19
LAPORAN KEWARGANEGARAAN BATIK SEBAGAI SALAH SATU BUDAYA DAN IDENTITAS INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL Disusun oleh: Oki Wicaksono Bimo Adi Pradono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012

Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN KEWARGANEGARAANBATIK SEBAGAI SALAH SATU BUDAYA DAN IDENTITAS INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONALDisusun oleh: Oki Wicaksono Bimo Adi PradonoJURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012A. PendahuluanBatik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur int

Citation preview

Page 1: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

LAPORAN KEWARGANEGARAAN

BATIK SEBAGAI SALAH SATU BUDAYA DAN IDENTITAS

INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL

Disusun oleh:

Oki Wicaksono

Bimo Adi Pradono

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

A. Pendahuluan

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu

pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk

mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai

wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut,

termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.

Batik Jawa tradisional, terutama dari Yogyakarta dan Surakarta memiliki arti penting

yang berakar pada konseptualisasi orang Jawa tentang alam semesta. Warna tradisional termasuk

nila, coklat tua, dan putih, yang mewakili tiga Dewa besar Hindu (Brahma, Wisnu, dan Siwa).

Hal ini terkait dengan fakta bahwa warna alami batik yang paling umum tersedia adalah nila dan

cokelat. Pola tertentu hanya bisa dikenakan oleh kaum bangsawan. Garis-garis yang lebih luas

atau garis bergelombang dengan lebar yang lebih besar menunjukkan peringkat yang lebih tinggi.

Sehingga selama upacara adat Jawa, orang bisa menentukan garis keturunan kerajaan seseorang

dari kain yang dipakai.

Daerah lain di Indonesia memiliki batik dengan pola unik mereka sendiri yang biasanya

mengambil tema dari kehidupan sehari-hari, seperti menggabungkan pola seperti bunga, alam,

binatang, cerita rakyat atau orang. Batik Pesisir berasal dari kota-kota pesisir utara Jawa. Batik

Pesisir memiliki warna yang bersemangat dan menyerap pengaruh dari Jawa, Arab, budaya Cina

dan Belanda. Pada masa kolonial, batik pesisir merupakan batik favorit orang Belanda, Cina, dan

Eropa.

B. Sejarah Batik Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah

salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal

semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi

malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa

Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika,

teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di

Page 3: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi

sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya

batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar

tahun 1920-an.

Gambar 1. Tekstil batik dari Niya (Cekungan Tarim), Tiongkok

Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah

tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India

atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A.

Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja,

Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang

dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di

Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan

menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa

sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca

dewi kebijaksanaan Buddha dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur

tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang

dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya

dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.

Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana

Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan

140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu

memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam

dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang

Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik.

Page 4: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of

Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris

di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van

Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke

Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa

keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik

Indonesia memukau publik dan seniman.

Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik

jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang

diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.

Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik

bersama mereka.

C. Budaya Batik di Indonesia Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi

dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya

Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa

lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik

sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu

pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan

sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan

masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa

pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang

memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak

"Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir

pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Gambar 2. R.A. Kartini dan rok batik

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang

kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat

Page 5: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya

dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih

ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada

waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik

memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh

kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang

asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh

Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil

minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti

bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda),

termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap

mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya

masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Dalam cara pembuatannya, batik awalnya dibuat di atas bahan dengan warna putih yang

terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain

seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan

lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif

berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis

dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-

warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau

gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam

bahan kimia untuk melarutkan lilin.

D. Proses “mbatik” Budaya batik berasal dari pemahaman kognitif yang tertuang ke dalam karya estetika

visual yang sedikit banyak memberi gambaran implisit tentang bagaimana orang Indonesia

memandang dirinya, alamnya, dan lingkungan sosialnya. Pola batik terdapat perspektif alternatif

yang ada di kalangan masyarakat dan peradaban Indonesia yang unik dan relatif terhadap cara

Page 6: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

pandang modern yang umum.

