42
BAB I PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang dan Tujuan Praktikum 1.1.1 Latar Belakang Sipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan elevasi sederetan titik-titik baik membentuk suatu garis lurus atau hanya membentuk suatu jalur (trase) dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap perubahan bentuk lahan. Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna dalam cut dan fill suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api. Mengingat begitu besarnya manfaat dari pengukuran sipat datar profil memanjang, maka ilmu pengukuran ini harus dikuasai oleh mahasiswa teknik pertanian. Salah satu cara untuk menguasai pengukuran sipat datar profil adalah dengan

BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ILMU UKUR WILAYAH

Citation preview

Page 1: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

BAB I

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang dan Tujuan Praktikum

1.1.1 Latar Belakang

Sipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan

elevasi sederetan titik-titik baik membentuk suatu garis lurus atau hanya

membentuk suatu jalur (trase) dimana letak titik-titik tersebut berada pada

setiap perubahan bentuk lahan. Pengukuran sipat datar profil banyak

digunakan dalam perencanaan suatu wilayah.

Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang

dan profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang

bisa diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian

di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat

berguna dalam cut dan fill  suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya

saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.

Mengingat begitu besarnya manfaat dari pengukuran sipat datar profil

memanjang, maka ilmu pengukuran ini harus dikuasai oleh mahasiswa

teknik pertanian. Salah satu cara untuk menguasai pengukuran sipat datar

profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara sungguh-sungguh atau

dengan memperbanyak jam terbang pengukuran.

1.1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini adalah:

1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran sipat datar profil dengan

benar

2. Mahasiswa mampu menentukan titik-titik yang dapat memberikan

gambaran profil dari lahan yang diukurnya

3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran beda tinggi atau

ketinggian dari titik-titik yang telah ditentukan dengan cara sipat ukur

datar profil dengan baik dan benar.

Page 2: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

2.2. Peralatan yang Digunakan

Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah:

1. Waterpass sebagai alat ukur jarak dan sudut.

2. Rambu ukur sebagai patokan pengukuran jarak.

3. Tripod sebagai tempat meletakkan waterpass.

4. Unting-unting untuk memastikan posisi vertical alat terhadap titik

pengukuran.

5. Patok sebanyak empat buah sebagai penanda titik di lahan.

6. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.

7. Formulir prngukuran jarak dan sudut.

8. Kalkulator sebagai alat bantu hitung.

2.3. Pelaksanaan Praktikum

1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus terlebih dahulu

memahami prosedur praktikum di bawah ini:

2. Mahasiswa melakukan pematokan dari titik-titik pada jalur yang akan

diukur disertai dengan pengukuran jarak dan arah diantarapatok-patok

tersebut sehingga posisinya dapat ditentukan atau digambarkan. Bila

tidak dilakukan seperti ini, lakukan pematokan sambil berjalan ( ingat

titik-titik untuk menempatkan rambu ini adalah di lokasi yang

mewakili bentuk/perubahan bentuk lahan ). Misalanya kita memasang

titik patokan sebanyak 10 titik patokan, dimana titik 1 s.d titik 10 ini

bukan merupakan titik sementara seperti pada pengukuran sifat ukur

datar memanjang. Oleh karena itu biasanya dipasang patok yang

cukup permanent, kecuali pengukurannya hanya sekedar penjajagan

saja.

3. Titik awal (A) pada gambar atau titik diluar jalur pengukuran, seperti

ketitik P dapat dijadikan sebagai titik acuan atau refrensi.

4. Dirikan alat dititik tertentu sepanjang jalur atau diluar jalur yang akan

diukur.

5. Bidikan alat ke rambu ukur yang dipasang dititik P (titik P dijadikan

sebagai titik acuan/ingat teropong dalam keadaan mendatar) baca dan

Page 3: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

catat bacaan rambu ( BA,BT,BB ), bacaan/bidikan ini merupakan

bidikan/bacaan belakang.

6. Selanjutnya bidikan alat ke rambu ukur yang dipasang di titik-titik

berikutnya sebanyak mungkin selama titik-titik tersebut masih

memungkinkan untuk dibidik ( ingat teropong dalam keadaan

mendatar, jadi bila menggunakan alat teodolit, sudut vertikalnya 90o

atau 100o ).

7. Bila bidikan sudah tidak memungkinkan/terjangkau lagi, misalanya

ketitik 4 maka alat perlu dipindahkan. Tempat alat berikutnya ini

harus dapat membidik ketitik 3 atau titik sebelumnya yang telah

dibidik pada pengukuran sebelumnya (ke 1) untuk dijadikan sebagai

bidikan belakang ( bidikan ke titik acuan pada pengukuran ke II/yang

bersangkutan ).

8. Selanjutnya lakukan pengukuran seperti pada titik 4 dan 5 diatas

dengan titik 3 sebagai acuan ( bidikan ke belakang ) dan titik 4,5,6,

dan 7 sebagai bidikan kemukanya.

9. Lakukan terus kegiatan ini secara berulang sampai akhir bidikan

mukanya mendidik ke titik B ( titik paling ujung ).

10.

Page 4: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Waterpass

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan

untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi

tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang

ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal.

Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan Levelling

atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan tiggi suatu

titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system referensi atau

bidang acuan.

Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut

rata-rata atau Mean sea Level (MSL) atau sistem referensi lain yang dipilih.

Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang

keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Namun demikian masih

banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan sistem referensi.

Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu

harus mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan

dengan titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi pengukuran. Titik-titik

tersebut umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z)

yang disebut Banch Mark (BM). Banch mark merupakan suatu tanda yang jelas

(mudah ditemukan) dan kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok

beton sehingga terlindung dari faktor-faktor pengrusakan.

Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk

kepentingan proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth

Work) misalnya untuk menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu

dikenal adanya pengukuran sipat datar profil memanjang (Long section) dan sipat

datar profil melintang (Cross section).

Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat

ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan

pada setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-

Page 5: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang

diperbolehkakan. Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu

hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.

Gambar 1. Waterpas

2.2 Alat Ukur Sipat Datar

Secara garis besar alat ukur sipat datar di bedakan menjadi :

1. Dumpy level

2. Tilting level

3. Tipe otomatis (Automatic level), maksudnya apabila sumbu I telah vertical

otomatis garis bidik akan mendatar.

2.3. Penentuan Beda Tinggi Antar Dua Titik

Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara,

yaitu ditinjau dari kedudukan atau penempatan alat ukur penyipat datar. Tiga cara

ini dapat dipergunakan sesuai dengan kondisi di lapangan dan hasil pengukuran

yang ingin diperoleh.

1. Cara pertama, alat ukur berada di antara kedua titik.

Pada cara ini alat ukur ditempatkan antara titik A dan B, sedangkan masing-

masing titik tersebut ditempatkan rambu ukur yang vertikal. Jarak dari alat ukur

terhadap masing-masing rambu diusahakan berimbang atau ± sama. Sedangkan

letak alat ukur tidaklah harus pada garis lurus yang menghubungkan titik A dan B.

Cara ini merupakan dasar dalam pengukuran sipat datar memanjang

Page 6: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

 

Gambar 2. Pengukuran beda tinggi di antara titik dengan alat penyipat

datar

Dengan cara ini aturlah kedudukan alat agar memenuhi syarat melakukan

pengukuran, kemudian arahkan garis ke rambu A sebagai bacaan belakang (b) dan

ke rambu B sebagai bacaan muka (m). Dalam hal ini selalu diingat, bahwa angka

pembacaan pada rambu merupakan jarak yang dibatasi antara alas rambu terhadap

garis bidik maka dapat dimengerti bahwa beda tinggi antara titik A dan B yaitu

sebesar t = b – m.

2. Cara kedua, alat ukur berada di luar kedua titik

Cara yang kedua ini merupakan cara yang dapat dilakukan bilamana

pengukuran beda tinggi antara kedua titik tidak memungkinkan dilakukan dengan

cara yang pertama, disebabkan oleh kondisi di lapangan atau hasil pengukuran

yang hendak dicapai. Pada cara ini alat ukur ditempatkan disebelah kiri atau kanan

pada salah satu titik. Jadi alat tidak berada diantara kedua titik A dan B melainkan

di luar garis A dan B melainkan di luar garis A dan B. Sedangkan pembacaan

kedua rambu sama dengan cara yang pertama, hingga diperoleh beda tinggi antara

kedua titik A dan B. Penentuan tinggi dengan cara ini umum dilakukan pada

pengukuran sipat datar profil.

Gambar 3. Pengukuran Beda Tinggi di luar Titik dengan Alat Penyipat Datar

Page 7: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

3. Cara ketiga, alat ukur berada di atas salah satu dari kedua titik.

Pada cara ini, alat ukur ditempatkan di atas salah satu titik dari kedua titik

yang diukur. Harus dipahami bahwa, penempatan alat di atas titik terlebih dahulu

diketahui titik tersebut, sehingga kedudukan sumbu ke satu alat ukur segaris

dengan titik tengah patok (Center). Dalam hal ini untuk menempatkan alat tepat di

atas patok menggunakan alat tambahan yaitu unting-unting. Penggunaan cara

yang ketiga ini umum dilakukan pada penyipat datar luas dan Stake out.

Gambar 4. Pengukuran Beda Tinggi di atas Titik dengan Alat Penyipat

Datar

Seperti terlihat pada Gambar 4. Tinggi a adalah Tinggi Garis Bidikyang

diukur dengan rambu dari atas patok B terhadap titik tengah teropong. Untuk

memperoleh beda tinggi antara titik A dan B maka, arahkan teropong ke rambu

lainnya yaitu rambu A dengan angka bacaan rambu sebesar b. Dengan demikian,

beda tinggi titik A terhadap titik B adalah t = b – a.

Dari ketiga cara pengukuran beda tinggi di antara dua titik tersebut, sesuai

dengan urutannya cara yang pertama merupakan cara yang paling teliti. Hal ini

disebabkan alat berada diantara kedua rambu sehingga dapat saling memperkecil

kesalahan yang disebabkan oleh tidak sejajarnya garis bidik dan garis nivo pada

saat pengaturan kedudukan alat.

Cara kedua dan cara ketiga sering kali dipahami sebagai cara Tinggi Garis

Bidikdan selanjutnya disingkat TGB. Dengan TGB sebagai garis acuan, maka

dengan cepat dapat ditentukan ketinggian atau elevasi titik-titik di lapangan. Bila

dicermati lebih mendalam cara kedua lebih teliti dibandingkan dengan cara ketiga,

karena kasarnya prediksi terhadap titik tengah teropong menggunakan rambu.

