Upload
dedi-febriandaru
View
401
Download
46
Embed Size (px)
Citation preview
PRESENTASI KASUS
SEORANG NEONATUS PEREMPUAN USIA 1 HARI
DENGAN OMPHALOCELE DAN LABIOGNATOPALATOSCHIZIS
Oleh :
DEDI FEBRIANDARUG.99122029
Residen
dr. Mujiran
Pembimbing
dr. Suwardi, SpB., SpBA.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
SUB DIVISI BEDAH ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Bayi Ny. NK
No RM : 01205792
Umur : 1 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Karang RT/RW 04/02 Miri, Sragen
Masuk RS : 07 Juli 2013
Pemeriksaan : 08 Juli 2013
2. Keluhan Utama
Usus di luar perut
3. Riwayat Penyakit Sekarang
2 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien lahir di bidan dengan berat badan
lahir 1500 gram, lahir secara spontan. Setelah lahir ditemukan kelainan
berupa usus diluar perut di dekat pusar. Kemudian oleh bidan, pasien di
rujuk ke RSUD Dr. Moewardi.
4. Riwayat Persalinan
Pasien lahir dari ibu dengan G3P2A0, kelahiran prematur 34 minggu, di
tolong oleh bidan setempat, menangis lemah saat lahir, gerakan aktif.
Riwayat Ante Natal Care rutin di bidan setempat. Berat badan lahir 1500
gram, panjang badan 45 cm.
5. Anamnesa Sistemik
Pemeriksaan dilakukan tanggal 08 Juli 2013
Keluhan utama : usus di luar perut
Kepala : Pusing (-), nggliyer (-), jejas (-)
Mata : Mata kuning
2
Hidung : Pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)
Telinga : Keluar cairan (-)
Mulut : Bibir biru (-), celah bibir (+)
Respirasi : Sesak (-), batuk (-), dahak (-), mengi (-)
Cardiovaskuler : Berdebar-debar (-), badan kebiruan (-)
Gastrointestinal : Muntah (-), kembung (-), perut membesar (+),
muntah darah (-), BAB warna hijau (-)
Genitourinaria : BAK warna merah (-), kencing sedikit (-)
Muskuloskeletal : Kaku otot (-)
Extremitas : atas : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-),
luka (-/-), terasa dingin (-/-)
bawah : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-),
luka (-/-), terasa dingin (-/-)
Kulit : kering (-), luka (-), pucat (-), kuning (-), kebiruan
(-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : KU sedang, tenang.
Tanda vital:
a. Nadi : 150 x / menit, reguler, isi cukup, elastisitas cukup.
b. Respirasi : 40 x / menit
c. Suhu : 35,8 0 C (per rectal)
Kulit : Pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider nevi (-),
turgor baik (+)
Kepala : Bentuk mesocephal, ukuran lingkar kepala = 24 cm
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut : Sianosis (-), celah bibir (+) dextra/sinistra, celah pallatum (+)
dextra/sinistra
Tenggorokan : Tonsil hipertrofi (-), faring hiperemis (-)
Leher : Simetris, KGB servikal membesar (-), tiroid membesar (-)
3
Thorax : Normochest, simetris, retraksi supraternal (-), pernapasan tipe
thoraco-abdominal
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Paru : Inspeksi : Simetris statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
Abdomen : Inspeksi : Umbilical cord (+), organ pencernaan tertutup
selaput di kanan umbilical cord, defek (+) Ø 3
mm, Ø usus diluar 5 cm, mekonium (+),
perforasi (+) sebelah kanan usus yang keluar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Extremitas : Atas : Pitting edem (-/-), akral dingin (-/-), luka (-/-),
clubbing finger (-/-)
Bawah : Pitting oedem (-/-), akral dingin (-/-),luka (-/-),
clubbing finger (-/-), pulsasi arteri dorsalis pedis
(+/+)
C. ASSESSMENT
Omphalocele dengan perforasi intestinal
Labiognatopalatoschizis komplit bilateral
D. PLANNING
1. Infus D5% 16 tpm mikro
2. Pasang OGT
3. Inj. Ampicillin 75 mg/12 jam IV
4. Inj. Gentamicin 7,5 mg/36 jam IV
5. Cek Darah Rutin
4
6. MRS KBRT
7. Echocardiografi
8. Rawat tegak kering
9. Tutup defek
10. Labioplasty sesuai dengan Rule of Ten
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah Rutin
Hemoglobin : 16,4 g/dL
Hematokrit : 51 %
Jml eritrosit : 4,16 x 106 /uL
Jml leukosit : 12,0 x 103 /uL
Jml trombosit : 205 x 103/uL
Gol. Darah : A
GDS : 4 mg/dl
Natrium : 136 mmol/L
Kalium : 5,0 mmol/L
Clorida : 107 mmol/L
Albumin : 3,4 g/dL
HbsAg : Non-reactive
5
F. KONDISI PASIEN
Gambar 1. Saat pasien datang
Gambar 2. Post perawatan dengan kassa donat dan nebacetin
Gambar 3. Post stoma pada bagian yang perforasi
6
TINJAUAN PUSTAKA
OMPHALOCELE
A. Definisi 2
Omphalocele adalah defek pada dinding anterior abdomen pada dasar
dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Omphalocele adalah salah
satu kelainan kongenital yang paling banyak ditemukan pada bedah anak. Usus
pada omphalocele dibungkus oleh membran yang terdiri dari peritoneum pada
lapisan dalam dan lapisan amnion dibagian luar. disebabkan oleh kegagalan alat
dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu.
