Bella Rahmawati Kusuma Wardani

  • Upload
    azmi

  • View
    15

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yes

Citation preview

  • 1

    Identifikasi Risiko Rantai Pasok Produk Hortikutura Di Koperasi Brenjonk

    Kecamatan Trawas, Mojokerto

    Supply Chain Risk Identification of Horticulture Product

    at Koperasi Brenjonk in Trawas, Mojokerto

    Bella Rahmawati Kusuma Wardani

    1), Wike Agustin Prima Dania

    2) , Ika Atsari Dewi

    2)

    1)Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

    2)Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

    Jl. Veteran No. 1 Malang 65145

    *email: [email protected]

    Abstrak

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang kondisi hortikultura rantai pasokan

    produk yang dikelola oleh Koperasi Brenjonk dan untuk masalah risiko identitas yang terjadi dari awal proses hingga

    produk hortikultura berharga. Penelitian ini mengidentifikasi risiko rantai pasok untuk menentukan risiko masing-

    masing pelaku rantai pasok. Identifikasi yang digunakan adalah identifikasi risiko rantai pasok dalam tahap 1 dan 2,

    di mana pada tahap pertama mengidentifikasi unsur-unsur perencanaan pasokan, proses, pengiriman dan

    pengembalian. Selain itu dalam tahap 2, dilakukan identifikasi mendalam tentang hasil tahap 1. Para ahli yang

    digunakan telah menjadi anggota utama dari rantai pasok. Dari proses identifikasi, dapat dilihat bahwa tahap 1

    masing-masing aktor memiliki kendala pada 5 pelaku, yaitu 12 kendala dalam pemasok, 14 kendala di manufaktur, 3

    kendala dalam distributor dan peritel. Unsur paling dominan yang memiliki kendala adalah elemen proses atau make.

    Selanjutnya, pada tahap 2, itu ditentukan bahwa unsur-unsur yang berpengaruh dalam manufaktur adalah source-

    stocked-product (S1), make-to-order (M2), delivering on-stocked product (D1) dan return defective product (SR1)

    dan deliver excess return product (DR3).

    Kata kunci : Distributor, Manufaktur, Pasokan, Perencanaan, Pengiriman, Proses Pengembalian dan Risiko

    Abstract

    The purpose of this study are to provide information on the conditions of horticultural products supply chain

    that is managed by the Koperasi Brenjonk and to identity the risk problems that occur from the beginning of the

    process up to marketable horticulture product. This research identifies supply chain risk to determine the risk of each

    supply chain actors. Identification used are the identification of supply chain risk in stage 1 and 2, where is in the

    first stage it identifies the elements supply planning, process, delivery and returns. Moreover stage 2, is conducted in-

    depth identification of the result of stage 1. The experts that used have been the primary members of the supply

    chain. From the identification process, it can be seen that in stage 1 each actor has constraints, which are 12

    constraint in suppliers, 14 constraint in manufacturing, 3 constraint in distributors and retailers. Most dominant

    elements that has constraint is make element. Furthermore, in stage 2, it is the determined that elements that have

    influence to the manufacturer are the source-stocked-product (S1), make-to-order (M2), delivering on-stocked

    product (D1) and return defective product (SR1 ) and deliver excess return product (DR3). Keywords: Delivery, Distributors, Manufacturing, Supply, Planning, Returns and Risk Process.

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Produk hortikultura merupakan

    kelompok produk pertanian yang memiliki nilai

    strategis bagi produsen, pelaku pasar dan

    konsumen di Indonesia. Aspek pasar produk

    hortikultura di Indonesia masih bersifat relatif

    terbuka dengan segmentasi pasar yang luas.

    Dilihat dari segi pasar domestik, permintaan

    produk hortikultura cenderung meningkat. Pasar

    hortikultura di Indonesia sangat besar dan

    menunjukkan kecenderungan yang semakin

    meningkat sejalan dengan peningkatan laju

    pertumbuhan penduduk. Kondisi tersebut

    ternyata belum dapat dimanfaatkan dengan

    sebaik-baiknya untuk memperkuat pembangunan

    subsektor hortikultura (BPS, 2008). Keterkaitan

    produk hortikultura dengan konsumsi

    masyarakat sekarang ini menyebabkan

    kecenderungan untuk menghindari bahan pangan

    dengan kolesterol tinggi seperti produk pangan

    asal ternak (Fadlina, 2003). Menurut Nopiana

    (2011), produk hortikultura sangat memiliki

    peran dalam kesehatan manusia, karena terdapat

    sumber gizi yang bisa melengkapi makanan

  • 2

    pokok yang dapat berpengaruh terhadap

    kesehatan manusia. Selain itu, dengan semakin

    berkembangnya produk hortikultura di

    Indonesia, maka semakin berkembang pula pola

    aturan perkembangan produk dengan

    menggunakan sertifikat berlabelkan organik. Hal

    ini dapat memberi nilai lain produk hortikultura

    di pasar dagang organik seperti keuntungan

    dalam mendapatkan pengakuan konsumen secara

    layak di pasar.

