantisipasi dan mencegah kemungkinan terjadinya tindakan vandalisme

(perusakan).

2.6. Sistem Petanda (Signage)

Sebuah kawasan tidaklah lengkap apabila tidak terdapat sistem petanda (signage) seperti

papan iklan yang menghiasi sudut-sudut jalan maupun papan identitas toko-toko dan

bangunan komersial. Semakin berkembang suatu kawasan, maka kuantitas dan kualitas

petanda pun akan ikut berkembang.

Sebagai alat komunikasi, petanda merupakan elemen visual yang menggunakan media

ruang luar. Munculnya coreng moreng dan kekacauan wajah suatu kawasan akibat

pemasangan papan reklame yang tidak terkendali, sampai saat ini masih merupakan suatu

permasalahan yang cukup pelik dan dilematis. Karena tidak dapat dipungkiri Pendapatan

Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari pajak reklame memang cukup signifikan dalam

mendukung kelanjutan program pembangunan suatu wilayah.

Perencanaan sistem petanda, baik yang bersifat komersial (reklame/iklan) maupun non

komersial harus didasarkan atas ketentuan umum sebagai berikut, yaitu :

a. Pengaturan skala, dimensi (ukuran), dan konstruksi.

Page 21: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

14

b. Mampu mencerminkan karakter khas lingkungan, kawasan, bahkan kota.

c. Pengaturan kualitas dan desain guna mencegah adanya saling mendominasi yang

memicu munculnya company image.

d. Memperhatikan jarak pandang terkait dengan lokasi, standard, bahan yang

memantulkan, dan yang mudah dibaca.

e. Pemilihan background warna.

f. Jarak antar reklame, rambu, dan spanduk yang memadai.

g. Keselarasan dengan arsitektur gedung tempat pemasangan.

h. Tidak mengganggu pandangan pejalan kaki.

i. Penataan cahaya yang tepat.

j. Pemasangan petanda harus pada lokasi/tempat yang mudah dipantau.

2.7. Visi dan Misi Pembangunan Kota Denpasar

a. Visi Pembangunan Kota Denpasar

Visi pembangunan Kota Denpasar adalah :

“DENPASAR KREATIF BERWAWASAN BUDAYA DALAM KESEIMBANGAN

MENUJU KEHARMONISAN”

Visi Pembangunan Pemerintah Daerah Tahun 2011-2031 ini mengarah pada tantangan-

tantangan yang dihadapi dalan kurun waktu 20 tahun ke depan. Visi Pembangunan Daerah

tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat berbudaya dan keharmonisan

dalam pengembangan implementasi Tri Hita Karana.

Upaya untuk menjadikan Denpasar sebagai Kota berbudaya dilandasi Tri Hita Karana

bukanlah persoalan yang mudah dan sederhana. Karena pada awalnya Kota Denpasar

dibentuk berdasarkan desa-desa tradisional pusat kerajaan, dan kemudian format

pembangunan Kota Denpasar yang lebih mengacu pada aspek Urban Development.

Sehingga, sarana, dan prasarana yang tersedia, cenderung berfungsi sebagai elemen

kebutuhan dari aspek urban-nya. Manajemen Tata Ruang lebih mempertimbangkan obyek

utility (kegunaan) dan kurang memperhatikan resistensi (daya tahan) dan representasi

Budaya Bali. Sehingga, banyak terjadi penyimpangan terutama kalau di kaji dari aspek Tri

Hita Karana.

Page 22: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

15

Tatanan palemahan yang terkait dengan tata ruang sangat memerlukan penanganan yang

serius karena satu saja gagal dari hubungan-hubungan tadi, akan memberikan dampak

negatif terhadap aspek lainnya, seperti hubungan manusia dengan Hyang Pencipta

(Prahyangan) yang menyangkut kehidupan religius (banyak kawasan suci menjadi sasaran

investasi), hubungan manusia dengan manusia (pawongan) terjadi pembelaan kepentingan

investor dari pada kepentingan masyarakat Bali.

Untuk mentrasformasi Denpasar menjadi Kota Berbudaya sesuai Visi, dibutuhkan suatu

konsep yang jelas, kemudian dituangkan dalam rencana menyeluruh (konprehensive plan)

yang dapat memberikan ruang gerak dan dapat mendukung terhadap resistensi Budaya

Bali.

Di samping visi, penataan ruang Kota Denpasar juga memiliki slogan atau moto: nyaman

dan produktif, dan berkeadilan. Tata ruang Kota Denpasar merupakan salah satu faktor

kenyamanan bagi penduduk yang tinggal maupun beraktivitas di Kota Denpasar.

Kenyamanan ini ditentukan oleh elemen-elemen tata ruang seperti cukupnya ruang terbuka

hijau baik publik maupun privat, fasilitas umum yang memadai, kualitas udara yang baik,

prasarana mencukupi kebutuhan, lalu lintas tidak macet, dan keamanan di jalan umum.

Kenyamanan erat kaitannya dengan produktivitas. Kenyamanan merupakan pangkal

produktivitas. Tambah nyaman lingkungan kota, maka penduduknya juga akan tambah

produktif. Lahan yang ditata melalui rencana tata ruang perlu diprduktifkan bagi lahan

terlantar dan perlu ditingkatkan produktivitasnya melalui berbagai cara seperti:

terjaminnya air irigasi yang tidak tercemar, penerepan teknologi pertanian yang akrab

lingkungan, diversifikasi tanaman sehingga pertanian lebih menjanjikan, dan tumpang sari

kegiatan untuk meningkatkan penghasilan.

Dari visi dan slogan ini dapat disimpulkan bahwa keadaan yang diinginkan melalui

penataan ruang Kota Denpasar adalah berwawasan budaya Bali, harmonis, seimbang,

nyaman, produktif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

b. Misi Pembangunan Kota Denpasar

Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Daerah tersebut ditempuh melalui 5 (lima) Misi

Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar sebagai berikut :

1. Menumbuh kembangkan jati diri masyarakat Kota Denpasar berdasarkan budaya Bali.

2. Memberdayakan masyarakat Kota Denpasar berlandasakan kearifan lokal melalui

budaya kreatif.

Page 23: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

16

3. Mewujudkan pemerintahan yang baik (Good Governance) melalui penegakan

supremasi hukum (law enforcement).

4. Meningkatkan pelayanan publik menuju kesejahteraan masyarakat (welfare society).

5. Mempercepat pertumbuhan dan memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat melalui

sistem ekonomi kerakyatan.

Selanjutnya untuk mewujudkan visi dan misi di atas, maka arahan penataan ruang wilayah

akan ditujukan untuk melaksanakan Misi :

a. Menyediakan RTRW sebagai acuan dalam penataan struktur ruang dan pola ruang

wilayah.

b. Meningkatkan keterkaitan fungsi dan orientasi antar kota, dalam Kawasan Metropolitan

Sarbagita maupun di dalam wilayah Kota Denpasar melalui strategi pengembangan tata

ruang yang didukung sistem sarana dan prasarana yang terintegrasi dan saling

mendukung.

c. Mengembangkan sistem operasionalisasi pemanfaatan rencana tata ruang dan

pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengembangan Rencana Rinci Tata Ruang

dan Peraturan Zonasi di seluruh Kawasan yang akan ditindaklanjuti dengan Peraturan

Daerah.

d. Menata distribusi fungsi kegiatan perkotaan sehingga Kota Denpasar merupakan

hunian yang nyaman, mengakomodasi potensi ekonomi perkotaan dan mampu

mempertahankan kebudayaan dengan tetap mempertahankan ruang terbuka hijau kota

minimal 35%.

e. Mengembangkan partisipasi antara pemerintah pusat, Provinsi Bali, Kota Denpasar,

masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan penataan ruang.

2.8. Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Sanur

Peraturan Walikota (Perwali) Denpasar No. 6 Tahun 2013 tentang Peraturan Zonasi

Kawasan Strategis Sanur berfungsi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang

kawasan. Peraturan zonasi dalam Perwali yang menjadi rujukan utama untuk penyusunan

penelitian ini adalah Peraturan Zonasi Kawasan Perlindungan Setempat, serta Peraturan

Zonasi Zona Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya.

Page 24: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

17

a. Peraturan Zonasi Kawasan Perlindungan Setempat

1) Zona Sempadan Pantai

a) Pengaturan kegiatan zona sempadan pantai, meliputi :

kegiatan dan bangunan yang diperbolehkan di zona sempadan pantai sepanjang

tidak berdampak negatif terhadap fungsi lindungnya meliputi: tempat Suci (Pura)

dan kegiatan ritual keagamaan pada lokasi yang telah ditetapkan; tempat

penambatan perahu pada lokasi yang telah ditetapkan; bangunan pengaman

pantai, prasarana navigasi dan keselamatan pelayaran (mercu suar), jalan inspeksi

serta gardu pandang; pengembangan vegetasi yang mendukung konservasi

kawasan pesisir; kegiatan rekreasi aktif secara terbatas (berenang, berselancar,

berolahraga); kegiatan rekreasi pasif; kegiatan berjualan dengan persyaratan

khusus; dermaga pelabuhan umum dan pariwisata, ruang terbuka hijau;

bangunan-bangunan yang telah ada serta tidak sesuai dengan ketentuan, namun

dapat dibuktikan tidak mengggangu menimbulkan dampak negatif dapat

dilanjutkan dan apabila memiliki dampak negatif ditata kembali untuk

menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku;

pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan; dan

kegiatan rekreasi aktif seperti berenang, kano, wisata air, berselancar, berolahraga

lainnya disesuaikan dengan petunjuk petugas pengamanan pantai.

b) Ketentuan teknis zona sempadan pantai, meliputi :

pengelolaan pengaturan sempadan pantai terdiri atas daratan sepanjang tepian laut

dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi

ke arah darat;

pada ruang sempadan pantai yang memiliki jalan setapak (pedestrian), atau akan

dikembangkan jalan setapak, pengaturan sempadan pantai mengikuti pengaturan

sempadan bangunan khusus di tepi pantai yang memiliki jalan setapak yaitu :

- bangunan diatas 2 (dua) lantai, sempadan bangunan ditetapkan 75 meter dari

jalan setapak;

- bangunan 2 (dua) lantai, sempadan bangunan ditetapkan 50 meter dari jalan

setapak;

- bangunan tidak bertingkat memakai dinding tembok, sempadan bangunan

ditetapkan 25 meter dari jalan setapak;

- bangunan tidak bertingkat dan terbuka, sempadan bangunan ditetapkan 5 meter

dari jalan setapak; dan

Page 25: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

18

- pagar halaman dibangun dengan jarak 1,50 meter dari jalan setapak yang

dipergunakan sebagai telajakan.

c) Prasarana dan sarana minimal di zona sempadan pantai, meliputi:

tersedia pedestrian sebagai jalan melingkar bila memungkinkan;

tersedia ruang publik untuk melakukan kegiatan rekreasi dan upacara keagamaan;

tersedia pengaturan tentang jalur-jalur dan ruang evakuasi bencana; dan

tersedia sistem pengamanan kegiatan kegiatan rekreasi pantai.

d) ketentuan lain yang dibutuhkan.

terdapat langkah-langkah penyelamatan fisik pantai melalui pengembangan

struktur alami maupun struktur buatan untuk mencegah abrasi; dan

aturan khusus terkait daerah rawan bencana adalah adanya monitor peringatan

bahaya rawan bencana gelombang tinggi dan tsunami, adanya jalur evakuasi dan

adanya area perlindungan.