Yang harus dipahami pada pengukuran beda tinggi antara dua titik ini ialah,

beda tinggi selalu diperoleh dari bacaan rambu belakan dan bacaan rambu muka.

Ditentukannya nama belakang dan muka pada rambu terkait dengan nama patok

Page 8: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

serta arah jalur pengukuran yang direncanakan. Bila t bernilai positif (+), maka

titik muka lebih tinggi dari pada titik belakang, sedangkan sebaliknya bila t

bernilai negatif (-), maka titik muka lebih rendah dari pada titik belakang.

2.4 Pengukuran Sipat Datar Profil

Dengan data ukuran jarak dan perbedaan tinggi titik-titik diatas permukaan

tanah dapat ditentukan irisan tegak dilapangan yang dinamakan profil atau biasa

pula disebut penampang. Pada pekerjaan-pekerjaan rekayasa seperti perencanaan

jalan raya, jalan kereta api, saluran irigasi, lapangan udara dll, sangat dibutuhkan

bentuk profil atau tampang pada arah tertentu untuk perencanaan kemiringan

sumbu proyek, maupun hitungan volume galian atau timbunan tanah dan lain-lain.

Pengukuran profil umumnya dibedakan atas profil memanjang searah dengan

sumbu proyek dan profil melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu

proyek pada interval jarak yang tertentu

Prinsip pengukuran profil dilapangan adalah menggunakan cara TGB untuk

mengukur ketinggian titik-titik pada jalur pengukuran dilapangan.

Profil suattu wilayah terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Profil Memanjang

Sekilas bila dilihat cara pengukuran profil memanjang hampir sama

dengan pengukuran sipat datar memanjang akan tetapi terdapat perbedaan dari

maksud dan pola dilapangan. Dengan cara TGB khususnya cara kedua pada

prinsip pengukuran beda tinggi antara kedua titik, alat berada diluar jalur sumbu

proyek maka hal yang harus diperhatikan pada saat pengukuran adalah:

1. Harus memiliki titik ikat atau BM dilapangan, dengan interval jarak antar

titik yang umumnya dijumpai adalah 10, 15, 25, 50, 100 meter.

2. Harus tersedia tabel pengukuran dan sketsa pengukuran.

3. Dalam pengukuran cara TGB terdapat bacaan belakang, bacaan tengah dan

bacaan muka, mengingat alat berada diluar garis sumbu proyek sehingga

pada posisi satu kali alat berdiri banyak titik yang dapat diukur.

4. Rambu ditempatkan diatas patok sedangkan tinggi masing-masing patok

harus diukur dari permukaan tanah.

Page 9: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

b. Profil Melintang

Arah profil melintang di setiap stasiun umumnya diambil tegak lurus terhadap

sumbu proyek, sebagai dasar ketinggian di setiap profil adalah titik-titik stasiun

yang telah diukur dari profil memanjang. Lebar profil tergantung dari kebutuhan

dan tujuan proyek, namun pada umumnya batas lebar profil melintang ke kiri dan

kanan dari garis sumbu proyek adalah 50 m – 100 m

Pada daerah yang relatif datar, satu profil melintang mungkin dengan satu

kali kedudukan alat. Namun pada daerah yang mempunyai topografi curam atau

bergelombang tidak cukup dengan sekali berdiri alat, mungkin dua kali atau lebih.

Di atas gambar profil inilah digambarkan tampang atau irisan dari rencana

proyek dan luasan yang terjadi antara permukaan tanah asli dengan tampang

proyek merupakan luas tampang galian atau timbunan yang diperlukan atau

dibuang. Dengan mengkombinasikan antara tampang memanjang dan melintang

maka volume dari tubuh tanah yang ditimbun atau digali dapat dihitung.

            Adapun cara pengukuran profil melintang dapat dilakukan dengan cara

yang sama dengan profil memanjang, akan tetapi jarak antara titik-titik detail

dilapangan lebih pendek dan disesuaikan dengan maksud pengukuran tersebut.

Page 10: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tempat

Tinggi Titik Bacaan Belakang Bacaan Muka Sudut Jarak Jarak Antar BedaElevasi Koreksi

Elevasi

Alat Alat Bidikan BA BT BB BA BT BB Horizontal (m) Titik (m) Tinggi Terkoreksi

I 164,5

BM1 202.9 198.75 194.6 277o 8.3 -0.1515 7991 184.8 183.6 182.4 0 o 2.4 7992 146.7 146.1 145.5 180 o 1.2 10.7 0.3750 799.3750 -0.69766 798.67733 78 76.65 75.3 180 o 2.7 1.5 1.0695 800.0695 -0.0978 799.64904 30.9 28.95 27 180 o 3.9 1.2 1.5465 800.5465 -0.07824 801.11735 13 9 5 180 o 8.0 4.1 1.7460 800.7460 -0.26733 802.5960

II 152

5 192.8 187.35 181.9 2 o 10.9 802.59606 122 116 110 180 o 12.0 22.9 0.7135 801.4595 -1.49313 801.81637 183.2 176.7 170.2 180 o 13.0 1.0 0.1065 800.8525 -0.0652 801.85768 126 116.5 107 180 o 19.0 6.0 0.7085 801.4545 -0.39121 802.17499 76.2 61.55 46.9 180 o 29.3 10.3 1.2580 802.0040 -0.67158 802.7613

