Belajar Bagaimana Untuk Belajar

Embed Size (px)

Citation preview

DRAFT TULISAN UNTUK BUKU Judul: BELAJAR BAGAIMANA UNTUK BELAJAR Oleh: RODHIYAT FAJAR SALIM Sebuah Pengantar dan Awal Pengetahuan dan inovasi telah ada sejak lama, dan proses belajar pertama pun dimulai ketika kita yang masih bayi lahir ke dunia iniwalaupun hal pertama yang dipelajari oleh kita sewaktu baru lahir cuma menangis dan hanya untuk merangsang paru-paru dan alat pernafasan tubuhnya agar berfungsi dan terlepas dari bantuan ari-ari (placenta) dalam rahim. Untuk proses belajar pertama kali ini kita tidak perlu kreatif, akan tetapi distimulasi oleh orang lainjika tidak disebut dipaksauntuk mulai belajar bernafas sendiri. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur kita, proses belajar ini tidak hanya berasal dari stimulus atau paksaan dari luar, atau hanya bereaksi terhadap apa yang terjadi di lingkungan, tetapisebaiknyalebih banyak distimulasi oleh motivasi dan kebutuhan dari dalam diri kita untuk belajar. Belajar Bagaimana Untuk Belajar ini ditulis dengan mempertimbangkan individu. Kenapa harus belajar? Kapan kita harus belajar? Belajar itu harus bagaimana? Sebagai pengantar, buku ini memakai strategi komunikasi dan psikologi. Dan bagaimana komunikasi dan psikologi berkaitan dengan strategi, cara dan teknik belajar kita? Bagaimana kaitannya proses belajar yang kita lakukan dengan penerapan proses dan hasil belajar tersebut dalam kehidupan sehari-hari?. Buku ini tidak ditulis sebagai buku teks karena menurut saya buku teks kurang mencerminkan semangat belajar itu sendiri danmaaf sajaseringkali terlalu kaku, garing dan malah membosankan untuk dibaca. Buku ini bertujuan untuk meberikan beberapa hal penting dalam belajar bagi individu yaitu:

Setiap individu adalah berbeda dan unik, oleh sebab itu cara belajar dan memahami sesuatu mungkin berbeda dengan orang lain. Bahwa apapun yang ada dalam diri kita ataupun segala hal yang berada di luar diri kita adalah data dan informasi yang dapat digunakan dalam belajar Pemikiran bahwa pendidikan di sekolah itu cukup, perlu diubahkalaupun tidak dikatakan bahwa apa yang diberikan dalam pendidikan formal tidaklah terlalu pentingmaka proses belajar yang sebenarnya bukan di sekolah atau universitas akan tetapi di lingkungan dimana kita hidup.

Buku ini mungkin setengahnya berisi beberapa pemikiran yang ada dalam bukubuku lainnyanamun demikian apa yang disebut sebagai orisinalitas tidak akan pernah ada yang benar-benar orisinal karena hampir semua ide, gagasan ataupun konsep hanyalah adaptasi dari berbagai hal yang telah pernah dipikirkan dan dikemukakan oleh orang lain sebelumnya pada masanya masing-masing. Dalam hal ini saya adalah penjiplak ide, gagasanwalaupun mungkin ada beberapa yang belum atau jarang dikemukakan oleh orang lain dalam pemikiran mereka. Di pihak lain saya sangat sering mendengar banyak orang yang mengeluhkan bahwa lulusan dari pendidikan formal di sekeliling kita termasuk perguruan tinggi, kualitasnya di bawah rata-rata. Mengapa? Dalam pengalaman saya masalahnya bukan karena bodoh atau pintar, akan tetapi kesempatan untuk mempraktekkan teori kurang diperoleh, fasilitas dan teknik mengajar yang kurang bagus, teknik belajar yang tidak efisien dan efektif serta adanya kebijakan pukul rata tentang kemampuan setiap orang. Hal tersebut diperparah lagi dengan kurikulum pendidikan yang terus berubah. Kurikulum pendidikan sebenarnya tidak perlu diganti setiap ganti menteri. Akan tetapi terus diperbaiki dan ditambah kekurangannya. Secara logika seseorang akan ahli dalam satu bidang jika terus bergelut di bidang tersebut; begitu juga dengan kurikulum. Setiap ganti kurikulum guru harus mempelajari metode, cara dan bahan yang baru sehingga kurikulum yang lama saja belum dapat dipahami dengan baik sudah diganti dengan yang baru. Apakah ini bukan pemborosan waktu dan dana? Terlepas dari hal itu, mungkin ada waktu sebelum anda memiliki percikan kreatif tentang bagaimana seharusnya belajar yang menciptakan kepuasan dan memberikan banyak hal yang berguna untuk diri anda. Tetapi, jika saya dengan cara tertentu telah mengilhami anda dan sukses dalam belajardalam ruang lingkup apapun itumaka tujuan buku ini telah terpenuhi. Dalam beberapa hal mungkin Anda akan menemukan pernyataan-pernyataan yang sarkastis (kasar) ataupun provokasi terhadap apa yang saya sebut sebagai destruksi paradigma pemikiran umum. Untuk itulah baca buku ini sekarang. Tutup untuk beberapa saat dan baca lagi pada waktu yang lebih santai. Maka Anda akan menemukan beberapa kebenaran-kebenaran baru di dalamnya. Akhirnya, bagi yang penasaran mengapa buku ini berjudul Belajar Bagaimana Untuk Belajar, Alasannya sederhana, kita seringkali lupa bahwa kita belajar bukan untuk gelar, bukan untuk mencari/mendapatkan pekerjaan, dan bukan untuk mendapatkan kekayaan. Akan tetapi kitaseharusnyabelajar untuk belajar tentang semua hal yang ada pada diri kita dan lingkungan yang ada di sekitar diri kita.

PROLOG (BELAJAR LEBIH BAIK? UNTUK APA?) Dulu ketika saya masih di SDseringkali saya bertanya buat apa sekolah dan buat apa belajar pelajaran-pelajaran yang waktu itu rasanya kurang begitu berguna karena main dengan teman-teman yang lain lebih menyenangkan. Tapi ibu dengan semangatnya yang sampai titik darah penghabisan terus memaksa untuk tetap sekolah dan belajar hampir setiap hari. Bangun pagi, sekolah, pulang sekolah belajar lagi sebentar, baru main, mengaji, tidur dan begitu terus setiap hari kecuali hari Minggu atau libur saja. Waktu itu, pulang sekolah setiap hari Sabtu benar-benar sangat menyenangkan untuk dibayangkan, karena besoknya bisa main sepuas-puasnya. Dari SD sampai SMP kelas 1, sekolah terasa sekali menjadi beban apalagi ketika diberi PR yang banyak, guru yang killerataupun cerewetnya minta ampun. Ditambah lagi dengan ulangan umum yang menjadikan waktu bermain menjadi berkurang drastis. Tapi sekali lagiibu dan sesekali bapakdengan semangat 45 terus memaksa agar menyelesaikan PR, belajar untuk ujian. Walaupun insentif untuk mengerjakan PR dan belajar buat ujian, seringkali berganti-ganti antara jeweran di telinga dengan hadiah tertentu jika bisa masuk ke dalam rangking 5 besar di sekolah. Namun karena ketika SMA mulai tertarik bergabung dengan teman nongkrong ataupun menggoda cewek-cewek cantik. Rajinlah saya sekolah. Tapi tetap saja pelajaran di sekolah menjadi momok yang menyebalkan. Apalagi ketika dihadapkan dengan pelajaran-pelajaran yang tidak disukai dengan guru-guru yangmaafcukup menyebalkan untuk dihadapi. Dan akhirnya ketika masa SMA mendekati garis akhir, akhirnya pilihan pun menjadi terbatas. Masuk kuliah atau melakukan apa? Karena peruntungan saya cukup baik saya kuliahdan pada masa perkuliahan inilah saya mulai menyadariwalaupun cuma sedikitbahwa belajar itu penting. Penting untuk nilai akademik juga penting bagi pengembangan diri. Tentang siapa saya, akan bagaimana kehidupan saya, dan tentang jalur pilihan karir, kehidupan serta berbagai aspek lainnya. Di titik ini, poin pentingnya belajar dan proses pembelajaran akhirnya mulai terlihat ketika pilihan mulai bercabang antara kebutuhan untuk pengembangan dan eksistensi diri dalam lingkungan dengan kebutuhan tentang hal-hal lainnya yang terkait dengan diri sendiri dan lingkungan yang dihadapi sehari-hari. Rasanya setiap orang yang mulai eling (sadar) akan berkata Mungkin inilah saatnya belajar!.

Kapan Kita Harus Belajar? Pertanyaan ini bisa saja dianggap pertanyaan bodoh atau dianggap penting. Tapi jika kita mau berpikir lebih jauh, waktu untuk belajar tidak terbataskarena sepanjang kita masih hidup kita tetap belajar. Bahkan walaupun tidak disadari oleh diri kita sendiri, waktu tidur pun kita tetap belajar. Bagaimana kita tahu waktu tidur pun kita belajar? Bukankah kita tidak sadar? Disinilah seringkali kita terjebak dengan definisidefinisi tertentu dari belajar. Pikiran kitasadar ataupun tidak sudah terbentuk dengan pemikiran umum bahwa belajar hanya untuk pelajaran di sekolah, baik membaca buku, menghapal ataupun mengerjakan soal-soal matematika. Yang seringkali tidak disadariatau mungkin tidak diajarkan oleh guru-guru di sekolah ataupun universitasadalah bahwa proses belajar tidak dipatok hanya untuk sekolah, karena setiap detikjika kita mau menyadarikita tetap belajar. Baik dalam lingkup pembelajaran untuk otak (kognitif), hati (afektif) ataupun fisik (psikomotorik). Proses belajar ataupun pembelajaran di sekolah hanyalah satu bagian kecil dari proses belajar yang lebih besar, yaitu belajar tentang hidup dan kehidupan yang dijalani oleh diri kita sehari-hari. Pada poin ini juga terlihat perbedaan antara seorang pelajar dengan seorang pembelajar. Jika kita bertanya pada diri kita apakah kita ini seorang student ataukah seorang learner? Jawabannya adalah kita seorang pembelajar dan baru setelah itu seorang pelajar. Seorang pelajar seringkali hanya terjebak dalam rutinitas belajar yang terkait dengan materi-materi pelajaran dan cara-cara yang diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi. Tetapi seorang pembelajar tidak akan hanya menjadikan proses pembelajarannya terbatas pada materi-materi pendidikan formal. Bagi seorang pembelajar segala hal yang ada pada diri dan lingkungannya adalah bahan pelajaran yang menarik... sehingga baginya masalah apapun adalah bahan pelajaran. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana mempelajari semua hal yang ada di sekeliling kita. Pelajaran agama dan akhlak penting, pelajaran sekolah penting, pelajaran untuk hidup bermasyarakat pun penting. Jawaban yang terbaik untuk semua hal itu adalah kita harus mengubah pemikiran kita tentang belajar sekaligus memperbaiki teknik dan cara kita dalam belajar. Jadi kapan kita harus belajar? Yang pasti jawabannya bukan kapan-kapan. Tahun ini, bulan ini, minggu ini, hari ini, jam ini, menit ini dan detik ini juga kita sedang belajar. Mungkin belajar untuk sekolah, untuk ujian, belajar diam, belajar puasa, belajar untuk tenang, belajar melamun... atau mungkin belajar... mencari istri/suami/pacar baru.

Kreativitas dan Proses PembelajaranKreatiflah, cara belajar tidak ada yang salah Cuma kurang efektif ataupun tidak cocok! Belajar itu harus bagaimana? Apakah cara belajar saya salah?

Belajar

itu

membosankan...

