29
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kegiatan Penangkapan Rajungan di Perairan Gebang Mekar 4.1.1 Spesifikasi Garok Rajungan dan Operasi Penangkapan Kegiatan penangkapan rajungan yang dilakukan nelayan di perairan Gebang Mekar pada saat penelitian menggunakan 2 unit alat garok secara bersamaan dalam satu unit perahu. Berdasarkan pengamatan terhadap alat tangkap garok rajungan yang digunakan, untuk 1 unit alat garok mempunyai spesifikasi sebagai berikut; panjang rangka segitiga 150 cm, ukuran mulut jaring (beam) panjang 2 m dan lebar 27 cm, jumlah gigi-gigi (garpu) 56 buah dengan panjang garpu 13 cm dan jarak antar garpu 3,5 cm, panjang jaring 5 m dengan ukuran mata jaring 1,5 inchi, ukuran mata jaring garok sama dari mulai bagian mulut jaring sampai bagian kantong (codend). Operasi penangkapan rajungan dilakukan setiap hari mulai dari pk. 05.00 WIB sampai dengan pk. 12.00 WIB dengan menggunakan perahu berbahan kayu dengan panjang 25 m dan dilengkapi dengan 1 unit motor tipe sopex dengan kecepatan 4-5 km/jam. Areal penangkapan atau fishing ground sekitar 1-4 mil dari pantai. Alur perjalanan (tracking) direkam dengan menggunakan GPS ( Global Positioning System) (Lampiran 2). Dalam satu kali trip, dilakukan 3 kali hauling. dengan waktu 1,5 jam per hauling. Operasional penangkapan selama penelitian berjumlah 15 kali hauling. Pada saat hauling, alat tangkap garok diangkat dengan menggunakan tenaga manusia. Jumlah awak perahu 1-2 orang. Setelah jaring diangkat kemudian dilakukan penyortiran biota hasil tangkapan utama (rajungan) dan biota hasil tangkapan sampingan yang bisa dimanfaatkan untuk dijual atau dikonsumsi sendiri oleh nelayan. Biota hasil tangkapan sampingan yang tidak dimanfaatkan kemudian dibuang kembali ke laut. Setelah penyortiran selesai dilakukan persiapan untuk setting berikutnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090092_4_8237.pdf · 38 4.1.2 Karakteristik Biota Hasil Tangkapan Sampingan 4.1.2.1 Berat

Embed Size (px)

Citation preview

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Penangkapan Rajungan di Perairan Gebang Mekar

4.1.1 Spesifikasi Garok Rajungan dan Operasi Penangkapan

Kegiatan penangkapan rajungan yang dilakukan nelayan di perairan

Gebang Mekar pada saat penelitian menggunakan 2 unit alat garok secara

bersamaan dalam satu unit perahu. Berdasarkan pengamatan terhadap alat tangkap

garok rajungan yang digunakan, untuk 1 unit alat garok mempunyai spesifikasi

sebagai berikut; panjang rangka segitiga 150 cm, ukuran mulut jaring (beam)

panjang 2 m dan lebar 27 cm, jumlah gigi-gigi (garpu) 56 buah dengan panjang

garpu 13 cm dan jarak antar garpu 3,5 cm, panjang jaring 5 m dengan ukuran mata

jaring 1,5 inchi, ukuran mata jaring garok sama dari mulai bagian mulut jaring

sampai bagian kantong (codend).

Operasi penangkapan rajungan dilakukan setiap hari mulai dari pk. 05.00

WIB sampai dengan pk. 12.00 WIB dengan menggunakan perahu berbahan kayu

dengan panjang 25 m dan dilengkapi dengan 1 unit motor tipe sopex dengan

kecepatan 4-5 km/jam. Areal penangkapan atau fishing ground sekitar 1-4 mil dari

pantai. Alur perjalanan (tracking) direkam dengan menggunakan GPS (Global

Positioning System) (Lampiran 2).

Dalam satu kali trip, dilakukan 3 kali hauling. dengan waktu 1,5 jam per

hauling. Operasional penangkapan selama penelitian berjumlah 15 kali hauling.

Pada saat hauling, alat tangkap garok diangkat dengan menggunakan tenaga

manusia. Jumlah awak perahu 1-2 orang. Setelah jaring diangkat kemudian

dilakukan penyortiran biota hasil tangkapan utama (rajungan) dan biota hasil

tangkapan sampingan yang bisa dimanfaatkan untuk dijual atau dikonsumsi

sendiri oleh nelayan. Biota hasil tangkapan sampingan yang tidak dimanfaatkan

kemudian dibuang kembali ke laut. Setelah penyortiran selesai dilakukan

persiapan untuk setting berikutnya.

38

4.1.2 Karakteristik Biota Hasil Tangkapan Sampingan

4.1.2.1 Berat dan Komposisi Jenis (Spesies)

Berat total hasil tangkapan alat garok selama penelitian di perairan

Gebang Mekar, sebanyak 155,58 kg, terdiri rajungan (hasil tangkapan utama)

sebanyak 6 kg (130 individu) atau sekitar 3,85% dari total hasil tangkapan dan

berbagai jenis biota lain (hasil tangkapan sampingan) sebanyak 149,58 kg (10.813

individu) atau sekitar 96,14% dari total hasil tangkapan. Hasil tangkapan

sampingan menunjukkan jumlah atau bobot yang lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil tangkapan utama (rajungan). Ini menunjukkan bahwa alat tangkap

garok rajungan termasuk alat tangkap yang tidak selektif atau selektivitasnya

rendah. Menurut FAO (1995), alat tangkap harus mempunyai selektivitas yang

tinggi Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat menangkap

ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja. Ada dua macam

selektivitas yang menjadi sub kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas

jenis.

Jumlah rajungan yang tertangkap pada setiap kali hauling berkisar antara

1-19 ekor dengan bobot rata-rata 0,06 kg. Dilihat dari jumlah rajungan yang

tertangkap menunjukkan hasil tangkapan alat garok sangat rendah bila

dibandingkan dengan hasil penelitian Rahardian (2009) yang memperoleh hasil

tangkapan rajungan 42-118 ekor. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan

perairan atau habitat rajungan yang sudah terdegradasi karena eksploitasi

penangkapan yang terus-menerus dan dipengaruhi juga oleh daerah operasional

garok yang berjarak 1-4 mil dari garis pantai yang merupakan habitat rajungan

kecil. Menurut Nybakken (1988) bahwa habitat rajungan adalah daerah estuaria

namun rajungan akan bermigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk

menetaskan telurnya, ada fase larva bersifat planktonik yang melayang-layang di

perairan lepas pantai dan pada fase megalopa berada di dekat pantai dan setelah

mencapai rajungan muda akan kembali ke estuaria. Kondisi ini dapat juga dilihat

dari hasil tangkapan sampingan (HTS) yang juga menurun (Gambar 7).

39

Gambar 7. Berat Total HTS di Perairan Gebang Mekar per Hauling.

Hasil tangkapan tertinggi sebanyak 33,04 kg (hauling ke-2) sedangkan

hasil tangkapan terendah sebanyak 1,82 kg (hauling ke-15). Rata-rata berat HTS

per hauling yaitu 9,97 kg. Menurunnya berat HTS pada setiap hauling

dimungkinkan juga karena daerah penangkapan nelayan di Gebang Mekar ini

pada setiap trip relatif sama. Menurut Loekkerborg (2005) menyatakan bahwa

kelimpahan akan berkurang setelah mengalami pengerukan.

Berdasarkan hasil identifikasi jenis biota HTS alat garok di perairan

Gebang Mekar selama penelitian (Lampiran 4), terdapat 42 jenis dari 38 Genus,

yang termasuk dalam 9 Kelas (Lampiran 5). Bila dikelompokkan ke dalam Filum,

maka biota-biota tersebut berada dalam 3 Filum, yaitu Arthropoda, Moluska dan

Echinodermata (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi Jenis HTS di Perairan Gebang Mekar.

No FilumJumlah

Spesies

Jumlah Berat

Individu % kg %

1 Arthropoda 15 531 4,92 7,17 4,772 Moluska 23 8721 80,68 137,64 92,033 Echinodermata 4 1561 14,44 4,79 4,79

Jumlah total 42 10813 100 149,58 100

0.005.00

10.0015.0020.0025.0030.0035.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

bera

t (k

g)

Hauling

40

Jumlah spesies dan jumlah individu HTS yang paling banyak diperoleh di

Gebang Mekar yaitu dari filum Moluska sebanyak 23 jenis dengan jumlah

individu 8721 dan berat 137,64 kg, yang terbagi dalam 3 kelas yaitu Bivalvia,

Gastropoda dan Cephalopoda (Lampiran 5). Hal ini diduga karena substrat dasar

perairan Gebang Mekar yang mempunyai tipe substrat lempung liat berlumpur

(Lampiran 6). Tipe substrat ini sesuai untuk tempat hidup dari kelas Bivalvia,

Gastropoda. Menurut Riniatsih dan Djamali (2009) menyatakan bahwa bahan

organik dan tekstur sedimen sangat menentukan keberadaan Gastropoda dan

Bivalvia.

