Upload
riska-uly
View
267
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
1/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
1
P E N D A H U L U A N
Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di Indonesia
pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi
saluran napas akut, tuberkulosis asma dan bronkitis masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi
merupakan penyebab yang tersering. Kemajuan dalam bidang diagnostik dan pengobatan
menyebabkan turunnya insidens penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan
dalam bidang industri dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan yaitu
polusi udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya jumlah penduduk yang merokok
serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah penderita bronkitis kronik.
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di
dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya
kondisi yang mengganggu tahanan saluran.
Secara anatomis pneumonia dibedakan atas:
1. Pneumonia Lobaris Infiltrat terdapat pada sebagian atau seluruh bagian paru.
2. Bronko pneumonia Infiltrat tersebar pada kedua belahan paru. Dimulai pada bronkiolus terminalis, yang
menjadi tersumbat oleh eksudat mukopurulent yang disebut juga Lobular Pneumonia.
3. Interstitial Pneumonia Proses inflamasi yang lebih atau terbatas pada dinding alveolar dan jaringan peribroncial
atau interlobular. Bronko pneumonia tidak jarang dapat terjadi sebagai penyakit primer
atau sebagai penyakit sekunder/ komplikasi dari penyakit lain.
Trakheabronkialis, adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan
sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa
endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika
memasuki saluran pernafasan. (Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997).
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
2/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
2
Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria,
virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru
atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru atau terlalu banyak minum alkohol.
Usaha untuk menegakkan diagnosis lebih dini, pencegahan eksaserbasi akut, sertapenatalaksanaan yang baik akan bermanfaat memperlambat perjalanan penyakit sehingga
penderita dapat hidup lebih baik.
BATUK BERDAHAK DAN SESAK NAFAS
ANAMNESIS
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dengan pasien dan atau keluarganya guna
memperoleh data-data pasien yang diperlukan untuk proses pengobatannya. Salah satu masalah
yang dialami oleh para dokter adalah sulitnya memperoleh riwayat penyakit dengan baik. Hal ini
disebabkan karena pasien seringkali sudah beradaptasi dengan masalah atau penyakit yang
dialami. Pada kondisi tersebut pada umumnya pasien beradaptasi dengan penyakitnya malalui
mekanisme penyangkalan, pengabaian, atau adaptif.
1. Identitas.Data identitas sangat penting untuk membantu dokter dalam memberikan penanganan
kepada pasien. Ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan usia, pekerjaan, keturunan,
lingkungan tempat tinggal dan lain-lain.
2. Sumber data.Dapat didapatkan dari pasien sendiri (auto anamnese) maupun dari keluarga/orang yang
mengantar pasien (allo anamnese).
3. Keluhan utama.Merupakan keluhan yang dirasakan pasien yang menjadi alasan ia datang ke dokter.
Penting sekali bagi dokter untuk mendengarkan secara aktif apa yang diungkapkan pasien,
menelusurinya sehingga didapatkan data yang akurat mengenai masalah utama pasien. Data
hendaknya dirangkum secara jelas menyangkut kronologis yagn mencakup awitan masalah,
keadaan di mana hal tersebut terjadi, manifestasinya, serta semua pengobatannya.
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien
tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
3/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
3
oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea,
hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
1) Batuk (COUGH)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem pernafasan. Tanyakan
berapa lama klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut
timbul dengan waktu yang spesifik (misal : pada malam hari, ketika bangun tidur) atau
hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau non
produktif, kongesti, kering.
2) Peningkatan Produksi Sputum.
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan
tenggorok. Trakeobronkial tree secara normal memproduksi sekitar 3 ons mucus sehari
sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal (NORMAL CLEANSING MECHANISM).
Tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna,
konsistensi, bau dan jumlah dari sputum karena hal-hal tersebut dapat menunjukkan keadaan
dari proses patologik. Jika infeksi timbul sputum dapat berwarna kuning atau hijau, sputum
mungkin jernih, putih atau kelabu. Pada keadaan edema paru sputum akan berwarna merah
mudah, mengandung darah dan dengan jumlah yang banyak.