Waktunya

kurang...

suasananya

kurang

mendukung... saya tidak menyukai pelajaran ini... Semua pernyataan-pernyataan tersebut mungkin benar, karena siapapun itu ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi yang kurang baik tetap akan mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan sekarang membosankan karena alasan-alasan tertentuyang tentu saja di luar alasan bahwa kita memang sedang malas untuk belajar... Gambar di atas adalah ilustrasi bagaimana proses belajar dan kreativitas adalah dua hal yang sebenarnya tidak terpisahkan. Kebosanan, waktu yang kurang, suasana yang kurang mendukung ataupun alasan-alasan lainnya yang akhirnya menghambat proses belajar yang kita lakukan, sebenarnya dapat diatasi jika kita berpikir secara kreatif. Disamping berpikir kreatif kita pun harus mampu berpikir terbalik dari apa yang seringkali dipikirkan oleh orang lain. Cara dan teknik kita belajar mungkin didapatkan dari mencontek cara belajar orang lain ataupun menurut apa yang dikemukakan banyak orang bahwa belajar yang paling baik adalah secara rutin pada waktu dan jam tertentu. Tapi kedua cara tersebut belum tentu cocok ataupun efektif jika dihadapkan pada kondisi dan waktu tertentu. Disinilah kreativitas kita diujiapakah kita harus mengganti pola belajar, waktu ataupun cara kita belajar tergantung dari pemahaman dan kreativitas kita sendiri dalam belajar. Anda tidak perlu takut untuk bereksperimen dalam cara belajar jika cara belajar yang biasa tidak dapat membantu anda untuk belajar dengan efektif dan efisien. Anda juga tidak perlu ragu untuk membuang saran orang lain untuk memaksakan diri belajar dalam jadwal-jadwal tertentujika Anda merasa bahwa waktu-waktu tersebut mungkin bentrok dengan beberapa hal penting yang Anda lakukan. Disini selain kreativitas anda

juga dituntut untuk mampu berkomunikasi dan berdisiplin dengan diri anda sendiri. Tidak perlu kaku dalam mematuhi pola belajar yang sering anda lakukan. Yang perlu dilakukan adalah berkreasi dan bereksperimen untuk menemukan cara-cara yang dapat mengakomodasi kebutuhan anda baik dalam mempelajari materi pelajaran ataupun melakukan hal-hal lainnya. Dalam hal ini J.P. Guilford, perintis dalam bidang penelitian kreatif, menyoroti empat ciri utama dalam proses untuk kreatif dalam berbagai hal, antara lain keluwesan pikiran, kepekaan terhadap masalah, orisinalitas dan kefasihan akan gagasan 1 yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah produk gagasan. Keluwesan pikiran adalah kesediaan untuk mempertimbangkan berbagai macam pendekatan pada suatu masalah. Ini adalah derajat hingga mana seseorang bisa dengan mudah mengabaikan cara-cara berpikir yang lama, dan menerima cara-cara berpikir yang baru. Atau dengan kata lain keluwesan pikiran adalah tingkat keterbukaan pikiran dan kesediaan untuk mendengarkan dan menerima gagasan orang lain yang mungkin lebih baik dan dapat membantu perkembangan dirinya sendiri. Kepekaan terhadap masalah adalah kemampuan untuk mengenali bahwa suatu masalahatau suatu peluangitu ada, atau kemampuan untuk mengenali masalah yang riil dengan mengatasi berbagai kesalahpahaman, konsepsi, kekurangan fakta dan hambatan yang mengaburkan masalah sebenarnya. Orisinalitas adalah kemampuan untuk melampaui gagasan yang umum diterima sehingga dianggap tidak lazim, aneh, ataupun gila jika dilihat oleh mata umum. Namun demikian tidak ada gagasan, ide ataupun pemikiran yang sepenuhnya asli, dan kebanyakan hanya merupakan adaptasi dari gagasan terdahulu, karena terobosan pemikiran yang benar benar orisinal hanya kadang-kadang saja munculnya. Kefasihan akan gagasan adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide, gagasan dan pada saat tertentu muncul dengan beberapa kemungkinan solusi bagi suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Walaupun anda bukan seorang seniman, ilmuwan, penemu atau apapun juga yang melibatkan tingkat kreativitas yang tinggi, setidaknya anda mempunyai ide-ide dan gagasan anda sendiri yang bisa anda lakukan dalam berkreasi tentang sesuatu hal yang dapat dilakukan oleh anda. Dan mungkin setelah itu... anda dapat berkata bahwa bukan hanya orang-orang yang bekerja di bidang seni saja yang bisa kreatif...walaupun cuma sedikitsetidaknya anda bisa berkatasaya cukup kreatif!.1

Guilford, J.P. (1950), Creativity, American Psychologist, 5 hlm 444-454

Makhluk Apakah IQ, EQ dan SQ? Sekitar 15 tahun yang lalu banyak sekali orang-orang yang berkata bahwa IQ (Intelligence Quotient) orang itu tinggi karena dia pintar. Beberapa tahun kemudian ada lagi anggapan bahwa tingkat IQ yang tinggi tidak cukup bagi seseorang untuk sukses sehingga ada lagi yang disebut EQ (Emotional Quotient). Dan beberapa tahun terakhir kemudian muncul lagi SQ (Spiritual Quotient) karena tanpa kecerdasan spiritual semua hal menjadi kosong dan tanpa makna. Kesemua itu diikuti oleh test-test pengukuran tertentu yang dibakukan dan kemudian dihitung berdasarkan rumusan formula tertentu. Karena sempat bingung dengan Q-Q yang terus bermunculansaya sempat bertanya apakah angka-angka Q-Q itu berguna? Saya bukannya mencela salah satu kajian dalam bidang keilmuan psikologi ini ataupun mencoba menguraikan definisi tentang IQ, EQ dan SQ tersebut. Tapi seringkali kita terjebak dalam asumsi-asumsi umum tentang definisi, angka, standarisasi pola-pola baku ataupun statistika dengan penggolongan tentang pintar-bodoh, IQ tinggi-IQ rendah ataupun nilai merah-nilai hitam dalam raport atau transkrip nilai. Jika anda pernah mengikuti beberapa kali test IQ, EQ ataupun SQ maka nilai-nilai anda dalam test pun akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pemahaman anda tentang pola dan jenis pertanyaan yang sering keluar dalam test-test tersebut. Yang menjadi titik terpenting dalam hal ini adalah jangan sampai anda terjebak dalam asumsi, bahwa angka-angka yang anda peroleh dalam test tersebut adalah segalanya dan membatasi kemampuan anda selanjutnya. Pengukuran angka-angka tersebut melalui test adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kemampuan berpikir anda pada waktu anda mengikuti test tersebut. Hal ini karena seringkali kemampuan anda tidak benar-benar muncul saat anda mengikuti test. Bisa saja karena anda kurang enak badan, grogi, ataupun malas menjawabnya. Hal ini pun dapat terjadi pada nilai-nilai raport/transkrip nilai anda. Belum tentu seseorang itu benar-benar idiot walaupun nilainya di bawah angka 6, atau hanya D, E, F. Seorang individu pembelajar yang cukup lihai tidak akan membiarkan angkaangka tersebut membatasi dirinya sendiri dalam berkreasi, belajar dan mengerjakan berbagai hal yang dilakukannya. Jadi apapun yang dikatakan oleh orang lain tentang nilai IQ, EQ, SQ dan nilai ujian andacukuplah anda bilang Saya bukan angka statistik dan nilai itu hanya berlaku satu kali untuk test itu saja dan bukan untuk selanjutnya.

Jika anda bertanya pada saya tentang IQ, EQ, atau SQ... jawaban saya TIDAK TAHU... karena kemampuan setiap individu tidak bisa dibatasi dengan angka-angka. Menjadi Pembelajar Atau Menjadi Pelajar? Salah seorang adik istri saya dianggap sebagai anak yang paling cerdas dalam keluarga. Dari SD sampai dengan SMP rangking-nya tak pernah keluar dari 3 besar di kelasnya. Jago dalam matematika, sastra, bahasa asing, sejarah dan lainnya. Ia pun beberapa kali terpilih menjadi murid teladan, ikut berbagai perlombaan pengetahuan dan mendapat lumayan banyak penghargaan untuk prestasi akademiknya. Namun setelah ia SMA dan kuliah, prestasi akademiknya jatuh seperti terjun bebas. Dan seringkali menghindar untuk berkomunikasi dengan orang lain termasuk keluarganya sendiri. Dalam perkuliahan ia pun malas-malasan. Alasannya belajar di kelas tidak menarik dan hanya mengulang hal yang sama saja... Tidak ada tantangannya. Istri saya yang seorang psikolog, pada saat itu menganggap bahwa ia mendekati apa yang disebut dengan depresi dalam belajardan malah mungkin mendekati ketidakwarasan. Nilai akademiknya merosot sangat drastis dengan IPK yang hanya pas-pasan untuk lulus di Politeknik ITB. Semua anggota keluarga tidak habis pikir kenapa anak dengan hasil test IQ 185 (dari skala 200) yang bisa dianggap jenius, hanya memperoleh nilai akademik yang pas-pasan saja. Akan tetapi setelah beberapa tahun ia selesai kuliah di Politeknik dan memilih drop-out dari kuliah ekstensi S1-nyaia mulai membuka diri terhadap orang lain. Dan ternyata selama ini anggapan banyak orang termasuk keluarganya sendiri bahwa dirinya mendekati ketidakwarasan dan mungkin anehsedikit gila, mulai terungkap ketika istri saya mulai meneliti tentang keberbakatan sekaligus meneliti tentang learning how to learn (belajar bagaimana untuk belajar). Adik ipar saya itu tergolong orang-orang gifted (sangat cerdas dan berbakat dalam banyak hal) dengan tingkat kecerdasan yang tinggi, tingkat pengetahuan yang sangat luas, keinginan untuk mempelajari berbagai hal yang beragam dan tidak menyukai rutinitas. Setelah beberapa lama ia mulai berdiskusi dengan istri saya tentang berbagai hal, istri saya mengambil kesimpulan bahwa selain ia memang seorang gifted ia juga lebih memilih jalur pendidikan informal daripada jalur pendidikan formal di lembaga pendidikan yang katanyamembosankan dan seringkali tidak mampu mengakomodasi kehausannya tentang berbagai ilmu pengetahuan yang ingin dipelajarinya. Ia memilih menjadi seorang pembelajar daripada seorang pelajar dengan cara mengamati berbagai

hal yang ada dalam diri dan lingkungannya, walaupun untuk itu ia dianggap aneh, kurang waras atau menyia-nyiakan kemampuannya yang beragam. Apa yang dapat anda simpulkan dari sekilas cerita tentang adik ipar saya itu? Dengan kecerdasannya ia dapat saja mempelajari berbagai mata pelajaran di sekolahnya lebih cepat 2-3 kali dari orang lain dan memperoleh nilai yang tinggi. Tetapi ia lebih memilih untuk keluar dari jalur pendidikan formal dan tidak terlalu mempedulikan anggapan orang lain tentang nilai kuliah, gelar sekolah ataupun pekerjaan yang baginya hanya akan menghambat kemajuannya dalam belajar. Tapi kompensasi dari penarikan dirinya dari lingkungan akademik membuatnya lebih bisa berkonsentrasi mempelajari agama, budaya Sunda, filsafat dan berbagai bidang keilmuan, dan mampu menggalinya lebih dalam daripada kebanyakan orang. Mungkin pada awalnya ia tidak menyadari bahwa ia sedang dalam perjalanan untuk menjadi seorang pembelajar, walaupun untuk itu ia menjalaninya dengan cara-cara yang seringkali membuat keluarga dan orang lain mengerutkan kening dan merasa aneh. Sebenarnya pembelajar dan pelajar itu apa? Kata pembelajar atau pelajar ini seringkali dianggap sama oleh banyak orang termasuk saya, ketika belum mempelajari apa yang disebut dengan proses belajar. Pembelajar atau pelajarwalaupun merujuk pada area yang samayaitu belajar, mempunyai makna yang berbeda. Jika Anda bersekolah di lembaga pendidikan formal yang ada, maka Anda akan disebut sebagai pelajar bukan sebagai pembelajar. Mungkin ini terkait dengan kata pelajaran yang menjadi objek kajian ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah. Jika status anda adalah murid sekolah pendidikan formal dan kemudian bertanya tentang apa yang dipelajari di sekolahmaka Anda disebut oleh orang lain sebagai pelajar. Tapi disini saya ingin menekankan bahwa menjadi pelajar di lembaga pendidikan formal hanyalah sebagian kecil dari fungsi, cara dan karakteristik pembelajar. Bagi seorang pembelajar ia adalah pelajar bukan hanya di sekolahakan tetapi di dalam dirinya, dalam keluarga, masyarakat dan alam ia adalah seorang pelajar. Mungkin ada beberapa saat dimana Anda merasakan bahwa Anda dapat mempelajari berbagai materi pelajaran di sekolah pada tempat, situasi dan kondisi yang sama sekali berbeda (seperti di terminal, pasar) sewaktu anda belajar di sekolah. Pada saat seperti ini Anda adalah seorang pembelajar (learner) walaupun status resmi Anda adalah seorang pelajar (student) di sekolah XYZ.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, anda akan memilih apa ketika berhadapan dengan berbagai situasi dan kondisi? Apakah anda akan menjadi seorang pembelajar ulung atau hanya terpaku pada status ke-pelajar-an anda di lembaga pendidikan formal? Untuk ini Anda punya pilihan untuk memilih apakah terkurung dalam ruang lingkup ke-pelajar-an anda atau bertransformasi menjadi seorang pembelajar yang mampu belajar dalam berbagai situasi, kondisi dan tempat apapun. Saya Bisa Belajar Lebih Baik Anda tahu orang-orang atau anak-anak dengan Down Syndromme? Yang seringkali dianggap idiot dan terbelakang baik perkembangan mental dan intelejensinya? Dengan keterbelakangan mental dan kemampuan kognisinya mereka pun dapat berbicara dengan cukup jelas, minum, makan dan mengerjakan beberapa keterampilan lainnya seperti orang normal. Jika mereka saja bisa belajar berbagai keterampilan dan kemampuanapalagi orang-orang yang disebut normal, cerdas. Dengan kenormalan dan kecerdasan kitaorang-orang normal inisudah seharusnya kita mampu untuk belajar lebih baik dari mereka yang disebut sebagai pengidap Down Syndromme. Cuma yang menjadi pertanyaan apakah kita yang normal ini mampu mendorong diri kita sendiri menjadi seorang pembelajar yang belajar lebih baik dan memperoleh berbagai keterampilan yang dapat bergunaminimaluntuk diri kita sendiri? Jika anda mampu untuk makan minum sendiri, bisa berpikir logis dan rasional, maka anda mampu belajar lebih baik. Dan tugas selanjutnya adalah bagaimana memperbaiki pemikiran kita tentang belajar dan cara kita belajar. Untuk hal ini seorang panday (pandai besi) mungkin dapat memberikan beberapa filosofi pandai besi (dalam bahasa Sunda) bahwa dalam menempa logam menjadi berbagai macam perkakas yang beragam, harus ngakar, ngukur, ngeker, ngikir dan ngukir. Ngakar, adalah apa yang kita inginkan (akar dari permasalahan/keinginan). Apa yang ingin kita buat dari logam yang akan ditempa? Apakah menjadi pisau, golok, cangkul atau lainnya? Untuk setiap jenis perkakas yang diinginkan berarti pandai besi tadi harus ngukur ukuran dari panasnya bara api, ukuran alat yang akan dibuat serta seberapa kuat pukulan palu pada logam yang sedang dilebur. Setelah logam yang ditempa menjadi bentuk kasarnya yang pertama, maka pandai besi tadi harus ngeker (melihat dengan teliti) apakahmisalnyagolok yang dibuat tadi cukup kuat dengan memasukkan golok yang sedang dibakar ke dalam air