    Pada tahun 2010 terdapat penetapan

    program Indonesia Go Organik 2010 yang

    menjadi suatu babak baru dalam perkembangan

    pertanian organik di Indonesia. Dalam

    mendukung program organik yang berkaitan

    dengan produk hortikultura ini maka elemen-

    elemen yang berkaitan dalam proses

    perkembangan produk harus banyak terlibat

    dalam manajemen sistem produk hortikultura,

    salah satunya yaitu sistem manajemen rantai

    pasok. Dalam hal ini, sistem pengukuran risiko

    sangat diperlukan dalam proses alur rantai pasok

    yang berkaitan dengan aktor-aktor sebagai

    pelaksana. Rantai pasok lebih ditekankan pada

    seri aliran dan transformasi produk, aliran

    informasi dan keuangan dari tahapan bahan baku

    sampai pada pengguna akhir (Handfield, 2002).

    Berkaitan dengan manajemen rantai

    pasok hortikultura, maka salah satu contoh

    daerah yang sedang melakukan pengembangan

    produk hortikultura yaitu di Dusun

    Penanggungan Desa Penanggungan Kecamatan

    Trawas di Kabupaten Mojokerto. Di daerah ini

    terdapat sebuah perkumpulan petani organik

    dengan nama Brenjonk dimana kumpulan ini

    bergerak pada sektor koperasi yang menangani

    kegiatan pembibitan, produksi dan pengolahan

    produk organik yang dilakukan dengan membuat

    gerakan pertanian organik, budidaya pertanian

    secara ekologis dengan menggunakan pupuk dan

    pestisida alami. Komoditas yang dikelola oleh

    Koperasi Brenjonk ini antara lain sayuran

    organik berupa bayam, pakchoi hijau, pakchoi

    putih, lettuce, choisim, kangkung dan bayam

    inggris, sedangkan untuk komoditas buah

    organik yang dihasilkan adalah buah salak,

    durian, alpukat, pisang lokal dan pisang ambon.

    Koperasi ini bertanggung jawab terhadap segala

    aktivitas yang berkaitan dengan produk

    hortikultura yang dihasilkan oleh petani dari segi

    produksi, pengawasan, hingga pendistribusian

    produk. Produk hortikultura yang dihasilkan oleh

    Koperasi Brenjonk berasal dari petani

    selanjutnya diserahkan kepada koperasi

    kemudian dikirimkan ke pihak distributor untuk

    disalurkan ke pihak peritel.

    Penelitian ini diutamakan pada

    permasalahan produk hortikultura yang akan

    menghadapi daya saing produk di pasaran serta

    faktor-faktor untuk mendukung perkembangan

    sertifikat organik dalam menghadapi persaingan

    produk. Kondisi rantai pasok yang dianalisis

    meliputi hubungan kerjasama dengan pihak lain

    yang telah dijalankan mengenai produk

    holtikultura, sehingga dibutuhkan analisis

    identifikasi risiko rantai pasok masing-masing

    aktor yang berperan dalam proses alur risiko

    manajemen rantai pasok produk hortikultura.

    Selanjutnya dinilai dampaknya terhadap risiko

    yang menjadi tujuan masing-masing aktor

    maupun tujuan rantai pasok secara keseluruhan.

    Sistem pengukuran risiko sangat diperlukan

    sebagai pendekatan dalam rangka

    mengoptimalisasi jaringan rantai pasok. Oleh

    karena itu perlu dibuat suatu identifikasi risiko

    risiko rantai pasok pada produk hortikultura

    yang optimal untuk masing-masing pelaku rantai

    pasok yang terlibat dengan tergantung pada

    risiko risiko yang akan diteliti baik itu dari segi

    perencanaan, pasoka, proses, pengiriman dan

    proses pengembalian produk.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian ini dilakukan di Koperasi

    Brenjonk yang berada di Desa Penanggungan

    Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, Jawa

    Timur pada bulan Oktober 2013 sampai pada

    bulan April 2014. Tahapan penelitian diawali

    dari penelitian pendahuluan, identifikasi

    masalah, studi literatur, penyusunan kuesioner,

    penentuan metode dan pengumpulan data,

    analisis data dan pengolahan hasil, identifikasi

    risiko rantai pasok, tahap pengidentifikasian

    (tahap 1 dan tahap 2) serta penentuan

    kesimpulan dan saran.

    Identifikasi masalah dalam penelitian ini

    dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang

    ada pada rantai pasok produk hortikultura, yang

    kemudian dilakukan perumusan masalah dan

    tujuan penelitian. Responden yang terdapat pada penelitian adalah responden ahli yang secara

    langsung berkaitan dengan manajemen rantai

    pasok produk hortikultura, dimana responden

    ahli ini terdiri dari petani hortikultura yang

    tergabung dalam Koperasi Brenjonk, petugas

    lapang yang merupakan karyawan dari Koperasi

    Brenjonk, pihak distributor dan pihak peritel

    produk organik.

