21
82 BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan bangsa ini selain merupakan kekayaan tersendiri juga menjadi masalah yang tidak bisa dikatakan kecil, bahkan bisa membuat perpecahan dan disintegrasi bangsa. Kemunculan kelompok, organisasi atau gerakan-gerakan yang memperjuangkan perbedaan dan kebhinekaan di bangsa ini harus mendapat perhatian dan dukungan yang luas dari segenep warga negara Indonesia. Islam yang merupakan kekuatan yang besar di Indonesia ini mempunyai peranan yang besar untuk memperjuangkan dan merajut persatuan dalam bhineka tunggal ika. Kemajemukan atau pluralisme agama memberi sumbang sih yang besar dalam beberapa kasus perpecahan di Indonesia, sebagaimana disebutkan di BAB I. Untuk itu sangat bagus jika ada organisasi atau kelompok Islam yang menyadari akan perjuangan pergerakan pluralisme ini. Pondok pesantren Edi Mancoro merupakan salah satu pondok pesantren NU yang sadar benar akan pejuangan dalam pluralisme bangsa ini. Sehingga pondok pesantren Edi Mancoro dengan santri di dalamnya melakukan kegiatan- kegiatan yang merajut kebersamaan dalam perbedaan. Dalam bab ini akan diperlihatkan analisa penulis atas penelitian yang sudah dilakukannya.

BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

82

BAB IV

Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro

Merajut Persatuan dalam Perbedaan

4.1. Pendahuluan

Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan bangsa ini selain merupakan

kekayaan tersendiri juga menjadi masalah yang tidak bisa dikatakan kecil, bahkan

bisa membuat perpecahan dan disintegrasi bangsa. Kemunculan kelompok,

organisasi atau gerakan-gerakan yang memperjuangkan perbedaan dan

kebhinekaan di bangsa ini harus mendapat perhatian dan dukungan yang luas dari

segenep warga negara Indonesia.

Islam yang merupakan kekuatan yang besar di Indonesia ini mempunyai

peranan yang besar untuk memperjuangkan dan merajut persatuan dalam bhineka

tunggal ika. Kemajemukan atau pluralisme agama memberi sumbang sih yang

besar dalam beberapa kasus perpecahan di Indonesia, sebagaimana disebutkan di

BAB I. Untuk itu sangat bagus jika ada organisasi atau kelompok Islam yang

menyadari akan perjuangan pergerakan pluralisme ini.

Pondok pesantren Edi Mancoro merupakan salah satu pondok pesantren

NU yang sadar benar akan pejuangan dalam pluralisme bangsa ini. Sehingga

pondok pesantren Edi Mancoro dengan santri di dalamnya melakukan kegiatan-

kegiatan yang merajut kebersamaan dalam perbedaan. Dalam bab ini akan

diperlihatkan analisa penulis atas penelitian yang sudah dilakukannya.

Page 2: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

83

4.2. Santri dan Perbedaan adalah keniscayaan

Segala perbedaan suku, agama, ras, pilihan parpol, ekonomi, suku, aliran

kepercayaan maupun jenis perbedaan lainnya itu sebuah keniscayaan. Kalau kita

meyakini itu sebuah anugerah, mungkin situasinya bisa lebih kondusif.

Sebaliknya, kalau itu sebuah musibah dan memaksakannya dengan sekuat tenaga

untuk menyatukan perbedaan maka setiap hari kita akan saling bertengkar dan

bertikai saja.

Perbedaan adalah sesuatu yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.

Perbedaan adalah bintang yang selalu menghiasi langit sejarah peradaban

manusia. Oleh karena itu, ketika kita berbicara tentang masalah perbedaan, maka

itu akan menjadi tema pembicaraan yang tidak akan pernah habis untuk dibahas,

karena perbedaan itu sudah ada sejak zaman dahulu kala dan merupakan sebuah

keniscayaan.

Keniscayaan perbedaan tersebut bukan sesuatu yang salah maupun sebuah

masalah. Karena itu para pendiri bangsa ini merumuskan Pancasila sebagai

mengikat dalam satu kerukunan dan permusyawaratan. Kecuali mereka yang tidak

mengakui itu, tidak mengakui Pancasila sebagai dasar negara, menurut penulis

mereka harus dipertanyakan kenapa masih tinggal di Indonesia ini. Kalau

Indonesia tidak dimunculkan Pancasila, bisa saja hingga kini kita masih dibawah

kendali penjajah asing, atau minimal masih tercecer berdasarkan wilayah

kerajaannya masing-masing. Pastinya perjalanan hidup setiap kita akan beda

dengan yang sekarang kita alami, entah seperti apa, yang jelas penulis tidak bisa

membayangkan bagaimana Indonesia jadinya, tentu tidak seperti sekarang ini.

