27
Bayi Tabung dalam Perspektif Agama Islam Disusun oleh: Adziani Heramurti (125150400111059) UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1

Bayi Tabung Dalam Perspektif Agama Islam - Adziani Heramurti

Embed Size (px)

Citation preview

Bayi Tabung dalam Perspektif Agama IslamDisusun oleh: Adziani Heramurti (125150400111059)

UNIVERSITAS BRAWIJAYAPROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTERSISTEM INFORMASI2014BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangKemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti Radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, atau anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Justru di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya perbagai media informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yang menentukan operasionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.Kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran juga patut untuk kita apresisai secara kritis; proses cloning (bayi tabung) misalnya, telah mendapat tanggapan beragam dari para ulama;Sebagian kelompok agamawan menolakfertilisasi in vitropada manusia karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya mempermainkan Tuhan yang merupakan Sang Pencipta.Juga banyak kalangan menganggap bahwa pengklonan manusia secara utuh tidak bisa dilakukan sebab ini dapat dianggap sebagai intervensi karya Ilahi.Namun Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian pula dengan keinginan memiliki keturunan setelah adanya pernikahan yang sah. Betapa bahagianya sebuah pasangan jika setelah menikah mendapatkan karunia yang sangat indah yaitu seorang bayi. Bagaimana dengan seseorang yang ternyata setelah menikah bertahun-tahun belum memiliki keturunan? Anggapan positif, mungkin Allah belum percaya kepada pasangan tersebut karena pasangan tersebut belum dianggap bisa menjaga amanat-Nya (anak) tapi apa salahnya jika terus berusaha dan berdoa, meminta kepada Allah agar diberikan karunia yang sangat indah tersebut. Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan menggunakan proses bayi tabung. Karena percayalah Allah pasti memberikan segala sesuatu yang terbaik untuk hambanya.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa itu bayi tabung?2. Bagaimana proses bayi tabung?3. Bagaimana Islam melihat fenomena bayi tabung yang kini semakin merebak di masyarakat?

1.3 Tujuan1. Mengetahui apa itu bayi tabung.2. Mengetahui proses terjadinya bayi tabung.3. Melihat bayi tabung dari sisi keislaman.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Pengertian Bayi TabungBayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Bayi tabung adalah istilah yang mengacu pada anak yang dihasilkan dari proses inin vitrofertilizationatau proses pembuahan sel telur denganspermayang terjadi di luar tubuh. Dalam proses tersebut, telur dikeluarkan dariovariumibu dan diinkubasi dengan sperma dari ayah. Setelah pembuahan, sel-sel pra-embrio dibiarkan untuk membelah 2-4 kali di dalam inkubator selama 3 sampai 5 hari. Pra-embrio ini kemudian dikembalikan ke rahim ibu untuk mengimplan dan tumbuh sebagaimana dalam kehamilan umumnya.Prosedur ini adalah salah satu dari banyakteknologi reproduksi berbantuan(assisted reproduction technology) yang digunakan ketika pasangan sulit mendapatkan keturunan, misalnya karena kualitas atau kuantitas sperma yang buruk, adanya penghalang antara telur dan sperma, masalahovulasi, dan masalah interaksi sel telur dan sperma.

2.2Kondisi yang Memungkinkan Untuk Dilakukan Bayi TabungSemua pasangan yang mengalami kesulitan mempunyai anak setelah 1 dan 2 tahun dapat mempertimbangkan program bayi tabung. Ini berlaku baik upaya untuk anak pertama, maupun kesulitan saat mendapatkan anak yang berikutnya, jelas Dr. Ivan. Beberapa indikasi mutlak seperti Azoospermia (tidak ada sperma di dalam mani), atau karena tersumbatnya kedua saluran telur, dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan proses bayi tabung.Sedangkan indikasi lainnya dapat berupa masalah kualitas sperma yang dilihat dari mobilitasnya (gerakan cepat atau lamban), maupun kuantitas sperma yang idealnya berjumlah di atas 20 juta per cc, kegagalan inseminasi, dan kista endometriosis. Jika sel telur tak bisa keluar karena ada penyakit misalnya kista, gangguan di ovarium, endometriosis, atau infeksi yang menyebabkan perlekatan di mana-mana, kehamilan akan sulit terjadi. Sperma juga akan sulit bertemu sel telur jika terjadi gangguan sumbatan di tuba falopi (saluran telur). Bila semua kondisi tersebut tidak bisa dikoreksi lagi, maka bayi tabung dapat dijadikan sebagai alternatif.

