21
BAB V KESIMPULAN Kota Surakarta mempunyai sejarah yang panjang di bidang olahraga pada tingkat Nasional. Klub sepak bola Surakarta sempat berjaya pada masa Kolonial Hindia Belanda. Klub VVB (Setelah era kemerdekaan berubah menjadi Persis Solo) pernah menjadi juara berubtun di kompetisi antar klub di Jawa dari tahun 1930-1934. Pada perkembangan selanjutnya klub VVB berubah nama menjadi Persis pada masa kemerdekaan. Prestasi Persis Solo kemudian menurun setelah Indonesia merdeka. Hal tersebut seakan tidak berguna setelah prestasi Persis yang mulai mengalami penurunan pada dekade 1960 dan dekade 1970. Antusiasme masyarakat kota Surakarta juga mengalami penurunan terhadap olahraga sepak bola karena minimnya prestasi klub Persis Solo. Pemerintah kemudian membuat keputusan dengan mengabulkan keinginan Arseto yang ingin pindah dari Jakarta ke kota Surakarta pada tahun 1983. Arseto merupakan klub yang didirikan oleh Sigit Harjojudanto pada tahun 1976 dan bermain di Liga Galatama.Arseto kemudian menambah nama klub menjadi Arseto Solo. Pada awal kepindahan Arseto ke Surakarta dari tahun 1983-1989 Arseto berhasil menjuarai sejumlah kompetisi seperti Piala Galatama dan Liga Galatama tahun 1987. Pada awal dekade 1990, Arseto Solo mencapai puncak keberhasilan dalam hal prestasi. Menjuarai Liga Galatama pada tahun 1992 kemudian menjadi juara sepak bola antar klub di ASEAN dan bisa masuk 7 besar di Liga Champions Asia di tahun 1992. Hal tersebut merupakan salah satu prestasi terbesar yang diraih

BAB V KESIMPULAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Papua memiliki sebuah simbol perwujudan tanah Papua yaitu klub Persipura Jayapura. Kota Surakarta juga pernah diwakili sebuah klub besar

  • Upload
    vannhan

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB V

KESIMPULAN

Kota Surakarta mempunyai sejarah yang panjang di bidang olahraga pada

tingkat Nasional. Klub sepak bola Surakarta sempat berjaya pada masa Kolonial

Hindia Belanda. Klub VVB (Setelah era kemerdekaan berubah menjadi Persis

Solo) pernah menjadi juara berubtun di kompetisi antar klub di Jawa dari tahun

1930-1934. Pada perkembangan selanjutnya klub VVB berubah nama menjadi

Persis pada masa kemerdekaan. Prestasi Persis Solo kemudian menurun setelah

Indonesia merdeka. Hal tersebut seakan tidak berguna setelah prestasi Persis yang

mulai mengalami penurunan pada dekade 1960 dan dekade 1970. Antusiasme

masyarakat kota Surakarta juga mengalami penurunan terhadap olahraga sepak

bola karena minimnya prestasi klub Persis Solo. Pemerintah kemudian membuat

keputusan dengan mengabulkan keinginan Arseto yang ingin pindah dari Jakarta

ke kota Surakarta pada tahun 1983. Arseto merupakan klub yang didirikan oleh

Sigit Harjojudanto pada tahun 1976 dan bermain di Liga Galatama.Arseto

kemudian menambah nama klub menjadi Arseto Solo. Pada awal kepindahan

Arseto ke Surakarta dari tahun 1983-1989 Arseto berhasil menjuarai sejumlah

kompetisi seperti Piala Galatama dan Liga Galatama tahun 1987.

