99
88 BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM BIDANG SOSIAL DAN SENI TAHUN 1970-1990 A. Perubahan Struktur Isi dan Pewarisan Syair Gulong Sebagaimana elemen kesenian dan budaya lokal pada umumnya, Syair Gulong memiliki perubahan-perubahan dalam fungsinya sebagai khasanah sosial dan juga seni. Dalam ranah sosial, perubahan yang dijadikan sudut pandang adalah dinamika yang muncul di kehidupan bermasyarakat Melayu Kalimantan Barat, sejauh mana Syair Gulong mempengaruhi komunitas Melayu di daerah hingga melahirkan elemen-elemen baru dalam sosialitas masyarakat. Sedangkan dalam konteks seni, perubahan Syair Gulong dilihat dengan sudut pandang artikulasi yang tercipta dari teks-teks atau naskah syair yang mengalami perubahan dari masa ke masa serta kaidah dan khasanah budaya yang muncul dari dinamika tersebut. Salah satu perubahan Syair Gulong terlihat dalam pewarisannya sebagai salah satu kesenian lokal masyarakat Melayu Kalimantan Barat warisan Kerajaan Tanjungpura. Hilangnya batasan lingkungan dalam pewarisan dan melestarikan kesenian Syair Gulong menjadi salah satu sudut pandang utama dari dinamika Syair Gulong. Dari beberapa hasil wawancara lisan, ada semacam keyakinan di alam bawah sadar narasumber bahwa Syair Gulong dahulunya hanya berkembang di lingkungan kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Tanjungpura saja. Dari empat hasil wawancara, meenyatakan bahwa kesenian Syair Gulong sudah ada sejak zaman Tanjungpura 93 , yang mana cukup menimbulkan bias karena periodisasi masa 93 Wawancara dengan Harun Das Putra. 28 Juli 2014.

BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

88

BAB IV

PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM BIDANG

SOSIAL DAN SENI TAHUN 1970-1990

A. Perubahan Struktur Isi dan Pewarisan Syair Gulong

Sebagaimana elemen kesenian dan budaya lokal pada umumnya, Syair

Gulong memiliki perubahan-perubahan dalam fungsinya sebagai khasanah sosial

dan juga seni. Dalam ranah sosial, perubahan yang dijadikan sudut pandang adalah

dinamika yang muncul di kehidupan bermasyarakat Melayu Kalimantan Barat,

sejauh mana Syair Gulong mempengaruhi komunitas Melayu di daerah hingga

melahirkan elemen-elemen baru dalam sosialitas masyarakat. Sedangkan dalam

konteks seni, perubahan Syair Gulong dilihat dengan sudut pandang artikulasi yang

tercipta dari teks-teks atau naskah syair yang mengalami perubahan dari masa ke

masa serta kaidah dan khasanah budaya yang muncul dari dinamika tersebut.

Salah satu perubahan Syair Gulong terlihat dalam pewarisannya sebagai

salah satu kesenian lokal masyarakat Melayu Kalimantan Barat warisan Kerajaan

Tanjungpura. Hilangnya batasan lingkungan dalam pewarisan dan melestarikan

kesenian Syair Gulong menjadi salah satu sudut pandang utama dari dinamika Syair

Gulong. Dari beberapa hasil wawancara lisan, ada semacam keyakinan di alam

bawah sadar narasumber bahwa Syair Gulong dahulunya hanya berkembang di

lingkungan kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Tanjungpura saja. Dari empat hasil

wawancara, meenyatakan bahwa kesenian Syair Gulong sudah ada sejak zaman

Tanjungpura93, yang mana cukup menimbulkan bias karena periodisasi masa

93 Wawancara dengan Harun Das Putra. 28 Juli 2014.

Page 2: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

89

kerajaan Tanjungpura yang mana yang mereka maksudkan, tidak ada petunjuk atau

keterangan lisan yang konkrit seperti penyebutan tahun atau zaman pemerintahan

siapa. Tapi fakta di lapangan, pada masa-masa kerajaan sebelum Kolonialisme

Belanda dan pendudukan Jepang, dalem keraton memiliki juru tulis ataupun guru

yang mencatat semua aktivitas yang berkaitan dengan kerajaan tersebut.

Dari sudut pandang sebagai sebuah formalitas, Syair Gulong dibacakan

untuk menghibur tamu-tamu kerajaan. Menurut hasil wawancara lisan, pembacaan

syair di depan tamu kehormatan keraton sudah diwariskan sejak zaman kerajaan

Tanjungpura. Hanya saja tidak ada kejelasan periodisasi mengenai kapan Syair

Gulong berkembang sebagai bentuk penghormatan kepada tamu-tamu kerajaan

karena terbatasnya ingatan penutur lisan.

Dalam jenis informal, Syair Gulong dituturkan untuk acara yang bersifat

previlege atau interal keluarga saja semisal menunggu atau menimang bayi dalam

kegiatan tanggal pusat, atau berguru ngaji, hingga bahkan menemani tidur sang

raja, atau pangeran, atau putera mahkota. Syair Gulong, dituturkan pada setiap jenis

tersebut. Keluarga kerajaan akan memanggil penutur Syair Gulong terbaik di

kampung, kemudian dipersilahkan menuturkan syair terbaiknya dalam setiap

kegiatan kekeluargaan tersebut. Beberapa syair yang tercatat dalam perjalanan

sejarah kerajaan Tanjungpura adalah syair Awang Leman, syair Siti Zubaidah, syair

Dandan Setie, dan syair Abdul Muluk94.

94 Wawancara dengan Mahmud Mursalin, 1 Agustus 2014.

Page 3: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

90

Gambar 2. Salinan teks warqat Kesultanan Kadriah Pontianak.

(Sumber : Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia)

Gambar tersebut merupakan salinan teks asli warqat kesultanan Kadriah

Pontianak kepada Thomas Stamford Raffles, bercap tahun 1819. Isi perkamen

tersebut kurang lebih adalah perwujudan terimakasih keraton terhadap

pemerintahan Raffles selama di Hindia-Belanda, dan beberapa keluhan akan

serangan lanun atau pembajak yang cukup mengganggu aktivitas perdagangan yang

dialami Pontianak pada masa itu95. Dari dokumen di akhir abad ke-19 tersebut,

muncul kemungkinan bahwa segala pengetahuan dan humaniora hingga

95 Hasanuddin, dkk. Pontianak dalam 1771-1900 : Suatu Tinjauan Sejarah Sosial Ekonomi.

(Pontianak, Romeo Grafika Pontianak, 2000), hlm. 100.

Page 4: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

91

dokumentasi dalam bentuk foto ataupun tulisan bagi masyarakat Melayu di

mayoritas wilayah Kalimantan Barat masih sangat bergantung pada pergerakan

yang terjadi di internal kerajaan. Termasuk dalam hal ini, adalah kesenian dan

kebudayaan.

Maka tidak heran beberapa kitab-kitab syair klasik seperti Syair Bulan

Terbit, ditemukan di lingkungan internal keraton, yang berhasil diselamatkan oleh

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, Pontianak. Jika kembali merujuk

secara kepustakaan, kitab syair tersebut tidak dinisbatkan kepada nama seorang

pengarang, tetapi tetap mencantumkan pembubuhan jejak seperti yang ada pada

bagian akhir syair Tuan Madhi. Bagian tersebut ada pada halaman terakhir dan

berbunyi :

“Telah selesai menerbitkan syair ini pada bulan dzul’qadah tahun 1321

Hijriah96”

Masih belum ditemukan tempat dimana Syair Bulan Terbit ini ditulis,

sehingga bisa jadi kitab klasik itu milik berbagai kerajaan yang eksis di Kalimantan

Barat, bukan saja kerajaan Tanjungpura dan turunan-nya secara khusus ataupun

kerajaan Melayu pada umumnya, tetapi juga kerajaan tetangga seperti Kesultanan

Brunei Darussalam. Bagian akhir dari naskah Syair Tuan Madhi tersebut

menunjukkan bahwa penulis dari syair tersebut telah melakukan pencatatan

periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya, tidak

ada kejelasan mengenai tanggal ataupun bulan kapan syair Tuan Madhi ini

diselesaikan, tetapi fakta tertulis bahwa tahun 1321 Hijriah dapat diterjemahkan

96 Syair Tuan Madhi, 1923.

Page 5: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

92

sebagai tahun 1923 dalam kalender Masehi.

Gambar 3. Halaman depan Syair Bulan Terbit

(Sumber : Koleksi Arsip Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional

Pontianak)

Masalah yang muncul adalah kapan mulai berkembangnya kesenian Syair

Gulong di luar lingkaran atau eksternal lingkungan kerajaan tersebut. Diluar

lingkungan kerajaan Tanjungpura, kesenian Syair Gulong justru membentuk

karakternya sendiri hingga nanti munculnya dinamika dalam penyebutan kesenian

ini dari Kengkarangan menjadi Syair Gulong. Berikut adalah cuplikan penelitian

yang menjelaskan kesenian ini di luar lingkungan kerajaan :

“Pada setiap upacara yang dilaksanakan oleh Raja atau Pangeran atau

pejabat kerajaan lain serta para kepala wilayah yang terendah selalu ada saja

Page 6: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

93

penyair yang melantunkan syair gulung. Selanjutnya penduduk negeripun

ikut-ikutan membacakan syair gulung untuk upacara perkawinan, sunatan,

dan lain-lain97.”

Pada bagian awal penelitian, konteks perubahan fungsi dilihat secara

lingkungan dimana kesenian Syair Gulong dibacakan. Karena seperti yang

disampaikan dalam makalah tersebut, bahwa Syair Gulong pada awalnya hanya

dibacakan di internal keraton saja tetapi kemudian juga dibacakan pula di luar

lingkungan kerajaan.

Dikotomi dibacakan dalam ataupun luar lingkungan kerajaan sebenarnya

tidak memiliki periode sejarah yang pasti kapan batasan-batasan tersebut

diberlakukan. Atau setidaknya pada masa pemerintahan atau raja siapa, otorisasi

tersebut dilaksanakan. Dalam periode 1970-1990, penyair gulong yang masih hidup

mengatakan bahwa mereka pernah diundang untuk membacakan Syair Gulong di

hadapan keraton98. Perlu diketahui bahwa 1970-an, konsorsium kerajaan-kerajaan

di beberapa daerah Kalimantan Barat sudah tidak memiliki pengaruh yang berarti.

Bangunan-bangunan seperti masjid keraton, gapura, pagelaran keraton, dan

semacamnya hanya simbol-simbol yang banyak ditinggalkan oleh masyarakat.

Dan berbicara masalah konteks sosial, ada dikotomi bahwa kesenian Syair

Gulong wajib dibacakan dengan berdiri di depan khalayak orang ramai. Jika

merujuk kepada substansinya sebagai sebuah seni pertunjukkan, maka definisi

tersebut mengonfirmasi kebenaran bahwa Syair Gulong harus dibacakan di depan

orang banyak sebagai sebuah kesenian yang dipertunjukkan.

97 Hermansyah Ismail, loc.cit. 98 Wawancara dengan Harun Das Putra. 28 Juli 2014

Page 7: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

94

Tetapi tidak setiap pembacaan Syair Gulong harus dibaca ketika ada

kegiatan atau orang ramai berkumpul menyaksikan. Ada pembacaan syair yang

dilakukan dirumah-rumah penyair, atau ketika memasak untuk suatu acara, kerap

kali di dapur dituturkan Syair Gulong sambil menunggu masakan jadi.

Kesenian ini masuk dalam kesenian tradisional Melayu yang ada di

Kalimantan Barat. Sastra lokal ini adalah kesenian yang menjadi pionir bagi

perkembangan kesenian melayu lainnya di Kalimantan Barat. Ini karena Syair

Gulong memiliki perjalanan sejarah seperti halnya perkembangan kerajaan

Tanjungpura dan juga perkembangan budaya Melayu di Kalimantan Barat. Syair

Gulong memiliki ciri dan karakternya sendiri. Berbeda dengan kesenian-kesenian

melayu tradisional lainnya, keindahan serta kekuatan Syair Gulong adalah terletak

pada lelaguan dan penutur yang menyanyikan syair-syair99.

Beberapa penelitian ataupun dokumen yang menulis mengenai Syair

Gulong, mendeskripsikan pengertian kesenian tersebut dengan karakteristik seni

pada masa kontemporer. Sedangkan secara substansi, Syair Gulong adalah salah

satu wajah kesenian bertutur syair yang secara fakta, merupakan kesenian yang

hampir berkembang di seluruh Kalimantan Barat. Karena pada hakikatnya,

masyarakat melayu Kalimantan Barat memiliki tradisi bersastra yang relatif baik100.

Dari pengertian tersebut, maka kesenian Syair Gulong memiliki makna

yang luas secara konteks maupun substansi. Luasnya persebaran makna akan Syair

Gulong menyebabkan luasnya juga dinamika fungsi yang mengalami perubahan

99 Wawancara dengan Bapak Mahmud Mursalin, Ketapang, Jumat 1 Agustus 2014. 100 Chairil Effendy, op.cit., hlm. 99

Page 8: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

95

seiring berjalannya zaman.

Penuturan dan melagukan syair ini memiliki proses pembelajaran yang

cukup unik dalam menciptakan kesenian tradisional khas Kerajaan Tanjungpura

tersebut. Di dalam lingkungan keraton, Syair Gulong atau Kengkarangan yang

dituturkan berawal dari sebuah cerita dan hikayat. Hikayat dan cerita tersebut

tertulis dalam kitab-kitab kecil. Buku-buku yang dibacakan bermacam-macam

mulai dari tafsir syarah dari kitab-kitab besar fiqih dan tasawuf yang masuk ke

kerajaan selama proses Islamisasi berlangsung, hingga ke cerita masyhur seperti

Siti Zubaidah atau Dandan Setie.