Page 3: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

84

Demikian juga dengan sikap para santri pondok Edi Mancoro yang juga

mengakui bahwa perbedaan itu sesuatu yang sudah dari yang menciptakan

hidup/fitrah Tuhan. Dari pebedaan itu maka kita bisa saling belajar, saling

melengkapi untuk kekayaan kehidupan bersama ini. Sebagaimana umat Islam

meyakini dalam Al Qur’an ada firman Allah yang berbunyi :

Dan diantara tanda-tanda (kebesaran) Nya ialah menciptakan langit dan

bumi, perbedaan bahasamu dan perbedaan warna kulitmu. Sungguh

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-

orang yang mengetahui. (QS. ar-Ruum : 22).

Secara fisik dan bahasa saja, Tuhan telah memberikan perbedaan diantara

manusia. Dan tidak hanya sebatas itu, Tuhan juga memberikan perbedaan-

perbedaan dalam hal yang lain. Tuhan memberikan manusia akal yang berbeda,

kecerdasan yang berbeda, pola pikir yang berbeda, cara pandang yang berbeda

dan perbedaan-perbedaan yang lainnya. Dari sekian banyak perbedaan yang

dimiliki oleh manusia, maka tidak heran jika dari perbedaan-perbedaan tersebut

akan melahirkan sesuatu yang berbeda pula. Tidak terkecuali perbedaan cara

pandang di dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan ini.

Pemikian bahwa perbedaan itu adalah fitrah dan juga sunnatullah sejalan

dengan Gus Dur yang disampaikan juga dalam arah pikirannnya tentang

pluralisme. Semasa hidupnya Gus Dur selalu konsisten terhadap tiga hal, yaitu

demokrasi, hak asasi manusia, dan pluralisme. Indonesia telah memilih demokrasi

sebagai sistem politik yang digunakan dalam pemerintahan, maka implikasinya

Page 4: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

85

tidak ada diskriminasi. Hal ini berkaitan erat dengan konsep hak asasi manusia

dan pluralisme sebagai kenyataan bahwa Indonesia beragam.1

Sedangkann Jeremy Menchik melihat supremasi hukum di Indonesia harus

dipahami melalui sudut pandang UUD 1945. Konstitusi, yaitu negara hukum yang

menempatkan Ketuhanan Yang Maha sebagai prinsip utama serta nilai-nilai

agama yang mendasari gerakan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan bukan

sebagai negara yang memberlakukan pemisahan negara dan agama atau hanya

memegang prinsip individual atau komunal tertentu.2 Ini juga sama dengan

pemikiran para santri yang ada di pondok pesantren Edi Mancoro yang mengakui

Pancasila dan UUD 1945 sebagai supremasi hukum di Indonesia.

Jadi demikianlah menurut penulis, para santri pondok pesantren Edi

Mancoro mengakui perbedaan penduduk Indonesia yang majemuk ini. Perbedaan

diakui karena kehendak Tuhan sendiri untuk manusia saling melengkapi dan

saling belajar. Perbedaan itu indah dan bukan malapetaka jika kita memaknai

perbedaan itu dengan baik dan benar.

4.3. Santri dan Perbedaan dalam Membangun Persatuan

Santri dan pondok pesantren mempunyai peran yang sangat besar dalam

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ini bukan hanya karena umat

Islam yang mayoritas di Indonesia, namun juga kesadaran pondok pesantren dan

santri dalam kerinduan untuk memperjuangkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Perjuangan itu sudah terbukti sejak perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejak

1 Mukhlas Syarkun, Ensiklopedi Abdurrahman Wahid, Gus Dur Seorang Mujaddid,

(Jakarta: PPPKI, 2013), 12. 2 Jeremy Menchik, Islam and Democracy in Indonesia : Tolerance Without Liberalism....,

1.

Page 5: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

86

masa gerilya melawan penjajah hingga saat perumusan konsep Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) tak akan bisa lepas dari peran pondok pesantren dan

para santrinya. NKRI merupakan harga mati dan siapa pun yang bermaksud

merusak persatuan dan kesatuan bangsa, maka hukumnya wajib diperangi.

Bagi para santri pondok pesantren Edi Mancoro, NKRI juga merupakan

harga mati. Mereka juga mengerti bahwa sejak jaman dahulu, para santri pondok

pesantren berjuang untuk kemerdekaan dan juga mempertahankan kemerdekaan

Indonesia. Dalam menghadapi perbedaan atau pluralisme ini mereka lebih

mengutamakan persatuan di atas segala hal. Artinya jika memang ada

pertengakaran, pertikaian atau yang mengancam persatuan itu, maka para santri

percaya bahwa persatuan bangsa ini harus didahulukan.

Sebagaimana pemikiran Gus dur tentang bangsa ini yang penuh perbedaan

dan kemajemukan atau pluralisme ini, maka jika terjadi perbedaan dalam mencari

penyelesaian adalah harus dengan kerendahhatian dan mengutamakan persatuan

bangsa dan negara.3 Pluralisme yang digagas Gus Dur adalah bagian penting

dalam usaha mencita-citakan bangsa ini hidup rukun dan aman dalam

kebhinekaannya, ini menjadi pondasi penting dalam kehidupan dan kemanusiaan,

sebab sebuah bangsa yang begitu majemuk seperti Indonesia ini jika salah dalam

mengelola berbagai perbedaan paham keagamaan, aliran, suku, dan lain-lain akan

memunculkan ketegangan, permusuhan, dan kekerasan sosial yang mengarah

pada disintregasi bangsa.4

3 M. Sulton Fatoni dan Wijdan Fr., The Wisdom of Gus Dur: Butir-butir Kearifan Sang

Waskita (Jakarta, Pustaka Iman, 2014), 27. 4 Syarkun, Ensiklopedi Abdurrahman Wahid…, 264.