2) Zona Sempadan Sungai

a) Pengaturan kegiatan zona sempadan sungai, meliputi :

ruang terbuka hijau, kegiatan pertanian yang mendukung fungsi konservasi, dan

kegiatan rekreasi terbatas;

bangunan yang diijinkan adalah bangunan untuk pengendalian badan air dan

banjir, bangunan untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka dan fungsi

pengamanan sempadan; prasarana-sarana keairan (irigasi), instalasi pengolahan

air minum (intake), bangunan penangkap sampah, dan instalasi pembangkit listrik

tenaga air;

penyediaan jalan inspeksi, jembatan penyeberangan dan jaringan drainase;

pembangunan fasilitas umum yang dimaksud harus dilengkapi ijin pemanfaatan

ruang dan kajian teknis dari instansi yang berwenang; dan

ketentuan lebih lengkap tentang penggunaan ruang dan kegiatan di zona

sempadan sungai baik yang diijinkan, diijinkan bersyarat, diijinkan terbatas serta

yang tidak diijinkan tercantum pada Tabel aturan zonasi Kawasan Lindung, yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

b) Ketentuan teknis zona sempadan sungai adalah :

3 (tiga) meter untuk sungai bertanggul;

10 (sepuluh) meter untuk sungai tidak bertanggul;

50 (lima puluh) meter untuk sungai yang terpengaruh pasang-surut air laut; dan

Page 26: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

19

garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah

mengikuti ketentuan garis sempadan jalan, dengan ketentuan kontruksi dan

penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta

bangunan sungai.

c) Ketentuan lain yang dibutuhkan.

kepemilikan lahan yang berbatasan dengan sungai diwajibkan menyediakan ruang

terbuka publik sekurang-kurangnya 3 m (tiga meter) sepanjang sungai untuk jalan

inspeksi dan/atau taman telajakan; dan

pembuatan jalan penyebrangan diatas sungai dan saluran drainase harus mendapat

rekomendasi dari instansi terkait.

3) Zona Suci

a) Aturan umum kegiatan di sekitar kawasan suci adalah :

pemanfaatan kawasan suci sebagai kawasan konservasi;

pelarangan pendirian bangunan kecuali untuk menunjang kegiatan keagamaan dan

penelitian; dan

pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan

nilai-nilai kesucian.

b) Ketentuan Teknis kawasan suci dan kawasan tempat suci adalah :

kawasan suci campuhan ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter dari tepi

campuhan;

kawasan sekitar mata air ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter terkecuali bagi

bangunan yang telah ada dan bangunan yang terkait dengan pengamanan dan

pemanfaatan mata air dapat kurang dari 50 meter; dan

kawasan suci pantai ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter.

c) Ketentuan lebih lengkap tentang penggunaan ruang dan kegiatan di zona kawasan

suci baik yang diijinkan, diijinkan bersyarat, diijinkan terbatas serta yang tidak

diijinkan tercantum pada tabel aturan zonasi kawasan lindung, yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

4) Zona Tempat Suci

a) Pengaturan zona tempat suci Pura Kahyangan Jagat dengan konsep tiga zona,

meliputi :

Zona inti (maha wana) adalah penyengker pura;

Zona penyangga (tapa wana) adalah kawasan sekitar pura di luar zona inti yang

diperuntukan untuk penunjang aktivitas peribadatan seperti tempat parkir, fasilitas

Page 27: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

20

makan-minum, permukiman pengempon dan fasilitas penunjang lainnya dengan

jarak disesuaikan dengan kondisi fisik setempat; dan

Zona pemanfaatan (sri wana) adalah zona di luar zona inti dan zona penyangga di

pura yang diperuntukan untuk permukiman penduduk beserta fasilitas penunjang

permukiman dan melarang aktivitas yang dapat berpotensi mengganggu nilai-nilai

kesucian dengan jarak berdasarkan kesepakatan stakeholder setempat.

b) Pengaturan zona tempat suci Pura Kahyangan Tiga dan Pura Lainnya dengan konsep

tiga zona adalah penyengker pura, dan sampai batas tertentu merupakan zona

pemanfaatan yang disepakati stakeholder setempat, dengan ketentuan :

Untuk bangunan akomodasi pariwisata 1 lantai minimal 30 dari penyengker pura;

Untuk bangunan akomodasi pariwisata 2 lantai minimal 50 dari penyengker pura.

c) Prasarana dan sarana minimum yang dibutuhkan:

aksesibilitas yang baik menuju zona tempat suci;

tersedia fasilitas tempat parkir yang cukup;

tersedia fasilitas makan dan minum;

tersedia fasilitas sanitasi yang baik;

tersedia sarana pembuangan sampah, baik tersebar dalam bentuk bak-bak sampah

maupun ketersediaan tempat pembuangan sementara;

tersedia jaringan sanitasi, drainase, air bersih, listrik, dan telekomunikasi; dan

tiap 100 m2 ruang terbuka, minimal ada 1 pohon perindang.

d) Ketentuan lain yang dibutuhkan.

pengembangan perarem pengendalian kegiatan yang mengganggu nilai kesucian

di dalam radius kawasan tempat suci;

pura-pura yang ditetapkan sebagai obyek wisata wajib menjaga kenyamanan

aktivitas upacara keagamaan dan menyediakan persyaratan tatalaku wisatawan

agar tidak menganggu nilai kesucian;

pura-pura yang ditetapkan sebagai obyek kawasan cagar budaya mengikuti

ketentuan pengaturan benda cagar budaya;

pelataran tempat suci sebagian tetap terbuka (tidak diperkeras) untuk media

penyerapan air dan sebagian tetap dipertahankan untuk ruang terbuka non hijau;

pemanfaatan bangun-bangunan yang telah ada dan tidak sesuai dengan fungsi

peruntukan yang diijinkan pada radius kawasan tempat suci, namun telah

mendapat ijin dari pemerintah daerah dapat dilanjutkan sampai umur teknis

bangunan berakhir, yang dinilai oleh Tim Penilai Bangunan;

Page 28: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

21

menyediakan sarana dan prasarana minimal bagi penyandang cacat dan kaum

livable lainnya; dan

tidak dijijnkan adanya pemasangan papan reklame atau informasi yang bersifat

komersial di sepanjang jalan dan halaman bangun-bangunan pada zona radius

kawasan tempat suci.

5) Zona Setra dan Makam

a) Aturan ketersediaan prasarana minimum :

tersedia tempat parkir yang memadai terkait kegiatan pembakaran atau

penguburan mayat; dan

tidak diijinkan menebang pohon perindang dan pohon-pohon peneduh dalam zona

setra dan kuburan.

b) Aturan Khusus yang diterapkan adalah :

pemanfaatan kegiatan di dalam zona setra pemeluk Hindu diatur dalam awig-awig

atau perarem desa pakraman setempat;

pembangunan makam dan perluasannya harus mendapatkan persetujuan

pemerintah daerah, masyarakat dan desa pakraman setempat; dan

lingkungan areal setra dan makam dikembangkan dalam bentuk taman setra atau

makam dengan lansekap teratur, rapi yang ditata sesuai dengan fungsinya, dengan

pemanfaatan area mengutamakan ruang terbuka hijau yang cukup luas.

b. Peraturan Zonasi Zona Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

1) Ketentuan peraturan zonasi kawasan taman hutan raya, meliputi:

pemanfaatan ruang untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang

memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam dengan ciri khas baik asli maupun

buatan, pada wilayah yang ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang

ekosistemnya sudah berubah;

penataan kawasan taman hutan raya dilakukan dengan menetapkan blok pengelolaan

meliputi blok perlindungan, blok pemanfaatan dan blok lainnya;

pemanfaatan ruang kawasan untuk kepentingan lain melalui proses pinjam pakai

sesuai peraturan perundang-undangan;

blok pemanfaatan dan blok lainnya, digunakan sesuai kepentingan tertentu; dan

telah ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kehutanan.

Page 29: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

22

2) Pengaturan zonasi kawasan taman hutan raya, meliputi :

jenis kegiatan yang diperbolehkan pada semua blok pengelolaan meliputi

penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas,

dan angin serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan

peningkatan kesadartahuan konservasi alam, pemanfaatan sumber plasma nutfah

untuk penunjang budidaya, spriritual dan keagamaan, pembinaan populasi dalam

rangka penetasan telur dan/atau pembesaran anakan yang diambil dari alam, dan

pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat yang dapat berupa kegiatan

pemungutan hasil hutan bukan kayu, budi daya tradisional, serta perburuan

tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi, dan kegiatan lain yang tidak

mengganggu fungsi taman hutan raya sebagai kawasan pelestarian alam.

jenis kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pengusahaan

pariwisata alam hanya pada blok pemanfaatan dapat dilakukan kegiatan

mengunjungi, melihat, menikmati keindahan alam, keanekaragaman tumbuhan dan

satwa, serta dapat dilakukan kegiatan membangun sarana kepariwisataan, meliputi :

- usaha pengusahaan jasa wisata alam terdiri atas informasi pariwisata,

pramuwisata, transportasi, perjalanan wisata, cinderamata dan makanan dan

minuman;

- usaha sarana wisata alam terdiri atas: wisata tirta, transportasi, dan wisata

petualangan; dan

- jenis kegiatan beserta syarat pemanfaatan ruang dan kegiatan diatur dengan

ketentuan.

jenis kegiatan yang tidak diperbolehkan mencakup kegiatan pendirian bangunan

selain bangunan penunjang kegiatan penelitian, pendidikan, keagamaan, dan kegiatan

yang mengganggu fungsi taman hutan raya sebagai kawasan pelestarian alam.

intensitas pemanfaatan ruang pada blok pemanfaatan untuk kegiatan pengusahaan

wisata alam, mencakup :

- koefisien wilayah terbangun (KWT) untuk kegiatan pengusahaan wisata alam

pada blok pemanfaatan paling banyak 10% dari luas blok pemanfaatan; dan

- luas areal yang diizinkan untuk dibangun sarana wisata alam paling banyak 10%

(sepuluh per seratus) dari luas areal yang ditetapkan dalam izin.

ketentuan lain yang dibutuhkan dalam pemanfaatan taman hutan raya, meliputi :

- hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari Gubernur atau Walikota

sesuai dengan kewenangannya atau pejabat yang ditunjuk;

Page 30: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

23

- menyusun dan menyampaikan dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

(Amdal) sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

- menggunakan jenis tumbuhan asli setempat atau yang pernah tumbuh/tersebar

secara alami di wilayah tersebut untuk kegiatan tanam menanam;

- tidak merusak bentang alam;

- tidak menebang pohon;

- tidak melakukan kegiatan yang berdampak pada hilangnya keunikan kawasan

taman wisata alam;

- mendapat persetujuan pemangku kepentingan wilayah setempat; dan

- sarana wisata alam yang dibangun untuk wisata tirta harus semi permanen dan

gaya bangunannya disesuaikan dengan arsitektur budaya setempat.