Jenis biota yang banyak tertangkap berdasarkan jumlah individunya,

adalah dari filum Moluska yaitu kerang bulu (Anadara antiquata) sebanyak 2.409

individu (22,28%), simping tiram (Pinctada sp) sebanyak 2.397 individu

(22,17%), dan Simping (Placuna placenta) sebanyak 2.334 individu (21,59%).

(Lampiran 5). Bila dilihat dari berat hasil tangkapan per jenis biota, maka 3 jenis

biota dengan berat tertinggi berturut-turut yaitu kerang bulu (Anadara antiquata)

sebesar 54,48 kg (36,42%), simping tiram (Pinctada sp) sebesar 38,08 kg

(25,46%), simping (Placuna placenta) sebesar 18,29 kg (12,23%) (Lampiran 5)

Adanya perbedaan jenis biota yang dominan tertangkap berdasarkan jumlah

individu dan beratnya dikarenakan perbedaan bentuk (morfologi), ukuran dan

berat cangkang pada biota tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, walaupun jumlah rajungan

(HTU) yang diperoleh sedikit, namun nelayan masih memperoleh pendapatan dari

hasil penjualan HTU dan beberapa jenis biota HTS yang bernilai ekonomis

penting. Biota yang dijual dan memiliki niai ekonomis penting yaitu kerang bulu

(Anadara antiquata) dengan harga Rp. 4.000,-/kg; keong bulu (Hemifusus

ternatanus) dengan harga Rp. 6.000,-/kg; keong macan (Babylonia spirata)

dengan harga Rp. 5.000,-/kg. Udang cakrek (Squilla sp) yang berukuran ≥30 cm

biasanya dijual oleh nelayan dengan harga Rp. 100.000,-/ekor, namun jika udang

cakrek yang diperoleh berukuran kecil-kecil maka udang tersebut dimanfaatkan

untuk dikonsumsi sendiri. Biota lain yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi sendiri

yaitu keong kunel (Strombus canarium) dan sotong (Sepia sp).

41

Dengan demikian, banyaknya jumlah individu untuk setiap jenis biota

hasil tangkapan sampingan tidak menentukan tingginya pendapatan atau hasil jual

biota yang tertangkap tetapi sangat ditentukan oleh nilai ekonomi dari jenis biota

yang tertangkap. Selain itu untuk penjualan rajungan, nelayan mensiasati

penjualan rajungan dengan cara menjual daging kupas rajungan dan dicampur

dengan daging kepiting gompel (Charybdis sp) atau dengan daging rajungan

angin (Podophthalmus vigil).

4.1.2.2 Komposisi Ukuran Hasil Tangkapan

Komposisi ukuran biota hasil tangkapan sampingan alat tangkap garok di

perairan Gebang Mekar selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 7 dan

lampiran 8. Ukuran terkecil sebesar 0,002 cm pada spesies Porcellanella sp dan

Astropecten polyacanthus dan ukuran terbesar sebesar 23,2 cm pada spesies

Limulus polyphermus. Untuk melihat distribusi frekuensi ukuran untuk jenis biota,

yang dominan (jumlah ≥400 individu) maka dibuat tabel distribusi frekuensinya

(Lampiran 7) dan yang jumlahnya kurang dari 400 individu hanya dilihat kisaran

ukurannya (Lampiran 8).

Biota dominan pertama yaitu jenis kerang bulu (Anadara antiquata)

sebanyak 2.409 individu, dengan kisaran ukuran 2,3-7,6 cm. Berdasarkan

distribusi frekuensi ukuran untuk spesies ini terdiri dari 10 kelas dengan frekuensi

terbanyak pada ukuran 3,9–4,3cm dengan jumlah 758 individu (31,5%).

Sedangkan jumlah individu yang paling sedikit yaitu 1 individu pada ukuran

7,1-7,6 cm (Lampiran 7). Anadara antiquata yang tertangkap terbanyak termasuk

ke dalam individu yang sudah memasuki tahap dewasa. Menurut Baron (2006)

dalam Nurdin dkk (2006) menyatakan bahwa kerang Anadara matang kelamin

berukuran 2 cm atau lebih. Banyaknya A. antiquata yang berukuran dewasa

menandakan bahwa lokasi perairan Gebang Mekar sesuai untuk habitat kerang

bulu (A. antiquata). Perairan Gebang Mekar yang memiliki tipe substrat

berlumpur sangat mempengaruhi keberadaan dan kelimpahan kerang ini. Menurut

Nurdin (2006) menyatakan bahwa Anadara antiquata menyukai perairan dengan

tipe substrat berlumpur.

42

Biota dominan kedua yaitu jenis simping tiram (Pinctada sp) sebanyak

2397 individu dengan kisaran ukuran 3,6-9,0 cm. Berdasarkan distribusi frekuensi

ukuran untuk species ini terdiri dari 11 kelas. Kelas dengan frekuensi terbanyak

pada ukuran 5,6-6,0 cm dengan jumlah 477 individu (19,9%). Sedangkan ukuran

yang paling sedikit yaitu pada ukuran 3,6-4,0 cm dengan jumlah 20 individu

(0,8%) dari total individu simping tiram yang tertangkap (Lampiran 7).

Biota dominan ketiga yaitu jenis simping (Placuna placenta) sebanyak

2334 individu dengan kisaran ukuran 3,9-9,8 cm. Distribusi frekuensi ukuran

spesies ini terdiri dari 11 kelas dengan frekuensi terbanyak pada ukuran 6,6-7,1

cm dengan jumlah 553 individu atau sebanyak 23,37%. Sedangkan ukuran yang

paling sedikit yaitu pada ukuran 8,8-9,3 cm dengan jumlah 18 individu (0,8%)

(Lampiran 7).

Tertangkapnya ukuran biota yang beranekaragam diduga karena ukuran

mesh size alat tangkap garok yang terlalu kecil yaitu 1,5 inci. Psuty dan Borowski

(1997) dalam Pratama (2012) menyebutkan bahwa ukuran mata jaring yang lebih

kecil pada gill net cenderung menangkap ikan dalam jumlah banyak karena ikan

akan mudah terjerat dengan semakin kecilnya ukuran mata jaring, akan tetapi

hasil tangkapan akan memiliki keragaman yang tinggi. Selain itu, kedalaman

operasional dari alat garok juga mempengaruhi beragamnya biota yang

tertangkap. Operasional garok yang menyisir dan menggaruk dasar perairan

menyebabkan tertangkapnya biota-biota bentik yang hidup didasar perairan.

Biota yang tidak dominan (≤400 individu) sebanyak 37 jenis dengan biota

yang paling banyak diperoleh berturut-turut yaitu jenis Charybdis sp dari filum

Arthropoda sebanyak 312 individu dengan kisaran ukuran 1,5-3,1 cm; jenis

Anadara granosa dari filum Moluska sebanyak 308 individu dengan kisaran

ukuran 2-5 cm; jenis Paracaudina australis dari filum Echinodermata sebanyak

33 individu dengan kisaran ukuran 4,1-10,1 cm (Lampiran 8).

4.1.3 Kepadatan Biota

Kepadatan biota yang dimaksud disini yaitu kepadatan suatu biota dalam

satu luas yang disapu dengan menggunakan metode sweapt area (Spare and

43

Venema 1989). Luas daerah yang disapu pada stasiun 1 (perairan Gebang Mekar)

selama penelitian (15 hauling) adalah 385,56 m2. Dugaan kepadatan stok biota

pada perairan Gebang Mekar yaitu 387,97 g/m2 dengan laju tangkap

99723,10 g/jam (Lampiran 9). Jumlah jenis biota yang tertangkap sebanyak 42

jenis dengan 5 jenis biota yang mendominasi yaitu Anadara antiquata sebesar

141,30 g/m2; Pinctada sp sebesar 98,76 g/m2 dan Placuna placenta sebesar

47,43 g/m2 (Lampiran 10). Adapun rata-rata kepadatan biota per trip (5 trip)

sebesar 77,59 g/m2 dengan nilai berturut-turut yaitu 188,25 g/m2; 82,64 g/m2;

59,81 g/m2; 36,32 g/m2 dan 20,95 g/m2.