2.3Metode Bayi TabungProses bayi tabung umumnya dimulai dari stimulasi kandung telur yang dibagi menjadi protokol panjang, protokol pendek maupun protokol ministimulasi. Semua ini berkaitan dengan masa stimulasi yang berkisar sekitar 2 sampai 6 minggu.Semua protokol mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sejauh ini protokol panjang dan pendek mempunyai angka keberhasilan yang lebih tinggi, sementara protokol pendek masih sangat rendah walaupun biayanya lebih murah. Pada saat sperma dan telur dipertemukan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan di laboratorium, yaitu:2.3.1IVF KonvensionalPada metode ini, sekitar 50.000 100.000 sperma di dalam cawan petri diiseminasikan dengan satu sel telur. Sperma yang baik akan membuahi sel telur yang akan berkembang menjadi embrio.2.3.2ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)Sperma ditusukkan ke dalam telur. Ini dilakukan pada pasangan infertil dengan sperma yang dihasilkan sangat sedikit atau pada kasus cairan air mani tanpa sperma (azoospermia). Sebelumnya dilakukan pengambilan sperma dengan teknik operasi langsung pada saluran air mani atau testis. Ada 2 teknik yang dilakukan, MESA (Microsurgical Sperm Aspiration) dan TESE (Testicular Sperm Extraction). Pada MESA, sperma diambil dari tempat sperma dimatangkan dan disimpan. Pada TESE, sperma langsung diambil dari testis yang merupakan pabrik sperma. Setelah diambil, dipilih sperma yang paling baik.

2.4 Proses Bayi TabungBerikut adalah 9 tahapan dalam proses pembuatanbayitabung:1. Seleksi pasien. Apakah istri dan suami layak mengikuti programbayitabung. Bila layak, baru bisa masuk dan mengikuti programbayitabung.2. Stimulasi atau merangsang indung teluruntuk memastikan banyaknya sel telur. Secara alami, sel telur hanya satu. Namun untukbayitabung, perlu lebih dari satu sel telur untuk memperoleh embrio.3. Pemantauan pertumbuhanfolikel(cairan berisi sel telur di indung telur) melalui ultrasonografi. Tujuannya, melihat apakah sel telur sudah cukup metang untuk dipanen.4. Mematangkan sel telurdengan menyuntikkan obat agar siap dipanen.5. Pengambilan sel telur, kemudian diproses di laboratorium.6. Pengambilan sperma suami(pada hari yang sama). Jika tidak ada masalah, pengambilan dilakukan lewat masturbasi. Jika bermasalah, pengambilan sperma langsung dari buah zakar melalu operasi.7. Pembuahan atau (fertilisasi)di dalam media kultur di laboraturium, hasilnya berbentuk embrio.8. Setelah embrio terbentuk, embrio ditransfer kembali ke dalam rahimagar terjadi kehamilan, Dokter memberi obat untuk mempertahankan dinding rahim istri agar terjadi kehamilan.9. Kemudian proses bayi tabung memasuki fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahim dengan memberikan progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat selama 15 hari pertama untuk mempertahankan dinding rahim istri agar terjadi kehamilan. Selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan apakah telah terjadi kehamilan atau belum, baik dengan pemeriksaan darah maupun USG.10. Terakhir adalah proses simpan beku embrio. Jika ada embrio berlebih, bisa disimpan untuk kehamilanselanjutnya.