Page 31: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini pada hakekatnya merupakan sebuah studi tentang konflik antara aktivitas

berjalan kaki dengan bersepeda di jalan setapak Sanur. Berdasarkan permasalahan yang

telah diuraikan pada sub bab 1.2 di depan, penelitian ini dirancang sebagai sebuah

penelitian menggunakan metode kualitatif.

Menurut Darmawan (2005), penelitian kualitatif berfokus pada berbagai metode yag

melibatkan interprestasi dan pendekatan naturalistic ke dalam permasalahan yang diambil.

Ini berarti bahwa seorang peneliti kualitatif belajar banyak hal dalam setting alaminya,

mencoba untuk dapat mempertimbangkan, atau menginterpretasikan fenomena-fenomena

yang bermakna. Penelitian kualitatif melibatkan pemanfaatan dan pengumpulan materi-

materi empiris.

Dalam penelitian kualitatif, penentuan variabel dari obyek penelitian itu tidak bersifat

tunggal dan parsial, tetapi bersifat holistik, dimana variabel penelitian tersebut harus

melihat keseluruhan situasi obyek penelitian yang diteliti yang meliputi aspek tempat

(place), aspek pelaku (actor) dan aspek aktivitas (activity) yang berinteraksi scara signergis

(Sugiyono, 2008).

Dari ketiga aspek tersebut, batasan variabel dapat ditentukan dengan melihat fokus

permasalahan yang akan diteliti. Selanjutnya Sugiyono (2008), menyatakan bahwa fokus

(batasan masalah) yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif ini diperoleh setelah peneliti

melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan

penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran

umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi penelitian. Untuk

dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus

penelitian dan batasan-batasan variabel pengujinya, agar dalam penyusunan instrumen

penelitiannya sinkronisasi dan tetap terkontrol.

Page 32: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

25

3.2. Metode Kegiatan Penelitian

Untuk mencapai tujuan, target, dan luaran yang diharapkan dalam penelitian ini dilakukan

langkah dan metode kegiatan sebagai berikut, yaitu :

1) Melakukan studi literatur terhadap pemahaman tentang pengertian jalan setapak, sistem

penghubung, jalur pejalan kaki, ruang terbuka hijau dan sistem petanda, kebijakan tata

ruang Kota Denpasar, kebijakan pengembangan pariwisata KSPN Sanur dari

sumber/pustaka berupa buku-buku dan dokumen tata ruang terkait serta oleh peneliti

terdahulu.

2) Melakukan survey lapangan untuk mendapatkan kondisi terkini jalan setapak Sanur dan

selanjutnya dilakukan pengukuran dan dokumentasi untuk mendapatkan data fisik dan

non fisik wilayah penelitian.

3) Melakukan wawancara dengan pemegang kebijakan, masyarakat, wisatawan, dan

pelaku pariwisata untuk mengetahui kecenderungan pembangunan dan kebutuhan

penataan.

4) Melakukan strukturisasi, klasifikasi, dan kompilasi data merujuk kepada data hasil studi

literatur, survey lapangan maupun wawancara yang dilakukan.

5) Melakukan identifikasi dan kajian terhadap kondisi komponen pembentuk jalan setapak

Sanur dan konflik yang terjadi antara aktivitas berjalan kaki dengan bersepeda.

6) Merumuskan hasil kajian berupa visi penataan jalan setapak Sanur, terdiri atas : i) dasar

pertimbangan; ii) konsep dasar; dan iii) konsep pengembangan.

Page 33: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Jalan Setapak Sanur

Kawasan penelitian mencakup Desa Kesiman Petilan, Desa Sanur Kaja, Kelurahan Sanur,

Desa Sanur Kauh, Desa Sidakarya, Kelurahan Renon, dan Kelurahan Kesiman seperti pada

peta berikut :

Jika dilihat dari batas kawasan penelitian di atas, maka rute jalan setapak Sanur adalah

meliputi Pantai Padanggalak - Pantai Matahari Terbit - Pantai Mertasari - Tahura - Jalan

Tukad Balian - Jalan Sedap Malam - Pantai Padanggalak seperti pada peta berikut :

Gambar 4.1. Batas Kawasan Penelitian

Page 34: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

27

Gambar 4.2. Peta Jalur Jalan Setapak Sanur

a. Pantai Padanggalak

Pantai Padanggalak terletak tidak jauh dari pantai Sanur. Pantainya berpasir hitam pekat

dan banyak pengunjung memanfaatkan pasirnya untuk mengubur diri karena konon

memiliki manfaat bagi kesehatan. Seperti kebanyakan pantai Bali yang menghadap timur,

ombaknya cukup besar, sehingga biasanya pengunjung hanya berani berenang ketika air

surut. Di sepanjang bibir pantai dibangun benteng penahan gelombang dari tumpukan batu-

batu besar yang diatasnya dipasangi jalan setapak yang dipaving. Pantai ini memiliki

Page 35: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

28

pemandangan matahari terbit yang cantik, tidak kalah dengan Pantai Sanur. Pada saat

bulan purnama, bulan di pantai ini juga terlihat besar dan terang.

b. Pantai Matahari Terbit

Pantai Matahari terbit yang berada beberapa puluh meter di utara Pantai Sanur berpasir

hitam. Selain itu pada saat laut pasang, biasanya hanya tersisa sedikit luasan berpasir,

sehingga kurang menyenangkan untuk bersantai, berjemur, bermain pasir, atau berenang

dibandingkan pantai Sanur. Popularitas Pantai Matahari Terbit mungkin kalah dibanding

Pantai Sanur, lain halnya soal fasilitas yang tersedia. Selain lapangan parkir yang luas

bahkan terdapat halte bis Trans Sarbagita yang menghubungkan Sanur dengan Terminal

Batubulan di utara Denpasar dan Nusadua di semenanjung selatan Bali, ada juga

Gambar 4.3. Eksisting Pantai Padanggalak

Page 36: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

29

“wantilan” terbuka yang cukup luas, toilet, restoran, jejeran warung, dan fasilitas lainnya.

Sama dengan Pantai Sanur, kawasan seputar Pantai Matahari Terbit juga teduh dengan

lindungan pohon-pohon besar.

c. Pantai Sanur

Pantai Sanur merupakan salah satu pantai di Pulau Bali yang menarik untuk dikunjungi.

Keindahan panorama alamnya membuat Pantai Sanur terkenal bahkan sejak jaman dahulu.

Dalam sejarah Bali kuno, Pantai Sanur telah dikenal sebagai pantai yang indah, hal itu

nampak dalam Prasasti Raja Kasari Warmadewa, seorang raja yang berkeraton di

Singhadwala pada tahun 917 M. Pantai Sanur berjarak sekitar 6 km dari pusat kota

Denpasar dan dapat dicapai dengan kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor.

Jika ingin menggunakan kendaran umum, wisatawan tak perlu khawatir karena kendaraan

Gambar 4.4. Eksisting Pantai Matahari Terbit

Page 37: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

30

umum sangat ramai mondar-mandir antara Sanur-Denpasar seperti bemo, bahkan sekarang

telah di operasikan Bus Trans Sarbagita.

d. Pantai Segara Ayu

Pantai Segara Ayu bersebelahan dengan pantai Shindu. Seperti pantai Sanur, pasir pantai

ini juga berwarna putih dengan gelombang yang tidak terlalu besar. Pantai ini selalu ramai

dikunjungi baik wisatawan lokal maupun asing. Dari pantai ini pengunjung yang datang

dapat menyaksikan indahnya matahari terbit dari cakrawala. Aktifitas yang dapat

dilakukan di Pantai Segara Ayu ini antara lain : swimming, fishing, bersantai, surving,

diving, snorkling dan bersantai. Fasilitas yang terdapat di Pantai Segara Ayu antara lain :

penyewaan boat dan kano, hotel dan restaurant, café, art shop serta warung penjual

Gambar 4.5. Eksisting Pantai Sanur

Page 38: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

31

makanan dan minuman. Bagi pengunjung yang ingin datang ke Pantai Segara Ayu ini

diperlukan waktu kira-kira 20 menit dengan jarak tempuh lebih kurang 8 km dari Kota

Denpasar.

e. Pantai Sindhu

Berbatasan langsung dengan Pantai Segara di sisi Utara, pantai Sindhu juga menawarkan

pesona pantai pesisir timur dengan ombak yang pecah di tengah laut lalu bergulung tenang

dan dangkal menuju bibir pantai yang berpasir putih. Pantai Sindhu merupakan pantai yang

selalu ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, pantai ini berpasir

putih dengan ombak yang tidak begitu besar. Garis pantai ini sama dengan pantai Sanur.

Banyak wisatawan datang untuk menikmati makanan dan minuman yang disajikan

disepanjang pantai ini. Aktifitas yang bisa dilakukan di pantai ini antara lain: berenang,

memancing, berjemur dan bersantai. Fasilitas yang terdapat di pantai ini Art shop, mini

Gambar 4.6. Eksisting Pantai Segara Ayu

Page 39: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

32

market, hotel dan restaurant, café, spa, rental motor boat serta area parkir yang cukup

memadai.

f. Pantai Karang

Pantai Karang berpasir putih dengan ombak yang relatif tenang, pantai ini cukup nyaman

dengan panorama yang indah menawan, di pantai ini banyak terdapat batu karang.