Gambar 3. Proses “mbatik”

Batik dikenal erat kaitannya dengan kebudayaan etnis Jawa di Indonesia bahkan

semenjak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada masa kerajaan Majapahit. Selain di Jawa,

ternyata bahan sandang memiliki corak batik juga ada di luar pulau Jawa, misalnya di beberapa

tempat di Sumatera, seperti Jambi, bahkan beberapa tempat di Kalimantan dan Sulawesi. Motif

batik digunakan mulai dari hiasan, kain sarung, kopiah, kemeja, bahkan kerudung dan banyak

lagi. Namun hal yang sangat menarik dengan batik adalah bahwa batik merupakan konsep yang

tidak sederhana bahkan dari sisi etimologinya. Batik dapat merepresentasikan ornamentasi yang

unik dan rumit dalam corak dan warna dan bentuk-bentuk geometris yang ditampilkannya.

Namun yang terpenting adalah bahwa batik dapat pula merepresentasikan proses dari pembuatan

corak dan ornamentasi yang ditunjukkan di dalamnya.

Gambar 4. Wisata Batik di Jambi Tourism

Pola Batik bersifat fraktal. Fraktal adalah benda geometris yang kasar pada segala skala,

dan terlihat dapat "dibagi-bagi" dengan cara yang radikal. Beberapa fraktal bisa dipecah menjadi

beberapa bagian yang semuanya mirip dengan fraktal aslinya. Fraktal dikatakan memiliki detail

yang tak hingga dan dapat memiliki struktur serupa diri pada tingkat perbesaran yang berbeda.

Pada banyak kasus, sebuah fraktal bisa dihasilkan dengan cara mengulang suatu pola, biasanya

dalam proses rekursif atau iteratif.

Page 7: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Gambar 5. Contoh Pola Fraktal

Proses batik atau dalam verbia disebut pula sebagai “mbatik” (dalam bahasa Jawa),

merupakan hal yang tidak sesederhana menggambarkan sebuah lukisan. Berdasarkan publikasi

“Batik: The Impact of Time and Environment” oleh H. Santosa Doellah yang diterbitkan oleh

Danar Hadi, terdapat setidaknya tiga tahapan proses dalam ornamentasi batik, yakni:

1. “Klowongan“, yang merupakan proses penggambaran dan pembentukan elemen dasar

dari disain batik secara umum.

2. “Isen-isen“, yaitu proses pengisian bagian-bagian dari ornamen dari pola isen yang

ditentukan. Terdapat beberapa pola yang biasa digunakan secara tradisional seperti motif

cecek, sawut, cecek sawut, sisik melik, dan sebagainya.

3. Ornamentasi Harmoni, yaitu penempatan berbagai latar belakang dari desain secara

keseluruhan sehingga menunjukkan harmonisasi secara umum. Pola yang digunakan

biasanya adalah pola ukel, galar, gringsing, atau beberapa pengaturan yang menunjukkan

modifikasi tertentu dari pola isen, misalnya sekar sedhah, rembyang, sekar pacar, dan

sebagainya.

E. Filosofi Batik Dalam proses pembuatannya, seni batik terutama batik tulis melambangkan kesabaran

pembuatnya. Setiap hiasan dibuat dengan teliti dan melalui proses yang panjang. Kesempurnaan

motif tersebut menyiratkan ketenangan pembuatnya.

Corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan oleh

kalangan tertentu. Misalnya, motif parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, hanya

boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria. Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan

kesabaran yang tinggi. Kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan

Page 8: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

kekuatan gaib batik tersebut.

Selain proses pembuatan batik yang sarat dengan makna filosofis, corak batik merupakan

simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berfikir masyarakat pembuatnya. Berikut

ini adalah beberapa motif batik beserta filosofinya:

1. Kawung

Gambar 6. Motif Kawung

Motif ini berbentuk teratai yang sedang merekah. Motif melambangkan kesucian

dan umur panjang.

2. Parang

Gambar 7. Motif Parang

Motif berbentuk mata parang, melambangan kekuasaan dan kekuatan. Hanya

boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria.

Page 9: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

3. Sawat

Motif berbentuk sayap, hanya dikenakan oleh raja dan putra raja.

