Upload
phamminh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
40
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk menjawab permasalahan yaitu bagaimana penerapan aspek
fungsional manajemen dan seberapa jauh pertunjukan tayub memberi kontribusi
sosial ekonomi bagi masyarakat penyelenggara, maka dalam bab ini akan
memaparkan aspek fungsional manajemen yang terjadi dalam penyelenggaran
pertunjukan tayub.
Sebagaimana dipaparkan dalam bab pertama, ada empat aspek fungsional
yaitu manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan.
Secara sistematis berikut ini ulasannya.
A. Manajemen Produksi
Manajemen produksi berkaitan dengan perencanaan hingga
operasional suatu kegiatan. Perencanaan pertunjukan tayub diawali dengan
oleh inisiator yaitu tuan rumah yang ingin mengadakan hajatan. Pada
umumnya tayub diselenggarakan sebagai bagian dari acara perkawinan,
memperingati ulang tahun atau daur hidup manusia, dan juga memperingati
kegiatan kemasyarakatan, seperti bersih desa. Inisiator akan menghubungi
pihak-pihak yang terkait dengan pertunjukan tayub dan memberikan order
(panjer).
Panjer digunakan untuk mengikat janji antara yang punya “gawe” dengan pengisi acara dalam hal ini adalah ledhek. Terkadang 1 tahun lebih pun sudah dipanjer, bahkan sampai belum ada tanggalnya pun semisal tahun 2016, Mbak Giyanti sudah dikontrak oleh orang yang pnya hajatan (syukuran, mantu, sunatan, ulang tahun),namun yang terbanyak adalah acara mantenan. Kalau sudah dipanjer ya harus berangkat, wong tidak dipanjer saja kita berangkat”1
1 Wawancara dengan Dwi Purwanto pada Senin 12 Mei 2014 di Pulokulon, Grobogan.
41
Manajer ledhek, Dwi Purwanto mengatakan bahwa bila sudah dapat
panjer, mereka harus konsekuen. Bila ada tawaran lain yang akan
memberikan panjer yang lebih besar dan lebih menjanjikan, mereka tidak
menerima. Baginya panjer itu seperti harga mati, tidak bisa ditarik. Bila
mereka menerima panjer dari orang lain dan membatalkan tawaran yang
pertama, pasti host akan kecewa dan pasti cerita tentang penolakan joged
akan menjadi penilaian yang buruk dan tidak akan mendapatkan order.
“Halangan seperti hujan, banjir, dan petir tidak menghalangi untuk hadir
berperan dalam pertunjukan tayub,”, kata Dwi Purwanto. “Kita harus disiplin,
dan itu yang akan menjadi kebanggaan orang, akan berkesan baik agar
saatnya nanti kita akan dipanggil untuk pentas”, lanjutnya.
Secara satu persatu, pihak ledhek, pengurus kelompok karawitan,
pengelola tata panggung termasuk tata lampu dan tata suara, dan juga
pengelola video shooting akan dihubungi oleh tuan rumah. Biasanya
dilakukan via telpon atau menemui ke rumah mereka.
“Dalam masalah pemesanan yang diutamakan bukan masalah panjer, sebaiknya 6 bulan sebelum acara bisa langsung menghubungi saya untuk saya cek waktunya. Ya bisa via telpon atau ketemu langsung ke rumah seperti ini. Setelah itu kita mempersiapkan hal-hal yang perlu dipersiapkan misalnya beskap, seragam, warna baju, dan jumlah ledhek”.2
Persiapan yang dilakukan elemen-elemen pertunjukan di atas
dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa ada latihan bersama. Dwi Purwanto
2 Wawancara dengan Dwi Purwanto pada Senin 12 Mei 2014 di Pulokulon, Grobogan.
42
yang beristrikan ledhek yang sekaligus sebagai manajer bagi istrinya akan
menanyakan kepada pihak pengundang hal-hal yang mereka inginkan
sehingga dia mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan seperti seragam
ledhek.