dan lalu dilihat lagi apakah sudah lurus, dan cukup kuat untuk disipuh (ditajamkan). Setelah bentuk, kekuatan dan dan bagian tajam golok dibentuk, si pandai itu harus ngikir (mengikir seluruh badan) golok yang baru jadi tadi sehingga mulai terlihat dengan jelas bagian mana yang tajam dan tumpul, serta bagian yang menjadi gagang dan ujung. Setelah proses tersebut, golok belum dapat disebut telah selesai, tetapi harus dilanjutkan dengan ngukir (diukir), baik untuk ukiran pada badan golok, sarung ataupun gagangnya. Setelah proses ngakar, ngukur, ngeker, ngikir dan ngukir selesai barulah golok tadi dapat diasah menjadi lebih tajam. Persoalan mengasah golok tadi dengan gerinda mesin atau manual dengan asahan batu cuma persoalan kecilyang terpenting golok tadi sudah berbentuk dan siap digunakan, dan jika tumpul tinggal diasah lagi. Dalam proses penempaan golok dari logam tadi, yang mana posisi anda? Logamkah? Atau pandai besinya? Jika anda menjawab logam makamaafmungkin anda termasuk pada golongan orang-orang Down Syndromme... hehehe. Akan tetapi jika anda menjawab pandai besinya maka anda termasuk sedikit normalkarena yang menjadi pandai besi, logam dan alat penempanya adalah diri anda sendiri. Logam adalah bahan, seperti halnya semua yang ada di dalam dan sekitar diri kita yang merupakan bahan untuk ditempa, dibentuk, diraut, dan diasah sehingga menjadi alat yang berguna. Yang menjadi pandai besinya adalah diri kita secara keseluruhan. Sedangkan alat untuk menempanya adalah mental set dan otak kita. Untuk itu kita harus berkata bahwa kita memang mampujika tidak, minta bantuan pada orang yang mampujika untuk itupun anda berkata tidak mampu, tanya diri anda sendiribuat apa saya hidup? Ingatlah bahwa anda sudah punya bahan dan alat-alat yang cukup untuk menciptakan keterampilan baru, memperbaiki dan mempertajam keterampilan anda yang lama seperti halnya filosofi pandai besi tadi. Jadi jangan bilang bahwa Saya Tidak Bisa Belajar Lebih Baik Lagi Dalam Hal Apapun.

BAB I

JIPLAKLAH CARA BELAJAR ORANG LAIN! Mungkin hampir setiap orang dapat dikatakan pernah mencontek pada saat ujian

ataupun waktu-waktu lainnya. Saya tidak mengatakan bahwa mencontek waktu ujian itu baiktapi karena seringkali karena angka-angka menentukan kelulusan dan bahkan nilai diri seseorang seseorang pun direpresentasikan dalam angka, maka saya menganjurkan anda untuk mencontek saat ujian, dengan satu syarat jika ketahuan resiko ditanggung sendiri. Mudah-mudahan jawaban yang anda contek benartapi jika salah itupun tanggung jawab anda sendiri kenapa mencontek jawaban yang belum tentu benarpadahal anda bisa mencontek bagaimana orang itu belajar lebih baik sehingga tidak perlu mencontek untuk menjawab soal ujian. Nyontek? Menjiplak? Dosa!!! Plagiat!!! Jika anda menganggap mencontek atau menjiplak itu dosa dan salahmaka anda salah besar. Dalam belajar bagaimana untuk belajar, mencontek orang yang lebih baik dari diri diri anda sendiri adalah hal yang pentingjika tidak dikatakan sebagai hal yang terpenting. Picasso, seorang seniman pelukis asal Italia yang mempunyai nama besar di dunia seni lukis mengatakan bahwa seniman yang baik menjiplak. Seniman yang besar mencuri. Jadi jiplaklah dan kalau bisa curi cara-cara bagaimana orang lain bisa lebih baik dari kita dalam mempelajari sesuatu. Sebenarnya di dunia ini tidak begitu banyak produk, ide, gagasan, teknik ataupun cara yang baru dan orisional. Kebanyakan produk, ide dan teknik baru adalah perluasan dari yang sudah ada. Begitu juga teknik dan seni belajar. Saya percaya bahwa kita tidak boleh terlalu ngotot untuk menganggap bahwa mencontek dan menjiplak itu sendiri salah dan melanggar hak cipta. Apapun itu yang memperbaiki cara mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, dapat dianggap sebagai tindakan kreatif dan legal, bahkan kalaupun itu berarti mencuri gagasan dari sumber lain selama gagasan itu tidak dipatenkan ke kantor pembuatan paten hak cipta. Dalam belajar, hak cipta tidak berlaku seperti dalam penemuan alat, penulisan skripsi, tesis atau buku. Malah untuk proses belajar dianjurkan untuk menjiplak dan mencuri cara dan teknik orang lain. Makanya sekarang perusahaan konsultan untuk pengembangan SDM baik menyangkut kinerja, keterampilan otak ataupun spiritual tumbuh seperti jamur di tempat lembab. Padahal setiap materi program yang ditawarkan

hampir sama. Karena ide awalnya juga sama. Jadi jiplak dan curilah apapun yang dapat membantu meningkatkan keterampilan belajar anda. Seni Belajar Mungkin anda bukan pelukis seperti Van Gogh ataupun Affandi. Mungkin juga anda bukan Eric Clapton, Santana atau Van Halen yang seorang pemusik. Mungkin bukan juga seperti Michaelangelo atau I Nyoman Cakra yang menjadi pematung. Tapi dalam belajar, menjadi seorang seniman adalah sebuah keharusanjika tidak disebut dengan fardhu ain (wajib) dalam agama Islam. Belajar adalah sebuah seni. Tanpa sentuhan seniteknik dan cara kita belajar akan seperti sayur tanpa rasa. Bagaimana kita mengatur waktu, membaca, mempersiapkan ujian dan lainnya adalah seni tersendiri dalam belajar. Dan kadangkala seorang seniman pun harus mampu berpikir dan bertindak lebih jauh daripada orang lainatau singkatnya menyebrang pada fase kegilaan tertentuseperti ke-eksentrikan seniman-seniman umumnya. Seni dalam belajar dapat anda singkat dengan kata CARI. Contek atau Curi, Adaptasi, Rubah dan Implementasi. Jangan pernah terjebak dengan pola rutinitas yang sering dilakukan oleh umum. Karena seringkali rutinitas belajar tersebut menjadikan kita menjadi robot yang tidak mempunyai kreativitas ataupun takut akan perubahan. Jika kita rasakan bahwa teknik dan cara belajar kita kurang bagus jangan ragu untuk mencontek dan mencuri cara dan teknik belajar orang lain sebanyak-banyaknya. Setelah tahapan pencontekan dan pencurian teknik belajar ini jangan lupa untuk melakukan adaptasi dan perubahan yang anda rasakan perlu dilakukan. Anda punya kebiasaan, gaya dan keunikan tersendiri. Jaditeknik dan cara yang telah dicuri oleh anda lebih baik diadaptasi dan dirubah oleh anda sendiri. Untuk ini anda dapat berkonsultasi atau membaca beberapa buku lainnya tentang belajar yang fleksibel tapi efisien dan efektif untuk anda sendiri. Mungkin setelah adaptasi dan merubah hasil contekan dan curian anda itu anda dapat merancang program belajar sendiri yang fleksibel karena banyaknya data dan informasi cara belajar yang anda curi. Setelah itu baru implementasikan apa yang anda rancang secara bertahapdan jangan terlalu cepat mengharapkan hasil yang bagus karena hasil proses belajar tidak instant tapi bertahap. Yang perlu diingat adalah seni belajar tidak terpaku dan dituntut harus sama dengan pola-pola, jadwal ataupun kebiasaan tertentu. Tetapi bisa fleksibel dan tidak mengikat anda dalam rutinitas yang kaku. Ingat yang penting adalah proses bukan hasil

akhirnya. Karena dalam proses yang anda lakukan mungkin anda menemukan hal-hal lainnya yang bergunawalaupun hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan anda. Seni Menjiplak Dan Mencuri Rasanya saya seperti tokoh Kusunoki dalam komik manga Jepang The Bandit King yang memberitahukan dan mengajarkan pada muridnya Nagato cara-cara untuk menjiplak dan mencuri dengan kreatif agar bisa memenangkan perang dengan rejim yang berkuasa. Tapi untuk memenangkan persaingan, baik dalam dunia akademik ataupun non akademik, maka hal satu-satunya yang mungkin cukup etis adalah mencuri ide, kreasi dan teknik belajar yang lebih baik. Karena jika keterampilan belajar kita sudah terasahmungkin saja kita termasuk dalam golongan yang survive jika mengambil doktrin survival for the fittest dari si Darwin. Sebenarnya dalam seni menjiplak dan mencuri inisaya terinspirasi dengan acara National Geographic di ANTV tentang kehidupan bunglon. Untuk mencari makanan sekaligus menghindari pemangsanya, bunglon mampu berubah warna sesuai dengan lingkungannya. Dengan kemampuannya ini ia dapat terhindar dari bahaya dimangsa dan sekaligus mendapatkan makanannya yang berupa serangga-serangga kecil. Kenapa harus bunglon? Kita kan bukan bunglon? Dalam hal ini bukan sifat bunglon yang diasosiasikan dengan penjilat ataupun mata-mata. Tetapi bunglon dalam arti, kita mampu berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar kita. Bukan sedikit orang-orang yang dianggap pintar, cerdas dan kreatifatau mungkin juga orang-orang yang licik dan culasadalah bunglonbunglon. Mereka mampu berubah sesuai dengan situasi, kondisi dan tempat mereka berada untuk menyelamatkan diri, mencuri, menjiplak atau bahkan menipu orang lain. Kemampuan beradaptasi inilah yang dapat kita tiru (jiplak) dari bunglon. Dalam proses pencurian dan penjiplakan ini, kita sebenarnya belajar untuk meningkatkan keterampilan belajar kita sendiri. Karena untuk kedua hal ini maka keterampilan berkomunikasi, observasi, dan kreativitas ini juga akan ikut terlatih dalam proses mencontek dan mencuri cara belajar orang lain. Jadi melatih keterampilan belajar sebenarnya dimulai sejak kita mulai menjiplak dan mencuri cara serta teknik belajar orang lainsebelum nantinya secara sistematis mengimplementasikan program belajar yang dirancang nanti. Jika mau jujur, saat kita menulis laporan, tesis ataupun menjawab soal ujian pun sebenarnya kita menggunakan seni mencuri, mencontek dan menjiplak, walaupun