3) Dyspnea
Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan
merupakan perasaan subjektif klien. Contoh ketika klien berjalan apakah dia mengalami
dyspnea, kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dyspnea dan orthopnea, yang
berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.
4) Hemoptysis
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Kaji dahulu apakah
darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari
paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks
batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis,
TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker
paru dan abses paru.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
4/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
4
5) Chest Pain
Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru.
Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong untuk membedakan nyeri pada pleura,
muskuloskeletal, cardiac dan gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitifterhadap nyeri, tetapi iga, otot, pleura parietal dan trakeobronkial tree mempunyai hal tersebut.
Dikarenakan perasaan nyeri murni adalah subjektif, harus dianalisis pula nyeri yang
berhubungan dengan masalah yang menimbulkan nyeri timbul.
4. Keluhan tambahan.Keluhan yang menyertai keluhan utama. Setiap perubahan dan masalah/gangguan
kesehatan yang dialami oleh usia lanjut akan disertai gejala gejala yagn khas.
5. Riwayat kesehatan masa laluRiwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru,
emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok.
Anamnesis harus mencakup hal-hal :
a) Usia mulainya merokok secara rutin.
b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
c) Usia melepas kebiasaan merokok.
6. Riwayat keluarga, psikososial, orang orang terdekat.Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-
kurangnya ada tiga, yaitu :
1) Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke
orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat
diketahui sumber penularannya.
2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan
tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan
dekat.
3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi
polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
5/26
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
6/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
6
c. Pigeon Chest (Pectus Carinatum)Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter
AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
d. KyphoscoliosisTerlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan
paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain
yang mempengaruhi thorax.
e. KiposisMeningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan klien
tampak bongkok.
f. SkoliosisMelengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
10.Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnyaekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
11.Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikanobstruksi jalan nafas.
B.Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasiabnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus
(vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa,lesi, bengkak.
Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri. Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
C.Perkusi
Lakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan
pengembangan (ekskursi) diafragma.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
7/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
7
Suara perkusi normal :
Resonan
(sonor)
Dullness
Tympany
: bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru
normal.
:dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
: musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara Perkusi Abnormal :
Hiperresonan
Flatness
: Bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul
pada bagian paru yang abnormal berisi udara.
: sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat
didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya
berisi jaringan.
D.Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas
normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke
alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :
a) Bronchial : sering juga disebut dengan Tubular sound karena suara ini dihasilkan olehudara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan
yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara
kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
b) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranyaterdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
c) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dariekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
8/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
8
Suara nafas tambahan :
a) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal,suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit.b) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan,
nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum
c) Pleural Friction Rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut,suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga
mengalami nyeri saat bernafas dalam.
d) Crackles Fine Crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup,
terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara
seperti rambut yang digesekkan.
Coarse Crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan
terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan
berubah ketika klien batuk.
Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekananjalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
2. Pemeriksaan laboratorium :a. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ mm3 dengan
pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus
atau mycoplasma.
b. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.c.
Peningkatan LED.
d. Bilirubin : mungkin meningkate. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendahf. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
9/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
9
g. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasitranstrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab. Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak
diobati. Selain kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok
(throat swab).
h. Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium lanjutdapat terjadi asidosis metabolik.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal danketerlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
j. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.3. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat,
empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran
/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
DIAGNOSIS :
DD
Bronchitis
Definisi yang banyak dipakai adalah definisi dari
American Thoracic Society, yaitu penyakit dengan gangguan
batuk kronik dengan dahak yang banyak terjadi hampir tiap hari
minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-
turut. Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh
penyakit tuberkulosis atau bronkiektasis. Penyakit bronkitis
kronik sering terdapat bersama-sama emfisema dan dikenal
dengan nama bronkitis emfisema.