B. Manajemen Pemasaran
Pemasaran berorientasi kepada semua pihak yang terlibat, yaitu para
penyelenggara, mitra penyelenggaran, pelaku kesenian dan juga penonton
(Achsan Permas, 2002). Untuk orientasi tersebut maka ditentukan rancangan
pemasaran, sasaran pemasaran, dan promosi. Dalam rancangan
pemasaran, pihak-pihak yang berkepentingan melakukan pemasaran
dengan caranya. Dalam kesenian, orientasi bisa diarahkan kepada karya
seni (art for art) atau diarahkan kepada pasar (art for mart). Dalam
penyelenggaraan pertunjukan tayub, pelaku kesenian seperti ledhek tidak
melakukan promosi secara nyata. Promosi yang mereka lakukan bukanlah
membuatkan dan menyebarkan pamflet, atau promosi melalui radio, atau
menyatakan keunggulan dirinya dalam media cetakan atau non cetakan
lainnya. Promosi yang mereka lakukan yaitu tampil sebagai jodeg dengan
sebaik-baiknya. Artinya, sebagai joged mereka memenuhi janji untuk tampil
dalam suatu acara, berdandan yang menarik, menyanyi dan menari dengan
baik, dan juga berperilaku yang baik pula. Hal ini berkaitan dengan kesan
yang akan ditimbulkan dari pelayanan yang mereka lakukan. Para penonton
dan pihak lain seperti host akan memberikan penilaian terhadapa kinerja
43
mereka. Bila mereka melakukan fungsinya dengan baik, maka secara tidak
langsung akan mengarahkan pada kesan yang baik.
Penilaian ini merupakan salah satu aspek penting dalam pemasaran
mereka. Merupakan suatu kegiatan terencana untuk mendatangkan
penonton atau order. Dalam hal ini pemasaran bisa diartikan sebagai proses
tukar menukar. Pemasaran berorientasi kepada semua pihak, baik itu
penonton, pelaku seni, dan masyarakat pada umumnya. Ada enam langkah
dalam pemasaran (1) menentukan sasaran pemasaran, (2) menentukan
posisi, (3) melakukan audit pemasaran, (4) mengembangkan rencana
pemasaran, (5) mengembangkan kampaye promosi. Hal-hal yang
diperhatikan dalam sasaran pemasaran adalah jumlah pengunjung, jumlah
pendapatan, frekuensi pertunjukan, dan kapan pertunjukan itu tercapai.
Secara positioning dalam pemasaran itu merupakan usaha
menempatkan keunikan yang unggul dari organisasi. Posisi yang unik,
unggul itu menunjukkan perbedaan diantara atau dibanding pesainnya.
Biasanya positioning terungkap dalam motto atau slogan.
Bukan hanya joged yang melakukan pemasaran seperti ini, pihak
karawitan juga demikian. Bila mereka telah menerima panjer, berapapun
panjernya, mereka akan konsekuen. Mereka tidak tergiur dengan tawaran
yang uang panjernya lebih tinggi. Begitu juga dari pihak sound system,
mereka telah memiliki jadwal untuk mempersiapkan tata suara dan
panggung pada waktu-waktu mendatang. Mereka tidak melakukan promosi
secara nyata namun order untuk pelayanan mereka selalu mereka terima.
44
Dari contoh ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang berkepentingan
kurang melakukan kampanye promosi dengan persuasif namun pasif.
Hal yang paling menonjol dalam perspektif pemasaran untuk
pertunjukan tayub adalah penerimaan order. Dapat dinyatakan dilakukan
perencanaan pemasaran yang baik bila selama satu bulan, para pelaku
kesenian ini mendapatkan order setiap hari. Hal ini telah dilakukan oleh
joged kondang, Giantini, yaitu selama satu bulan penuh (Agustus 2014)
setiap hari dia menjadi joged.