    Data yang digunakan dalam penelitian

    adalah data primer dan sekunder yang bersifat

    kualitatif dan kuantitatif. Data primer adalah data

    yang diperoleh langsung dengan cara observasi

    atau pengamatan, wawancara dan opini pakar.

  • 3

    Data sekunder diperoleh dari studi pustaka,

    internet, jurnal dan dokumen-dokumen

    pendukung lainnya. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan dua tahap pada masing-masing

    aktor. Kuesioner tahap pertama digunakan untuk

    melakukan identifikasi dan pemetaan risiko dan

    risiko rantai pasok. Kuisoner tahap kedua

    digunakan untuk melakukan pengkajian dan

    pengukuran risiko pada entitas bisnis produk

    hortikultura yang ditinjau dari risiko pada sisi

    pasokan (supply side risk), proses (process side

    risk), dan permintaan (demand side risk).

    Pada tahap pengidentifikasian dilakukan

    analisa tujuan risiko masing-masing aktor dalam

    rantai pasok produk organik dan parameter

    pencapaian kinerja yang diinginkan serta risiko

    yang menyertai masing-masing aktor. Pada sisi

    petani yang diidentifikasi adalah proses

    pembudidayaan produk hortikultura, kelayakan

    usaha yang dijalankan, kompleksitas usaha, dan

    penentuan harga dasar metode yang yang

    digunakan adalah deep interview dan focus

    group discussion (FGD). Langkah selanjutnya

    adalah pengidentifikasian terhadap sisi koperasi

    yang dinilai terhadap sisi pencapaian kinerja

    yang menjadi tujuan yang berkaitan dengan

    koordinasi rantai yang berkaitan dengan

    koperasi. Pada sisi distributor dan peritel yang

    diidentifikasi adalah pencapaian terhadap

    penjualan produk. Hasil dari deep interview dan

    FGD kemudian diidentifikasi risiko kinerja

    masing-masing yang selanjutnya didapatkan

    hasil kinerja dari masing-masing stakeholder

    yaitu petani, koperasi/perusahaan, distributor

    serta peritel.

    Menurut Suharjito et al. (2010), model

    identifikasi risiko rantai pasok bertujuan untuk

    mengidentifikasi dan menentukan peubah -

    peubah dari setiap faktor risiko yang sangat

    berpengaruh terhadap setiap risiko tingkatan

    rantai pasok. Identifikasi risiko kinerja pada tahap 1 yaitu mendefinisikan cakupan dari sisi

    perencanaan (plan), pasokan (source), proses

    (make), pengiriman (deliver) dan pengembalian

    (return) kedalam supply chain perusahaan, serta

    mengukur secara mendalam bagaimana risiko-

    risiko dari perusahaan.. Dalam penelitian ini kita

    melakukan proses pada tahap 1

    pengidentifikasian terhadap aktor yang diteliti

    melalui pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner.

    Selanjutnya pada tahap 2 yang akan dikerjakan

    akan menjadi pusat pemeriksaan hubungan yang

    terkait dengan hasil identifikasi ditahap 1. Pada

    tahap 2 ini dapat diketahui alur hubungan yang

    dapat membantu mengidentifikasi akar dari

    sebuah jarak performansi dari tahap 1.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Gambaran Umum Koperasi

    Brenjonk merupakan suatu komunitas

    (Community Based Organization CBO) yang berdiri sejak 13 Juli 2007, berbadan hukum yang

    merupakan anggota Aliansi Organis Indonesia

    (AOI). Koperasi Brenjonk sendiri berasal dari

    kata Sumber Rejo dilafal Mber Rejo. Sumber

    Rejo merupakan nama mata air di Dusun

    Penanggungan. Provinsi Jawa Timur sendiri

    telah menjadikan Kampung Brenjonk Organik

    sebagai sentral pembibitan, produksi serta

    olahan, menjadikan produk yang dihasilkan

    Koperasi Brenjonk sebagai produk yang sehat.

    Kegiatan utama Koperasi Brenjonk adalah

    membuat dan mensosialisasi gerakan pertanian

    dengan sistem organik, budidaya pertanian

    secara ekologis dengan menggunakan pupuk dan

    pestisida alami. Selain itu Koperasi Brenjonk

    juga melakukan kegiatan pengolahan sampah

    organik menjadi pupuk kompos. Rumah sayur

    organik tersebar di halaman rumah penduduk,

    budidaya sayur serta buah yang terdapat dalam

    anjang-anjang (para-para), menjadikan Dusun

    Penanggungan sebagai kampung organik,

    kampung percontohan untuk seluruh wilayah

    Kabupaten Mojokerto. 2. Anggota Rantai Pasok

    Peningkatan risiko diperlukan untuk

    memperkuat keunggulan bersaing bagi suatu

    industry (Pujawan, 2005). Menurut Widodo dan

    Ferdiansyah (2010), optimasi risiko manajemen

    rantai pasok untuk output atau produk industri,

    termasuk agroindustri kini semakin banyak

    mendapat perhatian dari para praktisi dan

    akademisi.

