24
Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil Windy Lusia , R.Oloan R.A. Manik , Nofri Randa , Alfebri Septian Latar Belakang Bahasa adalah salah satu bentuk perwujudan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Manusia di samping sebagai makhluk individu, juga berperan sebagai makhluk sosial yang senantiasa melakukan kegiatan dengan manusia yang lain di sepanjang hidupnya sehingga manusia membutuhkan alat untuk saling berinteraksi yang akan menghubungkan manusia satu sama lain, yaitu bahasa. Pemakaian bahasa berkaitan dengan praktek pengetahuan bahasa.Semakin luas pemakaian bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi semakin meningkat ketrampilan dalam memberikan makna suatu kata atau kalimat. Berbahasa merupakan aktivitas sosial,seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial selalu memenuhi keinginannya dengan menggunakan bahasa,karena bahasa sebagai media yang sangat ampuh dan mudah untuk

Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahasa

Citation preview

Page 1: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil

Windy Lusia , R.Oloan R.A. Manik , Nofri Randa , Alfebri Septian

Latar Belakang

Bahasa adalah salah satu bentuk perwujudan peradaban dan kebudayaan

manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang

arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Manusia di samping sebagai makhluk

individu, juga berperan sebagai makhluk sosial yang senantiasa melakukan

kegiatan dengan manusia yang lain di sepanjang hidupnya sehingga manusia

membutuhkan alat untuk saling berinteraksi yang akan menghubungkan manusia

satu sama lain, yaitu bahasa.

Pemakaian bahasa berkaitan dengan praktek pengetahuan bahasa.Semakin

luas pemakaian bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi semakin meningkat

ketrampilan dalam memberikan makna suatu kata atau kalimat. Berbahasa

merupakan aktivitas sosial,seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain.

Manusia sebagai makhluk individu dan sosial selalu memenuhi keinginannya

dengan menggunakan bahasa,karena bahasa sebagai media yang sangat ampuh

dan mudah untuk berkomunikasi dan bekerja sama dalam memenuhi

keinginannya.

Chaer (2004: 3) mengatakan bahwa bahasa dalam fungsinya sehingga alat

komunikasi mengenal tiga komponen dalam proses komunikasi, yaitu pihak yang

berkomunikasi dan informasi yang diberikan, dan alat yang digunakan dalam

berkomunikasi. Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa pemakaian bahasa

tidak lepas dari faktor linguistik maupun nonliguistik. Artinya, bahwa pemakaian

bahasa selalu terkait dengan konteks dan situasi yang melingkupinya. Demikian

halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia dalam slogan-slogan iklan yang

ditayangkan di televisi, tidak terlepas dari fungsi dan tujuan bahasa itu digunakan

dalam proses komunikasi. Jadi, setiap ujaran yang dilontarkan pasti mengandung

kekuatan ujar, yaitu untuk apa ujaran itu harus diujarkan.

Page 2: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

Bahasa dan kalimat yang diciptakan pada iklan sangat erat kaitannya

dengan kajian pragmatik yang menekankan pada aspek konteks kalimat dengan

suasana atau kondisi pembicaraan. Sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji

penggunaan bahasa yang berinteraksi dengan tata bahasa yang terdiri dari

fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah

‘menggiring orang pada gagasan’. Adapun pengertian iklan secara komprehensif

adalah “semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide,

barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu.

Periklanan merupakan warna tersendiri dalam media massa dalam proses

komunikasi, sebagai wujud komunikasi yang melibatkan pemasang iklan,

konsumen, dan media itu sendiri. Dalam hubungannya dengan manusia dikenal

dua media komunikasi, yaitu:

1. Media komunikasi auditif, yaitu komunikasi yang mempergunakan

inderapendengar.

2. Media komunikasi visual, yaitu komunikasi yang mempergunakan indera

penglihatan.

Pariwara atau iklan sebagai salah satu bentuk penawaran barang atau jasa,

disadari atau tidak turut menentukan keberhasilan penjualan suatu barang atau

produk sehingga pemilihan bahasanya perlu diperhatikan. Bahasa iklan harus

memiliki kekhasan dan harus mampu meninggalkan kesan pada penyimaknya.