Gambar 5.1. Buku Panjer oleh Dwi Purwanto
Untuk mendapatkan order, Giantini biasanya dihubungi via telpon
atau ada utusan yang datang ke rumah. Mengingat suaminya, Dwi
Purwanto mengatur kegiatan pentas, maka melalui suaminyalah
45
diputuskan menerima dan tidaknya tawaran tersebut. Sebagai manajer,
Dwi mencatat dalam bukunya tanggal-tanggal pementasan.
Untuk mendapatkan order, pelaku kesenian bisa dihubungi
langsung, seperti dihubungi melalui telpon atau datang ke rumah atau ke
sekretariat, namun tidak sering pula mereka dihubungi oleh broker, atau
pihak penghubung. Ada yang melalui salah satu dari unsur pelaku yang
dihubungi seperti joged, pengarih tamu, pembawa acara, pengelola sound
system, pihak karawitan dan pengguyub. Dari dari salah satu dari mereka,
pihak lain akan mendapat order. Artinya bila order datang dari salah satu
joged, kemudian joged itu menghubungi pihak pengelola tata suara, pihak
karawitan, pihak pembawa acara dan lainnya.
Umumnya pihak yang mendapatkan order akan melihat jadwal
yang telah ada. Bila mereka tidak ada pementasan pada tanggal tersebut,
maka pembahasan berikutnya adalah nilai uang dari pelayanan yang akan
mereka lakukan. Setelah mendapatkan kepastian nilai uangnya, maka
dilakukan panjer atau uang muka. Dengan diterimanya uang muka tersebut
maka pihak tersebut telah berjanji untuk memberikan pelayanan pada
waktu yang telah ditentukan.
C. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia dilakukan untuk menjamin
kemampuan orang-orang yang ada di dalam organisasi agar dapat
dimanfaatkan secara optimal. Hal yang dilakukan adalah merinci pekerjaan
yang harus dilakukan. Untuk membantu pekerjaan semua pihak dalam
46
menjalankan tugasnya, maka yang perlu dilakukan adalah merinci
pekerjaan-pekerjaan tersebut, mengelompokkan pekerjaan tersebut, dan
membagi tugas kepada anggota sesuai minat, bakat dan kemampuan
mereka. Selain itu membuat mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan-pekerjaan atau unit kerja yang dibentuk.
Ketiga hal tersebut akan menjadi tidak efektif bila tidak dibuat
mekanisme untuk mengkoordinasi unit kerja yang dibentuk. Dalam
pertunjukan tayub, dapat dirinci pihak-pihak yang berperan, yaitu joged,
pengarih tamu, pembawa acara, host, pihak karawitan, pengatur tata suara,
pengatur tata lampu, pengatur panggung, dan pengibing.
Joged atau ledhek bertugas menari sambil bernyanyi. Menarinya
dengan pola gerak dan lantai seperti tarian Gambyong
(Widyastutieningrum, 2007). Berbusana dan berdandan yang menarik yaitu
mengenakan kebaya berlengan pendek, jarik batik yang diwiron,
mengenakan selendang di pinggang, dan rambut disanggul. Pada
umumnya joged berusia dari 15 tahun sampai 45 tahun
(Widyastutieningrum, 2007). Dalam kisaran umur tersebut, digolongkan
joged senior (ledhek mbok-mbokan) dan joged yunior (ledhek wurukan).
Kedua golongan joged ini tetap berperan untuk menyanyi dan menari
sambil berdiri, namun tingkat ketrampilan yang berbeda. Ledhek mbok-
mbokan lebih menguasai lagu (gending) daripada ledhek wurukan. “Mbak
Giantini, mbak Sri dan ledhek mbok-mbokan yang lain itu memiliki cengkok
yang pas dengan gending yang dimainkan,” kata Pardi seorang pengibing
47
aktif. “Ledhek wurukan harus belajar nyanyi yang pas dengan ledhek mbok-
mbokan,” katanya lebih lanjut. Dalam pentas, umumnya ada ledhek mbok-
mbokan dan ledhek wurukan. Bila yang dilibatkan tiga orang joged, maka
yang senior hanya satu orang joged, dan dua lainnya adalah yunior.