Biota bentik yang tertangkap cukup beranekaragam dengan kepadatan

didominasi oleh kelas Gastropoda dan Bivalvia. Tingginya kenaekaragaman biota

bentik di Perairan Gebang Mekar, diduga dipengaruhi oleh karaktersitik fisika

kimia perairan dan tipe substrat. Menurut Allard dan Moreau (1987) dalam APHA

(2005) dalam Kharisma dkk (2012) menerangkan bahwa keberadaan hewan

bentik pada suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan perairan.

faktor-faktor tersebut adalah fisika-kimia perairan yang diantaranya adalah suhu,

salinitas, arus, pH, kedalaman air, dan substrat dasar.

Hasil pengukuran parameter fisik-kimia lingkungan Perairan Gebang

Mekar selama penelitian (15 kali hauling) pada area pengoperasian garok yang

relatif dekat dengan pantai, sekitar 1-4 mil dari pantai, menunjukkan bahwa

kondisi perairann masih layak untuk kehidupan biota laut berdasarkan baku mutu

air laut untuk biota laut dalam KepMen LH. No.51 Tahun 2004 (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik Fisika Kimia Perairan Gebang MekarSelama Penelitian.

NoParameter

lingkunganSatuan

Nilai

kisaran

Baku

mutu *)

1 Suhu °C 29-36 28-32

2 pH - 7,32-7,71 7-8,5

3 DO mg/l 5,5-6,9 ≥5

4 Salinitas °/∞ 27-29 ≤34

44

Lanjutan

NoParameter

lingkunganSatuan

Nilai

kisaran

Baku

mutu *)

5 Kedalaman m 5-9 -

6 Arus cm/det 1-1,7 -

7 Substrat -Lempung

liat

berlumpur

-

Sumber: *Kepmen LH no. 51 tahun 2004.

Suhu perairan di Gebang Mekar berkisar antara 29-36°C. Nilai kisaran

tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota

laut yaitu 28-32°C (KepMen LH no. 51 tahun 2004). Namun kisaran tersebut

masih tergolong cukup normal mengingat toleransi biota bentik yang cukup besar

terhadap perubahan suhu. Menurut Houbrick (1991) dalam Hogart (1999) dalam

Riniatsih dan Kushartono (2009) menyatakan bahwa Gastropoda memiliki

toleransi yang luas terhadap perubahan salinitas, mereka juga mampu bertahan

hidup pada temperatur tinggi dan anoksik.

Kedalaman air di area penangkapan alat tangkap garok di perairan Gebang

Mekar tergolong cukup dangkal yaitu 5-9,5 m dengan nilai kecerahan perairan

sebesar 2-4 m. Kecerahan perairan ini tergolong cukup keruh. Hal ini diduga

karena penelitian dilaksanakan pada musim timur dimana angin bertiup ke arah

barat dengan membawa partikel-partikel tanah dari aliran sungai Cisanggarung

sehingga kondisi perairan sedikit keruh. Terbawanya partikel-partikel tersebut

juga menyebabkan kondisi substrat perairan Gebang Mekar bertekstur lebih halus.

Menurut Effendi (2003) kecerahan suatu perairan bergantung pada warna dan

kekeruhan serta waktu pengukuran.

Parameter yang paling menentukan perbedaan kepadatan biota yaitu tipe

substrat perairan. Tipe substrat perairan Gebang Mekar memiliki tipe substrat

lempung liat berlumpur menyebabkan kepadatan biota didominasi oleh spesies

dari kelas Bivalvia dan Gastropoda. Hal ini berhubungan dengan tingkah laku dari

spesies tersebut. Kebiasaan atau tingkah laku beberapa species kelas Bivalvia,

45

diantaranya ada yang hidup secara sessil yaitu membenamkan diri ke dalam

lumpur, contohnya Macoma sp dan ada pula yang menempel dengan membentuk

semacam akar (byssus) contohnya yaitu Anadara sp.

Driscol dan Brandon (1973) dalam Rangan (1996) dalam Riniatsih dan

Kushartono (2009) menyebutkan bahwa sebaran dan kelimpahan Bivalvia

berhubungan dengan besar kecilnya butiran sedimen di mana biota tersebut

berada. Perbedaan partikel substrat memiliki hubungan dengan bahan organik.

Perairan dengan sedimen yang kasar memiliki kandungan bahan organik rendah

karena partikel yang lebih halus tidak dapat mengendap (Wood 1987 dalam

Riniatsih dan Kushartono 2009). Menurut Riniatsih dan Kushartono (2009),

bahan organik dan tekstur sedimen sangat menentukan keberadaan Gastropoda

dan Bivalvia. Substrat berpasir tidak menyediakan tempat yang stabil bagi

kehidupan Bivalvia karena aksi gelombang secara terus menerus menggerakkan

partikel substrat.

4.2 Kegiatan Penangkapan Rajungan di Perairan Losari

4.2.1 Spesifikasi Garok Rajungan dan Operasi Penangkapan

Kegiatan penangkapan rajungan yang dilakuan di Perairan Losari hampir

sama dengan yang dilakukan di perairan Gebang Mekar. Perbedaannya terletak

pada ukuran dari alat garok yang digunakan. Alat tangkap garok yang digunakan

di perairan Losari berukuran panjang mulut (beam) 3 m dan lebar 35 cm. Panjang

rangka segitiga 150 cm. Jumlah gigi-gigi garok 60 buah dengan panjang 15 cm.

bagian kantong jaring terbuat bahan polyethylen dengan mesh size 2 inci. ukuran

mata jaring garok sama dari mulai bagian mulut jaring sampai bagian kantong

(codend).

Operasi penangkapan rajungan dilakukan setiap hari mulai dari pk. 05.00

WIB sampai dengan pk. 12.00 WIB. Perahu yang digunakan adalah perahu

bermotor berbahan kayu dengan panjang 25 m dan dilengkapi dengan 1 unit

motor tipe sopex. Alat garok dalam satu perahu berjumlah 1 buah dan ditarik

dengan kecepatan 5-6 km/jam. Dalam satu kali trip, terdapat 3 kali hauling

dengan waktu 1,5 jam per hauling. Pada saat hauling, alat tangkap garok diangkat

46

dengan menggunakan katrol. Jumlah awak perahu 1-2 orang. Setelah jaring

diangkat kemudian dilakukan penyortiran biota hasil tangkapan utama (rajungan)

dan biota hasil tangkapan sampingan yang bisa dimanfaatkan untuk dijual atau

dikonsumsi sendiri oleh nelayan. Biota hasil tangkapan sampingan yang tidak

dimanfaatkan kemudian dibuang kembali ke laut. Setelah penyortiran selesai

dilakukan persiapan untuk setting berikutnya.

4.2.2 Karakteristik Biota Hasil Tangkapan Sampingan

4.2.2.1 Berat dan Komposisi Jenis (Spesies)

Hasil total tangkapan alat garok selama penelitian (15 kali hauling) di

perairan Losari sebanyak 89,62 kg yang terdiri dari hasil tangkapan utama

(rajungan) sebanyak 12 kg (95 ekor) atau sekitar 13,1% dari total hasil tangkapan

dan berbagai jenis biota lain (hasil tangkapan sampingan) sebanyak 79,62 kg

(5199 individu) atau sekitar 86,9% dari total hasil tangkapan. Hasil tangkapan

sampingan menunjukkan jumlah dan bobot yang lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil tangkapan utama (rajungan). Ini menunjukkan bahwa alat tangkap

garok rajungan termasuk alat tangkap yang tidak selektif atau selektivitasnya

rendah. Menurut FAO (1995), alat tangkap harus mempunyai selektivitas yang

tinggi Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat menangkap

ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja. Ada dua macam

selektivitas yang menjadi sub kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas

jenis.

Jumlah rajungan yang tertangkap pada setiap kali hauling berkisar antara

10-30 ekor dengan bobot rata-rata 0,13 kg. Dilihat dari jumlah rajungan yang

tertangkap menunjukkan hasil tangkapan alat garok sangat rendah bila

dibandingkan dengan hasil penelitian Rahardian (2009) yang memperoleh hasil

tangkapan rajungan 42-118 ekor. Hal ini diduga karena perbedaan musim

penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Rahardian dilaksanakan pada musim

Barat sedangkan pada penelitian pada musim timur. Dimana puncak penangkapan

rajungan terjadi pada bulan Desember – Februari (musim barat). Nontji (1993)

dalam Gardenia (2006) menyatakan bahwa rajungan akan melakukan pergerakan

47

atau migrasi ke perairan yang sesuai dengan kondisi suhu dan salinitas yang

dipengaruhi oleh pasang surut dan musim.