Page 6: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

87

Menurut penulis sikap santri ini juga cocok dengan Jeremy Menchik

indonesia bukan negara agama, namun bukan sekuler. Pemikiran ini menunjukan

bahwa dasar negara bukan terletak pada salah satu agama, namun kepada

Pancasila dan UUD 1945 yang mengakomodasi pluralisme dan persatuan dan

kesatuan bangsa Indonesia ini. Untuk itu, menurut penulis NKRI harga mati

adalah hal yang pantas untuk diperjuangkan dan selalu didengungkan.

4.4. Pondok Pesantren Edi Mancoro dan Pluralisme

Pondok pesantren Edi Mancoro mempunyai peran yang besar dalam

menjaga pluralisme terutama di wilayah Salatiga dan juga meluas ke tempat lain.

Ini dibuktikan dengan adanya kegiatan-kegiatan lintas agama yang terjadi di sana

(telah penulis sampaikan di bab 3), sehingga membuat para santri juga terlatih

untuk selalu menjaga pluralisme yang ada di Indonesia ini.

Menurut penulis Gus Dur juga melihat bahwa pluralisme ini juga nilai

yang terkandung dalam Islam. sebagaimana sifat Islam yang universalisme,

bahwa nilai Islami pasti juga ada dalam pluralisme itu. Demikian juga dengan

kosmopolitanisme Islam yang mampu menyerap juga kebaikan atau budaya barat

yang masuk ke Islam, karena budaya Islam yang terbuka. Sifat kosmopolitan dari

Islam ini membuat Islam bisa duduk secara berdampingan setara dengan

rasionalisme barat, meskipun mulai dari titik pijak yang berbeda. Pertemuan

Islam dengan kosmopolitanisme barat dimulai dari gagasan Gus Dur tentang

pandangan dunia Islam yang dibangun oleh tiga nilai yaitu demokrasi, keadilan

dan persamaan. Kosmopolitanisme peradaban Islam memantulkan proses saling

menyerap dengan peradaban-peradaban lain di sekitar dunia Islam. Proses seperti

Page 7: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

88

hilangnya batasan etnis, kuatnya pluralitas budaya dan heterogenitas politik dalam

suatu lingkup masyarakat, merupakan implikasi dari kosmopolitanisme peradapan

Islam.5 demikian juga menurut penulis tentang ide pribumisasi Islam, bagaimana

Islam bisa membaur dengan budaya di Indonesia yang majemuk ini, sehingga

Islam Indonesia harus bisa hidup dan menghargai perbedaan atau pluralisme.

Gus Dur juga mengatakan bahwa teologi itu tidak hanya mengenai

Ketuhanan saja, namun juga terkait masalah-masalah sosial. Penulis akan

memakai pemikiran Gus Dur ini dengan sebutan teologi yang holistik. Demikian

juga yang dikembangkan oleh pondok pesantren Edi Mancoro dalam mengajarkan

pada para santrinya tentang perbedaan atau pluralisme yang ada di Indonesia ini.

Untuk itu kegiatan-kegiatan di luar kurikulum resmi itu justru mengubah para

santri menjadi pluralis dan terbuka akan yang lainnya.

Dalam penelitiannya Jeremy Menchik menggali bagaimana pemuka

Muslim memahami toleransi, bagaimana implikasinya terhadap demokrasi, dan

membandingkannya dengan demokrasi lain. Para pemuka umat Muslim di

Indonesia sangat menghargai demokrasi Pancasila yang ada di Indoensia,

sehingga toleransi antar umat bisa terjadi. Seharusnyalah bahwa para pemuka

agama Islam yang mempunyai sikap toleransi dan menghargai demokrasi serta

pluralisme, hendaknya menyampaikan itu pada umatnya yang ada di bawahnya

atau tergabung dalam organisasinya masing-masing. Dengan adanya toleransi

komunal, yaitu toleransi yang dimiliki secara komunal oleh sebuah organisasi atau

kelompok masyarakat tertentu, dalam hal ini ormas Islam, pluralisme dan

5 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan Nilai-nilai Indonesia & Transformasi

Kebudayaan (Jakarta: The Wahid Institute, 2007), 9.

Page 8: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

89

toleransi terjaga.6 Hasil penelitian ini terbukti benar dalam sikap yang ditunjukkan

oleh para santri pondok pesantren Edi Mancoro, yang juga termasuk dalam NU.