1. Pelisanan Sastra Tulis

Teks sastra lisan yang populer ditengah satu masyarakat tidak semata-mata

hidup dalam tradisi lisan. Dalam berbagai kesempatan, teks dan naskah sastra

tersebut diawetkan dalam bentuk tulisan, ataupun direkam. Salah satu kearifan lokal

yang menjadi ciri kesenian Syair Gulong ada dalam kenuikannya melisankan teks-

teks syairnya baik yang populer di masyarakat maupun tidak. Terkait konsep

pelisanan teks-teks syair, Chairil Effendy menuliskan sebagai berikut :

“Perbedaan penikmatan antara teks sastra tulis dan teks sastra lisan di tengah

masyarakat Melayu (....) pada umumnya hampir tidak ada101. Teks yang

tersedia dalam bentuk naskah (tulisan tangan) atau kitab (cetakan) belum

sepenuhnya dikonsumsi secara individual melainkan dinikmati bersama-

sama. Pada umumnya teks sastra tulis dibaca dengan suara nyaring di depan

khalayak penikmatnya untuk berbagai keperluan102.”

Merujuk kepada pendapat Sutrisno yang dikutip dalam Chairil Effendy

tersebut, bahwa ternyata output pelisanan sastra tulis adalah dalam caranya

101 (Sutrisno, 1981:17-8; Teeuw, 1984:280-1; dan Baried, dkk) dalam Chairil., hlm. 18 102 Ibid.

Page 9: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

96

menikmati keindahan seni bertutur syair. Tanpa menyadari secara konteks syair

yang dibacakan apakah berasal dari kitab syair ataukah teks-teks Kengkarangan

yang ditulis secara sepihak. Namun tahun 1970, ketika kebudayaan dan kesenian

Melayu mulai dihidupkan kembali, perlombaan-perlombaan bertutur Syair Gulong

mulai berkembang di masyarakat dan mengharuskan kompetitor penyair

melagukan lagu-lagu untuk kitab-kitab syair seperti Syair Siti Zubaidah, Syair

Dandan Setie, menjadi standar umum perlombaan bersyair103. Ada pergeseran

makna pelisanan sastra lisan yang terjadi dari sekedar membacakan dengan

menambahkan elemen melagukan naskah-naskah syair yang dibacakan.

Perlombaan pada masa tersebut banyak melibatkan pembacaan kitab syair melayu

periode klasik. Kitab-kitab tersebut secara umum adalah naskha-naskah yang

diselamatkan oleh masyarakat diantara akhir abad ke-19 hingga 1920.

2. Teks syair yang berubah-ubah

Dinamika Syair Gulong dalam konteks sosial lainnya adalah teks-teks Syair

Gulong yang selalu berbeda satu dengan yang lainnya. Ini yang menyebabkan

perkembangan kesenian bertutur syair ini unik karena penulisan syair secara

substansi mengalami metamorfosis kesusasteraan, meninggalkan wujud aslinya

yang dahulu berawal dari kitab-kitab syair menuju kengkarangan-kengkarangan,

teks-teks syair yang aktual, mewakili jiwa zamannya sesuai dengan masa ditulisnya

syair tersebut, dan memiliki kerentanan atau kepunahan secara waktu.

Sastra lisan merupakan suatu fenomena sosial budaya yang hidup baik di

tengah masyarakat yang belum terpelajar maupun di tengah masyarakat yang sudah

103 Wawancara dengan Harun Das Putra, 28 Juli 2014.

Page 10: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

97

terpelajar104. Fakta bahwa kesusasteraan lisan adalah sebuah kepastian yang tidak

memandang strata sosial, ia adalah jiwa bagi zamannya, dan selayaknya sebuah

jiwa tidak akan memilih tubuh mana yang ingin dia tempati dan hidup.

Proses menurunkan teks sastra lisan adalah melintasi generasi demi

generasi, dari mulut ke mulut, sebagaimana upaya masyarakat melestarikan legenda

atau mitos, yang terbukti dari masa ke masa. Penyebaran sejalan dengan dinamika

komunitas pendukungnya tidak terbatas hanya pada satu tempat atau lingkungan

budaya tertentu.

Pentransmisian atau penurunan teks sastra lisan dari generasi ke generasi

berikutnya dilakukan dari mulut ke mulut. Penyebarannya sejalan dengan dinamika

mobilitas komunitas pendukungnya: tidak terbatas hanya pada satu tempat atau

lingkungan budaya tertentu105. Oleh sebab itu, di tempat-tempat yang secara

geografis berjauhan dan di lingkungan yang relatif berbeda, kerap dijumpai teks-

teks lisan yang menunjukkan paralelitas, misalnya dalam hal motif106. Berikut

adalah kaidah sastra lisan di masyarakat Melayu Kalimantan Barat yang dijelaskan

dalam Chairil :

“Sastra lisan merupakan karya seni yang bersifat “sesaat” atau “seni yang

hilang dalam waktu”. Begitu sebuah teks selesai dipentaskan, fenomena

kesastraan yang persis sama tidak mungkin terulang kembali107, Faktor

penyebabnya adalah “penyalinan”, jika dapat dikatakan dengan istilah

tersebut, tidak dilakukan terhadap “naskah induk yang kongkret” ...tetapi

pada “naskah induk yang imajiner”...Tidak pernah ada teks sastra lisan yang

persis sama bila dipentaskan dalam waktu berbeda, sekalipun dipentaskan

oleh penutur yang sama.”

104 (Finnegan 1977:3, Goody 1992:14, Liaw 1975:1), dalam Chairil., hlm.93 105 Thompson, 1977:5 dalam Chairil., hlm. 93. 106 Ibid. 107 Ibid.

Page 11: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

98

Dalam penelitian tersebut, dikotomi teks-teks sastra lisan yang hidup

bersama seni pertunjukkan mengalami dinamika yang cukup progresif jika

mengambil konteks teks atau syair yang dilantunkan, disyairkan, dilagukan, dalam

sebuah kegiatan adat ataupun hajatan yang bersifat pertunjukkan adalah selalu

berbeda satu dengan yang lainnya. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kesenian

bertutur syair di Kalimantan Barat, termasuk bertutur syair gulong.

Penambahan nilai dalam kesenian Syair Gulong juga terdapat pada sindiran,

atau dalam hal ini juga kritik. Sindiran tersebut biasanya adalah kritik yang

‘menyentil’ orang-orang tertentu terkait karakter, perilaku, sepak terjang, dan lain

sebagainya108. Namun kritikan tersebut tidaklah bersifat menghakimi atau juga

memojokkan oknum yang dikritik melainkan hanya sekedar sentilan yang

kemudian ditertawai oleh khalayak yang mendengarnya. Secara umum sindiran

dalam Syair Gulong bukanlah dimaksudkan sebagai insult, atau peleecehan di muka

publik. Tetapi lebih kepada hal-hal kecil dalam kehidupan yang sebenarnya layak

untuk ditertawakan.

Hal ini mencerminkan tata krama masyarakat Melayu dalam mengkritik

seseorang yang begitu halus dan bahkan kritiknya pun dalam bentuk syair. Berikut

bentuk bentuk sindiran halus yang terselip di beberapa bait teks syair :

Seksi dana pak Nasir dan Pak Abdullah

Dalam sidang pembangunan beliau tak mau kalah109

Jadi terpakse juge mengarang

Karene memenuhi permintaan orang

Kisah dahulu lame berselang

Begitu maksud lebih dan kurang

108 Wawancara dengan Mahmud Mursalin. Ketapang 1 Agustus 2014 109 Syair Peresmian Madrasah Benua Kayung 18 Februari 2005.

Page 12: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

99

Membuat syair tidaklah mudah

Lebih menyangkut kisah sejarah

Mau sembarangan takut tersalah

Hanye diserahkan kepade Allah110

Bait syair tersebut jelas menggambarkan kondisi penyair yang mengalami

kesulitan dalam mengarang syair. Penekanan membuat syair tidaklah mudah, lebih

menyangkut kisah sejarah, menguraikan paradigma bahwa mengomposisi syair saja

sudah sulit apalagi menceritakan peristiwa sejarah.

Dinamika kritik mengkritik dalam Syair Gulong adalah terletak pada

substansi kritik yang bisa mengundang banyak arti dalam berbagai sudut pandang.

Kasus teks syair Darbi D Has dapat divisualisasikan sebagai kritik terhadap diri

sendiri karena kesulitan yang dialaminya dalam mengarang syair, atau justru kritik

kepada publik yang ingin menyuarakan bahwa mengarang Syair Gulong tidaklah

mudah, karena membutuhkan kecerdasan yang lebih dalam mengkomposisi setiap

bait-bait syairnya.

Wahai tuan handai dan aulan

Beserte hormat saye haturkan

Adat budaye jangan dilupakan

Agar tak punah di telan zaman

Di tanah Kayung pembangunan pesat

Baik di laut maupun di darat

Banyak peluang boleh di dapat

Banyaklah usaha boleh di buat

Tetapi karena ilmu tak ada

Peluang yang ada terbuang saja

Di isi orang awak menganga

Akhirnya duduk mengurut dada111

110 Dardi D. Has, Syair Hikayat Tanjungpura, 2006. (Pontianak, STAIN Pontianak Press,

2006), hlm. 111 Syair Pemuda dan Sejarah Tanah Kayung, disampaikan pada Festival Budaya Bumi

Khatulistiwa (FBBK IX) Kalimantan Barat pada Kamis 3 Oktober 2013.

Page 13: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

100

Pilihan-pilihan kata seperti “Tetapi karena ilmu tak ada/Peluang yang ada

terbuang saja/Di isi orang awak menganga/ akhirnya duduk mengurut dada”

mendeskripsikan ironi konsep kehidupan yang terjadi jika tidak ada keterampilan

maka kesempatan akan diambil orang lain dan pada akhirnya hanya bisa terduduk

mengurut dada. Mengurut dada mengkiaskan kekecewaan dan rasa menyesal.

Sebagai sebuah media sosial, Syair Gulong bertambah secara fungsional

dalam hal kritik terhadap lingkungan sosial sebuah masyarakat. Syair yang

sebelumnya berwarna puji-pujian, cerita-cerita, dan hikayat dan kisah-kisah

petualangan ajaib kemudian mengalami perubahan dengan bentuk-bentuk syair

yang baru yang sarat akan fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat, refleksi

masyarakat atas pemerintahan atau kehidupan mereka, hingga hiburan-hiburan

yang bersifat merakyat.

Selain itu, Syair Gulong juga menjadi kesenian masyarakat yang

didalamnya ada sebuah proses ‘komunikasi’ rakyat yang secara tematik berbicara

tentang kehidupan masyarakat yang tengah terjadi saat itu. Dalam beberapa bagian

syair, telah ada sentilan-sentilun berupa kritik yang berusaha rakyat sampaikan

lewat syair-syair mereka112. Hal ini membuat pencipta serta penutur syair adalah

orang yang kemudian peka terhadap fenomena kehidupan bermasyarakat serta

berusaha mengkomunikasikannya kepada rakyat.

Dilihat dari isinya, Syair Gulong mengekspresikan berbagai hal mulai dari

sejarah kerajaan, pergaulan muda-mudi, percintaan, sampai pada kehidupan sosial-

budaya yang tengah terjadi seperti krisis ekonomi, krisis kepemimpinan, hiruk-

112 Wawancara dengan Mahmud Mursalin. Ketapang 1 Agustus 2014

Page 14: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

101

pikuk politik, dekadensi moral kaum muda, dan lain sebagainya113.

3. Wadah Syair Gulong

Wadah Syair Gulong adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan

tulisan-tulisan syair tersebut.. Sumber tertulis yang mengutip persoalan tempat

menyimpan Syair Gulong ada di dalam Yudo Sudarto :

“Semula sastra ini bernama kengkarang yang artinya sesuatu yang dikarang-

karang. Ada yang menyebutnya syair layang karena isinya selayang

pandang. Lama-kelamaan karena syair tersebut selalu digulung dan

digantung pada paruh burung kertas dipuncak kekayun. Maka disebut Syair

Gulung114.”

Dalam pengertian secara umum, Syair Gulong adalah bait-bait syair Melayu

yang ditulis di kertas lalu digulung, sebagaimana gulong dalam bahasa Melayu

artinya adalah gulung atau digulung. Disebut syair gulung sebab setelah ditulis

diatas kertas, kertas yang bersangkutan digulung kecil-kecil kemudian digantung di

dinding rumah–entah pada tanduk binatang penghias rumah, entah pada benda

lainnya115.

Sumber lisan lainnya menyebutkan ada Syair Gulong yang disimpan dii

dalam paruh burung dan digantung pada tiang-tiang rumah agar ia tidak lupa

dimana meletakkan gulungan syairnya. Belum ada keterangan ataupun konfirmasi

paruh burung apakah yang digunakan untuk menyimpan gulungan kertas tersebut.

Namun beberapa pengakuan dari hasil wawancara lisan, paruh burung itu besar,

dan berwarna putih. Jika mengacu kepada ekosistem fauna di Kalimantan Barat,

maka kemungkinan paruh burung yang digunakan untuk menyimpan syair tersebut

113 Chairil Effendy, op.cit., hlm. 95. 114 Yudo Sudarto, op.cit., hlm. 123. 115 Ibid.

Page 15: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

102

adalah paruh dari burung Enggang Gading. Tidak ada pernyataan yang jelas

mengenai analisis tersebut, tetapi fakta secara lisan mengakui ada suatu saat mereka

mengalami kelupaan sehingga paruh yang digunakan untuk menyimpan Syair

Gulong tersebut lembab karena tertetes air hujan, menyebabkan kertas syair basah

dan lapuk. Di beberapa kesempatan berikutnya, mereka sudah menemukan

gulungan dalam paruh tersebut menjadi bubuk karena dimakan rayap116.

