Upload
lisa-chama
View
86
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bahan perkerasan jalan
Citation preview
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGUJIAN MATERIAL
Pengujian material yang dilakukan selama penelitian campuran aspal beton lapis aus
(Asphalt Concrete-Wearing Course, AC-WC) dan aspal beton lapis antara (Asphalt
Concrete-Base Course, AC-BC) berupa agregat kasar, agregat halus, pasir serta aspal
pen 60/70 dilakukan sesuai dengan peraturan Manual Pemeriksaan Bahan Jalan (MPBJ)
Bina Marga 1976 dengan penyesuaian berdasarkan ketersediaan alat yang ada di
Laboratorium Rekayasa Sipil, Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Jalan
Sambaliung.
Pengujian material untuk campuran aspal beton lapis aus (AC-WC) dan lapis antara
(AC-BC) meliputi pengujian
a) Analisa saringan agregat kasar dan halus.
b) Berat jenis penyerapan agregat kasar dan halus.
c) Keausan agregat (abrasi).
d) Tes Marshall.
4.1.1 Hasil Pengujian Agregat
4.1.1.1 Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus
Analisa saringan bertujuan untuk mengetahui nilai persentase lolos saringan suatu
agregat untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik
agregat kasar maupun halus. Pengujian analisa saringan ini dilakukan berdasarkan pada
Manula Pemeriksaan Badan Jalan (MPBJ) Bina Marga 1976. Bahan-bahan yang
dipersiapkan untuk pengujian analisa saringan adalah sebagai berikut :
1) Course Aggregate (CA) adalah agregat dengan ukuran butir lolos saringan 3/4 inci
(19 mm) dan tertahan pada saringan 3/8 inci (9,5 mm).
2) Medium Aggregate (MA) adalah agregat dengan ukuran butir lolos saringan 3/8
inci (9,5 mm) dan tertahan pada saringan No. 8 (2,36 mm).
3) Fine Aggregate (FA) adalah agregat dengan ukuran butir lolos saringan No. 8 (2,36
mm) dan tertahan di pan.
Berdasarkan pada RSNI 03-1971-1989 mengenai pedoman lapis campuran aspal panas,
menyatakan bahwa persyaratan analisa saringan untuk agregat kasar yang lolos saringan
No. 200 maksimum adalah 1%. Gradasi agregat dinyatakan dalam prosentase berat yang
tertahan diatas masing-masing saringan terhadap berat total agregat.
Berat tertahan (%) = Berat tertahankumulatif
Berat awal x 100%
Berat lolos (%) = 100% - Berat tertahan (%)
Gambar 4.1 Pengujian analisa saringan
Berikut ini adalah hasil pengujian analisa saringan CA, MA, FA Ex. Krayan-Paser dan
pasir Ex. Mahakam (Samarinda).
Bahan I
Berikut ini adalah hasil pengujian analisa saringan CA, MA dan FA Ex. Palu
Tabel 4.6 Hasil Analisa Saringan CA Ex. Palu (Campuran AC-WC)
Berat sebelum dicuci : 1000 gram
Berat sesudah dicuci : 995,7 gram
Saringan Berat tertahan
Kumulatif (gr)
Tertahan
(%)
Lolos
(%)Ukuran saringan mm
¾ " 19 0 0 100
½ " 12,5 890,9 89,09 10,91
3/8 " 9,5 978,7 97,87 2,31
No.4 4,75 992,6 99,26 0,74
Pan - 995,2 99,52 0,48
Tabel 4.8 Hasil Analisa Saringan MA Ex. Palu
Berat sebelum dicuci : 1000 gram
Berat sesudah dicuci : 987,1 gram
Saringan Berat tertahan
Kumulatif (gr)
Tertahan
(%)
Lolos
(%)Ukuran saringan Mm
¾ " 19 0 0 100
½ " 12,5 0 0 100
3/8 " 9,5 0 0 100
No.4 4,75 597,7 59,77 40,23
No.8 2,36 955,8 95,58 4,42
No.16 1,18 986,4 98,64 1,36
No.30 986,9 98,69 1,31
Pan - 987,0 98,70 1,3
Tabel 4.9 Hasil Analisa Saringan FA Ex. Palu
Berat sebelum dicuci : 500 gram
Berat sesudah dicuci : 403,1 gram
Saringan Berat tertahan
Kumulatif (gr)
Tertahan
(%)
Lolos
(%)Ukuran saringan mm
¾ " 19 0 0 100
½ " 12,5 0 0 100
3/8 " 9,5 0 0 100
No.4 4,75 0 0 100
No.8 2,36 0 0 100
No.16 1,18 121,3 24,26 75,74
No.30 0,6 233,9 46,78 53,22
No.50 0,3 305,2 61,04 38,96
No.200 0,075 321,3 64,26 35,74
Pan - 402,9 80,58 19,42
Dari hasil pengujian analisa saringan diatas dapat dibuat grafik distribusi butiran agregat
untuk campuran material lokal dan material Palu, sebagai berikut :
Gambar 4.3 Distribusi butiran agregat Ex. Palu
4.1.1.2 Pengujian Abrasi (Keausan Agregat)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin Los Angeles yang berbentuk
silinder dengan diameter kedua sisinya 711 mm dan panjang dalam 508 mm. Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan pengujian tipe B, dimana menggunakan 3 ukuran
saringan yaitu ¾" (19 mm), ½" (12,5 mm) dan 3/8" (9,5 mm), dengan 11 buah bola baja
yang dimasukkan kedalam mesin Los Angeles, dimana diameter masing-masing bola
baja yaitu 4,68 cm dengan berat 440 gram sebanyak 500 putaran. Pada pengujian abrasi
persyaratan agar agregat dapat digunakan sebagai lapisan perkerasan adalah besar
persentase dari tingkat keausan harus < 40%.
Persentase keausan agregat menunjukkan banyaknya agregat yang hancur akibat
putaran mesin Los Angeles dimana terjadi tumbukan dan gesekan antar bola baja
dengan butiran agregat.
Keausan (%) =
Berat agregat sebelum abrasi−Berat agregat sesudah abrasi yang tertahan No .12Berat agregat sebelumabrasi
Gambar 4.4 Pengujian abrasi
Adapun tipe-tipe dari pengujian abrasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10 Tipe pengujian abrasi
Saringan Berat dan Gradasi Benda Uji ( gram )
Lolos TertahanA B C D E F G
inchi Mm inchi mm
3"76,2
32
1/2"63,53 -- -- -- -- 2,500 -- --
2 1/2"
63,53
2" 50,82 -- -- -- -- 2,500 5,000 --
2"50,8
21
1/2"38,12 -- -- -- -- 5,000 5,000 5,000
1 1/2"
38,12
1" 25,411,25
0-- -- -- -- -- 5,000
1"25,4
13/4" 19,06
1,250
-- -- -- -- -- --
3/4"19,0
61/2" 12,71
1,250
2,500
-- -- -- -- --
1/2"12,7
13/8" 9,53
1,250
2,500
-- -- -- -- --
3/8" 9,53 1/4" 6,35 -- --2,50
0-- -- -- --
Sumber : Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles PB-0206-76 (AASHTO T-96-74°)
Saringan Berat dan Gradasi Benda Uji ( gram )
Lolos TertahanA B C D E F G
inchi Mm inchi mm
1/4" 6,35 # 4 4,76 -- -- 2,50 -- -- -- --
0
# 4 4,76 # 8 2.38 -- -- --5,00
0-- -- --
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Jumlah Berat(gram)
5,000
5,000
5,000
5,000
10,000
10,000
10,000
Sumber : Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles PB-0206-76 (AASHTO T-96-74°)
Dibawah ini adalah tabel hasil pengujian abrasi (keausan) agregat Ex. Krayan dan Ex.
Palu.
Tabel 4.12 Abrasi Agregat Ex. Palu
Gradasi Pemeriksaan Cara B
SaringanBerat Sebelum
AbrasiBerat Sesudah
AbrasiLolos Tertahan (A) (B)
3/4 " 1/2 " 25001/2 " 3/8 " 2500
Tertahan No.12 3599,3
Jumlah Berat 5000 3844
Keausan = A−B
A x 100% 28,01 % < 40 %
Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil pengujian abrasi agregat Ex. Palu sebesar 28,01 %.
Dari nilai tersebut terlihat nilai abrasi kurang dari 40 % ( < 40 %), sehingga agregat
tersebut memenuhi persyaratan untuk bahan campuran aspal panas.
4.1.1.4 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Ex. Palu dan Pasir Mahakam
4.1.1.4.1 Agregat Kasar (Course Aggregate) Ex. Palu
Dari hasil pengujian agregat kasar (CA) Ex. Palu diperoleh nilai berat jenisnya sebesar
2,660 gr/cc dan persentase nilai penyerapannya sebesar 1,875 %.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Course Aggregate (CA) Ex.
Palu
Pengujian I (gr) II (gr)
Berat Contoh Kering (Bk) 1471,1 1473,7
Berat Contoh SSD (Bj) 1500,0 1500,0
Berat Contoh Dalam Air (Ba) 945 948
Perhitungan I II Rata-rata
Bk
2,651 2,670 2,660Berat Jenis (Bulk) -----------------
Bj – Ba
Bj
2,703 2,717 2,710Berat Jenis SSD -----------------
Bj – Ba
Bk
2,796 2,803 2,800Berat Jenis Semu -----------------
Bk – Ba
Bj – Bk
1,965 1,785 1,875Penyerapan ----------------- x 100%
Bk
4.1.1.4.2 Agregat Sedang (Medium Aggregate) Ex. Palu
Dari hasil pengujian agregat sedang (MA) Ex. Palu diperoleh nilai berat jenisnya
sebesar 2,658 gr/cc dan persentase nilai penyerapannya sebesar 1,774 %.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.18 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Medium Aggregate (MA) Ex.
Palu
Pengujian I (gr) II (gr)
Berat Contoh Kering (Bk) 1473,3 1474,4
Berat Contoh SSD (Bj) 1500,0 1500,0
Berat Contoh Dalam Air (Ba) 946 945
Perhitungan I II Rata-rata
Bk
2,659 2,657 2,658Berat Jenis (Bulk) -----------------
Bj – Ba
Bj
2,708 2,703 2,705Berat Jenis SSD -----------------
Bj – Ba
Bk
2,794 2,785 2,790Berat Jenis Semu -----------------
Bk – Ba
Bj – Bk
1,812 1,736 1,774Penyerapan ----------------- x 100%
Bk
4.1.1.4.3 Agregat Halus (Fine Aggregate) Ex. Palu
Dari hasil pengujian agregat halus (FA) Ex. Palu diperoleh nilai berat jenisnya sebesar
2,640 gr/cc dan persentase nilai penyerapannya sebesar 0,483 %.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Fine Aggregate (FA) Ex. Palu
Pengujian I (gr) II (gr)
Berat Contoh SSD (500) 500,0 500,0
Berat Contoh Kering Oven (Bk) 498,9 496,3
Berat Piknometer + Air (25°C) (B) 1031,5 1018,7
Berat Pik.+ Contoh SSD + Air (25°C) (Bt) 1347,3 1325,7
Perhitungan I II Rata-rata
Bk
2,708 2,572 2,640Berat Jenis (Bulk) -----------------
( B + 500 – Bt )
500
2,714 2,591 2,653Berat Jenis SSD -----------------
( B + 500 – Bt )
Bk
2,725 2,662 2,673Berat Jenis Semu -----------------
( B + Bk – Bt )
( 500 – Bk )
0,220 0,746 0,483Penyerapan ----------------- x 100%
Bk
4.1.1.4.4 Pasir (Sand) Ex. Mahakam-Samarinda
Dari hasil pengujian pasir (sand) Ex. Mahakam-Samarinda diperoleh nilai berat
jenisnya sebesar 2,480 gr/cc dan persentase nilai penyerapannya sebesar 2,691 %.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Ex. Mahakam-Samarinda
Pengujian I (gr) II (gr)
Berat Contoh SSD (500) 500,0 500,0
Berat Contoh Kering Oven (Bk) 486,3 487,5
Berat Piknometer + Air (25°C) (B) 1031,5 1018,7
Berat Pik.+ Contoh SSD + Air (25°C) (Bt) 1334,3 1323,3
Perhitungan I II Rata-rata
Bk
2,465 2,495 2,480Berat Jenis (Bulk) -----------------
( B + 500 – Bt )
500
2,534 2,559 2,547Berat Jenis SSD -----------------
( B + 500 – Bt )
Bk
2,649 2,665 2,657Berat Jenis Semu -----------------
( B + Bk – Bt )
( 500 – Bk )
2,817 2,564 2,691Penyerapan ----------------- x 100%
Bk
Gambar 4.5 Pengujian berat jenis dan penyerapan
4.1.2 Hasil Pengujian Aspal
Aspal yang digunakan dalam pengujian ini adalah aspal Ex. Singapore dengan nilai
penetrasi 60/70. Aspal tersebut telah diteliti oleh Departemen Pekerjaan Umum, Balai
Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Satuan Kerja Unit Peralatan Dan Pengujian
Cikampek menunjukkan bahwa kulitas aspal telah memenuhi spesifikasi dari Direktorat
Jenderal Bina Marga. Adapun hasil pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.20
dibawah ini dan laporan hasil pengujian secara lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.21 Hasil Pengujian aspal Ex. Singapore
No
.
Jenis Pengujian
Aspal Pen 60/70
Hasil
Pengujian
Syarat Metode
PengujianSatuan
Min Max
1 Penetrasi pada 25 0C 63.30 60 70 ASTM D 5-95 0.1 mm
2 Titik Lembek 51.10 48 56 ASTM D 36-86 0C
3 Titik Nyala (COC) 311 232 ASTM D 92-90 0C
4 Daktilitas pada 250C, 5 cm/menit
>140 100 ASTM D 113-86 cm
5 Berat Jenis 1.0348 1.01 1.06 ASTM D 70-82 gr/cc
6 Kelarutan dalam C2HCL3
99.920 99 ASTM D 2042 % berat
7 Kehilangan Berat (TFOT)
0.160 0.2 ASTM D 1754-94 % berat
8 Penetrasi setelah TFOT
87.67 80 ASTM D 5-95 % asli
9 Daktilitas setelah TFOT
125.50 50 ASTM D 113-86 cm
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Satuan Kerja
Unit Peralatan dan Pengujian Cikampek, Laporan hasil pengujian aspal, Mei 2009.
4.2 HASIL RANCANGAN CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS AUS
(AC-WC)
4.2.1 Hasil Proporsi Gradasi Gabungan
Proporsi ini bertujuan untuk menentukan persentase dari masing-masing fraksi agregat
yang digunakan sehingga didapatkan proporsi agregat campuran yang sesuai dengan
spesifikasi campuran aspal panas.