Kelainan ini dapat segera dilihat, yaitu berupa protrusi dari kantong yang berisi
usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka
kematian tinggi bila omphalocele besar karena kantong dapat pecah dan terjadi
infeksi.
Gambar 1. Omphalocele terdapat selaput
B. Etiologi 3,4
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang.
Beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya
omphalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu
hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik
serta polihidramnion. Walaupun omphalokel pernah dilaporkan terjadi secara
herediter, namun sekitar 50-70 % penderita berhubungan dengan sindrom
kelainan kongenital yang lain Sindrom kelainan kongenital yang sering
berhubungan dengan omphalokel diantaranya:
1. syndrome of upper midline development atau thorako-abdominal syndrome
(pentalogy of Cantrell) berupa upper midline omphalocele, anterior
7
diaphragmatic hernia, sternal cleft, cardiac anomaly berupa ektopic cordis
dan vsd
2. syndrome of lower midline development berupa bladder (hipogastric
omphalocele) atau cloacal extrophy, inferforate anus, colonic atresia,
vesicointestinal fistula, sacrovertebral anomaly dan meningomyelocele dan
sindrom-sindrom yang lain seperti Beckwith-Wiedemann syndrome, Reiger
syndrome, Prune-belly syndrome dan sindrom-sindrome kelainan kromosom
seperti yang telah disebutkan.
Beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi,
penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor
tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur
kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis
dan omfalokel paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum
Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu
kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan
didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan
amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.
C. Patofisiologi 2,3,4
Pada awal minggu ke-3 perkembangan embrio, saluran pencernaan
terbagi menjadi foregut, midgut dan hindgut. Pertumbuhan ini berhubungan erat
dengan lipatan embrio (embryonic fold) yang berperan dalam pembentukan
dinding abdomen. Lipatan embrio tersebut terbagi menjadi :
1. Lipatan kepala (cephalic fold)
Letak di depan mengandung foregut yang membentuk faring, esophagus dan
lambung. Kegagaan perkembangan lapisan somatic lipatan kepala akan
8
mengakibatkan kelainan dinding abdomen daerah epigastrial disebut
mfalokel epigastrial.
2. Lipatan samping (lateral fold)
Membungkus midgut dan bersama lipatan lain membentukcincin awal
umbilicus. Bila terjadi kegagalan mengakibatkan abdomen tidaktertutup
dengan sempurna pada bagian tengah. Pada kelaianan ini cincin umbilicus
tidak terbentuk sempurna sehingga tetap terbuka lebar à omfalokel
3. Lipatan ekor (caudal fold)
Membungkus hindgutyang akan membentuk kolon dan rectum. Kegagalan
pertumbuhan lapisan splangnikus dan an somatic mengakibatkan atresia ani,
omfalokel hipogastrikus
Awal terjadinya omphalokel masih belum jelas dan terdapat beberapa
teori embriologi yang menjelaskan kemungkinan berkembangnya omphalokel.
Teori yang banyak disebutkan oleh para ahli ialah bahwa omphalokel
berkembang karena kegagalan migrasi dan fusi dari embrionik fold bagian
kranial, caudal dan lateral saat membentuk cincin umbilikus pada garis tengah
sebelum invasi miotom pada minggu ke-4 perkembangan. Teori lain
menyebutkan bahwa omphalokel berkembang karena kegagalan midgut untuk
masuk kembali ke kavum abdomen pada minggu ke-12 perkembangan.
Sebagaimana diketahui pada minggu ke-4 perkembangan, dinding
abdomen embrio berupa suatu membran tipis yang terdiri dari ektoderm dan
mesoderm somatik yang disebut sebagai somatopleura. Somatopleura memiliki
embrionik fold yaitu kranial, kaudal dan lateral. Pada minggu ke-4 tersebut
secara simultan terjadi pertumbuhan kedalam mesoderm dari embrionik fold
somatopleura bagian kranial, kaudal dan lateral yang mulai mengadakan fusi
pada garis tengah untuk membentuk cincin umbilikus. Pada minggu ke-4 sampai
ke-7, somatopleura diinvasi oleh miotom yang terbentuk disebelah lateral dari
vertebra dan bermigrasi ke medial. Selama itu juga midgut mengalami elongasi
dan herniasi ke umbilical cord. Miotom merupakan segmen primitif sepanjang
spinal cord yang nantinya masing-masing segmen tersebut berkembang menjadi
muskulus dan diinervasi oleh nervus spinalis. Pada minggu ke-8 sampai ke-12
miotom berdiferensiasi menjadi 3 lapis otot dinding perut dan mengadakan fusi
pada garis tengah. Akhirnya pada minggu ke-12 rongga abdomen janin sudah
9
cukup kuat sebagai tempat usus yang akan masuk kembali dan berputar yang
kemudian menempati pososi anatomisnya.