4. Penutur yang tidak selalu Imam Masjid

Sebelum hilangnya batasan perkembangan syair gulong. Imam masjid

adalah figur yang menggambarkan deskripsi alim ulama, orang yang memahami

agama dan hal-hal religiusitas lainnya di dalam Islam sehingga diyakini memiliki

kebijaksanaan tentang keilmuan dan lain sebagainya. Di lingkungan keraton, imam

masjid menjadi tokoh yang memiliki pengaruh terhadap sepak terjang ataupun

keputusan yang diambil oleh pihak Kerajaan.

Penutur syair yang mengajarkan Syair Gulong di masyarakat melayu

umumnya adalah seorang ulama atau imam masjid. Namun ketika tradisi lisan

tersebut berkembang di perkampungan, maka penutur syair di masyarakat luar

lingkungan kerajaan pun menjadi lebih variatif. Penutur syair, dalam hal ini Syair

Gulong, merambah ke kampung-kampung, adapula yang menjadi guru bagi santri-

santri dari pesantren, pemuda yang tangkas, kepala kampung117, dan lain

sebagainya yang memiliki kelebihan dalam suara yang merdu dan pandai membaca

Al-Quran dengan baik. Ketentuan ini kemudian menjadikan dasar pembaca dan

penutur Syair Gulong berdasarkan kepada kepandaian orang melagukan syair

116 Wawancara dengan Harun Das Putra. 28 juli 2014 117 Wawancara dengan Uti Saban. 3 Agustus 2014.

Page 16: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

103

dengan kemampuan suara yang merdu.

Di era kontemporer, variasi penurunan kesenian Syair Gulong dalam

konteks pembelajaran ataupun pelestarian, semakin meluas. Dinamika yang terjadi

di masyarakat perkotaan adalah ajang-ajang perlombaan syair ataupun pentas adat

yang mengompetisikan Syair Gulong sebagai salah satu cabang yang dilombakan.

Perlombaan-perlombaan tersebut berlangsung berkala, seperti dua kali dalam

setahun, atau sekali dalam setahun. Ada juga yang kemudian menjadi mata

pelajaran atau muatan lokal di berbagai sekolah ataupun lembaga sejenisnya.

5. Penyair Gulong Laki-Laki

Secara umum penyair Syair Gulong adalah laki-laki. Walaupun tidak ada

dikotomi khusus mengenai adanya pembenaran bahwa Syair Gulong boleh

dilantunkan atau dilagukan oleh perempuan, tetapi pada tahun 1950-an, kesenian

ini muncul dan dilestarikan oleh pemuda-pemuda Melayu yang memiliki suara

yang indah serta mampu bersyair. Setidaknya ada penjelasan dari beberapa sumber

lisan bahwa pada masa pendudukan Jepang, kegiatan kebudayaan masyarakat

Melayu di Kalimantan Barat lumpuh total. Pelarangan menyanyikan lagu-lagu

Melayu, kegiatan adat, digantikan dengan lagu-lagu kebangsaan Jepang, atribut

berpakaian harus bergaya Nippon, dan sebagainya. Gadis atau perempuan—

perempuan Melayu yang cantik dan memiliki suara yang indah menghilang, dan

hampir sebagian besar dari populasi perempuan di Kalimantan Barat selama masa

pendudukan Jepang118.

Pendudukan tentara Jepang di Kalimantan Barat tidak berlangsung lama,

118 Wawancara dengan Harun Das Putra. 28 Juli 2014

Page 17: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

104

tetapi dampak penderitaan yang dialami oleh masyarakat Kalimantan Barat pada

umumnya adalah sangat luar biasa. Masyarakat tidak saja kehilangan pimpinan

mereka yang sangat mereka agung-agungkan. Masyarakat Ketapang kehilangan

salah satu panembahannya yaitu Gusti Muhammad Saunan yang diculik dan

disungkup oleh tentara Jepang. Jasad beliau sampai sekarang tidak diketahui

rimbanya119.

Dengan menghilangnya sebagian besar kaum perempuan Melayu, sanak

saudara, serta juga raja sekaligus pewaris Kerajaan Tanjungpura yang ke-16,

endemik depresi kebudayaan dan kesusasteraan Melayu di Kalimantan Barat

mengalami depresi yang cukup serius sehingga pergerakan dari tahun 1942 hingga

pasca-kemerdekaan cenderung kearah politik dan kedaerahan. Bahkan setelah era

tersebut, tahun 1970-an, dimana kesenian dan kebudayaan di Kalimantan Barat

kembali dihidupkan lewat perlombaan-perlombaan, belum ditemukannya bukti

otentik bahwa penyair perempuan telah ada pada masa kebangkitan tersebut.

Kemunculan penyair gulong perempuan baru terjadi setelah memasuki

tahun 2000-an, dimana kriteria perlombaan baca Syair Gulong memasukkan

kategori untuk penyair perempuan120. Belum ada alasan yang cukup jelas apakah

penjajahan Jepang akhirnya menciptakan trauma terhadap kaum perempuan untuk

menjadi penyair gulong hingga awal millenium. Tetapi salah satu Festival Budaya

Bumi Khatulistiwa ke XI Kalimantan Barat 2013, adanya dokumen yang

mencantumkan nama penyair gulong wanita yang diikutkan dalam festival tersebut.

119 Poltak Johansen, op.cit., hlm 150. 120 Wawancara dengan Mahmud Mursalin, 1 Agustus 2014.

Page 18: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

105

Berbicara soal batasan, mengenai penyair gulong yang harus laki-laki

sebenarnya tidak menunjukkan bahwa kesenian syair ini membatasi diri hanya

kepada pria yang memiliki talenta suara dan kecerdasan dalam melagukan syair

saja. Dan belum diketahuinya fakta dan otentitas mengenai keharusan tersebut.

Hanya saja, bukti-bukti selama penelitian menemukan penyair-penyair gulong yang

semuanya adalah laki-laki.

Syair Gulong selanjutnya berkembang dalam kegiatan-kegiatan adat

Melayu Kalimantan Barat di beberapa daerah seperti Ketapang, Sambas, dan

Pontianak. Kalimantan Barat memiliki setidaknya di daerah-daerah. Hasil warisan

pemerintahan kolonial Belanda. Namun kesenian ini secara umum hanya terjadi di

ketiga kabupaten besar tersebut. Untuk kesepuluh wilayah lainnya, seni bertutur

syair telah mengalami perkembangannya masing-masing secara terciptanya

karakteristik bertutur syair baru, dialek dan penggunaan bahasa, yang semakin

mencirikan lokalitas daerah masing-masing, yang keragamannya dan

karakteristiknya berbeda dari konseptualitas Syair Gulong.

6. Tema Syair Yang Berubah-Ubah

Meninjau secara sudut pandang penulisan syairnya, kitab-kitab syair

melayu klasik yang ditulis pada tahun 1920-an masih merepresentasikan kadar

kesusasteraan Melayu yang asli, dalam hal genre, masih membawa warna dan

karakteristik kesenian dan budaya yang kaya akan khasanah keagamaan, dalam hal

ini, agama Islam. Cakupan penceritaan, pengambilan majas, masih sangat sufi-

sentris. Cerita-cerita tentang kehambaan seorang manusia kepada Tuhannya, pasal-

pasal syukur kepada Tuhan, bentuk-bentuk shalawat kepada Nabi, semuanya masih

Page 19: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

106

bersandarkan kepada kepercayaan religiusitas Islam.

Pada masa-masa selanjutnya, syair-syair yang mulai ditulis oleh masyarakat

lokal, di perdesaan maupun perkampungan, hanya mengutip sedikit khasanah-

khasanah melayu tersebut dan diimplementasikan kepada semangat lokalitas.

Tahun 1970-1990an, syair-syair yang muncul semakin menunjukkan lokalitasnya

yang membicarakan negeri Kayung, Kalimantan Barat, dan kerajaan-kerajaan

Tanjungpura, Keraton Kadriah Pontianak, dan lain sebagainya.

Berikut adalah contoh dari teks syair kontemporer yang menunjukkan tema-

tema kearifan lokal-nya :

Kepada Tuk Upui disampaikan kisah

Aturan masyarakat dan pemerintah

Tak boleh lagi kawin sedarah

Aturan lain banyak diubah121

Cikram adalah tanda ikatan pertunangan antara dua insan

Kalau sudah jazam dara pilihan

Diutus orang-orang yang dituakan

Untuk datang kepihak dara pilihan122

Dalam adat melayu, tidak boleh adanya perkawinan dalam satu keluarga,

atau dengan kata lain, saudara laki-laki dengan saudara perempuan, kakak dengan

adik, keponakan dengan sepupu, dan lain sebagainya. Pembagian secara hukum

atau norma adat Melayu yang berlaku akan sangat luas jika merujuk kepada

pelarangan menikah satu tali keluarga seperti makna yang tersirat dalam penggalan

bait syair Hikayat Tanjungpura tersebut. Namun, potongan tersebut cukup

memberikan informasi bahwa dalam masyarakat Melayu pernikahan satu darah

121 Dardi D. Has, Syair Hikayat Tanjungpura, 2006. 122 Cukilan Adat dan Budaya Sambas, 2009.

Page 20: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

107

atau secara denotasi adalah masih dalam satu keluarga adalah hal yang tabu.

Sedangkan penggalan yang kedua berbicara tentang adat-adat sebelum

melaksanakan pernikahan yang hidup di masyarakat Melayu Sambas. Adanya

ikatan pertunangan sebelum menikah, memberikan informaasi bahwa proses

menikah secara adat Melayu khususnya di daerah Sambas sangat beragam. Kedua

teks tersebut menunjukkan begitu banyaknya kearifan lokal masyarakat Melayu

Kalimantan Barat yang dikemas dalam bentuk sastra syair.

7. Dokumentasi dan Media Pengabadian

Sebelum adanya media cetak, komputer, dan mesin fotografi, Syair Gulong

merupakan alternatif warga masyarakat Melayu yang digunakan untuk

mendokumentasikan dan mengabadikan peristiwa-peristiwa tertentu, secara

kesenian lisan maupun tulisan. Tampak dalam beberapa contoh teks syair seperti

berikut :

Sejarah mencatat disaat itu

Serta tahunnya bilanpun tentu

Saatnya 23 oktober tujuh belas tujuh satu

Selesai dikerjakan sepekan waktu123

Teks tersebut adalah contoh dokumentasi pengetahuan sejarah yang

dilakukan Harun Das Putra, penyair gulong di Pontianak, menceritakan kembali

periode dimana Kesultanan Kadriah Pontianak pertama kali berdiri.

Acara seperti peresmian pemekaran daerah, memperingati hari-hari

nasional, kejuaraan daerah dan sebagainya menjadi jenis-jenis kegiatan yang

didahulukan pentas kesenian adat secara umum, dan penuturan Syair Gulong secara

123 Harun Das Putra, Bumi Khatulistiwa Kote Pontianak Negeri Syair Melayu. (Pontianak,

Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Inkom Kota Pontianak, 2008), hlm. 1.

Page 21: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

108

khusus124. Tahun 2008, Harun Das Putra diundang sebagai tamu walikota Pontianak

dan penggalan bait tersebut adalah salah satu bagian dimana ia menulis tentang

sejarah Hari Jadinya Kota Pontianak yang bertanggal 23 Oktober 1771.

Dalam konteks kesenian masyarakat, Syair Gulong tidak berdiri sendiri

sebagai kesenian yang mandiri. Ia membutuhkan wadah seperti kegiatan adat,

perkawinan, hajatan, pentas seni dan budaya, serta acara-acara budaya yang mampu

menyediakan pembukaan sebelum setiap acara dimulai. Maka dari itu hampir

disetiap kegiatan adat masyarakat Melayu di beberapa wilayah kebudayaan di

Kalimantan Barat dibuka dengan penuturan Syair Gulong. pembukaan

Mengucapkan terima kasih pelaksana kegiatan adat/orang yang dituakan/penutur

syair, dsb

Sebelum melanjutkan uraian sya’ir

Selamat datang ucapan terukir

Yth Bpk Mayjend TNI Marinir HM Suandi Thahir

Di kota Jakarta mengukir meniti karir

Juga kepade keluarge beserta rombongan

Ucapan selamat datang tiada ketinggalan

Untuk menghadiri acara pernikahan keponakan

Di Kota Ketapang tanah kelahiran penuh kenangan125

Jadi terpakse juge mengarang

Karene memenuhi permintaan orang

Kisah dahulu lame berselang

Begitu maksud lebih dan kurang

Oleh panitia meminta kami

Membuat sya’ir membuat puisi

Karene tak sanggup membuat sendiri

Kami tak bantu dengan pak Dardi126

124 Wawancara dengan Hermansyah., Ketapang 2 Agustus 2014 125 Syair Kayung Pernikahan Erlambang Ardiansyah dan Lisa Amalia oleh Mahmud

Mursalin, Ketapang, 8 Desember 2013. 126 Dardi D. Has, loc.cit.