Berat HTS per hauling selama penelitian berfluktuasi tergantung jumlah

dan jenis biota yang tertangkap. Berat hasil tangkap sampingan mempunyai

kisaran 1,55 kg – 7,99 kg dengan rata-rata berat per hauling 5,31 kg (Gambar 8).

Gambar 8. Berat Total HTS di Perairan Losari per Hauling.

Fluktuasi berat HTS di perairan Losari ini diduga dipengaruhi pula oleh

operasional penangkapan yang dilakukan pada saat penelitian cenderung

berpindah-pindah lokasi fishing groundnya (Lampiran 3). Hal ini juga terlihat dari

keanekaragaman jenis biota yang tertangkap (Tabel 3).

Berdasarkan hasil identifikasi jenis biota HTS alat garok di perairan Losari

selama penelitian (Lampiran 11), terdapat 45 jenis dari 40 Genus, yang termasuk

dalam 11 Kelas (Lampiran 12). Bila dikelompokkan ke dalam Filum, maka biota-

biota tersebut berada dalam 3 Filum, yaitu Arthropoda, Moluska dan

Echinodermata (Tabel 3).

0.001.002.003.004.005.006.007.008.00

1 2

Ber

at (k

g)

47

atau migrasi ke perairan yang sesuai dengan kondisi suhu dan salinitas yang

dipengaruhi oleh pasang surut dan musim.

Berat HTS per hauling selama penelitian berfluktuasi tergantung jumlah

dan jenis biota yang tertangkap. Berat hasil tangkap sampingan mempunyai

kisaran 1,55 kg – 7,99 kg dengan rata-rata berat per hauling 5,31 kg (Gambar 8).

Gambar 8. Berat Total HTS di Perairan Losari per Hauling.

Fluktuasi berat HTS di perairan Losari ini diduga dipengaruhi pula oleh

operasional penangkapan yang dilakukan pada saat penelitian cenderung

berpindah-pindah lokasi fishing groundnya (Lampiran 3). Hal ini juga terlihat dari

keanekaragaman jenis biota yang tertangkap (Tabel 3).

Berdasarkan hasil identifikasi jenis biota HTS alat garok di perairan Losari

selama penelitian (Lampiran 11), terdapat 45 jenis dari 40 Genus, yang termasuk

dalam 11 Kelas (Lampiran 12). Bila dikelompokkan ke dalam Filum, maka biota-

biota tersebut berada dalam 3 Filum, yaitu Arthropoda, Moluska dan

Echinodermata (Tabel 3).

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Hauling

47

atau migrasi ke perairan yang sesuai dengan kondisi suhu dan salinitas yang

dipengaruhi oleh pasang surut dan musim.

Berat HTS per hauling selama penelitian berfluktuasi tergantung jumlah

dan jenis biota yang tertangkap. Berat hasil tangkap sampingan mempunyai

kisaran 1,55 kg – 7,99 kg dengan rata-rata berat per hauling 5,31 kg (Gambar 8).

Gambar 8. Berat Total HTS di Perairan Losari per Hauling.

Fluktuasi berat HTS di perairan Losari ini diduga dipengaruhi pula oleh

operasional penangkapan yang dilakukan pada saat penelitian cenderung

berpindah-pindah lokasi fishing groundnya (Lampiran 3). Hal ini juga terlihat dari

keanekaragaman jenis biota yang tertangkap (Tabel 3).

Berdasarkan hasil identifikasi jenis biota HTS alat garok di perairan Losari

selama penelitian (Lampiran 11), terdapat 45 jenis dari 40 Genus, yang termasuk

dalam 11 Kelas (Lampiran 12). Bila dikelompokkan ke dalam Filum, maka biota-

biota tersebut berada dalam 3 Filum, yaitu Arthropoda, Moluska dan

Echinodermata (Tabel 3).

15

48

Tabel 3. Komposisi Jenis HTS di Perairan Losari.

No FilumJumlah

Spesies

Jumlah Berat

Individu % kg %

1 Arthropoda 14 424 8,16 10,45 13,132 Moluska 24 2.153 41,42 26,38 33,123 Echinodermata 7 2.622 50,43 42,79 53,74

Jumlah total 45 5.199 100,00 79,62 100,00

Jumlah spesies yang paling banyak diperoleh di Losari yaitu dari filum

Moluska sebanyak 24 jenis, namun jumlah individu yang paling banyak diperoleh

dari filum Echinodermata sebanyak 2.622 individu yang terbagi ke dalam 4 kelas

yaitu Holothuroidea, Echinoidea, Asteroidea dan Ophiuroidea (Lampiran 12). Hal

ini diduga karena substrat dasar perairan Losari yang mempunyai tipe substrat

lempung berpasir (Lampiran 13). Menurut Djamali dkk (1999) menyatakan bahwa

daerah penyebaran teripang di Indonesia cukup luas, terutama didaerah terumbu

karang, perairan yang berdasar pasir terumbu karang, dan pasir bercampur

lumpur.

Jenis biota yang banyak tertangkap berdasarkan jumlah individunya,

adalah dari filum Moluska yaitu rangah (Murex sp) sebanyak 1.048 individu

(20,16%) dan dari filum Echinodermata yaitu Paracaudina sp sebanyak 989

individu (19,02%) dan teripang (Holothuria sp) sebanyak 579 individu (11,14%)

(Lampiran 12). Bila dilihat dari berat hasil tangkapan per jenis biota, maka 3 jenis

biota dengan berat tertinggi adalah dari filum Echinodermata yaitu teripang

(Holothuria sp) sebanyak 18,44 kg (23,16%) dan Paracaudina sp sebesar 13,79

kg (17,32%), dan dari filum Moluska yaitu rangah (Murex) sp sebesar 8,38 kg

(10,32%) (Lampiran 12). Adanya perbedaan jenis biota yang dominan tertangkap

berdasarkan jumlah individu dan beratnya dikarenakan perbedaan bentuk

(morfologi), ukuran dan berat cangkang pada biota tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan bahwa biota hasil tangkapan

sampingan di perairan Losari ada yang dimanfaatkan dan ada pula yang tidak

dimanfaatkan. Biota yang dimanfaatkan terbagi menjadi 2 yaitu dijual dan

49

dikonsumsi sendiri oleh nelayan. Biota yang dijual merupakan biota yang

memiliki nilai ekonomis penting, sedangkan biota yang dikonsumsi sendiri

merupakan biota yang tidak memiliki nilai ekonomis penting namun memiliki

rasa yang enak untuk dimakan. Biota yang dimanfaatkan untuk dijual yaitu keong

bulu (Hemifusus ternatanus) dengan harga Rp. 6.000,-/kg, Keong macan

(Babylonia spirata) dengan harga Rp. 7.000,-/kg. Sedangkan biota yang

dimanfaatkan untuk dikonsumsi sendiri yaitu udang cakrek (Squilla sp) dan

sotong (Sepia sp). Biota yang bernilai ekonomis penting selama penelitian

mendapatkan hasil yang tidak terlalu banyak maka biota-biota tersebut

dimanfaatkan untuk dikonsumsi sendiri.

Dengan demikian, banyaknya individu untuk setiap jenis biota hasil

tangkapan sampingan tidak menentukan tingginya pendapatan atau hasil jual biota

yang tertangkap tetapi sangat ditentukan oleh nilai ekonomi dari jenis biota yang

tertangkap.

4.2.2.2 Komposisi Ukuran Hasil Tangkapan

Komposisi ukuran biota hasil tangkapan sampingan alat tangkap garok di

perairan Losari selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran

15. Ukuran terkecil sebesar 1 cm pada species Bufonaria rana dan ukuran

terbesar sebesar 23,2 cm pada species Holothuria sp. Untuk melihat distribusi

frekuensi ukuran untuk jenis biota, yang dominan (jumlah ≥400 individu) maka

dibuat tabel distribusi frekuensinya (Lampiran 14) dan yang jumlahnya kurang

dari 400 individu hanya dilihat kisaran ukurannya (Lampiran 15).

Biota dominan pertama yaitu jenis Murex sp, dengan kisaran ukuran 3,2-

11,7 cm. Berdasarkan distribusi frekuensi ukuran spesies ini terdiri dari 10 kelas

dengan frekuensi terbanyak pada ukuran 5,7-9,1 cm dengan jumlah 768 individu

atau sebanyak 73,3%. Sedangkan ukuran yang paling sedikit yaitu pda ukuran

10,9-11,7 cm dengan jumlah 9 individu atau sebanyak 0,9% (Lampiran 14).