4.2.1.1 Hasil Proporsi Gradasi Gabungan Agregat Ex. Palu dan Pasir Ex. Mahakam-
Samarinda.
Berikut ini adalah tabel proporsi gabungan untuk agregat Ex. Krayan-Paser dan pasir
Ex. Mahakam-Samarinda.
Tabel 4.22 Proporsi Gabungan Agregat Ex. Krayan-Paser dan Pasir Ex. Mahakam-
Samarinda.
Berikut ini adalah tabel proporsi gabungan untuk agregat Ex. Palu dan pasir Ex.
Mahakam-Samarinda yang dibuat sebagai pembanding.
Tabel 4.23 Proporsi Gabungan Agregat Ex. Palu dan Pasir Ex. Mahakam-Samarinda.
UraianUkuran Saringan
1 1/2" 1" 3/4" 1/2" 3/8" #4 #8 #16 #30 #50 #200Coarse Agg. Ex. Palu
11 %100,0 100,0 100,0 10,91 2,13 0,47 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0011,00 11,00 11,00 1,20 0.23 0,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Medium Agg. Ex. Palu
63 %100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 40,23 4,42 1,36 1,31 0,00 0,0063,00 63,00 63,00 63,00 63,00 25,34 2,78 0,86 0,83 0,00 0,00
Fine Agg. Ex. Palu
20 %100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 75,74 53,22 38,96 35,7420,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 15,15 10,64 7,79 7,15
PasirEx. Mahakam
6 %100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 99,94 99,88 99,62 35,746,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 5,99 5,98 1,07
Total Campuran 100%
% Kombinasi Agregat 100,0 100,0 100,0 90,20 89,23 51,43 28,78 22,00 17,46 13,77 8,22
Spesifikasi Max 100,0 100,0 100,0 100,0 90,0 58,0 10,0 Min 28,0 4,0
Zona Larangan39,1 25,6 19,1 15,5
31,6 23,1Fuller 100,0 100,0 100,0 82,8 73,2 53,6 39,1 28,6 21,1 15,5 8,3
Dari tabel diatas dapat dibuat hubungan grafik antara jumlah % kombinasi agregat yang
lolos dengan spesifikasi batas maksimum dan minimum, zona larangan dan kurva
Fuller.
Gambar 4.7 Grafik proporsi agregat Ex. Palu
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa proporsi penggunaan Coarse Aggregate (CA),
Medium Aggregate (MA), Fine Aggregate (FA) dan Sand (Pasir) memenuhi persyaratan
untuk gradasi untuk campuran aspal beton (AC-WC) dengan garis kurva kombinasi
hanya memotong satu kali garis Fuller dan tidak memotong zona larangan.
4.2.2 Penentuan Kadar Aspal Rencana
Penentuan kadar aspal rencana ditentukan dengan menggunakan rumus yang
berdasarkan pada RSNI 03-1737-1989 yaitu:
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + Konstanta
Dimana :
Pb : Kadar aspal rencana (%)
CA : Coarse Agregat atau agregat kasar tertahan saringan No.8
FA : Fine Agregat atau agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan
Saringan No.200
FF : Filler atau bahan pengisi yang lolos saringan No.200 dan tertahan
Pada Pan
Konstanta : diambil nilai antara 0,5% – 1,0%
Perhitungan kadar aspal rencana campuran material campuran Palu :
Pb = 0.035 (%CA) + 0.045 (%FA) + 0.18 (%FF) + Konstanta
Pb = 0,035 (100-28,78) + 0,045 (28,78-8,22) +0,18 (8,22) + 0,75
= 0,035 (71,22) + 0,045 (20,56) + 1,48 + 0,75
= 2,49 + 0,92 + 1,46 + 0,75
= 5,62 ≈ 6,00
Dari hasil perhitungan kadar aspal rencana (Pb) untuk campuran material krayan
diperoleh nilai kadar aspal 5,0% dan dibuat 5 variasi kadar aspal dengan ketentuan 4
kadar aspal diatas nilai kadar aspal rencana dengan ketentuan 0,5% selisih tiap
pengurangan dan penambahan kadar aspal. Sehingga dibuat variasi kadar aspal untuk
masing-masing campuran adalah 5%, 5,50%, 6%, 6,5% dan 7%. Sedangkan untuk
campuran palu diperoleh nilai kadar aspal 6,00% dan dibuat 5 variasi kadar aspal
masing-masing 2 kadar aspal diatas dan dibawah kadar aspal rencana. Dengan setiap
kadarnya dibuat benda uji atau briket sebanyak 3 buah briket sehingga total benda uji
dari kelima variasi kadar aspal untuk tiap campuran tersebut sebanyak 15 buah benda
uji atau briket.
Gambar 4.8 Pembuatan Benda Uji
Dibawah ini adalah tabel hasil kadar aspal rencana yang diperoleh untuk masing-masing
jenis campuran AC-WC, yaitu campuran agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran
agregat Ex. Palu.
Tabel 4.24 Kadar aspal rencana (Pb)
JenisCampuran
GradasiKonstanta Pb
%CA %FA %FF
Ex. Palu 71,22 20,56 8,22 0,75 5,65
4.2.3 Hasil Pengujian Marshall
Dari hasil persentase proporsi agregat gabungan pada Tabel 4.22 dan Tabel 4.23 dapat
dibuat campuran agregat dan aspal dengan berat total campuran adalah 1.200 gram
dengan kadar aspal variasi 5% - 7% untuk masing-masing campuran Laston Lapis Aus
(AC-WC) yaitu campuran agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu.
Sebelum melakukan uji Marshall terhadap setiap benda uji, terlebih dahulu benda uji
ditimbang dalam keadaan kering udara, ditimbang dalam keadaan kering permukaan
(SSD) dan ditimbang dalam air untuk mendapatkan nilai berat isi dan nilai volumetrik
campuran aspal yaitu, VIM, VMA dan VFA. Selanjutnya benda uji direndam ke dalam
waterbath dengan suhu 60o selama 30 menit. Dan setelah itu benda uji siap untuk
dilakukan uji Marshall untuk mengetahui nilai stabilitas dan kelelehannya(flow)
Kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai-nilai pada parameter Marshall
yang meliputi :
1. Berat volume benda uji
2. Stabilitas
3. Flow (kelelehan)
4. Marshall Quotient (perbandingan antara nilai stabilitas dan kelelehan).
5. Sifat-sifat Volumetrik (rongga udara) yang meliputi :
a. Volume pori benda uji (VIM)
b. Volume antara agregat dalam benda uji (VMA)
c. Volume antara agregat yang terisi oleh aspal (VFA).
Dari nilai-nilai parameter aspal diatas dapat diketahui apakah campuran lapis aus (AC-
WC) untuk agregat Ex. Krayan-Paser yang dipakai pada penelitian ini memenuhi
persyaratan dalam spesifikasi SNI atau tidak. Sehingga dapat diketahui agregat tersebut
layak pakai untuk bahan campuran laston atau tidak.
Dalam penelitian ini di bandingkan hasil pengujian Marshall dari kedua jenis campuran,
yaitu campuran agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat ex. Palu. Dalam hal ini
campuran agregat ex. Palu dijadikan sebagai pembanding untuk mengetahui seberapa
besar perbedaan hasil pengujian Marshall dari campuran agregat yang lain. Mengingat
agregat ex. Palu merupakan agregat yang paling sering digunakan untuk bahan
campuran aspal panas di wilayah Kalimantan Timur.
Gambar 4.9 Benda Uji dan Penimbangan berat di udara
Gambar 4.10 Perendaman dan benda uji kondisi SSD
Gambar 4.11 Penimbangan dalam air dan kondis SSD
Gambar 4.12 Water bath dan perendaman dalam water bath
Gambar 4.13 Pengujian marshall dan benda uji sesudah uji marshall
Adapun hasil pengujian Marshall dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Tabel 4.24 dan
untuk hasil selengkapnya dari perhitungan uji Marshall dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.23 Hasil uji Marshall pada campuran agregat Ex. Palu
No
.
Kadar
Aspal
( % )
Berat
Isi
( gr/cm3 )
VMA
( % )
VIM
( % )
VFA
( % )
Stabilitas
( Kg )
Flow
( mm )
Marshall
Quotient
( kg/mm)
1. 5 2,301 17,295 7,882 54,593 1,550.98 2,78 557,24
2. 5,5 2,339 16,402 5,692 65,406 1,292.41 2,92 442,10
3. 6 2,339 16,849 4,995 70,475 1,292.20 3,12 414,61
4. 6,5 2,323 17,856 4,947 72,386 1,278.60 3,16 404,19
5. 7 2,278 19,865 6,088 69,860 1,288.91 3,27 394,56
4.2.1 Analisa Perbandingan Hasil Pengujian Marshall Antara Campuran
Agregat Ex. Krayan-Paser dan Campuran Agregat Ex. Palu
Pada dasarnya agregat memiliki sifat karakteristik masing-masing. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian dua jenis agregat yang berbeda yaitu agregat Ex. Krayan-Paser dan
agregat Ex. Palu. Dari penelitian ini akan diketahui sifat-sifat dari campuran agregat
lokal Ex. Krayan-Paser dan Ex. Palu untuk campuran aspal panas, yang mana agregat
lokal Ex. Krayan belum pernah dilakukan pengujian sebelumnya untuk digunakan
dalam campuran aspal panas dan membandingkan hasil pengujian antara campuran
agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu untuk mengetahui
perbandingan hasil Marshall pada kedua jenis agregat tersebut.
Adapun uraian mengenai hasil pengujian Marshall dari masing-masing jenis campuran
agregat ditinjau dari parameter karakteristik Marshall adalah sebagai berikut:
1. Berat Isi ( Density )
Dibawah ini adalah hasil perbandingan nilai berat isi antara campuran Ex. Krayan-Paser
dan campuran Ex. Palu.
Tabel 4.25 Nilai berat isi rata-rata masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
Berat isi
( gr/cm3)
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 2,332 2,301
5,50 2,309 2,339
6,00 2,302 2,339
6,50 2,299 2,323
7,00 2,307 2,278
Dari Tabel 4.25 diatas terlihat bahwa nilai berat isi kedua campuran, yaitu campuran
Ex. Krayan-Paser dan campuran Ex. Palu terdapat perbedaan nilai berat isi yang tidak
cukup signifikan dari kedua jenis campuran. Nilai berat isi untuk campuran agregat Ex.
Palu lebih mendominasi pada 3 jenis kadar aspal dari 5 kadar aspal yang dilakukan
pengujian. Tetapi dari segi nilai berat isi berbeda tetapi terdapat kesamaan dari segi
bentuk agregat yaitu cubical.
Berikut adalah histogram dari nilai berat isi rata-rata untuk masing-masing campuran.
5,00 5,50 6,00 6,50 7,002,240
2,260
2,280
2,300
2,320
2,340
2,360
2,332
2,3092,302 2,299
2,3072,301
2,339 2,339
2,323
2,278
Berat Isi
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex.Palu
Kadar Aspal (%)
Bera
t Is
i gr/
cm3
Gambar 4.14 Histogram berat isi terhadap kadar aspal
Berat isi diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut :
Volume contoh = Berat SSD – Berat Dalam Air
Berat Isi = Berat Dalam Udara : Volume Contoh
Contoh perhitungan Kadar Aspal 5% Campuran Palu AC – WC :
Volume Contoh1 = Berat SSD1 – Berat Dalam Air1
= 1.192,3 – 671
= 521,3 cm3
Berat Isi1 = Berat Dalam Udara1/Volume Contoh1
= 1.191,8/521,3
= 2,286 gr/cm3
Berat Isi2 = Berat Dalam Udara2/Volume Contoh2
= 1.186,1/507,9
= 2,335 gr/cm3
Berat Isi3 = Berat Dalam Udara3/Volume Contoh3
= 1.187,1/519,8
= 2,284 gr/cm3
Berat IsiRerata = (Berat Isi1 + Berat Isi2 + Berat Isi3) : 3
= ( 2,286 + 2,335 + 2,284) :3
= 2,302 gr/cm3
2. Stabilitas
Dibawah ini adalah hasil perbandingan nilai stabilitas untuk masing-masing campuran
antara agregat Ex. Krayan-Paser dan agregat Ex. Palu
Tabel 4.26 Nilai stabilitas rata-rata masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
Stabilitas
( Kg )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 1,490.52 1,550.98
5,50 1,391.15 1,292.41
6,00 1,386.55 1,292.20
6,50 1,338.85 1,278.60
7,00 1,279.23 1,288.91
Dari Tabel 4.26 diatas terlihat bahwa nilai stabilitas antara campuran agregat Ex.
Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu cukup baik karena kedua campuran
agregat tersebut memenuhi spesifikasi nilai stabilitas yaitu minimum 800 kg. Pada
campuran agregat Ex. Krayan nilai stabilitasnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan
campuran agregat Ex. Palu. Hal tersebut disebabkan karena material agregat Ex. Krayan
yang digunakan dalam campuran merupakan agregat bergradasi baik dan bentuknya
cenderung cubical, sehingga kemampuan daya ikat antar agregat untuk saling mengunci
cukup baik dan akibatnya rongga antar agregat menjadi lebih sedikit hal ini akan
berpengaruh pada nilai stabilitas. Nilai stabilitas maksimum untuk campuran agregat
Ex. Krayan dan campuran agregat Ex. Palu berada pada kadar aspal 5,00 % yaitu
sebesar 1.490.52 kg dan 1.550,98 kg.
Berikut adalah histogram dari nilai stabilitas rata-rata untuk masing-masing campuran.