III 156

9 259.4 254.9 250.4 2 o 9.0 802.761310 129.8 128.75 127.7 180 o 2.1 11.1 1.2615 803.2655 -0.72375 803.299111 81 77.85 74.7 180 o 6.3 4.2 1.7705 803.7745 -0.27385 804.795712 25.5 19.15 12.8 180 o 12.7 6.4 2.3575 804.3615 -0.41729 806.735913 22.8 14.85 6.9 180 o 15.9 3.2 2.4005 804.4045 -0.20865 808.9278

Page 11: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

IV 152.5

13 197.8 193.4 189 2 o 8.8 808.927814 132.7 130.65 126.6 180 o 6.1 14.9 0.6275 805.0320 -0.97151 808.583815 132 124.65 117.3 180 o 14.7 20.8 0.6875 805.0920 -1.35621 807.9151

BM2 123.5 112.15 100.8 139 o 22.7 37.4 0.8125 805.2170 -2.43857 806.2890

total 155.7 17.4410

Page 12: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

1. Perhitungan Jarak

Jarak (m) = BA – BB

(Tempat Alat I)

BM1

Jarak (m) = BA – BB

= 202,9-194,6

= 8,3 m

Titik 1

Jarak (m) = BA – BB

= 184,8-182,4

= 2,4 m

Titik 2

Jarak (m) = BA – BB

= 146,7-145,5

= 1,2 m

Titik 3

Jarak (m) = BA – BB

= 78-75,3

= 2,7 m

Titik 4

Jarak (m) = BA – BB

= 30,9-27

= 3,9 m

Titik 5

Jarak (m) = BA – BB

= 13-5

= 8 m

(Tempat Alat II)

Titik 5

Jarak (m) = BA – BB

= 192,8-181,9

= 10,9 m

Titik 6

Jarak (m) = BA – BB

= 122-110

= 12 m

Titik 7

Jarak (m) = BA – BB

= 183,2-170,2

= 13 m

Titik 8

Jarak (m) = BA – BB

= 126-107

= 19 m

Titik 9

Jarak (m) = BA – BB

= 76,2-46,9

= 29,3 m

(Tempat Alat III)

Titik 9

Jarak (m) = BA – BB

= 259,4-250,4

= 9 m

Titik 10

Jarak (m) = BA – BB

= 129,8-127,7

= 2,1 m

Titik 11

Jarak (m) = BA – BB

= 81-74,7

= 6,3 m

Page 13: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Titik 12

Jarak (m) = BA – BB

= 25,5-12,8

= 12,7 m

Titik 13

Jarak (m) = BA – BB

= 22,8-6,9

= 15,9 m

(Tempat Alat IV)

Titik 13

Jarak (m) = BA – BB

= 197,8-189

= 8,8 m

Titik 14

Jarak (m) = BA – BB

= 132,7-126,6

= 6,1 m

Titik 15

Jarak (m) = BA – BB

= 132-117,3

= 14,7 m

BM2

Jarak (m) = BA – BB

= 123,5-100,8

= 22,7 m

2. Perhitungan Beda Tinggi

∆H= BTBB - BTBM

(Tempat Alat I)

BM1

∆H = BTBB - BTBM

= 183,6−198,75

100

= -0,1515 m

Titik 2

∆H = BTBB - BTBM

= 183,6−146,1

100

= 0,375 m

Titik 3

∆H = BTBB - BTBM

= 183,6−76,65

100

= 1,0695 m

Titik 4

∆H = BTBB - BTBM

= 183,6−28,95

100

= 1,5465 m

Titik 5

∆H = BTBB - BTBM

= 183,6−9

100

= 1,746 m

(Tempat Alat II)

Titik 6

∆H = BTBB - BTBM

= 187,35−116

100

= 0,7135 m

Titik 7

∆H = BTBB - BTBM

Page 14: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

= 187,35−176,7

100

= 0,16065 m

Titik 8

∆H = BTBB - BTBM

= 187,35−116,5

100

= 0,7085 m

Titik 9

∆H = BTBB - BTBM

= 187,35−61,55

100

= 1,258 m

(Tempat Alat III)

Titik 10

∆H = BTBB - BTBM

= 254,9−128,75

100

= 1,2615 m

Titik 11

∆H = BTBB - BTBM

= 254,9−77,85

100

= 1,7705 m

Titik 12

∆H = BTBB - BTBM

= 254,9−19,15

100

= 2,3575 m

Titik 13

∆H = BTBB - BTBM

= 254,9−14,85

100

= 2,4005 m

(Tempat Alat IV)