Gambar 8. Motif Sawat

Motif batik diciptakan tidak berdasarkan pertimbangan nilai estetis saja, tetapi juga

berdasarkan harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk banyak simbol, misalnya sebagai

berikut:

1. Ragam Hias Slobong

Gambar 9. Motif Ragam Hias Slobong

Memiliki arti lancar dan longgar. Motif ini digunakan untuk melayat dan

bermakna harapan agar arwah orang yang meninggal dunia dapat dengan lancar

Page 10: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

menghadap kepada Tuhan dan diterima di sisi-Nya.

2. Ragam Hias Sida Mukti

Gambar 10. Motif Ragam Hias Sida Mukti

Berarti “jadi bahagia”. Motif ini dikenakan oleh pengantin pria maupun wanita,

dengan harapan keduanya akan memperoleh kebahagiaan selama hidupnya.

F. Jenis-Jenis Batik di Indonesia F.1. Batik Kraton Jawa

Batik Kraton Jawa adalah tradisi batik tertua yang dikenal di Jawa, juga dikenal sebagai

Batik Pedalaman yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan Batik Pesisir. Jenis batik

memiliki nada warna hitam, coklat, dan kuning gelap (sogan), kadang-kadang dengan latar

belakang putih. Motif batik tradisional ini memiliki makna simbolis. Beberapa desain dibatasi

dengan beberapa detail motif seperti motif yang lebih besar hanya bisa dikenakan oleh

bangsawan, dan motif tertentu tidak cocok untuk wanita, atau untuk acara-acara tertentu

(misalnya pernikahan).

Daerah Kraton di dua kota di Jawa Tengah dikenal sebagai lokasi untuk melestarikan dan

mengembangkan tradisi batik, yaitu

Batik Surakarta (Solo). Batik Solo dijaga dan dipupuk di Susuhunan dan

Page 11: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Mangkunegaran. Area utama yang memproduksi batik Solo adalah kabupaten Laweyan

dan Kauman. Batik Solo biasanya memakai Sogan sebagai warna latar belakang. Pasar

Klewer yang terdapat di dekat Susuhunan menjadi pusat perdagangan ritel.

Batik Yogyakarta. Batik tradisional Yogya dijaga dan dipupuk oleh Kesultanan

Yogyakarta dan Pakualaman. Biasanya Batik Yogya memiliki warna putih sebagai latar

belakang. Pasar Beringharjo di dekat jalan Malioboro dikenal sebagai pusat perdagangan

batik di Yogyakarta.

Gambar 11. Batik Yogyakarta Gambar 12. Batik Solo

F.2. Batik Pesisir Batik Pesisir dibuat dan diproduksi oleh beberapa daerah di pantai utara Jawa dan

Madura. Sebagai konsekuensi dari perdagangan maritim, tradisi dan corak dari batik Pesisir

menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh asing dalam desain tekstil, pewarna, dan motif. Hal ini

tentu berbeda dengan batik pedalaman yang relatif independen dari pengaruh luar. Misalnya

batik Pesisir menggunakan warna yang hidup dan motif Cina seperti awan, phoenix, naga, Qilin,

teratai, peony, dan pola bunga. Batik Pesisir ada beberapa macam, antara lain:

Page 12: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Batik Pekalongan

Gambar 13. Batik Buketan Pekalongan

Daerah Pesisir yang paling terkenal sebagai tempat produksi Batik adalah kota

Pekalongan di propinsi Jawa Tengah. Dibandingkan dengan pusat-pusat produksi batik

Pesisir, rumah-rumah produksi batik di kota inilah yang produksinya paling berkembang.

Batik Pekalongan dipengaruhi oleh motif Belanda-Eropa dan Cina, misalnya motif

buketan dipengaruhi oleh buket bunga Eropa.

Batik Cirebon

Gambar 14. Batik Cirebon Dengan Gambar Fauna Laut

Juga dikenal sebagai Batik Trusmi karena Trusmi adalah area produksi primer.

Yang paling terkenal dari motif batik Cirebon adalah Megamendung (awan hujan) yang

digunakan dalam Kraton Cirebon. Motif awan ini menunjukkan adanya pengaruh dari

Cina.

Page 13: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Batik Lasem

Gambar 15. Batik Lasem

Batik Lasem ditandai dengan warna merah terang yang disebut abang getih pithik

(ayam darah merah). Batik Lasem sangat dipengaruhi oleh budaya China.