Defek dinding abdominal akibat kegagalan dari mesoderm menggantikan
body stalk pada regio somatopleura. Displasia embrionik menurunkan apoptosis
sel dan perkembangan mesodermal yang tidak cukup menyebabkan kurangnya
pertumbuhan dari cincin umbilicus dan pelebaran dari diameternya. Selama
perlekatan yolk sac dan body stalk pada sentral umbilicus , amnion tetap melekat
pada pinggir defek dinding abdominal, menyebabkan hubungan rongga tubuh
intraembrionik dan coelom extraembrionik tetap. Pada bayi dengan
omphalocele, terjadi kegagalan fusi sentral pada cincin umbilicus menyebabkan
gangguan pertumbuhan mesodermal yang kemudian mengakibatkan penutupan
dinding abdominal tidak lengkap dan terjadi herniasi midgut yang menetap.
Organ visceral abdomen tertutup oleh kantong translusen yang terdiri dari
amnion, Wharton Jelly, dan peritoneum. Anomali yang berkaitan dengan
omphalocele termasuk:
1. Anomali kromosom (40%-60%), ini termasuk trisomi 18, 13 dan 21 dan juga
Sindrom Turner, Sindrom Klinefelter dan Sindrom Triploidi.
2. Defek Kardiak (16%-47%), ini termasuk defek atrial dan ventrikular,
Tetralogy of Fallot, stenosis arteri pulmonalis, hipoplasia pulmoner, a double
outlet right ventricle, bicuspid aortic valve syndrome, transposisi dari
pembuluh darah besar, coarctation of the aorta, ectopia cordis dan tidak ada
vena cava inferior.
3. Anomali neural tube, kepala dan leher. Ini termasuk defek neural tube,
holoprosencephaly, encephalocele, cerebellar hypoplasia, cleft lip, facial
clefts, micrognathia dan cystic hygroma.
4. Anomali gastrointestinal (40%), ini termasuk hernia diafragmatik, malrotasi,
duplikasi intestinal, atresia, asites, tidak ada kandung empedu, tidak ada
hepar, fistula trakeo-esofageal dan imperforata anus.
5. Anomali muskuloskeletal (10%-30%), ini termasuk Limb-Body Wall
Deficiency (LBWD), scoliosis, hemivertebra, comptomelic drawfism,
clubfeet, syndactily dan anomali tangan yang lain.
6. Abnormalitas ibu dan perkembangan janin, ini termasuk oligohidramnion,
polihidramnion, Intrauterine Growth Restriction (IUGR), single umbilical
10
artery, allantoic cysts, placental choriongioma, immaturitas janin dan
prematuritas janin.
7. Anomali genitourinarius (40%), ini termasuk ekstrofi kandung kemih,
omphalocele, imperforata anus, anomali spinal, obstruksi dari ureteropelvic
junction, malposisi ginjal (cephalic renal displacement) dan ekstrofi kloaka.
8. Beckwith-Wiedemann Syndrome (5%-10%), sindrom ini termasuk
omphalocele, macroglossia dan visceromegali.
D. Manifestasi Klinis 3,4
1. Ada defek pada dinding abdominal sekitar 4-12 cm, lokasi defek bisa di-
sentral, di-epigastrium atau di-hipogastrium.
2. Pada omphalocele yang besar, bisa terjadi distosia dan bisa mengakibatkan
luka pada hepar. Jika demikian, maka persalinan Caesar bisa diindikasikan.
3. Kantong omphalocele biasanya intak, meskipun bisa ruptur sekitar 10%-20%
kasus. Ruptur bisa terjadi di uterus atau selama persalian.
4. Bayi dengan Beckwith-Wiedemann Syndrome (exomphalos, macroglossia,
gigantism), memiliki ciri tubuh besar, bentuk wajah bundar, hipoglikemia
dari hyperplasia sel islet pankreas dan visceromegali. Bisa juga terjadi
abnormalitas genitourinarius dan memiliki resiko Tumor Wilms, tumor hepar
(hepatoblastoma) dan neoplasma adrenokortikal.
5. Pentalogy of Centrell menggambarkan omphalocele epigastrik yang
dikaitkan dengan celah pada sternum dan hernia diafragmatik anterior
(Morgagni), defek kardiak (misalnya : ectopia cordis, Ventricular Septal
Defect (VSD) dan tidak ada pericardium).
6. Bayi dengan omphalocele yang besar, memiliki defek pada dinding sentral
abdomen. Hepar diisi oleh kantong omphalocele, rongga abdomen dan
thoraks menjadi kecil dan tidak berkembang sehingga terjadi penyakit paru
restriktif dan hipoplosia pulmoner.
7. Kelainan yang lain yang dapat ditemukan:
a. Vagina bagian anterior dan rectum bisa prolaps.
b. Epispadia, clitoris bifida, penis bifida dan scrotum bifida.
c. Kontrol spinkter urinarius minimal.
d. Diastosis symphisis pubis dan cincin pelvis bagian anterior berotasi.
11
e. Ekstrofi kandung kemih dengan usus yang terlipat.
f. Colon dan appendix berduplikasi atau atresia colon dan anus imperforata
(agenesis pada hindgut).
g. Anomali sakral dan neurologik seperti : myelomeningocele, hydromyelia
dan diastematomyelia.