Dengan demikian joged senior melakukan regenerasi dengan melibatkan
joged yunior. Joged yang yunior pun mengasah ketrampilan menyanyinya
dengan memperhatikan joged senior juga berlatih secara mandiri yaitu
berlatih di rumah menggunakan media karaoke. Dalam pementasan,
biasanya joged yang yunior akan menyanyikan lagu yang populer,
khususnya lagu yang sedang tren dan lagunya tidak sulit dinyanyikan.
Joged yang senior akan menyanyikan lagu yang lebih sulit.
Di atas panggung, yang mengatur jalannya pertunjukan adalah
Pengarih Tamu. Pengarih tamu bertugas untuk mengatur tamu yang ingin
menari (mengibing). Umumnya pengarih tamu ada dua orang. Orang
pertama pengarih tamu adalah mengatur tamu yang ingin menari dengan
memberikan tanda urutan. Urutan pertama selalu diberikan kepada host.
Setelah pihak host dan keluarga dan mitra dekatnya menari, barulah tamu
umum yang diperkenankan menari. Orang ini berada di tengah-tengah
penonton dan sejak awal telah memperhatikan siapa saja yang hadir.
Pengarih tamu yang kedua bertugas di atas panggung dan bertugas
menerima tanda urutan dan memberikan selengdang kepada pengibing.
Pengibing kadang-kadang ada yang berperilaku kurang menyenangkan
dan pengarih tamu melindungi para joged dari para pengibing yang iseng.
48
Gambar 5.2. Tempat Saweran dalam Bonang yang Dibalik
Pengarih tamu yang di atas panggung juga bertugas mengumpulkan
uang saweran dari pengibing yang diletakkan di tengah-tengah lipatan
selendang. Pengarih tamu kemudian mengambil uang saweran dan
diletakkan di dalam wadah bonang (walikan bonang). Kedua pengarih tamu
adalah laki-laki dan berbusana khas seperti beskap dengan celana panjang
disertai kain batik, dan berhiaskan blangkon. Wajah pun beriaskan bedak
dan kosmetik lainnya. Kadang-kadang pula, pengarih tamu berdandan
seperti tokoh petruk bagong dalam wayang orang. Bahkan pula ada yang
berdandan seperti buto atau tokoh gagah dalam legenda orang Jawa.
Pembawa acara membawakan acara dalam bahasa Jawa krama.
Sebagai pembawa acara, dia mengatur jalannya acara baik secara
49
seremonial dan sampai hiburan. Seremonial adalah mengundang para
joged naik ke atas panggung dan di atas panggung para joged menari tari
gambyong sebagai penghormatan kepada host dan tamu undangan.
Seremonial dilanjutkan dengan pengarih tamu yang menari tari Sliring
dengan maksud yang sama, yaitu menghormati host dan tamu. Setelah
seremonial selesai dilakukan maka dilanjutkan dengan hiburan yaitu
mempersilakan hadirin untuk menari bersama joged. Dalam menjalankan
tugasnya, pembawa acara tidak perlu berdandan seperti pengarih tamu,
yaitu cukup berpakaian rapi. Pun bisa mengenakan jas modern adalah
suatu penghormatan kepada host.
Pihak penyelenggara atau host bertugas untuk menyelenggarakan
acara. Tugasnya yaitu menghubungi pihak-pihak yang berkepentingan dan
mengatur kehadiran mereka. Host juga yang membayar fee atas jasa yang
diberikan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam sebuah hajatan
keluarga seperti pernikahan dan ritual daur hidup lainnya (ulang tahun,
aqiqah dan khitanan), maka hostnya adalah rumah tangga seseorang.