Pada awal dekade 1990, Arseto Solo mencapai puncak keberhasilan dalam

hal prestasi. Menjuarai Liga Galatama pada tahun 1992 kemudian menjadi juara

sepak bola antar klub di ASEAN dan bisa masuk 7 besar di Liga Champions Asia

di tahun 1992. Hal tersebut merupakan salah satu prestasi terbesar yang diraih

oleh klub asal Indonesia. Antusiasme masyarakat kota Surakarta terhadap sepak

bola mulai mengalami peningkatan karena prestasi klub Arseto Solo. Setelah

terjadi kerusuhan Mei 1998, klub Arseto yang merupakan milik dari anak

Presiden Soeharto dinyatakan bubar setelah Soeharto lengser. Setelah Arseto

bubar, kota Surakarta hanya mempunyai kub asli yaitu Persis Solo yang

berkompetisi di Divisi II Nasional. Kota Surakarta yang mempunyai basis

pendukung sepak bola yang fanatik dan infrastruktur yang memadai kemudian

diminati beberapa klub level atas Liga Indonesia untuk pindah ke kota Surakarta.

Salah satunya adalah klub Pelita Jaya milik keluarga Bakrie.

Pelita Jaya kemudian resmi pindah ke kota Surakarta mulai tahun 2000.

Klub kaya milik keluarga Bakrie tersebut merupakan salah satu klub sepak bola

yang berkompetisi di Liga Galatama sebelum digabung bersama kompetisi

Perserikatan menjadi Liga Indonesia. Dalam hal prestasi, klub Pelita Jaya pernah

menjuarai Liga Galatama dan kompetisi antar klub ASEAN. Karena dukungan

finansial yang tercukupi, Pelita Jaya mampu bersaing di level atas di Liga

Indonesia. Setelah berpindah ke kota Surakarta, Pelita Jaya mengubah namanya

menjadi Pelita Solo. Kepindahan Pelita Jaya ke Surakarta juga menjadi salah satu

penyebab masyarakat pecinta sepak bola di Surakarta mendirikan sebuah

perkumpulan supporter untuk mendukung klub sebesar Pelita Solo yang

dinamakan Pasoepati. Pada tahun pertama, Pelita mampu membuat stadion

Manahan selalu dipadati penoton saat Pelita bermain di Suarakarta. Antusiasme

yang besar dari masyarakat kota Surakarta dibalas dengan prestasi Pelita Solo

yang mampu berada di babak 8 besar Liga Indonesia pada tahun 2000.

Pelita Jaya kemudian pindah dari kota Surakarta pada tahun 2002 setelah

prestasinya menurun. Setelah Pelita Solo pindah, kota Surakarta tetap menjadi

pilihan utama bagi klub-klub yang ingin pindah tempat bermain dikarenakan

berbagai faktor. Salah satu klub yang berminat adalah Persijatim asal Jakarta

Timur. Klub ini kalah bersaing dengan Persija yang sudah lebih dahulu berada di

Provinsi DKI Jakarta. Persijatim resmi berpindah ke kota Surakarta pada tahun

2002 dan mengubah namanya menjadi Persijatim Solo FC. Perkembangan klub

Persijatim saat berada di kota Surakarta juga tidak terlalu istimewa jika

dibandingkan dengan klub sebelumnya seperti Arseto dan Pelita Jaya yang bisa

mempersembahkan Juara bagi kota Surakarta. Sebelum pindah pada tahun 2004,

banyak terjadi konflik antara Persijatim dan beberapa pengurus Persis Solo karena

Persijatim tidak memberikan dampak positif bagi persepakbolaan kota Surakarta.

Ditengah kompetisi Liga Indonesia tahun 2004, Persijatim kemudian

meninggalkan kota Surakarta dan memutuskan pindah ke Sumatra Selatan.

Keputusan tersebut membuat beberapa elemen sepak bola di kota Surakarta

mengajukan protes ke PSSI karena dimanfaatkan oleh Persijatim dan kemudian

ditinggal tanpa pamit kepada publik kota Surakarta.

Persijatim resmi meninggalkan kota Surakarta pada tahun 2004. Kota

Surakarta hanya mempunyai klub Persis Solo. Persis Solo berkompetisi di Divisi

II Nasional pada tahun 2004. Masyarakat pecinta sepak bola di kota Surakarta

mendesak agar manajemen Persis Solo serius mengelola Persis agar bisa berada di

kompetisi tertinggi Liga Indonesia. Kota Surakarta yang mempunyai sejarang

panjang sepak bola dan fanatisme penonton serta infrastruktur terbaik di Indonesia

tidak cocok jika hanya mempunyai klub yang bermain di Divisi II Nasional.