Hal itu sangat erat hubungannya dengan tujuan iklan, yaitu sebagai sarana upaya

menawarkan barang atau jasa kepada khalayak. Salah satu bentuk pariwara atau

iklan adalah iklan-iklan televisi, yaitu iklan yang disampaikan melalui media

elektronik televisi. Televisi banyak menyiarkan bermacam-macam iklan untuk

menawarkan barang atau jasa kepada penyimak atau khalayak dengan disertai

pemilihan bahasa yang menarik serta atraktif sehingga menimbulkan ketertarikan

para penyimak untuk mendapatkan barang atau jasa yang ditawarkan tersebut.

Salah satu acara yang sering ditayangkan televisi adalah iklan.

Penyajian iklan-iklan televisi tidak lepas dari pemakaian bahasa untuk

menyampaikan pesan-pesan tertentu. Bahasa yang digunakan dalam iklan-iklan

Page 3: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

tersebut adalah bahasa yang menarik dan informativ sehingga dapat menimbulkan

efek kepada penyimaknya. Pengiklan (O1) menggunakan kebahasaan untuk

berkomunikasi dengan pendengar atau penerima, yaitu dengan menggunakan

sarana bahasa tulis karena komunikasi antara pengiklan dan penerima adalah

komunikasi tertulis (tidak bersemuka) yang menggunakan media elektronik, yakni

televisi. Selain itu, pengiklan juga harus menyadari akan keterbatasan ruang dan

waktu media yang digunakan, yaitu media televisi sehingga mau tidak mau harus

mengikuti aturan jurnalistik. Aturan ragam bahasa jurnalistik, yaitu menggunakan

ragam bahasa yang singkat, padat, jelas, sederhana, dan menarik

Di dalam suatu iklan terdapat istilah slogan. slogan adalah kelompok kata

yang menjanjikan suatu hadiah atau imbalan dengan cara yang dramatis, yaitu

mudah dibaca, mudah diucapkan, dan mudah diingat. Slogan yaitu rangkaian kata

yang biasanya singkat, padat ,penuh arti, mudah diingat, mengandung arti yang

dalam ,serta mampu mengetengahkan khasiat/kegunaan unik dari produk. Salah

satu yang menarik dari iklan. slogan merupakan bagian dari penulisan iklan dan

dianggap atau dimasukkan dalam bagian penulisan. Slogan harus dipahami bahwa

mereka memiliki nilai (fungsi) sebagai identitas produk. Hal ini adalah benar

bahwa slogan yang telah dipakai oleh perusahaan-perusahaan selama bertahun-

tahun dan dianggap memiliki bobot iklan (maksud) di dalamnya. Slogan sangat

efektif sebagai sarana iklan, sedangkan konsumen adalah prospek atau sasaran

yang paling baik. Penggunaan kalimat dalam slogan iklan yang ditulis oleh

pengiklan haruslah menarik serta atraktif.

Penggunaan slogan berperan sangat penting dalam menentukan berhasil

tidaknya suatu produk yang diiklankan.. Dengan menggunakan kalimat yang

menarik dan atraktif tersebut, maka iklan yang disampaikan pengiklan dapat

mempengaruhi atau menarik minat para penyimak untuk melakukan suatu

kehendak sesuai dengan yang diinginkan oleh pengiklan.

Salah satu yang menarik dari iklan adalah ujaran-ujaran slogan bahasa

yang dipakai dalam iklan tersebut yang mencerminkan pikiran dan gagasan dari

pengiklan dalam menawarkan suatu barang atau jasa kepada khalayak. Di dalam

iklan tersebut terdapat istilah slogan. Di dalam iklan ini, peneliti sangat tertarik

Page 4: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

untuk meneliti slogan-slogan yang terdapat pada iklan di televisi karena

bahasanya yang beraneka ragam dan mempengaruhi untuk membelisuatu produk

tersebut. Peneliti meneliti slogan-slogan iklan di televisi dengan tinjauan

pragmatik untuk mengetahui bagaimanakah pengungkapan atau pemakaian bahasa

Indonesia dalam slogan-slogan iklan, tindak tutur yang digunakan penutur untuk

menyampaikan maksud serta mengetahui bagaimanakah tujuan yang terkandung

tindak tutur di balik ujaran slogan-slogan iklan di televisi.