5,00 5,50 6,00 6,50 7,000.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
1,800.00
1,490.52 1,391.15 1,386.55 1,338.85 1,279.23
1,550.98
1,292.41 1,292.20 1,278.60 1,288.91
Stabilitas
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex.Palu
Kadar Aspal (%)
Stab
ilita
s (Kg
)
Gambar 4.15 Histogram stabilitas terhadap kadar aspal
Nilai stabilitas diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut :
Stabilitas = angka arloji x 0,454 x 1,102 x nilai korelasi x kalibrasi
Contoh perhitungan kadar aspal 5% campuran palu AC-WC :
Stabilitas1 = Angka arloji1 x 0,454 x 1,102 x nilai korelasi1 x kalibrasi
= 89 x 0,454 x 1,102 x 1 x 31,36
= 1.396,38 kg
Stabilitas2 = Angka arloji2 x 0,454 x 1,102 x nilai korelasi2 x kalibrasi
= 114 x 0,454 x 1,102 x 1,04 x 31,36
= 1.860,17 kg
Stabilitas3 = Angka arloji3 x 0,454 x 1,102 x nilai korelasi3 x kalibrasi
= 89 x 0,454 x 1,102 x 1 x 31,36
= 1.396,38 kg
StabilirasRerata = (Stabilitas1 + Stabilitas2 + Stabilitas3) : 3
= (1.396,38 + 1.860,17 + 1.396,38) : 3
= 1.550,98 kg
3. Flow ( Kelelehan )
Dibawah ini adalah hasil perbandingan nilai flow untuk masing-masing campuran antara
agregat Ex. Krayan-Paser dan agregat Ex. Palu
Tabel 4.27 Nilai flow rata-rata masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
Flow ( Kelelehan )
( mm )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 2,22 2,78
5,50 2,42 2,92
6,00 2,63 3,12
6,50 3,13 3,16
7,00 3,19 3,27
Dari Tabel 4.27 diatas terlihat bahwa nilai kelelehan ( flow) untuk masing-masing jenis
campuran terdapat perbedaan nilai. Nilai flow untuk campuran Ex. Krayan-Paser
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai flow untuk campuran Ex. Palu. Nilai
flow maksimum untuk campuran Ex. Krayan-Paser terdapat pada kadar aspal 7 % yaitu
sebesar 3,19 mm dan pada campuran Ex. Palu nilai flow maksimum terdapat pada kadar
aspal 7 % juga yaitu sebesar 3,27 mm. Dari nilai tersebut bisa dikatakan campuran
agregat Ex. Krayan cenderung lebih kaku bila dibandingkan dengan campuran agregat
Ex. Palu. Pada campuran agregat Ex. Krayan nilai flow yang memenuhi sfesifikasi
minimum 3 mm yaitu terletak pada kadar aspal 6,50 % - 7,00 % dan pada campuran
Ex. Palu terletak pada kadar aspal 6 % - 7 %.
Berikut adalah histogram dari nilai flow rata-rata untuk masing-masing campuran.
5 5.5 6 6.5 70
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
2.222.42
2.63
3.13 3.19
2.78 2.923.12 3.16 3.27
Flow
Campuran Ex.Krayan-Paser Campuran Ex.Palu
Kadar Aspal (%)
Flow
(mm
)
Gambar 4.16 Histogram flow terhadap kadar aspal
4. Marshall Quotient (MQ)
Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil perbandingan nilai stabilitas dan kelelehan
(Flow). Dibawah ini adalah hasil perbandingan nilai Marshall Quotient (MQ) antara
campuran agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu.
Tabel 4.28 Nilai MQ rata-rata masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
Marshall Quotient ( MQ )
( kg/mm )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 670,40 557,24
5,50 575,65 442,10
6,00 527,20 414,61
6,50 427,29 404,19
7,00 401,01 394,56
Dari Tabel 4.28 diatas terlihat bahwa nilai Marshall Quotient (MQ) antara campuran
agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu cukup baik karena seluruh
kadar aspal pada kedua campuran agregat tersebut memenuhi spesifikasi nilai Marshall
Quotient (MQ) yaitu minimum 250 kg/mm. Pada campuran agregat Ex. Krayan nilai
Marshall Quotient lebih tinggi bila dibandingkan dengan campuran agregat Ex. Palu.
Nilai Marshall Quotient maksimum untuk campuran agregat Ex. Krayan dan Ex. Palu
berada pada kadar aspal 5 % yaitu sebesar 670.4 kg/mm dan 557.24 kg/mm. Adanya
perbedaan Marshall Quotient (MQ) dari kedua campuran ini dikarenakan nilai stabilitas
dari campuran agregat Ex. Krayan cukup tinggi dan nilai flownya cenderung lebih
rendah bila dibandingkan dengan campuran agregat Ex. Palu. Sehingga nilai Marshall
Quotient dari campuran agregat Ex. Krayan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
Marshall Quotient dari campuran Ex. Palu.
Berikut adalah nilai Marshall Quotient rata-rata dari masing-masing campuran yang
ditampilkan dalam bentuk histogram.
5 5.5 6 6.5 70
100
200
300
400
500
600
700
800670.4
575.65527.2
427.289999999999 401.01
557.24
442.1 414.61404.19 394.56
Marshall Quotient
Campuran Ex.Krayan-Paser Campuran Ex.Palu
Kadar Aspal (%)
Mar
shal
l Quo
tient
(Kg/
mm
)
Gambar 4.17 Histogram Marshall Quotient terhadap kadar aspal
Nilai Marshall Quotient diperoleh melalui rumus perhitungan sebagai berikut :
Marshall Quotient = StabilitasRerata / FlowRerata
Contoh perhitungan Campuran Palu kadar aspal 5% sebagai berikut :
Marshall Quotient = StabilitasRerata / FlowRerata
= 1.550,98 / 2,78
= 557,24 kg/mm
5. Sifat-sifat Volumetrik (rongga udara) Campuran Aspal
Adapun sifat-sifat rongga udara dalam campuran aspal yang telah dipadatkan terdiri
dari:
a. VMA (Void in the Mineral Aggregate)
VMA adalah volume rongga udara diantara butir-butir agregat didalam suatu
campuran aspal beton dalam kondisi padat.
Berikut adalah hasil perbandingan nilai VMA antara campuran agregat Ex. Krayan-
Paser dan campuran agregat Ex. Palu
Tabel 4.29 Nilai VMA rata-rata pada masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
VMA
( % )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 14,271 17,295
5,50 15,203 16,402
6,00 15,933 16,849
6,50 16,481 17,856
7,00 16,619 19,865
Dari Tabel 4.29 diatas terlihat bahwa nilai VMA antara campuran agregat Ex.
Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu memiliki perbedaan, seluruh kadar
aspal pada campuran Ex. Palu memenuhi spesifikasi nilai VMA yaitu minimum 15
% sedangkan pada campuran Ex. Krayan hanya pada kadar aspal 5 % yang tidak
memenuhi spesifikasi nilai VMA . Tetapi pada campuran Ex. Krayan-Paser dan
campuran Ex. Palu tidak terdapat perbedaan nilai VMA yang terlalu jauh berbeda
hal ini disebabkan bentuk dari kedua jenis agregat tersebut hampir sama yang
cenderung berbentuk cubical dan bergradasi baik sehingga kemampuan agregat
untuk saling mengisi cukup baik dan akibatnya campuran menjadi cukup rapat.
Berikut adalah nilai VMA rata-rata dari masing-masing campuran yang ditampilkan
dalam bentuk histogram.
5 5.5 6 6.5 70
5
10
15
20
25
14.271 15.203 15.93316.481 16.61917.295 16.402 16.849 17.856
19.865
VMA
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. Palu
Kadar Aspal (%)
VMA
(%)
Gambar 4.18 Histogram VMA terhadap kadar aspal
Nilai VMA diperoleh melalui rumus perhitungan sebagai berikut :
VMA = 100-((( 100-kadar aspal terhadap campuran ) x Berat Isi )/BJ Bulk
Contoh perhitungan campuran Palu kadar aspal 5% sebagai berikut :
VMA = 100-((( 100-kadar aspal terhadap campuran) x Berat Isi)/BJ Bulk
VMA1 = 100-((( 100-5 ) x 2,286 ) / 2,644
= 17,854%
VMA2 = 100-((( 100-5 ) x 2,335 ) / 2,644
= 16,090%
VMA3 = 100-((( 100-5 ) x 2,284 ) / 2,644
= 17,941%
VMARerata = ( VMA1 + VMA2 +VMA3 ) / 3
= ( 17,854 + 16,090 + 17,941 ) / 3
= 17,295%
b. VIM (Void In Mix)
VIM merupakan rongga udara diantara butiran agregat yang terselimuti aspal
didalam campuran aspal beton yang telah dipadatkan. VIM diperlukan sebagai
tempat bergesernya butiran-butiran agregat akibat adanya pemadatan tambahan yang
terjadi akibat adanya beban lalu lintas. Selain itu juga nilai VIM diperlukan sebagai
tempat apabila aspal menjadi lunak akibat temperatur yang meningkat.
Nilai VIM didalam campuran aspal tidak boleh terlalu besar dan juga terlalu kecil,
apabila nilai VIM terlalu besar maka campuran aspal tidak rapat, sehingga terdapat
banyak rongga. Hal ini akan mengakibatkan campuran tersebut mudah mengalami
retak dan stabilitas menjadi menurun dan apabila nilai VIM terlalu kecil maka
campuran menjadi terlalu rapat sehingga rongga terlalu kecil dan akan
mengakibatkan terjadinya bleeding jika temperatur meningkat.
Berikut adalah hasil perbandingan nilai VIM antara campuran agregat Ex. Krayan-
Paser dan campuran agregat Ex. Palu
Pada campuran agregat Ex. Krayan nilai flow yang memenuhi sfesifikasi minimum 3
mm yaitu terletak pada kadar aspal 5,50 % - 6,00 % dan pada campuran Ex. Palu
terletak pada kadar aspal 5 % - 7 %.
Tabel 4.30 Nilai VIM rata-rata pada masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
VIM
( % )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 6,013 7,882
5,50 5,856 5,692
6,00 5,484 4,995
6,50 4,912 4,947
7,00 3,872 6,088
Dari Tabel 4.30 diatas terlihat bahwa nilai VIM untuk campuran agregat Ex.
Krayan-Paser yang memenuhi sfesifikasi antara 3,5 % - 5,5 % terletak pada kadar
aspal 6,00 % - 7,00 % sedangkan pada campuran agregat Ex. Palu terletak pada
kadar aspal 6,00 % - 6,50 %.
Berikut adalah nilai VIM rata-rata dari masing-masing campuran yang ditampilkan
dalam bentuk histogram.
5 5.5 6 6.5 70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
6.013 5.85599999999999 5.4844.912
3.872
7.882
5.6924.995 4.947
6.088
VIM
Campuran Ex. Krayan Paser Campuran Ex. Palu
Kadar Aspal (%)
VIM
(%)
Gambar 4.19 Histogram VIM terhadap kadar aspal
Nilai VIM diperoleh melalui rumus perhitungan sebagai berikut :
VIM = 100 – (( 100 x Berat Isi ) / Berat Jenis Maksimum)
Contoh perhitungan campuran Palu untuk kadar aspal 5% sebagai berikut :
VIM1 = 100 – (( 100 x Berat Isi ) / Berat Jenis Maksimum)
= 100 – (( 100 x 2,286 ) / 2,499
= 8,504%
VIM2 = 100 – (( 100 x Berat Isi ) / Berat Jenis Maksimum)
= 100 – (( 100 x 2,335 ) / 2,499
= 6,539%
VIM3 = 100 – (( 100 x Berat Isi ) / Berat Jenis Maksimum)
= 100 – (( 100 x 2,284 ) / 2,499
= 8,602%
VIMRerata = ( VIM1 + VIM2 + VIM3 ) / 3
= ( 8,502 + 6,539 + 8,602 ) / 3
= 7,882%
c. VFA (Volume of voids Filled with Asphalt)
VFA adalah volume rongga beton aspal padat yang terisi oleh aspal padat atau
selimut aspal. Semakin besar nilai VFA pada suatu campuran maka semakin sedikit
rongga (VIM) yang ada pada campuran dan semakin kecil nilai VFA pada suatu
campuran maka semakin besar rongga (VIM) yang pada campuran.
Berikut adalah hasil perbandingan nilai VFA antara campuran agregat Ex. Krayan-
Paser dan campuran agregat Ex. Palu.
Tabel 4.31 Nilai VFA rata-rata pada masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
VFA
( % )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 57,930 54,593
5,50 61,588 65,406
6,00 65,815 70,475
6,50 70,219 72,386
7,00 76,794 69,860
Dari Tabel 4.31 diatas terlihat bahwa nilai VFA pada campuran agregat Ex. Palu
lebih tinggi bila dibandingkan dengan campuran agregat Ex. Krayan-Paser. Hal ini
berkaitan dengan nilai VIM dari campuran agregat Ex. Palu cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan nilai VIM dari campuran agregat Ex. Krayan-Paser.
Pada campuran agregat Ex. Krayan yang memenuhi nilai spesifikasi VFA yaitu 65 %
berada pada kadar aspal 6,00 % - 7,00 %, sedangkan campuran agregat Ex. Palu
yang memenuhi sfesifikasi VFA berada pada kadar aspal 5,50 % - 7,00 %
Berikut adalah nilai VFA rata-rata dari masing-masing campuran yang ditampilkan
dalam bentuk histogram.
5 5.5 6 6.5 70
102030405060708090
57.93 61.58865.815
70.21976.794
54.593
65.40670.475 72.386 69.86
VFA
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. Palu
Kadar Aspal (%)
VFA
(%)
Gambar 4.20 Histogram VFA terhadap kadar aspal
Nilai VFA diperoleh melalui rumus perhitungan sebagai berikut :
VFA = ( 100 x ( VMA - VIM ) / VMA )
Contoh perhitungan VFA campuran Palu AC-WC untuk kadar aspal 5% sebagai
berikut :
VFA = ( 100 x ( VMA - VIM ) / VMA )
VFA1 = ( 100 x ( 17,854 – 8,504 ) / 17,854 )
= 52,367%
VFA1 = ( 100 x ( 16,090 – 6,539 ) / 16,090 )
= 59,356%
VFA1 = ( 100 x ( 17,941 – 7,882 ) / 17,941 )
= 52,055%
VFARerata = ( VFA1 + VFA2 + VFA3 ) / 3
= ( 52,367 + 59,356 + 52,055 ) / 3
= 54,593%
4.2.5 Analisa Penentuan Kadar Aspal Optimum
Dari hasil uji Marshall yang telah dilakukan, kemudian dibuatlah grafik hubungan
antara kadar aspal dengan beberapa parameter Marshall, yaitu volume berat isi,
stabilitas, flow, Marshall Quotient, VMA, VIM, VFA dan masing-masing grafik
parameter Marshall tersebut diberi batasan sfesifikasi, baik sfesifikasi batas atas
maupun batas bawah, sehingga akan didapat batasan kadar aspal yang memenuhi
masing-masing nilai stabilitas, flow, Marshall Quotient, VMA, VIM, dan VFA.
Kemudian didapatkan kadar aspal optimum yang ditentukan dengan mengambil nilai
tengah pada rentang batasan kadar aspal yang memenuhi semua sfesifikasi pada
perameter Marshall.