2.5 Pro-Kontra Bayi Tabung2.5.1 Pendapat yang Menyatakan Pro Terhadap Program Bayi TabungDari beberapa pendapat yang pro dengan program danteknologi bayi tabungyang ada, baik yang diajukan oleh masyarakat pada umumnya maupun pendapat dari kalangan medis sendiri, berikut ringkasannya: Program bayi tabung telah terbukti membantu jutaan orang untuk memperoleh keturunan. Teknologi yang digunakan pada program bayi tabung yaitu IVF membuka peluang bagi para ilmuwan untuk mencegah terjadinya kemungkinan cacat lahir pada bayi. Hal ini dikarenakan pembentukan embrio yang terjadi di luar tubuh dan dapat senantiasa diamati dan diawasi oleh ilmuwan. Melalui analisa selama bertahun-tahun, para dokter setuju bahwa anak yang lahir dari program bayi tabung tidak rentan terhadap masalah kesehatan jika dibandingkan dengan anak normal lainnya.2.5.2Pendapat yang Menyatakan Kontra Terhadap Program Bayi TabungBerikut rangkuman dari beberapa pendapat yang kontra terhadap adanya program bayi tabung maupun pendapat dari dunia medis yang menyatakan kekurangan dari program tersebut: Merusak tatanan social, dalam artian banyak ketakutan terjadi sehubungan dengan program bayi tabung ini. Antara lain ketakutan bahwa program ini akan menyalahi tatanan dalam masyarakat dimana orang tidak perlu menikah karena bisa menciptakan bayi di laboratorium, ketakutan bahwa wanita akan dijadikan sebagai mesin untuk melahirkan bayi serta ketakutan bahwa bayi yang dilahirkan dengan cara ini tidak dapat diterima secara sosial. Salah secara agama karena dianggap ikut campur tangan apa yang menjadi urusan Tuhan. Adanya resiko besar timbulnya kembar dua atau tiga karena jumlah embrio yang dimasukkan ke dalam rahim ibu lebih dari satu. Ketakutan adanya efek samping dari obat-obatan yang digunakan. Biaya yang dibutuhkan mahal dan memerlukan waktu lama.2.6 Fatwa-Fatwa Berkaitan dengan Program Bayi Tabung2.6.1 Fatwa yang Mengharamkan Bayi Tabung Secara Mutlak2.6.1.1 Fatwa Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albanirahimahullah: Pertanyaan: Apakah diperbolehkan bagi seorang laki-laki yang mengizinkan dokter untuk memindahkan/ transfer spermanya ke (rahim) istrinya atau apa yang dikenal dengan bayi tabung?: , , , . , . , , , Jawaban: Tidak boleh, karena proses pemindahan ini berkonsekuensi minimalnya sang dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain hukumnya adalah haram secara syariat, sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Dan tidak bisa dibayangkan keadaan darurat yang mengharuskan seorang lelaki memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan ini pun tidak boleh. Menempuh cara ini merupakan sikap taklid terhadap orang-orang Barat (kaum kuffar) dalam perkara yang mereka senangi atau (sebaliknya) mereka hindari. Seseorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh Allah berupa anak dengan cara alami (dengan jima), berarti dia tidak ridha dengan takdir dan ketetapan Allah Subhanahu wa Taala. Jikalau saja Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membimbing kaum muslimin untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat dalam mencari rizki dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-lebih lagi tentunya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat dalam mendapatkan anak. (Fatwa Al-Mar`ah Al-Muslimah hal. 288, Darul Ibnu Hasyim, Koiro, cet. Ke-1, 1423 H)2.6.1.2 Fatwa Syaikh Abdullah bin JibrinRahimahullahKetika ditanya mengenai bayi tabung, beliau menjawab: Hal ini yang disebut bayi tabung, saya tidak melihat hal tersebut boleh, bahkan wajib bagi seorang muslim merasa qonaah atau ridha dengan apa yang Allah tetapkan padanya. Sebagaimana firman-NyaTaalaDan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki,ini adalah takdir dan ketetapan AllahTaaladimana Allah menjadikan beberapa wanita mandul yang tidak bisa melahirkan dan menjadikan beberapa laki-laki mandul yang tidak bisa menghasilkan keturunan. Hendaklah seorang hamba ridha dan menerima hukum atau ketetapan Allah. . .Janganlah melakukan operasi pembedahan seperti ini, karena bisa menyebabkan terbukanya aurat dan dua kemaluan. Operasi pembedahannya pada Rahim, setelah memasukkan alat pembedahan untuk mengeluarkan mani dan mengeluarkan sel ovum dari rahim wanita