Page 22: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

109

Bait-bait dalam Syair Gulong kontemporer semakin menonjolkan elemen-

elemen sosial seperti penghormatan kepada tokoh masyarakat, lembaga

masyarakat, dan lain sebagainya. Adanya kaidah yang berubah dari sudut

kepenulisan secara tekstual, seperti kata-kata “Selamat datang ucapan teukir/Yth”

menunjukkan nilai-nilai retoris sebagaimana kata sambutan dalam pidato ataupun

upacara formal. Penggalan bait syair diatas menyampaikan sebuah bentuk

formalitas yang mengharuskan penyair gulong menyebutkan nama-nama keluarga,

atau tokoh, ataupun rombongan masyarakat dari beberapa kampung sebagai bentuk

penghormatan, dan dokumentasi secara tekstual bahwa mereka pernah menghadiri

acara tersebut.

8. Syair Gulong sebagai penyebaran nilai-nilai keislaman

Pasal Syukur Kepada Tuhan

Pasal syukur hamba sebutkan

Waijblah kita mesti kita syukurkan

Memberi syukur kepada nikmat

Banyakan syukur mereka selamat127

Selain hikayat dan cerita, Syair Gulong merupakan alat bantu menyiarkan

nilai-nilai agama Islam dan memiliki efektivitas tersendiri dalam penyampaiannya.

Nilai tambah tersebut terdapat dari kandungan isi syair yang berbobot hukum Islam

dan penuturannya yang disertai hiburan yang memudahkan masyarakat untuk

menangkap maksud dari apa yang disampaikan di dalam syair tersebut.

Sejarah syiar-syiar Islam dalam kesusasteraan Melayu terbentang panjang

dari abad ke-7 hingga akhir abad ke-19. Dari Hamzah Fansuri hingga penyair yang

tidak menyebutkan namanya dalam kepenulisan syair maupun hikayat yang

127 Syair Bulan Terbit 1922. (Pontianak : Koleksi Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional

Pontianak, 1923), hlm. 3.

Page 23: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

110

dikarangnya. Dari periode kitab-kitab sastra klasik hingga naskah dan teks syair

kontemporer. Dan secara umum, syi’ar Islam mengajak masyarakat agar

menebarkan semangat amar ma’ruf nahi munkar, menyeru kepada kebaikan dan

mengingatkan keburukan, mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam syair Bulan Terbit dituliskan :

Beruntung kita menjadi umat

Dunia akhirat mereka selamat

Memberi syukur jangan lupakan

Apa larangan kita jauhkan

Hakekat takut kepada Tuhan

Mengerjakan sekalian apa perintahkan128

Dalam kitab syair klasik, kontekstual ajaran Islam disampaikan secara

gamblang, tanpa memilih konotasi yang dikatakan cukup berat atau menyulitkan

pemahaman bagi pembacanya. Penggalan bait seperti Hakekat takut kepada

Tuhan/Mengerjakan sekalian apa perintahkan adalah bentuk yang lugas dari prinsip

ketaqwaaan dan keimanan seorang muslim kepada Allah SWT.

9. Perubahan Kengkarangan menuju Syair Gulong

Perubahan kengkarangan menjadi Syair Gulong bukanlah evolusi secara

menyeluruh seperti dinamika kesusasteraan syair yang ditunjukkan dalam periode

sastra melayu klasik di abad 7-19. Secara umum, definisi serta maknawi

kengkarangan dan Syair Gulong adalah sama, sama-sama kesusasteraan syair yang

dibacakan di depan khalayak, dalam bait-bait puitikal ditulis dalam lembaran demi

lembaran yang panjang hingga bergulung-gulng, yang ketika dibacakan perlahan

gulungan kertas tersebut terurai hingga ke lantai.

128 Ibid.

Page 24: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

111

Namun letak dinamikanya ada pada penamaan kesenian bertutur syair

tersebut. Bagi masyarakat di perkampungan seperti di Kampung Dare, Kampung

Jelai, mereka menyebut kesenian tersebut dengan istilah kengkarangan. Sedangkan

masyarakat yang bermukimnya bermuara ke arah kota, dalam hal ini ketapang,

mereka lebih mengenalnya dengan istilah Syair Gulong. Berikut adalah definisi

Kengkarangan dan Syair Gulong dalam Chairil Effendy :

“Salah satu genre sastra yang berkembang biak di tengah masyarakat

Ketapang, bahkan di tengah kaum mudanya, adalah syair. Masyarakat di

Kampung Jago, kampung Sempurna, kampung Penduhun Melayu,

kampung Bayur Rempangi, dan kampung Sawah menyebutnya

kengkarangan.

Dan sementara itu, masyarakat Melayu di kampung-kampung lain

dan di kota Ketapang sendiri menyebutnya syair gulung. ...Ketika

disenandungkan dalam posisi berdiri di depan khalayak pendengarnya,

gulungan kertas syair yang dapat dimasukkan ke dalam saku baju atau

celana itu dibuka sedikit demi sedikit. Kerap terjadi, bila teks syairnya

panjang, gulungan kertas yang telah dibuka itu berserakan di lantai129.”

Merujuk kepada penelitian Chairil dapat ditarik poin bahwa pengetahuan

masyarakat lokal diluar lingkaran pusat perkembangan budaya, dalam hal ini

Kabupaten Ketapang sebagai pusat persebaran kesenian ini, menyebut Syair

Gulong dengan sebutan kengkarangan. Fakta yang didapat dilapangan adalah

penutur sumber lisan memang menunjukkan penyebutan yang berbeda-beda ; Uti

Saban, penutur Syair Gulong Desa Padang, Kecamatan Benua Kayong

menyebutnya dengan kengkarangan, Mahmud Mursalin, penyair gulong era

kontemporer Desa Tuan-Tuan Kecamatan Benua Kayong menyebutnya dengan

Syair Gulong. Fakta lainnya adalah Harun Das Putra, penyair yang hidup di

Kelurahan Kota Baru, Pontianak, menyebutnya dengan bertutur.

129 Ibid.

Page 25: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

112

Perubahan kengkarangan menjadi Syair Gulong adalah proses transformasi

sebuah nilai kesusasteraan Syair Melayu menjadi kesenian Syair Gulong. Jauh

sebelum kengkarangan berkembang syair-syair yang ditulis dalam kitab-kitab

berbahasa Melayu lebih dibacakan sebagaimana puisi Melayu klasik yang

mengedepankan gubahan cita dan rasa dalam intonasi dan tekanan nada yang

fluktuatif, sebagaimana perjalanan panjang sejarah kesusateraan melayu lama yang

tumbuh berkembang di kerajaan Aceh dan komunitas sufi di Sumatera. Kitab syair

muncul pada masa kerajaan Tanjungpura karena hubungan baik yang terjalin antara

pihak keraton dan Kesultanan Brunei Darussalam. Namun belum ada sumber yang

jelas bagaimana bentuk penuturan syair kitab pada masa aktif kerajaan di awal abad

ke-17 dan 18.

Pada tahun 1950, setelah melewati masa kemerdekaan, penuturan syair

muncul kembali, dengan warna yang berbeda. Syair dibacakan dengan suara yang

merdu, tidak stagnan, dan memiliki lelaguan yang berima disetiap baitnya,

membuat munculnya kemungkinan adanya pengaruh nyanyi sejarah kesusasteraan

Hamzah al-Fansuri yang bergejolak di Aceh abad ke 7 hingga 19, hidup di Negeri

Kayung. Tetapi, menyanyikan syair kitab hingga menciptakan lagu syair di

masyarakat Melayu Kalimantan Barat baru muncul diakhir abad ke-19, dimana

perhelatan konsep nyanyi di Aceh sudah tidak terlalu penting.

Jika kembali lagi kepada bagaimana kesenian ini diwariskan, syair gulong

di dalam lingkungan keraton adalah hanya berupa cerita atau hikayat yang

berbentuk syair dan dibacakan hanya untuk kalangan kerajaan kemudian berubah

menjadi sebuah kesenian lokal masyarakat yang hidup di setiap perkampungan

Page 26: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

113

warga di luar lingkungan kerajaan. Bentuk perubahan muncul dari mulai adanya

kegiatan adat-istiadat yang menyertakan pembacaan syair di dalam acara tersebut.

Aktivitas kesenian dan kebudayaan sebenarnya tidak seluruhnya

menghilang dari Kalimantan Barat pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Ada

beberapa arsip dan dokumentasi menunjukkan adanya kegiatan kesastraan

Kalimantan Barat yang hidup selama masa kolonial. Tapi berbicara Syair Gulong

bahwa tidak diketemukannya teks-teks syair yang ditulis pada periode kolonial

selain Sjair Uit Sintang, yang kemudian ditulis kembali oleh Helius Sjamsuddin

sebagai Syair Kerajaan Sintang, tanpa merubah sedikitpun baik tekstual maupun

penulisannya.

Nampaknya, perubahan kengkarangan menjadi Syair Gulong adalah

terletak kepada cara penyebutan kesenian tersebut di kalangan masyarakat. Kutipan

tersebut menjelaskan ada beberapa kampung yang menyebutnya sebagai

kengkarangan, sedangkan masyarakat yang cenderung bermukim mendekati pusat

kota menyebutnya dengan Syair Gulung, atau dalam penelitian ini, Gulong, secara

penulisan aksen dan dialek melayu menyebutnya demikian.

B. Perubahan Fungsi Syair Gulong dalam Konteks Sosial

Salah satu bentuk perluasan dinamika Syair Gulong adalah dinamikanya

dalam konteks sosial. Sosial merupakan sesuatu yang dipahami sebagai sebuah

perbedaan, tetapi tetap inheren dan terintegrasi. Ia dimaknai sebagai perbedaan

yang ada dalam sebuah komunitas. Sebuah substansi dimana manusia dengan latar

belakang yang berbeda-beda melakukan kegiatan yang sama. Intinya, sosial

mengacu kepada sifat dasar manusia yang tidak bisa hidup sendiri. Syair Gulong

Page 27: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

114

dalam fungsinya sebagai nilai sosial adalah sebagai media masyarakat dalam

berkomunikasi dan mengembangkan kebudayaan dan kesenian Melayu lokal. Syair

Gulong sebagai media komunikasi adalah bagian-bagian syair yang mengandung

kritik atau sentilan-sentilun yang menggambarkan kritik maupun opini masyarakat

dalam menyikapi sesuatu yang tengah terjadi di lingkungan baik dalam kerajaan

maupun luar kerajaan.

Dengan adanya penutur-penutur syair untuk kerajaan yang hidup di

perkampungan warga, pewarisan serta khasanah sosial yang diciptakan oleh

kesenian Syair Gulong menjadi luas. Hal-hal seperti kegiatan-kegiatan adat yang

hidup di kampung menjadi lebih menarik dengan masuknya syair gulong ke

beberapa elemen adat yang hidup di masyarakat tersebut.

1. Media Kampanye Politik

Syair Gulong menjadi salah satu media kampanye politik di era

kontemporer. Beberapa nilai-nilai bernafaskan kampanye ataupun agenda

demokrasi menjadi salah satu tema yang kemudian diangkat dalam penulisan teks

syair. Ada pola keharusan menyebutkan elemen-elemen politis yang dijejalkan

dalam beberapa bait syair seperti berikut :

Tahun 2005, dan bulan Muharram telah tiba

Kita sebagai masyarakat Kab Ketapang siap sedia

Kerna tinggal menunggu waktunya tiba

Akan diadakan PILKADA

Kita sebagai masyarakat, jangan sampai gelisah

Menghadapi pemilihan kepala daerah

Kalau ada yang keliru kita bermusyawarah

Yang penting aman, Pa’ Haji Morkes menang, jangan sampai kalah

Sekarang harus kita amati

Atas perjuangan Pa’ Bupati Kiyai Mangku Negeri, Haji Morkes Effendi

Page 28: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

115

Bukan hanya janji tapi memberi bukti

Sebahagian, desa sudah dapat menikmati

Nama pa’ camat kami Benua Kayong M.Run. Prawijaya

Beliau tetap mengusulkan kepada Pemda

Kerna masyarakat maish tetap setia

Untuk memenangkan Pa’ Haji Morkes dalam PILKADA130

Era kontemporer memberikan kebebasan terhadap masyarakat untuk

mengembangkan kesenian Syair Gulong, termasuk di dalamnya memberikan suara

atau aspirasi terhadap kondisi demokrasi yang terjadi di tanah air.

Berbicara kondisi sosial masyarakat Melayu Kalimantan Barat di era

kontemporer, salah satu daerah yaitu Kabupaten Ketapang diresahkan dengan

industri kelapa sawit yang makin marak. Figur tokoh dibelakang mewabahnya

kelapa sawit tersebut adalah Morkes Effendi. Ia adalah Bupati Daerah Ketapang

yang didapuk selama periode 2000-2005131. Tahun 2005 suhu pilitik di Ketapang

mulai memanas. Pesta demokraasi lima tahunan yang dihelat pada 20 Juni 2005 ini

menjadi momentum bersejarah dimana rakyat diberi kesempatan untuk memilih

pemimpin secara langsung.

Berbagai kegiatan politik dan kampanye kemenangan mulai berkembang di

smester awal 2005. Dan Morkes adalah salah satunya yang mencalonkan dirinya

kembali untuk mempertahankan jabatannya sebagai Bupati Ketapang untuk periode

selanjutnya yaitu 2005-2010. Salah satu bentuk kampanye yang ia lakukan adalah

peresmian madrasah di Kecamatan Benua Kayong, Ketapang, sebagaimana naskah

Syair Gulong tersebut ditulis.

130 Syair Peresmian Madrasah Benua Kayung 18 Februari 2005. 131 Fokus Liputan : Kelapa Sawit,Antara Kepentingan Politik dan Tata Guna Lahan (Bagian

I), mongabay.co.id/tag/tata-guna-lahan/, diakses pada 22 Juli 2016.