Keunikan lain di pantai ini adalah terdapat sebuah pura yang akan terlihat saat air laut

surut. Di pantai ini dibangun semacam sanderan yang berisi pondok-pondok kecil yang

bisa dijadikan tempat duduk-duduk menunggu matahari terbit (sunrise). Selain itu terdapat

jalan setapak yang diperuntukan bagi pejalan kaki dan sering dipergunakan sebagai arena

jogging. Banyak wisatawan asing dan domestik datang kesini untuk menikmati keadaan

sekitar pantai ini. Aktifitas yang bisa dilakukan di pantai ini antara lain : snorkling,

memancing, berjemur dan bersantai. Sejarah awal pantai ini dinamakan pantai karang,

Gambar 4.7. Eksisting Pantai Sindhu

Page 40: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

33

karena posisi pantai ini banyak terdapat batu karang, agar lebih mudah untuk diingat lalu

pantai ini dinamakan Pantai Karang.

g. Pantai Semawang

Pantai Semawang adalah sebuah tempat pelancongan pariwisata yang terkenal di pulau

Bali. Tak jauh dari Pantai Semawang terdapat juga lokasi wisata selam dan snorkling.

Karena lokasinya yang berada di sebelah timur pulau Bali, maka pantai Bali ini menjadi

lokasi yang tepat untuk menikmati sunrise atau Matahari terbit. Selain itu, ombak di pantai

ini relatif lebih tenang sehingga sangat cocok untuk ajang rekreasi pantai anak-anak dan

tidak berbahaya. Selain itu, pengunjung bisa melihat Matahari terbit dengan berenang di

pantai. Sebagian kawasan pantai ini mempunyai pasir berwarna putih yang eksotis.

Dilengkapi dengan pohon pelindung, pengunjung bisa duduk-duduk sambil menikmati

jagung bakar ataupun lumpia yang banyak dijajakan pedagang kaki lima.

Gambar 4.8. Eksisting Pantai Karang

Page 41: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

34

h. Pantai Mertasari

Pantai Mertasari ini terletak menghadap ke utara, berbeda dengan Pantai Sanur yang

menghadap ke barat. Jadi untuk melihat matahari terbit posisi matahari tidak berada seperti

di tengah pantai, namun terlihat muncul dari sebelah pesisir pantai. Pantai ini berlokasi di

Jalan Tirta Empul Sanur, atau dapat juga melalui Jalan Pengembak Sanur. Untuk mencapai

lokasi pantai dapat melalui Jalan Danau Poso Sanur kemudian belok ke selatan menuju

Jalan Pengembak dan langsung tembus ke pantai. Namun orang-orang lebih sering

melaluinya dari Jalan Danau Poso belok ke selatan menuju Jalan Sekar Waru kemudian

belok kanan lalu ketemu pertigaan dengan pohon beringin besar di tengahnya lalu belok ke

kiri dan sampailah di Pantai Mertasari. Pantai Mertasari pantai yang cocok untuk bersantai

ria, sambil mandi, berenang, berendam atau berjemur di pasir yang putih.

Gambar 4.9. Eksisting Pantai Semawang

Page 42: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

35

i. TAHURA

Tahura (Taman Hutan Rakyat) Hutan Magrove di kawasan Suwung Desa Pemogan

Denpasar Selatan. Hutan seluas 736 Ha ini dikembangkan menjadi objek wisata yang

cukup menarik dan menantang untuk dikunjungi. Tahura menjadi tempat pembibitan dan

melestarikan mangrove ini agar terjaga, karena menjadi penguat pantai yang berada di

Bali. Pesona Tahura juga disebabkan panorama khas mangrove serta telah terbangunnya

jogging track sepanjang kurang lebih 1.400 meter, bangunan menara (tower), dan shelter.

Satwa khas Tahura seperti burung, ikan, kepiting dan biawak menambah daya tarik

kawasan ini. Jogging track dimanfaatkan untuk jalan santai pengunjung. Menara (tower)

dimanfaatkan untuk melihat pemandangan di sekitar hutan mangrove dari atas. Di kawasan

ini juga ada pondok peristirahatan pada jalur jogging track sebagai tempat bersantai dan

beristirahat pengunjung guna menikmati keindahan mangrove dan satwa air.

Gambar 4.10. Eksisting Pantai Mertasari

Page 43: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

36

j. Jalan Tukad Balian

Jalan Tukad Balian termasuk kedalam wilayah Kecamatan Denpasar Selatan. Kawasan ini

merupakan kawasan yang berkembang dan mulai dipadati permukiman penduduk. Masih

terdapat lahan hijau pada kawasan yang mendukung perencanaan jalan setapak sebagai

view bagi para pejalan kaki maupun pengguna sepeda. Selain itu dapat ditemui juga para

pedagang semangka yang merupakan perwujudan pengembangan ekonomi kreatif

kerakyatan.

Gambar 4.11. Eksisting TAHURA

Page 44: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

37

k. Jalan Tukad Bilok - Tukad Nyali

Jalur jalan ini merupakan jalur jalan dengan kepaadatan penduduk yang tinggi. Jalur jalan

ini banyak dilalui kendaraan karena termasuk jalan alternative menuju pusat kota. Jalur ini

memiliki kondisi yang bervariasi. Lebar jalan berukuran antara 3 (tiga) hingga 6 (enam)

meter, dan tidak keseluruhan memiliki jalur pedestrian.

Gambar 4.12. Eksisting Jalan Tukad Balian

Page 45: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

38

l. Jalan Sedap Malam

Jalur ini merupakan jalur lanjutan dari jalan Tukad Nyali yang nantinya akan terhubung ke

Jalan Padanggalak melalui Jalan Waribang. Jalur ini merupakan jalur yang tingkat

kepadatannya cukup berkembang. Belum terdapat jalur pedestrian pada jalur ini.

Gambar 4.13. Eksisting Jalan Tukad Bilok-

Tukad Nyali

Page 46: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

39

m. Jalan Waribang

Jenis penggunaan lahan pada kawasan ini merupakan lahan pertanian yang ditanami

tumbuhan padi oleh masyarakat. Saat ini lahan telah digunakan sebagai perumahan

penduduk, gedung pertunjukan, dan hotel. Pada kawasan ini masih banyak dapat ditemui

ruang terbuka hijau yang nantinya dapat menunjang aktivitas pada jalan setapak bagi

pejalan kaki maupun pengguna sepeda.

Gambar 4.14. Eksisting Jalan Sedap Malam

Page 47: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

40

n. Jalan Padanggalak

Pada kawasan ini masih banyak dapat ditemui ruang terbuka hijau. Terdapat permukiman

penduduk pada kawasan ini, sebagian bangunan merupakan bangunan semi permanen.

Kawasan ini sedang berkembang, hal ini dapat dilihat dari mulai dibangunnya perumahan

oleh developer. Karena jalan ini merupakan jalur menuju lokasi pariwisata Pantai

Padanggalak banyak juga ditemui restoran atau rumah makan sebagai aktivitas pendukung

kegiatan pariwisata.

Gambar 4.15. Eksisting Jalan Waribang

Page 48: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

41

4.2. Analisis Kebutuhan Penanganan

a. Sistem Penghubung (Linkage System)

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada

sistem penghubung di jalur perencanaan jalan setapak. Sistem penghubung adalah sistem

yang menghubungkan berbagai jenis peruntukan lahan baik secara makro maupun mikro.

Pada sistem penghubung inilah semua aktivitas masyarakat berlangsung (Danisworo,

1980). Pada kawasan perencanaan, permasalahan yang timbul antara lain :

1) Sirkulasi yang bercampur antara pejalan kaki dengan pengguna sepeda

Hal ini sudah menjadi sesuatu yang lumrah dilihat utamanya pada kawasan perencanaan

yang terletak di tepi pantai. Fasilitas yang disediakan untuk pejalan kaki menjadi

Gambar 4.16. Eksisting Jalan Padanggalak

Page 49: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

42

tercampur penggunaannya dengan pengguna sepeda. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri

karena memang tidak disediakan pembatas antara pengguna sepeda dengan pejalan kaki

dan tidak ada regulasi yang mendukung pembedaan penggunaan fasilitas tersebut.

Gambar 4.17. Jalur Pejalan Kaki Menyatu dengan Pengguna Sepeda

2) Penataan parkir yang kurang optimal

Padatnya pengunjung dan minimnya lahan yang digunakan untuk parkir mengakibatkan

parkir memanfaatkan area-area yang ada termasuk area pejalan kaki. Tidak jarang parkir

kendaraan semrawut pada areal parkir yang telah disediakan. Hal tersebut tentunya

dapat mengganggu sirkulasi orang yang melalui area tersebut.

Gambar 4.18. Penataan Parkir pada Kawasan Penelitian

3) Kurangnya aktivitas pendukung pada area pejalan kaki

Pada beberapa lokasi di kawasan perencanaan, area pejalan kaki terlihat tampak terlalu

“polos” dalam pengertian tidak terdapat aktivitas pendukung sedikit pun. Berbeda

dengan lokasi seperti di pantai Sanur dan Sindhu yang area pejalan kakinya penuh dengan

berbagai aktivitas pendukung.

Page 50: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

43

Perlu dilakukan penyeimbangan keberadaan aktivitas pendukung di semua

lokasi yang direncanakan. Di samping dapat mendukung aktivitas yang ada di

dalamnya, juga dapat mendorong kemajuan ekonomi kreatif masyarakat.

b. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way)

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada

jalur pejalan kaki di jalur perencanaan jalan setapak. Menurut Danisworo (1980),

jalur/area pejalan kaki adalah elemen penting dalam perancangan kota, karena berperan

sebagai sistem kenyamanan dan sistem pendukung vitalitas ruang-ruang kota. Sistem

pedestrianisasi yang baik dapat mereduksi ketergantungan terhadap kendaraan di daerah

pusat kota, meningkatkan daya tarik ke pusat kota, mendukung peningkatan kualitas

lingkungan dengan sistem skala manusiawi, mendorong kegiatan komersial dan membantu

memperbaiki kualitas udara. Pada kawasan perencanaan, permasalahan yang timbul antara

lain :

1) Penggunaan jalur pejalan kaki yang tidak sesuai dengan fungsinya

Gambar 4.19. Area Pejalan Kaki yang

Minim dengan Aktivitas Pendukung

Gambar 4.20. Area Pejalan Kaki yang

Penuh dengan Aktivitas Pendukung

Page 51: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

44

Hal ini sangat umum terjadi tidak hanya pada

kawasan perencanaan. Pemanfaatan jalur pejalan

kaki diluar fungsinya sering dilakukan oleh

masyarakat. Jalur pejalan kaki selain digunakan

untuk berjalan juga dimanfaatkan sebagai lahan

parkir, tempat penampungan sampah, hingga untuk

menjemur pakaian. Pemanfaatan di luar fungsinya

sebagai suatu jalur pejalan kaki, selain

mengganggu bagi para pejalan kaki tentunya akan

merusak tampilan dari jalur pejalan kaki dan

lingkungan di sekitarnya.