4.2.5.1 Kadar Aspal Optimum Pada Campuran Agregat Ex. Krayan-Paser
Berikut adalah grafik hubungan antara volume berat isi dan kadar aspal
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
2.200
2.240
2.280
2.320
2.360
2.400
Density
Kadar Aspal (%)
Bera
t Is
i (g
r/cm
3)
Gambar 4.21 Grafik volume berat isi terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara stabilitas dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
200
600
1000
1400
1800
Stabilitas
Kadar Aspal (%)
Sta
bili
tas (
Kg)
Gambar 4.22 Grafik stabilitas terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara flow dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Flow
Kadar Aspal (%)
Flo
w (
mm
)
Gambar 4.23 Grafik flow terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara Marshall Quotient dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
100
200
300
400
500
600
700
Marshall Quetiont
Kadar Aspal (%)
MQ
(K
g/m
m)
Gambar 4.24 Grafik Marshall Quotient terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VMA dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
10
12
14
16
18
20VMA
Kadar Aspal (%)
VM
A (
%)
Gambar 4.25 Grafik VMA terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VIM dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1
3
5
7
9
VIM
Kadar Aspal (%)
VIM
(%
)
Gambar 4.26 Grafik VIM terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VFA dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
40
60
80
100
VFA
Kadar Aspal (%)
VFA
(%
)
Gambar 4.27 Grafik VFA terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik kadar aspal optimum untuk campuran agregat Ex. Krayan-Paser
6.5 7 7.5
Kadar Aspal Optimum
Density
Stabilitas
Flow
Marshall Quetiont
VIM
VMA
VFA
Gambar 4.28 Grafik kadar aspal optimum campuran agregat Ex. Krayan-Paser
Dari Gambar 4.21 diatas terlihat bahwa untuk berat isi tidak terdapat batasan sfesifikasi
campuran AC-WC, sehingga nilai volume berat isi untuk kadar aspal 5%-7% dapat
digunakan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC pada
agregat Ex. Krayan-Paser dan dari grafik diatas terlihat berat isi mengalami penurunan
dari kadar aspal 5%-6,5%. Dimana untuk kadar aspal 5% dan 5,5% nilai berat isi
sebesar 2,322 gr/cm3 dan 2,309 gr/cm3, untuk kadar aspal 6% dan 6,5% nilai berat isi
sebesar 2,302 gr/cm3 dan 2,299 gr/cm3 ini mengalami penurunan berat isi dikarenakan
rongga udara didalam campuran semakin rapat akibat terisi oleh aspal yang cukup
banyak akibat bertambahnya kadar aspal. Namun pada kadar aspal 7% berat isi sebesar
2,307 gr/cm3.
Dari Gambar 4.22 diatas terlihat bahwa nilai stabilitas menurun dengan bertambahnya
kadar aspal hingga kadar aspal 7 %. Dimana untuk kadar aspal 5% dan 5,5% nilai
stabilitasnya sebesar 1.490.52 kg dan 1.391,15 kg dan untuk kadar aspal 6% dan 6,5%
nilai stabilitasnya sebesar 1.368,55 kg dan 1.338,85 kg, dan pada kadar 7% nilai
stabilitas sebesar 1.279,23. Penurunan ini dikarenakan kadar aspal semakin tinggi
sehingga agregat dengan aspal mengalami deformasi yang mengakibatkan daya adhesi
agregat dengan aspal menjadi berkurang akibatnya stabilitas menjadi menurun. Namun
dari nilai stabilitas tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7% telah memenuhi
batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk
campuran AC-WC yaitu 800 kg.
Dari Gambar 4.23 diatas terlihat bahwa nilai flow meningkat pada dari kadar aspal 5%-
7 %. Dimana untuk kadar aspal 5% dan 5,5% nilai flownya sebesar 2,22 mm dan 2,42
mm, untuk kadar aspal 6% dan 6,5% nilai flow sebesar 2,63 mm dan 3,13 mm dan pada
kadar aspal 7% nilai flownya sebesar 3,19 mm. Dari nilai flow tersebut menunjukkan
bahwa kadar aspal 6,5%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan
dalam menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC yaitu 3 mm.
Dari Gambar 4.24 diatas terlihat bahwa nilai Marshall Quotient mengalami penurunan
pada tiap kadar aspal. Dimana untuk kadar aspal 5% dan 5,5% didapat nilai Marshall
Quotient sebesar 670,40 kg/mm dan 575,65 kg/mm dan untuk kadar aspal 6% ,6,5% dan
7% didapat nilai Marshall Quotient sebesar 527,20 kg/mm, 427,29 kg/mm dan 401,01
kg/mm. Dari nilai Marshall Quotient tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7%
telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal
optimum untuk campuran AC-WC yaitu 250 kg/mm. Marshall Quotient cenderung
meningkat apabila nilai stabilitas tinggi dan flow rendah.
Dari Gambar 4.25 diatas terlihat bahwa nilai VMA meningkat pada kadar aspal 5%-
7%. Dimana untuk kadar aspal 5% 5,5% dan 6% didapat nilai VMA sebesar 14,271%,
15,203%, dan 15,933% dan untuk kadar aspal 6,5% dan 7% didapat nilai VMA sebesar
16,481% dan 16,619%. Dari nilai VMA tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal yang
memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal
optimum untuk campuran AC-WC yaitu 15% adalah pada kadar aspal 5,5%-7,0%. Nilai
VMA akan meningkat jika agregat yang digunakan dalam campuran bergradasi terbuka
dan nilai VMA juga akan meningkat apabila didalam campuran memiliki selimut aspal
yang tebal.
Dari Gambar 4.26 diatas terlihat bahwa nilai VIM terus mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya kadar aspal. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan
7% didapat nilai VIM sebesar 6,013%, 5,856%, 5,484%, 4,912% dan 3,872%. Dari
nilai VIM tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar aspal
6%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan
kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC yaitu 3,5%-5,5%. Jika nilai VIM terlalu
besar akan mengakibatkan beton aspal padat kurang kedap terhadap air sehingga
mengakibatkan meningkatnya proses oksidasi aspal yang dapat mempercepat penuan
aspal dan menurunkan sifat durabilitas beton aspal, sedangkan jika VIM terlalu kecil
maka akan mengakibatkan perkerasan mudah mengalami bleeding jika temperatur
meningkat.
Dari Gambar 4.27 diatas terlihat bahwa nilai VFA terus mengalami kenaikan seiring
dengan bertambahnya kadar aspal. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan
7% didapat nilai VFA sebesar 57,930%, 61,588%, 65,815%, 70,219% dan 76,794%.
Dari nilai VFA tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar
aspal 6,%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam
menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC yaitu 65%.
Dari Gambar 4.28 diatas terlihat bahwa rentang kadar aspal yang memenuhi
persyaratan campuran lapis aspal beton untuk campuran AC-WC berkisar pada kadar
aspal 6,54%-7%. Dari kadar aspal 6,54%-7% ini diambil nilai tengah untuk
mendapatkan nilai kadar aspal optimum sehingga nilai kadar aspal optimum yang
diperoleh untuk campuran agregat Ex. Krayan yaitu sebesar 6,77%. Dari nilai kadar
aspal optimum ini maka akan digunakan sebagai kadar aspal untuk pengujian Marshall
Immersion.
4.2.5.2 Kadar Aspal Optimum Pada Campuran Agregat Ex. Palu
Berikut adalah grafik hubungan antara volume berat isi dan kadar aspal
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1.500
1.700
1.900
2.100
2.300
2.500
2.700
2.900
Density
Kadar Aspal (%)
Ber
at I
si (
gr/c
m3)
Gambar 4.29 Grafik volume berat isi terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara stabilitas dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
Stabilitas
Kadar Aspal (%)
Sta
bilit
as (
Kg)
Gambar 4.30 Grafik stabilitas terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara flow dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Flow
Kadar Aspal (%)
Flo
w (
mm
)
Gambar 4.31 Grafik flow terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara Marshall Quotient dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
Marshall Quetiont
Kadar Aspal (%)
MQ
(K
g/m
m)
Gambar 4.32 Grafik Marshall Quotient terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VMA dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
10
12
14
16
18
20
22
24VMA
Kadar Aspal (%)
VM
A (
%)
Gambar 4.33 Grafik VMA terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VIM dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1
3
5
7
9
11
VIM
Kadar Aspal (%)
VIM
(%
)
Gambar 4.34 Grafik VIM terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VFA dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
20
40
60
80
100
VFA
Kadar Aspal (%)
VFA
(%
)
Gambar 4.35 Grafik VFA terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik kadar aspal optimum untuk campuran agregat Ex. Palu
5.5 6 6.5 7
Kadar Aspal Optimum
Density
Stabilitas
Flow
Marshall Quetiont
VIM
VMA
VFA
Gambar 4.36 Grafik kadar aspal optimum campuran agregat Ex. Palu
Dari Gambar 4.29 diatas terlihat bahwa untuk berat isi tidak terdapat batasan sfesifikasi
campuran AC-WC, sehingga nilai volume berat isi untuk kadar aspal 5%-7% dapat
digunakan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC pada
agregat Ex. Palu dan dari grafik diatas terlihat berat isi mengalami kenaikan dari kadar
aspal 5%-6% kemudian turun pada kadar aspal 6%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5%,
5,5% dan 6% nilai berat isi sebesar 2,302 gr/cm3, 2,339 gr/cm3 dan 2,399 gr/cm3 untuk
kadar aspal 6,5% dan 7% didapat nilai berat isi sebesar 2,323% dan 2,278% ini
mengalami penurunan berat isi dikarenakan rongga udara didalam campuran semakin
rapat akibat terisi oleh aspal yang cukup banyak akibat bertambahnya kadar aspal.
Dari Gambar 4.30 diatas terlihat bahwa nilai stabilitas cenderung bergerak turun
dengan bertambahnya kadar aspal hingga kadar aspal 6,5% kemudian naik pada kadar
aspal 7%. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6% dan 6,5% nilai stabilitasnya sebesar
1.550,98 kg, 1.292,41 kg, 1.292,20 kg, dan 1.278,60 kg untuk kadar aspal 7% didapat
nilai stabilitas sebesar 1.288,91 kg. Penurunan stabilitas dikarenakan kadar aspal cukup
tinggi sehingga agregat dengan aspal mengalami deformasi yang mengakibatkan daya
adhesi agregat dengan aspal menjadi berkurang akibatnya stabilitas menjadi menurun.
Dari nilai stabilitas tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7% telah memenuhi
batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk
campuran AC-WC yaitu 800 kg.
Dari Gambar 4.31 diatas terlihat bahwa nilai flow bergerak naik pada kadar aspal 5%-
7%. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5% dan 6% nilai flownya sebesar 2,78 mm, 2,92
dan 3,12 mm, untuk kadar aspal 6,5% dan 7% nilai flow sebesar 3,16 mm dan 3,27 mm.
Dari nilai flow tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar
aspal 6%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam
menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC yaitu 3 mm.
Dari Gambar 4.32 diatas terlihat bahwa nilai Marshall Quotient menurun dari kadar
aspal 5%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan 7% didapat nilai
Marshall Quotient sebesar 557,24 kg/mm, 442,10 kg/mm, 414,61 kg/mm, 404,19
kg/mm dan 394,56 kg/mm. Dari nilai Marshall Quotient tersebut menunjukkan bahwa
kadar aspal 5%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam
menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC yaitu 250 kg/mm. Marshall
Quotient cenderung meningkat apabila nilai stabilitas tinggi dan flow rendah dan
Marshall Quotient menurun apabila nilai stabilitas rendah dan nilai flow tinggi.
Dari Gambar 4.33 diatas terlihat bahwa nilai VMA mengalami penurunan pada kadar
aspal 5%-5,5% kemudian naik dari kadar aspal 5,5%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5%
dan 5,5% didapat nilai VMA sebesar 17,295%, dan 16,402%, untuk kadar aspal 6%,
6,5% dan 7% didapat nilai VMA sebesar 16,849%, 17,856% dan 19,865%. Dari nilai
VMA tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7% telah memenuhi batas
minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk
campuran AC-WC yaitu 15%. Nilai VMA akan meningkat jika agregat yang digunakan
dalam campuran bergradasi terbuka dan nilai VMA juga akan meningkat apabila
didalam campuran memiliki selimut aspal yang tebal.
Dari Gambar 4.34 diatas terlihat bahwa nilai VIM mengalami penurunan pada kadar
aspal 5%-6,5% kemudian naik pada kadar aspal 7%. Dimana untuk kadar aspal 5%,
5,5%, 6%, 6,5% didapat nilai VIM sebesar 7,882%, 5,692%, 4,995%, 4,947% dan naik
pada kadar aspal 7% dengan nilai VIM sebesar 6,088%. Dari nilai VIM tersebut dan
yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar aspal 5,5%-6,5% telah
memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal
optimum untuk campuran AC-WC yaitu 3,5%-5,5%. Jika nilai VIM terlalu besar akan
mengakibatkan beton aspal padat kurang kedap terhadap air sehingga mengakibatkan
meningkatnya proses oksidasi aspal yang dapat mempercepat penuan aspal dan
menurunkan sifat durabilitas beton aspal, sedangkan jika VIM terlalu kecil maka akan
mengakibatkan perkerasan mudah mengalami bleeding jika temperatur meningkat.
Dari Gambar 4.35 diatas terlihat bahwa nilai VFA terus mengalami kenaikan seiring
dengan bertambahnya kadar aspal. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan
7% didapat nilai VFA sebesar 54,593%, 65,406%, 70,475%, 72,386% dan 69,860%.
Dari nilai VFA tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar
aspal 5,49%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam
menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC yaitu 65%.
Dari Gambar 4.36 diatas terlihat bahwa rentang kadar aspal yang memenuhi
persyaratan campuran lapis aspal beton untuk campuran AC-WC berkisar pada kadar
aspal 5,68%-6,8%. Dari kadar aspal 5,68%-6.8% ini diambil nilai tengah untuk
mendapatkan nilai kadar aspal optimum sehingga nilai kadar aspal optimum yang
diperoleh untuk campuran agregat Ex. Palu yaitu sebesar 6,24%. Dari nilai kadar aspal
optimum ini maka akan digunakan sebagai kadar aspal untuk pengujian Marshall
Immersion.