Batik Tuban

Gambar 16. Batik Tuban

Batik Gedog adalah batik khusus dari batik Tuban, yaitu batik yang diciptakan

dari tenun buatan tangan (tenun) kain.

Page 14: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Batik Madura

Gambar 17. Batik Madura

Batik Madura menampilkan warna-warna cerah, seperti kuning, merah, dan hijau.

Motif Madura yang unik misalnya pucuk tombak (tombak tips), juga beragam jenis

gambar flora dan fauna.

F.3. Batik Jawa Hokokai

Gambar 18. Batik Jawa Hokokai

Tipe ini ditandai dengan bunga di taman yang dikelilingi kupu-kupu. Motif ini berasal

selama pendudukan Jepang di Jawa pada awal 1940-an. Menggunakan kain panjang dan

biasanya dilakukan dalam dua pola yang disebut pagi dan sore yang mengacu pada dua jenis

Page 15: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

motif dalam satu lembar kain, hal tersebut sebagai solusi kelangkaan kapas kain selama waktu

perang. Batik Jawa Hokokai dikenal memiliki sifat lain, yaitu motif yang dipengaruhi oleh

Jepang, seperti sakura (bunga sakura) dan Seruni, atau Kiku (krisan, bunga nasional Jepang dan

simbol kaisar), kupu-kupu (simbol keanggunan perempuan dalam budaya Jepang), dan overlay

rincian rumit yang telah membuat batik Hokokai sebagai salah satu bentuk seni batik paling

penting, mulia dan indah di Asia.

G. Klaim Malaysia dan Upaya Melestarikan Batik Klaim Malaysia atas batik sangat meresahkan perajin batik Indonesia. Bangsa ini harus

segera menghapus bayang-bayang yang meresahkan itu agar perajin batik Indonesia di kemudian

hari tidak perlu memberi royalti kepada negara lain. Generasi batik masa lampau hanya melihat

kompetisi antar perajin di dalam negeri. Kini, sudah saatnya perajin batik bersatu, menunjukkan

eksistensi bahwa batik adalah warisan budaya Indonesia.

Untuk melestarikannya, Pemerintah Indonesia akan menominasikan batik Indonesia

untuk dikukuhkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural

Heritage). Terhadap klaim Malaysia atas batik, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Aburizal Bakrie mengatakan, usulan nominasi ini bukan reaksi terhadap Malaysia. Namun, untuk

kepentingan pengembangan batik Indonesia di pasar Internasional.

Dewasa ini penggunaan batik makin beragam. Pasar ekspor batik mencapai 125 juta

dollar AS per tahun. Sekitar dua juta orang bergantung pada usaha batik, mulai pedagang kecil

dan menengah serta pemasok kebutuhan batik beserta keluarganya. Seluruh pihak yang terkait

dengan batik telah memahami dan sepakat untuk memperjuangkan agar batik Indonesia dapat

diakui oleh UNESCO.

Prosedur yang ditempuh untuk pengakuan itu dilakukan sesuai Konvensi UNESCO tahun

2003 tentang Warisan Budaya Tak Benda. Konvensi UNESCO tersebut telah diratifikasi oleh

pemerintah melalui PP Nomor 78 Tahun 2007 dan, terhitung 15 Januari 2008, Indonesia resmi

menjadi Negara Pihak Konvensi.

Dengan demikian, Indonesia berhak menominasikan mata budayanya untuk dicantumkan

dalam daftar representatif UNESCO. Usulan berkas nominasi harus diterima UNESCO

selambatnya 30 September 2008. Setelah diajukan sebagai nominasi, maka UNESCO akan

Page 16: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

memantau dan mempelajari seni dan budaya batik di negara-negara nominator selama lebih dari

1 tahun (hampir 2 tahun).

Kemudian setelah penantian panjang, Batik Indonesia dalam keseluruhan teknik

pembuatan, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah

ditetapkan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity (Warisan

Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi) sejak 2 Oktober, 2009.

Pengakuan Badan PBB yang mengurusi soal pendidikan dan kebudayaan (UNESCO)

soal batik yang merupakan warisan budaya Indonesia disambut baik kalangan perajin batik di

Solo. Mereka berharap dengan pengakuan UNESCO itu, polemik saling mengklaim antara

Indonesia dan Malaysia soal produk batik segera berakhir.