Bronchitis akutPada anak-anak, bronchitis akut biasanya terjadi berkaitan dengan infeksi virus pada
saluran pernafasan. Gejala dari bronchitis akut biasanya meliputi batuk produktif dan nyeri
retrosternal pada saat batuk atau menarik nafas dalam. Pada umumnya, bronchitis akut tidak
menular, dengan sembuh total dalam 10-14 hari setelah onset gejala.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
10/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
10
Bronchitis kronikmerupakan inflamasi berulang dan degenerasi bronkus yang bisa berhiubungan dengan
infeksi aktif. Bronchitis kronik dapat merupakan proses dasar dari suatu penyakit, seperti asma,
fibrosis kistik, sindrom diskinesia silia, aspirasi benda asing, atau paparan terhadap iritan jalannafas. Pada orang dewasa, dikatakan bronchitis kronik apabila terdapat batuk kronik dan
pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua
tahun berturut-turut.
Penyebab :
Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut yang berulang, yang dapat
melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan pada akhirnya menyebabkan bronchitis kronik.
Penyebab umum untuk bronchitis akut dan kronik pada anak adalah sebagai berikut.
1. Infeksi virus ; adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus, rhinovirus,coxsackievirus, herpes simplex virus.
2. Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia pneumoniae (Taiwanacute respiratory [TWAR] agent), Mycoplasma species.
3. Polusi udara, seperti merokok.4. Alergi5.
Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal
6. Infeksi fungiGejala :
1. batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)2. sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan3. sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
11/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
11
4. bengek5. lelah6. pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan7. wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan8. pipi tampak kemerahan9. sakit kepala10.gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah,
menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak
berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning.
Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam
tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.
Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi,
terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.
Diagnosis :
Diagnosis pasti bronchitis dapat ditegakan apabila telah ditemukan adanya dilatasi dan nekrosis
dinding bronkus dengan prosedur pemeriksaan bronkografi dan melihat bronkogram yang didapat.
Bronkografi tidak selalu dapat dikerjakan pada tiap pasien bronchitis, karena terikat adanya
indikasi, kontraindikasi, syarat-syarat kaan elakukannya. Oleh karena pasien bronchitis umumnya
memberikan gambaran klinis yang dapat dikenal, penegakan diagnosis bronchitis dapat ditempuh
melewati proses diagnostik yang lazim dikerjakan dibidang kedokteran, meliputi:
1. Anamnesis2. Pemeriksaan fisis Dapat dijumpai temuan abnormal seperti atelektasis, hiperinflasi, dan penebalan
peribronkial.3. Pemeriksaan penunjang :
a. Tes fungsi paru dapat memperlihatkan obstruksi jalan nafas yang reversible denganmenggunakan bronkodilator.
b. Konsolidasi fokal biasanya tidak nampak.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
12/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
12
c. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-reactive protein, kultur pernafasan,kultur darah, kultur sputum, dan tes serum agglutinin untuk membantu mengklasifikasikan
penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus.
d. Untuk anak yang diduga mengalami imunodefisiensi, pengukuran serum immunoglobulintotal, subkelas IgG, dan produksi antibodi spesifik direkomendasikan untuk menegakkan
diagnosis.
Penatalaksanaan :
Bronkitis akut Biasanya digunakan antipiretik dan analgesic. Antitusif dan ekspektoran biasa diberikan namun tidak membantu. Penggunaan bronkodilator, percobaan dengan inhalasi albuterol dapat melegakan gejala untuk
beberapa pasien.
Bronchitis kronik Penggunaan bronkodilator perlu dipertimbangkan, baik beta adrenergic agonist, seperti
albuterol atau metaproterenol, atau teofilin bisa efektif. Agen beta adrenergic lebih kurang
toksisitasnya, lebih cepat bekerja daripada teofilin. Inhalasi kortikosteroid bisa efektif.
Obat analgesic dan anti piretik ; digunakan untuk mengontrol demam, myalgia, dan arthralgia. Acetaminophen : pilihan obat untuk rasa nyeri untuk pasien yang tidak bisa menggunakan
aspirin atau NSAIDs.