Pemerintah juga mendukung langkah Persis Solo untuk bisa bermain di kompetisi

teratas Liga Indonesia. Pemerintah lewat DPRD menyiapkan dana milyaran

rupiah untuk Persis Solo. Mulai tahun 2004 sampai 2006 klub Persis Solo berhasil

promosi dari Divisi II Nasional ke Divisi Utama Liga Indonesia. Mulai tahun

2006, kota Surakarta kembali mempunyai klub yang berkompetisi teratas di Liga

Indoneisa. Tidak dengan kub yang bukan asli kota Surakarta melainkan dengan

klub asli kota Surakarta yaitu Persis Solo.

Perkembangan sebuah klub sepak bola di sebuah kota mempunyai dampak

positif dan negatif bagi sebuah kota tersebut. Sebuah klub sepak bola merupakan

simbol perwakilan dari daerah tersebut dalam bidang olahraga khusunya sepak

bola. Jawa Barat mempunyai Persib Bandung sebagai perwakilan orang Sunda,

Papua memiliki sebuah simbol perwujudan tanah Papua yaitu klub Persipura

Jayapura. Kota Surakarta juga pernah diwakili sebuah klub besar pada masa

kolonial yaitu VVB kemudian setelah masa kemerdekaan digantikan oleh klub

pendatang yaitu Arseto, Pelita Solo dan Persijatim sebelum Persis Solo kembali

bangkit pada medio dekade 2000. Salah satu dampak positif dari adanya kub

sepak bola adalah terciptanya sebuh perkumpulan supporter. Tidak semua klub

sepak bola di Indonesia mampu membuat masyarakat membentuk perkumpulan

supporter. Arseto Solo merupakan klub sepak bola pertama di kota Surakarta yang

mempunyai sebuah perkumpulan supporter yang disebut KPAS. Walaupun tidak

sebesar supporter lain seperti Aremania namun sudah mempunyai andil dalam

sebuah perkembangan sepak bola di kota Surakarta. Setelah Arseto bubar, KPAS

juga ikut bubar. Masyarakat kota Surakarta kemudian membentuk sebuah

perkumpulan supporter baru yaitu Pasoepati. Pembentukan supporter ini terjadi

ketika Pelita Jaya berpindah ke kota Surakarta. Pasoepati adalah elemen terbesar

dari bagian perjalanan sepak bola di kota Surakarta di dekade 2000.

Sepak bola dan klub sepak bola juga memberikan dampak negatif seperti

kerusuhan dan holiganisme. Salah satu contohnya adalah ketika terjadi kerusuhan

saat pertandingan antara Arseto vs PSIM Mataram pada Mei 1998. Kerusuhan di

dalam stadion antara supporter kedua tim dengan aparat kemudian menyebar

keluar stadion dan mengakibatkan beberapa toko dan rumah penduduk rusak

parah. Kerusuhan tersebut juga merupakan salah satu pemicu kerusuhan yang

lebih besar di kota Surakarta pada kerusuhan Mei 1998. Semangat para penonton

sepak bola yang melebihi batas juga merupakan salah satu dampak dari kehadiran

sebuh klub sepak bola sebagai representasi masyarakat dan kota. Fanatisme,

holiganisme masyarakat pecinta bola di Surakarta awalnya hadir sebagai semangat

dilapangan hijau yang kemudian memicu kekerasan dalam beragam bentuk.

Setiap tahun kekerasan dan korban konflik antara Pasoepati dengan kelompok

supporter lain terjadi berulang kali dan dianggap sebagai hal yang wajar.

