Upload
vandat
View
229
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
58
BAB IV PEMELIHARAAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PANDANGAN KRISTEN
A. Pengertian Lingkungan Hidup Dalam Pandangan kristen
Penciptaan lingkungan hidup dalam sebuah agama besar
seperti Kristen mempunyai martabat besar. Kedua perjanjian dalam
Kristen mendukung pendapat bahwa alam semesta secar fisik ini baik
dan bahwa alam semesta ini merefleksikan penciptaannya. Sabda
Tuhan dalam injil menegaskan:
“Kemuliaan Tuhan dalam pekerjaan tangan-Nya dan dalam Taurat-Nya. Langit menceritakan Kemuliaan Allah, dan Cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mazmur 19:I-2)”.1
Ada beberapa unsur dari pandangan Kristen mengenai lingkungan
hidup dan tanggung jawab manusia didalamnya.
Ekologi atau ilmu tentang lingkungan hidup Kristen berasal
dari teologi Kristen yang teistis. Hal ini pandangan Kristen mengenai
lingkungan timbul dari doktrin tentang penciptaan. Ajaran dalam
agama Kristen timbul dua aspek penting mengenai lingkungan dalam
Kristen yaitu kepemilikan Allah dan kepelayanan manusia.2 Dapat
dipahami di sini bahwa Allah sebagai sang pencipta menempatkan
manusia sebagai ciptaan Tuhan yang hidup bersama makhluk
ciptaannya yang lain (lingkungan sekeliling manusia).3 Kristen dalam
berbicara masalah kosmos dan lingkungan hidup dalam cahaya kitab
suci disandarkan pada sabda Tuhan. Bisa diselami dari beberapa
1 Al Kitab Injil, Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru, Lembaga Al Kitab Indonesia, Bogor, 1982, hlm. 606
2 Norman L. Geitser, Etika Kristen, Pilihan dan Isu Departemen Literatur Saat, Malang, 2001, hlm.386
3 William Chang, OFMCap, Moral Lingkungan Hidup, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm.46
59
firman Tuhan dalam perjanjian lama dan perjanjian baru tentang
lingkungan hidup di sini.
a. perjanjian lama
Penjelasan dalam perjanjian lama tentang lingkungan hidup
merupakan sesuatu keadaan keindahan, yang tidak sanggup
diungkapkan secara penuh oleh gaya sastra-mazmur-mazmur dan
kebijakan. Tuhan telah berfirman seperti yang tertera dalam kejadian
2:19-20 yang berbunyi:
“Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Di bawanyalah semuanya kepada manusia untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang di berikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.”4 Manusia mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan
dengan alam semesta. Manusia berhubungan dengan hewan. Seperti
yang dikisahkan dalam kitab kejadian tersebut, Tuhan telah
meciptakan suatu lingkungan hidup yang tediri dari manusia dan
segala disekelilingnya baik selain manusia dengan manusia untuk
membentuk suatu komunitas makhluk ciptaannya, dan di dalam
komunitas ini manusia bertanggung jawab.5
b. perjanjian baru
Pengertian kosmos atau lingkungan hidup dalam perjanjian
baru adalah himpunan keadaan dan kemungkinan dalam hidup.
pengertian ini bersifat kristologis, di mana lingkungan alam atau
kosmos dihubungkan dengan ruangan dan kata ini juga melukiskan
kemanusiaan, ruangan atau kosmos di sini adalah diciptakan oleh
Tuhan dan manusia melakukan sesuatu secara betanggung jawab.