Tabel 4.32 Rekapitulasi hasil pengujian Marshall pada campuran agregat Ex. Krayan dan agregat ex. Palu pada campuran AC-WC
Parameter Spesifikasi Agregat Ex. Krayan Agregat Ex. Palu
Berat Isi
(gr/cm3)-
2,322 – 2,307
(5% - 7%)*
2,302 – 2,352
(5% - 7%)*
Stabilitas
(kg)Min.800
1,490.52 – 1,279.23
(5% - 7%)*
1.550,98 – 1.288,91
(5% - 7%)*
Flow Min.3 2,22 – 3,19 2,78 – 3,27
(mm) (6,54% - 7%)* (5,68% - 7%)*
Marshall
Quotient
(kg/mm)
Min.250670,40 – 401,01
(5% - 7%)*
557,24 – 394,56
(5% - 7%)*
VIM (%) 3,5 – 5,56,013 – 3,872
(5,97% - 7%)*
7,882 – 6,088
(5,5% - 6,8%)*
VMA (%) Min.1514,271 – 16,619
(5,375% - 7%)*
17,295 – 19,865
(5% - 7%)*
VFA (%) Min.6557,930 – 76,794
(5,8% - 7%)*
54,593 – 69,860
(5,5% - 7%)*
* Rentang kadar aspal yang masuk spesifikasi SNI
Dari Tabel 4.32 di atas menunjukan bahwa campuran agregat Ex. Krayan dan
campuran agregat Ex. Palu keduanya memiliki kadar aspal optimum dikarenakan kedua
jenis agregat tersebut memenuhi spesifikasi parameter Marshall. Pada agregat Ex.
Krayan yang memenuhi parameter Marshall berada pada rentang kadar aspal 6,54%-
7%. Dari kadar aspal 6,54%-7% ini diambil nilai tengah untuk mendapatkan nilai kadar
aspal optimum sehingga nilai kadar aspal optimum yang diperoleh untuk campuran
agregat Ex. Krayan yaitu sebesar 6,77%.
Untuk campuran agregat Ex. Palu yang memenuhi parameter Marshall berada pada
rentang kadar aspal 5,68%-6,8%. Dari kadar aspal 5,68%-6,8% ini diambil nilai tengah
untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum sehingga nilai kadar aspal optimum yang
diperoleh untuk campuran agregat Ex. Palu yaitu sebesar 6,24%.
4.2.6 Hasil Pengujian Marshall Immersion
Dari nilai kadar aspal optimum yang diperoleh maka akan digunakan sebagai kadar
aspal untuk pengujian Marshall Immersion. Pengujian Marshall Immersion ini
bertujuan untuk memperoleh nilai stabilitas campuran aspal terhadap nilai flow, serta
untuk mengetahui nilai satbilitas dari sisa Marshall. Berdasarkan pada RSNI 2003-
1737-1989 tentang pedoman pelaksanaan lapis campuran beraspal panas, persyaratan
nilai Marshall Immersion minimum 80%.
Dalam pengujian Marshall Immersion ini dibuat sampel sebanyak 6 buah untuk setiap
masing-masing kadar aspal optimum dari kedua jenis campuran yaitu campuran agregat
Ex. Krayan dan campuran agregat Ex. Palu, dimana untuk campuran agregat Ex.
Krayan diperoleh kadar aspal optimum sebesar 6,77% dan untuk campuran agregat Ex.
Palu diperoleh kadar aspal optimum sebesar 6,24%. Sampel yang dibuat dengan kadar
aspal ini kemudian direndam selama 30 menit pada suhu 60°sebanyak 3 buah sampel
dan sebanyak 3 buah sampel direndam selama 24 jam pada suhu 60° untuk masing-
masing campuran. Jadi total seluruh sampel yang digunakan untuk pengujian Marshall
Immersion adalah sebanyak 12 buah sampel.
Berikut adalah nilai stabilitas dari masing-masing jenis campuran setelah dilakukan
pengujian Marshall Immersion.
Tabel 4.33 Nilai stabilitas pengujian Marshall Immersion ampuran AC-WC
Waktu
PerendamanBenda uji
Campuran agregat Ex.
Krayan-Paser
Campuran agregat Ex.
Palu
6,77% 6,24%
24 Jam
1 1.161,03 1.270,86
2 1.192,41 1.302,24
3 1.208,10 1.333,62
Rata-rata 1.187,18 1.302,24
30 Menit
1 1.333,62 1.412,07
2 1.380,69 1.474,83
3 1.365,00 1.459,14
Rata-rata 1.359,77 1.448,68
Berikut adalah histogram dari nilai stabilitas Marshall Immersion untuk masing-masing
campuran
1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800Stabilitas Immersion
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. Palu
Stab
ilita
s ( k
g )
Perendaman 24 Jam Perendaman 30 Menit
Gambar 4.37 Histogram nilai stabilitas Marshall Immersion
Berdasarkan Tabel 4.33 diatas didapat nilai stabilitas Marshall Immersions (sisa
Marshall) untuk masing-masing campuran sebagai berikut :
Sisa Marshall campuran agregat Ex. Krayan-Paser :
Sisa Marshall = Nilai stabilitas rata−rata(24 Jam)
Nilai stabilitas rata−rata(30 Menit ) x 100%
= 1.187,181.359,77
x 100%
= 87,308 %
Sisa Marshall campuran agregat Ex. Palu :
Sisa Marshall = Nilai stabilitas rata−rata(24 Jam)
Nilai stabilitas rata−rata(30 Menit ) x 100%
= 1.302,241.448,68
x 100%
= 89,892 %
Untuk perbandingan nilai stabilitas sisa Marshall pada masing-masing campuran dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.34 Nilai stabilitas sisa Marshall
Campuran Stabilitas sisa Marshall (%)
Ex. Krayan 87,308 %
Ex. Palu 89,892 %
Berdasarkan Tabel 4.34 diatas terlihat bahwa stabilitas sisa Marshall untuk masing-
masing jenis campuran telah memenuhi nilai batas spesifikasi untuk persyaratan lapis
aspal beton untuk sifat campuran AC-WC yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80%.
Berikut adalah histogram dari nilai stabilitas sisa Marshall untuk masing-masing
campuran:
60
64
68
72
76
80
84
88
92
87.30889.892
Stabilitas SisaMarshall
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. PaluKadar Aspal ( % )
Stab
ilita
s sisa
Mar
shal
l ( %
)
Spesifikasi (Min. 80%)
6,77 6,24
Gambar 4.38 Histogram nilai stabilitas sisa Marshall masing-masing campuran
4.3 HASIL RANCANGAN CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS
PENGIKAT (AC-BC)
4.3.1 Hasil Proporsi Gradasi Gabungan
Proporsi ini bertujuan untuk menentukan persentase dari masing-masing fraksi agregat
yang digunakan sehingga didapatkan proporsi agregat campuran yang sesuai dengan
spesifikasi campuran aspal panas.
4.3.1.1 Hasil Proporsi Gradasi Gabungan Agregat Ex. Krayan-Paser dan Pasir Ex.
Mahakam-Samarinda.
Berikut ini adalah tabel proporsi gabungan untuk agregat Ex. Krayan-Paser dan pasir
Ex. Mahakam-Samarinda.
Tabel 4.32 Proporsi Gabungan Agregat Ex. Krayan-Paser dan Pasir Ex. Mahakam-Samarinda.
UraianUkuran Saringan
1 1/2" 1" 3/4" 1/2" 3/8" #4 #8 #16 #30 #50 #200Coarse Agg. Ex.Krayan
13%100,0 100,0 37,13 1,40 1,03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0013,00 13,00 4,83 0,18 0,13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Medium Agg. Ex. Krayan
63%100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 37,56 2,83 2,70 0.00 0.00 0.0063.00 63.00 63.00 63.00 63.00 23,66 1,78 1,70 0.00 0.00 0.00
Fine Agg. Ex. Krayan
20%100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 75,74 50,96 38,40 19,9220,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 15,15 10,19 7,68 3,98
PasirEx. Mahakam
4%100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 99,94 99,88 99,62 17.884,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,98 0,.72
Total Campuran 100%
% Kombinasi Agregat 100,0 100,0 100,0 90,56 89,28 38,11 36,84 21,38 16,89 14,60 6,32
Spesifikasi Max 100,0 100,0 100,0 90,0 49,0 8,0 Min 90,0 23,0 4,0
Zona Larangan34,6 22,3 16,7 13,734,6 23,3 20,7
Fuller 100,0 100,0 87,8 73,2 64,2 47,0 34,5 25,1 18,5 13,6 7,3
Dari tabel diatas dapat dibuat hubungan grafik antara jumlah % kombinasi agregat yang
lolos dengan spesifikasi batas maksimum dan minimum, zona larangan dan kurva
Fuller.
Gambar 4.39 Grafik proporsi agregat Ex. Krayan - Paser
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa proporsi penggunaan Coarse Aggregate (CA),
Medium Aggregate (MA), Fine Aggregate (FA) dan Sand (Pasir) memenuhi persyaratan
untuk gradasi untuk campuran aspal beton (AC-BC) dengan garis kurva kombinasi
hanya memotong satu kali garis Fuller dan tidak memotong zona larangan.
4.3.1.2 Hasil Proporsi Gradasi Gabungan Agregat Ex. Palu dan Pasir Ex. Mahakam-
Samarinda.
Berikut ini adalah tabel proporsi gabungan untuk agregat Ex. Palu dan pasir Ex.
Mahakam-Samarinda yang dibuat sebagai pembanding.
Tabel 4.33 Proporsi Gabungan Agregat Ex. Palu dan Pasir Ex. Mahakam-Samarinda.
UraianUkuran Saringan
1 1/2" 1" 3/4" 1/2" 3/8" #4 #8 #16 #30 #50 #200Coarse Agg. Ex.Palu
15%100,0 100,0 36,23 4,58 4,38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0015,00 15,00 5,43 0,69 0,66 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Medium Agg. Ex. Palu
63%100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 40,23 4,42 1,36 1,31 0,00 0,0063,00 63,00 63,00 63,00 63,00 25,34 2,78 0,86 0,83 0,00 0,00
Fine Agg. Ex. Palu
18%100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 75,74 53,22 38,96 35,7418,00 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00 13,63 9,58 7,01 6,43
PasirEx. Mahakam
4%100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 99,94 99,88 99,62 17.884,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,98 0,72
Total Campuran 100%
% Kombinasi Agregat 100,0 100,0 90,43 85,69 85,66 47,34 24,78 18,49 14,40 11,00 7,15
Spesifikasi Max 100,0 100,0 100,0 90,0 49,0 8,0 Min 90,0 23,0 4,0
Zona Larangan34,6 22,3 16,7 13,734,6 23,3 20,7
Fuller 100,0 100,0 87,8 73,2 64,2 47,0 34,5 25,1 18,5 13,6 7,3
Dari tabel diatas dapat dibuat hubungan grafik antara jumlah % kombinasi agregat yang
lolos dengan spesifikasi batas maksimum dan minimum, zona larangan dan kurva
Fuller.
Gambar 4.40 Grafik proporsi agregat Ex. Palu
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa proporsi penggunaan Coarse Aggregate (CA),
Medium Aggregate (MA), Fine Aggregate (FA) dan Sand (Pasir) memenuhi persyaratan
untuk gradasi untuk campuran aspal beton (AC-BC) dengan garis kurva kombinasi
hanya memotong satu kali garis Fuller dan tidak memotong zona larangan.
4.3.2 Penentuan Kadar Aspal Rencana
Penentuan kadar aspal rencana ditentukan dengan menggunakan rumus yang
berdasarkan pada RSNI 03-1737-1989 yaitu:
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + Konstanta
Dimana :
Pb : Kadar aspal rencana (%)
CA : Coarse Agregat atau agregat kasar tertahan saringan No.8
FA : Fine Agregat atau agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan
Saringan No.200
FF : Filler atau bahan pengisi yang lolos saringan No.200 dan tertahan
Pada Pan
Konstanta : diambil nilai antara 0,5% – 1,0%
Dari hasil perhitungan kadar aspal rencana (Pb) diperoleh nilai kadar aspal 5% dan
dibuat 5 variasi kadar aspal dengan ketentuan 4 kadar aspal diatas kadar aspal rencana,
nilai kadar aspal rencana dengan ketentuan 0,5% selisih tiap pengurangan dan
penambahan kadar aspal. Sehingga dibuat variasi kadar aspal untuk masing-masing
campuran adalah 5%, 5,50%, 6%, 6,5% dan 7%. Dengan setiap kadarnya dibuat benda
uji atau briket sebanyak 3 buah briket sehingga total benda uji dari kelima variasi kadar
aspal tersebut sebanyak 15 buah benda uji atau briket.
Perhitungan kadar aspal rencana campuran material palu:
Pb = 0.035 (%CA) + 0.045 (%FA) + 0.18 (%FF) + Konstanta
Pb = 0,035 (100-24,78) + 0,045 (24,78-7,15) +0,18 (7,15) + 0,75
= 0,035 (75,22) + 0,045 (17,63) + 1,29 + 0,75
= 2,63 + 0,79 + 1,46 + 0,75
= 5,46 ≈ 5,00
Perhitungan kadar aspal rencana campuran material krayan:
Pb = 0.035 (%CA) + 0.045 (%FA) + 0.18 (%FF) + Konstanta
Pb = 0,035 (100-36,84) + 0,045 (24,75-6,32) +0,18 (6,32) + 0,75
= 0,035 (63,16) + 0,045 (18,43) + 1,14 + 0,75
= 2,210 + 0,83 + 1,14 + 0,75
= 4,93 ≈ 5,00
Dibawah ini adalah tabel hasil kadar aspal rencana yang diperoleh untuk masing-masing
jenis campuran AC-BC, yaitu campuran agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran
agregat Ex. Palu.
Tabel 4.34 Kadar aspal rencana (Pb)
JenisCampuran
GradasiKonstanta Pb
%CA %FA %FF
Ex. Krayan 63,16 18,43 6,32 0,75 5,47
Ex. Palu 75,22 17,63 7,15 0,75 5,65
4.3.3 Hasil Pengujian Marshall
Dari hasil persentase proporsi agregat gabungan pada Tabel 4.32 dan Tabel 4.33 dapat
dibuat campuran agregat dan aspal dengan berat total campuran adalah 1.200 gram
dengan kadar aspal variasi 5% - 7% untuk masing-masing campuran Laston Lapis
Antara (AC-BC) yaitu campuran agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat Ex.
Palu. Sebelum melakukan uji Marshall terhadap setiap benda uji, terlebih dahulu benda
uji ditimbang dalam keadaan kering udara, ditimbang dalam keadaan kering permukaan
(SSD) dan ditimbang dalam air untuk mendapatkan nilai berat isi dan nilai volumetrik
campuran aspal yaitu, VIM, VMA dan VFA. Selanjutnya benda uji direndam ke dalam
waterbath dengan suhu 60o selama 30 menit. Dan setelah itu benda uji siap untuk
dilakukan uji Marshall untuk mengetahui nilai stabilitas dan kelelehannya(flow)
Kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai-nilai pada parameter Marshall
yang meliputi :
1. Berat volume benda uji
2. Stabilitas
3. Flow (kelelehan)
4. Marshall Quotient (perbandingan antara nilai stabilitas dan kelelehan).
5. Sifat-sifat Volumetrik (rongga udara) yang meliputi :
d. Volume pori benda uji (VIM)
e. Volume antara agregat dalam benda uji (VMA)
f. Volume antara agregat yang terisi oleh aspal (VFA).