E. Diagnonis 2,3,4,6
Diagnosis omfalokel adalah sederhana, namun perlu waktu khusus
sebelum operasi dikerjakan, pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu suatu
rontgen dada serta ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel diketahui sebagai
defek dinding abdomen pada dasar cincin umbilikus. Defek tersebut lebih dari 4
cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai hernia
umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau amnion. Pada 10%
sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau sekitar 4% saat proses
kelahiran. Omfalokel raksasa (giant omphalocele) mempunyai suatu kantong
yang menempati hampir seluruh dinding abdomen, berisi hampir semua organ
intraabdomen dan berhubungan dengan tidak berkembangnya rongga peritoneum
serta hipoplasi pulmoner. Klasifikasi menurut Omfalokel menurut Moore ada 3,
yaitu:
Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm
Tipe 2 : diameter defek 2,5 – 5 cm
Tipe 3 : diameter defek > 5 cm
Suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tak
terdiagnosis saat lahir. Dalam kasus ini timbul bahaya tersendiri bila kantong
terjepit klem dan sebagian isinya berupa usus, bagiannya teriris saat ligasi tali
pusat. Bila omfalokel dibiarkan tanpa penanganan, bungkusnya akan mengering
dalam beberapa hari dan akan tampak retak-retak. Pada saat tersebut akan
menjalar infeksi dibawah lapisan yang mengering dan berkrusta. Kadang
dijumpai lapisan tersebut akan terpecah dan usus akan prolap.
Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan dapat
ditegakkan pada waktu prenatal dan pada waktu postnatal.
12
1. Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal terhadap omphalokel sering ditegakkan dengan
bantuan USG. Defek dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada
saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut secara normal
seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum abdomen janin.
Pada pemeriksaan USG Omphalokel tampak sebagai suatu gambaran garis–
garis halus dengan gambaran kantong atau selaput yang ekhogenik pada
daerah tali pusat (umbilical cord) berkembang. Berbeda dengan gastroskisis,
pada pemeriksaan USG tampak gambaran garis-garis yang kurang halus,
tanpa kantong yang ekhogenik dan terlihat defek terpisah dari tali pusat.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada masa prenatal selain
USG diantaranya ekhocardiografi, MSAPF (maternal serum alpha-
fetoprotein), dan analisa kromosom melaui amniosintesis. Pemeriksaan
tersebut dilakukan dengan tujuan selain menunjang diagnosis sekaligus
menilai apakah ada kelainan lain pada janin.
2. Diagnosis postnatal (setelah kelahiran)
Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omphalokel ialah terdapatnya
defek sentral dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek bervarasi
ukurannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai dengan 12 cm, mengandung
herniasi organ–organ abdomen baik solid maupaun berongga dan masih
dilapisi oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada
puncak kantong. Kantong atau selaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan
luar berupa selaput amnion dan lapisan dalam berupa peritoneum. Diantara
lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan Warton’s jelly. Warton’s
jelly adalah jaringan mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan
mesenkimal (mesodermal). Jelly mengandung kaya mukosa dengan sedikit
serat dan tidak mengandung vasa atau nervus.
Pada giant omphalocele, defek biasanya berdiameter 8-12 cm atau
meliputi seluruh dinding abdomen (kavum abdomen sangat kecil) dan dapat
mengandung seluruh organ-organ abdomen termasuk liver.Kantong atau
selaput pada omphalokel dapat mengalami ruptur. Sekitar 10-20 % kasus
omphalokele terjadi ruptur selama kehamilan atau pada saat melahirkan.
Disebutkan pula bahwa omphalokel yang mengalami ruptur tersebut bila
13
diresorbsi akan menjadi gastroskisis. Apabila terjadi ruptur dari selaput atau
kantong maka oergan-organ abdomen janin/bayi dapat berubah struktur dan
fungsi berupa pembengkakan, pemendekan atau eksudat pada permukan
organ abdomen tersebut Perubahan tersebut tergantung dari lamanya infeksi
dan iskemik yang berhubungan dengan lamanya organ-organ terpapar cairan
amnion dan urin janin. Bayi-bayi dengan omphalokele yang intak biasanya
tidak mengalami distres respirasi, kecuali bila ada hipoplasia paru yang
biasanya ditemukan pada giant omphalocele.
Kelainan lain yang sering ditemukan pada omphalokel terutama pada
giant omphalocele ialah malrotasi usus serta kelainan-kelainan kongenital
lain.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada saat bayi lahir
untuk mendukung diagnosis diantaranya pemeriksaan laboratorium darah
dan radiologi. Pemeriksaan radiologi dapat berupa rongent thoraks untuk
melihat ada tidaknya kelainan paru-paru dan ekhocardiogram untuk melihat
ada tidaknya kelainan jantung.
3. Diagnosa banding
Omphalokel Hernia Umbilikalis GastroskisisLokasi defek Pada cincin
umbilikus(umbilikal ring)
Pada cincin umbilikus
Lateral dari cincin
umbilikusDiameter/ukuran defek (cm)
4-12 cm < 4 cm < 4 cm
Kavum abdomen Kecil terutama padagiant
omphalocele
normal normal
Kantong + + -Kandungan kantong
Seluruh organ abdomen
Beberapa loop usus Biasanya gaster atau
ususLetak tali pusat (umbilical cord)
Pada puncak kantong
Pada puncak kantong
Terpisah dengan
kantong, biasanya di
lateralKeadaan permukaan organ abdomen/usus
normal normal Memendek atau terdapat
bercak eksudatMalrotasi sering - jarang
14
Atresia dan strangulasi
jarang - sering
Hubungan dengan kelainan kongenital
sering sering terdapat divertikulum
Meckel)
jarang
F. Penatalaksanaan 1,3,5,6,7,8,9
1. Penatalaksanaan Prenatal
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya
dilakukan informed consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko
tehadap ibu, dan prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan ahli
kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna
perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan kehamilan
atau mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya
dilakukan observasi melaui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan
tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel mungkin
berkurang ukurannya atau bahkan ruptur sehingga mempengaruhi pronosis.