Ibuprofen ; pilihan obat untuk rasa nyeri ringan hingga sedang jika tidak ada kontraindikasi.Menghambat reaksi inflamasi dan rasa nyeri, kemungkinan dengan menurunkan aktivitas
siklooksigenase yang menghambat sintesis prostaglandin.
Kortikosteroid sistemik ; obat ini digunakan untuk jangka pendek (3-10 hari) untuk mengontrolepisode asma akut yang tidak terkontrol dengan baik.
Bronkodilator ; dapat menurunkan gejala bronchitis. Contoh : albuterol sulfat. Antivirus ; vaksinasi influenza untuk melindungi tubuh dari influenza A dan B, karena itu
memberikan proteksi yang lebih untuk bronchitis.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
13/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
13
Astma Bronkhiale
Asma mempakan penyakil saluran nafas yang
ditandai oleh penyempitan bronkus akibat adanya hiper
reaksi terhadap sesuatu perangsangan langsung ataupun
tidak langsung. Tanpa pengelolaan yang baik penyakit ini
akan mengganggu kehidupan penderita sehari-hari dan
penyakit akan cenderung mengalami peningkatan dan
dapat menimbulkan komplikasi ataupun kematian.
Gejala asma :
1. Sesak saat mengeluarkan napas2. Penderita mengeluarkan bunyi saat bernapas (wheezing, mengi, bengek),3. Batuk4. Nafas cepat5. Sesak nafas, sakit dada dan gelisah6. Sianosis (kebiruan di sekitar mulut), ini terjadi bila serangan asma cukup berat.
Pada beberapa penderita, serangan dapat berlangsung dalam beberapa menit, beberapa
jam, atau bahkan berhari-hari.
Faktor pencetus asma :
1. Golongan hisapan, debu rumah dengan tungaunya, asap (rokok, obat nyamuk), kapuk, bulubinatang, kecoa (kotoran dan serpihannya) dan minyak wangi
2. Golongan makanan, makanan yang dapat menjadi pencetus asma antara lain, kacang tanah,coklat, es, tomat, makanan dengan MSG
3. Infeksi saluran nafas contohnya flu4. Perubahan cuaca5. Kegiatan jasmani misalnya olahraga6. Psikis misalnya keadaan stress
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
14/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
14
Penanggulangan :
Ada dua jenis obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi serangan asma, yaitu yang
diminum dan dihirup. Obat asma yang diminum berfungsi untuk menetralkan reaksi alergi,
melebarkan saluran pernapasan, atau mengencerkan lendir. Sedangkan obat asma yang dihirup,memiliki fungsi yang sama namun akan lebih efektif karena langsung menuju sasarannya (saluran
pernapasan dan paru-paru), bereaksi lebih cepat, dan hanya memerlukan dosis yang kecil.
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui. Jika seseorang terserang
asma saat berolahraga, sebaiknya dihindari dengan minum obat sebelum melakukan olahraga.
Namun, dalam beberapa kasus berolahraga yang cukup dan senantiasa menjaga kebugaran tubuh
secara teratur juga dapat mencegah serangan asma atau bahkan menyembuhkan penyakitnya sama
sekali.
Tuberculosis
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa
berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium
africanum.
Tuberkulosis menunjukkan penyakit yang paling
sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tetapi
kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum.
Bakteri lainnya menyebabkan penyakit yang menyerupai tuberkulosis, tetapi tidak
menular dan sebagian besar memberikan respon yang buruk terhadap obat-obatan yang sangat
efektif mengobati tuberkulosis. Tuberkulosis ditularkan melalui udara yang terkontaminasi oleh
bakteri M. tuberculosis.
Manifestasi Klinik :
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan
demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
15/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
15
1. Gejala respiratorik :a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-
mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-
bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak
terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik :a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam
influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
16/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
16
Gejala klinis Haemoptoe :Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Batuk darah
a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di
tenggorokan
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia kadang-kadang terjadi
f. Benzidin test negatif
2. Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur
asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia seriang terjadi
f. Benzidin test positif
3. Epistaksis
a. Darah menetes dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi
Test Diagnostik :
Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology standar. Jenis
pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik, tomogram dan lain-lain.
Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ; Ditemukannya kuman micobakterium TBC dari
dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
17/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
17
Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan
dahak yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan
pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan
resistensi terhadap pengobatan.
Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn pemberantasan
TBC paru di Indonesia.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK/COPD)
Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang biasa dikenal sebagai PPOK
merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran
udara dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan
yang bersifat progresif (cepat dan berat) ini disebabkan karena terjadinya
radang kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi dalam
kurun waktu yang cukup lama dengan gejala utama sesak napas, batuk,
dan produksi sputum dan keterbatasan aktifitas (karakteristik pada PPOK
adalah membutuhkan usaha atau tenaga lebih untuk bernapas, terengah-engah, persisten dan
progresif, serta jika sudah berat menggunakan otot-otot bantu napas).
Etiologi
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari pada
faktor penyebab lainnya. Termasuk diantaranya faktor-faktor risiko lain, polusi di dalam ruangan
(asap rokok, asap kompor), polusi di luar ruangan (gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan),
polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun), infeksi saluran napas bawah berulang,
defisiensi antitripsin alfa-1, umumnya jarang terdapat di Indonesia.
Proses terjadinya kerusakan paru pada PPOK tidak terlepas dari peran potensial asap rokok
melalui pelepasan radikal oksigennya. Faktor resiko PPOK juga dipengaruhi oleh faktor genetik
yang menimbulkan defisiensi alfa 1 anti tripsin (AAT). Sebenarnya, secara alamiah tubuh dapat
meredam pengaruh oksidan yang berlebihan. Pada penderita dengan defisiensi AAT akan
mengalami ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan sehingga penyakit ini muncul. Hasil
penelitian Lung Health Study menunjukkan bahwa perokok yang berusia dewasa (dengan FEV1 55-
90%) yang masih merokok, 5 tahun ke depan akan mengalami penurunan FEV1 beberapa ratus mL.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
18/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
18
Komponen toksik asap rokok berinteraksi secara langsung dengan epitel paru setelah melewati
pelapis antioksidan protektif pada cairan pelepis epitel (CPE). Selanjutnya akan terjadi kerusakan
sel akibat bahan reaktif toksik yang dihasilkan oleh interaksi asap rokok dan CPE. Kedua proses di
atas akan mengaktivasi respon imun sehingga terjadi reaksi inflamasi. PPOK ditandai adanya
inflamasi kronis pada seluruh saluran pernafasan, parenkim, dan vaskuler paru.
Karena efek asap rokok yang demikian signifikan pada angka kejadian PPOK, maka sebagai
seorang dokter punya tanggung jawab untuk ikut memberikan edukasi kepada pasien agar bisa
berhenti merokok. Proses berhenti dari kebiasaan merokok ini memang tidak semudah membalik
telapak tangan, butuh niat yang kuat dari penderita dan kalau perlu bisa dibantu dengan
farmakoterapi. Kebiasaan merokok ini bahkan bisa masuk kategori candu karena begitu seseorang
mencoba merokok maka nikotin yang terserap dalam darah akan diteruskan ke otak dan ditangkap
oleh reseptor alfa 4 beta 2 sehingga merangsang pelepasan dopamin yang memberikan rasanyaman. Sehingga saat seseorang berhenti merokok, dopamin akan berkurang dan menimbulkan
hilangnya rasa nyaman selanjutnya akan timbul keinginan kembali untuk merokok, terjadilah
lingkaran setan yang akan sangat sulit diputuskan.
Derajat berat merokok dapat dihitung dengan menggunakan Indeks Brinkman (IB), yaitu
perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun:
a. Ringan 0 200b. Sedang 200 600c. Berat > 600Semakin berat derajat nya semakin tinggi terkena penyakit ini.