2) Jalur pejalan kaki yang perlu ditata kembali

Banyak jalur pejalan kaki yang

memerlukan penataan kembali, karena

rusak, terputus dan berlubang, bahkan

pada beberapa lokasi tidak terdapat jalur

pejalan kaki.

Gambar 4.23. Jalan yang Belum Memiliki Jalur

Pejalan Kaki

Gambar 4.21. Jalur Pejalan Kaki Diserobot Parkir, Bungkusan Sampah dan Jemuran

Gambar 4.22. Trotoar yang Berlubang

Page 52: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

45

c. Ruang Terbuka Hijau dan Landscape

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada

ruang terbuka hijau dan landscape di jalur perencanaan jalan setapak. Menurut Shirvani

(1985) ruang terbuka (open space) meliputi landsekap, hardscape (jalan, trotoar, dsb)

taman dan tempat rekreasi dalam kota. Ruang kosong yang disebut super holes tidak

termasuk open space. Elemen ruang terbuka adalah taman dan plasa (square), ruang

terbuka hijau kota, termasuk pepohonan, semak-semak, tumbuh-tumbuhan, badan air,

penerangan, perkerasan, kios, pembuangan sampah, air mancur/minum, patung jam dan

sebagainya yang terdapat di dalamnya. Area pejalan kaki, rambu dan tanda termasuk

elemen ruang terbuka.

Pada kawasan perencanaan beberapa area sudah tertata dengan baik, karena terkait dengan

perdagangan tanaman hias dan aktivitas pariwisata. Akan tetapi pada beberapa area yang

khususnya terkait dengan permukiman penduduk, jalur pejalan kaki masih memerlukan

penataan dengan elemen landscape untuk menciptakan tampilan yang lebih baik dan

menarik guna menambah estetika visual ruang jalan.

d. Perabot Jalan (Street Furniture)

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan

perabot jalan (street furniture) di jalur perencanaan jalan setapak. Secara umum, elemen

perabot jalan (street furniture) terdiri atas lampu penerangan jalan, lampu taman, lampu

parkir dan pedestrian, tempat sampah, papan informasi, bangku taman, halte, rambu lalu

lintas, dan pos keamanan. Pada kawasan perencanaan permasalahan yang timbul adalah

perlunya penataan kembali terhadap papan informasi, lampu penerangan jalan dan lampu

taman, dan tempat sampah.

Gambar 4.24. Tampilan RTH dan Landscape

yang Dapat Dikembangkan

Gambar 4.25. Area Pejalan Kaki Dibuat

secara Pribadi dan Perlu Ditata Lebih Baik

Page 53: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

46

e. Petanda (Signage)

Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan

petanda (signage) di jalur perencanaan jalan setapak. Dari segi perencanaan, papan

nama/reklame/informasi perlu diatur agar terjalin kecocokan lingkungan, pengurangan

dampak visual negatif, mengurangi kebingungan dan kompetisi antara papan informasi

publik dan papan reklame. Papan nama/reklame yang dirancang baik akan menambah

kualitas tampilan bangunan dan memberi kejelasan informasi usaha. Pada kawasan

perencanaan permasalahan yang timbul adalah papan informasi serta papan nama jalan dan

petunjuk arah yang perlu di-redesign kembali agar dapat lebih jelas dan informatif.

Gambar 4.26. Lampu Penerangan dan Rambu yang Perlu di-Redesign

Gambar 4.27. Pos Jaga dan Tempat Pembuangan Sampah yang Perlu Ditata

Page 54: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

47

Sedangkan untuk papan reklame perlu ditata agar tidak mengganggu tampilan lingkungan

sekitarnya.

4.3. Visi Penataan

a. Dasar Pertimbangan

Dasar pertimbangan dalam menentukan rumusan konsep dasar penataan Jalan Setapak

Sanur adalah :

1) Visi dan Misi Pembangunan Kota Denpasar

Tata ruang Kota Denpasar merupakan salah satu faktor kenyamanan bagi penduduk

yang tinggal maupun beraktivitas di Kota Denpasar. Kenyamanan ini ditentukan oleh

elemen-elemen tata ruang seperti cukupnya ruang terbuka hijau baik publik maupun

privat, fasilitas umum yang memadai, kualitas udara yang baik, prasarana mencukupi

kebutuhan, lalu lintas tidak macet, dan keamanan di jalan umum. Berdasarkan visi dan

misi pembangunan Kota Denpasar dalam kaitannya dengan perencanaan Kawasan Jalan

Setapak Sanur sangat penting dilakukan upaya penyelasarasan antara fungsi-fungsi

kegiatan pariwisata, pertanian, dan industri kecil unggulan serta adanya upaya

peningkatan sarana dan prasarana pendukung untuk mendorong pengembangan

ekonomi kerakyatan.

2) Fungsi Strategis Kawasan Sanur

Wilayah kawasan strategis Sanur mencakup 3 (tiga) desa/kelurahan yaitu Desa Sanur

Kaja, Kelurahan Sanur dan Desa Sanur Kauh. Ragam variasi kegiatan yang ada

Gambar 4.28. Papan Nama Jalan, Petunjuk Arah dan Papan Informasi yang Perlu di-

Redesign

Page 55: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

48

utamanya pariwisata sangat strategis dalam upaya pengembangan tingkat perekonomian

kawasan ini pada khususnya. Pariwisata memiliki peran sentral dalam menciptakan

kualitas hidup masyarakat yang tidak hanya terbatas pada perekonomian, tetapi juga

kesejahteraan secara luas. Sanur yang solid menjaga sinergitas pariwisata, potensi

alam, seni budaya dan kreativitas warganya telah mampu menjadikan kawasan itu

sebagai desa pariwisata terkenal di mata dunia.

3) Koneksitas Kawasan Pariwisata Sanur dengan Kawasan Sekitar

Beragam aktivitas yang terjadi di Kawasan Sanur sedikit tidaknya akan berdampak

terhadap kawasan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena kawasan sekitarnya

berfungsi sebagai penghubung untuk mencapai Kawasan Sanur. Dalam kaitannya

sebagai penghubung tentunya akan bertumbuh berbagai fasilitas pendukung kegiatan

utama di Kawasan Sanur. Sehubungan dengan perencanaan Penataan Kawasan Jalan

Setapak Sanur, maka kawasan sekitar yang digunakan sebagai jalur jalan setapak

tentunya adalah kawasan yang mendukung terciptanya fasilitas yang dapat

dimanfaatkan secara baik dan berfungsi maksimal.

4) Kebutuhan Rekreasi dan Olahraga Masyarakat dan Wisatawan

Seperti diketahui, Kota Denpasar adalah kota yang padat penduduk dan cukup minim

tempat rekreasi apabila dibandingkan dengan Kabupaten Badung yang memiliki sangat

banyak tempat rekreasi strategis. Kawasan Sanur sebagai salah satu tempat pariwisata

favorit dan terkenal hingga ke manca negara, saat ini akan dioptimalkan

pemanfaatannya dengan perencanaan suatu sarana rekreasi sekaligus olahraga bagi

masyarakat dan wisatawan

5) Isu Perbaikan dan Penyelamatan Lingkungan

Perubahan iklim yang drastis dewasa ini berdampak negatif terhadap kondisi

lingkungan hidup. Selain itu aktivitas masyarakat perkotaan juga berdampak kepada

lingkungan. Berdasarkan hal tersebut harus dilakukan tindakan nyata yang mampu

menyelamatkan dan memperbaiki lingkungan meskipun secara bertahap. Sehingga

kedepannya lingkungan dapat kembali menjadi bersahabat dan dapat dimanfaatkan

secara berkelanjutan.

6) Mencegah Pembukaan Kawasan Baru

Ibarat pepatah “ada gula ada semut”, maka setiap pembukaan jalan baru sudah dapat

dipastikan akan berkembang menjadi sebuah kawasan hunian baru. Guna mencegah hal

Page 56: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

49

tersebut, dalam kegiatan Penataan Kawasan Jalan Setapak Sanur sangat dihindari

adanya pembebasan lahan untuk pembuatan jalan baru. Pengembangan jalan setapak

untuk kegiatan bersepeda dan berjalan kaki, seoptimal mungkin akan memanfaatkan

jaringan jalan yang sudah ada. Untuk jalan yang kondisinya tidak memungkinkan

ditambahkan jalur bersepeda, dapat ditata melalui pemasangan signage (petanda) dan

rambu lalu lintas pendukung kelancaran pergerakan. Dengan demikian, kemungkinan

konflik yang timbul akibat pembebasan lahan dapat dihindari.

b. Konsep Dasar

Penentuan konsep dasar dalam perencanaan Penataan Kawasan Jalan Setapak Sanur

didasarkan pada pertimbangan berbagai isu dan permasalahan terkait kepariwisataan dan

lingkungan, serta kebutuhan masyarakat akan kegiatan rekreasi dan olahraga. Di samping

itu, rumusan visi dan misi Kota Denpasar juga merupakan landasan dalam menetapkan

konsep dasar dalam kegiatan perencanaan Penataan Kawasan Jalan Setapak Sanur ini.

Untuk memadukan kegiatan olahraga dan rekreasi, maka konsep dasar dalam kegiatan ini

dapat ditetapkan sebagai berikut, yaitu :

”Membangun linkage system antara Kawasan Pariwisata Sanur dengan

lingkungan sekitar melalui pengembangan jalan setapak (jogging track) dan

jalur bersepeda sebagai wahana olahraga, rekreasi, dan pengenalan

lingkungan”.

c. Konsep Pengembangan

Sama halnya dengan konsep dasar, penentuan konsep pengembangan terkait perencanaan

Penataan Kawasan Jalan Setapak Sanur ini juga didasarkan atas berbagai permasalahan

bidang pariwisata, lingkungan serta kebutuhan masyarakat akan suatu fasilitas rekreasi dan

olahraga yang cukup minim di Kota Denpasar. Berdasarkan hal tersebut maka kemudian

ditentukan bahwa konsep pengembangan dari perencanaan Penataan Kawasan Jalan

Setapak Sanur ini adalah “Jalan Setapak yang HUMANIS, DINAMIS dan

BERKELANJUTAN”.