Dari nilai-nilai parameter aspal diatas dapat diketahui apakah campuran lapis antara
(AC-BC) untuk agregat Ex. Krayan-Paser yang dipakai pada penelitian ini memenuhi
persyaratan dalam spesifikasi SNI atau tidak. Sehingga dapat diketahui agregat tersebut
layak pakai untuk bahan campuran laston atau tidak.
Dalam penelitian ini di bandingkan hasil pengujian Marshall dari kedua jenis campuran,
yaitu campuran agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat ex. Palu. Dalam hal ini
campuran agregat ex. Palu dijadikan sebagai pembanding untuk mengetahui seberapa
besar perbedaan hasil pengujian Marshall dari campuran agregat yang lain. Mengingat
agregat ex. Palu merupakan agregat yang paling sering digunakan untuk bahan
campuran aspal panas di wilayah Kalimantan Timur.
Adapun hasil pengujian Marshall dapat dilihat pada Tabel 4.35 dan Tabel 4.36 dan
untuk hasil selengkapnya dari perhitungan uji Marshall dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.35 Hasil uji Marshall pada campuran agregat Ex. Krayan-Paser
No
.
Kadar
Aspal
( % )
Berat
Isi
( gr/cm3 )
VMA
( % )
VIM
( % )
VFA
( % )
Stabilitas
( Kg )
Flow
( mm )
Marshall
Quotient
( kg/mm)
1. 5 2,230 17,679 9,703 45,286 925,06 2,22 416,69
2. 5,5 2,262 16,935 7,731 54,476 1,259.98 2,60 484,61
3. 6 2,307 15,726 5,203 67,523 1,487.59 3,17 469,76
4. 6,5 2,322 15,635 3,903 75,231 1,558.09 3,52 443,06
5. 7 2,327 15,898 2,994 81,757 1,482.78 3,38 438,26
Tabel 4.36 Hasil uji Marshall pada campuran agregat Ex. Palu
No
.
Kadar
Aspal
( % )
Berat
Isi
( gr/cm3 )
VMA
( % )
VIM
( % )
VFA
( % )
Stabilitas
( Kg )
Flow
( mm )
Marshall
Quotient
( kg/mm)
1. 5 2,313 17,418 7,958 54,525 1.937,99 2,63 737,81
2. 5,5 2,332 17,146 6,463 62,335 1.558,09 2,71 575,65
3. 6 2,350 16,964 5,050 70,232 1.528,38 3,06 498,93
4. 6,5 2,351 17,372 4,302 75,283 1.669,80 3,46 483,07
5. 7 2,352 17,778 3,563 80,137 1.805,78 3,85 469,44
4.3.4 Analisa Perbandingan Hasil Pengujian Marshall Antara Campuran
Agregat Ex. Krayan-Paser dan Campuran Agregat Ex. Palu
Pada dasarnya agregat memiliki sifat karakteristik masing-masing. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian dua jenis agregat yang berbeda yaitu agregat Ex. Krayan-Paser dan
agregat Ex. Palu. Dari penelitian ini akan diketahui sifat-sifat dari campuran agregat
lokal Ex. Krayan-Paser dan Ex. Palu untuk campuran aspal panas, yang mana agregat
lokal Ex. Krayan belum pernah dilakukan pengujian sebelumnya untuk digunakan
dalam campuran aspal panas dan membandingkan hasil pengujian antara campuran
agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu untuk mengetahui
perbandingan hasil Marshall pada kedua jenis agregat tersebut.
Adapun uraian mengenai hasil pengujian Marshall dari masing-masing jenis campuran
agregat ditinjau dari parameter karakteristik Marshall adalah sebagai berikut:
1. Berat Isi ( Density )
Dibawah ini adalah hasil perbandingan nilai berat isi antara campuran Ex. Krayan-Paser
dan campuran Ex. Palu.
Tabel 4.37 Nilai berat isi rata-rata masing-masing campuran
Kadar Aspal Berat isi
( % )
( gr/cm3)
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 2,230 2,313
5,50 2,262 2,332
6,00 2,307 2,350
6,50 2,322 2,351
7,00 2,327 2,352
Dari Tabel 4.37 diatas terlihat bahwa nilai berat isi kedua campuran, yaitu campuran
Ex. Krayan-Paser dan campuran Ex. Palu terdapat perbedaan nilai berat isi yang tidak
terlalu jauh berbeda dari kedua jenis campuran. Nilai berat isi untuk campuran agregat
Ex. Krayan-Paser lebih kecil dibandingkan dengan nilai berat isi pada campuran Ex.
Palu. Meskipun dari segi nilai berat isi berbeda tetapi terdapat kesamaan dari segi
bentuk agregat yaitu cubical.
Berikut adalah histogram dari nilai berat isi rata-rata untuk masing-masing campuran.
5 5.5 6 7 7.52.15
2.2
2.25
2.3
2.35
2.4
2.23
2.262
2.3072.322 2.327
2.312999999999972.332
2.35 2.351 2.352
Berat Isi
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. Palu
Kadar Aspal (%)
Bera
t Is
i gr/
cm3
Gambar 4.39 Histogram berat isi terhadap kadar aspal
Berat isi diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut :
Volume contoh = Berat SSD – Berat Dalam Air
Berat Isi = Berat Dalam Udara : Volume Contoh
Contoh perhitungan Kadar Aspal 5% Campuran Palu AC – BC :
Volume Contoh1 = Berat SSD1 – Berat Dalam Air1
= 1.204,1 – 696
= 508 cm3
Berat Isi1 = Berat Dalam Udara1/Volume Contoh1
= 1.193,9/508
= 2,350 gr/cm3
Berat Isi2 = Berat Dalam Udara2/Volume Contoh2
= 1.177/515
= 2,285 gr/cm3
Berat Isi3 = Berat Dalam Udara3/Volume Contoh3
= 1.177/511
= 2,303 gr/cm3
Berat IsiRerata = (Berat Isi1 + Berat Isi2 + Berat Isi3) : 3
= ( 2,350 + 2,285 + 2,303) :3
= 2,313 gr/cm3
2. Stabilitas
Dibawah ini adalah hasil perbandingan nilai stabilitas untuk masing-masing campuran
antara agregat Ex. Krayan-Paser dan agregat Ex. Palu
Tabel 4.38 Nilai stabilitas rata-rata masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
Stabilitas
( Kg )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 925,06 1.937,99
5,50 1,259.98 1.558,09
6,00 1,487.59 1.528,38
6,50 1,558.09 1.669,80
7,00 1,482.78 1.805,78
Dari Tabel 4.38 diatas terlihat bahwa nilai stabilitas antara campuran agregat Ex.
Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu secara keseluruhan cukup baik karena
kedua campuran agregat tersebut memenuhi spesifikasi nilai stabilitas yaitu minimum
800 kg. Pada campuran agregat Ex. Palu nilai stabilitasnya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan campuran agregat Ex. Krayan. Hal tersebut disebabkan karena
material agregat Ex. Palu yang digunakan dalam campuran merupakan agregat
bergradasi baik dan bentuknya cenderung cubical, sehingga kemampuan daya ikat antar
agregat untuk saling mengunci cukup baik dan akibatnya rongga antar agregat menjadi
lebih sedikit hal ini akan berpengaruh pada nilai stabilitas. Nilai stabilitas maksimum
untuk campuran agregat Ex. Krayan berada pada kadar aspal 6,50 % yaitu sebesar
1.558,09 kg dan untuk campuran agregat Ex. Palu nilai stabilitas maksimum berada
pada kadar aspal 5 % yaitu sebesar 1.937,99 kg.
Berikut adalah histogram dari nilai stabilitas rata-rata untuk masing-masing campuran.
5 5.5 6 6.5 70
500
1000
1500
2000
2500
925.06
1259.981487.59 1558.09 1482.78
1997.99
1558.09 1528.091669.8
1805.78
Stabilitas
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. Palu
Kadar Aspal (%)
Stab
ilita
s (Kg
)
Gambar 4.40 Histogram stabilitas terhadap kadar aspal
Nilai stabilitas diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut :
Stabilitas = angka arloji x 0,454 x 1,102 x nilai korelasi x kalibrasi
Contoh perhitungan kadar aspal 5% campuran palu AC-WC :
Stabilitas1 = Angka arloji1 x 0,454 x 1,102 x nilai korelasi1 x kalibrasi
= 139 x 0,454 x 1,102 x 1,04 x 31,36
= 2.268,10 kg
Stabilitas2 = Angka arloji2 x 0,454 x 1,102 x nilai korelasi2 x kalibrasi
= 109 x 0,454 x 1,102 x 1, x 31,36
= 1.710,17 kg
Stabilitas3 = Angka arloji3 x 0,454 x 1,102 x nilai korelasi3 x kalibrasi
= 117 x 0,454 x 1,102 x 1 x 31,36
= 1.835,69 kg
StabilirasRerata = (Stabilitas1 + Stabilitas2 + Stabilitas3) : 3
= (2.268,10 + 1.710,17 + 1.835,69) : 3
= 1.937,99 kg
3. Flow ( Kelelehan )
Dibawah ini adalah hasil perbandingan nilai flow untuk masing-masing campuran antara
agregat Ex. Krayan-Paser dan agregat Ex. Palu
Tabel 4.39 Nilai flow rata-rata masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
Flow ( Kelelehan )
( mm )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 2,22 2,63
5,50 2,60 2,71
6,00 3,17 3,06
6,50 3,52 3,46
7,00 3,38 3,85
Dari Tabel 4.39 diatas terlihat bahwa nilai kelelehan ( flow) untuk masing-masing jenis
campuran terdapat perbedaan nilai. Nilai flow untuk campuran Ex. Krayan-Paser
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai flow untuk campuran Ex. Palu. Nilai
flow maksimum untuk campuran Ex. Krayan-Paser terdapat pada kadar aspal 6,50 %
yaitu sebesar 3,52 mm dan pada campuran Ex. Palu nilai flow maksimum terdapat pada
kadar aspal 7 % yaitu sebesar 3,85 mm. Dari nilai tersebut bisa dikatakan campuran
agregat Ex. Krayan cenderung lebih kaku bila dibandingkan dengan campuran agregat
Ex. Palu. Pada campuran agregat Ex. Krayan dan Ex. Palu nilai flow yang memenuhi
sfesifikasi minimum 3 mm yaitu terletak pada kadar aspal 6,00 % - 7,00 % .
Berikut adalah histogram dari nilai flow rata-rata untuk masing-masing campuran.
5 5.5 6 6.5 70
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
2.222.6
3.173.52 3.38
2.63 2.713.06
3.463.85
Flow
Campuran Ex.Krayan-Paser Campuran Ex.Palu
Kadar Aspal (%)
Flow
(mm
)
Gambar 4.41 Histogram flow terhadap kadar aspal
4. Marshall Quotient (MQ)
Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil perbandingan nilai stabilitas dan kelelehan
(Flow). Dibawah ini adalah hasil perbandingan nilai Marshall Quotient (MQ) antara
campuran agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu.
Tabel 4.40 Nilai MQ rata-rata masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
Marshall Quotient ( MQ )
( kg/mm )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 416,69 737,81
5,50 484,61 575,65
6,00 469,76 498,93
6,50 443,06 483,07
7,00 438,26 469,44
Dari Tabel 4.40 diatas terlihat bahwa nilai Marshall Quotient (MQ) antara campuran
agregat Ex. Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu cukup baik karena seluruh
kadar aspal pada kedua campuran agregat tersebut memenuhi spesifikasi nilai Marshall
Quotient (MQ) yaitu minimum 250 kg/mm. Pada campuran agregat Ex. Palu nilai
Marshall Quotient lebih tinggi bila dibandingkan dengan campuran agregat Ex. Krayan.
Nilai Marshall Quotient maksimum untuk campuran agregat Ex. Krayan berada pada
kadar aspal 5,50 % yaitu sebesar 443,06 kg/mm dan untuk campuran agregat Ex. Palu
nilai Marshall Quotient maksimum berada pada kadar aspal 5,50 % yaitu sebesar
737,81 kg/mm.
Adanya perbedaan Marshall Quotient (MQ) dari kedua campuran ini dikarenakan nilai
stabilitas dari campuran agregat Ex. Palu cukup tinggi dan nilai flownya cenderung
lebih rendah bila dibandingkan dengan campuran agregat Ex. Krayan. Sehingga nilai
Marshall Quotient dari campuran agregat Ex. Palu lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai Marshall Quotient dari campuran Ex. Krayan.
Berikut adalah nilai Marshall Quotient rata-rata dari masing-masing campuran yang
ditampilkan dalam bentuk histogram.
5 5.5 6 6.5 7100
200
300
400
500
600
700
800
416.69484.61 469.76 443.06 438.26
737.81
575.65
498.929999999999483.07 469.44
Marshall Quotient
Campuran Ex.Krayan-Paser Campuran Ex.Palu
Kadar Aspal (%)
Mar
shal
l Quo
tient
(Kg/
mm
)
Gambar 4.42 Histogram Marshall Quotient terhadap kadar aspal
Nilai Marshall Quotient diperoleh melalui rumus perhitungan sebagai berikut :
Marshall Quotient = StabilitasRerata / FlowRerata
Contoh perhitungan Campuran Palu kadar aspal 5% sebagai berikut :
Marshall Quotient = StabilitasRerata / FlowRerata
= 1.937,99 / 2,63
= 737,81 kg/mm
5. Sifat-sifat Volumetrik (rongga udara) Campuran Aspal
Adapun sifat-sifat rongga udara dalam campuran aspal yang telah dipadatkan terdiri
dari:
c. VMA (Void in the Mineral Aggregate)
VMA adalah volume rongga udara diantara butir-butir agregat didalam suatu
campuran aspal beton dalam kondisi padat.
Berikut adalah hasil perbandingan nilai VMA antara campuran agregat Ex. Krayan-
Paser dan campuran agregat Ex. Palu
Tabel 4.41 Nilai VMA rata-rata pada masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
VMA
( % )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 17,679 17,418
5,50 16,935 17,146
6,00 15,726 16,964
6,50 15,635 17,372
7,00 15,898 17,778
Dari Tabel 4.41 diatas terlihat bahwa nilai VMA antara campuran agregat Ex.