Iklan media elektronik berupa iklan televisi yang menjadi objek penelitian

ini adalah sebagian dari sekian banyak iklan yang memanfaatkan bahasa sebagai

sarana komunikasinya. Dalam suatu iklan elektronik ini dimunculkan suatu

bentuk spesifikasi yang harus menampilkan gambar, bahasa, warna, bentuk

tulisan, dan sebagainya.Di dalam periklanan, bahasa iklan merupakan hal yang

sangat menarik untuk disimak dan diteliti karena mempengaruhi kehidupan

ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat. Analisis terhadap bahasa iklan tidak

dapat dipisahkan dari konteksnya karena bahasa iklan merupakan bahasa dalam

pemakaian yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa. Di dalam penelitian

ini, bahasa dianalisis dengan tinjauan pragmatik dengan tujuan mengetahui

makna tuturan tanpa meninggalkan konteks.

Dari pengertian iklan tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan dibuat

dengan tujuan untuk menarik perhatian dan mendorong atau membujuk pembaca

iklan agar memiliki atau memenuhi permintaan pemasang iklan. Agar konsumen

berjalan dengan lancar, produsen haru memahami segala kondisi yang terjadi

dalam masyarakat. Untuk memahami kondisi tersebut produsen harus

mengadakan survei mengenai karakteristik konsumennya seperti pengalaman

memakai produk, tingkat kebutuhan, latar belakang sosial ekonomi,

kecenderungan hobi, keterkaitan, selera khusus, dan sebagainya (Kasali, 1992:

183).

Iklan bersifat informatif. Komunikasi yang terjadi adalah pemberitahuan

adanya produk atau jasa kepada masyarakat. Pemberitahuan ini harus sampai pada

sasarannya, yaitu konsumen agar tujuan yang ingin dicapai produsen dapat

terlaksana. Hal ini diperlukan strategi tertentu dalam bidang periklanan.

Page 5: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

Adapun iklan haarus memenuhi syarat iklan yaitu sebagai berikut, dari segi

bahasa iklan, iklan harus Menggunakan pilihan kata yang tepat, menarik, sopan,

dan logis, ungkapkan atau majas yang digunakan untuk memikat dan sugestif,

Disusun secara singkat dan menonjolkan bagian-bagian yang dipentingkan.

Sedangkan dari segi isi iklan, sebuah iklan harus objektif dan jujur singkat dan

jelas,tidak menyinggung golongan tertentu atau produsen lain ,menarik perhatian

banyak orang.

Tetapi terkadang dalam pelaksanaan pembuatan iklan, sebuah iklan tidak

hanya harus memenuhi syarat-syarat tersebut, tetapi harus juga memiliki nilai

komersial. Maksud nilai komersial disini adalah nilai jual iklan yang tinggi yang

membuat para konsumen tertarik dan akan membeli produk yang diiklankan.

Semakin bagus pencitraan yang ada pada iklan produk tersebut, maka

semakin tinggi juga nilai komersialnya ke publik. Akan tetapi nilai komersial

seperti apa yang diinginkan konsumen, dan bagaimana iklan atau bahasa promotif

tersebut dikatakan sangat komersial.

Pembahasan

Iklan merupakan kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran

yang membantu menjual barang, memberikan keyakinan serta gagasan-

gagasan atau ide-ide melalui saluran-saluran tertentu dalam membentuk

informasi yang persuasif. Dengan kata lain iklan merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk mempengaruhi konsumen agar membeli atau memakai

produknya. Oleh karena itu, bahasa iklan harus persuasif sehingga menarik minat

konsumen. Kata-kata yang digunakan dibuat semenarik mungkin dan bersifat

promotif dan bersifat komersil (menjual). Untuk itu iklan menggunakan gaya

bahasa yang sesuai. Sehingga iklan tersebut menjadi menarik.

Pemilihan kata-katanya dikaitkan dengan faktor-faktor sosial masyarakat,

merupakan salah satu ciri berkomunikasi dalam iklan. Hal itu sesuai dengan

tujuan pengiklan sehingga bahasa yang dirumuskan terkesan ramah dan mudah

diingat.

Page 6: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

Persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata

secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah

wacana keseluruhan. Gaya bahasa (style) dibatasi sebagai cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan

kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Jiwa dan kepribadian yang

dimaksud adalah bagaimana seorang penulis menggambarkan seorang

tokoh dengan bahasa yang khas dan gaya

penulisannya.