Kota Surakarta mempunyai sejarah panjang dalam sepak bola mulai dari masa

kolonial sampai modern. Kota Surakarta menjadi tujuan bagi klub yang ingin

berpindah tempat bermain. Berbagai faktor seperti infrastruktur yang memadai,

fanatisme penonton menjadi daya tarik bagi klub luar kota Surakarta untuk

bermain di kota Surakarta. Hal tersebut mempengaruhi perkembangan sosial

masyarakat khususnya masyarakat yang menyukai olahraga sepak bola. Baik

perkembangan postif maupun negative.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Achmad Lanang. 2016. Sepak Bola 2.0. Jogjakarta: Fandom

Agus Salim. 2008. Buku Pintar Sepakbola. Bandung: Nuansa

Agustina Palupi, Sri. 2004. Politik dan Sepakbola di Jawa 1920-1942. Jogjakarta:

Ombak.

Alison Eddy. 2005. PSSI Alat perjuangan Bangsa. Jakarta: PSSI Press.

Anung Handoko. 2008. Sepak Bola Tanpa Batas. Jogjakarta: Kanisisus.

Devi Fitroh. 2016. Kota, Klub, dan Pasoepati. Jogjakarta: Buku Litera.

Fajar Junaedi. 2014. Merayakan Sepakbola (Fans, Identitas, dan Media).

Jogjakarta: Buku Litera.

Fajar Junaedi. 2009. Konflik Multikutural di Balik Gemerlap Sepak Bola.

Surabaya: Unair Press.

Hempri Suyatni. 2007. Suporter Sepak Bola Indonesia Tanpa Anarkis,

Mungkinkah?. Jogjakarta: Media Wacana.

Joseph, A Luxbacher.1998. Sepakbola. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kennedy Edward. 2014. Sepak Bola Seribu Tafsir. Jogjakarta: Indie Book Corner

Mitkahul FS. 2015. Mencintai Sepakbola Indonesia Meski Kusut. Jogjakarta:

Indie Book Corner.

Pangeran Sihaan. 2014. The Big Pang Theory. Jakarta: Gramedia

Robert, Kroger. 2007. Football and Holiganism. Jogjakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sucipto. 2000. Sepakbola Latihan dan Strategi. Jakarta: Jaya Putra

________________. 1990. Enam Puluh Tahun PSSI. Jakarta: PSSI Press.

A. Koran

Suara Merdeka, “Arseto Solo”, tanggal 8 November 1993.

Suara Merdeka, “Arseto Menang”, tanggal 25 November 1993.

Jawa Pos, “Statistika Kompetisi”, tanggal 11 Desember 1992.

Jawa Pos, “Arseto Tanpa Pemain Andalan”, tanggal 24 Desember 1992.

Kompas, “Kramayudha dan Arseto Menang”, tanggal 19 Mei 1991.

Kompas, “Klasemen Liga Galatama”, tanggal 24 Mei 1991.

Kompas, “Aksi Suap Kembali terjadi”, tanggal 3 Juli 1995.

Kompas, “PSDS bungkam Arseto”, tanggal 29 November 1995.

Jawa Pos, “Hasil dan Klasemen”, tanggal 4 Januari 1996.

Solopos, “Hadapi Persebaya, Pelita Bawa 17 Pemain”, tanggal 10 April 2001.

Solopos, “Rully isyaratkan pasang satu striker”, tanggal 15 Mei 2001.

Solopos, “Posisi Pelita Kian Terpuruk”, tanggal 14 Juni 2001.

Solopos, “Nyaris Bangkrut, Pelita Mencari Penyelamat”, tanggal 28 Juni 2001.

Solopos, “Pelita Inginkan Dukungan Psoepati”, tanggal 1 Juli 2001.

Solopos, “Pelita Masih Juru Kunci”, tanggal 3 Juli 2001.

Solopos. “Pelita Hengkang, GPD tak Datang, Jakarta FC Terbilang”, tanggal 13

Oktober 2001.

Solopos, “PSSI Setujui Kepindahan JFC, Pasoepati diminta Sabar”, tanggal 5

Desember 2001

Solopos, “JFC Satu Musim di Solo”, tanggal 11 Desember 2001.

Solopos, “Hujan hentikan laga Persija-PSFC”, tanggal 7 Januari 2002.