Mereka menjadi terbuka tentu karena toleransi secara komunal yang diajarkan

oleh para pengasuh pondok pesantren Edi Mancoro melalui kegiatan-kegiatan

lintas iman yang dilakukan dalam pondok pesantren. Bagaimana para pengasuh

memberi teladan yang baik pada santri-santrinya. Itu juga menunjukan kebenaran

dari penelitian Jeremy Menchik tetang toleransi tanpa liberalisasi, artinya para

santri tidak mempunyai hak pribadi untuk menentukan sikapnya tentang

pluralisme, tetapi mereka mengikuti para pengasuh dan kyainya. Ini menurut

penulis berbahaya jika para pengasuh mempunyai pemahaman yang tidak baik

tentang pluralisme.

Terbukti benar bahwa pondok pesantren mempunyai peran yang besar

bagi pluralisme. Para santri dirubah menjadi lebih terbuka dan pluralis, sehingga

mempunyai pandangan yang baik tentang perbedaan atau pluralisme.

4.5. Kyai dan Keteladanan

Istilah “kyai” dalam masyarakat Jawa tradisional, sedikitnya ada lima

kategori penggunaan istilah itu. Pertama digunakan untuk menyebut ulama Islam.

orang-orang yang menguasai kitab kuning, Al Quran dan Hadist. Kedua istilah

“kyai” digunakan untuk sebutan kehormatan bagi orang tua pada umumnya. Di

lingkungan Jawa Tradisional, khususnya di pedesaan, orang-orang yang lebih

muda biasa menyebut orang tua laki-laki, mertua laki-laki, atau laki-laki yang

dituakan disebut dengan istilah “kyai”. Ketiga istilah “kyai” digunakan untuk

6 Jeremy Menchik, Islam and Democracy in Indonesia : Tolerance Without Liberalism ...,

124-158.

Page 9: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

90

sebutkan benda-benda pusaka (benda-benda dikeramatkan), seperti contohnya

keris, kereta keraton dan sebagainya. Keempat istilah “kyai” digunakan untuk

menyebut binatang yang dikeramatkan, seperti kerbau bule, harimau, dan

sebagainya. Kelima istilah “kyai” digunakan juga untuk pekabar Injil yang

pribumi, untuk membedakan dengan pekabar Injil dari barat.7 Pada bagian ini

penulis memakai “kyai” untuk menyebut para pengasuh pondok pesantren dan

juga pimpinan-pimpinan pondok pesantren yang dianggap menguasai kitab

kuning, Al Qur-an dan Hadist.

Kyai sebagai tokoh sentral dalam pesantren yang memberikan pengajaran.

Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan

sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial. Sebagai

pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada

keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai.

Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral

dalam pesantren. Pada akhirnya memang kemasyhuran, perkembangan dan

kelangsungan kehidupan suatu pesantren banyak bergantung pada keahlian dan

kedalaman ilmu, kharismatik dan wibawa serta ketrampilan kyai yang

bersangkutan dalam mengelola pesantrennya. Jika kyai mengajarkan sesuatu yang

tidak baik, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada para santrinya kelak.

Makanya sangat berbahaya jika kyai tidak mempunyai pemahaman yang baik

akan perbedaan atau pluralisme di Indonesia yang majemuk ini.

Tingkat pendidikan yang memadahi dari para pengasuh di pondok

pesantren Edi mancoro mau tidak mau mempengaruhi kedewasaan, gaya berpikir,

7 J. Mardimin, Perlawanan Politik Santri: Kajian tentang Pudarnya Kewibawaan dan

Pengaruh Kyai, Perlawanan Politik Santri, serta Dampaknya bagi Perkembangan Partai-partai

Politik Islam di Pekalongan (Salatiga, Satya wacana Press, 2016), 62-63.

Page 10: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

91

keluasan pengetahuan yang dipunyainya, dan sebagainya, yang tentunya nanti

berpengaruh dalam mengajarkan ilmu pengetahuan itu pada para santrinya.

Sehingga dengan pendidikan yang dimiliki oleh para pengasuh dan kyai dari

pondok pesantren ini, memberikan kedewasaan berpikir juga bagi para santrinya

termasuk didalamnya menanggapi perbedaan atau pluralisme bangsa Indoensia

ini.

Gus Dur juga beranggapan yang sama bahwa kyai sebagai individu

menjadi teladan bagi santrinya. Konsep ini mensyaratkan kualitas hidup individu

seorang kyai yang memiliki integritas. Integritas pribadi merupakan modal sosial

bagi pengembangan sikap hidup pluralis. Selain itu menurut Gus Dur, kyai harus

bisa memadukan masalah kekinian/aktual dipadukan dengan baik dan dicari

penyelesaiannya lewat pendidikan Islam yang akan disampaikan pengasuh dan

kyai kepada santrinya.8 Semantara itu menurut penulis mengapa Gus Dur begitu

semangat memperjuagkan pluralisme, dikarenakan juga pengaruh pendidikan

beliau selama di pondok pesantren dan juga ketika sekolah di luar negeri.