Seperti yang diterangkan dalam surat-surat paulus, yang di maksud
4 Al Kitab Injil Perjanjian Lama, Op.cit, hlm 10
5 Ibid, hlm. 48
60
dengan kosmos adalah segala sesuatu yang bukan Tuhan, yakni
lingkungan alam semesta. Lingkungan di sini bersinggungan dengan
semua benda dan mencakup kemanusiaan yang dilukiskan sebagai
alam semesta. Yang di maksud dengan kosmos adalah ruang yang
meliputi semua yang berada di luar Tuhan. Hal pemikiran ini paulus
tidak mempunyai keteraturan karena dunia telah kehilangan
keseimbangan dan keserasian seperti yang tertera dalam kitab suci
injil yang berbunyi:
“Dimanakah orang yan berhikmat? Di manakah ahli taurat? Di manakah ahli pembantah dari dunia ini? bukankah Allah telah membuat hikmah duia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmah Allah , tidak mengenal Allah oleh hikmahnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil”. (I Kor. 1:20-21).6
B. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hidup Dalam Kristen Masalah ekologi atau lingkungan hidup umumnya terkait
dengan saling ketergantungan antara manusia dengan lingkungan
hidup. Hubungan ketergantungan ini dibutuhkan kesadaran yang
hakiki dalam menghadapi keadaan hidup dan lingkungannya.
Manusia saat ini sebenarnya menyadarai dampak dari bahaya
penggarapan alam semesta yang saat ini timbul kerenggangan
antara hubungan manusia dengan lingkungan hidup. penggarapan
ini seiring dengan teori-teori dan teologi yang dominan pada abad 19-
an dan 20-an. Penguasa ekonomi dan politik telah memanfaatkan
manusia, manusia yang di anggap lemah dan tidak berdaya untuk
menggarap dan memporak -porandakan alam dan lingkungan hidup
untuk dimanfaatkan kepentingan pribadi.7 Hal ini terdapat kesalahan
sikap dasar manusia terhadap lingkungan hidup.
6 Ibid, hlm.52
7 Ibid, hlm. 31
61
Terhadap segala makhluk ciptaannya, seharusnya manusia
bersikap menghargai dan memperlakukannya sesuai dengan nilai
yang tekandung di dalam makhluk ciptaannya. Mengingat manusia
adalah berkodrat sosial, maka kebanyakan tindakan manusiawi
mencakup kerja sama dan hubungan manusia dengan segala ciptaan
Tuhan.8
Banyak manusia yang tak beriman kepada Tuhan
berpendapat bahwa manusia adalah satu-satunya sumber makna
dan nilai dalam alam semesta. Ciptaan selain manusia di pandang
sebagai makhluk hidup yang tidak berdaya pikir dan tidak bernilai
dalam dirinya. Pandangan non religius ini memperlakukan alam
semesta tanpa belas kasihan, yaitu tanpa batas dan penghargaan
kepada benda-benda non manusiawi.
Perkembangan tersebut adalah penggarapan alam semesta
tanpa batas, cenderung menghabis-habiskan alam demi kepentingan
kelompok manusia tertentu. Keterbatasan sumber kekayaan alam
tidak diperhitungkan dan tidak dipertimbangkan lagi. Sikap dan
perlakuan mereka terhadap alam dan lingkungan hidup tidak
dikaitkan dengan sang pencipta. Akibatnya, yang kaya semakin kaya
sedangkan yang miskin semakin miskin akibat segala bentuk fasilitas
yang diperoleh dari pihak penguasa tertentu.
Sungguhpun demikian, masih ada pihak yang mengakui
kekuatan dan nilai yang tinggal dalam makhluk selain manusia.
Makna dan keindahan dan ciptaan menimbulkan sikap kagum dan
terpesona. Walaupun belum seutuhnya masyarakat ini mengakui
adanya sikap hormat yang bersifat religius kepada alam dan
hubungan kepada ciptaan lain non manusia.
8 Martin Lukito Sinaga, Menembus Ciptaan: konferensi Tingkat Tinggi BumiR io: Tantangan Bagi Gereja, Gereja, Gunung Mulia, Jakarta, 1994, hlm.85
62
Kekayaan alam tidak hanya dimanfaatkan sebagai obyek
penyelidikan dan jumlah keuntungan golongan tertentu, namun
digunakan untuk keperluan dan kepentingan masyarakat kecil dan
miskin. Dewasa ini terdapat banyak kasus dimasyarakat yang sulit
mendapatkan penghasilan, makanan, dan minuman secukupnya.