Konsep pengembangan ini kemudian dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu :

1) Humanis

Pengertian humanis dalam konsep pengembangan tersebut adalah bahwa dalam

perencanaan Penataan Kawasan Jalan Setapak Sanur ini manusia diposisikan sebagai

Page 57: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

50

“raja” dalam aktivitasnya bersirkulasi. Karena seperti diketahui, keberadaan jalur

pejalan kaki saat ini, kenyataannya tidak hanya berfungsi untuk pejalan kaki tetapi juga

untuk berbagai aktifitas yang tidak seharusnya, seperti parkir kendaraan, penampungan

sampah, tempat pedagang kaki lima berjualan bahkan sering digunakan sebagai jalur

kendaraan bermotor ketika terjadi kemacetan. Menilik hal tersebut, dengan menjadikan

manusia sebagai raja, maka manusia akan bertindak sebagai pelaku utama pada jalan

setapak tersebut. Untuk mendukung hal tersebut maka juga diperlukan regulasi

pendukung. Selain itu juga humanis memiliki pengertian desain dari perencanaannya

bersifat alami dan manusiawi.

2) Dinamis

Dinamis memiliki pengertian bahwa jalan setapak ini dapat melewati beragam

peruntukan sepanjang masih memiliki keterkaitan dan saling mendukung untuk

pengoptimalan fungsi tersebut. Dinamis disini juga memiliki pengertian bahwa

perencanaan jalan setapak ini melalui beragam karakter bentang alam terkait deliniasi

lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Berkelanjutan

Berkelanjutan memiliki pengertian dilihat dari rute jalur jalan setapak yang menerus,

melingkar dan kembali bertemu di titik awal dimulainya rute tersebut. Berkelanjutan

juga bermakna bahwa perencanaan ini tetap berusaha untuk mengenal dan menjada

kelestarian lingkungan yang ada.

4.4. Konsep Rencana Penataan

Konsep rencana penataan akan terbagi dalam beberapa sub bab yang akan dijabarkan

sebagai berikut :

a. Sistem Penghubung (Linkage System)

Konsep rencana penataan sistem penghubung (linkage system) dapat diterjemahkan

sebagai berikut :

1) Mendukung visi penataan kawasan.

2) Menjamin keterkaitan sistem sirkulasi antar fungsi, antar wilayah (segmen) dan

kelancaran pergerakan sepanjang rute jalan setapak.

3) Saling mendukung antara sirkulasi eksternal (jalan raya) dengan internal jalan setapak,

terutama dalam mengakses angkutan umum dan Trans Sarbagita.

Page 58: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

51

4) Memberikan pencapaian yang mudah dan jelas.

5) Mengupayakan pemisahan/pengaturan antara sirkulasi pejalan kaki, sepeda dan

kendaraan bermotor.

6) Sirkulasi jalan setapak memungkinkan pencapaian bagi kendaraan darurat, kebutuhan

pemeliharaan, dan pelayanan.

7) Mengupayakan keterpaduan sistem dan sarana parkir.

8) Sirkulasi yang dilengkapi dengan elemen signage dan street furniture.

b. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way)

Konsep rencana penataan jalur pejalan kaki (pedestrian way) dapat diterjemahkan sebagai

berikut :

1) Memisahkan jalur berjalan kaki (jogging track) dengan bersepeda (perbedaan level,

material, warna, petanda, dan lain-lain).

2) Menjaga hubungan yang harmonis dan serasi antar fungsi peruntukan guna mendukung

pengembangan lingkungan dan kawasan.

3) Menjaga kontinyuitas pergerakan sepanjang jalan setapak yang direncanakan.

4) Mengakomodasi jalur pejalan kaki yang sudah ada termasuk beberapa rencana usulan

pengembangan jalan setapak yang sudah ada di wilayah perencanaan.

5) Memanfaatkan lampu pengatur lalu lintas (traffic light) yang sudah ada, untuk kegiatan

menyeberang di Jalan Bypass Ngurah Rai.

6) Terintegrasi dengan penataan ruang terbuka hijau dan landscape, perabot jalan dan

petanda.

c. Ruang Terbuka Hijau dan Landscape

Konsep rencana penataan ruang terbuka hijau dan landscape dapat diterjemahkan sebagai

berikut :

1) Akomodatif terhadap rencana kebutuhan dan kemungkinan pengembangan.

2) Menghadirkan ruang-ruang publik yang manusiawi dalam khasanah budaya Bali.

3) Mampu menampung pertumbuhan kegiatan kawasan yang bervariasi seperti olahraga

dan rekreasi.

4) Menunjang keberlangsungan proses ekologis ekosistem kawasan.

5) Konservasi landscape bersifat khusus.

6) Mendukung terjadinya interaksi.

Page 59: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

52

d. Perabot Jalan (Street Furniture)

Konsep rencana penataan perabot jalan (street furniture) dapat diterjemahkan sebagai

berikut :

1) Lampu jalan, lampu pedestrian, lampu taman dan parkir

Menambah daya tarik kawasan, pendukung kegiatan, pendukung ketertiban kawasan,

membantu kelancaran pergerakan dan memperkuat citra kawasan.

2) Tempat sampah

Menampung sampah dari sumber timbulan pertama dalam skala kecil, menjaga

kebersihan kawasan secara keseluruhan , menanamkan budaya bersih.

3) Papan informasi

Sebagai media yang bersifat informasi mengenai ketentuan-ketentuan yang berlaku

pada kawasan serta informasi kegiatan pariwisata, dan salah satu media untuk

mensosialisasikan rencana tata ruang.

4) Bangku taman

Mendukung kegiatan di wilayah perencanaan, dan sebagai tempat beristirahat sejenak

setelah beraktivitas.

5) Rambu lalu lintas

Memberikan kejelasan dan ketegasan bagi pengguna jalan tentang arah, peringatan, dan

larangan, serta memberikan informasi awal bagi pengguna jalan untuk mempersiapkan

diri tentang keadaan yang akan dilalui atau memudahkan memahami situasi.

6) Pos keamanan

Menciptakan rasa aman dan nyaman di wilayah perencanaan, elemen pendukung

ketertiban kawasan, pendukung kegiatan, dan memperkuat citra kawasan.

e. Petanda (Signage)

Konsep rencana penataan petanda (signage) dapat diterjemahkan sebagai berikut :

1) Pengaturan petanda secara umum

Penetapan dimensi (ukuran) maksimal.

Penyeragaman dimensi (ukuran).

Petanda berukuran “raksasa” penempatannya harus ditetapkan melalui berbagai

pertimbangan dan kajian teknis.

Page 60: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

53

Desain mampu menampilkan karakter khas lingkungan bernuansa Bali.

Desain tidak memunculkan kesan persaingan dan saling mendominasi dengan rambu

lalu lintas.

Bahan dasar mampu mencegah dan mengurangi efek silau sehingga lebih informatif.

Background mampu menciptakan kesan harmoni dan adanya suatu unity (kesatuan).

2) Pengaturan petanda pada Lingkungan

Pengaturan jarak memadai untuk memudahkan para pengendara menangkap

informasi yang disampaikan.

Tidak mengganggu pandangan visual, keamanan, dan kenyamanan para pejalan kaki.

Mudah terbaca dan informatif serta terintegrasi dengan elemen fisik di sekitarnya.

Fleksibel terhadap perubahan dan penambahan sehingga biaya perombakan dapat

ditekan.

Ukuran dan perletakan tidak menghalangi pandangan ke arah panorama alam.

Awet dan tahan terhadap pengaruh cuaca serta mudah dan murah dalam

pemeliharaan.

Dihindari kemungkinan terjadinya vandalisme/perusakan.

3) Pengaturan petanda pada Bangunan

Penempatan tidak menutupi lebih dari setengah fasade (wajah/muka) bangunan.

Rancangan desain harus mempertimbangkan faktor skala, proporsi, unity (kesatuan),

dan harmoni dengan arsitektur bangunannya.

Penggunaan lampu yang berwarna-warni dan berkedap-kedip harus diupayakan

dapat mencegah efek silau.

4.5. Konsep Rute Jalur Jalan Setapak

a. Dasar Pertimbangan

1) Seoptimal mungkin mengikuti jalur jalan setapak, baik untuk pejalan kaki dan kegiatan

bersepeda yang sudah ada di wilayah perencanaan.

2) Terintegrasi dengan program dan rencana pengembangan jalur sepeda yang sudah

diusulkan oleh Eco-Sanur dan Yayasan Pembangunan Sanur melalui program “Sanur

Desa Sepeda” dan pihak-pihak lain yang berkompeten.

3) Memanfaatkan lampu pengatur lalu lintas (traffic light) yang sudah ada, untuk kegiatan

menyeberang di Jalan Bypass Ngurah Rai.

4) Mampu mewadahi kebutuhan para stakeholder.

Page 61: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

54

b. Konsep Pembagian Segmen

Mengingat panjangnya rute yang harus dilalui, konsep rute jalur jalan setapak selanjutnya

akan membagi wilayah penelitian menjadi 18 segmen dengan kriteria sebagai berikut :

1) Karakteristik fisik, visual, dan aktivitas yang menjadi ciri di masing-masing kawasan.

2) Adanya peralihan atau perubahan yang terjadi, baik karena perbedaan karakter, adanya

persimpangan jalan termasuk perbedaan identitas/nama jalan.

3) Memudahkan dalam penataan dan pengembangan jalur jalan setapak termasuk

menyiapkan fasilitas pendukung.

Konsep rute jalur jalan setapak yang dibagi atas 18 segmen disajikan pada Tabel 4.1 dan

Gambar 4.29.

Tabel 4.1. Konsep Pembagian Segmen dan Panjang Rute Jalur Jalan Setapak

No Nama Segmen Panjang

(Km)

Segmen 1 Pantai Padanggalak 1,64

Segmen 2 Pantai Matahari Terbit - Pantai Sanur 1,15

Segmen 3 Pantai Segara - Pantai Sindhu - Pantai Karang 2,31

Segmen 4 Pantai Semawang - Pantai Kusumasari 1,56

Segmen 5 Pantai Mertasari - TAHURA 1,38

Segmen 6 Jalan Pengembak - Jalan Mertasari 0,67

Segmen 7 Jalan Sekarwaru - Jalan Danau Poso 0,44

Segmen 8 Jalan Tirtanadi I - Jalan Bypass Ngurah Rai - Jalan Tirtanadi II 0,78

Segmen 9 Jalan Kutat Lestari - Gang VI 0,77

Segmen 10 Jalan di Pinggir Sungai 0,40

Segmen 11 Jembatan - Jalan Danau Tempe I - Jalan Danau Tempe 1,24

Segmen 12 Jalan Tukad Balian 2,96

Segmen 13 Jalan Tukad Bilok 1,13

Segmen 14 Jalan Tukad Nyali 0,90

Segmen 15 Jalan Sedap Malam 2,88

Segmen 16 Rurung Bangke 0,22

Segmen 17 Jalan Waribang 1,20

Segmen 18 Jalan Padanggalak 1,35

Total Panjang Rute 22,98

Page 62: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

55

c. Konsep Klasifikasi Rute

Panjang rute jalur jalan setapak secara keseluruhan adalah 22,98 Km. Melalui

pertimbangan kondisi fisik dan usia para pelaku kegiatan bersepeda dan berjalan kaki yang

berbeda-beda, kiranya perlu juga dipersiapkan pembagian rute jalur jalan setapak dengan

perbedaan klasifikasi jarak, yaitu rute jarak pendek, rute jarak menengah (sedang), dan rute

jarak jauh.