Jeremy Menchik memandang keteladanan para tokoh Muslim dalam

menghargai toleransi berdampak pada demokrasi dan membangun sikap kolektif

yang pluralis. Para pemuka umat Muslim di Indonesia sangat menghargai

demokrasi Pancasila yang ada di Indoensia, sehingga toleransi antar umat bisa

terjadi. Sudah seharusnyalah bahwa para pemuka agama Islam yang mempunyai

sikap toleransi dan menghargai demokrasi serta pluralisme, hendaknya

menyampaikan itu pada umatnya yang ada di bawahnya atau tergabung dalam

organisasinya masing-masing. Dengan adanya toleransi komunal, yaitu toleransi

8 Malik Fajar, Holistika Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), 29.

Page 11: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

92

yang dimiliki secara komunal oleh sebuah organisasi atau kelompok masyarakat

tertentu, dalam hal ini ormas Islam, pluralisme dan toleransi terjaga.9

Penulis melihat pentingnya unsur keteladanan yang dimiliki oleh para kyai

dan juga pengasuh pondok pesantren Edi Mancoro ini. Keteladanan yang nyata,

bukan hanya sekedar wawasan atau teori belaka, namun juga dipraktekkan dalam

kehidupan nyata. Ini terbukti dari cara hidup para kyai dan para pengasuh pondok

pesantren yang terbuka terhadap pluralisme dan juga kegiatan-kegiatan yang

diadakan di pondok pesantren Edi Mancoro ini menunjukan dari kebenaran

kenyataan itu, diantaranya live in dari umat berbeda lain, kegiatan komunitas

muda lintas iman Salatiga (KITA FAMILI), atau kegiatan-kegiatan lintas iman

atau interfaith lainnya. Penulis juga sangat setuju jika kyai atau pengasuh pondok

pesantren mempunyai pemahaman yang baik akan perbedaan atau pluralisme,

karena Indonesia yang majemuk ini.

4.6. Santri sebagai Agen Perubahan

Pendidikan agama merupakan pondasi untuk membentuk karakter bangsa.

Melalui pendidikan agama, dapat membentuk serta menumbuhkan akhlak mulia,

moral, budi pekerti atau karakter peserta didik merupakan langkah paling

fundamental dan dasariah untuk membentuk karakter bangsa. Demikian juga

pendidikan agama di pondok pesantren di Indonesia, harus memberikan

perubahan karakter, moral dan budi pekerti yang baik bagi para santrinya.

Ditetapkannya hari santri nasional pada 22 Oktober 2015 lalu oleh

Presiden Jokowi menuai banyak rasa syukur berbagai kalangan, khususnya dari

9 Jeremy Menchik, Islam and Democracy in Indonesia : Tolerance Without Liberalism ...,

124-158.

Page 12: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

93

para santri dan mantan santri yang kini berkiprah di berbagai bidang dalam

mendukung pembangunan di tanah air. Ini seakan sebagai sebuah penghargaan

akan keberadaan santri dan pondok pesantren yang tentunya mulai diakui negara

membawa pengaruh yang baik atau mempunyai peranan yang baik bagi

masyarakat secara luas. Dalam menjaga bangsa dan negara ini, pondok pesantren

kini bisa jadi garda depan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).

Perubahan jaman yang cepat, budaya global atau globalisasi, kemajuan

tehnologi yang pesat, membawa pengaruh baik dan juga buruk pada masyarakat

dan budaya bangsa Indonesia. Ini merupakan tantangan jaman sekarang ini yang

juga harus diperhatikan juga oleh umat Islam, terutama pendidikan di pondok

pesantren. Pengaruh ajaran yang agak radikal dan bahkan cenderung radikal juga

banyak mempengaruhi umat Islam sekarang ini. Ini juga tantangan bagi umat

Islam yang memperjuangkan pluralisme di Indonesia.

Dari penelitian penulis (ditulis di bab 3) kelihatan bahwa ada perubahan

sikap yang dialami oleh para santri pondok pesantren Edi Mancoro tentang

perbedaan atau pluralisme. Dari yang semula belum pernah berhubungan atau

bergaul dengan yang berbeda, dalam hal ini agama, sekarang menjadi terbiasa

dengan perbedaan dalam pergaulan. Bahkan ada yang semula pernah terlibat

dalam organisasi Islam yang radikal, cenderung tidak suka atau menolak

keberadaan yang berbeda agama, sekarang setelah masuk menjadi santri di

pondok pesantren Edi Mancoro berubah menjadi bisa bergaul dan bahkan menjadi

baik dengan yang berbeda agama serta berteman dengan mereka. Yang dulunya

Page 13: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

94

menjadi remaja yang dianggap nakal atu bandel dalam masyrakat, sekarang

menjadi anak yang baik. Dan perubahan-perubahan yang menuju kebaikan yang

lainnya.

Sebuah tantangan juga bagi pondok pesantren yang juga ada pendapat

bahwa pondok pesantren menjadi sarang dari terorisme di Indonesia. Memang

tidak dapat dipungkiri ada beberapa teroris yang berasal dari pondok pesantren.