Page 29: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

116

Penggalan bait Syair Gulong tersebut mengandung pesan-pesan yang sangat

menonjol. Kata-kata atau kalimat seperti ”Kita sebagai masyarakat/jangan sampai

gelisah/Menghadapi pemilihan kepala daerah/Yang penting aman/Pa’ Haji

Morkes menang/jangan sampai kalah ataupun Kerna masyarakat maish tetap setia/

Untuk memenangkan Pa’ Haji Morkes dalam PILKADA” semakin menunjukkan

maksudnya secara jelas bahwa adanya pengaruh politik yang sangat kuat dalam

penulisan naskah tersebut. Dan secara tidak langsung, menghilangkan kaidah

kesenian syair gulong tersebut. Pelanggaran-pelanggaran seperti kata-kata yang

dipaksakan, ataupun masuknya nama tokoh dan persuasi-persuasi kampanye. Ada

semacam budaya menghormati tokoh masyarakat yang kemudian

diimplementasikan dalam penulisan naskah syair, dan dibacakan ketika tokoh

tersebut mendatangi acara, dan dibacakan syair gulong dalam rangka memberikan

sambutan hangat kepadanya.

2. Hajatan

Tiadelah saye bepanjang madah

Mengarang sya’ir menulis risalah

Sekedar nyampaikan hajat si tuan rumah

Semoga mendapatkan keredaan Allah132

Hajatan secara umum adalah kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan

sesuatu yang di-nadzar-kan atau diniatkan. Dalam budaya Islam, hajat atau nadzar

dapat diimplementasikan sebagai sebuah janji yang mengharuskan seseorang yang

melakukannya untuk mengerjakan apa yang telah diniatkan sebelumnya. Ambil

contoh seorang ayah ber-nadzar untuk berpuasa senin dan kamis jika istrinya

132 Syair Kayung Pernikahan Erlambang Ardiansyah dan Lisa Amalia, 8 Desember 2013.

Page 30: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

117

melahirkan anak keduanya. Pilihan yang dihadapi ayah tersebut adalah berpuasa

pada hari senin dan kamis ketika istrinya melahirkan, atau membayar fidyah,

memberi makan fakir miskin, jika ia tidak mampu berpuasa atas kelahiran anaknya

sebagai hukuman atas tidak mampu-nya dia melaksanakan janji yang telah

diniatkan sebelumnya.

Dalam kacamata kebudayaan, hajatan sebenarnya tidak jauh berbeda

dengan pesta perkawinan ataupun khitanan (sunatan) karena platform dasar dari

kegiatan adat tersebut adalah sama tapi output-nya berbeda. Di masyarakat Melayu

Kalimantan Barat, hajatan lebih dipahami dengan pengadaan acara keadatan atau

kegiatan yang bersifat mengundang pementasan elemen adat Melayu yang

berdampak kepada masyarakat atau lingkungan dimana acara tersebut digelar.

Hajatan mempunyai cakupan penyelenggaran yang sangat universal.

Karena hajatan bisa berupa peresmian masjid di kampung, syukuran khitanan,

syukuran khataman Al-Quran, peringatan hari-hari nasional, dan bahkan

perkawinan sekalipun secara substansi berbeda.

Kasus teks syair pada pernikahan Erlambang dan Lisa sebagai contoh,

terdapat bait “mengarang syair menulis risalah/sekedar menyampaikan hajat si

tuan rumah”. Perbedaan hajatan dan perkawinan terletak pada unsur tekad ataupun

janji. Dalam perkawinan, tidak ada ikatan yang mengharuskan pihak yang menikah

melakukan pesta perkawinan, jika ada kendala lain seperti kesulitan finansial dan

lain sebagainya. Sedangkan hajat, adalah sebuah keniscayaan mewujudkan janji

yang telah disepakati oleh yang menyelenggarakan acara untuk melaksanakan event

tersebut. Bahkan perkawinan dapat dikategorikan sebagai hajatan jika pihak

Page 31: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

118

keluarga yang menikah berjanji kepada diri sendiri untuk melaksanakan pesta

perkawinan jika anaknya menikah. Demi memeriahkan pelaksanaan acara dalam

sebuah hajatan, Syair Gulong dipentaskan demi menghibur dan memeriahkan

warga masyarakat yang terlibat atau diundang dalam acara tersebut.

3. Perkawinan

Perkawinan sudah jadi merupakan kegiatan adat masyarakat Melayu

Kalimantan Barat yang didalamnya dilaksanakan kesenian penuturan Syair Gulong.

Perkawinan juga merupakan kegiatan adat Melayu yang pertama kali

memperkenalkan Syair Gulong sebagai kesenian dan pendahuluan ketika acara

tersebut berlangsung. Berikut adalah cuplikan teks syair yang digunakan dalam

perkawinan adat melayu :

Mempelai laki-laki saya sebutkan

Idwantoro anak Po’Rajali, Sukaharja dekat makan Pahlawan

Dapat jodoh di Bintang Musik, kelurahan Tuan-tuan

Mungkin sebelum lahir, Tuhan sudah jodohkan

Toro anak Pa’Rajali, Suami Ibu Marliti

Segala urusan ibuk sangat teliti

4 orang anaknya bersatu lagi

Apalagi Toro, satu-satunya anak laki-laki

Memepelai perempuan sama halipah

Anak rahimin alias hasan suani aisah

Sebelum pelaksanaan ini hati terasa goyah

Sekarang kami ucapkan alhamdulillah

...Dalam kesempatan ini usak mok doakan

Semoga kedua mempelai di Ridoi Tuhan

Dapat anak laki-laki dan perempuan

Kehidupan sukses tak ade gangguan133

Teks diatas adalah Syair Gulong era kontemporer yang bertemakan

133 Syair Pernikahan Idwantoro dan Halifah, tanpa tahun.

Page 32: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

119

perkawinan. Uti Saban, penyair gulong yang menulis naskah tersebut tidak

mencantumkan tanggal pasti pernikahan Idwantoro dan Halifah tersebut sehingga

menjadi contoh bahwa adanya kelemahan penyair gulong dalam

mendokumentasikan waktu atau kapan acara tersebut berlangsung.

Pola-pola teks syair perkawinan yang terbentuk setelah tahun 1999-an

adalah selalu mencantumkan bait-bait syair yang menceritakan tentang asal-usul

kedua mempelai, laki-laki maupun perempuan. Ada semacam adjustment yang

mengahruskan penyair gulong membubuhkan beberapa nama anggota keluarga dari

laki-laki ataupun perempuan sebagai bentuk penghormatan telah

diberikannya kesempatan baginya membacakan Syair Gulong di pernikahan

tersebut.

4. Peresmian

Gambar 4. Dokumentasi penuturan syair gulong dalam acara pentas adat.

(Sumber : Catatan Warisan Budaya (Cultural Heritage) di Kerajaan Tanjungpura,

2010, hlm. 127)

Di akhir 1990-an, peresmian secara adat Melayu mengalami perubahan

dengan menampilkan pertunjukkan pertunjukkan seni dan budaya Melayu. Segala

Page 33: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

120

tari-tarian, berbalas pantun, lagu-lagu melayu, dirangkum dalam babakan-babakan

yang menjadi sajian untuk menyambut sesuatu yang baru akan hidup di lingkaran

masyarakat Melayu di daerah tersebut.

Syair Gulong, dalam hal ini dibacakan sebagai tanda syukur atas nikmat

Tuhan Yang Maha Kuasa dan mampu menjadi epilog yang baik memadukan antara

humor yang mengundang tawa penonton serta menunduk khidmat atas karunia

Tuhan telah menghadirkan lingkaran masyarakat yang baru, kampung yang baru,

sekolah yang baru, apapun yang baru muncul di kehidupan masyarakat sebagai

tanda kemurahan Hati-Nya kepada hamba-Nya.

Konsep peresmian secara adat melayu dikerucutkan dengan mengambil

kampung adat sebagai sampel, tetapi definisi peresmian ini meluas hingga kepada

setiap pembangunan yang telah dilaksanakan dalam suatu daerah, kabupaten,

kecamatan hingga di perdesaan. Selesainya pembangunan seperti masjid ataupun

sekolah di salah satu daerah terpencil akan menjadi ajang pementasan kesenian

budaya Melayu.

Hasil penelitian dokumen dan wawancara lisan menyimpulkan perluasan

makna peresmian dalam elaborasi atau sudut pandang yang dilihat dari kesenian

syair gulong. Peresmian tidak hanya tentang meresmikan perkampungan baru saja.

Tetapi sudah membicarakan eleme-elemen yang menyentuh lingkungan sosial

seperti pendidikan, politik, budaya, dan lain sebagainya134. Sebagai contoh, berikut

adalah cuplikan teks Syair Gulong tentang peresmian sekolah di Kecamatan Benua

Kayong, Ketapang, 26 Juni 2005 :

134 Wawancara dengan Rijal, 3 Agustus 2014.

Page 34: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

121

Mohon kepada bapak, ibu, sdra,sdri

Serta para undangan yang datang kemari

Mohon maaf saya numpang berdiri

Membacakan sya’ir gulung sekedar informasi

Selamat malam kepada Bapak Bupati dan Pak Camat Benua Kayong

Serta muspida dan muspika siap bergabung

Izinkalah saya turut mendukung

Dalam oretan sya’ir bergulung

Saya sebagai sekdes merangkap komdes kuning, di Negeri Baru

Ketua pelaksana Pa’ Muridan mohon saya untuk memacu

Kerna th 2004 sudah berlalu

Tahun 2005, ini kite harus bersatu

Adanya persatuan sangat berarti

Dalam bidang apapun hanya Allah menjadi

Masjid siap, madrasah berdiri.

Malam ini diresmikan Bapak Bupati

Yang kita cari ridanya Allah

Kita berusaha mencari berkah

Seksi dana pak Nasir dan Pak Abdullah

Dalam sidang pembangunan beliau tak mau kalah

Pak Muridan sebagai ketua

Pak Zulkifli sekretari/wakil ketua

Ibuk Roslinam sebagai bendahara

Dana dikeluarkan sudah sekian juta

Beginilah keadaan

Bangunan Madrasyah kami dirikan

Mana yang kurang mohon cukupkan

Kepada Bapak Bupati, dan juga Bapak Dinas Pendidikan135

Dalam Tahun 2005, Pembangunan di Kecamatan Benua Kayong Ketapang

teralihkan kepada isu industri kelapa sawit yang semakin marak di tahun tersebut.

Sektor pembangunan Kabupaten Ketapang di dominasi pembukaan lahan oleh

industri-industri sawit karena mudahnya perizinan membuka lahan oleh pihak

135Syair Peresmian Madrasah Benua Kayung 18 Februari 2005.

Page 35: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

122

administrasi daerah.

Pendidikan adalah salah satu aspek yang tertelan maraknya industri kelapa

sawit di Ketapang. Termasuk di Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang,

dari data statistik kecamatan tahun 2008 mendapatkan setidaknya hanya 35 unit

bangunan madrasah atau sekolah dari semua jenjang pendidikan136.

Dengan meningginya isu kelapa sawit, dan dekatnya PILKADA tahun 2005,

bentuk kampanye-kampanye politik semakin mengerucut kepada adjustment yang

dilakukan oleh tokoh yang maju sebagai calon bupati salah satunya menyentuh

elemen-elemen kecil seperti pendidikan dan kesehatan. Morkes Effendi, adalah

Bupati Kabupaten Ketapang periode 2000-2005 yang kembali mencalonkan dirinya

di PILKADA 2005. Seperti telah dibahas di subbah sebelumnya, naskah syair

peresmian madrasah tahun 2005 Kecamatan Benua Kayong, Ketapang ini sangat

kental dengan nuansa politik. Dan dari penggalan naskah syair tersebut, ada pesan

yang semakin mengerucut kepada pentingnya masyarakat Benua Kayong untuk

bersatu. Adanya ajakan yang tersirat dibalik peresmian madrasah untuk kembali

memenangkan Morkes sebagai Bupati Ketapang di periode selanjutnya.

C. Perubahan Syair Gulong Dalam Konteks Kesenian

1. Hiburan

Syair Gulong yang telah berubah bentuk juga berfungsi sebagai sarana

menghibur masyarakat kampung ketika mereka mendatangi atau berkumpul dalam

sebuah acara atau kegiatan adat. Jauh sebelum itu, kitab-kitab syair seperti Syair

Bulan Terbit menulis ;

136Profil Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang 2016. (Benua-

kayong.blogspot.co.id), diakses pada 22 Juli 2016.

Page 36: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

123

Karna hiburkan hati yang susah

Makanya hamba menjadi bisa137

Penggalan sajak dalam kitab syair tersebut menyebutkan hiburan dalam arti

sebagai pelipur lara. Dan menjadi platform atau karakteristik seni dalam

melukiskan hiburan dalam bentuk tulisan.

Perubahan kontekstual hiburan dalam syair gulong secara kacamata seni

adalah mengonsep hiburan yang mengundang gelak tawa penonton atau yang

menyaksikannya138. Berikut adalah contoh hiburan syair gulong kontemporer :

Sunnah rasul perintah agame

Jadi pegangan kite bersame

Tuntutan dan sunnah jadikan yang utame

Wahai pengantin jangan lupa do’e di malam pertame139

Dalam beberapa kesempatan, hal-hal yang berhubungan dengan mahligai

rumah tangga adalah hiburan yang dapat diterima masyarakat Melayu. Khususnya

ketika pesta pernikahan, dan dalam penggalan syair ini, Mahmud Mursalin

mengemas konsep hiburan tersebut.