Titik 14

∆H = BTBB - BTBM

= 193,4−130,65

100

= 0,6275 m

Titik 15

∆H = BTBB - BTBM

= 193,4−124,65

100

= 0,6875 m

BM2

∆H = BTBB - BTBM

= 193,4−112,15

100

= 0,8125 m

3. Perhitungan Elevasi

Elevasi = T + ∆H

(Tempat Alat I) T= 799

Titik 2

Elevasi = T + ∆H

= 799+0,375

= 799,375

Page 15: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Titik 3

Elevasi = T + ∆H

= 799+1,0695

= 800,0695

Titik 4

Elevasi = T + ∆H

= 799+1,5465

= 800,5465

Titik 5

Elevasi = T + ∆H

= 799+ 1,746

= 800,746

(Tempat Alat II) T=

800,746

Titik 6

Elevasi = T + ∆H

= 800,746+0,7135

= 801,4595

Titik 7

Elevasi = T + ∆H

= 800,746+0,1065

= 800,8525

Titik 8

Elevasi = T + ∆H

= 800,746+0,7085

= 801,4545

Titik 9

Elevasi = T + ∆H

= 800,746+1,258

= 802,004

(Tempat Alat III) T= 802,004

Titik 10

Elevasi = T + ∆H

= 802,004+1,2615

= 803,2655

Titik 11

Elevasi = T + ∆H

= 802,004+1,7705

= 803,7745

Titik 12

Elevasi = T + ∆H

= 802,004+2,3575

= 804,3615

Titik 13

Elevasi = T + ∆H

= 802,004+2,4005

= 804,4045

(Tempat Alat IV) T= 804,4045

Titik 14

Elevasi = T + ∆H

= 804,4045+0,6275

= 805,032

Titik 15

Elevasi = T + ∆H

= 804,4045+0,6875

= 805,095

BM2

Elevasi = T + ∆H

= 804,4045+0,8125

= 805,217

Page 16: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

4. Perhitungan Koreksi

Koreksi = d × error

∑ d

d = jarak antar titik (m)

∑ d = jumlah jarak antar titik (m)

Error = elevasi akhir seharusnya - elevasi awal - total beda tinggi

= 806.289 - 799 – 17,441

= -10,152

(Tempat Alat I)

Titik 2

Koreksi = d × error

∑ d

=

10,7 ×(−10,152)155,7

= -0,69766

Titik 3

Koreksi = d × error

∑ d

= 1,5×(−10,152)

155,7

= -0,0978

Titik 4

Koreksi = d × error

∑ d

= 1,2×(−10,152)

155,7

= -0,07824

Titik 5

Koreksi = d × error

∑ d

= 4,1 ×(−10,152)

155,7

= -0,26733

(Tempat Alat II)

Titik 6

Koreksi = d × error

∑ d

=

22,9×(−10,152)155,7

= -1,49313

Titik 7

Koreksi = d × error

∑ d

= 1×(−10,152)

155,7

= -0,0652

Titik 8

Koreksi = d × error

∑ d

= 6 ×(−10,152)

155,7

Page 17: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

= -0,39121

Titik 9

Koreksi = d × error

∑ d

=

10,3×(−10,152)155,7

= -0,67158

(Tempat Alat III)

Titik 10

Koreksi = d × error

∑ d

=

11,1×(−10,152)155,7

= -0,72375

Titik 11

Koreksi = d × error

∑ d

= 4,2 ×(−10,152)

155,7

=-0,27385

Titik 12

Koreksi = d × error

∑ d

= 6,4 ×(−10,152)

155,7

= -0,41729

Titik 13

Koreksi = d × error

∑ d

= 3,2×(−10,152)

155,7

= -0,20865

(Tempat Alat IV)

Titik 14

Koreksi = d × error

∑ d

=

14,9×(−10,152)155,7

= -0,97151

Titik 15

Koreksi = d × error

∑ d

=

20,8×(−10,152)155,7

= -1,35621

BM2

Koreksi = d × error

∑ d

=

37,4 ×(−10,152)155,7

= -2,43857

5. Perhitungan Elevasi Terkoreksi

Elevasi terkoreksi = koreksi + elevasi sebelumnya + beda tinggi antar titik

(Tempat Alat I)

Page 18: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Titik 2

Elevasi terkoreksi = -0,69766+799+0,375

= 798,6773

Titik 3

Elevasi terkoreksi = -0,0978+798,6773+1,0695

= 799,649

Titik 4

Elevasi terkoreksi = -0,07824+799,649+1,5465

= 801,1173

Titik 5

Elevasi terkoreksi = -0,26733+801,1173+1,746

= 802,596

(Tempat Alat II)

Titik 6

Elevasi terkoreksi = -1,49313+802,596+0,7135

= 801,8163

Titik 7

Elevasi terkoreksi = -0,0652+801,8163+0,1065

= 801,8576

Titik 8

Elevasi terkoreksi = -0,39121+801,4545+0,7085

= 802,1749

Titik 9

Elevasi terkoreksi = -0,67158+802,1749+1,258

= 802,7613

(Tempat Alat III)

Titik 10

Elevasi terkoreksi = -0,72375+802,7613+1,2615

= 803,2991

Titik 11

Page 19: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Elevasi terkoreksi = -0,27385+803,2991+1,7705

= 804,7957

Titik 12

Elevasi terkoreksi = -0,41729+804,7957+2,3575

= 806,7359

Titik 13

Elevasi terkoreksi = -0,20865+806,7359+2,4005

= 808,9278

(Tempat Alat IV)

Titik 14

Elevasi terkoreksi = -0,97151+808,9278+0,6275

= 808,5838

Titik 15

Elevasi terkoreksi = -1,35621+808,5838+0,6875

= 807,9151

BM2

Elevasi terkoreksi = -2,43857+807,9151+0,8125

= 806,289

Page 20: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

3.2 PembahasanPada praktikum kali ini praktikan diperkenalkan cara mengukur beda tinggi

dengan pengukuran sifat datar profil memanjang menggunakan waterpass.

Pengukuran di mulai dengan membidik bench mark yang telah ditentukan pada

lahan yang akan diukur, lalu praktikan menentukan patok-patok sampai batas

yang ditentukan oleh asisten. Kemudian praktikan melakukan

pengukuran,pengukuran dilakukan pada setiap kontur lahan yang berbeda lalu

praktikan membaca BA, BT, BB bacaan belakang dan membaca BA, BT, BB

bacaan muka.