Pembagian lokasi (segmen) dan jarak masing-masing klasifikasi rute jalur jalan setapak

disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Konsep Pembagian Jarak Rute Jalur Jalan Setapak

No Klasifikasi Rute Segmen Panjang

(Km)

1 Rute Jarak Pendek 1. Pantai Padanggalak 1,64

(Bervariasi antara 2. Pantai Matahari Terbit - Pantai Sanur 1,15

1,15 Km s/d 2,31 Km) 3. Pantai Segara - Pantai Sindhu - Pantai Karang 2,31

4. Pantai Semawang - Pantai Kusumasari 1,56

5. Pantai Mertasari - TAHURA 1,38

Gambar 4.29. Konsep Pengembangan

Rute Jalur Jalan Setapak

Page 63: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

56

2 Rute Jarak Menengah Segmen 1 : Pantai Padanggalak sampai dengan 10,70

Segmen 9 : Jalan Kutat Lestari - Gang VI

3 Rute Jarak Jauh Segmen 1 : Pantai Padanggalak sampai dengan 22,98

Segmen 18 : Jalan Padanggalak

4.6. Pendekatan Perencanaan

a.Elemen Penataan

Untuk memudahkan menyusun rencana Penataan Kawasan Jalan Setapak Sanur, maka

elemen penataan jalan setapak akan dibagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu :

1) Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way)

Merupakan area bagi para pejalan kaki yang seharusnya terpisah dengan jalur sepeda

dan kendaraan bermotor.

2) Jalur/Trek Sepeda

Merupakan area khusus untuk kegiatan bersepeda yang seharusnya dipisahkan dengan

kegiatan para pejalan kaki dan jalur kendaran bermotor.

3) Elemen dan Fasilitas Pendukung

Merupakan unsur-unsur dari sistem penghubung (linkage system) berupa elemen dan

fasilitas pendukung yang membantu kegiatan berjalan kaki dan bersepeda agar dapat

berlangsung dengan tertib, aman, nyaman, lancar, dan menyenangkan yang terdiri atas :

a) Elemen pendukung, yaitu :

Ruang terbuka hijau dan landscape.

Perabot jalan (street furniture), berupa :

- Lampu penerangan jalan, lampu pedestrian, lampu parkir dan lampu taman.

- Tempat sampah.

- Papan informasi.

- Bangku taman.

- Rambu lalu lintas.

- Cermin tikungan (convex mirror)/ safety mirror.

- Pos keamanan.

Petanda (signage), berupa :

- Nama jalan.

- Penunjuk arah.

- Signboard (papan nama).

Page 64: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

57

- Reklame/iklan.

b) Fasilitas pendukung, yaitu :

Area parkir sepeda.

Tempat istirahat (rest area).

Bale bengong.

Toilet umum.

b. Dasar Pertimbangan

Perencanaan jalur pejalan kaki, jalur bersepeda, elemen dan fasilitas pendukung tentunya

harus berpijak pada kondisi riil di Wilayah Penelitian. Untuk itu, dasar pertimbangan yang

digunakan dalam menentukan program penataan adalah :

1) Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way)

a) Hanya terdapat di segmen 1 : Pantai Padanggalak sampai dengan segmen 5 : Pantai

Mertasari-TAHURA dengan dimensi dan kondisi yang beragam.

b) Dari segmen 6 : Jalan Pengembak-Jalan Mertasari hingga segmen 18 : Jalan

Padanggalak, hanya beberapa segmen (ruas jalan) yang memiliki trotoar sebagai jalur

untuk pejalan kaki dengan kondisi yang tidak representatif.

2) Jalur/Trek Sepeda

a) Tersedia jalur sepeda secara parsial dari segmen 1 : Pantai Padanggalak hingga

Pantai Segara yang masih menyatu dengan jalur pejalan kaki.

b) Sudah ada rencana jalur sepeda yang mencakup Kawasan Strategis Pariwisata

Nasional (KSPN) Sanur oleh Yayasan Pembangunan Sanur dan Eco-Sanur melalui

program “Sanur Desa Sepeda”.

c) Kegiatan bersepeda di segmen yang lain memanfaatkan jalan umum dan berbaur

dengan lalu lintas kendaraan bermotor.

3) Elemen dan Fasilitas Pendukung

Saat ini elemen dan fasilitas pendukung kegiatan berjalan kaki dan bersepeda baru

tersedia secara parsial di beberapa segmen dan belum mencakup seluruh segmen di

Wilayah Perencanaan. Kondisinya juga sangat beragam sehingga perlu penataan

kembali (re-design) fasilitas yang sudah ada dan pengembangan fasilitas baru.

c. Program Penataan

Berpijak pada kondisi riil di Wilayah Penelitian dan dasar pertimbangan yang digunakan,

program penataan Kawasan Jalan Setapak Sanur dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu :

Page 65: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

58

1) Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way)

a) Re-design jalur pejalan kaki yang sudah ada dan semaksimal mungkin memisahkan

dengan jalur bersepeda.

b) Merencanakan pembangunan jalur pejalan kaki dan trotoar di sisi ruas jalan umum

yang terintegrasi dengan saluran drainase.

c) Melengkapi kegiatan re-design dan pembangunan baru jalur pejalan kaki (trotoar)

dengan elemen dan fasilitas pendukung.

2) Jalur/Trek Sepeda

a) Re-design jalur bersepeda yang sudah ada dan semaksimal mungkin memisahkan

dengan jalur pejalan kaki.

b) Merencanakan pembangunan baru jalur bersepeda di pinggir pantai sesuai dengan

ketentuan dan rekomendas dari Balai Wilayah Sungai.

c) Memanfaatkan jalan umum pada segmen tertentu yang tidak memungkinkan untuk

membangun jalur khusus bersepeda, dilengkapi dengan tanda pembagian jalur dan

elemen pendukung lainnya.

d) Menggunakan jalur-jalur sepeda yang sudah ada dan usulan pengembangan jalur

sepeda oleh Yayasan Pembangunan Sanur dan Eco-Sanur melalui program “Sanur

Desa Sepeda”

e) Melengkapi kegiatan re-design dan pembangunan baru jalur pejalan bersepeda

dengan elemen dan fasilitas pendukung.

3) Elemen dan Fasilitas Pendukung

Penataan, pengembangan, dan pembangunan baru elemen dan fasilitas pendukung yang

dibutuhkan, agar kegiatan berjalan kaki dan bersepeda dapat berlangsung tertib, aman,

nyaman, lancar, dan menyenangkan

4.7. Rencana Makro

a. Dasar Pertimbangan

Rencana makro pengembangan jalan setapak telah membagi Wilayah Penelitian menjadi

18 segmen dengan karakteristik fisik dan kegiatan masing-masing. Namun demikian,

berdasarkan pertimbangan yang telah diuraikan pada pendekatan perencanaan, nampak

bahwa kondisi elemen penataan di masing-masing segmen sangat beragam, baik dimensi,

material maupun kemungkinan dalam pengembangan.

Page 66: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

59

Untuk itu, rencana makro pengembangan jalur pejalan kaki dan jalur bersepeda di Wilayah

Penelitian didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut, yaitu :

1) Jalur bersepeda saat ini secara parsial hanya terdapat dari segmen 1 : Pantai

Padanggalak hingga Pantai Segara dan masih menyatu dengan jalur pejalan kaki.

2) Rekomendasi dari Balai Wilayah Sungai hanya mengijinkan pembangunan jalur

bersepeda sepanjang pinggir pantai berada di sisi dalam dari jalur pejalan kaki yang

sudah ada, artinya hanya direkomendasikan untuk membangun jalur sepeda di area

property milik private (pribadi).

3) Usulan masyarakat melalui Yayasan Pembangunan Sanur dan Eco-Sanur mengharapkan

agar kegiatan bersepeda tidak melewati atau tidak melalui Pantai Sindhu.

b. Rencana Rute Jalur Pejalan Kaki

Dasar pertimbangan di atas mengindikasikan, bahwa di semua segmen Wilayah Penelitian

tidak dijumpai adanya masalah dalam pengembangan jalur pejalan kaki. Sehingga rute

jalur pejalan kaki direncanakan melalui seluruh (18) segmen yang ada, yaitu mulai dari

segmen 1 : Pantai Padanggalak terus berlanjut hingga ke segmen 18 : Jalan Padanggalak

sepanjang +22,98 Km. Rencana rute jalur pejalan kaki ini dapat dilihat pada Gambar 4.30.

c. Rencana Rute Jalur Sepeda

Adanya beberapa pertimbangan yang terkait dengan kondisi riil di lapangan, kendala

teknis, rekomendasi dari institusi yang berwenang, usulan masyarakat, dan lain-lain,

tentunya akan menyulitkan dalam merencanakan rute jalur sepeda sesuai dengan konsep

yaitu melalui 18 segmen yang telah ditetapkan. Untuk mengakomodasi kebutuhan

pengembangan jalur sepeda dengan tetap berpijak pada dasar pertimbangan yang ada,

maka rencana rute jalur sepeda adalah : segmen 1 (pantai Padanggalak) - Pantai Segara -

Jalan Segara Ayu - Jalan Danau Toba - Jalan Danau Tamblingan - Jalan Cemara - Jalan

Mertasari -Pantai Mertasari - Segmen 5 (Pantai Mertasari-TAHURA) sampai dengan

segmen 18 (Jalan Padanggalak).

Panjang rute jalur sepeda direncanakan +24,36 Km dan dapat dilihat pada Gambar 4.30.

Page 67: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

60

4.8. Rencana Mikro

a. Rencana 2 Jalur (Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda)

1) Jalur pejalan kaki terpisah dengan jalur sepeda.

2) Lokasi penataan : Segmen 1 (Pantai Padanggalak), Segmen 2 (Pantai Sanur),

sebagian Segmen 3 (Pantai Segara-Pantai Sindhu-Pantai Karang) dan sebagian

Segmen 5 (Pantai Mertasari-TAHURA).

Gambar 4.30. Rencana Makro Pengembangan Rute Jalur Pejalan

Kaki dan Rute Jalur Sepeda

Rute Jalur Sepeda

Rute Jalur Pejalan Kaki

Page 68: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

61

b. Rencana 2 Jalur (Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda); Peninggian 1 Meter

1) Jalur pejalan kaki terpisah dengan jalur sepeda.