dan mengeluarkan sel sperma dari kedua testis dan semisalnya kemudian mempertemukannya, untuk menghasilkan anak yang bisa saja tidak sempurna dan tidak mampu hidup. Oleh karena itu, saya tidak melihat bolehnya operasi pembedahan ini. Walaupun telah terbukti pada sebagian manusia dan berhasil. Hal tersebut bisa saja merupakan suatu kebetulan dan spekulasi.2.6.2 Fatwa yang Membolehkan Bayi Tabung dengan MerincinyaPermasalahan bayi tabung termasuk permasalahan terkini yang paling menonjol. Permasalahan ini banyak menyita perhatian masyarakat umum, termasuk para Ulama kaum Muslimin. Majlis al-Majmaul-Fiqh al-Islami (Islamic Fiqih Academy) pada daurah ke delapan yang diadakan di markaz Liga Muslim Dunia (Rbithatul-lam al-Islmi) di Mekah mulai hari sabtu 28 Rabul akhr sampai dengan tanggal 7 Jumdil Ula 1405 H, bertepatan dengan tanggal 19-27 Januari 1985, telah memperhatikan beberapa masukan dari anggota majelis seputar keputusan boleh yang ditetapkan oleh majelis yang berkaitan dengan inseminasi buatan dan bayi tabung. Keputusan itu dikeluarkan pada daurah ke tujuh yang diadakan dari tanggal 11 sampai dengan 16 Rabul akhr 1404 H. Teks keputusan tersebut adalah dimana sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri, setelah mengalami proses pembuahan pada tabung, sel telur yang sudah dibuahi itu dimasukkan ke dalam rahim istri yang lain dari pemilik sperma. Istri yang lain ini telah menyatakan kesediaannya untuk mengandung janin madunya yang diangkat rahimnya.Majlis memandang hal itu boleh ketika diperlukan dan dengan ketentuan-ketentuan yang sudah disebutkan terpenuhi. Inti masukan yang diberikan oleh sebagian anggota majelis terkait dengan keputusan di atas adalah istri kedua yang dititipi sel telur yang sudah dibuahi, milik istri pertama ini ada kemungkinan hamil dari hasil berhubungan dengan sang suami, sebelum rahimnya diisi sel telur yang sudah dibuahi tersebut. Kemudian dia akan melahirkan bayi kembar dan akhirnya tidak bisa membedakan antara bayi dari sel telur yang dititipi dengan bayi dari hasil hubungan badannya dengan sang suami. Sebagaimana juga tidak bisa membedakan mana ibu dari bayi yang berasal dari sel telur yang dititipkan dan mana ibu dari bayi yang berasal dari hubungan intimnya. Terkadang bisa saja satu dari calon bayi yang masih berupa segumpal darah (Alaqah) atau segumpal daging (Mudhghah) itu mati. Ia tidak bisa keluar kecuali bersama kelahiran calon bayi yang satunya yang tidak diketahui, apakah yang gugur ini bayi yang berasal dari sel telur yang dititipkan itu ataukah berasal dari hubungan intim. Kemungkin-kemungkinan ini menyebabkan terjadinya percampuran nasab dari sisi ibu, mana ibu yang sebenarnya dari dua bayi ini, juga mengakibatkan kerancuan hukum yang menjadi konsekuensinya. Ini juga menuntut al-Majma untuk tidak memberikan hukum tertentu tentang jenis keadaan tersebut.Pada daurah itu juga, majelis mendengarkan penjelasan dari para dokter ahli kandungan dan kebidanan yang hadir saat itu. Mereka menguatkan adanya kemungkinan hamil yang kedua dari hasil hubungan intim dengan sang suami ketika sedang mengandung janin yang berasal dari sel telur yang dititipi. Sehingga akan terjadi percampuran nasab sebagaimana telah dijelaskan di atas.Setelah mendiskusikan masalah ini, majelis menetapkan untuk mencabut kembali keputusan boleh pada cara ketiga dari tiga cara yang diperbolehkan. Cara ketiga ini disebutkan pada cara (inseminasi buatan) urutan ketujuh dari keputusan al-Majmaul-Fiqh al-Islmiy yang dikeluarkan pada daurah ketujuh tahun 1404 H. Dengan ditariknya keputusan boleh ini, maka keputusan al-Majmaul Fiqh al-Islmi tentang inseminasi buatan dan bayi tabung adalah sebagai berikut : :Setelah memperhatikan dan mendiskusikan makalah yang disampaikan oleh salah anggota Rbithatul-lam al-Islmi yaitu yaitu Muhammad Az-Zarqa tentang at-talqhus shini (inseminasi buatan) dan bayi tabung, sebuah permasalahan yang banyak menyibukkan banyak orang, bahkan termasuk permasalahan zaman ini yang paling menonjol di dunia; anggota majelis mendengarkan hasil yang telah dicapai oleh terobosan ilmu dan teknologi ini di masa ini dalam menghasilkan anak dan mengatasi masalah kemandulan.Dari penjelasan yang cukup memuaskan itu, akhir angota majelis