Setiap penyelenggara menyelenggarakan acara sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki. Umumnya seberapa besar tingkat
penyelenggaraan dilihat dari jumlah ledhek yang menari di atas panggung.
Penyelenggaraan yang paling kecil adalah joged sejumlah tiga orang saja.
Pun penyelenggaraan yang besar yang selama ini terjadi adalah sejumlah
20 orang joged. Dalam pelaksanaan pertunjukan, host mendapatkan
tempat utama yaitu di tempatkan di panggung pada saat serimonial. Pihak
50
pembawa acara akan mengucapkan berulang-ulang tentang acara yang
terselenggara atas nama keluarga yang mengundangnya.
Pihak karawitan dalam penyelenggaraan pertunjukan tayub
bertugas sebagai pengiring nyanyian bagi joged dan memberikan suasana
musikal bagi yang mendengarnya. Pihak karawitan ini biasanya memiliki
anggota tetap dan terdiri dari minimal 12 orang sampai 30 orang. Untuk
memainkan seperangkat gamelan dibutuhkan 16 orang. Untuk memainkan
alat musik kendhang dibutuhkan ketrampilan khusus dan untuk itu dari
seluruh anggota karawitan ada yang telah ditunjuk untuk bermain kendang
dengan lihai. Untuk instrumen lainnya biasanya anggota bisa bertukar
tempat. Selain memainkan instrumen gamelan, ada yang bertugas sebagai
wiyogo atau penyanyi laki-laki. Penyanyi laki-laki ini menyanyikan lagu yang
bersahutan dengan penari (joged). Dalam beberapa kegiatan, ada
kelompok karawitan yang berbusana seragam yaitu beskap lengkap,
namun ada pula kelompok karawitan yang berbusana seperti busana
harian.
Pihak pengatur tata suara, pengatur tata lampu, dan pengatur
panggung biasanya diorganisir dalam satu perusahaan, atau dikenal dalam
sistem paket. Umumnya yang dicermati adalah ukuran panggung. Setelah
mengetahui ukuran dari panggung, maka akan ditentukan jumlah dan
spesifikasi dari tata suara dan tata lampu. Perusahaan ini pula yang
menyediakan meja dan kursi untuk tamu atau hadirin. Pihak perusahaan
telah menyiapkan perlengkapan pada malam hari sebelum
51
penyelenggaraan pada hari esoknya. Mereka akan membongkar
perlengkapan pada hari kedua setelah penyelenggaraan. Dengan demikian
tim dari perusahaan ini minimal ada dua malam di lokasi. Bila sedang
banyak order, pihak operator bahkan tidak pulang ke rumahnya karena
setiap hari harus memberikan pelayanan.
Pengibing adalah para hadirin yang ingin menari bersama joged.
Tugasnya tidak lain adalah menari sesuai dengan irama lagu dan
berhadapan dengan para joged. Umumnya penari dari tamu adalah laki-
laki. Walaupun tidak ada larangan bagi perempuan untuk menari bersama
joged, namun dalam kenyataan jarang ditemui para hadirin perempuan
yang menari bersama joged. Selain menari, para pengibing memberikan
sejumlah uang minimal Rp. 10.000,00 yang diselipkan di tengah-tengah
lipatan selendang. Selendang akan diterima saat naik panggung dan
selendan diberikan kembali kepada Pengarih Tamu saat akan
meninggalkan panggung.