Penggalan bait syair tersebut menunjukkan syi’ar Islam tidak memiliki

perubahan yang signifikan dari yang hidup pada masa periode melayu Klasik

ataupun kitab-kitab syair di tahun 1920-an. Nampaknya kontekstual adalah elemen

yang terus mengalami penyempurnaan sebagaimana kesenian Syair Gulong ini

akhirnya selamat hingga era 2000-an hingga saat ini. Dan pada baris terakhir,

terlihat bagaimana penyair gulong ingin menyampaikan indah dan nikmatnya

pernikahan hingga ke hal-hal kecil seperti membaca doa sebelum malam pertama.

137 Syair Bulan Terbit, loc.cit. 138 Wawancara dengan Mahmud Mursalin. Ketapang 1 Agustus 2014 139 Syair Kayung Pernikahan Erlambang Ardiansyah dan Lisa Amalia, 8 Desember 2013.

Page 37: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

124

Lagi, elemen-elemen kecil tersebut menjadi kearifan lokal yang menggelitik

masyarakat Melayu dan bagi kesenian syair ini terus menyesuaikan jiwa zamannya.

2. Pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa

Bismiallah itu suatu firman

Fardulah kita kepadanya iman

Muttasil pula dengan rahman

Hasil maksudnya pada yang budiman

Bismillah ayat mula dikata

Alhamdulillah puji yang nyata

Bersholawat kepada Nabi yang Mulia

Ikatan Sekalian Ulama Auliya140

Dengan Bismillah permulaan kalam

Allah pencipta semesta alam

Nabi Muhammad penghulu Islam

17 rakaat dalam sehari semalam141

Dengan Bismillah awalnye kalam

Allah pencipte semeste alam

Tidak lupa salawat dan salam

Pada Nabi Muhammad penghulu Islam

Bismillah itu permulaan Qalam

Atas name Allah Khaliqul Alam

Memberi syafaat siang dan malam

Kepade makhluk seisi alam

Assalamualaikum warahmatullah

Waalaikumsalam jawab terjumlah

Di dalam kertas ditulis gisah

Mulai di baca dengan bismillah

Pendahuluan kata saya tuliskan

Para pembaca sangat dimuliakan

Pemaparan sastra telah disyairkan

Pemusatan pikiran dalam penyusunan

Assalamualaikum saya ucapkan

Ayah dan bunda saudara sekalian

Ayolah bersama kita renungkan

140 Syair Peresmian Madrasah Benua Kayung 18 Februari 2005. 141 Syair Kayung Pernikahan Erlambang Ardiansyah dan Lisa Amalia, 8 Desember 2013.

Page 38: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

125

Agar disimak setiap dibentangkan142

Bismillah itu permulaan kalam

Dengan nama Allah haliqul’alam

Memberi rahmat siang dan malam

Kepada mahluk seisi alam143

Ada semacam keyakinan dalam penyair-penyair menuliskan syairnya

bahwa setiap syair yang mereka tuliskan harus dimulai daengan memanjatkan puji

syukur kepada Allah SWT. Hampir semua teks syair tersebut diawali dengan

Bismillah, kosa kata bahasa Arab yang berarti “dengan nama Allah”. Kasus Syair

Bulan Terbit memberikan pondasi dasar terhadap pembukaan teks-teks syair

kontemporer di akhir 90-an dan era 2000-an. Dengan Islam dan religiusitasnya, ada

elaborasi yang terjadi pada kesenian kesusasteraan melayu yang mengharuskan

membuka segala sesuatu dengan ucapan bismillah, dan memanjatkan syukur, puji-

pujian kepada Allah SWT.

Teks-teks Syair Gulong sangat kaya dengan pengetahuan, apalagi kadar dan

batasan untuk bercerita dan melagukan syair tidak memiliki pagar yang baku karena

komposisi syair adalah bergantung kepada pengetahuan penyair itu sendiri. Salah

satu dinamika Syair Gulong dalam konteks pengetahuan adalah teks-teks syairnya

mampu menceritakan kisah atau peristiwa sejarah atau mitos serta legenda yang

hidup turun-temurun. Berikut adalah kutipan teks-teks syair yang didalamnya

menceritakan kisah dan sebagainya :

mulutnya manis bijak laksana

barang lakunya semuanya kena

putih kuning unsur sederhana

memberi hati gundah gulana

142 Harun Das Putra., loc.cit. 143 Dardi D. Has, loc.cit.

Page 39: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

126

dapatlah nama puteri zubaidah

awal dan akhir tidak sudah

sebarang lakunya memberi faedah

menundukkan orang terlalu mudah

semuanya sudah dibawah perintahnya

tunduk dan kasih akan ianya

terkena di dalam lemah lembutnya

lemahlah hati segala seterunya

itulah akal orang sempurna

bijak bestari arif laksana

ditanggung dahulu bina dan dina

kemudian kebesaran juga tersedia

isi mana kita dapat mencari

seperti akal, zubaidah puteri

takut dan tunduk segala puteri

patutlah jadi mahkota negeri144

(Syair Siti Zubaidah, awal abad ke-19)

Raja berani sangatlah bertuah

Hukumannya ‘adil kalbunya murah

Segenap tahun zakat dan fitrah

Fakir dan miskin sekalian limpah

Sultan di Goa raja yang sabar

Berbuat ‘ibadat terlalu gemar

Menjauhi nabi mendekatkan amar

Kepada pendeta baginda belajar

Baginda raja yang amat elok

Serasi dengan adinda di telo’

Seperti embun yang sangat sejuk

Cahayanya limpah pada segala makhluk

Tiadalah habis gharib kata

Sempurnalah baginda menjadi sultan

Dengan saudaranya yang sangat berpatutan

Seperti emas mengikat intan

144 Syair Perang Makassar 1670. Syair Perang Mengkasar (dahulu bernama Syair

Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar dengan Belanda,

mangkaasara.wordpress.com/tag/syair-perang-mengkasar-dahulu-bernama-syair-sipelman/,

Diakses pada 25 Juli 2016.

Page 40: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

127

Bijaksana sekali berkata-kata

Sebab berkapit dengan pendeta

Jikalau mendengar khabar berita

Sadarlah baginda benar dan dusta

Kekal ikrar apalah tuanku

Seperti air zamzam di dalam sangku

Barang kehendak sekalian berlaku

Tentaranya banyak bersuku-suku

Patik persembahkan suatu rencana

Mohon ampun dengan karunia

Arutnya janggal banyak ta’kena

Karena ‘akalnya belum sempurna

...Maka patik berani berdatang sembah

Harapkan ampun karunia yang limpah

Tuanku ampuni hamba Allah

Karena aurnya banyak yang salah

Tamatlah sudah memuji sultan

Tersebutlah perkataan Welanda syaitan

Kornilis Sipalman penghulu kapitan

Raja Palakka menjadi panglima

Berkampunglah welanda sekalian jenis

Berkatalah Jenderal Kapitan yang bengis

Jikalau alah Mengkasar nin habis

Tunderu’ kelak raja di Bugis145

Tersebut dalam buku sejarah

Dari indocine nenek moyang alkisah

Datang kemari perasaan pasrah

Maksud mendiami seluruh wilayah

Pendatang pertame ke wilayah kite

Rombongan tuk upui namenye serte

Berpangkat demong gelarnye nyate

Di tebang Cine tempat cengkrame

Rombongan kedua pimpinan tuk bubut

Datang kemari angkut berangkut

Di mane tempat rakitnya sangkut

Merekepun turun berebut-rebut

145 Ibid.

Page 41: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

128

Tuk Upui Patih berpangkat

Dijadikan pemimpin oleh masyarakat

Banyak penduduk datang mendaulat

Raje Ulu Aik melekat

Rombongan Tuk Pui hitam kenditnye

Rombongan tuk Bubut kuning gelangnye

Sampai sekarang terlihat nyate

Waktu mengadekan suatu upacare

Datang kemudian rombongan ketige

Seorang pimpinan bername Rangge

Sudah mengenal ajaran agame

Hindu budha dari Sriwijaya

Mungkin karene tempat menetap

Beliau disebut tuk rangge sentap

Mangkubumi gelar yang mantap

Bermukim die di sungai sentap

Tuk rangge sentap pendatang baru

Mungkin dari kerajaan Melayu

Atau Sriwijaya kerajaan dahulu

Mengadekan penelitian sangatlah perlu146

Berhentilah kisah raja Hindustan

Tersebutlah pula suatu perkataan

Abdul Hamid Syah paduka Sultan

Duduklah baginda bersuka-sukaan

Abdul Muluk putra baginda

Besarlah sudah bangsawan muuda

Cantik menjelis bijak laksana

Memberi hati bimbang gulana

Kasih kepadanya mulia dan hina

Akan rahmah puteri bangsawan

Parasnya elok sukar dilawan

Sedap manis barang kelakuan

Sepuluh tahun umurnya tuan

Sangatlah suka duli mahkota

Melihat puteranya besarlah nyata

Kepada isteri baginda berkata

146 Dardi D. Has, op.cit., hlm. 89

Page 42: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

129

“Adinda nin apalah bicara kita?

Kepada fikir kakanda sendiri

Abdul Muluk kemala negeri

Baiklah kita beri beristeri

Dengan anankanda Rahmah puteri147”

Sekilas sejarah sultan-sultan

Pada masanya disaatlah dahulu

Pangeran Sy.Abdurrahman telah bersatu

Para pengikutnya berjiwalah batu

Pontianak membuka bertemu hantu

Perjalanan dimulai dari Mempawah

Pengikutnya banyak berjiwa rendah

Perahu berangkat empat belas buah

Penentuan tersebut dicatat sejarah

...syair dikembangkan meluruskan susunan

Syarif abdurrahman sudahlah dinobatkan

Seberang kota istana didirikan

Sebagai bukti kita menyaksikan

Sultan Syarif Abdurrahman yang pertama

Sejak tanggal 23 Oktober 1771 awalnya

Selesai masa tahun 1808 akhirnya

Segera diganti anak kandungnya148

Kitab-kitab Melayu klasik juga menghadirkan peristiwa peristiwa sejarah

yang menjadi khasanah bagi perjalanan kebudayaan Melayu di Nusantara. Syair

Gulong, sebagai bagian kecil dari keluarga besar kesusasteraan Melayu, juga

memasukkan elemen bercerita yang sama dengan kita-kitab di periode klasik.

Penyair-penyair gulong yang pernah bertamu dan membacakan syair di keraton

seperti menanam kontrak bahwa suatu saat mereka akan dipanggil lagi untuk

147 Syair Abdul Muluk 1938, (Pontianak, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional

Pontianak, 1998), hlm. 4. 148 Harun Das Putra, Bumi Khatulistiwa Kote Pontianak Negeri Syair Melayu. (Pontianak,

Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Inkom Kota Pontianak, 2008), hlm. 7.

Page 43: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

130

membaca atau menuliskan syair tentang kerajaan mereka.

Beberapa naskah syair berisi insight mengenai pengaruh kerajaan-kerajaan

Hindu Budha seperti yang terkandung dalam bait “Tuk rangge sentap pendatang

baru/Mungkin dari kerajaan Melayu/aAau sriwijaya kerajaan terdahulu”.

Penggalan tersebut dapat menjelaskan mengapa pengaruh Melayu sangat kuat di

Kalimantan Barat karena datangnya Tuk rangge sentap, tokoh khayalan menurut

kearifan lokal, adalah seseorang yang datang dari kerajaan Melayu di Sumatera

ataupun Kerajaan Sriwijaya.

Harun das Putra, penyair gulong asal Pontianak, adalah salah satu generasi

awal penyair gulong setelah kembalinya semangat berkebudayaan dan kesenian di

Kalimantan Barat 1970-an. Ia menyatakan pernah dipanggil keraton Kadriah

Pontianak dan diminta membacakan syair gulong, yang pada masanya, dia sebut

dengan bertutur149. Kemudian di tahun 2008, sebagai salah satu tamu kehormatan

keraton, ia diundang oleh Walikota Pontianak, Dr. H. Buchary Abdulrachman, dan

diminta menulis naskah syair tentang Pontianak negeri syair Melayu. Dan dalam

salah satu bagian dari naskahnya, terdapat bab tersendiri ; Sekilas Sejarah Sultan-

Sultan.

Fakta menunjukkan bahwa adanya semangat menuliskan kembali sejarah

ataupun kearifan lokal masyarakat Melayu pada masa lalu yang muncul di kalangan

penyair gulong. Mereka menyadari, bahwa sejarah sangat penting dan kesenian

tersebut adalah salah satu mengapa budaya Melayu harus tetap dilestarikan pada

generasi selanjutnya

149 Wawancara dengan Harun Das Putra. 28 Juli 2014.

Page 44: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

131

Keunikan lainnya dari kesenian Syair Gulong dalam kacamata seni adalah

syairnya dibacakan bukan seperti halnya puisi, tetapi dilagukan seperti

membacakan atau mencitasi ayat-ayat Al-Quran. Perlombaan pada tahun 1990-an

menciptakan pondasi lagu-lagu Syair Gulong yang lestari hingga sekarang. Syair-

syair yang ditulis tidak lagi mengikuti kaidah sastra melayu klasik dan akhirnya

cenderung beradaptasi dengan lingkungannya secara perlahan-lahan.

Merujuk kepada dokumen tulis sezaman, lelaguan ini ternyata berkembang

tidak hanya di Syair Gulong, tetapi juga pantun melayu atau karya sastra lainnya,

berikut adalah cuplikan lelaguan yang ditulis di akhir babak 1990-an :

Tidurlah anak tidurlah sayang

Jika tidur ibu nyanyikan

Nyanyian ibu dengarlah sayang

Dengarlah sayang dalam impian

Mimpilah anak mimpilah sayang

Melihat ayah pergi berdagang

Berdagang di tanah seberang

Negeri Semarang disebut orang150

Penggalan teks tersebut adalah nyanyian pantun Melayu yang biasa

dinyanyikan ibu ketika menimang anaknya di dalam ayunan saat beranjak tidur.