Komplikasi dari partus pervaginam pada bayi dengan defek dinding
abdomen kongenital dapat berupa distokia dengan kesulitan persalinan dan
kerusakan organ abdomen janin termasuk liver. Walaupun demikian, sampai
saat ini persalinan melalui sectio caesar belum ditentukan sebagai metode
terpilih pada janin dengan defek dinding abdomen.
2. Penatalaksanan Postnatal
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah
lahir (immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah
berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan penatalaksanaan
postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi dengan omphalokele dan
gastroskisis adalah hampir sama. Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera
dirujuk ke suatu pusat yang memiliki fasilitas perawatan intensif neonatus
dan bedah anak. Bayi-bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih
sedikit kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit membutuhkan
resusitasi awal cairan dibanding bayi dengan gastroskisis. Penatalaksanaan
segera bayi dengan omphalokel adalah:
15
a. Tempatkan bayi pada ruangan yang asaeptik dan hangat untuk mencegah
kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.
b. Posisikan bayi senyaman mungkin dan lembut untuk menghindari bayi
menagis dan air swallowing. Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk
memperlancar drainase.
c. Lakukan penilaian ada/tidaknya distress respirasi yang mungkin
membutuhkan alat bantu ventilasi seperti intubasi endotrakeal. Beberapa
macam alat bantu ventilasi seperti mask tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan masuknya udara kedalam traktus gastrointestinal.
d. Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara
dan cairan dari sistem usus sehingga dapat mencegah muntah, mencegah
aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan (dekompresi) dalam sistem
usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen, demikian pula perlu
dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompresi sistem usus.
e. Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing dan
mengurangi tekanan intra abdomen.
f. Pasang jalur intra vena (sebaiknya pada ektremitas atas) untuk pemberian
cairan dan nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga tekanan
intravaskuler dan menjaga kehilangan protein yang mungkin terjadi
karena gangguan sistem usus, dan untuk pemberian antibitika broad
spektrum.
g. Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan
elektrolit
h. Pada omphalokel, defek ditutup dengan suatu streril-saline atau povidone
-iodine soaked gauze, lalu ditutup lagi dengn suatu oklusif plastik
dressing wrap atau plastik bowel bag. Tindakan harus dilakukan ekstra
hati hati diamana cara tersebut dilakukan dengan tujuan melindungi
defek dari trauma mekanik, mencegah kehilangan panas dan mencegah
infeksi serta mencegah angulasi sistem usus yang dapat mengganggu
suplai aliran darah.
i. Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan hematokrit
perlu dilakukan guna persiapan operasi bila diperlukan
16
j. Evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh
pemeriksaan rongent thoraks dan ekhokardiogram.
3. Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)
Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada kasus
omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara volume organ-
organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan rongga
abdomen seperti pada giant omphalocele atau terdapat status klinis bayi yang
buruk sehingga ada kontra indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti
pada bayi-bayi prematur yang memiliki hyaline membran disease atau bayi
yang memiliki kelainan kongenital berat yang lain seperti gagal jantung.
Pada giant omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-organ
intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat buruk, sehingga sulit
dilakukan penutupan (operasi/repair) secara primer dan dapat
membahayakan bayi. Beberapa ahli, walaupun demikian, pernah mencoba
melakukan operasi pada giant omphalocele secara primer dengan modifikasi
dan berhasil. Tindakan nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan dasar
merangsang epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat setelah granulasi
terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang nantinya akan terbentuk
hernia ventralis yang akan direpair pada waktu kemudian dan setelah status
kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang epitelisasi
adalah 0,25 % merbromin (mercurochrome), 0,25% silver nitrat, silver
sulvadiazine dan povidone iodine (betadine). Obat-obat tersebut merupakan
agen antiseptik yang pada awalnya memacu pembentukan eskar
bakteriostatik dan perlahan-lahan akan merangsang epitelisasi. Obat tersebut
berupa krim dan dioleskan pada permukaan selaput atau kantong dengan
elastik dressing yang sekaligus secara perlahan dapat menekan dan
menguragi isi kantong.
Tindakan nonoperatif lain dapat berupa penekanan secara eksternal
pada kantong. Beberapa material yang biasa digunakan ialah Ace wraps,
Velcro binder, dan poliamid mesh yang dilekatkan pada kulit. Tindakan
nonoperatif pada omfalokel memerlukan waktu yang lama, membutuhkan
17
nutrisi yang banyak dan angka metabolik yang tinggi serta omfalokel dapat
ruptur sehingga dapat menimbulkan infeksi organ-organ intraabdomen. Bayi-
bayi yang menjalani penatalaksanaan nonoperatif ternyata memiliki lama
rawat inap yang lebih pendek dan waktu full enteral feeding yang lebih cepat
dibanding dengan penatalaksanaan dengan silastic.
Indikasi terapi non bedah adalah: Bayi dengan ompalokel raksasa
(giant omphalocele) dan kelainan penyerta yang mengancam jiwa dimana
penanganannya harus didahulukan daripada omfalokelnya. Neonatus dengan
kelainan yang menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan. Bayi
dengan kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi daya tahan
hidup.