Butuh dukungan dari semua pihak untuk membantu seseorang berhenti merokok. Saat ini
sudah ada terapi farmakologi untuk membantu seseorang yang ingin berhenti merokok. Disebutkan
ada 5 macam obat lini pertama untuk membantu penderita yang kecanduan merokok yaitu
Bupropion SR, nikotin gum, nikotin inhaler, nikotin nasal spray, dan nikotin patch. Setelah tahun
2000, FDA manambahkan nikotin lozenges dan Varenicline. Dengan berhenti merokok diharapkan
status kesehatan masyarakat menjadi lebih baik dan prevalensi PPOK terutama di Indonesia bisa
menurun.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
19/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
19
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat.
Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan sampai kelainan jelas dan tanda inflasi paru.
1. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan2. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja3. Riwayat penyakit emfisema pada keluarga4. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR),
infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
5. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak6. Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi (ngik-ngik)
Pemeriksaan Tambahan
a) Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan fungsi paru terdiri dari pemeriksaan spirometri dan uji bronkodilator.
Pemeriksaan ini merupakan parameter yang paling umum digunakan untuk menilai beratnya PPOK
dan memantau perjalanan penyakit.
Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan Hb, Ht, dan leukosit. Pada pemeriksaan
radiologi, foto dada dan lateral (samping) berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
b) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fungsi paru, uji latih pulmoner, uji provokasi bronkus,
uji coba kortokosteroid, analisa gas darah, CT scan resolusi tinggi, EKG, ekokardiografi, bakteriologi
dan pemeriksaan kadar alfa-1 antitripsin.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK secara umum adalah untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan fungsi paru dan meningkatkan
kualitas hidup penderita.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
20/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
20
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi2. Obat-obatan3.
Terapi oksigen
4. ventilasi mekanik5. Nutrisi6. Rehabilitasi
DW
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama
beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40
derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna
kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang
nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan Gejala berupa:
a. Batuk nonproduktifb. Ingus (nasal discharge)c. Suara napas lemahd. Retraksi intercostae. Penggunaan otot bantu nafasf. Demamg. Ronchiih. Cyanosisi. Leukositosis
j. Thorax photo menunjukkan infiltrasimelebar
k. Batukl. Sakit kepalam. Kekakuan dan nyeri ototn. Sesak nafaso. Menggigilp. Berkeringatq. Lelah.
r. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - kulit yang lembab - mual dan muntah - kekakuansendi.
Secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah,malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum,napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
21/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
21
dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk
karena nyeri dada.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saatbernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah,
suara napas melemah, dan ronki.
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi,perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas
batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi
bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus
dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan
pekak perkusi.
5. Tanda infeksi ekstra pulmunal.
ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul
secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering
pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus
pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri
Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga
sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas
aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma,
suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang
berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap
acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang
normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air
yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor,
dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena
muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut,
bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-
organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
22/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
22
Etiologi Pneumoniae :
Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:
Virus sinsisial pernafasan Hantavirus Virus influenza Virus parainfluenza Adenovirus Rhinovirus Virus herpes simpleks Sitomegalovirus.
Virus Influensa
Virus Synsitical respiratorik
Adenovirus Rubeola Varisella Micoplasma (pada anak yang relatif
besar)
Pneumococcus Streptococcus
Staphilococcus
Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis,pneumocytis carini
Aspirasi : Makanan, cairan, lambung Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: - virus sinsisial pernafasan -
adenovirus - virus parainfluenza dan - virus influenza.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronkopneumonia adalah penyakit menahun,
trauma paru, berat badan anak yang turun karena kekurangan kalori protein (KKP).
PATOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di
tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat
lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan
oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan
oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk
mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran
sang penyebab tersebut.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
23/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
23
Terpajan Bakteri
Teraspirasi ke dalam Bronkus Distal dan Alveoli
Konsolidasi Paru
Darah di Sekitar Alveoli Tidak Berfungsi Peradangan / Inflamasi di Paru
Hipoksia Ketidakadekutan Pembentukan Edema
(Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).
PENATALAKSANAAN
Dalam hal penatalaksanaan penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya.
Jika keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi untuk dirawat, maka dapat dilakukan rawat jalan.