Teks tersebut ditulis pada 1 Desember 1998, ketika pembuatan jurnal pribadi Serial

Sejarah Sekuntum Mawar Tentang Sejarah & Hari Jadi Ketapang oleh Salim bin

H.Achmad Atik. Di masa tersebut, belum ada penulisan sejarah tentang hari jadi

Ketapang dan Salim mencoba menuliskan penelitian-penelitiannya tentang

Kabupaten tersebut. Salah satu bagian dari tulisannya adalah adat-istiadat Melayu

150 M. Salim, op.cit., hlm. 125.

Page 45: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

132

yang hidup di lingkungan masyarakat Melayu Ketapang.

Adanya standar-standar dalam melagukan Syair Gulong menyebabkan

semakin banyaknya kemunculan penyair gulong yang berangkat dari

kemampuannya melagukan syair. Dari yang sebelumnya, penyair gulong adalah

tokoh yang religius, imam masjid, dan memiliki talenta dalam membacakan syair

berevolusi dan menciptakan cakupan yang lebih luas dengan kemungkinan bahwa

siapa pun yang memiliki suara yang bagus maka dapat membacakan Syair Gulong.

Berikut adalah daftar lagu-lagu Syair Gulong di dalam Sinopsis Festival

Budaya Kalbar 2013 :

1. Lagu Siti Zubaidah

2. Elang Mengantuk

3. Lagu Awang Leman

4. Lagu Lembang Melayu Kayong

5. Lagu Patotoan Adat

6. Lagu Lebah Begantong

7. Lagu Seluang Beranyut

8. Lagu Siqah (diadopsi dari lagu barzanji)

9. Lagu Simpang

10. Lagu “Selendang Delima” yang berasal dari negeri Jiran Malaysia151

Kesepuluh lagu tersebut adalah lagu-lagu Syair Gulong yang berkembang

pada era kontemporer.

151 Mahmud Mursalin, “Syair Gulung Kabupaten Ketapang”. Makalah disampaikan pada

Festival Budaya Bumi Khatulistiwa (FBBK XI) Kalimantan Barat, Kamis 3 Oktober 2013.

Page 46: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

133

Pada era kitab-kitab syair klasik. Kritik sosial dalam sebuah naskah syair

disandarkan kepada ancaman atau kecaman yang datang dari Tuhan yang Maha

Esa, dalam hal ini Allah Azza Wa Jalla kepada hamba-Nya jika melakukan sesuatu

keburukan atau menyimpang dari apa yang diajarkan dalam Islam. Hal tersebut

dapat dilihat dari beberapa contoh berikut :

Jikalau hamba banyak syukurnya

Jika tiada syukur pada-Nya

Jangan dibuat melaga-laga

Jangan dibikin seperti tembaga

Tarok diatas jangan dibawa

Sampailah habis umur semua

Sampaikan badan menjadi sehat152

Dalam teks syair tersebut ada konotasi-konotasi yang tersembunyi dalam

kata-kata seperti melaga-laga, jangan dibikin seperti tembaga. Jika mengacu

kepada tingkat pembahasaan, kitab-kitab syair klasik jelas menampilkan kadar

intelektualitas yang universal dan menggambarkan kebijaksanaan hidup akan

jangan memupuk kesombongan dan rasa tamak. Kearifan-kearifan melayu ini hidup

dalam naskah-naskah syair Melayu di periode 1900-an.

Di era selanjutnya, yaitu era kontemporer, kritik mengalami perubahan

bentuk dari yang substansial menjadi kontekstual. Bait-bait syair zaman

kontemporer lebih berani menunjukkan bahasa-bahasa yang lugas mengoreksi

ataupun menilai sesuatu sesuai sudut pandang penyair gulong. Perubahan konteks

kritik sangat menonjol pada teks-teks Syair Gulong era kontemporer. Berikut

adalah bait-bait syair era 2000-an yang mengandung konteks kritik :

Tetapi karena ilmu tak ada

Peluang yang ada terbuang saja

152 Syair Bulan Terbit, op.cit, hlm. 4.

Page 47: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

134

Di isi orang awak menganga

Akhirnya duduk mengurut dada

Di tanah Kayung banyak kesempatan

Untuk menjadi sumber pendapatan

Karena pengetahuan tak ada di badan

Orang lain yang memanfaatkan

Kekurangan ilmu kite semue jatoh

Karene banyak yang masih bodoh

Peluang yang dekat menjadi jaoh

Nasibpun malang celaka tumboh153

Ada pula dalam beberapa kitab yang menceritakan hikayat petualangan

ajaib dalam versi kitab, elemen kritik lebih dikemas dengan menampilkan dalam

bentuk karma, sebuah dogma yang mempercayai bahwa seseorang akan menerima

apa yang telah diperbuatnya, baik atau buruk, akan kembali kepadanya.

Dalam penggalan naskah syair Pemuda dan Sejarah Tanah Kayung yang

disampaikan pada Festival Budaya Bumi Khatulistiwa, Kamis 3 Oktober 2013,

komposisi kritik tampaknya semakin menunjukkan maksudnya. Kata-kata

“kekurangan ilmu kite semue jatoh/karene banyak yang masih bodoh” adalah

bentuk nyata personifikasi yang penutur syair gulong gunakan untuk mencerminkan

masyarakat yang tidak tahu-menahu tentang ilmu hanya akan menjerumuskan diri

ke dalam kebodohan. Jika elemen demi elemen bait tersebut dilakukan komparasi

dengan penggalan syair bulan terbit sebelumnya, maka perubahan yang muncul ada

pada pengambilan kosa kata dan bahasa yang digunakan penyair untuk

menggambarkan kritik atau pandangan apa yang mereka lihat dari apa-apa yang

hidup di lingkungan masyarakat pada zaman itu.

153 Syair Pemuda dan Sejarah Tanah Kayung. Makalah disampaikan pada Festival Budaya

Bumi Khatulistiwa (FBBK XI) Kalimantan Barat, Kamis 3 Oktober 2013.

Page 48: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

135

BAB V

PENUTUP

Masyarakat Melayu Kalimantan Barat secara hakikat memiliki semangat

berkesenian dan berkebudayaan yang baik. Aktivitasnya terbentang dari

kesusasteraan sastra tulis hingga sastra lisan, bahkan terjadi dinamika diantara

keduanya, menunjukkan dinamisnya seni dan budaya di lingkungan masyarakat

lokal.

Syair Gulong adalah sebuah bentuk kesenian masyarakat Melayu di

Kalimantan Barat yang merupakan potret sejarah panjang perjalanan kesusasteraan

Melayu di Kalimantan Barat. Pewarisan kesenian ini muncul dari datangnya kitab-

kitab syair karangan tanpa nama yang merupakan wajah kesusasteraan Melayu di

abad-17 sampai akhir abad-19, hingga menuju ke kengkarangan dimana sastrawan

Melayu cenderung menciptakan syair atau puisi yang dikarang-karang secara

spontan, ditulis di kertas seadanya kemudian digulung. Sebagaian masyarakat yang

hidup mengarah ke Kabupaten Ketapang kemudian menyebutnya dengan Syair

Gulong. Namun secara substansi, kesenian ini mencitrakan semangat kesenian

bertutur syair yang kemudian hidup di berbagai daerah di Kalimantan Barat dengan

dinamika dan karakter keseniannya masing-masing.

Dalam perjalanan sejarah dan pewarisannya, kesenian Syair Gulong

diturunkan secara tradisi lisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Dalam

beberapa kesempatan, seniman Syair Gulong mengakui kesenian ini merupakan

warisan budaya dari Kerajaan Tanjungpura, kerajaan tradisional terbesar di

Kalimantan Barat. Pada masa kerajaan tersebut, Tanjungpura kedatangan Putera

Page 49: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

136

dari Kesultanan Brunei Darussalam, dan kedatangannya menjadi awal pengaruh

kesenian Melayu berkembang di lingkungan keraton. Tidak ada bukti pasti syair

gulong berkembang pada masa itu, tetapi di generasi berikutnya ditemukan kitab-

kitab syair bercap kerajaan Brunei Darussalam, menandai bahwa kesusasteraan

syair melayu periode klasik berkembang di kerajaan ini.

Masa penjajahan, baik Belanda maupun Jepang menjadi titik balik kesenian

Syair Gulong dan kesenian Melayu di Kalimantan Barat secara umum. Politik

kolonial dan pembukaan lahan untuk perkebunan mendominasi kehidupan

masyarakat dan pembatasan kekuasaan keraton, mengebiri feodalisme kerajaan-

kerajaan Melayu hingga mereka kehilangan pengaruhnya sebagai konsorsium yang

memerintah rakyat. Meskipun begitu, setidaknya penulisan naskah syair muncul di

era kolonial yaitu Sjair Uit Sintang, syair yang kemudian menjadi satu-satunya

syair sejarah yang mewakili jiwa zaman kolonialisme di Kerajaan Sintang.

Pendudukan Jepang melengkapi hilangnya semangat kebudayaan dan

kesenian Melayu di Kalimantan Barat. Selain karena kepentingan politiknya dalam

menghadapi Perang Pasifik, Jepang juga melakukan pemusnahan dengan menculik

dan membuang orang-orang sehingga depresi melanda hampir ke seluruh

penduduk. Walaupun pada akhirnya hanya bertahan 4 tahun, tetapi trauma yang

ditinggalkan mereka sangat berdampak kepada sendi-sendi kehidupan masyarakat

di era selanjutnya.

Tahun 1970, menjadi era kembalinya kebudayaan dan kesenian di

Kalimantan Barat. Ditandai dengan munculnya lomba-lomba bertutur syair di

beberapa daerah termasuk di Kabupaten Ketapang, wilayah peninggalan Kerajaan

Page 50: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

137

Tanjungpura yang masih lestari secara situs-situs yang selamat dan kembali dipugar

masyarakat. Kesenian Syair Gulong kembali muncul di masa-masa ini dalam

kompetisi-kompetisi yang diadakan masyarakat tersebut. Perkembangan zaman

membuat kesenian Syair Gulong mengalami dinamika hampir di setiap lini. Secara

umum Syair Gulong di akhir 90-an dan era 2000-an semakin mengerucut kepada

kearifan lokal masyarakat Melayu Kalimantan Barat secara umum. Adanya

kesepakatan budaya yang muncul di kalangan masyarakat Melayu yang kemudian

perlahan-lahan mengubah universalitas Syair Gulong kepada sesuatu yang hidup di

tengah-tengah lingkaran sosial. Pernikahan, hajatan, isu-isu politik, hingga

peresmian seperti pembangunan sekolah adalah lokalitas-lokalitas yang kemudian

menjadi tema-tema Syair Gulong kontemporer.

Universalitas kesenian Syair Gulong secara esensinya sebagai kesenian

yang berkembang dari sastra tulis yang dilisankan, lebih diartikan dalam semangat

bertutur syair karena pada kenyataannya tidak seluruh wilayah di Kalimantan Barat

berkembang kesenian Syair Gulong yang sama. Ada kesenian-kesenian bertutur

syair yang muncul kemudian mengentaskan dirinya sebagai kesenian baru, seperti

misalnya Bercerite dan Bedande di masyarakat Melayu Sambas, joda dan jolai di

masyarakat Melayu Sanggau, tundang, hadrah, dan bertutur di masyarakat Melayu

Pontianak, dan lain sebagainya. Meskipun dilihat dari substansinya, kesenian-

kesenian tersebut sangat mirip secara definisi memiliki persamaan dalam konteks

bertutur syair-nya, yang juga dimiliki oleh Syair Gulong. Persebaran kebudayaan

dan kesusasteraan Melayu tersebut adalah buah dari pertumbuhan kengkarangan

sebagai awal mula kegiatan bersyair dan kesusasteraan yang pada akhirnya tumbuh

Page 51: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

138

dengan warna sesuai di daerah atau kawasan kerajaan dan masing-masing

masyarakat melayu di Kalimantan Barat.

Dalam konteks batasan ruang lingkup keseniannya, Syair Gulong dibagi

dalam dua kolam ; internal kerajaan dan eksternal kerajaan. Dalam lingkungan

kerajaan-kerajaan Melayu Kalimantan Barat, seperti Kerajaan Tanjungpura, Syair

Gulong diartikan bukan sekedar pengantar ketika tamu-tamu kerajaan mengunjungi

keraton, atau penghibur raja dan pangeran ataupun sebagai lagu pengantar tidur

ketika malam tiba, tetapi juga sebagai perwujudan dari kecintaan terhadap Islam

dan juga kebudayaannya.

Syair Gulong di luar lingkungan keraton merepresentasikan kehidupan

masyarakat Melayu Kalimantan Barat dalam skala kecil, yang berarti bahwa ada

lingkup masyarakat Melayu di beberapa daerah kecil di Kalimantan Barat yang

menghidupi kesenian ini dengan kearifan lokal-nya, menghibur rakyat disekitarnya,

menciptakan semangat berkebudayaan dan membangunkan kesenian-kesenian

lainnya seperti seni pertunjukkan, seni tari, seni suara, serta seni musik.

Dalam konteks sebagai khasanah seni, adalah kesenian yang mengangkat

sastra Melayu, sebuah seni pertunjukkan yang memperlihatkan keindahan suara

yang memadukan syiar-syiar keagamaan, nasihat, hiburan, dalam bait-bait yang

sarat makna. Sebagai satu seni pertunjukkan, Syair Gulong dikemas dengan baik

sehingga dapat mengundang selera humor dan gelak tawa penontonnya.