Kendati demikian, para perajin mengakui untuk menjaga dan membuktikan bahwa batik

memang benar-benar asli budaya Indonesia sangat sulit. Yang berat itu menjaga dan

membuktikan, karena kita ketahui teknik membatik sudah ada sejak ribuan tahun lalu,” kata

Ketua Paguyuban Kampoeng Batik Laweyan Solo, Alpha Febela.

Dia menyatakan, teknik membatik yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, bukan berasal

dari Indonesia. Hanya saja dari beberapa negara, perkembangan batik yang paling pesat terjadi di

Indonesia. Ada yang mengatakan teknik membatik dari Timur Tengah dan Mesopotamia

bersamaan melalui jalur masuknya Islam ke Indonesia. Tapi perkembangan yang besar memang

di sini seperti kekayaan motif-motinya.

Pengakuan UNSECO itu, sudah menjadi modal dan motivasi besar bagi para pengusaha

batik untuk percaya diri mengembangkan produk batiknya terlebih saat ini para pengusaha batik

sedang bersemangat untuk go international. Diharapkan semoga pada ke depannya dapat

mendongkrak produksi dan penjualan batik.

Sementara itu, Sekretaris Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Makmun

Puspanegara mengaku cukup gembira dengan pengakuan dari UNESCO tersebut. Di Solo sendiri

perkembangan industri batik cukup berkembang pesat mulai tahun 2006. Sebelum tahun itu,

jumlah perajin di Kampung Kauman Solo hanya sekitar enam belas perajin batik, tetapi sekarang

ini jumlahnya sudah berkembang menjadi lima puluhan perajin batik.

Mengenai motif batik sendiri, jumlahnya pun cukup banyak. Bahkan, jumlah itu sudah

ada sejak jaman dulu semasa pemerintahan Kraton Kasunanan Surakarta. Paguyuban batik

Kauman beberapa waktu lalu juga sempat membantu mengumpulkan motif batik sebanyak lima

Page 17: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

ratus jenis. Kemudian, motif-motif tersebut akan didaftarkan dan selanjutnya dipatenkan.

Untuk ikut mengembangkan batik sebagai warisan budaya, Ketua Paguyuban Kampoeng

Batik Laweyan Solo, Alpha Febela sangat apresiasif dengan keinginan Presiden SBY yang akan

menjadikan kerajinan membatik sebagai kurikulum mata pelajara di sekolah. Dengan demikian,

diharapkan para murid akan tahu mengenai kerajinan batik yang sudah menjadi warisan budaya

bangsa Indonesia.

H. Batik Indonesia di Mata Dunia Batik dengan segala keindahan coraknya telah lama memukau siapapun yang melihatnya.

Tak bisa disangkal, batik sudah menjadi panutan dan membawa ciri khas Indonesia menjadi lebih

dikenal diseluruh dunia. Dilihat dari sejarahnya, munculnya batik ini sudah ada sejak jaman

kerajaan dahulu di Indonesia, dimana dahulu batik merupakan golongan dari kesenian atau

kerajinan gambar diatas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga

kerajaan jaman dahulu, terutama di Jawa.

Gambar 19. Pameran ibu Presiden AS Barack Obama

Batik menjadi semakin terkenal ketika pakaian batik milik ibu Presiden Amerika Serikat

Barack Obama saat tinggal di Jakarta menjadi koleksi di Museum Tekstil Washington. Pameran

bertajuk “A lady found culture in its cloth: Barack Obama’s mother and Indonesian batiks”

Page 18: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

memberikan pengetahuan bagi pengunjung tentang sisi lain dari kehidupan Ann Dunham, ibu

presiden AS ke-44 itu serta pekerjaaanya sebagai ahli anthropologi.

Seorang desainer batik, Nusjirwan Tirtaamidjaja, atau yang lebih dikenal dengan nama

Iwan Tirta telah membawa nama Indonesia ke mata dunia. Karya-karya batiknya disukai dan

telah dikenakan oleh beberapa kepala negara seperti Ratu Elizabeth II, Ratu Sophie dari Spanyol,

Ratu Juliana dari Netherland, bahkan Bill Clinton.