Juga perlu diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan
risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya Streptococcus pneumoniae
yang resisten penisilin. Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah:
1. Pneumokokus resisten terhadap penisilina. umur lebih dari 65 tahunb. memakai obat-obat golongan -laktam selama tiga bulan terakhirc. pecandu alkohold. penyakit gangguan kekebalane. penyakit penyerta yang multipel
2. Bakteri enterik Gram negatifa. penghuni rumah jompob. mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paruc. mempunyai kelainan penyakit yang multipeld. riwayat pengobatan antibiotik
3. Pseudomonas aeruginosaa. bronkiektasisb. pengobatan kortikosteroid >10 mg/haric. pengobatan antbiotik spektrum luas >7 hari pada bulan terakhird. gizi kurang
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
24/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
24
Berdasarkan kesepakatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), kriteria yang
dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah:
1. Skor PORT >702.
Bila Skor PORT kurang 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salahsatu dari kriteria di bawah ini.
a. frekuensi napas >30/menitb. PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHgc. Foto toraks paru menunjukan kelainan bilaterald. Foto toraks paru melibatkan >2 lobuse. Tekanan sistolik
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
25/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
25
3. Penderita rawat inap di ruang rawat intensifa. pengobatan suportif / simptomatik
i. pemberian terapi oksigenii. pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
iii. pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitikb. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jamc. bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanikPenderita pneumonia berat yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) diobservasi tingkat
kegawatannya. Bila dapat distabilkan maka penderita dirawat inap di ruang rawat biasa; bila
terjadi respiratory distress maka penderita dirawat di ruang rawat intensif.
Antibiotik pada pneumonia diberikan secara empiris mengikuti pedoman yang ada dan pola
sensitivitas kuman pada rumah sakit. Antibiotik masih tetap merupakan pengobatan utama pada
pneumonia atipik. Antibiotik terpilih pada pneumonia atipik yang disebabkan oleh Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumoniae dan Legionella adalah golongan makrolid baru (azitromisin,
klaritomisin, roksitromisin), fluorokuinolon respirasi, dan doksisiklin.
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan :
1. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50 70 mg/kg BB/hariatau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan
ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
2. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5 %dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml/botol
infus.
3. Karena sebagian besar jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan danhipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisisgas darah arteri.
4. Pasien Bronkopneumoni ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.5. Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan, maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan dilakukan uji resistensi kuman.
Selain obat-obat tersebut di atas, terdapat bukti bahwa penggunaan sefalosporin generasi
ketiga ditambah makrolid atau fluorokuinolon dapat meningkatkan angka ketahanan hidup.
7/28/2019 Batuk Berdahak Dan Sesak Nafas; Pneumonia
26/26
(SISTEM RESPIRASI II) BLOK 18
KOMPLIKASI
Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masukke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul
efusi. Abses paru
Edusi pleural Empisema Gagal nafas Perikarditis Meningitis Atelektasis
Hipotensi Delirium Asidosis metabolik Dehidrasi Penyakit multi lobular
PROGNOSIS
Prognosis pasien pneumonia tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit
waktu pasien berobat pertama kali. Dengan pengobatan, kebanyakan jenis bakteri radang paru-
paru dapat dibersihkan dalam waktu dua sampai empat bulan. Viral pneumonia lebih lama, dan
radang paru-paru mycoplasmal mungkin memakan waktu empat sampai enam bulan untuk
sembuh secara tuntas.
Namun, sekitar setengah dari orang-orang yang mengembangkan methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) radang paru-paru sedangkan pada ventilator akan mati. Dalam
wilayah di dunia tanpa lanjutan sistem kesehatan, radang paru-paru bahkan deadlier. Akses
terbatas ke klinik dan rumah sakit, terbatasnya akses ke foto sinar-x, antibiotik pilihan terbatas,
dan ketidakmampuan untuk merawat kondisi yang mengarah ke pasti lebih tinggi dari kematian
dari radang paru-paru. Untuk alasan ini, sebagian besar kematian pada anak-anak balita akibat
penyakit pneumokokus terjadi dalam mengembangkan coutries.