Berkenaan dengan alam, manusia biasanya mencari keuntungan,
pemenuhan kebutuhan manusia hanya perlu diingat bahwa
keberhasilan dalam dunia pertanian atau pertambangan selalu
tergantung pada unsur-unsur lain diluar diri manusia yaitu takdir
Tuhan.
Perkembangan hubungan manusia dalam hubungannya
dengan alam atau lingkungan dapat diidentifikasikan melalui tiga
kategori yang menonjol. Pertama, memandang alam sebagai ruang
kuasa-kuasa yang menakutkan. Gunung-gunung, pohon-pohon
besar, sungai-sungai dan lain-lainnya, di pandang sebagai tempat
hunian dewa-dewa atau ilah-ilah, yang sewaktu-waktu dapat
mendatangkan bencana yang menghancurkan bagi manusia.
Kategori ini, manusia patuh dan tunduk terhadap alam dan berusaha
membujuk alam supaya bersahabat. Bujukan-bujukan ini bisa berupa
sikap hormat dan tidak mengganggu, bisa juga dengan upacara adat
atau keagamaan yang bertujuan menjaga kekeramatan alam
tersebut. Manusia pada tahap ini berharap sang penghuni alam tidak
mengganggu manusia juga tidak mendatangkan petaka bahkan
menjadi pelindung manusia. Hasil dari sikap ini adalah alam tidak
rusak dan tetap lestari, tetapi di sisi lain, potensi alam yang besar
tidak tergali secara optimal.
Kedua, alam atau lingkungan merupakan suatu objek yang
dapat diselidiki dan dimanfaatkan oleh manusia. Inilah pandangan
yang secara umum dikembangkan oleh masyarakat modern. Tahap
ini manusia tidak takut lagi dengan alam. Alam ditaklukkan dan di
kuras untuk kepentigan individu manusia. Hasil dari sikap ini jelas
63
kehancuran lingkungan alam dan penyakit inilah yang sedang
menjangkit lingkungan hidup saat ini. lingkungan hidup sekarat, hutan
di babat habis, air tanah di sedot habis-habisan, binatang-binatang di
buru secara tak terkendali, air dan udara terpolusi, akibatnya
keserasian lingkungan hidup terganggu.
Ketiga, alam dan manusia di pandang sebagai dua objek
yang saling mempengaruhi. Pandangan seperti ini, manusia
mengelola alam itu secara hati-hati sehingga pada satu pihak alam
mendatangkan manfaat bagi manusia dan dipihak lain manusia
menjaga kelestarian lingkunga hidup.9
Manusia yang menjalani hubungannya dengan alam dan
lingkungan hidup dengan cara pandang yang ketiga, cenderung
menyadari dengan sungguh-sunguh bahwa cara manusia
memperlakukan alam akan menentukan apa keuntungan yang akan
diberikan oleh alam. Alam dan lingkungan hidup apabila
disumberdayakan untuk di kuras untuk kepentingan individu yang
membabi buta, maka suatu ketika akan mendatangkan petaka bagi
kelangsungan hidup (ekosistem) lingkungan hidup. Tindakan
manusia mengelola alam sekaligus memelihara alam akan
menjadikan sumber penghidupan terus menerus dan tak ada
habisnya untuk manusia. Firman Tuhan dalam Kejadian 2:15 yang
berbunyi:
“Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkanya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”.10 Mengusahakan di sini berarti memanfaatkan alam untuk
kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Memelihara berarti menjaga
alam agar tak hancur , serta tetap lestari. Ketiga kategori di atas
9 Arliyanus Larosa, Misi sosial Gereja, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993, hlm.84
10 Al Kitab Injil Perjanjian Lama, Op.cit. hlm.10
64
dalam ajaran kekristenan lebih condong, kategori ketigalah yang
sesuai dengan firman Tuhan. Misi sosial gereja adalah
mengusahakan dan memelihara lingkungan dan alam semesta ini
sesuai dengan perintah Allah.
C. Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Lingkungan Hidup Dalam Kristen
Kehidupan manusia adalah merupakan pusat keprihatinan
dan perhatian setiap agama termasuk dalam agama Kristen.
Keseluruhan ajaran agama Kristen pada intinya bertujuan
mengarahkan manusia untuk memelihara, mengembangkan, dan
meningkatkan mutu kehidupan.11
Allah yang di kenal kebanyakan orang Kristen dalam Al kitab
adalah Allah yang menjadi sumber terang dan pengetahuan. Roh
Allah yang menyelidiki perkara Allah yang dalam-dalam menerangi
juga roh manusia dan segala yang dijadikan oleh Allah, kitab suci
menerangkan:
“Karena itu seperti ada tertulis: Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, Aku tidak datang dengan kata-katayang indah atau dengan hikmah untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu.” (I Kor. 2:1)12.
Manusia dijadikan menurut gambar Allah. Tuhan tak menghendaki
manusia hidup dalam kegelapan dan ketidaktahuan. Tuhan
menghendaki supaya manusia mengenalnya dan Tuhan
menghendaki supaya manusia menyelidiki segala yang dijadikan oleh
11 Zakaria.J.ngelow, Spiritualitas Baru, Agama Dan Aspirasi Rakyat, PT. Institut DIA, Jakarta, 1994, hlm. 126
12 Al Kitab Injil Perjanjian Lama, Op.cit, hlm. 210
65
Tuhan dan dengan demikian memperoleh pengetahuan dan
pengertian atas jalan dan karya Tuhan.13
Tugas manusia dalam hal pemeliharaan dan pemanfaatan
lingkungan hidup di sini sangat diperlukan pola pikir manusia. Allah
memberikan tugas kepada manusia supaya menyelidiki segala
sesuatu dan berusaha mendapatkan pengetahuan agar bisa
mengungkap misteri yang terkandung dalan alam untuk
kesejahteraan manusia. Ringkasan yang tercantum dalam Matius 22:
37 tertulis
“Hendaklah engkau mengasihi Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu dan dengan segenap jiwamu dan sepenuh akal budimu”14. Penekanan ini supaya manusia menggunaan akal budinya
dengan penyerahan dan ketekunan sepenuhnya. Tuhan melalui
perintahnya, memberikan tugas kepada manusia supaya memeriksa
dan menyelidiki segala sesuatu yang terjadi di bawah langit.
Perkembangan ilmu dan teknologi manusia semakin
termotivasi dan berkembang dengan pesat. Manusia semakin berfikir
tentang bagaimana meningkatkan kesejahteraan hidup, maka
dengan ini manusia berusaha memanfaatkan alam sekelilingnya yaitu
lingkungan hidup. Hingga kini masih hidup dan berkembang pikiran
dan kecenderungan manusia untuk mengobjekkan alam. Manusia
ditempatkan terlepas dari alam dan manusia menjadi pengamat dan
penggarap alam semesta. Manusia memusatkan perhatian pada
masalah bagaimana benda-benda yang ada dalam alam berfungsi.
Manusia modern umumnya kurang melihat makhluk ciptaan sebagai
mana adanya. Makhluk ciptaan tidak dipandang sebagai kesatuan
organisme. Gejala ini menimbulkan rentetan keadaan reformatif dan
13 Sugiarto, EtikaKristen dan Kebudayaan,Badan Penerbitan Kristen, Jakarta, hlm. 64-65
14 Al Kitab, op.cit, hlm. 33
66
revolusioner dalam hidup manusia. Banyak pihak memandang bahwa
sikap demikian telah menjadi sumber krisis ekologi sekarang ini.
Manusia menjadi pemakai dan pemanfaat alam lingkungan hidup ini.
pandangan ini sangat berhubungan erat dengan sikap dasar manusia
menghadapi makhluk ciptaan dan kekayaan alam.15
Menanggulangi dampak yang akan menjerumuskan manusia
dan lingkungan hidup maka perlu peninjauan kemballi pada Al Kitab
tentang bagaimana pemanfaatan dan pemeliharaan yang sesuai
dengan Kristen. Firman Tuhan dalam Kejadian 2 :15 (lihat hlm.60) ini
hendaknya menjadi rujukan yang serius bagi umat manusia untuk
dapat memanfaatkan dan memelihara lingkungan hidup.