    Koperasi Brenjonk memiliki anggota

    rantai pasok yang melibatkan beberapa pihak

    dalam proses pendistribusian produk

    hortikultura. Keterlibatan masing-masing pihak

    tersebut terkait dengan arus produk dan arus

    informasi baik secara langsung maupun tidak

    langsung. Dalam hal ini anggota yang terlibat

    langsung dengan produk organik disebut dengan

    anggota primer sedangkan yang tidak secara

    langsung terlibat dengan produk organik disebut

    dengan anggota sekunder. Alur rantai pasok

    produk hortikultura dapat dilihat pada Gambar 1.

    Menurut Chopra (2003), pada jaringan

    distribusi rantai pasok memiliki enam desain

    jaringan distribusi dapat digunakan untuk

    memindahkan produk dari pabrik ke

    pelanggan/konsumen. Sesuai dengan desain

    jaringan distribusi yang ada, rantai pasok produk

    hortikultura organik ini menggunakan tipe

    jaringan distribusi retail storage with customer

    pickup. Pemilihan jaringan distribusi ini dipilih

  • 4

    dikarenakan konsumen membeli langsung

    kepada pihak peritel sebagai penjual produk.

    Konsumen mendatangi peritel secara langsung

    untuk membeli produk ke peritel.

    Keterangan :

    1. Supplier (petani)

    2. Manufaktur (Koperasi Brenjonk)

    3. Distributor

    4. Peritel

    5. Konsumen Akhir

    6. Anggota Sekunder

    (penyedia bahan pengemas)

    Gambar 1. Rantai Pasok Produk Hortikultura

    (Sumber: Data Penelitian, 2013)

    2.1 Anggota Primer

    2.1.1. Supplier

    Menurut Kurniawati et al. (2013), salah

    satu faktor kesuksesan sebuah perusahaan adalah

    dalam hal sistem pemasok atau supplier. Dalam

    hal ini pemilihan pemasok yang tepat dapat

    menjamin ketersediaan bahan baku untuk

    menjaga lintasan produksi. Pada penelitian ini

    petani merupakan pemasok produk organik

    dimana produk yang dihasilkan berupa sayuran

    organik atau buah organik. Sekitar 70% petani

    wanita atau ibu-ibu mendominasi petani yang

    bekerjasama dengan Koperasi Brenjonk. Sistem

    yang dipergunakan adalah grenn house. Menurut

    Harmanto et al. (2006), seiring dengan era

    globalisasi pertanian terhadap sistem green

    house dalam menghasilkan produk hortikultura

    dengan jaminan produk yang relatif aman demi

    kesehatan untuk kehidupan manusia telah

    mengalami peningkatan seiring dengan

    meningkatnya jumlah permintaan buah atau

    sayuran organik.

    2.1.1 Manufaktur

    Menurut Wangsa et al. (2013),

    pemanufaktur atau manufaktur adalah pihak

    yang melakukan permintaan komponen kepada

    pemasok untuk diproduksi oleh pihak

    pemanufaktur. Koperasi Brenjonk merupakan

    komponen manufaktur dalam rantai pasok

    produk hortikultura organik. Secara hukum

    Koperasi Brenjonk merupakan organisasi

    berbentuk perkumpulan dimana secara

    kelembagaan Koperasi Brenjonk memiliki

    struktur yang ramping terdiri dari direktur,

    sekretaris, bendahara, pengawas dan 3 orang

    lainnya yang bertanggung jawab di sektor

    produksi dan pemasaran produk.

    2.1.3 Distributor

    Menurut Prasetyo (2008), distribusi

    merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

    rantai pasok suatu produk. Peran distribusi

    sangat menentukan bagi tersampainya sebuah

    produk sampai ke tangan konsumen. Begitu

    halnya dengan produk hortikultura ini yang

    membutuhkan sistem distribusi dalam hal

    penyaluran produk ke konsumen. Dalam hal ini

    peran distribusi dipegang oleh distributor salah

    satu pihak yang bekerjasama dengan Koperasi

    Brenjonk dalam mendistribusikan produk

    hortikultura kepada peritel. Distributor tersebut

    antara lain MIK (Media Inovasi Kita) dan

    Twelve yang semuanya berlokasi di Surabaya.

    2.1.4 Peritel

    Peritel merupakan lembaga yang

    menangani tentang penjualan produk organik

    kepada konsumen. Sayuran organik dari

    distributor kemudian di salurkan kepada

    beberapa peritel yang menangani pemasaran

    sayuran organik diantaranya adalah pasar

    tradisional yang terdapat di Kabupaten

    Mojokerto, hotel, restoran dan Swalayan yaitu

    Ranch Market Galaxi Mall Surabaya. Ranch

    Market merupakan salah satu peritel skala besar. Peritel besar adalah peritel berbentuk perusahaan

    yang melakukan kegiatan perdagangan ritel

    dalam skala besar, baik dalam arti gerai besar

    saja ataupun dalam arti mempunyai gerai besar

    dan sekaligus gerai kecil (Maaruf, 2006). 2.2 Anggota Sekunder

    Anggota sekunder yang dimiliki oleh

    Koperasi Brenjonk adalah pensuplai bahan

    pengemas sayuran. Dimana perusahaan tersebut

    telah mengadakan kontrak kerjasama dengan

    Koperasi Brenjonk dalam mensuplai kebutuhan

    bahan pengemas produk organik yang dihasilkan

    oleh Koperasi Brenjonk. Bahan pengemas yang

    digunakan oleh Brenjonk merupakan bahan

    pengemas yang didesain untuk mengemas

    produk organik. Menurut Iflah et al. (2012),

    pengemasan merupakan salah satu bagian dari

    rangkaian penanganan pascapanen dari produk

    hortikultura.