dengan embel-embel hasil hapalan, membaca buku, ataupun referensi teoritis. Jadi jangan takut bahwa mencontek dan mencuri itu dosa dan menjadikan kita plagiat. Modifikasi dan Menerapkan Hasil Jiplakan Kenapa para penemu yang berasal Jepang cuma sedikit jumlahnya dibandingkan dengan penemu-penemu yang berasal dari dunia Barat? Padahal teknologi yang mereka miliki sebanding dengan negara-negara Barat? Dulu saya seringkali kepikiran tentang hal ini, tetapi setelah beberapa lama kemudian akhirnya terlintas jawabanuntuk menemukan sesuatu, biaya dan waktunya lebih banyak daripada mengembangkan. Mungkin untuk jawaban ini saya hanya berspekulasi, tetapi sejarah membuktikan bahwa penemuan-penemuan baru memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak daripada mengembangkan. Jika anda masih ragu lihat negara Cina. Tanpa terduga sebelumnya, mereka mulai bisa mengejar ketertinggalan mereka dalam sains dan bidang keilmuan lainnya karena mereka mampu memodifikasi dan menerapkan sains dan ilmu yang mereka jiplak dan curi dari negara-negara Barat. Bagaimana dengan Indonesia? Mungkin setelah lebaran monyet!!! Okay, kembali ke laptop ke tulisan ini! Mengembangkan adalah proses adaptasi, modifikasi, dan perubahan. Tapi mengembangkan sesuatu tanpa inovasi dan kreativitas bukanlah pengembangan. Untuk mengadaptasi dan memodifikasi hasil contekan dan curian anda tentang cara dan teknik belajar juga memerlukan kreativitas dari anda sendiri. Anda tidak perlu mempunyai IQ tinggi untuk kreatif. Yang penting dalam berkreasi untuk modifikasi dan pengembangan cara belajar adalah memilih beberapa cara dan teknik belajar yang cocok dan mudah disesuaikan dengan kegiatan anda sehari-hari. Modifikasi tentang teknik dan cara belajar juga bukan hanya dilakukan sebelum merancang dan mengimplementasikan program belajar yang akan digunakan oleh anda. Akan tetapi dilakukan terus-menerus selama anda tetap belajaryang berarti adalah seumur hidup. Seperti halnya proses interaksi kita dengan lingkungan bahwa kita tetap berubah setiap detiknyabegitu juga dengan proses modifikasi ini. Ingat! Kreativitas perlu perubahan dan perubahan memerlukan kreativitas. Yang utama adalah bahwa sebuah gagasan baru mempertanyakan praktik yang sedang berlangsung itu apa. Teknik-teknik tentang bagaimana memodifikasi, merubah

dan mengembangkan teknik dan cara belajar sebenarnya tergantung dari kreativitas untuk terus berubah dan perubahan yang tetap kreatif. BAB II BELAJAR UNTUK MEMILIH, MEMILIH UNTUK BELAJAR Dulu ketika saya mendekati kelulusan SMA, yang menjadi persoalan adalah tentang pilihan kuliah. Meneruskan ke jurusan yang saya inginkan atau berkompromi dengan keinginan orangtua untuk memilih jurusan yang tidak terlalu diminati oleh saya. Dalam hal ini saya punya pilihan untuk dipilih. Dan jika mau berpikir lebih jauh, tidak memilih apapun adalah sebuah pilihanyang walaupun baik ataupun buruktetap akan memaksa kita untuk tetap berinteraksi dengan peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Berinteraksi adalah juga sebuah pilihan aksi dan reaksi (bukan fisika mekanik, red) Seorang manusia semenjak lahir terus-menerus berinteraksi dengan berbagai elemen kehidupan yang kemudian mengharuskannya untuk mempelajari berbagai hal yang dapat menolongnya dalam kehidupan. Proses belajar manusia tidak berhenti pada saat seseorang yang menginjak dewasa meninggalkan bangku sekolah, dengan atau tanpa ijazah, dimana proses belajar ini berlangsung terus, melalui pergaulan dengan sesamanya, melalui pengalaman kerja, bacaan, kursus-kursus, pelatihan ataupun seluruh kejadian yang dialami selama hidupnya (Lunandi, 1993). Pendidikan dalam pemikiran sayaseharusnyalebih dari sekedar pengajaran; dimana yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer pengetahuan belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan tukang-tukang atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, yang perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis. Di pihak lainAzyumardi Azra (2002) mengatakan bahwa pendidikan yang berlangsung dalam suatu schooling system cenderung terjebak menjadi suatu proses transfer ilmu dan keahlian dalam tekno struktur yang ada. Akibatnya pendidikanatau lebih jelasnya pengajaranlalu malah menjadi suatu komoditi dagang dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan pribadi seseorang dan kehidupan sosial kemasyarakatan.22

Kritik tentang sistem pendidikan modern lihat Ivan Illich. 1979, Deschooling System, Penguin Book, yang mengatakan bahwa kelembagaan sekolah tidak membawa perubahan yang signifikan terhadap perkembangan keahlian dan kepribadian seseorang. Sistem sekolah yang ada hanya memperkuat struktur kelas sosial yang telah mapan. Karena itu semua sistem kelembagaanharus diganti dengan jaringan belajar (learning webs). Gagasan senada juga dikemukakan Everett Reimer dalam School is Dead dengan menyatakan, bahwa bagi kebanyakan orang lembaga pendidikan cenderung menjadi institusi yang mendukung privelese, dan bahkan pada waktu yang sama merupakan instrumen utama bagi mobilitas vertikal masyarakat yang akhirnya menciptakan kelas-kelas baru yang teralienasi dari masyarakatnya, dan bukan mengembangkan keahlian dan keterampilan dari individu-individu yang mengikuti sekolah itu.

Mungkin ini saatnya kita belajar untuk memahami dan bukan untuk menjadi tukang Sekolah No Belajar Yes? Belajar No Sekolah Yes? Atau Yes Yes? Tulisan di bawah ini adalah tulisan adik ipar saya yang telah diceritakan tadi. Dulu saya pernah mengawetkan pertanyaan-pertanyaan di kepala saya yang berkaitan dengan pertanyaan kenapa saya harus sekolah. Padahal kebutuhan kita yang utama sepertinya cuma untuk mengisi perut saja. Pertanyaan lain pun muncul apakah pendidikan itu untuk memperoleh pekerjaan, kekayaan dan status? Pertanyaan ini keluar karena saya seringkali melihat bahwa prestasi dan kualitas seseorang hanya dinilai dari kekayaan, gelar dan status di masyarakat. Masalah cara mereka memperoleh kekayaan, gelar dan status tersebut tidak pernah dipedulikan yang penting mereka terlihat kaya, mentereng dan punya gelar seabrek-abrek. Apa bedanya dengan para koruptor yang bergelar dan berstatus pejabat, tokoh agama ataupun lainnya yang merusak amanat, terus kemudian sebagian hasil korupsinya disumbangkan ke mesjid dan menjadi donatur untuk kegiatan sosial? Uang tetap dapat, nama pun tetap baik, masalah uangnya hasil korupsi, kan sebagian sudah disumbangkan untuk kegiatan amal dalam rangka membayar dosa. Mungkin pernyataan ini terlalu sarkastis, tetapi kenyataan ini yang seringkali saya lihat, dimana pendidikan juga menghasilkan orang-orang pintar yang jago memintari orang lain. Saya sering bercanda dengan teman-teman bahwa sepertinya kita sekolah hanya untuk hidup dari memakan orang-orang bodoh karena kita tahu yang orang lain tidak tahu. Seperti halnya hukum yang digunakan oleh orang-orang pintar hanya untuk memintari dan menghukum orang-orang yang bodoh karena ketidaktahuannya. Dalam pendidikan umum ataupun pendidikan agama hal inipun tidak terkecuali tetap sama. Sekuler ataupun tidak, proses pendidikan (formal) yang dilalui oleh kita tidak menjadi jaminan bahwa kita lebih baik dari orang lain. Yang menentukan adalah mental-psikospiritual set yang dimiliki oleh pribadi-pribadinya. Sarkastis memang. Tapi tulisan adik ipar saya ini menjadi inspirasi topik ini. Apakah kita belajar untuk mendapatkan gelar & pekerjaan? Ataukah memang benarbenar belajar untuk mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan belajar? Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, niat dan pilihan anda dalam belajar menentukan apa yang akan anda peroleh dari proses belajar anda. Saya tidak menutup mata bahwa banyak sekali pekerjaan yang membutuhkan pendidikan tinggi denganTentang hal ini, untuk lebih jelasnya baca Ivan Illich, et. al, After Deschooling, What?, Perennial Library, New York, 1973

embel-embel nilai IPK minimum, keahlian atau apapun. Dan saya juga tidak mengingkari banyaknya orang yang cenderung silau ketika berhadapan dengan orang lain yang punya jabatan, pendidikan dan kekayaan yang lebih dari diri mereka sendiri. Yang menjadi topik bahasan ini adalah masalah pilihanapakah anda belajar untuk belajar atau belajar untuk hal-hal lainnya yang ingin anda dapatkan?. Saya ingin keduanya!jika anda menjawab seperti ini, maka siapkan diri anda agar mampu benar-benar menjadi orang yang sukses baik dalam belajar, bekerja ataupun dalam hidup. Belajar untuk belajar adalah untuk mengerti dan memahami apa yang anda inginkan, baik diri anda sendiri, ilmu, pengetahuan ataupun masalah lainnya. Kita tidak perlu apatis ataupun sarkastis. Tapi penting menjadi orang yang pragmatis, bahwa ilmu yang kita peroleh dari proses belajar dapat diarahkan untuk menghasilkan berbagai hal yang kita inginkan. Lebih Baik Menyelam Daripada Tenggelam Dalam hal ini ada filosofi yang sangat saya perhatikan dari syair Sunda yang saya dapatkan dari adik ipar saya Dina sagala rupa nu dipelajari teh ulah nepi ka titeuleum, tapi kudu bisa neuleuman (dalam segala hal yang dipelajari itu jangan sampai tenggelam tapi harus mampu menyelam). Secara logis kita dapat memahami syair ini bahwa orang yang tenggelam biasanya karena tidak bisa berenang ataupun hanya tahu teori renang tapi tidak mampu untuk mempraktekkannya. Orang yang bisa menyelam sudah pasti mampu untuk berenang dan mampu menyelam sampai dasar. Filosofi ini sebenarnya filosofi yang sangat dalam dan hanya diturunkan turuntemurun pada beberapa orang dalam khazanah budaya Sunda, khususnya dalam pencak silat. Untuk mengerti dan memahami filosofi ini tidak terlalu sukar, akan tetapi yang paling sulit adalah untuk mengaplikasikannya. Karena untuk mampu menyelami berbagai hal, kemampuan untuk bersabar dan terus berusaha dalam prosesnya sulit sekali untuk dikerjakan, terlebih lagi ketika urusan perut yang ikut berbicara. Bagi seorang pembelajar, dalam belajar tidak pernah ada istilah better late than never (lebih baik terlambat daripada tidak) tetapi yang ada hanya now or never (sekarang atau tidak sama sekali). Seperti halnya seorang calon pandai besi yang belajar menempa dengan menempa, belajar mengukir dengan mengukir belajar menulis dengan menulis, atau belajar berpikir harus dengan berpikirmaka belajar menjadi pembelajar adalah belajar bagaimana untuk belajar.

BAB III

MUNGKIN INI BELAJAR BAGAIMANA UNTUK BELAJAR! Kenapa judul ini saya tulis mungkin ini belajar bagaimana untuk belajar?