“Kalau latihan bersama jarang dilakukan, karena mereka sangat-sangat profesional. Jadi apa yang diminta, misalnya menyanyikan lagu tertentu, langsung mereka langsung bisa. Selain itu telinga mereka itu tajam. Begitu mendengar nadanya, mereka langsung mencari iringan gamelannya dan sama sekali itu tidak sulit”3
3 Wawancara dengan Endah Fitriana pada 13 Mei 2014 di Kabupaten Grobogan.
52
Keempat pihak di atas berperan sesuai tugasnya tanpa ada
komando atau koordinasi sebelumnya. Semua pihak berdiri sendiri-sendiri
tanpa dibentuk dalam satu organisasi. Pihak joged tidak melakukan latihan
atau evaluasi atau berkoordinasi dengan pihak karawitan. Begitu juga pihak
karawitan tidak berkoordinasi dengan pihak lainnya. Untuk itu mekanisme
koordinasi terjadi di atas panggung. Pengarih tamu dan pembawa acara
pun demikian.
D. Manajemen Keuangan
Dalam manajemen keuangan berarti mengelola keuangan sesuai
dengan proses manajemen (planning, organizing, actuating dan
controlling). Langkah awal adalah merancang keuangan atau anggaran.
Dalam anggaran kita dapat merancang kapan uang diterima, kapan uang
keluar,berapa sisa usaha, kapan investasi dan kapan berhutang, dan
sebagaimana.
Kita dapat melihat perkembangan organisasi dengan melihat potret
keuangan. Ada neraca yang menggambarkan posisi keuangan organisasi
pada saat tertentu. Seluruh catatan pemasukan dan pengeluaran uang
disebut arus kas. Supaya terjadi kesehatan keuangan, maka perlu
dilakukan pengendalian keuangan supaya tidak terjadi penyimpangan. Hal-
hal keuangan merupakan sesuatu yang rahasia atau sensitif sehingga perlu
dilakukan pendekatan yang baik supaya pihak yang ditanya mau dengan
tulus menjawab pertanyaan saat penelitian berlangsung.
53
Dalam perspekti manajemen, financial management berarti
mengelola keuangan sesuai dengan proses manajemen yaitu terjadinya
planning, organizing, actuating dan controlling (Achsan Permas, 2003).
Dalam pelaksanaannya, langkah awal yang dilakukan adalah menyusun
perencanaan keuangan. Dalam perencanaan keuangan, akan disusun
kapan uang diterima, kapan uang dibelanjakan, berapa sisa usaha, kapan
melakukan investasi, dan kapan berhutang. Dari hal tersebut maka akan
ada neraca yang menggambarkan posisi keuangan organisasi. Dalam
pertunjukan tayub, pihak-pihak yang berkepentingan bukan bergabung
dalam sebuah organisasi yang rapi. Dalam paparan sebelumnya justru
menyatakan bahwa pihak-pihak tersebut berdiri sendiri-sendiri tanpa
berada dalam satu manajemen yang sama. Hanya pihak karawitan yang
merupakan satu buah organisasi dengan anggota yang tetap. Joged
melakukan tugasnya bukan karena ditunjuk oleh pimpinan organisasi
namun ditunjuk karena diminta oleh host. Begitu juga bagi pengarih tamu,
pembawa acara, pengelola tata suara dan penunjangnya. Dengan
demikian, maka tidak akan muncul neraca keuangan selayaknya sebuah
organisasi yang rapi. Hal yang dapat diamati adalah pengelolaan keuangan
setiap pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam hitungan secara kasar, biaya penyelenggaraan bisa berkisar
dari 15 juta hingga 50 juta. Kisaran ini diperhitungkan dengan menghitung
jumlah penari. Dilakukan perhitungan asumsi, yaitu pembiayaan dengan 3
penari dan dengan 12 penari. Dengan tiga penari diasumsikan sebagai
54
kegiatan dengan skala keci. Dengan dua belas penari diasumsikan
sebagai kegiatan dengan skala besar.
“Memodali hajatan itu bisa gunakan arisan. Jadi bapak-bapak itu kumpul untuk mengumpulkan uang. Misalnya besok ada yang punya kerja, nah bapak-bapak ini kumpul dan uang yang terkumpul itu diberikan kepada yang punya hajatan. Jadi bukan seperti diundi atau dikocok.”4
Arisan adalah sistem pinjaman yang dilakukan oleh masyarakat,
yaitu dengan melakukan iuran sejumlah nilai uang tertentu setiap bulan.