Sehingga anggapan pondok pesantren menjadi juga sarang teroris tidak bisa

disalahkan, namun bahwa anggapan semua pondok pesantren itu sama juga tidak

benar. Pandangan ini yang ditolak dan diperjuangkan untuk dirubah oleh santri

podnok pesantren Edi Mancoro, pesantren harus menjadi garda terdepan generasi

bangsa yang berkarakter, menjadi agen perubahan, tokoh dan pendamping

masyarakat yang membawa pada persatuan dan kesatuan bangsa.

Melihat para santri pondok pesantren Edi Mancoro yang nanti tidak

disiapkan menjadi kyai atau mendirikan pondok pesantren sendiri, tetapi lebih

kepada kyai pendamping masyarakat, maka penting sekali ilmu yang dibawa dari

hasil pendidikan di pondok pesantren Edi Mancoro, termasuk pengalaman akan

lintas iman atau paham pluralismenya, sehingga menjadikan masyarakat menjadi

warga negara yang mengahargai toleransi dan pluralisme. Sebagai kyai

pendamping masyarakat, para santi podok pesantren ini pasti mempunyai peranan

yang besar dalam memperjuangkan pluralisme.

Berangkat dari optimise yang besar terhadap potensi pesantren, Gus Dur

menyambut positif berbagai tantangan baik dari internal maupun eksternal

pesantren. Bahkan dengan sebutannya yang khas pesantren sebagai sub kultur,

Page 14: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

95

bagi Gus Dur, pesantren dengan santri yang ada di dalamnya memiliki kekuatan

yang potesial menjadi agen vital untuk melakukan perubahan di tengah

masyarakat.10 Perubahan yang positif, yang bisa menjawab tantangan jaman

kekinian. Santri harus bisa menjawab tantangan itu dan menjadi agen perubahan.

Jeremy Menchik melihat kedekatan dalam berinteraksi dengan agama

yang lain dipengaruhi oleh pergaulan. Pergaulan antara agama yang berbeda

dengan para santri yang berada Islam dalam pondok pesantren Edi Mancoro,

membawa perubahan bagi para santri. Dengan mau bergaul, bersama-sama hidup,

maka mereka ada komunikasi, saling belajar dan berteman. Yang pada akhirnya,

membuat para santri dan anggota dari lain agama yang ikut kegiatan itu bisa

menjadi pribadi yang terbuka akan perbedaan atau pluralime terutama agama, dan

menjadikan mereka lebih pluralis tentunya.

Demikianlah menurut penulis bahwa santri bisa menjadi agen perubahan

dalam masyarakat didukung oleh banyak elemen baik itu pemerintah maupun

harapan masyarakat secara umum. Keberadaan mereka nantinya dalam

masyarakat, yang dianggap lebih mengerti soal agama, diharapkan menjadi

peneduh jika terjadi perbedaan, pertikainn atau konflik dalam masyarakat yang

bisa mengancam disintegrasi bangsa, bahkan para santri bisa menjadi agen

perubahan menuju pluralisme yang baik.

10 Adurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan: Nilai-Nilai Indonesia Tranformasi

Kebudayaan (Jakarta: Wahid Institute, 2007), xvi.

Page 15: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

96

4.7. Negara Menjaga Pluralisme

Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Namun

demokrasi ini bukan demokrasi liberal yang mengagungkan kebebasan sebebas-

bebasnya, namun lebih kepada demokrasi yang mendasarkan pada Pancasila dan

UUD 1945 yang telah digagas dengan baik oleh para pendiri bangsa. Negara yang

tidak mendasarkan pada salah satu agama yang ada di Indonesia, namun negara

mengakui akan ketuhanan, artinya agama menjadi sesuatu yang dianggap penting

bagi perkembangan bangsa dan negara ini.

Indonesia adalah bangsa yang majemuk dalam berbagai hal, suku, agama,

ekonomi, dan sebagainya. Pluralisme ini menjadi modal yang baik bagi negara

jika dikelola dengan baik, namun bisa menjadi penghalang yang besar jika tidak

dipelihara dengan baik pula. Perbedaan-perbedaan itu dijamin oleh negara dalam

Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu jika mau menjadi warga negara yang baik,

maka perbedaan itu harus dihormati dan dihargai.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa di Indonesia ini masih sering terjadi

kerusuhan karena perbedaan dan mengatasnamakan agama. Ada banyak contoh-

contoh kerusuhan yang sudah penulis sampaikan pada bab sebelumnya (lihat bab

1). Kerusuhan-kerusuhan ini sangat menciderai pluraliseme bangsa dan juga

demokrasi. Karena perkembangan dewasa ini, bangsa yang modern adalah bangsa

yang menghargai perbedaan atau pluralisme dan juga demokrasi.