Alasan saya adalah dalam hal apapun yang mengenai pengetahuan manusia tidak ada yang absolut benar. Tapi setidaknya untuk ini saya berani mencoba. Lagipula saya menganggap dalam belajar kita harus berani salah dan berani mengakui kesalahan. Jika takut untuk salah buat apa ada istilah trial and error dalam proses perkembangan peradaban dan kemajuan teknologi manusia? Seperti halnya tentang belajar untuk berpikir terbalik dan keluar dari paradigma umum, anda harus berpikir kreatif dengan menggunakan logika anda. Bukan hal penting bahwa anda tidak mempunyai IQ tinggi, tetapi yang terpenting adalah kekuatan mental dan keinginan dari diri anda untuk mampu belajar dan berbuat lebih baik. Kreativitas dan mampu menggunakan logika dan intuisi anda baik secara linear (baca: umum) ataupun paralel (baca: tidak umum). Logika dan kreativitas dalam hal ini adalah pintu untuk meningkatkan kemampuan kita dalam belajar. Setelah sering berdiskusi dengan istri dan adik ipar saya tentang proses pembelajaran, akhirnya saya berpendapat bahwa yang terpenting dalam proses belajar adalah bagaimana cara meningkatkan daya tangkap, intuisi, efektifitas dan efisiensi belajar, sehingga kita tak perlu untuk menggunakan waktu yang lama dan cara-cara yang rumit untuk mempelajari sesuatu. Istilah malapah gedang (bertahap dan seimbang) dalam budaya Sunda bukan hanya diterapkan dalam omong kosong saja, akan tetapi dapat diterapkan juga dalam proses pembelajaran. Malapah gedang disini adalah keniscayaan sebuah proses, kondisi awal kita dalam belajar harus seperti kertas putih dan kemudian diberi pondasi yang dengan melatih daya tangkap melalui pemberian dasar-dasar pemikiran logika yang kuat, dan dibiasakan untuk selalu bertanya, apa, siapa, mengapa, bagaimana, darimana, kemana, kapan dan dimana Setiap orang cenderung lebih cepat memahami apapun yang dipelajari ketika dibiasakan dengan pemahaman jika dan maka (logika) serta tahapan prosesnya, anak-anak pun tanpa terkecuali tetap sama. Kenapa saya menganggap logika dan kreativitas adalah hal yang terpenting dalam belajar? Karena banyak hal yang logis dan bisa dilakukan dan banyak aspek yang tidak logis tapi menarik untuk diterapkan dalam proses belajar. Anda tidak

percaya? Dulu terbang di angkasa hanya khayalan dan tidak logis. Tapi hal ini menarik minat dan imajinasi Wilbur dan Orville Wright. Akhirnya sekarang ada pesawat terbang. Ini Logis, Itu Tidak Logis Tapi Menarik! Alasan Yang Layak Untuk Disebut Aneh Dan Gila Bicara dan berpikir pakai logika dong! Ide kamu itu menarik tapi tidak logis. Jika anda sering menggunakan kata-kata seperti ini sebaiknya anda mulai belajar untuk menjadi aneh dan gila. Kenapa? Jika anda mempelajari sejarah dengan seksama, maka banyak orang-orang yang mengubah dunia ini di masa depan, pada masanya dianggap sebagai orang aneh, tidak waras ataupun gila. Tapi ide dan gagasan mereka yang tidak menarik dan aneh bagi orang lain pada akhirnya mampu mengubah wajah peradaban manusia. Orville dan Wilbur Wrightdua bersaudara yang berhasil membuat pesawat terbangterobsesi untuk membuat mesin yang dapat membawa manusia ke angkasa. Pada masa-masa sebelum mereka berhasil membuat pesawat yang bisa terbang semua itu tidak logis dan dianggap gila karena manusia tidak seperti burung yang punya sayap untuk terbang. Tapi setelah berhasil membuat pesawat yang bisa terbang dengan ketekunan dan semangat pantang menyerah orang-orang yang berkata bahwa mereka gila pun menjadi diam dan tak mampu berkata apa-apa. Untuk menjadi seorang pembelajar yang ulung, anda hanya perlu melakukan empat hal yang utama ketika mulai belajar. 1. Jangan takut atau malu dianggap orang yang terlalu ingin mendapat perhatian dengan banyak bertanya dan menyangsikan keterangan-keterangan yang menurut anda tidak masuk akal.

2. Biasakan berpikir terbalik menurut logika ataupun intuisi anda. Sebagai contoh adakalimat dalam filsafat yang mengatakan bahwa Tuhan ada karena ada manusia, dan manusia ada karena adanya Tuhan. Menarik? Membingungkan? Benar atau Tidak? Aneh dan gila? Benar atau tidaknya pernyataan inianda dapat mempertimbangkan jawaban... siapa yang menyebut adanya Tuhan? Jika ras manusia telah musnah, siapa yang akan menyebut adanya Tuhan? 3. Biasakan bersikap skeptis (tidak mudah percaya) dengan berbagai informasi yang anda terima dan peroleh dari lingkungan. Jangan percaya sebelum anda benarbenar merasakan bahwa data dan informasi yang ada memang benar adanya.

4. Kritislah dan ujilah diri anda sendiri! Lakukan hal ini terhadap diri anda ataupun orang lain. Niscaya anda akan menemukan bahwa bersikap kritis ini akan memudahkan anda dalam memahami berbagai hal. Untuk benar-benar mengerti dan memahami tentang kajian yang dipelajari oleh anda, Galileo Galilei dapat menjadi contoh. Ia tidak mempertanyakan ajaran biblikal gereja yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat dari tata surya dan semua benda angkasa berputar mengelilingi bumi. Galileo berpikir dan menemukan hal yang melanggar paradigma umum. Ia menemukan bahwa bumi dan planet-planet berputar mengelilingi matahari. Sehingga kemudian ia disidang, dianggap heretic (murtad) dan harus menarik pernyataan dan penemuannya tersebut, serta tak boleh lagi berkomunikasi dengan dunia akademik dan lainnya. Layakkah Galileo menerima hukuman tersebut? Karena sekarang kita tahu bahwa semua planet dalam tata surya memang benar-benar mengelilingi setelah penemuan Galileo diperkuat oleh Nicolaus Copernicus dan Yohannes Keppler. Untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang benar-benar masuk akal (baca: benar) kita harus belajar untuk bersikap skeptis, kritis, dan benar-benar masuk ke dalam dunia kajian yang kita pelajari walaupun pemikiran dan cara kita mungkin tidak masuk akal, logis ataupun membingungkan orang lain. Tapi tentu saja untuk itu anda harus mempersiapkan diri anda untuk mencari informasi, menganalisis dan mengaplikasikan jawaban yang anda peroleh. Jadi jangan takut untuk dianggap aneh atau kurang waras jika anda ingin benarbenar mengerti dan memahami apa yang ingin anda ketahui. Keseriusan mungkin membuat kita gila, tapi kegilaan itu akan membuat kita tertawa. Ingatlah! Hanya orangorang gila yang akan mengubah dunia! Tapi karena kita hidup di dunia yang penuh dengan orang normal dan sedikit yang gila, etislah dan bijaksanalah!. Berpikir Terbalik dan Melanggar Paradigma Umum Prinsip nomor satu untuk orang-orang yang kreatif dan para pembelajar umum adalah kemampuan untuk absurd. Makin liar ide dan gagasannya, makin baik. Einstein pernah berkata bahwa, jika sejak awal gagasan tidak kedengaran absurd, maka gagasan itu tidak akan mempunyai harapan. Absurditas adalah bakat yang kuat. Dan ada hubungan yang dekat antara menjadi absurd dengan kesenangan. Seringkali percikan ilham dan ide-ide yang brillian datang pada saat kita santai dan

membiarkan pikiran kita melantur kemana-manatidak hanya terfokus pada masalah aktual yang sedang kita hadapi. Absurditas berlawanan secara diametris dengan logika. Apakah betul demikian? Mungkinkah kita belajar dan bekerja sambil bersenang-senang? Saya jawab mungkin. Jika anda sering menonton TV, tentu anda tahu salah satu produk rokok yang katanya-katanya seringkali absurd tapi cukup menyengat. TANYA KENAPA? Atau MEMBUAT HIDUP MENJADI LEBIH HIDUP? Scene dalam klip-klip iklan tersebut seringkali absurd ataupun tidak logis dan terbalik dari kebiasaan umum, tapi merangsang kita untukmemang harus bertanya kenapa? Anda tahu kenapa? Lalu kenapa kita tidak mencoba berubah? Jika kita mau berpikir absurdmungkin orang-orang yang merokok sepertinya lebih kreatif, iklan-iklan rokoknya saja lebih menarik perhatian dan malah lebih cerdas daripada iklan-iklan yang memamerkan wajah cantik, ganteng yang seringkali hanya menjual keelokan muka dan tubuh saja. Namun demikian, kebanyakan kita sulit menjadi absurd. Jangan jauh-jauh mengenai cara berpikir ataupun belajar. Lihat saja cara kita berpakaian. Seringkali kita berpakaian yang serasi antara baju, celana, sepatu ataupun ikat pinggang dan tas kita. Untuk bisa menghasilkan cara berpikir dan belajar yang memang benar-benar orisinal, luwes, peka akan masalah, tidak konvensial, dan manjurkita dituntut untuk keluar dari kotak logika umum. Tidak berarti bahwa kita menjadi tidak logis, yaitu yang tidak memakai penalaran umum. Argumennyatidak menjadi non-logis, yang bergeser dari model pemikiran konvensional akan tetapi bagaimana pemikiran kita mampu mengubah pola berpikir konvensional yang kaku dan menghambat kemajuan. Agar mampu berpikir terbalik dan melanggar paradigma umum ini sebenarnya cukup mudah. Anda hanya perlu membuat telinga anda untuk tuli selama beberapa saat dari kritikan yang datang dari dalam dan luar diri anda. Lalu gunakan gagasan orang lain untuk diputarbalikkan berdasarkan absurditas pemikiran dan imajinasi anda. Baru setelah itu telurkan gagasan anda dalam bentuk kongkrit, baik dalam konsep, program ataupun implementasinya. Dalam anggapan saya, menjadi pembelajar yang mampu belajar bagaimana untuk belajar adalah selalu kreatif dalam belajar dan belajar kreatif melalui absurditasnya. Tertawalah dengan enak. Biarkan rambut anda acak-acakan. Dan sekalisekali biarkan pikiran anda melenceng dari cara berpikir umum. Santai dan bersenang-

senanglah dan menjadi gila saat anda mulai berpikir, baru kemudian kembali ke dunia orang waras setelah anda punya gagasan dan pemikiran yang brillian. Ingat! Tanya kenapa kita harus membuat hidup kita lebih hidup? Tanya kenapa kita harus belajar lebih baik? Tanya kenapa saya menggunakan jargon iklan salah satu produk rokok dalam tulisan ini? Untuk informasi... saya tidak merokok rokok tersebut. Kreatif Dalam Belajar dan Belajar Kreatif Karena buku ini tidak membahas tentang masalah kreativitasjadi saya tidak menulis berbagai referensi mengenai kreativitas dan belajar. Jika anda ingin tahu masalah definisi kreativitas dari orang-orang ahli, saya hanya menyarankanjangan baca satu buku saja, tapi bacalah lebih dari 10 buku tentang kreativitas dan belajar. Kenapa? Definisi setiap orang tentang kreativitas dan belajar seringkali berbeda dan mungkin akan membingungkan, padahal acuannya tetap sama yaitu tentang apa yang disebut dengan kreativitas dan belajar serta pengaruhnya terhadap individu. Jika anda memperhatikan, hanya sedikit sekali referensi buku yang digunakan dalam buku ini. Lagipula saya tidak terlalu mementingkan definisi-definisi teoritis tentang belajar, karena buku ini tidak dimaksudkan sebagai buku teks sekolah/perkuliahan. Okay... kita teruskan saja. Seperti yang telah saya singgung dalam topik sebelumnya, kreativitas memegang peranan yang penting disamping logika dan intuisi kita dalam belajar. Untuk kreatif dalam belajar maka kita harus belajar kreatif. Ada banyak cara dan teknik untuk menjadi orang yang lebih kreatif. Dan cara-cara tersebut telah saya tuliskan di topiktopik sebelumnya tentang berpikir terbalik, absurd, luwes dalam berpikir, peka terhadap masalah dan lain sebagainya. Apa yang memotivasi orang-orang kreatif? Teresa Amabile dari Harvard mengatakan bahwa orang-orang paling kreatif ketika jika merekaterutama termotivasi oleh minat penuh gairah pada pekerjaan dan kegiatan mereka. Minat ini adalah minat intrinsikyang berasal dari dalam diriuntuk menggarap sesuatu karena hal itu menyenangkan, memuaskan, menantang dan selain itu, mempesona. Untuk kreatif dalam belajar dan belajar kreatif ini ada beberapa cara yang dapat kita lakukan antara lain:

1. Jangan takut untuk salah, aneh ataupun gagal ketika mencoba mengeluarkan dan mengaplikasikan ide dan gagasan kita. 2. Coba lakukan dulu hal-hal lama dengan benar 3. Lakukan hal-hal yang dianggap benar oleh umum 4. Berhenti melakukan hal-hal yang dianggap benar oleh umum 5. Melakukan hal yang dilakukan oleh orang lain yang lebih baik dari kita 6. Melakukan hal-hal yang TIDAK dilakukan oleh orang lain 7. Melakukan hal yang TIDAK BISA dilakukan Untuk kreatif dalam belajar maka kita harus belajar kreatif. Sebagai individu kita seringkali merasa aman dengan kebiasaan dan pola-pola lama yang umum digunakan oleh banyak orang. Dan seringkali takut akan perubahan. Mungkin ini disebabkan karena latar belakang sejarah kita yang bekas orang terjajah. Baik terjajah secara fisik ketika masa kolonialisme, ataupun terjajah secara mental bahwa perubahan yang baik selalu berasal dari luar lingkungan budaya kita ataupun diri kita sendiri. Belajar bagaimana untuk belajar mengharuskan kita menjadi orang yang merdeka, baik secara fisik, mental ataupun pemikiran. Bebaskan diri dari belenggu penjajahan pemikiran umum. Kreatiflah dan jangan biarkan diri anda terkurung dalam pola-pola baku, definisi, prosedur ataupun teknik tertentu. Tidaklah sulit menjadi orang yang kreatif. Syaratnya merdekakan diri kita dari semua hal yang membelenggu kreativitas kita dalam berpikir dan bertindak. Ketika Thomas Edison ditanya apa rasanya membuat 1000 kesalahan sebelum ia sukses dengan bola lampunya. Ia menjelaskan bahwa ia tidak membuat kesalahan apapun. Ia hanya menemukan 1000 cara dimana bola lampu tidak bisa menyala. Baginya, itu merupakan petualangan dalam belajar. tidak ada yang tidak perlu. Edison menulis dalam catatan otobiografinya, Saya tidak pernah mengizinkan diri saya menjadi kecut karena keadaan apapun Segala hal yang ada di dunia tidak ada yang sia-sia, yang ada hanyalah yang disia-siakan, begitu juga semua yang nampak terlihat pasti ada sesuatu yang tidak terlihat. Itulah tantangan bagi mereka yang ingin kreatif dalam belajar dan belajar kreatif. Itulah tantangan menjadi orang yang merdeka. Kebanggaan, Kegagalan, Harga Diri & Motivasi

Saya sedang turun semangat nih, Bagaimana caranya untuk memotivasi diri?,Saya sedang stress karena hasil ujian saya hancur, Saya merasa rendah diri karena belum mendapat pekerjaan!, Bagaimana cara mendapatkan teman sih?, saya kan orangnya sering gugup kalau bertemu orang lain!, Saya punya keinginan untuk jadi pejabat tinggi atau pengusaha besar ataupun Istri/pacar saya kabur, dan hal ini membuat saya frustasi. Seringkali saya mendengar kata-kata ini, dan seringkali pula kondisi kejiwaan dalam seorang pribadi tak mampu untuk dipahami oleh orang lain bahkan oleh psikolog atau psikiater sekalipun. Banyak sekali permasalahan dalam hidup kita yang seluruhnya dipicu dan memicu baik secara langsung ataupun tidak langsung oleh kondisi mental psikologis kita. Beberapa tahun yang lalu beberapa teman SMA yang kuliah psikologi menyuruh sahabat saya untuk ikut terapi karena sesuatu hal. Ketika sahabat tadi mengatakannya pada saya, saya tertawa dan berkomentar; Kamu bukan guinea pig (objek eksperimen) dan bukan objek pelengkap penderita, dan jangan pernah mencoba menghadapi masalah hanya dari angka-angka, skala dan bantuan dari orang lain, sebab semua masalah berasal dari diri sendiri, tinggal tafakur (introspeksi) saja; masalah nanti kamu memilih jalan keras atau halus itu tinggal melihat waktu, tempat dan situasinya. Dalam segala hal yang terjadi dalam dinamika hidup dan kehidupan ada kuncikunci dan pintu-pintu yang menjadi titik tolak jawaban terhadap semua hal yang kita hadapi. Kunci dalam menghadapi dinamika kehidupan di alam adalah keseimbangan. Ada siang dan malam, laki-laki dan perempuan, senang-sedih, kawan-lawan, kayamiskin, positif-negatif, hidup-mati dan lain sebagainya; semua ini adalah keseimbangan. Masalah-masalah yang terjadi di seputar kehidupan kita anggap saja seperti sebuah tes/ujian di sekolah, jika kita mampu untuk mengintegrasikan seluruh daya cipta, rasa dan karsa dalam satu komitmen yang kuat untuk menghadapi masalah tersebut maka kita akan mampu mempelajari makna dan hakikat dari sebuah masalah yang pada akhirnya menjadikan kita lebih berpengalaman dan lebih tenang dalam menghadapi masalah selanjutnya. Kenapa saya anggap masalah seperti ujian di sekolah? Karena bagi saya masalah adalah ajang pengujian diri, terutama kemampuan kontrol diri, decision making (pengambilan keputusan) terhadap pilihan dan masalah yang ada di depan kita; dan keberanian menentukan resiko yang akan ditempuh. Itu kesempatan bagi kita untuk belajar, mengkaji dan untuk diuji. Buat apa kita belajar kalau tidak pernah ada kesempatan untuk menguji kemampuan diri kita? Buat apa hidup jika tak mau

menempuh resiko yang dipilih oleh kita sendiri? Semuanya adalah masalah pilihan. Kita memilih hidup berarti memilih semua resiko yang menyangkut kehidupan. Selama kita masih hidup, masalah selalu ada; kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun. Belajar bagaimana untuk belajar di dalamnya termasuk belajar memahami diri, tentang apa dan siapa diri kita. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki adalah sumber dari harga diri dan motivasi bagi kita untuk maju. Jangan pernah membiasakan diri untuk tergantung pada orang lain dalam memotivasi diri kita. Apa yang kita inginkanbaik ataupun buruksebenarnya merupakan sumber motivasi yang kuat. Jika masalah motivasi dan harga diri menjadi masalah andaada ungkapan bijak yang pernah saya baca bahwa manusia pembelajar adalah manusia yang mampu menciptakan kelebihan dari kekurangannya sekaligus menciptakan kekurangan dari kelebihannya. Jika anda bertanya pada saya apa artinya? Mungkin itulah yang disebut pembelajar. Mengenali diri, kelebihan dan kekurangannya adalah bagian proses belajar terpenting yang harus dilakukan oleh seorang pembelajar. Kerangka Belajar Bagaimana Untuk Belajar Buku ini bukanlah juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) tapi anda bisa menganggapnya sebagai buku santai. Benar ataupun salah, ya atau tidak dalam belajar bukan masalah terpenting. Yang terpenting adalah bagaimana cara anda supaya dapat berpikir luwes, peka terhadap masalah, orisinal dan fasih dalam mengimplementasikan apa yang anda rencanakan dalam belajar. Jadi, untuk membuat kerangka belajar bagaimana untuk belajar akan saya serahkan pada anda sendiri setelah membaca bab V dan VI tulisan ini. Yang dapat saya sarankan pada anda adalah bahwa anda dapat mulai mengidentifikasi initial state (kondisi awal) dari cara dan teknik belajar anda, dan setelah itu melakukan transaction processing (proses pengumpulan data dan informasi) dengan cara menjiplak atau mencuri cara belajar orang lain. Dan baru kemudian final state (kondisi akhir) dari proses pembuatan kerangka belajar adalah program belajar anda. Petunjuk: 1. Belajar bagaimana untuk belajar dimulai dengan kata 3M-nya Aa Gym 2. Contek, Curi, Adaptasi, Rubah, dan implementasikan cara-cara belajar yang cocok

BAB IV

TIPS & TRIK BAGAIMANA BELAJAR UNTUK BELAJAR

Mudah-mudahan untuk bagian ini tidak akan membosankan karena yang namanya teknik-teknik seringkali membosankan. Tapi saya berusaha agar apa yang disebut teknik belajar tadi lebih meliputi tips & trik daripada aturan teknis-teknis yang sulit dipahami. Jika anda mendapatkan kesulitan untuk memahami teknik-teknik yang ditulis dalam bagian ini, 75% bukan karena anda bodoh ataupun tulisannya tidak jelas, tetapi tata cara penulisannya yang kurang baik. Okay, sesi serius dimulai... Keterampilan belajar meliputi beberapa area yang berbeda. Baron dkk. (1983) membagi keterampilan belajar menjadi tiga areapenentuan tujuan, strategi belajar, dan kebiasaan belajar. Archer dan Neubauer (1981) mengemukakan konsepsi yang sedikit berbeda terutama menekankan pada manajemen waktu, pengambilan ujian (testtaking), tingkah laku di kelas, dan kajian tentang konsentrasi. Towle (1982) memperkenalkan empat tahapan strategi yang harus dimiliki untuk belajar bagaimana caranya belajar (learning how to Learn), yaitu: 1. Pemrosesan informasi, 2. Belajar mengorganisasi informasi, 3. Mengulang informasi,

4. Serta memanggil dan menggunakan informasi.Dari informasi di atas, terdapat dua hal yang dapat dianggap penting, Pertama secara umum anda harus menyediakan pelajaran khusus seputar strategi dan teknik dalam belajar. Kedua, manajemen diri anda (self management skills) harus diarahkan pada kebutuhan untuk mengontrol dan mengatur diri sendiri dalam lingkungan belajar.

Termasuk diantaranya bagaimana mengatasi kecemasan, konsentrasi, penjadwalan (scheduling), manajemen waktu, sistem reward dan memprioritaskan tugas. Lebih singkatnya apapun yang didefinisikan oleh banyak ahli tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses-proses untuk.

1. Mengumpulkan informasi dan gagasan-gagasan baru. Kemampuan inidiperoleh melalui keterampilan mendengarkan dan membaca.

2. Mencatat apa yang hendak diperoleh. Keterampilan ini didapat melaluiketerampilan mencatat, membuat outline dan membuat kesimpulan.

3. Meningkatkan pemahaman. Keterampilan ini diperoleh melalui sintesa materidan membuat hubungan dengan pelajaran sebelumnya.

4. Mengorganisasi data & informasi. Keterampilan ini didapat dengan membuatoutline, membuat bagan, menulis dan mencatat.

5. Mengingat data & informasi. Keterampilan ini dapat dilakukan melaluiorganisasi memori, dan menyampaikan kembali.

6. Menggunakan ide, data & informasi. Keterampilan ini dapat dilakukan melaluiketerampilan membuat laporan dan keterampilan melakukan tes atau ujian. Keterampilan belajar dalam learning how to learn ini secara garis besar terdiri dari delapan area, yaitu: manajemen waktu, konsentrasi, membuat catatan, memahami bacaan, kecepatan membaca, menulis, persiapan ujian & manajemen kecemasan dalam menghadapi ujian (untuk pelajar sekolah). Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan metode dan teknik dalam memahami materi pelajaran, oleh karena itu perlu dilatihkan secara sistematis. Jadi jika anda sempat mempertanyakan tentang apa yang seharusnya dapat dihasilkan oleh sekolah. Maka sekolahseharusnyamemberikan dan melatih bagaimana belajar tersebut dapat dilakukan. Bukan hanya menampung orang-orang untuk kemudian dapat ijazah dan sertifikat saja. Tapi untuk itujujur sajalahapa yang saya tulis dalam buku ini mungkin disebabkan karena sekolah tidak melatih belajar bagaimana untuk belajar. Diatur Waktu Atau Kita Yang Mengatur Waktu Anda pernah mendengar tentang grup band System Of A Down (SOAD)? Salah satu liriknya dalam lagu Aerial mengatakan bahwa Life is a waterfall, it cannot be reverted once again after the fall (Hidup itu seperti air terjun, yang tidak akan pernah kembali setelah ia jatuh). Begitu juga waktu. Ia tak akan bisa diputar balik (rewind)

seperti kita me-rewind kaset atau CD. Hal terakhir yang seringkali dilakukan oleh banyak orangmungkin kalau tidak menyesaladalah mengeluhkan waktu. Kita seringkali mengeluh tentang sulitnya mengatur waktu. Dan rasanya ada ribuanatau trilyunanalasan untuk keluhan tersebut, bisa saja kita mengeluh tidak pernah belajar menggunakan waktu sebaik mungkin, tidak tahu pasti apa yang diinginkan dalam kehidupan, tidak tahu bagaimana cara mendapatkan apa yang diinginkan, menangguhkan atau menunda pekerjaan, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, atau bla bla... bla Jika anda pernah mengeluh seperti itukeluhan anda adalah keluhan saya juga sebab semua orangsadar ataupun tidakdijajah oleh waktu (baca: jadwal). Para pembelajardan calon-calonnyatidak akan membiarkan dirinya dijajah oleh jadwal yang telah dibuatnya tetapi terus menyesuaikan jadwal tersebut dengan prioritas pekerjaan yang lebih mendesak untuk dilakukan. Tapi sesuai judul bahasan ini, tentu saja ada tips dan trik untuk mengurangi keluhan-keluhan tadi, dimana kita setidaknya dapat berusaha untuk:

1. Meminimumkan waktu yang terbuang, dengan membuat catatan waktu yangterbuang lalu temukan cara untuk menghindarinya pada masa yang akan datang. 2. Ekstra hati-hati menggunakan waktu untuk menonton televisi, berbicara lewat telepon, menunggu, pulang pergi ke suatu tempat, dan bergaul dengan tamu atau orang yang tidak diundang.