Praktikum kali ini praktikan bersama tim menyelesaikan praktikum dengan

waktu yang cukup cepat. Hal ini dikarenakan kerjasama yang baik antara

praktikan dan tim. Terdapat beberapa kendala dalam praktikum kali ini seperti

kurang akuratnya praktikan dalam membaca bacaan atas, bacaan bawah dan

bacaan tengah pada rambu ukur, kurang lurus nya titik yang ditempatkan oleh

praktikan sehingga rekan yang memegang rambu ukur harus bergeser beberapa

kali dan membuat sudut yang diperoleh tidak 0 derajat saat kembali membaca

bacaan belakang.

Nama: Rizal ArafatNPM: 240110120041

Page 21: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran beda tinggi dengan sipat ukur

datar memanjang. Dalam praktikum ini kita dapat mengetahui beda tinggi dari dua

titik yang berjauhan. Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kesalahan, yaitu

dapat terjadi oleh karena kurang telitinya praktikan dalam melaksanakan

praktikum. Kesalahan dapat terjadi oleh karena sudut yang dibentuk oleh batas

muka dan batas belakang tidaklah 0˚ ataupun 180˚. Kesalahan sudut dapat

mengakibatkan kesalahan data dan pengukuran, karena dalam praktikum kali ini

dituntut untuk mengukur dalam keadaan lurus kedepan dan belakang. Kesalahan

juga dapat terjadi oleh karena setiap perbedaan kontur atau kemiringan tidak

dilakukan pengukuran. Seharusnya disetiap perbedaan kontur harus dilakukan

pengukuran agar data yang diperoleh lebih akurat. Kesalahan juga dapat terjadi

karena kurang telitinya mata dalam membidik rambu ukur, atau pun karena

kurang fokusnya lensa yang ada pada waterpass.

Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan pengukuran beda tinggi

dengan sifat ukur datar profil memanjang. Hal pertama yang dilakukan adalah

menentukan titik-titik (stasiun) tempat menyimpan patok sehingga besar sudut

dari titik A terhadap titik-titik selanjutnya, segaris lurus atau sebesar 180 0dengan

menggunakan visir pada waterpass. Pembacaaan menggunakan waterpass terus

dilakukan pada posisi yang sama dengan titik tinnjauan yang terus berubah-ubah

sampai titik terjauh yang bisa ditinjau dari posisi tersebut, baru waterpass

dipindah posisinya.

Setelah selesai melakukan praktikum, maka akan diperoleh hasil

pengamatannya dalam bentuk data bacaan belakang dan bacaan muka. Dengan

menggunakan data bacaan belakang dan bacaan muka, maka kita bisa menentukan

jarak, beda tinggi dan elevasi.

Setelah melakukan penghitungan jarak, beda tinggi dan elevasi. Elevasi

akhir yang didapat dari hasil praktikum kami ternyata masih tidak sesuai dengan

elevasi sebenarnya dari titik akhir. Hal ini bisa disebabkan oleh diantaranya:

1. Penempatan alat yang tidak tepat/tidak benar yang menghasilkan hasil

pembacaan yang salah

2. Kesalahan pembacaan rambu ukur

3. Nivo tidak tepat berada di tengah

Nama: Joshua SitioNPM: 240110120039

Nama: Prisilia RatnaNPM: 240110120059

Page 22: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

4. Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan getaran udara, jika selalu

kena sinar matahari maka akan menimbulkan perubahan pada gelembung

nivo sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran.

5. Refraksi cahaya, sehingga sinar yang datang bukan lurus, melainkan

melengkung

6. Jarak antar titik yang terlalu jauh, sehingga pembacaan kurang akurat.

7. Sudut pengamatan tidak tepat 180o

8. Praktikan tidak teliti dalam menentukan titik-titik perubahan kontur,

sehingga mnedapat profil mendatar yang bebeda dengan keadaan aslinya.

Page 23: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Pada praktikum kali ini adalah tentang Pengukuran beda tinggi dengan

sipat datar profil memanjang menggunakan alat ukur waterpass. Pengukuran kali

ini dengan profil memanjang yaitu pengukuran beda tinggi pada suatu lahan yang

sudah diatur menggunakan patok untuk meluruskan dengan patok yang berbeda

tempat. Praktikum beda tinggi ini telah dilakukan dalam praktikum sebelumnya,

perbedaanya dengan praktikum sebelumnya yaitu mencari tinggi suatu lahan.

Selain itu praktikum kali ini yang membedakan adalah jalur yang sudah kita atur

dalam satu jalur, pengukuran dilakukan dari ketinggian satu titik ke titik lain.

Dikarenakan pengukuran dalam satu jalur yang kita atur, memiliki gundukan

tanah atau lubang yang dalam sehingga dalam pengukuran memiliki perbedaan

beda ketinggian lahan.

Pertama yang dilakukan pada praktikum yaitu melihat jalur dan memasang

jalon dari titik A ke titik B. Setelah itu memasang patok dengan lurus dari titik A

ke titik B, patok yang diletakan harus lurus pada jalurnya dari titik A ke titik B.