Sebagaimana kita-kitab syair pada masa sebelumnya, Syair Gulong mengemas

kearifan lokal masyarakat Melayu secara kontekstual, memadukan tema-tema yang

menjadi wajah masyarakatnya, mewakili jiwa zaman pada masanya. Syair Gulong,

Page 52: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

139

dalam kacamata seni dan masyarakat, adalah medium yang mampu

mengekspresikan kearifan lokal masyarakat pendukungnya, dengan muncul atau

dibacakan di berbagai macam kegiatan adat.

Pelestarian menjadi masalah utama kesenian Syair Gulong karena begitu

dinamisnya teks-teks syair yang setiap satu teks dengan yang lainnya tidak pernah

sama. Hanya teks syair-syair melayu klasik saja seperti Siti Zubaidah, Dandan

Setie, dan beberapa lainnya yang berasal dari sastra kitab, dan buku-buku tersebut

pun tetap masuk dalam kesenian Syair Gulong yang ternyata mengembangkan

lelaguan untuk beberapa syair yang fenomenal seperti Siti Zubaidah.

Penyimpanan, penulisan, hingga budaya memberikan teks syair yang telah

dibacakan kepada orang yang ingin memintanya, ataupun yang dituakan secaera

status quo di masyarakat adalah problematika mengapa teks-teks syair ini sulit

didapatkan. Belum lagi penyair gulong, yang menulis, mengomposisi, dan

membacakan lagu demi lagu bagi syair yang ditulisnya jarang sekali menyimpan

naskah ataupun salinanya untuk alasan pelestarian kesenian ini. Tak heran, teks-

teks syair yang seharusnya mampu diselamatkan pada periodisasi sejarah penelitian

ini tidak cukup membantu karena tidak didapatkan bukti otentik naskah yang ditulis

sezaman. Namun, hanya kearifan lokal penyair gulong-lah yang akhirnya

membantu penelitian ini dengan memberikan teks-teks syair di akhir 90 dan awal

era kontemporer, yang mana diyakini penutur dan sumber-sumber lisan selama

penelitian, adalah mewakili naskah Syair Gulong, kesenian Syair Gulong, dan

semangat berkebudayaan serta berkesenian Melayu yang hidup di Kalimantan Barat

di tahun 1970-1990.

Page 53: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

140

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Arsip :

Syair Bulan Terbit 1922. Pontianak : Koleksi Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Pontianak.

Syair Sultan Madi 1923. Pontianak : Koleksi Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Pontianak.

Borneo Barat Bergerak : Pembatjaan Pemimpin dan Penolong Anak Negeri No.7

1 januari 1920. Jakarta : Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia.

Serial Sejarah Sekuntum Mawar Tentang Sejarah & Hari Jadi Ketapang, Jakarta

& Bekasi 1 Desember 1998. Pontianak : Jurnal Pribadi M. Salim Bin

Achmad Atik.

Syair Kayung Pernikahan Erlambang Ardiansyah dan Lisa Amalia, Desember

2013. Ketapang : Koleksi Mahmud Mursalin.

Syair Peresmian Madrasah Benua Kayung 18 Februari 2005. Ketapang : Koleksi

Uti Saban.

Syair Pendidikan. Ketapang : Makalah Festival Budaya Bumi Khatulistiwa (FBBK

XI) Kalimantan Barat 2013.

Syair Pemuda dan Tanah Kayong 3 Oktober 2013. Ketapang : Makalah Festival

Budaya Bumi Khatulistiwa (FBBK XI) Kalimantan Barat 2013.

Buku :

Bayu Widjiatmoko. 2014. Kronik Peralihan Nusantara Liga Raja-Raja Hingga

Kolonial. Jogjakarta : Mata Padi Presindo.

Braginsky, V.I. 1999. Yang Faedah dan Kamal Sejarah Sastra Melayu dalam Abad

7-19. Jakarta : Balai Pustaka.

Chairil Effendy. 2006. Bercerite dan Bedande ; Tradisi Kesastraan Melayu

Sambas. Pontianak : Stain Pontianak Press.

______. 2006. Sastra sebagai Wadah Integrasi Budaya. Pontianak : Stain

Pontianak Press.

Claire, Holt. 2006. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia (edisi

terjemahan Soedarsono). Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukkan

Page 54: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

141

Indonesia.

Edi Setyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukkan. Jakarta : Sinar

Harapan.

_____.2014. Kebudayaan di Nusantara dari Keris, Tor-Tor, sampai Industri

Budaya. Jakarta : Komunitas Bambu.

Ibrahim Badjuri. 2006. Sejarah Singkat Kerajaan Tanjungpura dan Kerajaan-

Kerajaan yang Asal-Usulnya dari Kerajaan Tanjungpura. Ketapang :

Kantor Informasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ketapang.

I Made Satyananda. 1997. Skenario Perekaman Upacara Gunting Rambut Suku

Melayu Pontianak Kotamadya Pontianak Kalimantan Barat. Pontianak :

Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.

Jenks, Chris. 2013. Culture, Studi Kebudayaan (edisi terjemahan oleh Erika

Setyawati). Jogjakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Penerbit

Djambatan.

Marwati Djonoed, dkk. 1984.Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Penerbit

Balai Pustaka.

M. Darbi D Has. 2008. Kebudayaan, Adat Istiadat dan Hukum Adat Melayu

Ketapang. Ketapang : Kantor Informasi Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Ketapang.

Moeflih Hasbullah, dkk. 2012. Filsafat Sejarah. Jakarta : Pustaka Setia.

M. Zaini. AR. 1991. Kesah Nagri Sambas 1568-1944. Pontianak : Balai Kajian

Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.

R.M. Soedarsono. 2007. Seni Pertunjukkan Indonesia di Era Globalisasi.

Yogyakarta: UGM Press.

Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metode Sejarah. Jakarta :

PT Gramedia.

Syaikh Ja’Far Al Barzanjie. 2003. Terjemahan Al-Barzanjie. Jakarta : Pustaka

Amani Jakarta.

Taufik Abdullah. 2014. Indonesia dalam Arus Sejarah Volume III : Kedatangan

dan Peradaban Islam. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve.

Yudo Sudarto. 2010. Catatan Warisan Budaya (Cultural Heritage) di Kerajaan

Tanjungpura. Ketapang : Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan

Page 55: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

142

Olahraga.

Sumber Jurnal :

Direktorat Jenderal Sejarah, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. 2000.

Sukadana : Suatu Tinjauan Sejarah Kerajaan Tradisional Kalimantan

Barat. Pontianak : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.

_____. 2001. Upacara Tradisional Tumpang Negeri Bagi Masyarakat Melayu

Ngabang Kabupaten Landak. Pontianak : Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Pontianak.

_____. 2001. Kerajaan Simpang ; Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya.

Pontianak : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.

Juniar Purba, dkk. Jurnal Sejarah dan Budaya Kalimantan no 07/2009. Pontianak

: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.

______. Jurnal Sejarah dan Budaya Kalimantan no 07/2005. Pontianak : Balai

Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.

Syafaruddin Usman. 2003. Sejarah dan Silsilah Pemerintahan dan Kekerabatan

Kerajaan Matan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Pontianak :

Perpustakaan Pribadi Syafaruddin Usman.

E-Jurnal :

Yudo Sudarto. 2008. Upaya Menggali dan Melestarikan Warisan Budaya dan

Sejarah Kerajaan Tanjungpura di Kabupaten Ketapang. (//E:/backup

kuliah/KULIAH/save the page/index.php.htm). Diakses pada 12 Rabu

Februari 2014.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Syair Gulong : Registrasi

Warisan Budaya Tak Benda Nasional. (http://www.bpsnt-

pontianak.org/index.php?pages=rubrik). Diakses pada Rabu 12 Februari

2014.

M. Darbi D. Has. 2008. Syair Gulong Sastra Peninggalan Kerajaan Tanjungpura.

(http://yudosudarto.blogspot.com/2009/03/syair-gulung-sastra-

peninggalan.html). Diakses pada Rabu 12 Februari 2014.

Page 56: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

143

DATA INFORMAN

1. Nama : Harun Das Putra

Umur : 75 Tahun

Alamat : Jl. Merdeka Gg. Pipit No. 25, Kota Baru, Pontianak

Pekerjaan : Sastrawan dan penyair Syair Gulong sejak tahun 1950.

Pernah diundang dalam event-event kebudayaan seperti ;

PSN IV-Kuching Malaysia 1988. Pengembangan Sastra

Daerah Pontianak 1989, Kongres Kebudayaan Jakarta

1991. Temu Teater Indonesia Solo 1993. Dialog Borneo

Pontianak 1995. Seminar Seni Masyarakat Pedalaman se-

Asfac 1993. Pekan Teater Kalimantan I Tenggarong

Kaltim 1996, dan Kalteng 1997. Dialog Burneo di

Sarawak 2004. PSN IX Brunei 2001. Kembara Sastra

Nusantara 2001. Temu Budaya Indonesia Makassar 2001.

Festival Pantun Serumpun se-Asia Tenggara 2008.

Menulis naskah syair ; Syair Timbang Matahari Pontianak

2001, Syair Pengucapan Puisi Dunia Pontianak 2006,

Jamu Besan DK Kalbar 2007, Syair Bumi Khatulistiwa

Kota Pontianak Negeri Bersyair 2008.

2. Nama : Uti Saban

Umur : 75 Tahun

Alamat : Desa Padang, Kecamatan Benua Kayung, Ketapang

Pekerjaan : Sastrawan dan penyair Syair Gulong sejak tahun 1970.

Pernah diundang dalam acara Peresmian Madrasah

Kecamatan Benua Kayung, Kabupaten Ketapang, Kalbar

2005. Menulis naskah syair ; Syair Peresmian Madrasah

Benua Kayung 18 Februari 2005.

3. Nama : Mahmud Mursalin

Umur : 54 Tahun

Alamat : Desa Tuan-Tuan, Kecamatan Benua Kayung,

Ketapang

Pekerjaan : Sastrawan dan penyair Syair Gulong sejak tahun 1993.

Pernah diundang dalam acara Festival Seni Budaya

Melayu (FSBM ke IX) Sambas, Kalbar. Festival Budaya

Bumi Khatulistiwa (FBBK IX). Menulis naskah syair ;

Syair Pemuda dan Tanah Kayong 3 Oktober 2013, Syair

Kayung Walimatul Ursy Erlambang Ardiansyah dan Lisa

Amalia, 1 Desember 2013.

Page 57: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

144

4. Nama : Chairil Effendy

Umur : 59 Tahun

Alamat : Komplek Univ Tanjungpura, Jl. Imam Bonjol,

Pontianak

Pekerjaan : Rektor Universitas Tanjungpura, Pontianak dan Profesor

Sastra Lisan untuk Provinsi Kalimantan Barat.

5. Nama : Hermansyah

Umur : 60 Tahun

Alamat : Kelurahan Kauman, Kecamatan Benua Kayung,

Ketapang

Pekerjaan : Budayawan. Pernah merintis Mas Bayu Kayong yang

kemudian menjadi Majelis Adat Budaya Melayu (MABM)

Ketapang.

Page 58: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

145

LAMPIRAN

Page 59: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

146

Lampiran I

Syair Sultan Madi, Tahun 1923

Page 60: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

147

Syair Sultan Madi, Tahun 1923

Page 61: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

148

Lampiran III

Syair Sultan Madi, Tahun 1923

Page 62: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

149

Syair Sultan Madi, Tahun 1923

Lampiran 1

Syair Sultan Madi, Tahun 1923

Page 63: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

150

di,

Tahun

1923

Page 64: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

151

Page 65: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

152

Page 66: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

153

Page 67: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

154

Lampiran II

Syair Bulan Terbit, Tahun 1923

Page 68: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

155

Page 69: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

156

33

Page 70: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

157

Lampiran 1

Page 71: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

158

Syair Sultan MTahun

Page 72: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

159

ampiran 1

Page 73: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

160

Lampiran III

Kesah Nagri Sambas 1568-1944

Page 74: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

161

1991

Page 75: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

162

Page 76: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

163

Page 77: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

164

Lampiran IV

Foto Kitab Syair Dandan Setie

Page 78: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

165

Lampiran V

Foto Syair Gulong, 1 Desember 2013

Page 79: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

166

Lampiran VI

Silsilah keluarga keraton Kadriah Pontianak

Page 80: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

167

Lampiran VII

Syair Pendidikan Karangan Mahmud Mursalin, 2013

Page 81: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

168

Lampiran VIII

Syair Kota Pontianak Negeri Bersyair, tahun 2008

Page 82: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

169

Page 83: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

170

Page 84: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

171

Page 85: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

172

Page 86: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

173

Page 87: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

174

Page 88: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

175

Lampiran IX

Pemuda dan Sejarah Tanah Kayung karangan Mahmud Mursalin, 2013

Page 89: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

176

Lampiran X

Syair Uit Sintang (Syair Kerajaan Sintang)

Page 90: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

177

Page 91: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

178

Lampiran XI

Page 92: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

179

Syair Kayung Walimatul Ursy Pernikahan Erlambang Ardiansyah dan

Lisa Amalia, 1 Desember 2013

Page 93: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

180

Page 94: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

181

Page 95: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

182

Page 96: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

183

Page 97: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

184

Lampiran XII

Syair Peresmian Madrasah Benua Kayung, Ketapang, Februari 2005

Page 98: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

185

Page 99: BAB IV PERUBAHAN FUNGSI SYAIR GULONG DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab5.pdf · periodisasi dimana teks syair selesai dikemas dalam sebuah kitab. Sayangnya,

186