Bagaimanakah dalam merealisasikan seruan firman Tuhan
tersebut dalam mengusahakan dan memelihara alam semesta
tersebut, serta tanggung jawab manusia sebagai penjaga alam
semesta ini?
Firman Tuhan dalam Kejadian 10-15 menyebutkan dua
standar untuk menilai tindakan yang dapat dikategorikan sebagai
pelaksana misi sosial gereja upaya dan memelihara lingkungan
hidup. Pertma, mewujudkan misi sosial gereja dalam mengusahakan
dan memelihara lingkungan secara baik dan benar bila kita telah
berusaha menjaga agar dunia tetap menarik. Firman Tuhan dalam
ayat 9 menyaksikan bahwa Allah telah mengisi dunia ini dengan
segala sesuatu yang menarik.
“Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan baik untuk di makan buahnya.” Menarik disini adalah yang indah, yang memukau, yang
menimbulkan rasa betah. Ini bisa kita mulai dengan melakukan yang
sederhana dilingkungan rumah kita ini. halaman rumah jangan di
tutup dengan semen semua, melainkan tanamilah dengan tanaman
15 William Chang, op.cit, hlm.38
67
yang mendatangkan keindahan dan rasa nyaman. Membersihkan
saluran air, dan lain sebagainya.
Kedua, dalam mewujudkan misi sosial gereja dalam
mengusahakan dan memelihara lingkungan hidup secara baik dan
benar bila setiap tindakan kita memungkinkan tetap terpeliharanya
kehidupan yang berkesinambungan (Kejadian 2:10-14). Ayat ini
manusia mendapat informasi bahwa Allah mengalirkan suatu sungai
yang terbagi menjadi empat cabang untuk membasahi taman eden.
Sungai disini adalah simbol kehidupan. Aliran sungai memungkinkan
tumbuhan dan makhluk hidup tetap hidup. panggilan terhadap
manusia ini memainkan peran yang sama, yaitu melakukan sesuatu
yang memungkinkan tetap terpeliharanya kemungkinan untuk hidup
tersebut.16
Kepengurusan yang baik tentang pemanfaatan dan
pemeliharaan yang baik telah ditegaskan oleh Allah tentang
pemberian kepercayaan kepada manusia untuk memelihara bumi
dan sumber-sumber alam yang terkandung didalamnya dan juga
manusia harus bertindak dengan penuh tanggung jawab terhadap
sumber-sumber tersebut. Kitab suci mengatakan:
“yang akhirnya di tuntut dari pelayanan-pelayanan yang demikian adalah, bahwa mereka ternyata dapat di percaya” (I Korintus 4:2).17 Bukan kepengurusan yang baik jika manusia menghabiskan
dengan sia-sia sumber-sumber alam kita yang bernilai. Bumi adalah
taman Allah dan manusia adalah penjaganya. Tuhan berfirman
kepada Ayub yang berbunyi:
“Siapakah yang menghadapi aku, yang aku biarkan tetap selamat? Apa yang ada di seluruh kolong langit, adalah kepunyaanku” (Ayub 41:2).18
16 Arliyanus Larosa, op.cit, hlm. 86.
17 Al Kitab, op.cit, hlm.228
68
Penekanan ini mengharuskan manusia untuk tidak
mengubah taman Allah menjadi padang gurun, demikian alam
sekeliling manusia. Pemeliharaan lingkungan tetap akan dilakukan
umat manusia secara bertanggung jawab di mana saja dan
disekelilingnya dan mengasihi sesama dalam lingkungan sosial dan
lingkungannya. Memanfaatkan hasil alam yang terkandung
didalamnya dengan secukupnya, tidak boros artinya tidak
menghambur-hamburkannya serta tidak mengeksplooiitasi isi alam
untuk kekayaan individu. Terciptalah keseimbangan alam, alam tetap
lestari dan manusia tetap sejahtera dengan mengamalkan dan taat
dengan hukum-hukum Tuhan.