Kecenderungan iklan zaman sekarang, baik di televise maupun di pinggir

jalan besar, adalah penggunaan bentuk bahasa yang minim dengan gambar-

gambar yang sensasional. Bahkan kadangkala tidak kelihatan jelas hubungan

antara bentuk bahasa yang digunakan dengan maknanya. Sementara, dalam

praktik berbahasa ada kecenderungan bahwa yang bentuknya panjang itu

cenderung memiliki kejelasan yang tinggi, sedangkan bentuk bahasa yang pendek

memiliki kadar transparasi yang cenderung rendah.

Dalam banyak hal, praktik kebahasaan secara loyal mengikuti prinsip

kehematan dan kelejasan (transparasi). Prinsip kehematan menunjukan, bahwa

dalam praktik bertutur kata dan penyampaian pesan tulis, orang harus

menggunakan wujud bahasa sehemat-hematnya. Dengan setia pada prinsip

kehematan pula, orang lalu berlomba-lomba menyampaikan pesannya secara mini

bahasa dan sedikit kata-kata. Tetapi, dengan model mini bahasa dan kata-kata

yang seperlunya, identitas pesan tetap kentara dan dapat tersampaikan dengan

sempurna. Bahkan, dalam banyak hal, ketajaman menghujam. Ambillah contoh

karikatur disejumlah surat kabar dan majalah; mereka memiliki efek tajam, jauh

melebihi wujud bahasa sesungguhnya.

Hal serupa juga merambah dunia niaga. Banyak sekali iklan masyarakat

dan pesan komersial yang kekuatanya bukan pada wujud bahasa, melainkan

ornament – ornamen yang melingkupinya. Bahasa justru dipakai seperlunya saja,

dengan pilihan kata-kata yang serba sedikit dan tidak perlu berbunga-bunga.

Tetapi, perhatikan sefek pesan dari pemakaian bahasa promotif yang demikian itu,

sungguh hebat dan tidak disangka-sangka. Misalnya saja iklan rokok, alat

Page 7: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

kosmetik, tata busana, dan tata boga, dan masih banyak lagi masalah sederhana

yang menjadi besar sensasional, justru karena keminiman bahsa yang digunakan

dan kehematan kata yang diterapkan.

Beberapa contoh diatas menegaskan bahwa dalam batas tertentu,

keekonomisan di dalam berbahsa, justru dituntut untuk menjamin efektivitas

penyampaian pesan. Dalam pendidikan, misalnya saja sesekali prinsip

keekonomisan juga diterapkan. Ketika seorang mahasiswa sedang diuji lisan oleh

dosennya, dia harus hemat dan cermat dalam menjawab dan mengeluarkan kata-

kata. Pasalnya, semakin panjang wujud bahasa yang dipakai, semakin banyak

kata-kata yang dilontarkan, semakin banyak pula kemungkinan lubang yang dapat

mematikannya.

Tetapi tidak berarti bahwa di dalam setiap praktik berbahasa, demikian

pun dengan bahasa Indonesia dan dialek kedaerahan yang menjadi bawahannya,

orang harus selalu hemat dan super hati-hati dalam mendayagunakan kata-kata.

Sebagai imbangan prinsip kehematan seperti disampaikan didepan tadi, praktik

berbahasa juga setia mengikuti prinsip kelejasan , yang menegaskan, bahwa

semakin lejas (transparan) bahasa yang digunakan, semakin efektif sosok bahasa

itu digunakan untuk menyampaikan pesan. Kelejasan biasanya juga berelasi

semakin panjang wujud-wujud bahasa yang digunakan, semakin lejas pula pesan

yang hendak disampaikan itu.

Ambilah contoh proses pendefinisain kata-kata asing dan penyerapan

istilah-istilah asing ke bahasa Indonesia. Idealnya, serapan asing itu memang

disampaikan secara lejas dengan menggunakan kata-kata Indonesia. Tetapi,

karena yang lejas dengan mengggukan kata-kata Indonesia. Tetapi, karena yang

lejas sering menjadi tidak ekonomis, bentuk-bentuk itu tidak disukai oleh

masyarakat pemakainya. Bahkan, masyarakat pengguna bahasa para pakar

penciptanya. Dengan fakta kebahasaan yang demikian itu, nilai

kebermanfaatannya bagi masyarakat juga pasti menjadi rendah.

Banyak contoh serapan semacam ini di dalam lingkup ilmu kodokteran,

ekonomi, teknik, dan bidang ilmu lainnya. Alih-alih bentuk ‘suku banyak’ orang

memilih bentuk ‘polinom;. Jika keduanya dibandingkan, bentuk ‘polinom’ lebih

Page 8: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

hemat dan relative lebih mudah dihafal karena dekat dengan bentuk asingnya.