Biota dominan kedua yaitu jenis Paracaudina sp, dengan kisaran ukuran

2,3-11,2 cm. Berdasarkan distribusi frekuensi ukuran spesies ini terdiri dari 10

kelas dengan frekuensi terbanyak pada ukuran 5,0-9,4 cm dengan jumlah 794

50

individu atau sebanyak 80,3%. Sedangkan ukuran yang paling sedikit yaitu pada

ukuran 2,3-3,1 cm dengan jumlah 5 individu atau sebanyak 0,5% dari total

individu yang tertangkap (Lampiran 14).

Biota dominan ketiga yaitu jenis Holothuria sp, dengan kisaran ukuran

3,0-23,2 cm. Berdasarkan distribusi frekuensi ukuran spesies ini terdiri dari 10

kelas dengan frekuensi terbanyak pada ukuran 8,5-15,8 cm dengan jumlah 377

individu atau sebanyak 65,2%. Sedangkan ukuran yang paling sedikit yaitu pada

ukuran 17,7-19,5 cm dengan jumlah 14 individu atau sebanyak 2,4% dari total

individu yang tertangkap (lampiran 14).

Tertangkapnya ukuran biota yang beranekaragam diduga karena ukuran

mesh size alat tangkap garok yang terlalu kecil yaitu 2 inci. Psuty dan Borowski

(1997) dalam Pratama (2012) menyebutkan bahwa ukuran mata jaring yang lebih

kecil pada gill net cenderung menangkap ikan dalam jumlah banyak karena ikan

akan mudah terjerat dengan semakin kecilnya ukuran mata jaring, akan tetapi

hasil tangkapan akan memiliki keragaman yang tinggi. Selain itu, kedalaman

operasional dari alat garok juga mempengaruhi beragamnya biota yang

tertangkap. Operasional garok yang menyisir dan menggaruk dasar perairan

menyebabkan tertangkapnya biota-biota bentik yang hidup didasar perairan.

Biota yang tidak dominan (≤400 individu ) dengan jenis biota yang paling

banyak diperoleh berturut-turut yaitu jenis Turbo marmoratus dari filum Moluska

yaitu sebanyak 361 individu dengan kisaran ukuran 3,1-5,8 cm; jenis Anadara

granosa dari filum Moluska yaitu sebanyak 149 individu dengan kisaran ukuran

1,8-4,6 cm; dan Hemifusus ternatanus dari filum Moluska sebanyak 121 individu

dengan kisaran ukuran 2,6-10,8 cm. (Lampiran 15).

4.2.3 Kepadatan Biota

Kepadatan biota yang dimaksud disini yaitu kepadatan suatu biota dalam

satu luas yang disapu dengan menggunakan metode sweapt area (Spare and

Venema. 1989). Luas daerah yang disapu pada stasiun 2 (perairan Losari) adalah

475,65 m2. Dugaan kepadatan stok biota pada perairan Losari yaitu 167,40 g/m2

dengan laju tangkap 53081,01 g/jam (lampiran 6). Dari 45 jenis biota yang

51

tertangkap, terdapat 3 jenis biota yang mendominasi yaitu Holothuria sp sebesar

38,76 g/m2; Paracaudina sp sebesar 29 g/m2 dan Murex sp sebesar 17,62 g/m2;

(Lampiran 7). Adapun rata-rata kepadatan biota per trip (5 trip) sebesar

33,48 g/m2 dengan nilai berturut-turut yaitu 24,50 g/m2; 34,27 g/m2; 28,89 g/m2;

44,25 g/m2 dan 35,49 g/m2.

Biota yang tertangkap selama penelitian terdiri dari biota bentik dengan

biota dominan dari filum Echinodermata. Seperti yang telah dijelaskan pada sub

bab sebelumnya bahwa tingginya kenaekaragaman biota bentik diduga

dipengaruhi oleh karaktersitik fisika kimia perairan. Fisika kimia perairan yang

diukur meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, kedalaman dan substrat.

Adapun nilai fisika kimia perairan Losari dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Karakteristik Fisika Kimia Perairan Losari SelamaPenelitian.

NoParameter

lingkunganSatuan

Nilai

kisaran

Baku

mutu *)

1 Suhu °C 28-31 28-32

2 pH - 7,52-7,72 7-8,5

3 DO mg/l 6,8-7,6 ≥5

4 Salinitas °/∞ 27-29 ≤34

5 Kedalaman m 8-12 -

6 Arus cm/det 2-3,8 -

7 Substrat -Lempung

berpasir-

Sumber : *Kepmen LH no. 51 tahun 2004

Nilai parameter suhu, pH, oksigen terlarut dan salinitas masih berada pada

kisaran normal berdasarkan baku mutu air laut untuk biota laut menurut KepMen

LH No. 51 tahun 2004. Kedalaman perairan daerah penangkapan garok di

perairan Losari berkisar antara 8-12 m dengan kecerahan berkisar 4-6 m. Anagka

kecerahan tersebut menunjukkan bahwa perairan Losari tergolong cukup cerah

pada saat penelitian.

52

Parameter yang berpengaruh langsung terhadap jenis dominan yaitu

substrat dasar perairan yang mana perairan Losari memiliki jenis lempung

berpasir. Fraksi pasir mendominasi tekstur substrat di perairan Losari, sehingga

jenis biota dominan di perairan tersebut didominasi oleh filum Echinodermata

terutama dari kelas Holothuroidea. Menurut Djamali dkk (1999) menyatakan

bahwa daerah penyebaran teripang di Indonesia cukup luas, terutama didaerah

terumbu karang, perairan yang berdasar pasir terumbu karang, dan pasir

bercampur lumpur.

4.3 Komparasi Hasil Tangkapan Sampingan di Perairan Gebang Mekardan Losari

4.3.1 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan

Berat total dan jumlah biota HTS alat garok rajungan yang diperoleh

selama penelitian (15 kali hauling) di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari

menunjukkan perbedaan yang cukup besar. HTS alat garok rajungan di perairan

Gebang Mekar lebih tinggi dari HTS di perairan Losari (Tabel 5).

Tabel 5. Berat total dan Jumlah individu HTS di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari (15 Kali Hauling).

LokasiBerat (kg)

Jumlah(individu) Jumlah

spesies

KepadatanBiota(g/m2)Total Rata-rata Total Rata-rata

GebangMekar 149,58 9,97 10.813 720 42 387,97

Losari 79,62 5,31 5.131 342 45 167,40

Hasil tangkapan sampingan total baik berdasarkan berat hasil tangkapan

dan jumlah individu, lebih banyak diperoleh di perairan Gebang Mekar

dibandingkan dengan di perairan Losari, sedangkan jumlah jenis atau species

biota HTS lebih banyak diperoleh di perairan Losari. Di perairan Gebang Mekar

lebih banyak didapatkan biota dari jenis Anadara antiquata. Hal ini diduga

berkaitan dengan perbedaan areal operasional penangkapan alat garok rajungan di

dua stasiun tersebut. Areal penangkapan di perairan Gebang Mekar relatif sama

53

sedangkan di perairan Losari cenderung berpindah-pindah, dapat dilihat dari

tracking route operasionalnya.

Perbedaan HTS juga mungkin disebabkan karena spesifikasi alat tangkap

garok yang digunakan, terutama jarak antar gigi-gigi (garpu) pada alat garok. Alat

garok yang digunakan di perairan Gebang Mekar cenderung lebih rapat yaitu

3,5 cm dengan mesh size lebih kecil yaitu 1,5 inchi sedangkan jarak antar gigi-gigi

(garpu) alat garok di perairan Losari yaitu 5 cm dengan mesh size 2 inchi. Jarak

antar gigi-gigi yang lebih rapat dan ukuran mata jaring yang relatif lebih kecil

cenderung akan menyebabkan tertangkapnya semua jenis biota yang berukuran

besar sampai berukuran kecil. Kisaran ukuran biota yang tertangkap di perairan

Gebang Mekar yaitu 0,002 cm - 23,2 cm. sedangkan di perairan Losari berkisar

antara 1 cm – 23,2 cm.

Perbedaan jumlah dan berat ini dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya

kepadatan biota yang terdapat di kedua perairan tersebut. Perairan Gebang Mekar

yang mempunyai kepadatan biota 387,97 g/m2 lebih tinggi dari perairan Losari

yang mempunyai kepadatan 167,40 g/m2.