2) Lokasi penataan : Segmen 2 (Pantai Matahari Terbit).

c. Rencana 1 Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki)

1) Khusus jalur pedestrian (pejalan kaki).

2) Lokasi penataan : Segmen 3 (Pantai Segara-Pantai Sindhu-Pantai Karang) dan

Segmen 4 (Pantai Semawang - Pantai Kusumasari).

Gambar 4.31. Potongan Rencana 2 Jalur

Gambar 4.32. Potongan Rencana 2 Jalur dengan Peninggian 1 Meter

Page 69: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

62

d. Rencana 1 Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan 1 Jalur Sepeda

1) Jalur pedestrian (pejalan kaki) menggunakan trotoar dan jalur sepeda menggunakan

jalan umum dengan pengaturan penanda dan kelengkapan rambu lalu lintas.

2) Lokasi penataan : Segmen 6 (Jalan Pengembak-Jalan Mertasari), Segmen 7 (Jalan

Sekarwaru-Jalan Danau Poso), Segmen 8 (Jalan Tirtanadi I-Jalan Bypass Ngurah

Rai-Jalan Tirtanadi II), Segmen 9 (Jalan Kutat Lestari), Segmen 11 (Jembatan-Jalan

Danau Tempe I Jalan Danau Tempe), Segmen 12 (Jalan Tukad Balian), Segmen 13

(Jalan Tukad Bilok), Segmen 14 (sebagian Jalan Tukad Nyali), Segmen 15 (Jalan

Sedap Malam), Segmen 17 (Jalan Waribang), dan Segmen 18 (Jalan Padanggalak).

Gambar 4.33. Potongan Rencana 1 Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki)

Gambar 4.34. Potongan Rencana 1 Jalur

Pedestrian (Pejalan Kaki) dan 1 Jalur Sepeda

Page 70: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

63

e. Rencana Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda (Jalan Lebar 3 M)

1) Jalur pedestrian (pejalan kaki) dan jalur sepeda menggunakan jalan umum (lebar 3

meter) dengan pengaturan penanda dan kelengkapan rambu lalu lintas.

2) Lokasi penataan : Segmen 9 (Jalan Kutat Lestari Gang VI) dan Segmen 10 (jalan di

Pinggir Sungai).

f. Rencana Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda (Jalan Lebar 3,5 M)

1) Jalur pedestrian (pejalan kaki) dan jalur sepeda menggunakan jalan umum (lebar 3,5

meter) dengan pengaturan penanda dan kelengkapan rambu lalu lintas.

2) Lokasi penataan : Segmen 11 (Jalan Danau Tempe I) dan Segmen 14 (sebagian Jalan

Tukad Nyali).

Gambar 4.35. Potongan Rencana Jalur Pedestrian

(Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda di Jalan Raya 3 Meter

Gambar 4.36. Potongan Rencana Jalur Pedestrian

(Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda di Jalan Raya 3,5 Meter

Page 71: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

64

g. Rencana Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda (Jalan Lebar 2 M)

1) Jalur pedestrian (pejalan kaki) dan jalur sepeda menggunakan jalan umum/gang

(lebar 2 meter) dengan pengaturan penanda dan kelengkapan rambu lalu lintas.

2) Lokasi penataan : Segmen 16 (Rurung Bangke).

Gambar 4.37. Potongan Rencana Jalur Pedestrian

(Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda di Gang 2 Meter

Page 72: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka beberapa hal yang dapat

disimpulkan dari penelitian ini antara lain :

a. Visi penataan Jalan Setapak Sanur didasarkan atas pertimbangan, yaitu : 1) Visi dan

Misi Pembangunan Kota Denpasar; 2) Fungsi Strategis Kawasan Sanur; 3) Koneksitas

Kawasan Pariwisata Sanur dengan Kawasan Sekitar; 4) Kebutuhan Rekreasi dan

Olahraga Masyarakat dan Wisatawan; 5) Isu Perbaikan dan Penyelamatan Lingkungan;

dan 6) Mencegah Pembukaan Kawasan Baru.

b. Konsep dasar penataan Jalan Setapak Sanur adalah membangun linkage system antara

Kawasan Pariwisata Sanur dengan lingkungan sekitar melalui pengembangan jalan

setapak (jogging track) dan jalur bersepeda sebagai wahana olahraga, rekreasi, dan

pengenalan lingkungan.

c. Konsep pengembangan Jalan Setapak Sanur adalah mewujudkan Jalan Setapak yang

Humanis, Dinamis dan Berkelanjutan.

d. Panjang rute jalur jalan setapak secara keseluruhan adalah 22,98 Km dibagi menjadi 18

segmen.

e. Melalui pertimbangan kondisi fisik dan usia para pelaku kegiatan bersepeda dan

berjalan kaki yang berbeda-beda, maka dipersiapkan juga pembagian rute jalur jalan

setapak dengan perbedaan klasifikasi jarak, yaitu rute jarak pendek, rute jarak

menengah (sedang), dan rute jarak jauh.

f. Elemen penataan Jalan Setapak Sanur terdiri atas Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Way),

Jalur/Trek Sepeda, serta Elemen dan Fasilitas Pendukung.

g. Rencana makro penataan Jalan Setapak Sanur mencakup Rencana Rute Jalur Pejalan

Kaki dan Rencana Rute Jalur Sepeda.

h. Rencana mikro penataan Jalan Setapak Sanur secara teknis terdiri atas : i) Rencana 2

Jalur (Jalur Pejalan Kaki dan Jalur Sepeda); ii) Rencana 2 Jalur (Jalur Pejalan Kaki dan

Page 73: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

66

Jalur Sepeda); Peninggian 1 Meter; iii) Rencana 1 Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki); iv)

Rencana 1 Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan 1 Jalur Sepeda; v) Rencana Jalur

Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda (Jalan Lebar 3 M); vi) Rencana Jalur

Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda (Jalan Lebar 3,5 M); dan vii) Rencana

Jalur Pedestrian (Pejalan Kaki) dan Jalur Sepeda (Jalan Lebar 2 M)

5.2. Saran

Sejalan dengan ditetapkannya Kawasan Sanur menjadi salah satu Kawasan Strategis

Pariwisata Nasional (KSPN) yang ada di Bali, maka kawasan ini memiliki pengaruh

signifikan dalam perkembangan perekonomian Kota Denpasar. Sebagai kawasan yang

memiliki wilayah pantai yang bernilai rekreasi/pariwisata, maka pengembangan jalan

setapak di sepanjang Pantai Sanur harus terus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.

Untuk itu, beberapa saran yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut :

a. Penataan dan pengembangan Jalan Setapak Sanur wajib memberikan keamanan dan

kenyamanan bagi para pejalan kaki dari gangguan aktivitas bersepeda.

b. Pengembangan Jalan Setapak Sanur wajib dirancang terintegrasi dengan sistem

pergerakan yang terdapat di KSPN Sanur.

c. Pengembangan Jalan Setapak Sanur wajib disertai dengan penyiapan sarana, prasarana,

infrastruktur, dan fasilitas pendukung seperti RTH dan landscape, street furniture

(perabot jalan), dan elemen signage (penanda).

d. Rencana penataan dan pengembangan Jalan Setapak Sanur harus dilakukan secara

komprehensif dan menyeluruh dengan melibatkan para stakeholder yang mempunyai

kepentingan terhadap KSPN Sanur.

e. Pemerintah Kota Denpasar melalui dinas/instansi terkait wajib memberikan dukungan

penuh bagi pengembangan KSPN Sanur termasuk penataan dan pengembangan jalan

setapak di sepanjang wilayah pantai.

Page 74: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

67

DAFTAR PUSTAKA

Danisworo, Muhammad, 1980, Konseptualisasi Gagasan dan Upaya Penanganan Proyek

Peremajaan Kota; Pembangunan Kembali (Redevelopment) sebagai Fokus, Jurusan

Arsitektur, ITB, Bandung.

Darmawan, Edy, 2005, Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang.

Departemen Pekerjaan Umum, 1986, Kriteria Perencanaan bagian Bangunan KP-04, CV.

Galang Persada, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Perkotaan.

Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan Pelaksanaan Pengadaan

Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006, tentang Jalan.

Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional.

Peraturan Pemerintah RI No. 15 Tahun 2010, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah RI No. 79 Tahun 2013, tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

Peraturan Presiden RI No. 51 Tahun 2014, tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden RI

No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar,

Badung, Gianyar, dan Tabanan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 01 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006, tentang Persyaratan Teknis

Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis

Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008, tentang Pedoman Penyediaan

dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 5 Tahun 2005, tentang Arsitektur Bangunan Gedung.

Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Bali.

Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011-2031.

Page 75: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

68

Peraturan Walikota Denpasar No. 6 Tahun 2013 tentang Peraturan Zonasi Kawasan

Strategis Sanur.

Peraturan Walikota Denpasar No. 12 Tahun 2014 tentang Peraturan Zonasi Kecamatan

Denpasar Selatan.

Peraturan Walikota Denpasar No. 15 Tahun 2014 tentang Peraturan Zonasi Kecamatan

Denpasar Timur.

Shirvani, Hamid, 1985, Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Co, New York.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.

Suyitno, 2001, Perencanaan Wisata, Kanisius, Yogyakarta.

Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997, tentang Lingkungan Hidup.

Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Warpani, Suwardjoko P. dan Warpani, Indira P., 2007, Pariwisata dalam Tata Ruang

Wilayah, ITB, Bandung.

Page 76: BERJALAN KAKI vs BERSEPEDA : Kajian Aktivitas di Jalan … · 2017. 6. 6. · menyusuri jalan setapak di pinggir pantai harus ‘beradu fisik’ dengan aktivitas bersepeda. Demikian

69

LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT.

b. Jenis Kelamin : L

c. NIP : 195809261987021001

d. Disiplin Ilmu : Arsitektur-Perancangan Kota

e. Pangkat/Golongan : Penata Tk. I / IIId

f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik /Jurusan Arsitektur

h. Waktu penelitian : 16 jam/minggu

2. Anggota Peneliti :

a. Nama Lengkap : Ir. I Gusti Bagus Budjana, MT.

b. Jenis Kelamin : L

c. NIP : 195410061986011001

d. Disiplin Ilmu : Arsitektur-Perancangan Kota

e. Pangkat/Golongan : Penata Tk. I / IIId

f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik /Jurusan Arsitektur

h. Waktu penelitian : 14 jam/minggu

3. Tenaga Laboran/Teknisi :

a. Nama Lengkap : Tjok Istri Praganingrum, ST., MT.

b. Keahlian : Arsitek/Auto-Cad

4. Pekerja Lapangan/Pencacah : Desak Made Sukma Widiyani, ST., MT.

5. Tenaga Administrasi : Made Ratna Witari, ST.