Demikian pun bentuk ‘akuisisi’ cenderung dipandang lebih ekonomis dan hemat

dari pada ‘pemerolehan’. Pasalnya, bentuk ‘akuisisi’ lebih dekat sekali dengan

aslinya, acquisition. Coba perhatikan pula kenapa bentuk serapan’monitoring,

koding, apparatus,adipose, asefalus’ sekarang mulai banyak dipilih alih-alih

bentuk imbangannya ‘pemonitoran, penyandian, alat-alat, lemat, tanpa kepala’.

Lalu, simpulan dari penjelasan diatas adalah baik prinsip kehematan

maupun kelejasan, hendaknya digunakan secara tepat dan penuh pertimbangan

dalam setiap praktik kebahasaan. Preferensi yang berlebih terhadap salah satu

kutub diantara kedua pilihan itu justru membuat wujud bahasa yang digunakan

menjadi tidak efektif, bahkan bisa menjadi sangat merepotkan.

Selain faktor panjang atau pendeknya bahasa promosi atau keefektivan

dari bahasa promotif tersebut, terdapat juga factor lain yang membuat bahasa

promotif tersebut memiliki nilai komersil yang lebih tinggi, yaitu adalah dialek

atau logat dalam pengucapan bahasa promotif tersebut. Semakin unik logat atau

dialeg dari bahasa promotif tersebut maka semakin tinggi juga pencitraan iklan

produk tersebut. Dan semakin banyak pula konsumen yang berminat membeli

produk yang ditawarkan.

Bahkan terkadang, berdasarkan fenomena yang terjadi dewasa ini, slogan

beserta dialek pengucapannya menjadi trend dikalang konsumen khususnya anak

muda. Lihat saja iklan mie instan yang sedang boming dewasa ini. Iklan ini

menceritakan mengenai seorang anak yang sangat saying pada ayam-ayam

peliharaannya, suatu hari ketika pulang sekolah, si anak terkejut karna ayam-

ayamnya telah hilang, dan ia bertanya kepada nenek nya “Nek, ayam ku mana”,

dengan logat yang sangat khas dan si nenek berkata “Sudah makan dulu sana ada

mie ayam special tu..” dengan logat khas juga. Penggalan diaolog dalam iklan

tersebut memang sederhana, tetepi mampu menghipnotis para konsumen, dan

telah membangun citra yang bagus dan kuat terhadap produknya.

Atau contoh kedua, iklan operator telepon selular, menceritakan tentang

pertengkaran sepasang kekasih karna masalah pulsa, iklan ini juga memiliki

pencitraan yang sangat kuat, yaitu dari diaolog singkat sang pria dan kekasihnya,

Page 9: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

sang kekasih berkata “ Apa susahnya ngomong, telpon gag pernah, sms gag

pernah” dan si pria menjawab “Aku tak punya pulsa!!’’.

Gambar 1 cuplikan iklan kartu as

Selain itu pencitraan sebuah bahasan promotif juga dapat dilihat dari

bintang iklannya atau tokoh pemain dalam iklan tersebut. Misalnya saja sosok

Afika, yang tiba-tiba terkenal karna membintangi sebuah iklan produk makanan,

sosoknya yang imut dan polos membuat banyak konsumen penikmat iklan

menyukainya, dan penggalan dialog yang di katakannya “Ha,,,, Jaaaruukk??”

yang ngetrend saat ini.

Page 10: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

Gambar 2 Afika di iklan Oreo Orange

Iklan yang bersifat komersial ditandai dengan adanya syarat imajinasi

dalam proses pencitraan dan pembentukan nilai-nilai estetika untuk memperkuat

citra terhadap obyek iklan. Telah terbentuk suatu image, semakin tinggi

estetika dan citra obyek maka semakin komersial obyek tersebut. Iklan

televisi memiliki sasaran atau segmen yang beraneka ragam misalnya anak-

anak, remaja, orang tua, pria dan wanita. Berdasarkan pesan, iklan televisi

dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu yang menawarkan pesan

citra kelas dan yang mengutamakan pesan kualitas, pesan ilmiah serta pesan

manfaat. Sekarang banyak iklan televisi yang menampilkan pesan simbolik.