Hasil uji t-student terhadap berat total hasil tangkapan diperoleh

thit > ttab0.05 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan berat hasil tangkapan yang

diperoleh di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari (Lampiran 16). HTS

yang diperoleh di perairan Gebang Mekar lebih banyak dibandingkan dengan

perairan Losari. Perbedaan berat HTS ini diduga karena perbedaan jenis biota

dominan yang tertangkap. Di Perairan Gebang Mekar biota dominan yang

tertangkap yaitu Anadara antiquata, Pinctada sp dan Placuna placenta yang

memiliki ukuran dan berat cangkang yang relatif besar. Sedangkan biota dominan

yang yang tertangkap di perairan Losari yaitu Holothuria sp, Paracaudina sp dan

Murex sp. Holothuria sp dan Paracaudina sp merupakan biota dari filum

Echinodermata yang memiliki cairan dalam tubuhnya, namun apabila biota

tersebut sedang terancam maka dia akan mengeluarkan cairan dalam tubuhnya

sehingga berpengaruh terhadap berat biota ketika ditimbang.

Hasil uji t-student terhadap jumlah individu hasil tangkapan diperoleh

thit > ttab0.05 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah individu hasil

54

tangkapan di perairan Gebang Mekar dengan di Perairan Losari (Lampiran 17).

Jumlah individu hasil tangkapan lebih banyak diperoleh di perairan Gebang

Mekar. Perbedaan Jumlah HTS ini diduga karena perbedaan jenis biota dominan

yang tertangkap. Biota dominan yang tertangkap di perairan Gebang Mekar

merupakan kelas Bivalvia dari filum Moluska yang keberadaannya bergantung

pada keadaan tipe substrat dasar. Kelas Bivalvia lebih menyukai tipe substrat

lempung liat berlumpur karena mengandung lebih banyak bahan organik dan

unsur hara sebagai sumber makanannya sehingga jumlahnya melimpah.

Sedangkan biota dominan yang tertangkap di perairan Losari merupakan kelas

Holothuria dari filum Echinodermata. Kelas Holothuria lebih menyukai perairan

dengan tipe substrat lempung berpasir. Driscol dan Brandon (1973) dalam Rangan

(1996) dalam Riniatsih dan Kushartono (2009) menyebutkan bahwa sebaran dan

kelimpahan Bivalvia berhubungan dengan besar kecilnya butiran sedimen di mana

biota tersebut berada. Menurut Djamali dkk 1999) menyatakan bahwa daerah

penyebaran teripang di Indonesia cukup luas, terutama didaerah terumbu karang,

perairan yang berdasar pasir terumbu karang, dan pasir bercampur lumpur.

4.3.2 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan Per Trip

Hasil tangkapan per trip di perairan Gebang Mekar dan Losari pun

menunjukkan hasil yang berbeda, dimana berat HTS per trip di perairan Gebang

Mekar lebih tinggi dibandingkan di perairan Losari (Gambar 9).

55

Gambar 9. Berat HTS (per Trip) di Perairan Gebang Mekar danPerairan Losari

HTS di periaran Gebang Mekar menunjukkan trend menurun karena route

operasional penangkapan garok yang dilakukan nelayan relatif tetap sehingga

jumlah biota sedikit. Hal ini dibuktikan dari kepadatan biota yang menurun

(Lampiran 10).

4.3.3 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan Per Hauling

Bila dilihat dari berat dan Jumlah HTS alat tangkap garok rajungan per

hauling, terlihat adanya perbedaan fluktuasi berat dan Jumlah HTS alat garok

rajungan pada setiap hauling di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari

(Gambar 10 dan Gambar 11). Hasil tangkapan sampingan di perairan Gebang

Mekar menunjukkan trend yang menurun sedangkan di perairan Losari

menunjukkan trend yang relatif stabil. Hal ini diduga karena perbedaan jalur

operasional yang ditempuh nelayan garok di kedua perairan tersebut. Jalur

operasional di perairan Gebang Mekar relatif sama setiap harinya, sedangkan di

perairan Losari cenderung berpindah-pindah.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

1

Ber

at (g

r)

55

Gambar 9. Berat HTS (per Trip) di Perairan Gebang Mekar danPerairan Losari

HTS di periaran Gebang Mekar menunjukkan trend menurun karena route

operasional penangkapan garok yang dilakukan nelayan relatif tetap sehingga

jumlah biota sedikit. Hal ini dibuktikan dari kepadatan biota yang menurun

(Lampiran 10).

4.3.3 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan Per Hauling

Bila dilihat dari berat dan Jumlah HTS alat tangkap garok rajungan per

hauling, terlihat adanya perbedaan fluktuasi berat dan Jumlah HTS alat garok

rajungan pada setiap hauling di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari

(Gambar 10 dan Gambar 11). Hasil tangkapan sampingan di perairan Gebang

Mekar menunjukkan trend yang menurun sedangkan di perairan Losari

menunjukkan trend yang relatif stabil. Hal ini diduga karena perbedaan jalur

operasional yang ditempuh nelayan garok di kedua perairan tersebut. Jalur

operasional di perairan Gebang Mekar relatif sama setiap harinya, sedangkan di

perairan Losari cenderung berpindah-pindah.

1 2 3 4 5

gebang mekar

losari

Trip ke-

55

Gambar 9. Berat HTS (per Trip) di Perairan Gebang Mekar danPerairan Losari

HTS di periaran Gebang Mekar menunjukkan trend menurun karena route

operasional penangkapan garok yang dilakukan nelayan relatif tetap sehingga

jumlah biota sedikit. Hal ini dibuktikan dari kepadatan biota yang menurun

(Lampiran 10).

4.3.3 Berat Total dan Jumlah Individu Hasil Tangkapan Per Hauling

Bila dilihat dari berat dan Jumlah HTS alat tangkap garok rajungan per

hauling, terlihat adanya perbedaan fluktuasi berat dan Jumlah HTS alat garok

rajungan pada setiap hauling di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari

(Gambar 10 dan Gambar 11). Hasil tangkapan sampingan di perairan Gebang

Mekar menunjukkan trend yang menurun sedangkan di perairan Losari

menunjukkan trend yang relatif stabil. Hal ini diduga karena perbedaan jalur

operasional yang ditempuh nelayan garok di kedua perairan tersebut. Jalur

operasional di perairan Gebang Mekar relatif sama setiap harinya, sedangkan di

perairan Losari cenderung berpindah-pindah.

gebang mekar

56

Gambar 10. Berat Total HTS (per Hauling) di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.

Gambar 11. Jumlah Biota HTS (per Hauling) di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap jumlah HTS per hauling selama

penelitian di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari dapat diketahui bahwa

operasional yang dilakukan di areal yang relatif sama setiap harinya akan

memberikan hasil yang cenderung menurun, sebaiknya perlu periode tertentu

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1 2

Bera

t (kg

)

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1 2 3

Jum

lah

(indi

vidu

)

56

Gambar 10. Berat Total HTS (per Hauling) di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.

Gambar 11. Jumlah Biota HTS (per Hauling) di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap jumlah HTS per hauling selama

penelitian di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari dapat diketahui bahwa

operasional yang dilakukan di areal yang relatif sama setiap harinya akan

memberikan hasil yang cenderung menurun, sebaiknya perlu periode tertentu

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gebang mekar

losari

Hauling

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gebang Mekar

Losari

Hauling

56

Gambar 10. Berat Total HTS (per Hauling) di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.

Gambar 11. Jumlah Biota HTS (per Hauling) di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap jumlah HTS per hauling selama

penelitian di perairan Gebang Mekar dan perairan Losari dapat diketahui bahwa

operasional yang dilakukan di areal yang relatif sama setiap harinya akan

memberikan hasil yang cenderung menurun, sebaiknya perlu periode tertentu

Gebang mekar

Gebang Mekar

57

untuk kembali melakukan operasional penangkapan di fishing ground yang sama.

Untuk mencari waktu yang efektif maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Kisaran berat dan jumlah HTS per hauling di perairan Gebang Mekar dan

Losari menunjukkan nilai yang berbeda (Tabel 6).

Tabel 6. Kisaran Berat Total dan Jumlah Individu per Hauling di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari.

LokasiHauling

Kisaran berat (kg) Kisaran jumlah (individu)

Gebang Mekar1,82 – 33,04 203 – 1.563

Losari1,55 – 20,20 133 – 1.080

HTS alat garok rajungan di perairan gebang Mekar menunjukkan

kecenderungan menurun selama penelitian (15 hauling), sedangkan di perairan

Losari menunjukkan fluktuasi yang relatif stabil (Gambar 10 dan Gambar 11).