mengetahui bahwa inseminasi buatan adalah usaha untuk mendapatkan anak tanpa melalui proses yang alami, tanpa melalui proses hubungan badan. Inseminasi buatan ini secara garis besar dilakukan dengan dua metode:2.6.2.1 Inseminasi di Dalam Rahim Cara pertamaSperma seorang suami diambil lalu diinjeksikan pada tempat yang sesuai dalam rahim sang istri sehingga sperma itu akan bertemu dengan sel telur yang dipancarkan sang istri dan berproses dengan cara yang alami sebagaimana dalam hubungan suami istri. Kemudian setelah pembuahan itu terjadi, dengan idzin Allah k , dia akan menempel pada rahim sang istri. Cara ini ditempuh, jika sang suami memiliki problem sehingga spermanya tidak bisa sampai pada tempat yang sesuai dalam rahim. Cara kedua Sperma seorang lelaki diambil lalu diinjeksikan pada rahim istri orang lain sehingga terjadi pembuahan di dalam rahim, kemudian selanjutnya menempel pada dinding rahim sebagaimana pada cara pertama. Metode digunakan karena sang suami mandul, sehingga sperma diambilkan dari lelaki lain.2.6.2.2 Inseminasi di Luar RahimInseminasi di luar rahim ada lima cara: Cara pertamaSperma seorang suami dan sel telur istrinya, diambil lalu diletakkan pada sebuah tabung sehingga sperma tadi bisa membuahi sel telur istrinya dalam tabung tersebut. Kemudian pada saat yang tepat, sperma dan sel telur yang sudah berproses itu (zigote) dipindahkan ke rahim sang istri, pemilik sel telur, supaya bisa berkembang sebagaimana layaknya janin-janin yang lain. Ketika masa mengandung sudah berakhir, sang istri akan melahirkannya sebagai seorang anak biasa, laki ataupun wanita. Inilah bayi tabung yang telah dihasilkan oleh penemuan ilmiyah yang Allah k mudahkan. Proses melahirkan seperti ini telah menghasilkan banyak anak, baik laki maupun perempuan atau bahkan ada yang lahir kembar. Berita keberhasilan ini telah tersebar melalui berbagai media massa. Metode ditempuh ketika sang istri mengalami masalah pada saluran sel telurnya. Cara keduaPembuahan di luar yang diproses pada tabung antara sperma yang diambil dari seorang suami dan sel telur yang diambil dari sel telur wanita lain yang bukan istrinya, dikenal dengan sebutan donatur. Kemudian setelah terjadi pembuahan baru dimasukkan ke rahim istri pemilik sperma. Cara ini dilakukan ketika sel telur sang istri terhalang atau tidak berfungsi, akan tetapi rahimnya masih bisa berfungsi untuk tempat perkembangan janin. Cara ketigaPembuahan di luar yang diproses pada tabung-tabung antara sperma laki-laki dan sel telur dari wanita bukan suami-istri. Kemudian setelah pembuahan terjadi, baru ditanam pada rahim wanita yang sudah berkeluarga. Cara ini dilakukan ketika ada pasangan suami-isteri yang sama-sama mandul, tetapi ingin punya anak sedangkan rahim sang istri masih bisa berfungsi sebagai tempat pertumbuhan janin. Cara keempatPembuahan di luar yang diproses pada tabung antara dua benih pasangan suami istri. Kemudian setelah pembuahan itu berhasil, baru ditanamkan pada rahim wanita lain (bukan istrinya) yang bersedia mengandung janin pasangan suami istri tersebut. Cara ini dilakukan ketika sang istri tidak mampu mengandung, karena ada kelainan pada rahimnya, sementara organnya masih mampu memproduksi sel telur dengan baik. Cara ini juga ditempuh ketika sang istri tidak mau hamil dengan berbagai alasan. Maka dia meminta atau menyewa wanita lain untuk mengandung bayinya. Cara kelimaYaitu cara yang disebutkan di awal pembahasan ini. Dimana sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri, lalu setelah mengalami proses pembuahan pada tabung, sel telur yang sudah dibuahi itu dimasukkan ke dalam rahim istri lain dari pemilik sperma. Istri yang lain ini telah menyatakan kesediaannya untuk mengandung janin madunya yang diangkat rahimnya.