Setelah memasang patok, lalu memasang waterpass dan memulai

membidik ke arah bidikan pertama yaitu ke benchmark menggunakan rambu

ukur. Setelah mengukur benchmark lalu membidik ke titik A, lalu dilanjutkan lahi

pembidikan ke muka ke arah patok yang terjauh, hingga waterpass tidak

menjangkau atau membidik. Jika waterpass tidak dapat membidik lagi, maka bisa

membidik lagi setelah pemindahan alat ke titik sebelumnya dan memulai

membidik bacaan belakang ke titik sebelumnya pada rambu ukur tidak terlihat

sebelumnya menggunakan waterpass. setelah membidik bacaan belakang lalu

membidik lagi ke arah muka ke titik selanjutnya hingga sampai titik B.

Perpindahan pada praktikum ini sebanyak tiga kali. Dan pembidikan sebanyak 12

kali. Selain itu tidak lupa mengukur BA,BB,BT untuk mengukur jarak antar patok

dan beda tinggi dan juga sudut horizontal selalu berada posisi 0° dan

180° ,dikarenakan patok berada jalur posisi lurus.

Pada elevasi didapat dengan hasil penjumlahan dari ∆h + 799 mdpl.

Dikarenakan pada satuan tersebut data pembidikan dalam cm, maka harus diubah

terlebih dahulu ke dalam m, untuk mendapatkan elevasi yang tepat.

Pada praktikum kali ini terdapat juga kesalahan yang sering terjadi pada

praktikan yaitu :

Nama: Jhonson AndryantoNPM: 240110120053

Page 24: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Kesalahan dalam pembacaan rambu ukur dapat mempengaruhi nilai ∆h,

dikarenakan kesalahan pembacaan rambu ukur, yang disebabkan rambu

ukur tersebut terjadi kesalahan pada nivo yang miring tidak sesuai di

dalam lingkaran sehingga posisi rambu ukur tidak lurus vertical.

Teriknya sinar matahari yang membuat pembidik untuk mengukur rambu

ukur silau karena difraksi cahaya matahari.

Kondisi mata yang tidak sehat juga mempengaruhi pembidikan dan

kemungkinan bisa terjadi kesalahan pengukuran.

Oleh karena itu pengukuran beda tinggi dengan sipat datar profil memanjang

membutuhkan pengukuran yang sangat teliti dan keterampilan dalam praktikum

sehingga dalam pengukuran luas bangunan tersebut tidak salah.

Page 25: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai pengukuran beda tinggi

dengan sipat ukur datar profil memanjang. Hal pertama yang harus dilakukan

adalah menentukan jalur pengukuran. Hal ini penting dilakukan karena prinsip

dasar perofil memanjang ini adalah pengukuran pada garis lurus. Dengan kata

lain, sudut yang terbentuk antar titik-titik pengukuran sebesar 180o. namun, pada

praktikum ini, sudut yang terbentuk tidak tepat 180o. hal ini tentu akan

mempengaruhi hasil pengukuran.

Penentuan jalur tersebut dilakukan dengan visir. Tahap ini merupakan salah

satu penentu sesuai atau tidaknya metode pengukuran yang digunakan. Apabila

jalur pengukuran benar-benar lurus, maka pengukuran yang akan dilakukan akan

sesuai dengan literatur dimana pengukuran profil memanjang dilakukan pada satu

lintasan lurus.

Seperti pada pengukuran menggunakan alat ukur waterpass pada praktikum

sebelumnya, pada praktikum ini pengukuran dan pembacaan skala juga harus

dilakukan dengan sangat teliti. Ketidaktelitian pada pembacaan skala akan sangat

mempengaruhi hasil pengukuran. Besarnya tingkat ketelitian pengukuran dapat

dilihat dari nilai error. Pada praktikum ini, nilai error yang dihasilkan adalah

sebesar -10,152. Nilai tersebut berarti hasil pengukuran yang didapat lebih kecil

dari nilai yang sebenarnya.

Nilai error yang diperoleh dari praktikum ini cukup besar. Hal ini mungkin

saja terjadi karena pengukuran dilakukan tidak tepat seperti yang diinstruksikan.

Seperti yang telah dibahas, pada praktikum ini praktikan melakukan kesalahan

karena setelah pindah alat sudut yang terbentuk antara titik bacaan belakang dan

bacaan muka tidak tepat 180o melainkan memiliki selisih 2o.

Setelah dilakukan koreksi dengan rumus yang tertera pada sub bab hasil,

maka diperoleh elevasi terkoreksi. Elevasi akhir terkoreksi tersebut memiliki nilai

yang sama dengan elevasi akhir yang sebenarnya. Hal tersebut menunjukkan

perhitungan yang telah dilakukan sudah benar.

Nama: Bunga PratiwiNPM: 240110120035

Page 26: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik bebrapa kesimpulan

yaitu:

Jhonson Andryanto (240110120053)

1. Penepatan nivo yang tepat ditengah-tengah yang telah ditentukan pada

waterpas dapat mempengaruhi pengukuran.

2. Penentuan arah bansmat yang benar sangat mempengaruhi dalam

pengukuran sudut horizontal.

3. Pada pengukuran beda tinggi yang tingkat kejauhannya tinggi dapat diukur

menggunakan alat yang ditempatkan diantara dua titik, dan pemindahan

alat secara berangkai atau bertingkat.

4. Pada pengukuran beda tinggi yang titik awal dan akhirnya jauh dapat

digunakan jalon terlebih dahulu dengan memvisir jalon tersebut

penggunaannya.

5. Paktikum ini belum mendapatkan hasil yang baik dikarenakan

mendapatkan hasil nilai elevasi terakhir sebesar 816,441 yang seharusnya

806,29.