Krayan-Paser dan campuran agregat Ex. Palu cukup baik karena seluruh kadar aspal
pada kedua campuran agregat tersebut memenuhi spesifikasi nilai VMA yaitu
minimum 14 %. Pada campuran Ex. Krayan-Paser dan campuran Ex. Palu terdapat
perbedaan nilai VMA yang tidak terlalu jauh berbeda dari kedua jenis campuran hal
ini disebabkan bentuk dari kedua jenis agregat tersebut hampir sama yang cenderung
berbentuk cubical dan bergradasi baik sehingga kemampuan agregat untuk saling
mengisi cukup baik dan akibatnya campuran menjadi cukup rapat.
Berikut adalah nilai VMA rata-rata dari masing-masing campuran yang ditampilkan
dalam bentuk histogram.
5 5.5 6 6.5 70
5
10
15
20
25
17.67916.935
15.726 15.635 15.89817.418 17.146 16.9639999999999 17.372 17.778
VMA
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. Palu
Kadar Aspal (%)
VMA
(%)
Gambar 4.43 Histogram VMA terhadap kadar aspal
Nilai VMA diperoleh melalui rumus perhitungan sebagai berikut :
VMA = 100-((( 100-kadar aspal terhadap campuran ) x Berat Isi )/BJ Bulk
Contoh perhitungan campuran Palu kadar aspal 5% sebagai berikut :
VMA = 100-((( 100-kadar aspal terhadap campuran) x Berat Isi)/BJ Bulk
VMA1 = 100-((( 100-5 ) x 2,350 ) / 2,512
= 16,090%
VMA2 = 100-((( 100-5 ) x 2,285 ) / 2,512
= 18,418%
VMA3 = 100-((( 100-5 ) x 2,303 ) / 2,512
= 17,747%
VMARerata = ( VMA1 + VMA2 +VMA3 ) / 3
= ( 16,090 + 18,418 + 17,747 ) / 3
= 17,418%
d. VIM (Void In Mix)
VIM merupakan rongga udara diantara butiran agregat yang terselimuti aspal
didalam campuran aspal beton yang telah dipadatkan. VIM diperlukan sebagai
tempat bergesernya butiran-butiran agregat akibat adanya pemadatan tambahan yang
terjadi akibat adanya beban lalu lintas. Selain itu juga nilai VIM diperlukan sebagai
tempat apabila aspal menjadi lunak akibat temperatur yang meningkat.
Nilai VIM didalam campuran aspal tidak boleh terlalu besar dan juga terlalu kecil,
apabila nilai VIM terlalu besar maka campuran aspal tidak rapat, sehingga terdapat
banyak rongga. Hal ini akan mengakibatkan campuran tersebut mudah mengalami
retak dan stabilitas menjadi menurun dan apabila nilai VIM terlalu kecil maka
campuran menjadi terlalu rapat sehingga rongga terlalu kecil dan akan
mengakibatkan terjadinya bleeding jika temperatur meningkat.
Berikut adalah hasil perbandingan nilai VIM antara campuran agregat Ex. Krayan-
Paser dan campuran agregat Ex. Palu
Tabel 4.42 Nilai VIM rata-rata pada masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
VIM
( % )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 9,703 7,958
5,50 7,731 6,463
6,00 5,203 5,050
6,50 3,903 4,302
7,00 2,994 3,563
Dari Tabel 4.42 diatas terlihat bahwa nilai VIM untuk campuran agregat Ex.
Krayan-Paser yang memenuhi sfesifikasi antara 3,5 % - 5,5 % terletak pada kadar
aspal 6,00 % - 6,50 % sedangkan pada campuran agregat Ex. Palu terletak pada
kadar aspal 6,00 % - 7,00 %.
Berikut adalah nilai VIM rata-rata dari masing-masing campuran yang ditampilkan
dalam bentuk histogram.
5 5.5 6 6.5 70
2
4
6
8
10
12
9.703
7.731
5.2033.903
2.994
7.958
6.463
5.054.302
3.563
VIM
Campuran Ex. Krayan Paser Campuran Ex. Palu
Kadar Aspal (%)
VIM
(%)
Gambar 4.44 Histogram VIM terhadap kadar aspal
Nilai VIM diperoleh melalui rumus perhitungan sebagai berikut :
VIM = 100 – (( 100 x Berat Isi ) / Berat Jenis Maksimum)
Contoh perhitungan campuran Palu untuk kadar aspal 5% sebagai berikut :
VIM1 = 100 – (( 100 x Berat Isi ) / Berat Jenis Maksimum)
= 100 – (( 100 x 2,350 ) / 2,512
= 6,478%
VIM2 = 100 – (( 100 x Berat Isi ) / Berat Jenis Maksimum)
= 100 – (( 100 x 2,285 ) / 2,512
= 9,072%
VIM3 = 100 – (( 100 x Berat Isi ) / Berat Jenis Maksimum)
= 100 – (( 100 x 2,303 ) / 2,512
= 8,325%
VIMRerata = ( VIM1 + VIM2 + VIM3 ) / 3
= ( 6,478 + 9,072 + 8,325 ) / 3
= 7,958%
d. VFA (Volume of voids Filled with Asphalt)
VFA adalah volume rongga beton aspal padat yang terisi oleh aspal padat atau
selimut aspal. Semakin besar nilai VFA pada suatu campuran maka semakin sedikit
rongga (VIM) yang ada pada campuran dan semakin kecil nilai VFA pada suatu
campuran maka semakin besar rongga (VIM) yang pada campuran.
Berikut adalah hasil perbandingan nilai VFA antara campuran agregat Ex. Krayan-
Paser dan campuran agregat Ex. Palu
Tabel 4.43 Nilai VFA rata-rata pada masing-masing campuran
Kadar Aspal
( % )
VFA
( % )
Campuran
Ex. Krayan-Paser
Campuran
Ex. Palu
5,00 45,286 54,525
5,50 54,476 62,335
6,00 67,523 70,232
6,50 75,231 75,283
7,00 81,757 80,137
Dari Tabel 4.43 diatas terlihat bahwa nilai VFA pada campuran agregat Ex. Palu
lebih tinggi bila dibandingkan dengan campuran agregat Ex. Krayan-Paser. Hal ini
berkaitan dengan nilai VIM dari campuran agregat Ex. Palu cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan nilai VIM dari campuran agregat Ex. Krayan-Paser.
Pada campuran agregat Ex. Krayan yang memenuhi nilai spesifikasi VFA yaitu 63 %
berada pada kadar aspal 6,50 % - 7,00 %, sedangkan campuran agregat Ex. Palu
yang memenuhi sfesifikasi VFA berada pada kadar aspal 6,50 % - 7,00 %
Berikut adalah nilai VFA rata-rata dari masing-masing campuran yang ditampilkan
dalam bentuk histogram.
5 5.5 6 6.5 70
102030405060708090
45.28654.476
67.52375.231
81.757
54.53562.335
70.232 75.283 80.137
VFA
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. Palu
Kadar Aspal (%)
VFA
(%)
Gambar 4.45 Histogram VFA terhadap kadar aspal
Nilai VFA diperoleh melalui rumus perhitungan sebagai berikut :
VFA = ( 100 x ( VMA - VIM ) / VMA )
Contoh perhitungan VFA campuran Palu AC-BC untuk kadar aspal 5% sebagai
berikut :
VFA = ( 100 x ( VMA - VIM ) / VMA )
VFA1 = ( 100 x ( 16,090 – 6,478 ) / 16,090 )
= 59,471%
VFA1 = ( 100 x ( 18,418 – 9,072 ) / 18,418 )
= 50,743%
VFA1 = ( 100 x ( 17,747 – 8,325 ) / 17,747 )
= 53,093%
VFARerata = ( VFA1 + VFA2 + VFA3 ) / 3
= ( 59,471 + 50,743 + 53,093 ) / 3
= 54,525%
4.3.5 Analisa Penentuan Kadar Aspal Optimum
Dari hasil uji Marshall yang telah dilakukan, kemudian dibuatlah grafik hubungan
antara kadar aspal dengan beberapa parameter Marshall, yaitu volume berat isi,
stabilitas, flow, Marshall Quotient, VMA, VIM, VFA dan masing-masing grafik
parameter Marshall tersebut diberi batasan sfesifikasi, baik sfesifikasi batas atas
maupun batas bawah, sehingga akan didapat batasan kadar aspal yang memenuhi
masing-masing nilai stabilitas, flow, Marshall Quotient, VMA, VIM, dan VFA.
Kemudian didapatkan kadar aspal optimum yang ditentukan dengan mengambil nilai
tengah pada rentang batasan kadar aspal yang memenuhi semua sfesifikasi pada
perameter Marshall.
4.3.5.1 Kadar Aspal Optimum Pada Campuran Agregat Ex. Krayan-Paser
Berikut adalah grafik hubungan antara volume berat isi dan kadar aspal
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1.750
1.850
1.950
2.050
2.150
2.250
2.350
2.450
2.550
2.650
2.750
Density
Kadar Aspal (%)
Bera
t Is
i (g
r/cm
3)
Gambar 4.46 Grafik volume berat isi terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara stabilitas dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
Stabilitas
Kadar Aspal (%)
Sta
bilit
as (
Kg)
Gambar 4.47 Grafik stabilitas terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara flow dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
Flow
Kadar Aspal (%)
Flo
w (
mm
)
Gambar 4.48 Grafik flow terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara Marshall Quotient dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
Marshall Quetiont
Kadar Aspal (%)
MQ
(K
g/m
m)
Gambar 4.49 Grafik Marshall Quotient terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VMA dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
10
12
14
16
18
20
22
24VMA
Kadar Aspal (%)
VM
A (
%)
Gambar 4.50 Grafik VMA terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VIM dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1
3
5
7
9
11
13
15
VIM
Kadar Aspal (%)
VIM
(%
)
Gambar 4.51 Grafik VIM terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VFA dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
20
40
60
80
100
120
140
160
VFA
Kadar Aspal (%)
VFA
(%
)
Gambar 4.52 Grafik VFA terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik kadar aspal optimum untuk campuran agregat Ex. Krayan-Paser
5.5 6 6.5 7
Kadar Aspal Optimum
Density
Stabilitas
Flow
Marshall Quetiont
VIM
VMA
VFA
Gambar 4.53 Grafik kadar aspal optimum campuran agregat Ex. Krayan-Paser
Dari Gambar 4.46 diatas terlihat bahwa untuk berat isi tidak terdapat batasan sfesifikasi
campuran AC-BC, sehingga nilai volume berat isi untuk kadar aspal 5%-7% dapat
digunakan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-BC pada
agregat Ex. Krayan-Paser dan dari grafik diatas terlihat berat isi terus mengalami
kenaikan dari kadar aspal 5%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5% dan 5,5% nilai berat
isi sebesar 2,230 gr/cm3 dan 2,262 gr/cm3, untuk kadar aspal 6% dan 6,5% dan 7% nilai
berat isi sebesar 2,307 gr/cm3 , 2,322 gr/cm3 dan 2,327gr/cm3.
Dari Gambar 4.47 diatas terlihat bahwa nilai stabilitas cenderung bergerak naik dengan
bertambahnya kadar aspal hingga kadar aspal 6,5%. Dimana untuk kadar aspal 5% dan
5,5% nilai stabilitasnya sebesar 925,06 kg dan 1.259,98 kg dan untuk kadar aspal 6%
dan 6,5% nilai stabilitasnya sebesar 1.487,59 kg dan 1.558,09 kg, namun pada kadar
7% nilai stabilitas sebesar 1.482,78 ini mengalami penurunan dikarenakan kadar aspal
terlalu tinggi sehingga agregat dengan aspal mengalami deformasi yang mengakibatkan
daya adhesi agregat dengan aspal menjadi berkurang akibatnya stabilitas menjadi
menurun. Dari nilai stabilitas tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7% telah
memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal
optimum untuk campuran AC-WC yaitu 800 kg.
Dari Gambar 4.48 diatas terlihat bahwa nilai flow cenderung bergerak naik pada kadar
aspal 5%-6,5%. Dimana untuk kadar aspal 5% dan 5,5% nilai flownya sebesar 2,22 mm
dan 2,60 mm, untuk kadar aspal 6% dan 6,5% nilai flow sebesar 3,17 mm dan 3,52 mm.
Namun pada kadar aspal 7% nilai flownya sebesar 3,38 mm ini mengalami penurunan.
Dari nilai flow tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar
aspal 6%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam
menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-WC yaitu 3 mm
Dari Gambar 4.49 diatas terlihat bahwa nilai Marshall Quotient mengalami kenaikan
pada kadar aspal 5%-5,5% dan kemudian turun pada kadar aspal 5,5%-7%. Dimana
untuk kadar aspal 5% dan 5,5% didapat nilai Marshall Quotient sebesar 416,69 kg/mm
dan 484,61 kg/mm dan untuk kadar aspal 6% ,6,5% dan 7% didapat nilai Marshall
Quotient sebesar 469,76 kg/mm, 443,06 kg/mm dan 438,26 kg/mm. Dari nilai Marshall
Quotient tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7% telah memenuhi batas
minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk
campuran AC-BC yaitu 250 kg/mm. Marshall Quotient cenderung meningkat apabila
nilai stabilitas tinggi dan flow rendah.
Dari Gambar 4.50 diatas terlihat bahwa nilai VMA mengalami penurunan pada kadar
aspal 5%-6,5% kemudian naik pada kadar aspal 7%. Dimana untuk kadar aspal 5%
5,5%, 6%, 6,5% didapat nilai VMA sebesar 17,679%, 16,935%, 15,726% dan 15,635%
dan untuk kadar aspal 7% didapat nilai VMA sebesar 15,898%. Dari nilai VMA
tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7% telah memenuhi batas minimum
spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-
BC yaitu 15%. Nilai VMA akan meningkat jika agregat yang digunakan dalam
campuran bergradasi terbuka dan nilai VMA juga akan meningkat apabila didalam
campuran memiliki selimut aspal yang tebal.
Dari Gambar 4.51 diatas terlihat bahwa nilai VIM terus mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya kadar aspal. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan
7% didapat nilai VIM sebesar 9,703%, 7,731%, 5,203%, 3,903% dan 2,994%. Dari nilai
VIM tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar aspal 6-7%
telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal
optimum untuk campuran AC-BC yaitu 3,5%-5,5%. Jika nilai VIM terlalu besar akan
mengakibatkan beton aspal padat kurang kedap terhadap air sehingga mengakibatkan
meningkatnya proses oksidasi aspal yang dapat mempercepat penuan aspal dan
menurunkan sifat durabilitas beton aspal, sedangkan jika VIM terlalu kecil maka akan
mengakibatkan perkerasan mudah mengalami bleeding jika temperatur meningkat.