HTS yang cenderung menurun di perairan Gebang Mekar disebabkan karena

daerah penangkapan nelayan di Gebang Mekar ini pada setiap trip relatif sama.

Sedangkan di perairan Losari cenderung pada daerah yang berbeda pada setiap

tripnya.

4.3.4 Komparasi Biota Dominan

Biota yang tertangkap di stasiun 1 (Gebang Mekar) dan stasiun 2 (Losari)

menunjukkan hasil yang berbeda. jenis biota total yang tertangkap selama

penelitian pada 2 stasiun diperoleh 59 jenis yang terdiri dari 3 filum, 11 kelas, 40

family dan 50 genus. Jenis biota yang diperoleh di tiap stasiun terdapat perbedaan.

Di perairan Gebang Mekar terdapat 42 jenis biota sedangkan di perairan Losari

terdapat 45 jenis biota yang tertangkap (Lampiran 4 dan 11).

Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang termasuk ke

dalam filum Arthropoda terdapat 15 jenis biota sedangkan di perairan Losari

terdapat 14 jenis. Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang

termasuk ke dalam filum moluska terdapat 23 jenis sedangkan di perairan Losari

58

terdapat 24 jenis. Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang

termasuk ke dalam filum Echinodermata terdapat 4 jenis sedangkan di perairan

Losari terdapat 7 jenis (Lampiran 4 dan 11; Gambar 12).

Gambar 12. Jumlah Jenis Biota HTS per Filum di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari.

Terdapat perbedaan Jumlah individu per Filum di perairan Gebang Mekar

dan Losari. Filum Arthropoda di perairan Gebang Mekar dan Losari tidak jauh

berbeda yaitu sebanyak 587 individu dan 368 individu; Filum Moluska lebih

banyak tertangkap di perairan Gebang Mekar yaitu sebanyak 8721 dan di Losari

sebanyak 2153; sedangkan untuk Filum Echinodermata lebih banyak tertangkap di

perairan Losari yaitu sebanyak 2622 dan di peraian Gebang Mekar sebanyak 1562

(Gambar 13).

0

5

10

15

20

25

Arthopoda

Jum

lah

jeni

s

58

terdapat 24 jenis. Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang

termasuk ke dalam filum Echinodermata terdapat 4 jenis sedangkan di perairan

Losari terdapat 7 jenis (Lampiran 4 dan 11; Gambar 12).

Gambar 12. Jumlah Jenis Biota HTS per Filum di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari.

Terdapat perbedaan Jumlah individu per Filum di perairan Gebang Mekar

dan Losari. Filum Arthropoda di perairan Gebang Mekar dan Losari tidak jauh

berbeda yaitu sebanyak 587 individu dan 368 individu; Filum Moluska lebih

banyak tertangkap di perairan Gebang Mekar yaitu sebanyak 8721 dan di Losari

sebanyak 2153; sedangkan untuk Filum Echinodermata lebih banyak tertangkap di

perairan Losari yaitu sebanyak 2622 dan di peraian Gebang Mekar sebanyak 1562

(Gambar 13).

Arthopoda Moluska Echinodermata

Gebang mekar

Losari

Filum

58

terdapat 24 jenis. Jenis biota yang tertangkap di perairan Gebang Mekar yang

termasuk ke dalam filum Echinodermata terdapat 4 jenis sedangkan di perairan

Losari terdapat 7 jenis (Lampiran 4 dan 11; Gambar 12).

Gambar 12. Jumlah Jenis Biota HTS per Filum di PerairanGebang Mekar dan Perairan Losari.

Terdapat perbedaan Jumlah individu per Filum di perairan Gebang Mekar

dan Losari. Filum Arthropoda di perairan Gebang Mekar dan Losari tidak jauh

berbeda yaitu sebanyak 587 individu dan 368 individu; Filum Moluska lebih

banyak tertangkap di perairan Gebang Mekar yaitu sebanyak 8721 dan di Losari

sebanyak 2153; sedangkan untuk Filum Echinodermata lebih banyak tertangkap di

perairan Losari yaitu sebanyak 2622 dan di peraian Gebang Mekar sebanyak 1562

(Gambar 13).

Gebang mekar

Losari

59

Gambar 13. Jumlah individu HTS per Filum di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.

Perbedaan jenis ini diduga karena adanya perbedaan tipe substrat dasar.

Menurut Hawkes (1978) dalam Farmelia (2007) menyatakan bahwa substrat dasar

perairan terdiri dari sedimen lumpur, pasir, liat dan sedikit substrat keras, yang

merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap komposisi organisme

benthos.

Perairan Gebang Mekar memiliki tipe substrat lempung liat berlumpur

sedangkan perairan Losari memiliki tipe substrat lempung berpasir. Dilihat dari

tipe substratnya, perairan Gebang Mekar mempunyai tipe substrat yang termasuk

ke dalam klasifikasi tanah halus sedangkan perairan Losari yang mempunyai tipe

substrat lempung berpasir termasuk ke dalam klasifikasi tanah agak kasar.

Klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili menurut Hardjowigeno (2010)

terbagi ke dalam 5 famili yaitu kasar (pasir dan pasir berlempung), agak kasar

(lempung berpasir dan lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat

halus, lempung, lempung berdebu dan debu), agak halus (lempung liat, lempung

liat berpasir dan lempung liat berdebu) dan halus (liat berpasir, liat berdebu dan

liat).

Perairan yang mempunyai tipe substrat liat berlumpur relatif lebih subur

dibandingkan dengan perairan yang memiliki tipe substrat berpasir. Hal ini

disebabkan karena substrat yang bertekstur pasir mempunyai butiran yang lebih

0

2000

4000

6000

8000

10000

Jum

lah

(indi

vidu

)

59

Gambar 13. Jumlah individu HTS per Filum di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.

Perbedaan jenis ini diduga karena adanya perbedaan tipe substrat dasar.

Menurut Hawkes (1978) dalam Farmelia (2007) menyatakan bahwa substrat dasar

perairan terdiri dari sedimen lumpur, pasir, liat dan sedikit substrat keras, yang

merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap komposisi organisme

benthos.

Perairan Gebang Mekar memiliki tipe substrat lempung liat berlumpur

sedangkan perairan Losari memiliki tipe substrat lempung berpasir. Dilihat dari

tipe substratnya, perairan Gebang Mekar mempunyai tipe substrat yang termasuk

ke dalam klasifikasi tanah halus sedangkan perairan Losari yang mempunyai tipe

substrat lempung berpasir termasuk ke dalam klasifikasi tanah agak kasar.

Klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili menurut Hardjowigeno (2010)

terbagi ke dalam 5 famili yaitu kasar (pasir dan pasir berlempung), agak kasar

(lempung berpasir dan lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat

halus, lempung, lempung berdebu dan debu), agak halus (lempung liat, lempung

liat berpasir dan lempung liat berdebu) dan halus (liat berpasir, liat berdebu dan

liat).

Perairan yang mempunyai tipe substrat liat berlumpur relatif lebih subur

dibandingkan dengan perairan yang memiliki tipe substrat berpasir. Hal ini

disebabkan karena substrat yang bertekstur pasir mempunyai butiran yang lebih

Gebang mekar

Losari

Filum

59

Gambar 13. Jumlah individu HTS per Filum di Perairan Gebang Mekardan Perairan Losari.

Perbedaan jenis ini diduga karena adanya perbedaan tipe substrat dasar.

Menurut Hawkes (1978) dalam Farmelia (2007) menyatakan bahwa substrat dasar

perairan terdiri dari sedimen lumpur, pasir, liat dan sedikit substrat keras, yang

merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap komposisi organisme

benthos.

Perairan Gebang Mekar memiliki tipe substrat lempung liat berlumpur

sedangkan perairan Losari memiliki tipe substrat lempung berpasir. Dilihat dari

tipe substratnya, perairan Gebang Mekar mempunyai tipe substrat yang termasuk

ke dalam klasifikasi tanah halus sedangkan perairan Losari yang mempunyai tipe

substrat lempung berpasir termasuk ke dalam klasifikasi tanah agak kasar.

Klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili menurut Hardjowigeno (2010)

terbagi ke dalam 5 famili yaitu kasar (pasir dan pasir berlempung), agak kasar

(lempung berpasir dan lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat

halus, lempung, lempung berdebu dan debu), agak halus (lempung liat, lempung

liat berpasir dan lempung liat berdebu) dan halus (liat berpasir, liat berdebu dan

liat).