Prinsip kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ
visera yang mengalami kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu bahaya yang
terjadi akibat kelainan yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi
misalnya obstruksi usus yang juga bisa terjadi akibat adhesi antara usushalus
dan kantong. Jika infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari
dinding anterior abdomen secara lambat akan tumbuh menutupi kantong,
dengan demikian akan terbentuk hernia ventralis, karena sikatrik yang
terbentuk biasanya tidak sebesar bila dilakukan operasi. Metode ini terdiri
dari pemberian lotion antiseptik secara berulang pada kantong, yang mana
setelah beberapa hari akan terbentuk skar. Setelah sekitar 3 minggu, akan
terjadi pembentukan jaringan granulasi yang secara bertahap kana terjadi
epitelialisasi dari tepi kantong. Penggunaan antiseptik merkuri sebaiknya
dihindari karena bisa menghasilkan blood and tissue levels of mercury well
above minimum toxic levels. Alternatif lain yang aman adalah alkohol 65%
atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah keropeng tebal
terbentuk,bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis memerlukan
tindakan kemudian tetapi kadang-kadang menghilang secara komplet.
4. Penatalaksanaan dengan Operasi
Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga
abdomen dan menutup defek. Dengan adanya kantong yang intak, tak
diperlukan operasi emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan fisik dan
18
pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat dikerjakan. Keberhasilan
penutupan primer tergantung pada ukuran defek serta kelainan lain yang
mungkin ada (misalnya kelainan paru)
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama ketahanan
hidup yang optimal dan menutup defek dengan cara mengurangi herniasi
organ-organ intraabomen, aproksimasi dari kulit dan fascia serta dengan
lama tinggal di RS yang pendek. Operasi dilakukan setelah tercapai resusitasi
dan status hemodinamik stabil. Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat
ruptur kantong dan obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure
(penutupan secara primer atau langsung) dan staged closure (penutupan
secara bertahap). Standar operasi baik pada primary ataupun staged closure
yang banyak dilakukan pada sebagiaan besar pusat adalah dengan membuka
dan mengeksisi kantong. Organ-organ intraabdomen kemudian dieksplorasi,
dan jika ditemukan malrotasi dikoreksi.
a. Primary Closure
Primary closure merupakan treatment of choice pada omfalokel
kecil dan medium atau terdapat sedikit perbedaan antara volume organ-
organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau eviserasi dengan
rongga abdomen. Primary closure biasanya dilakukan pada omfalokel
dengan diameter defek < 5-6 cm. Operasi dilakukan dengan general
anestesi dengan obat-obatan blok neuromuskuler. Mula-mula hubungan
antara selaput dengan kulit serta fascia diinsisi dan vasa–vasa umbilkus
dan urakus diidentifikasi dan diligasi. Selaput kemudian dibuang dan
organ-organ intraabddomen kemudian diperiksa. Sering defek diperlebar
agar dapat diperoleh suatu insisi linier tension free dengan cara
memperpanjang irisan 2 –3 cm ke superior dan inferior.
Kemudian dilakukan manual strecthing pada dinding abdomen
memutar diseluruh kuadran abdomen. Manuver tersebut dilakukan hati-
hati agar tidak mencederai liver atau ligamen. Kulit kemudiaan dideseksi
atau dibebaskan terhadap fascia secara tajam. Fascia kemudian ditutup
dengan jahitan interuptus begitu pula pada kulit. Untuk kulit juga dapat
digunakan jahitan subkutikuler terutama untuk membentuk umbilikus
19
(umbilikoplasti) dan digunakan material yang dapat terabsorbsi. Standar
operasi ialah dengan mengeksisi kantong dan pada kasus giant
omphalocele biasanya dilakukan tindakan konservatif dahulu, namun
demikian beberapa ahli pernah mencoba melakukan operasi langsung
pada kasus tersebut dengan teknik modifikasi
b. Staged Closure
Pada kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar
antara volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau
eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele, dapat
dilakukan tindakan konservatif. Cara tersebut ternyata memakan waktu
yang lama, membutuhkan nutrisi yang banyak dan beresiko terhadap
pecahnya kantong atau selaput sehingga dapat timbul infeksi. Juga pada
keadaan tertentu selama operasi, ternyata tidak semua pasien dapat
dilakukan primary closure. Suatu studi melaporkan bahwa kenaikan IGP
(intra gastricpressure) > 20 mmHg dan CVP > 4 mmHg selama usaha
operasi primer dapat menyebabkan kenaikan tekanan intraabdomen yang
dapat berakibat gangguan kardiorespirasi dan dapat membahayakan bayi
sehingga usaha operasi dirubah dengan metode staged closure.21
Beberapa ahli kemudian mencari solusi untuk penatalaksanaan kasus-
kasus tersebut, yang akhirnya ditemukan suatu metode staged closure.4
Staged closure telah diperkenalkan pertama kali oleh Robet Gross pada
tahun 1948 dengan teknik skin flap yang kemudian tejadi hernia ventralis
dan akhirnya cara tersebut dikembangkan oleh Allen dan Wrenn paada
tahun 1969 dengan suatu teknik “silo”
1) Teknik skin flap
Pada prosedur ini, dibuat skin flap melalui cara undermining /
mendeseksi / membebaskan secara tajam kulit dan jaringan subkutan
terhadap fascia anterior muskulus rektus abdominis dan aponeurosis
muskulus obliqus eksternus disebelah lateralnya sampai batas linea
aksilaris anterior atau media. Kantong atau selaput dibiarkan tetap
utuh. Skin flap kemudian ditarik dan dipertemukan pada garis tengah
untuk menutupi defek yang kemudian cara tersebut menimbulkan
hernia ventralis.2 Hernia ventralis timbul karena kulit terus
20
berkembang sedangkan otot-otot dinding abdomen tidak2 Biasanya
6-12 minggu kemudian dapat dilakukan repair terhadap hernia
ventralis Cara tersebut juga dapat menimbulkan skar pada garis
tengah yang panjang sehingga menimbulkan bentuk umbilikus yang
relatif jauh dari normal. Beberapa ahli kemudian mencoba suatu
usaha agar didapatkan bentuk umbilikus yang mendekati normal
yaitu dengan cara umbilical preservation.