Dari Gambar 4.52 diatas terlihat bahwa nilai VFA terus mengalami kenaikan seiring
dengan bertambahnya kadar aspal. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan
7% didapat nilai VFA sebesar 45,286%, 54,476%, 67,523%, 75,231% dan 81,757%.
Dari nilai VFA tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar
aspal 6%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam
menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-BC yaitu 65%.
Dari Gambar 4.53 diatas terlihat bahwa rentang kadar aspal yang memenuhi
persyaratan campuran lapis aspal beton untuk campuran AC-BC untuk campuran
agregat Ex. Krayan yaitu sebesar 6,34 %. Dari nilai kadar aspal optimum ini maka akan
digunakan sebagai kadar aspal untuk pengujian Marshall Immersion.
4.3.5.2 Kadar Aspal Optimum Pada Campuran Agregat Ex. Palu
Berikut adalah grafik hubungan antara volume berat isi dan kadar aspal
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1.750
1.950
2.150
2.350
2.550
2.750
2.950
Density
Kadar Aspal (%)
Ber
at I
si (
gr/c
m3)
Gambar 4.54 Grafik volume berat isi terhadap kadar aspal.
Berikut adalah grafik hubungan antara stabilitas dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
Stabilitas
Kadar Aspal (%)
Sta
bilit
as (
Kg)
Gambar 4.55 Grafik stabilitas terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara flow dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
Flow
Kadar Aspal (%)
Flo
w (
mm
)
Gambar 4.56 Grafik flow terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara Marshall Quotient dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
Marshall Quetiont
Kadar Aspal (%)
MQ
(K
g/m
m)
Gambar 4.57 Grafik Marshall Quotient terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VMA dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
10
12
14
16
18
20
22
24VMA
Kadar Aspal (%)
VM
A (
%)
Gambar 4.58 Grafik VMA terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VIM dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
1
3
5
7
9
11
VIM
Kadar Aspal (%)
VIM
(%
)
Gambar 4.59 Grafik VIM terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik hubungan antara VFA dan kadar aspal:
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
20
40
60
80
100
120
VFA
Kadar Aspal (%)
VFA
(%
)
Gambar 4.60 Grafik VFA terhadap kadar aspal
Berikut adalah grafik kadar aspal optimum untuk campuran agregat Ex. Palu
5.5 6 6.5 7 7.5
Kadar Aspal Optimum
Density
Stabilitas
Flow
Marshall Quetiont
VIM
VMA
VFA
Gambar 4.61 Grafik kadar aspal optimum campuran agregat Ex. Palu
Dari Gambar 4.54 diatas terlihat bahwa untuk berat isi tidak terdapat batasan sfesifikasi
campuran AC-BC, sehingga nilai volume berat isi untuk kadar aspal 5%-7% dapat
digunakan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-BC pada
agregat Ex. Palu dan dari grafik diatas terlihat berat isi mengalami kenaikan dari kadar
aspal 5%-6% kemudian turun pada kadar aspal 6%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5%,
5,5% dan 6% nilai berat isi sebesar 2,313 gr/cm3, 2,332 gr/cm3 dan 2,350 gr/cm3 untuk
kadar aspal 6,5% dan 7% didapat nilai berat isi sebesar 2,351% dan 2,352% ini
mengalami penurunan berat isi dikarenakan rongga udara didalam campuran semakin
rapat akibat terisi oleh aspal yang cukup banyak akibat bertambahnya kadar aspal.
Dari Gambar 4.55 diatas terlihat bahwa nilai stabilitas bergerak turun dengan
bertambahnya kadar aspal hingga kadar aspal 5,5% kemudian naik pada kadar aspal
6%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5% dan 6% nilai stabilitasnya sebesar
1.937,99 kg, 1.558,09 kg dan 1.528,38 kg, untuk kadar aspal 6,5% dan 7% didapat nilai
stabilitas sebesar 1.669,80 kg dan 1.805,78 kg ini mengalami penurunan stabilitas
dikarenakan aspal mengalami deformasi yang mengakibatkan daya adhesi agregat
dengan aspal menjadi berkurang akibatnya stabilitas menjadi menurun. Dari nilai
stabilitas tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7% telah memenuhi batas
minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk
campuran AC-BC yaitu 800 kg.
Dari Gambar 4.56 diatas terlihat bahwa nilai flow cenderung terus naik pada kadar
aspal 5%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5% dan 6% nilai flownya sebesar 2,63
mm, 2,71 dan 3,06 mm, untuk kadar aspal 6,5% dan 7% nilai flow sebesar 3,46 mm dan
3,85 mm. Dari nilai flow tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan
bahwa kadar aspal 6%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan
dalam menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-BC yaitu 3 mm.
Dari Gambar 4.57 diatas terlihat bahwa nilai Marshall Quotient terus turun dari kadar
aspal 5%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan 7% didapat nilai
Marshall Quotient sebesar 737,81 kg/mm, 575,65 kg/mm, 498,93 kg/mm, 483,07
kg/mm dan 469,44 kg/mm. Dari nilai Marshall Quotient tersebut menunjukkan bahwa
kadar aspal 5%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam
menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-BC yaitu 250 kg/mm. Marshall
Quotient cenderung meningkat apabila nilai stabilitas tinggi dan flow rendah dan
Marshall Quotient menurun apabila nilai stabilitas rendah dan nilai flow tinggi.
Dari Gambar 4.58 diatas terlihat bahwa nilai VMA mengalami penurunan pada kadar
aspal 5%-6% kemudian naik dari kadar aspal 6,5%-7%. Dimana untuk kadar aspal 5%
dan 6% didapat nilai VMA sebesar 17,418%, dan 17,146%, 16,964% untuk kadar aspal
6,5% dan 7% didapat nilai VMA sebesar 17,372% dan 17,778%. Dari nilai VMA
tersebut menunjukkan bahwa kadar aspal 5%-7% telah memenuhi batas minimum
spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-
BC yaitu 14%. Nilai VMA akan meningkat jika agregat yang digunakan dalam
campuran bergradasi terbuka dan nilai VMA juga akan meningkat apabila didalam
campuran memiliki selimut aspal yang tebal.
Dari Gambar 4.59 diatas terlihat bahwa nilai VIM terus mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya kadar aspal. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan
7% didapat nilai VIM sebesar 7,958%, 6,463%, 5,050%, 4,302% dan 3,563%. Dari nilai
VIM tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar aspal 6-7%
telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam menentukan kadar aspal
optimum untuk campuran AC-BC yaitu 3,5%-5,5%. Jika nilai VIM terlalu besar akan
mengakibatkan beton aspal padat kurang kedap terhadap air sehingga mengakibatkan
meningkatnya proses oksidasi aspal yang dapat mempercepat penuan aspal dan
menurunkan sifat durabilitas beton aspal, sedangkan jika VIM terlalu kecil maka akan
mengakibatkan perkerasan mudah mengalami bleeding jika temperatur meningkat.
Dari Gambar 4.60 diatas terlihat bahwa nilai VFA terus mengalami kenaikan seiring
dengan bertambahnya kadar aspal. Dimana untuk kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5% dan
7% didapat nilai VFA sebesar 54,525%, 62,335%, 70,232%, 75,283% dan 80,137%.
Dari nilai VFA tersebut dan yang ada pada gambar diatas menunjukkan bahwa kadar
aspal 6%-7% telah memenuhi batas minimum spesifikasi persyaratan dalam
menentukan kadar aspal optimum untuk campuran AC-BC yaitu 63%.
Dari Gambar 4.61 diatas terlihat bahwa rentang kadar aspal yang memenuhi
persyaratan campuran lapis aspal beton untuk campuran AC-BC untuk campuran
agregat Ex. Palu yaitu sebesar 6,46 %. Dari nilai kadar aspal optimum ini maka akan
digunakan sebagai kadar aspal untuk pengujian Marshall Immersion.
Tabel 4.32 Rekapitulasi hasil pengujian Marshall pada campuran agregat Ex. Krayan dan agregat ex. Palu pada campuran AC-BC
Parameter Spesifikasi Agregat Ex. Krayan Agregat Ex. Palu
Berat Isi
(gr/cm3)-
2,230 – 2,327
(5% - 7%)*
2,313 – 2,352
(5% - 7%)*
Stabilitas
(kg)Min.800
925,06 – 1,482.78
(5% - 7%)*
1.937,99 – 1.805,78
(5% - 7%)*
Flow
(mm)Min.3
2,22 – 3,38
(5,75% - 7%)*
2,63 – 3,85
(5,92% - 7%)*
Marshall
Quotient
Min.250 416,69 – 438,26 737,81 – 469,44
(kg/mm) (5% - 7%)* (5% - 7%)*
VIM (%) 3,5 – 5,59,703 – 2,994
(5,90% - 6,78%)*
7,958 – 3,563
(6,37% - 7%)*
VMA (%) Min.1517,679 – 15,898
(5% - 7%)*
17,418 – 17,788
(5% - 7%)*
VFA (%) Min.6545,286 – 81,757
(5,85% - 7%)*
54,525 – 80,137
(5,55% - 7%)*
* Rentang kadar aspal yang masuk spesifikasi SNI
Dari Tabel 4.37 di atas menunjukan bahwa campuran agregat Ex. Krayan dan
campuran agregat Ex. Palu keduanya memiliki kadar aspal optimum dikarenakan kedua
jenis agregat tersebut memenuhi spesifikasi parameter Marshall. Pada agregat Ex.
Krayan yang memenuhi parameter Marshall berada pada rentang kadar aspal 5,90%-
6,78%. Dari kadar aspal 5,90%-6,78% ini diambil nilai tengah untuk mendapatkan nilai
kadar aspal optimum sehingga nilai kadar aspal optimum yang diperoleh untuk
campuran agregat Ex. Krayan yaitu sebesar 6,34%.
Untuk campuran agregat Ex. Palu yang memenuhi parameter Marshall berada pada
rentang kadar aspal 5,92%-7%. Dari kadar aspal 5,92%-7% ini diambil nilai tengah
untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum sehingga nilai kadar aspal optimum yang
diperoleh untuk campuran agregat Ex. Palu yaitu sebesar 6,46%.
4.3.6 Hasil Pengujian Marshall Immersion
Dari nilai kadar aspal optimum yang diperoleh maka akan digunakan sebagai kadar
aspal untuk pengujian Marshall Immersion. Pengujian Marshall Immersion ini
bertujuan untuk memperoleh nilai stabilitas campuran aspal terhadap nilai flow, serta
untuk mengetahui nilai satbilitas dari sisa Marshall. Berdasarkan pada RSNI 2003-
1737-1989 tentang pedoman pelaksanaan lapis campuran beraspal panas, persyaratan
nilai Marshall Immersion minimum 80%.
Dalam pengujian Marshall Immersion ini dibuat sampel sebanyak 6 buah untuk setiap
masing-masing kadar aspal optimum dari kedua jenis campuran yaitu campuran agregat
Ex. Krayan dan campuran agregat Ex. Palu, dimana untuk campuran agregat Ex.
Krayan diperoleh kadar aspal optimum sebesar 6,34% dan untuk campuran agregat Ex.
Palu diperoleh kadar aspal optimum sebesar 6,46%. Sampel yang dibuat dengan kadar
aspal ini kemudian direndam selama 30 menit pada suhu 60°sebanyak 3 buah sampel
dan sebanyak 3 buah sampel direndam selama 24 jam pada suhu 60° untuk masing-
masing campuran. Jadi total seluruh sampel yang digunakan untuk pengujian Marshall
Immersion adalah sebanyak 12 buah sampel.
Berikut adalah nilai stabilitas dari masing-masing jenis campuran setelah dilakukan
pengujian Marshall Immersion.
Tabel 4.33 Nilai stabilitas pengujian Marshall Immersion ampuran AC-BC
Waktu
PerendamanBenda uji
Campuran agregat Ex.
Krayan-Paser
Campuran agregat Ex.
Palu
6,34% 6,46%
24 Jam
1 1.235,09 1.396,38
2 1.254,86 1.380,69
3 1.310,40 1.380,69
Rata-rata 1.266,78 1.385,92
30 Menit
1 1.502,91 1.584,66
2 1.517,50 1.616,03
3 1.473,73 1.600,35
Rata-rata 1.498,05 1.600,35
Berikut adalah histogram dari nilai stabilitas Marshall Immersion untuk masing-masing
campuran
1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800Stabilitas Immersion
Campuran Ex. Krayan-Paser Campuran Ex. Palu
Stab
ilita
s ( k
g )
Perendaman 24 Jam Perendaman 30 Menit
Gambar 4.62 Histogram nilai stabilitas Marshall Immersion
Berdasarkan Tabel 4.33 diatas didapat nilai stabilitas Marshall Immersions (sisa
Marshall) untuk masing-masing campuran sebagai berikut :
Sisa Marshall campuran agregat Ex. Krayan-Paser :
Sisa Marshall = Nilai stabilitas rata−rata(24 Jam)
Nilai stabilitas rata−rata(30 Menit ) x 100%
= 1.266,781.498,05
x 100%
= 84,562 %
Sisa Marshall campuran agregat Ex. Palu :
Sisa Marshall = Nilai stabilitas rata−rata(24 Jam)
Nilai stabilitas rata−rata(30 Menit ) x 100%
= 1.385,921.600,35
x 100%
= 86,601 %
Untuk perbandingan nilai stabilitas sisa Marshall pada masing-masing campuran dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.34 Nilai stabilitas sisa Marshall
Campuran Stabilitas sisa Marshall (%)
Ex. Krayan 84,562 %
Ex. Palu 86,601 %
Berdasarkan Tabel 4.34 diatas terlihat bahwa stabilitas sisa Marshall untuk masing-
masing jenis campuran telah memenuhi nilai batas spesifikasi untuk persyaratan lapis
aspal beton untuk sifat campuran AC-BC yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80%.
Berikut adalah histogram dari nilai stabilitas sisa Marshall untuk masing-masing
campuran:
60
64
68
72
76
80
84
8884.562
86.601
Stabilitas Sisa Marshall
Campuran Ex. Sambera-KukarCampuran Ex. Palu
Kadar Aspal ( % )
Stab
ilita
s sisa
Mar
shal
l ( %
)
Spesifikasi (Min. 80%)
6,34 6,46
Gambar 4.63 Histogram nilai stabilitas sisa Marshall masing-masing campuran