Tuntutan demokratisasi semakin populer dalam dunia internasional

sekarang ini. Menguatnya tuntutan seperti ini karena dianggap demokrasi sebagai

sistem yang potensial untuk menghantarkan pada masyarakat yang ideal dalam

Page 16: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

97

mentransformasi sosial politik yang baik. Demokrasi dianggap lebih mampu

mengangkat harkat dan martabat manusia, lebih rasional dan lebih realistis, untuk

mencegah kekuasaan yang dominan, yang represif dan otoriter.11

Salah satu tokoh bangsa Indonesia, Hasyim Muzadi, mengatakan bahwa

demokrasi tidak hanya mengenai sistem ketatanegaraan saja yang bagus, yang

saat ini dijadikan rujukan oleh banyak bangsa di dunia, secara prinsip

mengandung struktur nilai yang paling sesuai dengan kondisi kebangsaan

Indonesia yang majemuk dalam berbagai hal. Demokrasi tidak hanya

diperjuangkan karena sistemnya yang realistis dan manusiawi, tetapi karena

didalamnya ada potensi untuk mempersatukan perbedaan dan semua komponen

kekuatan bangsa.12

Sementara itu Gus Dur beranggapan bahwa semua warga negara dan juga

manusia mempunyai hak-hak yang harus dihormati. Hak-hak itu juga dijamin

secara hukum dan undang-undang, karenanya negara Indonesia negara hukum.

Pluralisme adalah bagian penting dalam usaha mencita-citakan bangsa ini hidup

rukun dan aman dalam kebhinekaannya, ini menjadi pondasi penting dalam

kehidupan dan kemanusiaan, sebab sebuah bangsa yang begitu majemuk seperti

Indonesia ini jika salah dalam mengelola berbagai perbedaan paham keagamaan,

aliran, suku, dan lain-lain akan memunculkan ketegangan, permusuhan, dan

kekerasan sosial yang mengarah pada disintregasi bangsa.13

11 Ma’mun Murod Al-Brebesy, Menyingkap Pemikiran Politik Gus Dur dan Amin Rais

tentang Negara (Jakarta: Rajawali Pres, 1999), 59. 12 Hasyim Muzadi, Nahdlatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan Bangsa (Jakarta:

logos, 1999), 48. 13 Mukhlas Syarkun, Ensiklopedi Abdurrahman Wahid, Gus Dur Seorang Mujaddid,

(Jakarta: PPPKI, 2013), 264.

Page 17: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

98

Dengan demikian menurut penulis disinilah peran negara untuk secara

aktif menjaga pluralisme dan demokrasi di Indonesia ini. Negara juga mempunyai

tanggung jawab untuk menjadi pembela-pembela pluralisme atas nama undang-

undang. Negara mempunyai banyak alat negara yang bisa digunakan sebagai alat

penjaga pluralisme dan demokrasi. Jika negara sudah kehilangan semangat

membela pluralisme, atau lebih jatuh pada pembelaan pada salah satu kelompok

atau golongan tertentu, maka bisa dipastikan keberlangsungan bangsa Indonesia

ini terganggu atau bahkan bisa pecah.

4.8. Pluralisme yang Ideal Menjadi Impian Bangsa

Pluralisme adalah suatu keniscayaan untuk hidup bersama dalam konteks

Indonesia. Bangsa Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk

yang banyak dan terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, agama, kebudayaan

dan lain-lain. Jumlah penduduk Indonesia yang dikeluarkan badan statistik

kependudukan Indonesia adalah 237.641.326 jiwa tahun 2010.14 Dengan demikian

Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang majemuk. Jumlah penduduk yang besar

dan juga keanekagaman itu membuat Indonesia disatu sisi kaya akan potensi

untuk perkembangan dan pembangunan bangsa, disisi lain potensi juga untuk

terjadinya perpecahan bangsa dan negara.

Kemajemukan itu bisa menyebabkan disintegrasi bangsa. Sudah ada

banyak contoh permasalahan yang memicu disintegrasi bangsa Indonesia ini.

Disintegrasi bangsa Indonesia ini pernah terjadi diberbagai faktor kehidupan ini,

14 http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267 ... diakses 01 Oktober 2016 diakses

pukul 10.00 WIB

Page 18: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

99

diantaranya kerusuhan-kerusuhan, intolerani, baik itu disebabkan oleh agama,

etnis, budaya, ekonomi dan politik.

Menurut John Titaley, pluralisme diletakkan dalam ruang Pancasila

sebagai kesepakatan bangsa. Menurut John Titaley, yang dimaksud dengan

pluralisme adalah kenyataan bahwa dalam suatu kehidupan bersama manusia

terdapat keragamaan suku, ras, budaya dan agama. Keragamaan agama itu terjadi

juga karena adanya faktor lingkungan tempat manusia itu hidup yang juga tidak

sama. Lingkungan hidup empat musim bagi sesorang akan membuat orang

tersebut memiliki karakter dan pembawaan yang berbeda dengan orang yang

hidup dalam lingkungan yang hanya terdiri dari dua musim, seperti musim hujan

dan musim panas.15

Agama bukan hanya lembaga yang berhubungan dengan Yang Mutlak

saja, namun juga berhubungan sebagai lembaga sosial. Agama adalah juga bagian

dari kebudayaan, karena dihidupi dari kebutuhan manusia sehari-hari. Manusia

tidak bisa hidup di luar kebudayaan.16 Yang Mutlak itu kekal dan Dia Universal,

sedangkan manusia mempunyai keterbatasan akan pemahamannya, sehingga

manusia tidak bisa memahami kehendak Yang Mutlak dengan sempurna. Selalu

saja ada reduksi atau pengurangan akan pemahaman manusia terhadap Yang

Mutlak itu.17

Apakah benar Yang Mutlak itu hanya ingin dikenal atau berkomunikasi

dengan orang hanya pada kawasan tertentu? Bagaimana dengan orang yang ada

15 John A Titaley, Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan Tranformasi

Agama-agama (Salatiga: Satya wacana University Press, 2013), 169-170. 16 Ibid, 170. 17 Ibid.