-pentMajelis juga sudah memperhatikan berita-berita yang terbesar bahwa proses seperti ini memang benar-benar sudah terjadi di Eropa dan Amerika, memanfaatkan hasil penemuan ilmiyah ini dengan berbagai tujuan. Di antara tujuan itu adalah tujuan bisnis, ada juga untuk tujuan yang mereka sebut dengan Usaha memperbaiki keturunan manusia. Ada juga untuk memenuhi keinginan sebagian wanita yang tidak berkeluarga untuk menjadi ibu atau keinginan wanita yang sudah berkeluarga namun tidak bisa hamil dengan sebab-sebab tertentu pada dirinya atau pada suaminya. Majelis sudah memperhatikan berbagai instansi yang merealisasikan berbagai tujuan ini; misalnya pengadaan bank sperma. Sebuah tempat penyimpanan sperma berteknologi sehingga bisa tahan lama. Sperma-sperma ini diambil dari orang-orang tertentu atau tidak tentu, sebagai sumbangan atau untuk mendapatkan imbalan.2.7 Hukum Syari'at Program Bayi TabungSetelah memperhatikan materi yang disampaikan panelis dan mendapatkan informasitambahan yang memadai dari sumber-sumber yang bisa dipertanggung jawabkan seperti beritayang disebarluaskan melalui media massa serta melalui diskusi dalam menerapkan kaidah-kaidahsyariah dalam masalah ini, akhirnya majelis memutuskan beberapa hal berikut Pertama: Hukum-hukum yang bersifat umum1. Dalam kondisi bagaimanapun, seorang wanita Muslimah tidak diperbolehkan membuka aurat dihadapan orang yang tidak halal berhubungan badan dengannya, kecuali untuk tujuan yang diperbolehkan syariat.2. Keinginan wanita untuk sembuh dari suatu penyakit yang dideritanya atau ketidaknormalan (abnormal) pada tubuhnya yang menyebabkannya merasa terganggu, dianggap sebagai sebuah tujuan yang dibenarkan syariat. Untuk tujuan pengobatan seperti ini, wanita tersebut boleh membuka auratnya kepada selain suaminya. Tentunya hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan.3. Ketika membuka aurat seorang wanita dihadapan selain orang yang halal berhubungan badan dengannya hukumnya mubah (diperbolehkan) untuk sebuah tujuan yang syar`i, maka wajib yang melakukan pengobatan itu adalah dokter perempuan Muslimah jika memungkinkan. Kalau tidak ada, maka dokter perempuan yang bukan muslimah. Kalau tidak ada, baru dokter laki-laki Muslim dan kalau tidak ada, baru menggunakan tenaga dokter laki-laki yang bukan muslim.4.Saat proses pengobatan, tidak diperbolehkan berkhalwat (berdua-duaan) antara dokter laki-laki dengan sang pasien wanita; ia harus didampingi oleh suami pasien atau wanita lain. Kedua: Hukum inseminasi (pembuahan) buatan1. Keinginan seorang wanita yang sudah berkeluarga yang tidak bisa hamil dan keinginan sang suami untuk mendapatkan anak dianggap sebagai sebuah tujuan yang dibenarkan syariat. Tujuan ini bisa dijadikan alasan untuk melakukan pengobatan dengan cara-cara inseminasi buatan yang dibenarkan syariat.2. Cara inseminasi buatan yang pertama (sperma diambilkan dari seorang lelaki yang sudah berkeluarga lalu diinjeksikan ke dalam rahim sang istri yang dijelaskan pada saat menguraikan cara pembuahan yang terjadi di dalam rahim) merupakan cara yang diperbolehkan menurut syariat dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan umum yang disebutkan di atas. Ini dilakukan setelah dipastikan bahwa sang istri memerlukan proses ini supaya bisa hamil.3. Cara ketiga (kedua benih, sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri kemudian proses pembuahannya dilakukan pada tabung. Setelah terjadi pembuahan, sel telur yang sudah dibuahi itu dimasukkan ke rahim wanita pemilik sel telur tadi) awalnya cara ini merupakan cara yang bisa diterima menurut tinjauan syariat. Namun cara ini tidak bisa lepas sama sekali dari berbagai hal yang bisa menimbulkan keragu-raguan. Maka sebaiknya cara ini tidak ditempuh kecuali ketika sangat terpaksa sekali serta ketentuan-ketentuan umum yang di atas sudah terpenuhi.4. Pada dua cara yang diperbolehkan ini, majelis Majmaul Fiqh al Islmi menetapkan bahwa nasab si anak dihubungkan ke pasangan suami istri pemilik sperma dan sel telur, kemudian diikuti dengan hak waris serta hak-hak lainnya sebagaimana pada penetapan nasab. Ketika nasab ditetapkan pada pasangan suami istri, maka hak waris serta hak-hak lainnya juga ditetapkan antara si anak dengan orang yang memiliki hubungan nasab dengannya.5. Sedangkan cara-cara inseminasi buatan lainnya dalam proses pembuahan di dalam dan di luar rahim yang telah dijelaskan di depan merupakan cara-cara yang diharamkan dalam syariat Islam, tidak ada alasan untuk memperbolehkan salah satunya. Karena kedua benih, sperma dan sel telur dalam proses tersebut tidak berasal dari satu pasangan suami istri. Atau karena wanita yang menyatakan kesediaannya untuk mengandung janin tersebut adalah wanita ajnabiyah (orang lain).