Prosedur dilakukan dengan cara tidak memotong kantong
pada tempat melekatnya urakus dan vasa umbilikus serta tidak
memisahkan kutis dan subkutis dari fascia pada daerah tersebut.
Kemudian pada tempat tersebut dibuat neoumbilikus dengan jahitan
kontinyu.
2) Teknik silo
Teknik silo dapat dilakukan juga bila terdapat omfalokel yang
sangat besar sehingga tidak dapat dilakukan dengan teknik skin flap.
Silo merupakan suatu suspensi prostetik yang dapat menjaga organ-
organ intraabdomen tetap hangat dan menjaga dari trauma mekanik
terutama saat organ-organ tersebut dimasukkan ke dalam rongga
abdomen. Operasi diawali dengan mengeksisi kantong atau selaput
omfalokel. Kemudian cara yang sama dilakukan seperti membuat
skin flap namun dengan lebar yang sedikit saja sehingga cukup untuk
memaparkan batas fascia atau otot. Suatu material prostetik silo
(Silastic reinforced with Dacron) kemudian dijahitkan dengan fascia
dengan benang nonabsorble, sehingga terbentuk kantong prostetik
ekstraabdomen yang akan melindungi organ-organ intraabdomen.
Organ-organ intraabdomen dalam silo kemudian secara bertahap
dikurangi dan kantong diperkecil. Usaha reduksi dapat dilakukan
tanpa anestesi umum, tetapi bayi harus tetap dimonitor di ruangan
neonatal intensiv care. Reduksi dapat dicapai seluruhnya dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada beberapa kasus, reduksi
komplet dapat dicapai dalam 7-10 hari. Kegagalan reduksi lebih dari
2 minggu dapat berakibat infeksi dan terpisahnya silo dari jaringan.
Penggunaan dacron felt pledgets dapat mengurangi resiko terlepasnya
21
atau kerusakan sambungan karena terlalu tegang dan lama. Setelah
seluruh isi kantong masuk ke rongga abdomen kemudian dilakukan
operasi untuk mengambil silo dan menutup kulit.
Selama operasi terutama pada primary closure, haruslah
dipantau tekanan airway dan intra abdomen. Dulu beberapa kriteria
digunakan untuk memonitor selama operasi, diantaranya angka
respirasi, tekanan darah, warna kulit, dan ferfusi ferifer. Observasi
tersebut menjadi sulit dan kurang reliabel karena bayi dibius dan
mengalami paralisis. Intraoperatif Measurement dengan cara
memonitor perubahan nilai CVP dan IGP (intra gastricpressure) dapat
digunakan untuk menentukan teknik yang sebaiknya dilakukan dan
memperkirakan hasil dari teknik operasi yang dilakukan. Dia
menyimpulkan pula bahwa kenaikan IGP > 20 mmHg dan CVP > 4
mmHg selama usaha primary closure dapat menyebabkan kenaikan
tekanan intraabdomen yang dapat berakibat gangguan kardiorespirasi
bayi sehingga usaha operasi dirubah dengan metode staged closure
dan didapatkan hasil yang memuaskan dari metode operasi tersebut.
Perawatan praoperasi meliputi pemberian glukosa 10%
intravena, NGT dan irigasi rektal untuk dekompresi usus serta
antibiotik. Cairan infus seluruhnya diberikan melalui ektremitas atas.
Pada penutupan primer omfalokel, eksisi kantong amnion,
pengembalian organ visera yang keluar ke dalam kavum peritoneal
dan penutupan defek dinding anterior abdomen pada 1 tahap
merupakan metode operasi pertama untuk omfalokel and masih
merupakan metode yang memuaskan. Hal ini dikerjakan untuk
ompalokel dengan ukuran defek yang kecil dan sedang. Pada
sebagian besar kasus omfalokel secara tehnik masih mungkin untuk
mengembalikan organ visera ke dalam abdomen dan memperbaiki
dinding abdomen. Pada kasus dengan defek yang besar , terutama
bila sebagian besar hepar menempati kantung, rongga abdomen tidak
cukup untuk ditempati seluruh organ visera, hal ini akan
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen karena rongga
abdomen terlalu penuh.