Jadi, masalah lingkungan hidup bagaimana pun juga tidak
mungkin dikupas tanpa hubungan dengan manusia sebagai salah
satu anasir hakiki dalam seluruh organisme jagad raya. Tuhan telah
membekali manusia dengan kemampuan untuk hidup dan bekerja
sama dengan-Nya dan segala makhluk ciptaan guna memajukan dan
membangun yang tenngah ditempati.
Pembangunan dan perkembangan dunia akan terwujud jika
manusia keluar dari diri dan menyadari diri sebagai makhluk ciptaan
yang paling bertanggung jawab atas lingkungan hidup. Manusia
dipercayai untuk mengelola kekayaan alam secara bijaksana dan
bertanggung jawab. Kebebasan dan kemerdekaan dianugrahkan
Tuhan kepada setiap manusia. Kebebasan inilah manusia
seharusnya mengembangkan sikap dan tindakan yang sesuai
dengan kehendak Tuhan dan bisa dipertanggungjawabkan. Tindakan
mewujudkan otentisitas diri dalam tugas-tugas yang dikerjakan,
manusia sungguh-sungguh perlu menyadari sebagai makhluk sosial
yang dan tindakannya terkait dengan anasir-anasir lain dalam jagad
18 Ibid, hlm.594
69
raya. Tidak bisa di sangkal bahwa tindakan manusia senantiasa
berdampak bagi hidup dan keadaan orang lain disekitarnya.
Contoh, sebelum menebang pohon dalam kebun, seseorang
tersebut haruslah mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk
menanam pohon itu dan dampak sampingan dari penebangan pohon
tersebut. Tanpa pertimbangan itu, maka tidak sedikit kerugian yang
harus ditanggung oleh pemilik kebun itu sendiri. Contoh lain, sebelum
seseorang memburu jenis burung tertentu dalam taman haruslah
memperhatikan jenis-jenis burung, kekayaan khasanah burung dan
dampak samping tindakannya.
Manusia harus mengembangkan sikap penghargaan dan
tanggung jawab penuh atas tindakkannya sehubungan dengan
keadaan lingkungan hidup. Hal ini bisa terwujud kalau manusia terus
menerus memperbaharui diri sebagai makhluk sosial yang hidup di
tengah-tengah makhluk ciptaan lain dan manusialah yang paling
bertanggung jawab atas peristiwa apapun yang terjadi di tengah
lingkungan hidup ini. Manusia baru disini adalah manusia yang
dilahirkan kembali dalam semangat ekologis, yang mampu
menyadari, mengontrol dan membatasi diri dalam tindakan
menyangkut lingkungan hidup. Manusia baru ini mengakui adanya
nilai intrinsik dalam makhluk ciptaan Tuhan, bersikap rendah hati dan
berusaha terus mengembangkan sikap solider dengan segala
makhluk ciptaan Tuhan. Sebenarnya manusia adalah yang akan
menjadi pradigma baru dalam rangka melindungi dan
menyelamatkan keadaan alam semesta dan lingkungan hidup.
Paradigma ini bukan lagi rumusan-rumusan, norma-norma atau teori-
teori yang berstruktur abstrak, melainkan hidup dan tindakan nyata
manusia. Tindakan ini sungguh diperlukan kerjasama antara pribadi
manusia dalam mengelola lingkungan hidup. Sebagai orang beriman,
iman akan penciptaan oleh Tuhan akan mewarnai pandangan dan
sikap seseorang terhadap seluruh ciptaan Tuhan. Sementara itu, bagi
70
mereka yang belum meyakini hal ini dapat berpegang pada prinsip
tenggang rasa dengan segala makhluk hidup dan non hidup lainnya,
sebab semuanya adalah penghuni dunia ini.