Perairan yang mempunyai tipe substrat liat berlumpur relatif lebih subur

dibandingkan dengan perairan yang memiliki tipe substrat berpasir. Hal ini

disebabkan karena substrat yang bertekstur pasir mempunyai butiran yang lebih

Gebang mekar

60

besar dibandingkan dengan yang bertekstur liat. Butiran pasir yang besar

mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit untuk menahan air dan

unsur hara sedangkan butiran liat yang halus mempunyai luas permukaan yang

lebih besar sehingga mampu menahan air dan unsur hara. Kemampuan menahan

unsur hara ini yang menyebabkan subur atau tidaknya suatu perairan. Menurut

Wood (1987) dalam Farmelia (2007) menyatakan bahwa sedimen yang kasar

kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak

mengendap.

Banyaknya bahan organik yang terkandung dalam sedimen lumpur

menyebabkan melimpahnya sumber makanan yang berpengaruh terhadap

melimpahnya organisme yang hidup didalamnya. Menurut Nybakken (1998),

bahan organik yang terdapat di pantai berlumpur lebih banyak sehingga makanan

yang tersedia di pantai berlumpur lebih banyak daripada dipantai berpasir.

Kondisi ini menyebabkan lebih banyak organisme yang hidup di pantai lumpur

dan di dataran lumpur terdapat populasi yang sangat padat.

Kepadatan biota di perairan Gebang Mekar didominasi oleh jenis Anadara

antiquata, Pinctada sp dan Placuna placenta yang termasuk ke dalam kelas

Bivalvia. Nilai kepadatan biota-biota tersebut secara berturut-turut yaitu

141,30 g/m2, 98,76 g/m2 dan 47,43 g/m2. Sedangkan kelimpahan biota di perairan

Losari didominasi oleh jenis Holothuria sp, Paracaudina sp yang termasuk ke

dalam kelas Holothuroidea dan jenis Murex sp yang temasuk ke dalam jenis

Gastropoda. Nilai kepadatan ketiga biota tersebut secara berturut-turut yaitu

38,76 g/m2, 29,00 g/m2 dan 17,62 g/m2.

Perbedaan jenis biota yang mendominasi pada kedua perairan tersebut

diduga karena adanya pengaruh parameter fisika kimia perairan. Allard dan

Moreau (1987) dalam APHA (2005) dalam Kharisma dkk (2012) mengemukakan

bahwa keberadaan hewan bentik pada suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai

faktor lingkungan perairan. Faktor-faktor tersebut adalah fisika-kimia perairan

yang diantaranya adalah suhu, salinitas, arus, pH, kedalaman air, dan substrat

dasar. Perbandingan karakteristik perairan Gebang Mekar dan Losari disajikan

pada tabel berikut.

61

Tabel 7. Karakteristik Fisika Kimia Perairan Gebang Mekardan Losari Selama Penelitian

No Parameter Satuan Gebang Mekar Losari Baku mutu *)Nilai kisaran Nilai kisaran

1 Suhu °C 29-36 28-31 28-32

2 pH - 7,32-7,71 7,52-7,72 7-8,5

3 DO mg/l 5,5-6,9 6,8-7,6 ≥5

4 Salinitas °/∞ 27-29 27-29 ≤34

5 Kedalaman M 5-9 8-12 -

6 Arus cm/det 1,0-1,7 2,0-3,8 -

6 Substrat -Lempung liat

berlumpur

Lempung

berpasir-

Sumber : *) KepMen LH no. 51 tahun 2004

Berdasarkan analisa perbandingan terhadap karakteristik fisika kimia

perairan Gebang Mekar dan Losari menunjukkan adanya perbedaan pada

beberapa parameter yaitu suhu, DO, kedalaman perairan dan arus. Perbedaan yang

terjadi diduga berkaitan dengan karakteristik geografis pantai dari kedua lokasi

penelitian. Perairan Gebang Mekar dan Losari berbentuk teluk, namun kondisi

perairan Losari berbentuk teluk yang lebih terbuka dibandingkan dengan kondisi

perairan Gebang yang lebih tertutup (Lampiran 1).

Kecepatan arus di perairan Losari lebih tinggi dibandingkan dengan

perairan Gebang Mekar, hal ini diduga disebabkan oleh angin yang bertiup dari

timur (bulan Juni) terhalang oleh jongor (tanjung) yang merupakan batas antara

perairan Gebang Mekar dan perairan Losari, sehingga kecepatan angin di perairan

Losari lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin di perairan Gebang

Mekar. Kecepatan angin yang tinggi menyebabkan kecepatan arus yang tinggi.

Menurut Nontji (1987), arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang

dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau karena perbedaan dalam densitas air laut

atau dapat juga pula disebabkan oleh gerakan bergelombang panjang.

Perbedaan kecepatan arus diduga dapat menyebabkan tipe substrat yang

terdapat di perairan Gebang Mekar dan Losari berbeda. Perairan Gebang Mekar

yang mempunyai kecepatan arus yang lebih lemah dibandingkan perairan Losari

memiliki tipe substrat yang lebih halus (lempung liat berlumpur) sedangkan

perairan Losari memiliki tipe substrat yang lebih kasar (lempung berpasir).

62

Menurut Nybakken (1988) bahwa pengendapan partikel bergantung pada arus dan

ukuran partikel, partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel

yang lebih kecil dan arus yang kuat mempertahankan partikel dalam suspensi

lebih lama daripada arus yang lemah, sehingga perairan dengan kecepatan arus

yang lemah memiliki tipe substrat yang lebih halus.

Suhu di perairan Losari lebih rendah dari suhu perairan Gebang Mekar.

Kondisi ini diduga berhubungan dengan sirkulasi udara di perairan terbuka lebih

tinggi, dibandingkan dengan perairan tertutup. Suhu yang tinggi menyebabkan

oksigen terlarut (DO) dalam air rendah, sehingga DO di perairan Losari lebih

tinggi dibandingkan di perairan Gebang Mekar (Tabel 7). Menurut Effendi

(2003), semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen semakin berkurang.

Perairan Gebang Mekar yang didominasi oleh jenis Anadara antiquata,

Pinctada sp dan Placuna placenta yang termasuk ke dalam kelas Bivalvia yang

merupakan biota yang hidup pada substrat berlumpur dan merupakan makanan

rajungan. Woodin (1976) dalam Kharisma dkk (2012) menjelaskan bahwa

bivalvia lebih cenderung terdapat melimpah pada perairan pesisir pantai yang

mempunyai sedimen lumpur dan sedimen lunak karena bivalvia merupakan

kelompok hewan pemakan suspensi, penggali dan deposit. Namun rajungan yang

diperoleh di perairan Gebang Mekar jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan

di perairan Losari. Hal ini diduga karena perbedaan kedalaman daerah

penangkapan pada kedua perairan tersebut. Losari yang mempunyai kedalaman

lebih dalam dari perairan Gebang Mekar mempunyai hasil tangkapan rajungan

yang lebih banyak dan berukuran lebih besar. Sedangkan hasil tangkapan rajungan

di perairan Gebang Mekar lebih sedikit dan berukuran lebih kecil.

Perairan Losari yang didominasi oleh jenis Holothuria sp dan

Paracaudina sp yang termasuk ke dalam kelas Holothuroidea yang merupakan

biota yang hidup pada substrat berpasir. Menurut Darsono (2007) menyatakan

bahwa teripang adalah hewan bentik yang lambat geraknya, hidup pada dasar

dengan substrat berpasir, lumpur maupun dalam lingkungan terumbu.

63

4.3.5 Indeks Keseragaman (Similarity Index)

Indeks keseragaman yang diperoleh pada kedua stasiun sebesar 64,37%

(Lampiran 19). Menurut Magurran (1988), nilai tersebut menunjukkan bahwa

perairan Gebang Mekar dan perairan Losari, mempunyai keseragaman jenis biota

yang cenderung sama (>50%). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 28 jenis biota

laut yang sama dari tiga filum yaitu Arthropoda, Moluska dan Echinodermata.

Perbedaan HTS hanya terlihat pada kepadatan biota atau biomassa per daerah

sapuan yang diduga karena perbedaan karakteristik alat garok yang digunakan.

Keseragaman biota diduga karena karakteristik kualitas perairan Gebang

Mekar dan Losari yang masih memenuhi baku mutu kualitas air untuk kehidupan

biota laut dan tekstur substrat kedua perairan relatif sama yang terdiri dari fraksi

pasir, debu dan liat. Namun karena kadarnya berbeda sehingga menyebabkan

biomassa di kedua perairan tersebut berbeda.

37