22
Terdapat 2 pilihan untuk penanganan omfalokel yang lebih
besar atau gastroschizis. Secara sederhana mengabaikan luasnya
defek, dimana defek akan ditutup belakangan, namun untuk menutup
ompalokel atau usus yang terburai dengan kulit dinding abdomen
yang dibebaskan ke lateral sampai hampir garis tengah punggung, ke
superior sampai dinding dada, ke inferior sampai pubis serta
dijahitkan pada garis tengah. Bila anak tersebut bertahan, hernia
ventralis yang besar tersebut direpair 1 tahun kemudian.
Pilihan yang paling sering dilakukan adalah secara manual menekan
dinding abdomen dengan membangun suatu tudung bungkus silastik
untuk menutup usus. Tudung (silo) tersebut secara progresif ditekan
ke arah profunda kantong amnion dan isinya ke dalam cavum
abdomen dan mendekatkan tepi linea alba oleh peregangan otot
abdomen. Prosedur ini memerlukan waktu 5 sampai 7 hari, sebelum
defek ditutup secara primer.
5. Penanganan Pascaoperasi
Hiperalimentasi perifer dianjurkan pada hari ke-2 atau ke-3
pascaoperasi atau jika penutupan kulit dapat dicapai, hiperalimentasi sentral
is inserted. Resiko sepsis meningkat saat kateter sentral terpasang pada bayi
dengan pemasangan silastic.Konsekuensinya pada bayi ini tidak ada
alternatif selain alimentasi perifer. Gastrostomi meningkatkan resiko infeksi.
Konsekuensinya lambung didrainase dengan kateter plastik kecil. Fungsi
usus pada bayi dengan omfalokel adalah tertunda. Disfungsi usus
membutuhkan waktu lama untuk normal, dari 6 minggu sampai beberapa
bulan. Dalam waktu kurang dari 2 minggu pasca penutupan primer , mereka
jarang toleransi penuh dengan makanan oral
Pemantauan selama operasi haruslah dilanjutkan setelah operasi,
termasuk pemberiaan antibiotik dan nutrisi. Pemberian antibitoik berfungsi
mencegah infeksi seperti selulitis dan biasanya dilanjutkan sampai gejala
peradangan mereda atau selama terpasang material prostetik. Fungsi usus
biasanya akan kembali setelah 2-3 hari dari waktu primary closure sehingga
nutrisi enteral awal dapat diberikan. Pada staged repair, total perenteral
23
nutrisi (TPN) diberikan lebih lama lagi sampai dengan fungsi usus kembali
normal. Fungsi usus akan cepat kembali normal jika peradangan mereda.
Akibat awal operasi dapat terjadi kenaikan tekanan intraabdomen yang
berakibat menurunnya aliran vena kava (venous return) ke jantung dan
menurunnya kardiac output. Selain itu diafragma dapat terdorong ke rongga
thoraks yang menyebabkan naiknya tekanan airway dan beresiko terjadinya
barotrauma dan insufisiensi paru. Keadaan itu semua dapat menimbulkan
hipotensi, iskemia usus, gangguan respirasi (ventilasi) serta gagal ginjal.
Termasuk dari komplikasi awal operasi adalah timbulnya obtruksi intestinal,
NEC, infeksi yang dapat berakibat sepsis, juga dapat terjadi kegagalan
respirasi yang menyebabkan pasien tergantung pada ventilator yang lama
sehingga timbul pneumonia. Obstruksi usus dapat disebabkan karena adhesi
usus dengan jaringan fibrous pada penutupan skin flap. NEC dapat
disebabkan karena iskemia usus karena volvulus atau karena tekanan
intraabdomen yang meningkat. Infeksi biasanya terjadi pada staged closure
dimana terdapat pemaparan luka berulang dan penggunaan material
prostetik. Komplikasi lanjut dari operasi termasuk hernia ventralis dan
lambatnya pertumbuhan anak
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (2004). Tindakan Bedah: organ dan sistem organ, usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum, Kelainan bawaan, In: Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. pp: 908-10.
2. Chih-Ping Chen (2007). Prenatal diagnosis and genetic counseling of Omphalocele. Taiwan: Elsevier. pp. 1-35
3. Walker, Goulet, Kleinman, Sherman, and Sanderson (2004). Pediatric gastrointestinal disease: pathophysiology, diagnosis and management. USA: BC Delker.
4. Claude S, Yves A, Beatrice D, Marie-Paule R (2008). Omphalocele and gastroschisis and associated malformations. American Journal of Medical Genetics, 10: 1280-1285.
5. Maurizio P, Lewis S, Edward M.K, Joe Curry, Agostino P (2005). Staged repair of giant omphalocele in the neonatal period. Journal of Pediatric Surgery, 40: 785-788.
6. Katharina H, Hans P. H, Bertram R, Peter G. W (2008) Gastroschisis and omphalocele: treatments and long-term outcomes. Pediatric Surgery International, 24: 167-173
7. Kandice E. K, Donald R. C, Monford D. C (2006) Vacuum-assisted closure: a new method for treating patients with giant omphalocele. Journal of Pediatric Surgery, 41: 212-215.
8. Carol McNair, Judy Hawes, Heather Urquhart (2006). Caring for the Newborn with an Omphalocele. Neonatal Network, 25: 319-325.
9. Robert Foglia, Alex Kane, Devra Becker, Jose Asz-Sigall, George Mychaliska (2006). Management of giant omphalocele with rapid creation of abdominal domain. Journal of Pediatric Surgery, 41: 704-709.
25