Page 19: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

100

pada bagian yang lain, apakah mereka tidak bisa menerima komunikasi Yang

Mutlak agar kehendakNya diketahui/dimengerti manusia? Sudahlah pasti yang

biasanya suka mengklaim seperti itu adalah manusia juga dan itu adalah sifat

manusia. Karenanya, pluralisme adalah sesuatu yang manusiawi adanya.18

Pluralisme seperti ini berarti pula bahwa manusia pemeluk suatu agama

tertentu yang lahir ribuan tahun yang lalu, harus bisa menerima lahirnya atau

bermunculannya suatu agama yang baru pada masa kini atau masa depan. Dalam

kerangka pemikiran yang seperti inilah pluralisme agama harus diterima.19

Dekianlah seharusnya pluralisme di Indoenesia dipahami, pluralisme

melahirkan toleransi, dan searas dengan terwujudnya demokrasi Pancasila di

Indoensia ini. Dengan pluralisme bukan berarti semua agama sama, namun ada

rasa saling menghargai atas iman dan keyakinan masing-masing. Dengan

pemahaman pluralisme yang baik ada dalam warga negara Indonesia, maka

perpecahan atau disintegrasi bangsa bisa dicegah.

Namun ternyata yang dipahami oleh MUI atas pluralisme dengan yang

dipahami masyarakat secara umum berbeda. MUI menganggap bahwa salah satu

ajaran akan pluralisme agama adalah menganggap semua agama sama, padahal

menurut mereka Islam adalah agama yang terbaik, sehingga ditakutkan ajaran

pluralisme ini mengikis iman umat Islam (lihat bab 3), sehingga MUI

mengharamkan pluralisme. Sedangkan yang dipahami oleh orang pada umumnya,

pluralisme tidak menyamakan semua ajaran agama, namun adanya penghargaan

dan saling menghormati antar agama. Mau saling belajar dan melengkapi untuk

18 Ibid, 172. 19 Ibid.

Page 20: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

101

hidup bersama-sama dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Menurut

penulis, pluralisme yang seperti inilah yang harus dimiliki oleh semua masyarakat

di Indonesia ini.

Agama tidak hanya membahas dan memperjuangkan keTuhanan saja,

namun juga memperjuangkan tentang sosial, atau dalam pemahaman saya dalam

Gus Dur adalah teologi holistik. Persoalan-persoalan kemiskinan, kemanusiaan

dan nasionalis, di perjuangkan oleh para pengikut Gus Dur ini. Tidak hanya

dengan bersuara nyaring tetapi mereka juga melakukan tindakan-tindakan nyata,

bersama dengan berbagai pihak dari lintas agama. Perjuangan lain seperti dialog

anatar agama-pun seringkali di lakukan. Di sisi lain gereja harus hadir ditengah

masyarakat, salah satu yang tidak bisa dipandang sebelah mata adalah

menghadirkan damai sejaterah Allah dalam kehidupan bernegara. Tidak bisa

dipungkiri bahwa jemaat Kristen meruapakan warga Kerajaan Allah tetapi juga

warga negara sebagai kerajaan duniawi20. Sehingga kewajiban juga bagi gereja

untuk memperjuangkan keadilan sosial da juga pluralisme dalam kehidupan nyata

di dunia ini.

4.9. Kesimpulan

Semua mengakui bahwa pluralisme adalah suatu keniscayaan di dunia dan

terutama di Indonesia, demikian juga para santri pondok pesantren Edi Mancoro

bahwa perbedaan atau pluralisme itu adalah kehendak Tuhan untuk kita hidup

saling belajar dan melengkapi satu dengan yang lainnya. Mereka terbuka akan

perbedaan dan mau hidup dengan yang berbeda itu. Mereka akan siap membela

20 Bambang Subandrijo, Kehidupan Orang Beriman dalam Konteks Sosial, pada tulisan

Agama Dalam Praksis ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 148.

Page 21: BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut ... · BAB IV Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan 4.1. Pendahuluan Tidak dipungkiri bahwa kemajemukan

102

yang tertindas, memperjuangkan NKRI. Kyai dan pengasuh pondok pesantren Edi

Mancoro memberi teladan yang bak bagi para santrinya. Pemahaman yang

demikian ini haruslah didukung oleh semua pihak di Indoensia ini, termasuk

negara.

Negara mempunyai tanggung jawab untuk menjaga pluralisme dan

menegakkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara untuk mencapai

tujuan bangsa negara Indonesia yang adil dan makmur.