Demikian keputusan ini dan dengan memperhatikan berbagai kemungkinan yang terjadi pada inseminasi buatan secara umum, termasuk pada dua cara yang diperbolehkan secara syari di atas seperti kemungkinan terjadinya penyampuran sperma atau sel telur yang sudah dibuahi pada tabung, terutama ketika inseminasi buatan ini sudah banyak dilakukan dan tersebar luar, maka majelis Majmaul Fiqh al Islmi memberikan nasehat kepada orang-orang yang ingin berpegang teguh dengan agama mereka untuk tidak melakukan cara-cara ini. Kecuali ketika sangat terpaksa disertai dengan ekstra hati-hati dan kewaspadaan yang tinggi agar jangan sampai terjadi percampuran sperma atau sel telur yang sudah dibuahi.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanDari makalah yang berjudul Bayi Tabung dalam Perspektif Agama Islam ini dapat di ambil kesimpulan:1. Islam menghargai setiap keinginan pasangan suami istri untuk memiliki keturunan sebagai regenerasi.2. Inseminasi buatan (bayi tabung) adalah salah satu cara yang dapat ditempuh ketika terjadi permasalahan mengenai reproduksi di antara suami istri tersebut.3. Inseminasi buatan diperbolehkan hanya pada kondisi terpaksa dan dengan syarat dan ketentuan tertentu.3.2 Saran1. Pasangan yang berniat melakukan inseminasi patutnya ekstra hati-hati dan penuh kewaspadaan yang tinggi agar jangan sampai terjadi percampuran sperma atau sel telur yang sudah dibuahi.2. Menyerahkan kembali hasil atau kesuksesan inseminasi pada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

agama.kompasiana.com/2010/11/15/islam-dan-teknologi-319311.htmlahmadzain.com/read/karya-tulis/330/hukum-inseminasi-buatan-bayi-tabung/.htmlAs-Sunnah Edisi 02//Tahun XIII/1431H/2010M. Yayasan Lajnah Istiqomah: Surakartaayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/10.tahapan.proses.pembuatan.bayi.tabung/001/001/1025/12/-/4.htmlbayitabung.net/tag/fatwa-mui/.htmlbayitabung.net/73/mengurai-hukum-bayi-tabung/.htmlDarul Ibnu Hasyim, Koiro. Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah (hal 288) cet. Ke-1. 1423 HFatwa-Fatwa Medis Kontemporer (hal 68). Pustaka Arafahibn-jebreen.com/?t=fatwa&view=vmasal&subid=12208.htmlislamqa.info/ar/ref/3474.htmlkesehatan.kompasiana.com/medis/2013/02/05/hukum-bayi-tabung-dalam-tinjauan-syariat-531705.htmlmuslimafiyah.com/pro-kontra-bayi-tabung.htmlparentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=feature&id=2118.htmlprosesbayitabung.com/.htmlrepublika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-bayi-tabung-menurut-islam.html

17