Solopos, “Puncaki Klasemen, PSFC belum Puas”, tanggal 15 Januari 2002.

Solopos, “PSFC Pastikan Tetap Berkandang di Solo”, tanggal 28 Desember 2002.

Solopos, “PSFC Incar Striker Eropa”, tanggal 1 Desember 2002.

Solopos, “Aksi Pasoepati bikin Sutiyoso Geleng-geleng”, tanggal 13 Januari 2003.

Solopos, “Lawatan ke Bali Penuh Tekanan”, tanggal 13 September 2003.

Solopos, “PSFC Diminta untuk Bersikap”, tanggal 29 Oktober 2003.

Solopos, “Markas Persijatim antara Solo-Jakarta”, tanggal 2 Desember 2003.

Solopos, “Pasoepati Akan Gugat PSFC”, tanggal 27 Oktober 2004.

Solopos, “Walikota Setujui Persis ajukan 3,7 Miliar”, tanggal 2 Desember 2004.

Solopos, “Persis Lolos ke Divisi I Nasional”, tanggal 27 mei 2005.

Solopos, “Laskar Sambernyawa Legawa Jadi Nomor Dua”, tanggal 18 Agustus

2006.

B. Skripsi

Erik Destiawan., 2005, “Galatama 1979-1994 (Perkembangan Sepakbola non

Amatir di Indonesia)”, Skripsi Surakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sebelas Maret

Amiruddin Siregar, 2009, “Hubungan Antara Frustasi Dengan Agresifitas

Suporter Bola”, Skripsi Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Daftar Informan

1 Nama : Bapak Chaidir Ramli

Umur : 57 Tahun

Alamat : Desa Sumber, Kecaamtan Banjarsari, Kota Surakarta

Pekerjaan : Ketua Asosiasi Sepak Bola Amatir Surakarta. Pernah

menjabat sebagai salah satu pengurus harian Arseto

Solo tahun 1983-1998

2 Nama : Bapak I Komang Putra

Umur : 45 Tahun

Alamat : Laweyan, Surakarta

Pekerjaan : Mantan Pemain Sepak Bola/Wiraswasta. Salah satu

pesepakbola Nasional yang pernah memperkuat Arseto

Solo pada tahun 1994-1997

3 Nama : Bapak Brodjo

Umur : 63 Tahun

Alamat : Colomadu, Kabupaten Karanganyar

Pekerjaan : Manajer UNSA/ASMI, Mantan Manajer Arseto Solo

tahun 1993

4 Nama : Bapak Mayor Haristanto

Umur : 48 Tahun

Alamat : Banyuagung, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

Pekerjaan : Wiraswasta/ Salah Pendiri Pasoepati. Salah satu

penggiat sepak bola dan dunia supporter di tanah air.

Beliau juga ikut membentuk dan memberikan dasar

koreografer dan nyanyian yel –yel kepada pendukung

PSM Makassar.

5 Nama : Arief Budi Raharjo

Umur : 42 Tahun

Alamat : Laweyan, Surakarta

Pekerjaan : Swasta. Salah satu Pendiri KPAS yaitu suporter sepak

bola pertama di kota Surakarta

6 Nama : Aldi Renato

Umur : 25 Tahun

Alamat :Laweyan, Surakarta

Pekerjaan : Wiraswasta/ Pengurus Pasoepati Kampus. Aktif

dalam kegiatan supporter di kota Surakarta dan

Indonesia.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Koran Solopos tanggal 1 April 2001

Lampiran 2. Koran Solopos tanggal 5 Desember 2001.

Lampiran 3. Koran Solopos tanngal 1 Agustus 2003

Lampiran 4. AD/ART PSSI tahun 1953 oleh Kementrian Kehakiman

Lampiran 5. Koran Solopos tanggal 20 Desember 2002.

Lampiran 6. Koran Solopos tanggal 28 Desember 2003.

Lampiran 7. Koran Solopos tanggal 27 Mei 2005.

Lampiran 8. Koran Solopos tanggal 18 Agustus 2006.