Iklan jenis ini menggunakan bahasa dan simbol-simbol tertentu dan

menggunakan makna-makna tertentu yang hanya dapat dipahami oleh

kalangan tertentu. Seperti iklan TV yang menggambarkan seekor monyet

tertipu oleh gambar pisang dalam TV layar datar, si monyet mengira pisang

sungguhan, ternyata hanya gambar belaka

Page 11: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

Gambar 3. Iklan TV seekor monyet tertipu oleh ketajaman gambar di TV

Pencitraan merupakan hal yang penting dalam iklan televisi sehingga

para pembuat iklan berusaha agar pencitraan ditangkap sesuai dengan yang

dimaksud. Pencitraan dalam iklan televisi meliputi: citra perempuan, citra

maskulin, citra kemewahan dan eksklusif, citra kelas sosial, citra kenikmatan,

citra manfaat, citra persahabatan dan citra seksisme. Tugas utama iklan

sebenarnya untuk mengubah produk menjadi sebuah citra.

Iklan bersifat nyata sekaligus juga semu, menawarkan sekaligus

memanipulasi, real sekaligus hiperreal, simbolis sekaligus superficial. Iklan

posmodern tidak lagi peduli dengan peran pemberi informasi tentang nilai dan

kualitas produk yang ditawarkannya.

Iklan masa kini lebih tertarik dengan teknik-teknik manipulasi

pelbagai hasrat dan citarasa konsumer melalui permainan citra dan citra

inilah sebetulnya yang dijual bukan produknya.

Untuk mencapai pencitraan yang menarik dari suatu produk dalam

iklan televisi, para pengiklan sering menggunakan parodi atau pastiche dalam

mengiklankan produk-produk mereka. Parodi atau sindiran sering digunakan

untuk mencitrakan tentang keunggulan produk yang diiklankan atau

menyudutkan produk pesaingnya, sedangkan parodi yang tidak berkait

dengan sindiran sering disebut sebagai pastiche atau parodi kosong. Untuk

Page 12: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

menampilkan parodi atau pastiche dalam iklan diperlukan obyek rujukan berupa

tokoh yang pernah terkenal, gaya/kostum, sikap, perilaku dari seseorang/tokoh

atau masyarakat tertentu yang telah dikenal masyarakat sejak masa yang

lampau hingga zaman kini.

Tokoh-tokoh yang sering ditampilkan meliputi tokoh musik, tokoh

kartun/fiksi/film, tokoh tradisi, masyarakat primitif, cerita tradisi, tokoh olah

raga beladiri dan sebagainya. Tokoh-tokoh maupun ceritera tidak ditampilkan

apa adanya tetapi diolah dan disesuaikan dengan konteks baru sehingga tokoh

maupun ceritera tersebut sudah tidak sesuai dengan konteks rujukannya.

Banyak iklan yang menampilkan realitas masa kini dicampuradukkan

dengan reali-tas masa lampau, Tokoh yang hidup atau populer di era 60-an atau

bahkan sebelumnya bisa dimunculkan dalam visualisasi iklan dengan setting masa

kini.Sebuah teks hanya bisa eksis apabila di dalamnya beberapa ungkapan

yang berasal dari teks-teks lain, silang menyilang dan saling menetralisir satu

sama lain.

Tokoh-tokoh yang diparodi kebanyakan merupakan tokoh super hero yang

memiliki kelebihan, ataupun super bintang yang sudah banyak dikenal

olehaudien. Salah satu tokoh super hero dalam film Hollywood yaitu Rambo juga

tidak luput dari permainan para perancang iklan. Sebuah ik-lan obat

nyamuk bakar produk local menampilkan parodi tokoh Rambo untuk

menunjukkan kekuatan/daya tahan produk, maupun warna-warninya produk

sehingga menarik. Kekuatan tokoh Rambo yang tidak pernah kalah dalam

film-filmnya dipakai untuk menandai kekuatan/ ketahanan obat nyamuk bakar.

Bunyi Rambo diasosiasikan dengan bunyi Mambo yaitu nama es blok yang

warna-warni untuk menandai keunikan warna obat nyamuk bakar yang

umumnya berwarna hijau. Selain kedua penanda tersebut masih ada satu lagi

kemiripan bunyi Rambo yang diple-setkan dengan bunyi dialek bahasa Madura

boo aboo. Dengan demikian dalam iklan obat nyamuk ini terjadi dialog

budaya atau intertektualitas dari berbagai unsur budaya. Yang lucu justru

tokoh Rambo ini tidak diperankan oleh aktor yang bertubuh kekar tetapi

malah diperankan oleh seorang pelawak yang biasa memerankan tokoh

Page 13: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

perempuan yaitu Tessy Srimulat. Parodi dalam iklan itu lebih dekat kepada

rasa humor daripada sindirannya.

Simpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, terdapat beberapa fpoint yang

harus dilihat dari pembuatan sebuah iklan dengan unsure komersil. Yang pertama

adalah harus memenuhi syarat pembuatan bahasa iklan, yaitu menggunakan

bahasa yang menarik, sopan, dan logis , disusun secara singkat dan menonjolkan

bagian-bagian yang dipentingka, iklan harus objektif dan jujur singkat dan

jelas,tidak menyinggung golongan tertentu atau produsen lain ,menarik perhatian

banyak orang.

Point kedua yang harus diperhatikan adalah bahasa promotif atau bahasa

iklan harus menggunakan prinsip kehematan maupun kelejasan, hendaknya

digunakan secara tepat dan penuh pertimbangan dalam setiap praktik kebahasaan.

Preferensi yang berlebih terhadap salah satu kutub diantara kedua pilihan itu

justru membuat wujud bahasa yang digunakan menjadi tidak efektif, bahkan bisa

menjadi sangat merepotkan.

Point yang ke tiga, logat atau dialek pengucapan slogan atau bahasa

promotif dari bintang iklannya dapat menambahkan pencitraan nilai komersial.

Selain itu juga terdapat factor tokoh Selain itu pencitraan sebuah bahasan

promotif juga dapat dilihat dari bintang iklannya atau tokoh pemain dalam iklan

tersebut.

Dari berbagai contoh iklan televisi tersebut di atas maka kita dapat

simpulkan bahwa kecenderungan gaya iklan televisi sekarang sudah tidak

mengangkat realitas yang ada di dalam masayarakat, tetapi cenderung ke

dalam situasi realitas semu. Topik atau ceritera yang diangkat dari iklan

televisi sudah tidak lagi merujuk pada realitas, tetapi lebih suka mengam-bil

referensi yang berasal dari dunia lain yaitu dunia fiksi. Para pembuat iklan

tidak hanya mengambil atau meminjam unsur budaya fiksi saja tetapi telah

menggabungkan dengan unsur budaya lainnya sehingga terjadi dialog budaya

atau sering disebut dengan istilah intertekstualitas. Gejala semacam itu

Page 14: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

merupakan ciri-ciri budaya posmodern di mana dalam men-ciptakan produk

budaya seperti iklan televisi dapat dilakukan dengan cara mengimitasi unsur

budaya lain dengan tujuan menyindir (parodi) ataupun sekedar humor saja

(pastiche).

Tapi terlepas dari semua itu nilai komersil dari suatu iklan atau bahasa

promotif tersebut berada ditangan konsumen penikmat iklan. Bukan masalah

kecanggihan dalam pembuatan iklan atau efek iklan yang ditanyangkan. Tetapi

dari sesuatu hal yang hanya konsumen penikmat iklan yang bias menilainya.

Daftar Pustaka

Kunjana,R.2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan Aneka Masakah Bahasa

Indonesia Terkini. Jogjakarta:Erlangga

Hariyanto,”Fenomena Parodi dalam Iklam Televisi Indonesia’’ Bahasa dan Seni Tahun 32, Nomor 1.Jakarta:Intan Pariwara , 16 Februari 2004:112-126

Shimp, Terrence A. 2004. “Periklanan & Promosi – Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu”. Penerbit Erlangga : Jakarta

Rahardi,”FenomenaIklan”,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18226/5/Chapter%20I.pdf(diakses tanggal 2 Februari 2012)

Anomim, ‘’Bahasa Iklan”,http://rubrikbahasa.wordpress.com/2011/09/07/bahasa-iklan/(diakses tanggal 2 Februari 2012)

Page 15: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersial

Makalah Bahasa Indonesia(TMS1208)

OLEH :

Kelompok 5

Windy Lusia (1107111954)R.Oloan R.A. Manik (1107114333)Nofri Randa (1107114344)Alfebri Septian (1107136577)

PROGRAM SARJANA TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

Page 16: Bahasa Promotif Sebagai Unsur Komersil.docx

2011