    1 3

    4 2

    5

    6

    = Aliran Produk = Aliran Informasi = Anggota Primer = Anggota Sekunder

  • 5

    3. Aktivitas Rantai Pasok Produk Organik

    Aktivitas rantai pasok ini bergantung pada

    aturan sistem manajemen rantai pasok yang

    diterapkan pada setiap pelaku rantai pasok yang

    terlibat dalam usaha produk organik ini. Menurut

    Fizzanty dan Kusnandar (2012), manajemen

    rantai pasok bertujuan mengkoordinasikan

    hubungan antar aktor rantai pasok, yang berarti

    menciptakan cara-cara yang terorganisir di rantai

    pasok untuk berinteraksi satu sama lain. Masih

    menurut Fizzanty dan Kusnandar (2012),

    lingkup rantai pasok bergantung pada konsensus

    dari para aktor yang terlibat dalam membangun

    hubungan sistem tersebut. Aktivitas rantai pasok produk organik ini dilakukan dari kegiatan

    pertama yaitu melakukan penyediaan bahan baku

    dari pensuplai, kemudian melakukan proses

    pemanenan produk organik, dan proses

    pengemasan produk serta penjualannya.

    3.1 Anggota Primer

    Anggota primer yang secara langsung

    terlibat dalam proses produk hortikultura organik

    antara lain petani, koperasi, distributor dan

    peritel.

    Sumber: Data Penelitian, 2014

    Masing-masing pelaku akan melakukan

    beberapa aktivitas yang secara langsung

    berhubungan dengan kegiatan operasional.

    Aktivitas primer dapat dilihat pada Tabel 1.

    3.2 Anggota Sekunder Anggota sekunder dalam rantai pasok

    produk hortikultura ini adalah anggota yang

    berperan sebagai penyedia barang

    sampingan/tidak berhubungan langsung dengan

    sistem produksi. Anggota sekunder yang

    bekerjasama dengan pihak Koperasi Brenjonk

    adalah pihak yang menyediakan bahan

    pengemas. Pengemas hasil pertanian ditujukan

    untuk membantu mencegah atau mengurangi

    kerusakan selama penanganan, pengangkutan,

    dan penyimpanan selain itu bahan/produk yang

    akan dikemas hendaklah bersih dan bebas dari

    kotoran, cacat, atau rusak agar setelah dikemas

    benar-benar tahan lama dan tidak cepat rusak

    (Sembiring, 2009). Anggota sekunder secara

    keseluruhan hanya bekerja sama dengan supplier

    dan manufaktur untuk lebih jelasnya bisa dilihat

    pada Tabel 2.

    Urutan Aktivitas Anggota rantai pasokan

    Supplier Manufaktur Distributor Peritel

    A. Aliran Barang 1. Pembelian

    Supplier membeli input berupa bibit dan pupuk

    Manufaktur membeli sayuran organik dari supplier

    Distributor membeli sayuran organik kemasan dari manufaktur

    Peritel membeli sayuran organik dari distributor siap jual

    2. Pengolahan dan pengemasan

    Supplier melakukan penanaman serta pemanenan sayuran organik

    Manufaktur melakukan pengemasan pada sayuran organik yang dikirim oleh Supplier

    Distributor tidak melakukan proses pengolahan dan pengemasan

    Peritel tidak melakukan proses pengolahan dan pengemasan

    3. Pengangkutan Pengangkutan sayuran organik diambil oleh manufaktur

    manufaktur meng-ambil sayuran organik dari Supplier. Manufaktur juga mengirim sayuran organik kepada distributor

    Distributor melakukan kegiatan pengangkutan dari manufaktur ke peritel

    Peritel mengangkut sayuran organik dari tempat penyimpanan sementara sayuran

    4. Penyimpanan Supplier tidak melakukan penyimpanan

    Manufkatur melakukan penyimpanan sayuran organik sementara di lemari pendingin

    Distributor tidak melakukan proses penyimpanan

    Peritel melakukan penyimpanan sementara sebelum dipasarkan kepada konsumen

    5. Penjualan Supplier menjual sayuran organik terhadapa pihak manufaktur

    Manufaktur menjual sayuran organik dalam kemasan kepada distributor

    Distributor menjual sayuran organik kemasan pada peritel

    Peritel menjual sayuran organik pada konsumen akhir

    B. Informasi pasar

    Supplier kurang mengetahui informasi pasar

    Manufaktur melakukan sortasi dan mengetahui informasi pasar

    Distributor dan mengetahui informasi pasar

    Peritel mengetahui informasi pasar

    Tabel 1. Aktivitas anggota primer rantai pasok produk hortikultura

  • 6

    Tabel 2. Aktivitas anggota sekunder rantai

    pasok produk

    Aktivitas anggota sekunder

    Produk dari anggota sekunder

    Penyedia kemasan

    A. Aliran Barang (penjualan, pengiriman)

    Penyedia kemasan menjual kemasan kepada manufaktur melakukan proses desain sesuai kebutuhan dan pengangkutan dikirim langsung ke manufaktur.