3. Menggunakan waktu untuk merencanakan masa datang dan hari ini.Perencanaan jangka panjang, menengah dan harian akan memberikan keuntungan efisiensi, berkurangnya ketergesaan, waktu bebas lebih banyak dan produktivitas yang tinggi. Belajar me-manajemen waktu adalah belajar untuk membiasakan penggunaan waktu secara efisien. Dalam hal ini, ada 4 strategi yang dapat digunakan yaitu:

1. Membuat jadual semester, catur wulan (walaupun anda bukan pelajar). 2. Membuat perkiraan dan rencana beban pekerjaan setiap minggu. 3. Membuat penyesuaian rencana kegiatan setiap hari. 4. Melakukan evaluasi terhadap jadual yang telah dibuat.Waktu memang tidak pernah terulang kembali, sekali berlalu tak mungkin ada cara untuk mengembalikannya. Tapi setidaknya masih ada waktu untuk memperbaiki

tentang bagaimana untuk mengelola waktu yang dimiliki oleh kita. Jika ayat suci AlQuran mengatakan demi waktu (Al-Ashr), orang Inggris berkata time is money, dan orang Arab waktu adalah pedang. Seorang pembelajar cuma perlu berkata, waktu adalah sahabat yang menentukan keberhasilan. Manajemen waktu bagi seorang pembelajar adalah jangan sampai hidup ini diatur jadwal. Kitalah yang mengatur jadwal. Membuat jadwal dan menjalankannya memang perlu disiplin, tapi bagi seorang pembelajar disiplin itu oke tapi fleksibel itu harus. Fokuskan Diri Kita Untuk Berkonsentrasi Apa yang sama ketika seorang Muslim yang shalat dengan seorang remaja yang sedang membaca komik? Apa bedanya dengan Yoga dan meditasi? Bacaannya? Ataukah tujuannya? Pertanyaan ini bukan untuk membandingkan ibadah ritual dengan dengan kegiatan sehari-hari lainnya. Tapi sebuah contoh tentang pentingnya fokus dan konsentrasi dalam melakukan berbagai kegiatan apapun. Tanpa konsentrasiapapun yang kita lakukan bisa sia-sia. Mungkin banyak orang belum memahami bahwa konsentrasi dan memori memiliki hubungan yang dekat. Padahal keduanya bekerja secara bersama-sama walaupun tidak saling mendominasi satu sama lain. Konsentrasi menunjukkan kekuatan mental kita untuk mengarahkan dan menetapkan diri kita terhadap suatu aktivitas, subjek maupun permasalahan Sedangkan daya ingat adalah kemampuan untuk mengingat data, informasi, pengalaman maupun orang-orang. Konsentrasi yang baik biasanya akan meningkatkan daya ingat. Belajar untuk bisa konsentrasi mungkin salah satu yang paling sulit dalam keterampilan belajar. Pikiran kita seringkali terganggu dengan berbagai pikiran yang mengalihkan perhatian kita dari subjek permasalahan yang sedang dihadapi. Putus pacaran, cerai, punya utang, suasana yang terlalu ribut, belum bayar kost-an atau lainnya seringkali mengganggu konsentrasi kita. Bukan salah kita untuk tidak bisa berkonsentrasi. Tapi yang perlu disadari adalah ada cara-cara untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi, antara lain:

"Saya belajar disini!" Siapkan tempat untuk belajar, kursi, meja, lampu penerangan serta setting tempat yang menurut anda paling nyaman. Hindari HP ataupun telepon. Pasang tanda bahwa anda tidak bisa diganggu oleh orang lain di pintu kamar anda. Jika

anda senang mendengarkan musik ketika belajar, lakukanakan tetapi jangan sampai mengganggu konsentrasi anda

Gunakan jadwal belajar regular anda secara efisien Akomodasikan kebutuhan belajar anda dengan tingkat energi yang anda keluarkan dalam satu hari. Hal ini dapat anda lakukan dengan mengatur jadwal secara efisien berdasarkan skala prioritas, setting tujuan serta beberapa hal yang terkait dengan manajemen waktu.

Fokus Sebelum anda mulai belajar, sempatkan beberapa menit untuk menentukan beberapa tujuan, apa yang anda butuhkan, dan rencanakan beberapa strategi yang dapat anda lakukan untuk mendapatkan apa yang anda inginkan dalam proses belajar tersebut.

Insentif Rencanakan beberapa insentif jika diperlukan ketika anda berhasil

menyelesaikan tugas yang anda kerjakan seperti menelpon teman, membeli makanan, jalan-jalan dll. Untuk beberapa pekerjaan khusus seperti Tugas Akhir, Skripsi, desain proyek ataupun review buku, rencanakan beberapa insentif khusus untuk anda sendiri.

Ubah Topik Ubah topik/materi yang anda pelajari setiap dua jam untuk variasi supaya anda tidak bosan dengan proses belajar/pekerjaan yang anda lakukan.

Variasikan aktivitas belajar anda Rencanakan dan gunakan beberapa alternative belajar yang anda lakukan. Jika anda harus membaca materi bacaan yang banyak, gunakan misalnya metode SQ3R. Tanyakan pada diri anda bagaimana untuk meningkatkan tingkat aktivitas belajar andaapakah belajar kelompok lebih baik? Apakah harus menyusun pertanyaan sebelum belajar?Tanyakan pada guru anda untuk beberapa

strategi belajar lainnya yang mungkin sesuai dengan jadwal dan kebiasaan anda. Semakin aktif proses belajar anda semakin baik anda menguasai berbagai materi yang akan dipelajari

Gunakan jadwal regular atau istirahat yang sesuai untuk anda Lakukan beberapa hal yang berbeda dari apa yang sedang anda lakukan, seperti berjalan-jalan setelah anda duduk dan di area yang berbeda.

Hadiah/Reward Berikan hadiah untuk anda sendiri ketika anda mampu menyelesaikan pekerjaan/tugas dengan baik1) Apa yang sedang saya lakukan sekarang?

Ketika anda merasa bahwa pikiran anda melantur kesana-kemari, katakan pada diri anda sendiri, Apa yang sedang saya lakukan sekarang? Dan kemudian fokuskan kembali perhatian anda sedikit demi sedikit pada pekerjaan yang sedang dilakukan.2) Kekhawatiran dan Waktu Berpikir

Beberapa riset telah membuktikan bahwa orang-orang yang menggunakan waktu-waktu khusus untuk memikirkan masalah yang penting dapat mengurangi tingkat kekhawatiran dan kegelisahan mereka 35 persen lebih baik dalam 4 minggu dibandingkan orang-orang yang tidak mengalokasikan waktu khusus untuk memikirkan masalah-masalah tertentu.

1.

Alokasikan waktu yang spesifik setiap hari untuk berpikir

tentang beberapa hal yang terus terpikirkan oleh anda dan mengganggu konsentrasi anda dalam melakukan pekerjaan.

2.

Ketika anda menyadari tentang beberapa pikiran yang

mengganggu tersebut, ingatkan diri anda bahwa anda mempunyai waktu khusus untuk memikirkan masalah tersebut

3. 4.

Biarkan pikiran tersebut pergi,

dalam hal ini anda dapat

mengatakan pada diri anda Apa yang sedang anda lakukan sekarang? Paksakan diri anda untuk menepati jadwal waktu berpikir tersebut untuk memikirkan tentang beberapa hal yang mengganggu pikiran anda

5.belajar,

Mengontrol Pikiran Anda, Sebagai latihan sebelum anda mulai pikirkanlah waktu-waktu apapun dimana konsentrasi anda tidak untuk situasinya. Sekarang cobalah

tergangguwalau

merasakan atau menempatkan diri anda dalam situasi tersebut.

6.

Memaksimalkan level energi anda, Gunakan pengalamanlainnya yang pernah dirasakan untuk oleh anda dimana dalam

pengalaman

konsentrasi anda penuh dan kemudian tempatkan diri anda dalam momen-momen pengalaman tersebut digunakan berkonsentrasi menghadapi materi dan permasalahan yang dihadapi oleh anda sekarang. lakukan berulang-ulang tiap kali anda akan memulai sesi belajar.

7.

Visualisasi, Imajinasi anda juga dapat membantu visualisasi yang

akan dilakukan terhadap berbagai konteks situasi. Dalam hal ini anda dapat memproyeksikan berbagai hal yang pernah anda lihat, dengar dan rasakan dalam pikiran anda dan kemudian memproyeksikan diri anda sendiri didalam situasi tersebut.

Inilah Catatan Yang Banyak Tapi Sedikit Dan Mudah Dipahami Untuk membuat catatan secara efektif, terlebih dahulu kita harus menentukan informasi apa yang paling penting. Riset menunjukkan bahwa catatan yang dibuat berpengaruh pada prestasi yang dicapainya (Marzano dkk, 2001). Menurut Beecher dalam Marzano (2001) ada empat gambaran umum hasil penelitian tentang pembuatan catatan, yaitu:

1. Catatan yang dibuat secara verbatim (kata per kata) merupakan strategi yangkurang efektif (Bretziny & Kulhary, 1979). Hal ini dimungkinkan karena merekam

segala sesuatu yang didengar atau dilihat, akan menyulitkan kita untuk menyimpulkan informasi.

2. Dengan membuat catatan, dapat meningkatkan pemahaman dan ketajaman kitapada materi yang dipelajari (Anderson T.H., dan Armbruster, 1986, Denner, 1986; Einstein, Morris dan Smith, 1985).

3. Catatan dapat digunakan sebagai panduan pada saat ujian. Jika catatan dibuatdengan baik, dan kita dapat mengelaborasinya secara sistematik maka akan mempermudah untuk mengkaji catatan yang telah dibuatnya (sebagai bahan diskusi lihat Carrier dan Titus, 1981; Carles dan Van Matre, 1975). Namun masih sedikit yang menyadari pentingnya catatan. Bahkan mungkin kita tidak mengetahui bagaimana menyusun waktu secara tepat untuk mempersiapkan ujian dengan menggunakan catatan yang mereka miliki.

4. Lebih banyak catatan yang dibuat itu lebih baik. Ada konsepsi yang keliru, bahwabanyak catatan cukup dibuat alakadarnya. Oleh karena itu kita seringkali membuat catatan secara singkat. Hasil penelitian Nye, Crooks, Powlie dan Tripp (1984: 95) menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan mereka tentang bimbingan studikhususnya tentang bagaimana cara membuat catatanyang diberikan kepada mahasiswa di universitas, diperoleh data 5 dari 10 mahasiswa yang dibimbing mengakui yang perlu dicatat hanya bagian-bagian pentingnya saja dan tidak perlu mencantumkan materi yang lebih banyak. Kemudian penelitian Nye dkk., menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara jumlah informasi yang terdapat dalam catatan mahasiswa dengan kemampuan mereka saat ujian. Tidak ada format yang paling baku atau paling benar mengenai cara-cara membuat catatan. Setiap orang memiliki format pembuatan catatan yang berbeda satu sama lain (Marzano dkk., 2001). Namun ada tiga format umum yang digunakan, yaitu: Format Outline Informal, Format Web, dan Format Kombinasi. Format Outline Informal, menyajikan ide-ide utama dari suatu materi berikut penjelasan secara detil dari ide-ide utama tersebut. Format Web, menyajikan ide-ide penting suatu materi ke dalam lingkaran yang lebih besar dibanding ide yang kurang penting. Garis yang menghubungkan antara satu lingkaran dengan lingkaran lain menunjukkan konsep hubungan. Salah satu keuntungan Format Web adalah menyajikan informasi seecara visual dan lebih simpel. Format Kombinasi, merupakan gabungan dari Format Outline Informal dan Format Web.