Sejumlah nilai total bisa dipinjamkan kepada yang membutuhkan atau
dilakukan undian.
“Pembiayaan penari, gamelan, panggung, sound system, dan segala atribut tayub ditanggung oleh tuan rumah. Jaman dahulu panggung dibuat sendiri karena belum ada persewaan seperti sekarang ini. Biasanya dibayar dengan memakai uang muka biasanya 10% dari tarif penyewaaannya dan memakai uang tunai. Setelah acara selesai pelunasannya adalah saat itu juga. Kalau sebulan bisa pentas 20 hari tanpa henti jadi terkadang tidak pulang”.5
Pembiayaan seluruh operasional acara ditanggung oleh tuan rumah
atau penyelenggarannya. Semua pembiayaan seperti yang tercantum
dalam bab sebelumnya menunjukkan seluruh pengeluaran di tanggung
oleh tuan rumah. Dalam konteks seperti ini, pertunjukkan yang
sepenuhnya dibiayai oleh pihak tertentu merupakan commercial support. 6
Dalam pemenuhan pembiayaan maka tuan rumah bisa melakukan banyak
hal, seperti menjual harta miliknya seperti ternak.
“Saya punya sapi yang kandangnya bersama dengan warga. Kandang yang buat dinas peternakan. Kandangnya besar, ada dua tempat untuk dua sapi saya. Ya kalau beranak ya saya jual karena butoh (kebutuhan), seperti untuk tayub besok”.7
4 Wawancara dengan Endah Fitriana pada 13 Mei 2014 di kota Purwodadi. 5 Wawancara dengan Budi Pasminto pada 28 Mei 2014 di Desan Genengsuran, Kabupaten Grobogan. 6 Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (Yogyakarta: Gajahmada University Press,
2002), 216. 7 Wawanara dengan Parno pada 14Mei 2014 di Desan Genengsuran, Kabupaten Grobogan.
55
Bukan hanya ternak yang mereka jual tapi juga harta lainnya seperti
perhiasan. Walaupun demikian, para tuan rumah telah mempersiapkan diri
saatnya mereka akan membuat hajatan.
“Sumber dana dari yang punya hajat itu sendiri, dan sebenarnya sudah dipersiapkan. Apabila ada kekurangan baru ditutup oleh sumbangan-sumbangan. Sumbangan dicatat bisa disebut sinoman, dan merupakan permintaan dari yang punya hajat. Dan itu diberikan pada malam sebelum hari H. Biasanya dari sanak keluarga juga memberikan sumbangan dan hal itu dicatat. Mengembalikan itu semua saat ada hajatan serupa. Rokok, gula merupakan hal paling sering yang disumbangkan. Minyak, beras, mie adalah sembangan yang diberikan pada saat hari H”.8
Gambar 5.3. Catatan Hantaran
8 Wawancara dengan Budi Pasminto pada 28 Mei 2014 di Desan Genengsuran, Kabupaten Grobogan
56
Setiap rumah tangga yang mengadakan hajatan, maka tetangga
dan saudara secara otomatis datang ke rumah yang memiliki hajatan dan
membawa sembako atau beragam kebutuhan hajatan. Pada umumnya
mereka membawa beras, minyak goreng, mie kering, gula, juga rokok.
Semua sumbangan yang disebut hantaran dicatat dalam sebuah buku
tulis. Buku itu disimpan dan pada saata tetangga atau saudara itu
mengadakan hajatan, maka dia akan mengembalikan senilai dengan
hantaran yang didapatnya. . Pun saat mengantar hantaran ini, ada yang
seringkali menambahkan, yang disebut sebagai tumpangan. Artinya,
diletakkan sesuatu tambahan di atas (menumpang) beras.
.