    B. Aliran Informasi dan jumlah

    Memberikan informasi mengenai desain dari kemasan dan Jumlah yang dikirim sesuai dengan permintaan manufaktur.

    Sumber: Data Penelitian, 2014

    4. Identifikasi Risiko Rantai Pasok Produk

    Hortikultura

    Identifikasi risiko digunakan untuk

    memperkirakan kesuksesan dalam tujuan jangka

    panjang serta dapat meningkatkan efektifitas dan

    efisiensi setiap sistem. Sistem pengukuran risiko

    diperlukan untuk melakukan monitoring dan

    pengendalian, mengkomunikasikan tujuan

    organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok,

    mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif

    terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang

    hendak dicapai, dan menentukan arah perbaikan

    untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing

    (Geraldin, 2007).

    4.1 Identifikasi Risiko Tahap 1

    Pada rantai pasok produk hortikultura

    yang dikelola oleh Koperasi Brenjonk terdapat

    beberapa sistem yang akan diidentifikasi risiko

    pada tahap 1. Pada tahap 1, identifikasi ini akan

    menilai sistem kerja rantai pasok produk organik

    dari segi perencanaan (plan), penyediaan bahan

    baku (source), proses (make), pengiriman

    (deliver), dan pengembalian (return). Pada

    semua aspek tersebut akan diidentifikasi oleh

    semua aktor yang terlibat dalam rantai pasok

    produk hortikultura yang dikelola oleh Koperasi

    Brenjonk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

    aktivitas dari masing-masing pelaku dalam rantai

    pasok tersebut. Tujuan dari seluruh aktivitas

    rantai pasokan adalah membangun sebuah rantai

    pasokan yang memusatkan perhatian untuk

    memaksimalkan nilai bagi pelanggan (Heizer

    dan Render, 2010). Pendekatan tahap 1 ini

    diteliti berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang

    diajukan oleh kuesioner tahap 2 yang dilakukan

    pada anggota primer produk hortikultura. Hasil

    identifikasi risiko tahap 1 pada produk

    hortikultura dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Hasil Identifikasi risiko tahap 1

    Sumber : Data Penelitian, 2014

    4.2 Identifikasi Risiko Tahap 2

    Berdasarkan hasil identifikasi risiko risiko

    tahap 1 yang telah dilakukan maka didapatkan

    hasil bahwa Koperasi Brenjonk memiliki risiko

    terbanyak dibandingakan dengan para pelaku

    rantai pasok lainnya. Dari hasil identifikasi

    tersebut maka Koperasi Brenjonk akan

    diidentifikasi lebih lanjut menggunakan

    identifikasi risiko kinerja tahap 2. Tahap 2 ini

    akan ditampilkan gambaran rinci dari proses-

    proses yang ada dalam rantai pasok Koperasi

    Brenjonk, mulai dari proses yang berkaitan

    dengan pemasok, aktivitas produksi dan

    distribusi sampai produk diterima oleh peritel

    atau konsumen.

    Pada diagram identifikasi tahap 2

    menggambarkan tentang penguraian identifikasi

    kinerja yang dilakukan oleh Koperasi Brenjonk

    dengan menggolongkannya kepada 3 unsur

    utama tahap 2 yaitu planning, execution dan

    enable. Diagram menunjukkan beberapa aspek

    rantai pasok produk organik dari pemasok

    sampai ke konsumen. Diagram ditunjukkan pada Gambar 2.

  • 7

    Pada sisi perencanaan, Koperasi Brenjonk

    telah melakukan tindakan sesuai dengan

    prosedur dalam melaksanakan permintaan dan

    penawaran dalam bisnis serta pengiriman

    sayuran organik kepada distributor agar dapat

    mencapai target dalam mencapai tujuan bisnis

    yang telah ditetapkan. Perencanaan pada

    Koperasi Brenjonk ini akan dibahas kembali atau

    diurutkan kembali berdasarkan perencanaan

    masing-masing unsur untuk mengetahui sistem

    perencanaan yang telah dibuat selama ini oleh

    pihak Koperasi Brenjonk.