Rasanya Menulis Paper, Laporan Dan Buku itu Sangat Mudah Kebanyakan dari kita mengalami kesulitan ketika menghadapi tugas berupa karya tulis. Biasanya mereka merasa kebingungan untuk menuangkan ide-ide ke dalam tulisan. Akhirnya tugas itu ditunda-tunda dan baru dikerjakan setelah waktunya mendesak. Akibatnya, nilai karya tulis yang mereka buat kurang memuaskan. Menulis tidak semata-mata ditentukan oleh bakat, tapi juga merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Syarat utamanya adalah perencanaan dan pengorganisasian. Dengan kedua pengetahuan ini, kita dapat berlatih untuk meningkatkan kemampuan menulis. Raygor (Cook, 2000) menekankan pentingnya panduan untuk menyusun suatu tulisan yang dinamakan sebagai kerangka. Kerangka tersebut terdiri atas:

a.

Pengantar: seringkali disebut sebagai paragraf pembuka dengan Dimulai dengan pernyataan-pernyataan umum, 2)

karakteristik sebagai berikut: 1)

Perlu pembatasan terhadap pernyataan yang dibuat, untuk mengontrol ide.

b.

Bagian tubuh (isi) dari suatu tulisan: bagian tubuh ini terbentuk dari

sejumlah paragraf. Ada tiga cara yang dilakukan untuk mengembangkan paragraf (hal ini berlaku untuk setiap paragraf): 1) Menggunakan transisi (dilakukan melalui pengulangan kata kunci dan gagasan) untuk menghubungkan setiap paragraf secara bersama-sama, 2) Mengembangkan topik kalimat secara detil, termasuk di dalamnya definisi, contoh-contoh, memperbandingkan dan mempertentangkan konsep, 3) Mengakhiri paragraf dengan rangkuman terhadap ide utama.

c.

Kesimpulan: kesimpulan disebut juga paragraf akhir. Pada tahap ini

perlu diperhatikan dua hal: 1) Menyatakan kembali poin-poin penting dari tulisan yang telah dibuat. 2) Mengakhiri tulisan dengan pernyataan umum dan diakhiri dengan diskusi. Tulisan yang baik biasanya dibangun dari beberapa pertanyaan. Sedangkan materi yang akan ditulis dapat ditemukan dalam buku-buku teks. Singkatnya, kita dapat memilih beberapa bagian dari teks yang sesuai dengan minatnya untuk dikaji. Kemudian mengajukan beberapa pertanyaan pada diri sendiri tentang apa yang telah dan dapat menjadikan jawaban atas pertanyaan tersebut sebagai bahan tulisan yang akan dibuat. Apakah jawaban yang diceritakan dalam tulisan itu telah memberikan jawaban terhadap apa yang ingin diketahui dari topik yang telah dibaca? Apakah jawaban tersebut betulbetul akurat? Dapatkah beberapa bagian yang menarik dari teks itu dihubungkan satu sama lain sehingga diperoleh sesuatu yang bermanfaat? Makalah ataupun tulisan lain

yang dibuat pada dasarnya merupakan jawaban yang terorganisir dengan baik bagi semua pertanyaan penulis tentang suatu topik yang didukung oleh fakta-fakta. Kesalahan yang sering dilakukan adalah memilih topik atau tema yang terlalu umum untuk suatu bahan tulisan. Padahal dengan tema/topik yang spesifik saja sudah cukup untuk menghasilkan tulisan yang panjang asal mau berpikir sejenak. 1. Membuat tulisan berdasarkan kerangka yang telah ada, perlu dipastikan bahwa penulis menandai bagian pertama dari yang ia tulis dan mengetahui tujuan dari penulisan itu. Untuk mempermudah dapat mengikuti formula berikut: a. b. dari tulisan). c. 2. Menyampaikan kepada pembaca tentang apa yang Komposisi kata kerja ataupun ungkapan. b. Buat kata-kata itu menjadi suatu rangkaian yang utuh. Outline yang telah dibuat sebelumnya, dapat membantu penulis untuk merangkai kalimat agar tersusun dengan baik. Perlu diyakinkan bahwa penulis tidak akan merubah tema tulisannya pada pertengahan paragraf, dan perlu diyakinkan pula bahwa semua uraian dari tema utama yang terdapat dalam outline secara umum topiknya sama. c. Kalimat-kalimat singkat dan kalimat-kalimat panjang yang tidak beraturan dan terdiri dari beberapa ide utama, perlu dihindari. Mengapa Komik Mudah Dipahami Daripada Buku Sekolah? Buku komik seringkali dibaca sama halnya dengan cara membaca buku-buku ringan, seperti novel dan buku-buku misteri. Biasanya dimulai dengan halaman pertama suatu bab dan membaca sampai akhir bab, tanpa berhenti. Lain halnya dengan kebanyakan buku teks yang membutuhkan pemahaman dan ingatan yang mendalam. SQ3R merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk telah disampaikan (pernyataan rangkuman atau kesimpulan). a. Secara tradisional, tema utama atau sub tema terdiri dari kata benda, bukan kata Menyampaikan kepada pembaca tentang apa yang Menyatakan apa yang ingin disampaikan (isi utama akan dikatakan (menyatakan tujuan).

meningkatkan pemahaman dan ingatan akan materi yang terdapat dalam buku teks.

Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review) dikembangkan pada tahun 1941 oleh Robinson dan merupakan pengetahuan terbaik dari pendekatan keterampilan belajar (Maher & Zins, 1987). Sesuai dengan singkatannya, maka metode ini terdiri dari 5 langkah yaitu: Survey (pemeriksaan), Question (pertanyaan), Read (membaca), Recite (menceritakan kembali) dan Review (mengkaji/meninjau ulang). Survey: langkah ini hanya menghabiskan waktu sekitar 5-10 menit tetapi sangat penting. Dalam tahap survey, terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan yaitu:

2. Membaca judul, ini akan membantu otak untuk mulai fokus pada topik bab yangdibaca.

3. Membaca pendahuluan dan/atau ringkasannya, ini dapat memberikan gambarantentang tujuan penulis membuat bab/tulisan tersebut. Pendahuluan juga menyediakan tinjauan pernyataan penulis terhadap poin-poin yang penting.

4. Membaca setiap kata yang dicetak tebal baik heading (bagian atas) maupunsubheadingnya (sub bagian). Ini akan membantu menciptakan kerangka kerja bab dalam pikiran, sebelum aktivitas membaca dimulai. Kerangka kerja ini menyediakan susunan untuk berpikir dan memunculkan detil-detil.

5. Meninjau bantuan visual. Seperti grafik, peta, diagram, gambar dan lainnya yangada untuk membuat sebuah poin. Item-item tersebut biasanya memiliki signifikansi dengan teks.

6. Meninjau beberapa panduan membaca yang terkandung dalam bab/teks yangdibaca. Panduan membaca dapat berupa cetak miring, sasaran bab, definisi, dan pertanyaan-pertanyaan pada akhir bab. Panduan-panduan tersebut ada terutama untuk membantu memilah, memahami, dan mengingat bab tersebut. Question: langkah ini dan dua langkah berikutnya yaitu read dan recite akan terus diulang. Bagian tulisan yang menjadi bahan pertanyaan terutama heading, tulisan yang dicetak tebal atau miring. Pertanyaan dapat dibuat pada kertas lain. Langkah selanjutnya adalah mencari jawaban dari pertanyaan tadi. Sebagai contoh, buku yang dibaca heading-nya adalah gunakan area belajar yang tetap maka pertanyaan yang mungkin diajukan yaitu kenapa saya harus punya

area belajar yang tetap? dan dimana seharusnya area belajar itu ditempatkan?. Mengapa saya harus menghabiskan waktu untuk melakukan langkah ini? Ketika otak sedang aktif mencari jawaban atas pertanyaan itu, otak menjadi sibuk dalam proses belajar tersebut. Hal ini akan membantu dalam mengingat dan memahami informasi. Read: pada langkah ini, mulai terjadi proses pemasukan informasi secara utuh. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya juga mulai dapat ditemukan. Bahkan dapat berkembang pertanyaan-pertanyaan baru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama fase membaca, yaitu: 1. Hendaknya membaca satu sesi dilakukan dalam satu waktu. Menambahkan lebih banyak pertanyaan jika perlu. Satu

2.

pertanyaan mungkin cukup untuk satu sesi dengan hanya satu paragraf pendek. Bagaimanapun, untuk sesi yang lebih panjang, akan membutuhkan satu atau dua pertanyaan lainnya.

3.

Jangan terjebak oleh detil. Buku bacaan yang ditulis dengan

baik sering menyediakan contoh untuk menjelaskan pokok pikiran secara lebih jauh. Ketika membaca suatu sesi, perlu dilakukan pemisahan antara detil-detilnya dengan pikiran pokok. Informasi detil tersebut dapat digunakan untuk membantu memahami pokok pikirannya, bukan untuk diingat. Recite: menceritakan kembali materi yang ada dalam pikiran akan membantu untuk berkonsentrasi dan mempelajari materi tersebut pada saat dibaca. Waktu yang tepat untuk menceritakan kembali materi yang telah dibaca yaitu pada akhir setiap sesi dari bab tertentu. Apa yang diceritakan adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis sebelum membaca suatu sesi. Hal-hal yang menyangkut jawaban tersebut ditulis dalam kertas selembar. Jika semua pertanyaan dapat terjawab berarti materi yang telah dibaca sudah masuk dalam ingatan. Jika tidak berhasil mengingat jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat, sesi atau bagian dari sesi yang berkaitan dengan pertanyaan dibaca kembali. Ketika pertanyaan-pertanyaan tentang sesi ini dapat dijawab, maka kembali lagi ke langkah kedua, yaitu pertanyaan (Question). Pada sesi ini dapat dikembangkan lagi pertanyaan-

pertanyaan baru , setelah itu membaca sesi tersebut kemudian menceritakan kembali sesi yang telah dibaca. Hal ini dilakukan secara terus menerus ke semua bab, dengan mengulang 3 langkah ini. Review: langkah mengkaji akan membantu individu menyaring organisasi mental dari materi pada suatu bab dan mulai dibangunnya daya ingat, karena pada dasarnya belajar terjadi melalui pengulangan. Langkah ini menyediakan kesempatan lain untuk pengulangan materi, oleh karena itu akan meningkatkan pengingatan kembali informasi. Bagaimana caranya mengkaji? Ketika seseorang telah selesai membaca keseluruhan bab dengan menggunakan langkah pemeriksaan (Survey) serta langkah membaca (Read) dan menceritakan kembali (Recite), maka kembali lagi pada semua pertanyaan yang telah dibuat. Kemudian menyusun jawaban dari pertanyaan yang telah dikembangkan dan ditulis. Dari sini akan terlihat apakah orang itu masih dapat menceritakan kembali jawaban tersebut atau tidak. Jika beberapa jawaban telah terlupakan, dapat membaca kembali sesi dari bab tersebut untuk menyegarkan pikiran, kemudian menceritakan kembali jawaban tersebut setelah terlebih dahulu menulisnya. Baru dilanjutkan pada proses pengkajian.

Membaca Cepat Karena Ingin Cepat-Cepat Bukan merupakan alasan kosong jika dikatakan bahwa setiap orang bisa menggandakan kecepatan membaca mereka sambil mempertahankan atau bahkan memperbaiki pemahaman mereka terhadap teks yang dibaca. Dengan kata lain, setiap orang dapat memperbaiki kecepatan membaca mereka sekaligus dengan pemahamannya. Ada tiga faktor utama yang terlibat dalam memperbaiki kecepatan membaca seseorang: (1) keinginan untuk memperbaiki, (2) keinginan untuk mempelajari teknik baru dan (3) motivasi untuk berlatih. Memahami aturan kecepatan dalam proses membaca penting untuk latihan. Riset telah menunjukkan ada kaitan yang sangat dekat antara kecepatan dan pemahaman. Contohnya dalam meneliti grafik kemajuan dari latihan kecepatan membaca ribuan individu yang mengikuti latihan, ditemukan bahwa dalam banyak kasus, tingkat perbaikan meningkat secara paralel dengan peningkatan pemahaman, dan jika tingkat kecepatan membaca menurun, maka pemahaman pun ikut menurun.

Walaupun ada bukti statistik yang memperlihatkan bahwa analisis kata perkata (atau membaca per kata) juga meningkatkan pemahaman, ada beberapa alasan untuk mengatakan bahwa tingkat kecepatan membaca yang rendah mempengaruhi kemampuan pemahaman. Banyak orang dewasa mampu untuk meningkatkan kecepatan membaca mereka secara signifikan dan cepat tanpa menurunkan kemampuan pemahaman mereka sendiri. Individu-individu ini juga jarang memperlihatkan peningkatan pemahaman ketika menurunkan tingkat kecepatan membaca mereka.