6. Nilai error pada pengukuran ini sebesar 10,143 m.

Bunga Pratiwi (240110120035)

1. Pengukuran dengan sipat ukur datar profil memanjang dilakukan pada suatu

lintasan (jalur) garis lurus

2. Elevasi pada titik BM1 adalah 799, sedangkan elavasi pada titik BM2

adalah 806,289.

3. Jika elevasi akhir pada perhitungan tidak sesuai dengan elevasi akhir yang

diketahui, maka dilakukan koreksi dengan menghitung error terlebih dahulu

4. Setelah dilakukan koreksi, maka elevasi akhir pada perhitungan akan sama

dengan elevasi akhir yang telah diketahui

5. Ketelitian dan ketepatan sudut harus diperhatikan untuk meminimalisir error

Page 27: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

Rizal Arafat (240110120041)

1. Pengukuran di mulai dengan membidik bench mark yang telah ditentukan

pada lahan.

2. Tidak lurusnya titik yang telah ditandai menyebabkan kesalahan dalam

sudut horizontal

3. Kurang telitinya membaca rambu ukur menyebabkan kesalahan pada hasil

4. Ketinggian dan kemiringan lahan membuat praktikan harus mengatur

ketinggian alat kembali

Joshua Sitio (240110120039)

1. Pengukuran harus memiliki sudut yang sama, yaitu 0˚ dan 180˚

2. Setiap perbedaan kontur harus dilakukan pengukuran agar data yang

diperoleh akurat

3. Ketelitian dalam membidik rambu ukur sangatlah diperlukan untuk

keakuratan data

4. Titik awal dan akhir pengukuran harus berada pada satu garis lurus

Prisilia Ratna (240110120059)

1. Menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan

elevasi sederetan titik dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap

perubahan bentuk lahan.

2. Hasil yang ideal berupa nilai elevasi yang sama antara hasil pengukuran

yang dilakukan dengan posisi BM yang sebelumnya telah diketahui

3. Ketidak tepatan hasil elevasi akhir dengan elevasi sebenarnyadan ketidak

sesuaian profil yang dibuat dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

sebagai berikut:

- Penempatan alat yang tidak tepat/tidak benar yang menghasilkan hasil

pembacaan yang salah

- Kesalahan pembacaan rambu ukur

- Nivo tidak tepat berada di tengah

- Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan getaran udara, jika

selalu kena sinar matahari maka akan menimbulkan perubahan pada

Page 28: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

gelembung nivo sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada hasil

pengukuran.

- Refraksi cahaya, sehingga sinar yang datang bukan lurus, melainkan

melengkung

- Jarak antar titik yang terlalu jauh, sehingga pembacaan kurang akurat.

- Sudut pengamatan tidak tepat 180o

- Praktikan tidak teliti dalam menentukan titik-titik perubahan kontur,

sehingga mnedapat profil mendatar yang bebeda dengan keadaan

aslinya.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh praktikan pada praktikum kali ini

adalah sebagai berikut:

Jhonson Andryanto (240110120053)

1. Menggunakan alat dengan dengan alat yang masih berkondisi prima.

2. Menepatkan nivo sesuai dengan yang dianjurkan, yaitu ditengah-tengah

lingkaran yang telah ditentukan pada waterpas.

3. Menentukan bansmat yang tepat dan sebaik mungkin pada saat

pengukuran sudut horizontal.

4. Membaca bacaan bawah, bacaan tengah, dan bacaan atas lebih teliti lagi,

dikarenakan minimnya ketelitian yang ada pada rambu ukur.

5. Kerja sama antara pembaca rambu ukur dengan pemegang rambu ukur

haruslah sangat kuat.

Bunga Pratiwi (240110120035)

1. Sebelum melakukan praktikum praktikan hendaknya memahami

prosedur praktikum terlebih dahulu.

2. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memastikan alat yang

digunakan dalam kondisi baik agar tidak menghambat jalannya

praktikum.

3. Dalam melakukan praktikum praktikan hendaknya melakukan dengan

teliti dan memperhatikan sudut antara titik bacaan belakang dengan titik

bacaan muka

Page 29: BEDA TINGGI PROFIL DATAR SIPAT MEMANJANG

4. Dalam menentukan jalur pengukuran harus memperhitungkan kontur

tanah agar titik-titik pengamatan terjangkau oleh waterpass.

Rizal Arafat (240110120041)

1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam membaca rambu ukur

2. Dibutuhkan kerja sama tim yang sangat baik

3. sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi saat menandai titik agar

titik yang sudah ditandailurus dengan titik yang akan ditandai selanjutnya

Joshua Sitio (240110120039)

1. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum agar hasil yang

diperoleh akurat dan tepat

2. Sebelum memulai praktikum, periksalah dahulu alat-alat yang akan

digunakan, apakah masih layak dipakai atau tidak

Prisilia Ratna (240110120059)

1. Alat dalam kondisi yang baik

2. Praktikan paham dan berhati-hati dalam penggunaan alat saat

pengukuran

3. Praktikan dalam kondisi yang prima, sehingga teliti dan tidak tergesa-

gesa dalam melakukan pengukuran

4. Penentuan titik pengamatan sesuai dengan kontur yang diamati dan tidak

terlalu jauh dari posisi waterpass sehingga tingkat ketelitiannya lebih

tinggi.