    Dari sisi execution, pada Koperasi

    Brenjonk menunjukkan tindakantindakan pelaksanaan yang seharusnya dilakukan oleh

    pihak manufaktur produk organik. Bagian

    produksi telah membuat proses penjadwalan

    pemanenan sayuran organik pada tanggal

    tertentu dengan cukup baik akan tetapi masih

    terdapat beberapa kendala yang dapat

    mengganggu kegiatan rantai pasok, baik

    pembelian atau penjualan ke distributor. Kendala

    tersebut meliputi jadwal pengiriman yang tidak

    menentu sehingga produk kurang bisa di prediksi

    secara akurat sehingga pada periode tertentu

    kurang bisa memenuhi permintaan dari

    distributor secara lengkap. Pengaruh lain yaitu

    mengenai kekurangan SDM yang menyebabkan

    keterlambatan pengiriman pada waktu-waktu

    tertentu. Namun Koperasi Brenjonk berusaha

    untuk mengirimkan produk sesuai dengan jadwal

    yang telah ditentukan.

    Dari sisi enable, informasi-informasi yang

    mendukung dalam proses perencanaan dan

    pelaksanaan sangat penting bagi

    keberlangsungan rantai pasok. Koperasi

    Brenjonk telah memiliki alur informasi yang

    cukup baik dengan pemasok dan distributor.

    Alur informasi yang dilakukan masih bersifat

    manual dengan melakukan kontak langsung

    dengan supplier serta menggunakan sistem

    kerjasama kontrak dalam pengiriman persediaan

    beras organik dengan seuai permintaan sehingga

    cukup efektif dalam penyesuaian jumlah beras

    organik yang dibutuhkan.

    5. Hasil Identifikasi Kinerja Rantai Pasok

    Produk Hortikultura

    Pada hasil data yang didapatkan bahwa

    beberapa identifikasi kinerja telah diketahui dari

    hasil penelitian pada Koperasi Brenjonk.

    Analisis hasil penelitian tersebut dapat diketahui

    dari analisis tahap 1 yang memperlihatkan

    bahwa kinerja rantai pasok yang rendah

    disebabkan oleh kinerja pada proses make yang

    memiliki kendala paling banyak yaitu 5 kejadian.

    Kejadian pada tahap 1 juga akan mempengaruhi

    hasil pada make-to-order (M2) pada tahap 2.

    Risiko-risiko yang terjadi pada proses make ini

    Gambar 2. Identifikasi tahap 2 rantai pasok produk hortikultura

    Sumber Data Penelitian, 2013

  • 8

    memiliki beberpa kendala yang harus

    diantisipasi untuk tidak terjadi pada alur rantai

    pasok produk organik. Hasil analisis manufaktur

    pada tahap 1 dapat dilihat pada Tabel 4

    Tabel 4. Hasil Identifikasi risiko tahap 1

    Sumber: Data Penelitian, 2014

    Penyebab-penyebab utama yaitu risiko

    gangguan kerusakan peralatan selama proses

    pengolahan, lalu risiko kerusakan komoditas

    selama proses produksi dan risiko penurunan

    hasil selama proses produksi dapat dipicu dari

    pengaturan proses produksi, pengecekan dan

    penempatan bahan baku (material placement).

    Perbaikan sarana merupakan hal yang sangat

    penting demi kelangsungan penunjang

    pengendalian mutu suatu produk (Mardhiyah,

    2009). Oleh karena itu munculnya kendala-

    kendala lain dapat muncul dari kendala utama

    tersebut.

    Perlu dilakukan perubahan dalam

    pengaturan proses internal pada manufaktur

    yaitu dalam unsur make serta pemeliharaandan

    perawatan yang tepat bagi semua elemen yang

    terkait dengan alur proses produksi rantai pasok

    produk organik. Menurut Muhtadi (2009),

    pemeliharaan dalam suatu industri atau

    perusahaan merupakan salah satu faktoor yang

    penting dalam mendukung proses produksi yang

    mempunyai daya saing dipasaran. Penerapan

    dapan dilakukan dengan perubahan maupun

    perbaikan yang terbagi pada tiga bagian yaitu

    perubahan pengolahan proses produksi yang

    diterapkan untuk semua bagian, perubahan dapat

    dilakukan pada proses tertentu yang memiliki

    waktu tunggu, waktu proses dan tingkat layanan

    yang paling lama serta melakukan proses

    penjadwalan yang benar dan pengiriman produk

    yang tepat sesuai dengan jadwal yang telah

    dibentuk.

    Gambar 3. Skema Hasil Identifikasi Kinerja Produk Hortikultura Tahap 2

  • 9

    KESIMPULAN

    1. Berdasarkan kondisi rantai pasok beras

    organik dapat diketahui bahwa terdapat

    anggota primer dan sekunder. Anggota

    primer meliputi supplier, manufaktur,

    distributor dan peritel. Anggota sekunder

    meliputi penyedia bahan pengemas. Pada

    kasus ini Koperasi Brenjonk sebagai

    manufaktur dalam rantai pasok sayur

    organik. Manufaktur bertanggung jawab

    terhadap sayuran organik yang dihasilkan

    oleh supplier serta melakukan pengemasan

    dan penjualan sayuran organik.