Gambar 20. Para petinggi dunia mengenakan batik dalam Konferensi APEC 1994 di Istana Bogor

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, tahun 1994 saat Konferensi APEC di Istana

Bogor, dia memerlukan waktu cukup lama untuk mendesign Batik sejumlah petinggi dunia mulai

dari Bill Clinton, Nelson Mandela, Goh Cok Tong, Sultan Hassanal Bolkiah, Mahattir

Mohammad dan ke 13 Negara lainnya.

Batik masing masing pemimpin di design sesuai ciri khas negara masing masing

gambarnya, mencerminkan semboyan dan motto masing masing negara namun tak

meninggalkan kesan aslinya Indonesia dan dibuatnya Batik tulis, keuletan Iwan Tirta patut

diacungi jempol, dan seluruh anggota APEC itu kagum dan bangga mengenakannya.

Belum lama ini Istri Duta Besar Indonesia untuk Amerika, Rosa Rai Djalal, membuka

pameran batik bertajuk Indonesian Batik: World Heritage di KBRI Washington. Acara itu

dihadiri puluhan tamu undangan, termasuk warga Amerika yang ingin mengenal batik lebih jauh.

Pameran tersebut menampilkan sekitar 60 kain batik dari berbagai daerah di Indonesia, seperti

Solo, Cirebon, Pontianak, dan lain-lain.

Page 19: Batik Sebagai Salah Satu Budaya Dan Identitas Indonesia Di Dunia Internasional

Menurut Claire Wolfowitz, isteri mantan Dubes Amerika untuk Indonesia, Paul

Wolfowitz, turut menghadiri acara peluncuran pameran itu. Ia menyebut batik sebagai seni yang

indah, apalagi proses pembuatannya juga tidak mudah, sehingga harus lebih dihargai den

mendapat apresiasi. Apalagi dibutuhkan banyak waktu dan keahlian khusus untuk membuatnya.

Batik adalah karya seni, bukan hanya tekstil.

H.1. Menduniakan Batik Indonesia Melalui World Batik Summit 2011

Batik adalah karya budaya yang mewakili identitas Indonesia di mata dunia. Dalam

selembar kain batik terpapar identitas budaya dan sejarah sebuah daerah atau kota, seperti Batik

Pekalongan, Batik Solo, Batik Cirebon, Batik Jogja, Batik Kudus. UNESCO telah menetapkan

Batik Indonesia sebagai salah satu Warisan Budaya Indonesia yang menjadi warisan dunia pada

tanggal 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

World Batik Summit 2011 dengan Tema ”Indonesia: Global Home Of Batik”, 28

September s.d. 2 Oktober 2011 yang diselenggarakan di Jakarta Covention Center, merupakan

salah satu usaha untuk melindungi, melestarikan, mengembangkan serta mempromosikan batik

Indonesia di dunia Internasional. Batik Indonesia secara Internasional kelak menjadi aset bangsa

yang mampu menopang sektor perekonomian, perdagangan, perindustrian maupun pariwisata

Indonesia.

World Batik Summit 2011 merupakan momentum strategis bagi Indonesia untuk lebih

meningkatkan kreativitas, kualitas, dan citra produk batik Indonesia menjadi semakin terkenal

dan dapat diterima masyarakan dunia, sebagai salah satu unggulan Kelompok Usaha Kecil

Menengah (KUKM) dan juga merupakan sarana untuk memantapkan eksistensi batik sebagai

salah satu warisan budaya Indonesia di kalangan masyarakat global.

World Batik Summit 2011 merupakan salah satu pilar penyangga perekonomian Indonesia

dan merupakan kebanggaan tersendiri masyarakat Indonesia. Dalam pameran ini bukan hanya

mempromosikan mutakhir hasil karya masyarakat Indonesia, namun juga menjadi ajang edukasi

bagi generasi muda dalam menambah wawasan tentang produk batik baik dari segi design, jenis,

bahan, dan juga dapat memberikan inspirasi.

Batik Indonesia mempunyai nilai filosofis dan estetika yang tinggi serta telah diakui oleh

dunia Internasional. Oleh sebab itu World Batik Summit 2011 diharapkan dapat mendongkrak

image serta lebih mempopulerkan Batik Nusantara di mata dunia Internasional.