    2. Hasil identifikasi permasalahan risiko yang

    terjadi dari awal proses sayur organik

    hingga menjadi produk layak dipasarkan

    yaitu risiko komoditas memiliki produk

    pesaing, mengalami keterlambatan atau

    penundaan pengolahan, mengalami

    pengembalian produk, peralatan mengalami

    gangguan kerusakan selama proses

    pengolahan, mengalami penurunan hasil

    produksi, mengalami kerusakan selama

    penyimpanan, mengalami perubahan jumlah

    permintaan, mengalami ketidaksesuaian

    kualitas dengan standar, mengandung

    cemaran bahan kimia, mengalami kehabisan

    persediaan, mengalami kerusakan ataupun

    penurunan kualitas, komoditas yang dikirim

    melebihi pesanan atau kebutuhan produksi

    dan kontaminasi produk selama proses

    pengolahan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik. 2008. Pertanian

    Hortikultura Indonesia. Diakses pada

    tanggal 15 Desember 2013.

    Chopra, Meindl, Hugos.2003. Tahapan

    Manajemen Rantai Pasokan: strategy,

    Planning and Operation. Pearson Prentice

    Hall. New York. Fadlina M.I., Suptiyono B., dan Soeaidy S.. 2013

    Perencanaan Pembangunan Pertanian

    Berkelanjutan. Jurnal PAL 4 (1) : 40-43.

    FizzantyT. Dan Kusnandar. 2012. Pengelolaan

    Logistik Dalam Rantai Pasok Produk

    Pangan Segar di Indonesia. Jurnal

    Penenlitian Pos dan Informatika. 2, (1):

    117-33.

    Geraldin H.L. Pujawan N.I dan Dewi S.D. 2007.

    Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi

    Untuk Menciptakan Rantai Pasok yang

    Robust. Jurnal Teknologi dan Rekayasa

    Teknik Sipil 53 (2) : 53-64.

    Handfield, R.B. dan Nicholas Jr, L,E. 2002.

    Supply Chain Redesign. Prentice Hall.

    Hal 25.

    Heizer J. dan Render B. 2010. Manajemen

    Operasi. Salemba Empat .Jakarta. Hal 25-

    30.

    Iflah T., Sutrisno dan Sunarti C.T.. 2012.

    Pengaruh Kemasan Starch Based Plastic

    (Bioplastik) terhadap Mutu Tomat dan

    Paprika Selama Penyimpanan Dingin.

    Jurnal Teknologi Industri Pertanian 22 (3):

    189-199.

    Kurniawati D., Yuliando H. dan Widodo H.K..

    2013. Kriteria Pemilihan Pemasok

    Menggunakan Analytical Network

    Process. Jurnal Teknik Industri 22 (3): 25-

    2.

    Maaruf H. 2006. Pemasaran Retail. Gramedia Pustaka. Jakarta. Hal : 55-60.

    Muhtadi Zaim Z.M. 2009. Manajemen

    Pemeliharaan untuk Optimalisasi Laba

    Perusahaan. Jurnal Pendidikan Akutansi

    Indonesia 8 (1): 35-43.

    Mardhiyah Y. 2009. Analisis Penerapan

    Manajemen Mutu Terpadu Pada PT.

    Gilland Ganesha. SKRIPSI. Fakultas

    Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

    Bogor. Bogor.

    Nopiana S, dan Balkis S. 2011. Analisis

    Pendapatan Pola Tanam Beruntun

    Tanaman Hortikultura di Desa

    Bangunrejo Kecamatan Tenggarong

    Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.

    Jurnal EPP.8 (1)

    Prasetyo B.S. 2008. Analisis Efisiensi

    Distribusi Pemasaran Produk dengan

    Metode Data Envelopment Analysis

    (DEA). Jurnal Penelitian Ilmu Teknik

    8(2) : 120-12.

    Pujawan N. 2005. Supply Chain Management

    Edisi Pertama. Guna Widya. Surabaya.

    Hal: 45-50.

    Sembiring N.N. 2009. Pengaruh Jenis Bahan

    Pengemas Terhadap Kualitas Produk

    Cabai Merah (Capsicum Annum L.)

    Segar Kemasan Utama Penyimpanan

    Dingin. Tesis. Program Studi Teknik

    Industri. Universitas Sumatera Utara

    Medan.

    Suharjito, Marimin, Machfud, Haryanto B., dan

    Sukardi. 2010. Identifikasi dan Evaluasi

    Risiko Manajemen Rantai Pasok

    Komoditas Jagung dengan Pendekatan

    Logika fuzzy. Jurnal Manajemen dan

    Organisasi, 1(2), Hal: 119-134.

    Wangsa D.I. dan Iskandar P.B. 2013.

    Pengembangan Model Consigment Stock

  • 10

    Pada Sistem Rantai Pasok Dua Eselon

    Dengan PErmintaan Berfluktuasi dan

    Pemnahasan Orde Awal. Jurnal Teknik Industri 15(1): 1-12.

    Widodo H.K dan Ferdiansyah E. 2010.

    Optimasi Kinerja Rantai Pasok

    Industri Tekstil dan Produk Tekstil

    Indonesia Berdasarkan Simulasi Sistem

    Dinamis. Jurnal Agritech 30(1): 46-55.