17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan dianalisis kandungan gizinya. Analisis kandungan gizi yang dilakukan meliputi kadar air, protein, lemak, abu, kalsium, dan karbohidrat by difference. Hasil analisis kimia tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis kimia tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) Komponen Kadar (%)* Kadar(%)** Kadar Air 8,65±0,07 3,40 Kadar Protein 33,50±0,64 16,90 Kadar Lemak 11,65±0,64 1,40 Kadar Abu 41,60±0,28 63,40 Kalsium 30,38±0,00 25,50 Kadar Karbohidrat 4,75±0,92 14,90 *) Hasil Penelitian **) Mulia (2004) Air merupakan komponen penting yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk berkembangbiak dalam produk pangan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa di dalam pengolahan pangan, air sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan atau pengeringan. Kadar air tepung tulang ikan patin yang dihasilkan adalah 8,65±0,07%. Hasil yang diperoleh tersebut ternyata masih lebih tinggi dari kadar air yang dihasilkan dari tepung tulang ikan patin hasil penelitian Mulia (2004). Perbedaan kadar air tersebut dipengaruhi oleh metode pembuatan tepung tulang ikan. Sebelum diperoleh tulang ikan patin, Ikan patin sebelumnya dilakukan proses pengukusan. Hal ini yang mengakibatkan kadar air lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air pada penelitian Mulia (2004). Protein yang terdapat di dalam tepung tulang ikan patin adalah protein kolagen yang akan terdenaturasi akibat pemanasan pada saat proses pembuatan tepung. Kadar protein tepung tulang ikan patin sebesar 33,5±0,64%. Hasil kadar protein ini berbeda dengan hasil penelitian Mulia (2004) sebesar 16,90%. Kadar

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hasil

Citation preview

Page 1: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan

Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang

ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

dianalisis kandungan gizinya. Analisis kandungan gizi yang dilakukan meliputi

kadar air, protein, lemak, abu, kalsium, dan karbohidrat by difference. Hasil

analisis kimia tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis kimia tepung tulang ikan patin

(Pangasius hypopthalmus)

Komponen Kadar (%)* Kadar(%)**

Kadar Air 8,65±0,07 3,40

Kadar Protein 33,50±0,64 16,90

Kadar Lemak 11,65±0,64 1,40

Kadar Abu 41,60±0,28 63,40

Kalsium 30,38±0,00 25,50

Kadar Karbohidrat 4,75±0,92 14,90 *) Hasil Penelitian

**) Mulia (2004)

Air merupakan komponen penting yang dibutuhkan oleh mikroorganisme

untuk berkembangbiak dalam produk pangan. Hal ini merupakan salah satu sebab

mengapa di dalam pengolahan pangan, air sering dikeluarkan atau dikurangi

dengan cara penguapan atau pengeringan.

Kadar air tepung tulang ikan patin yang dihasilkan adalah 8,65±0,07%.

Hasil yang diperoleh tersebut ternyata masih lebih tinggi dari kadar air yang

dihasilkan dari tepung tulang ikan patin hasil penelitian Mulia (2004). Perbedaan

kadar air tersebut dipengaruhi oleh metode pembuatan tepung tulang ikan.

Sebelum diperoleh tulang ikan patin, Ikan patin sebelumnya dilakukan proses

pengukusan. Hal ini yang mengakibatkan kadar air lebih tinggi dibandingkan

dengan kadar air pada penelitian Mulia (2004).

Protein yang terdapat di dalam tepung tulang ikan patin adalah protein

kolagen yang akan terdenaturasi akibat pemanasan pada saat proses pembuatan

tepung. Kadar protein tepung tulang ikan patin sebesar 33,5±0,64%. Hasil kadar

protein ini berbeda dengan hasil penelitian Mulia (2004) sebesar 16,90%. Kadar

Page 2: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

lemak tepung tulang ikan patin sebesar 11,65±0,64%. Hasil kadar lemak ini

berbeda dengan hasil penelitian Mulia (2004) sebesar 1,40%. Lemak pada ikan

tergantung pada spesies. Lokasi geografis, makanan yang dimakan ikan dan

musim. Selain itu, metodologi pembuatan tepung tulang ikan memungkinkan

terjadinya perbedaan kadar lemak. Sisa-sisa daging ikan dari tulang ikan menjadi

salah satu sumber lemak utama. Kadar lemak sangat berpengaruh terhadap daya

awet bahan, apabila kadar lemaknya tinggi maka akan mempercepat ketengikan

akibat terjadinya oksidasi lemak. Sedangkan untuk kadar karbohidrat tepung

tulang ikan patin sebesar 4,75±0,92%. Perhitungan kadar karbohidrat dilakukan

secara by difference.

Kandungan abu dari suatu bahan pangan menunjukkan residu bahan

anorganik yang tersisa setelah bahan organik dalam makanan didestruksi.

Kandungan mineral ditentukan dengan menetapkan kandungan abu dari bahan

tersebut. Abu sisa pembakaran itu dianggap sebagai mineral dari bahan pangan

(Sulaeman et al 1995). Hasil analisis kadar abu tepung tulang ikan patin yang

dihasilkan yaitu 41,6±0,28%.

Tepung tulang ikan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber

kalsium karena mengandung kalsium sebesar 30,38±0,28%. Tepung tulang yang

kaya akan kalsium tentunya tepung tulang yang sudah diolah, terutama bebas

hama. Penggunaan suhu, waktu, dan metode yang berbeda akan menghasilkan

tepung tulang ikan patin dengan kadar kalsium yang berbeda pula (Kaya 2008).

4.2 Karakteristik Cone Es Krim

4.2.1 Karakteristik sensori

Karakteristik sensori merupakan faktor penting untuk mengukur

penerimaan panelis terhadap suatu produk makanan. Parameter sensori yang

diamati meliputi tingkat kesukaan terhadap penampakan, aroma, rasa dan tekstur.

4.2.1.1 Penampakan

Penampakan merupakan parameter utama yang dilihat oleh konsumen

sebelum membeli suatu produk makanan. Penampakan suatu produk merupakan

faktor penarik utama sebelum panelis menyukai sifat mutu sensori yang lainnya

seperti rasa, aroma, dan tekstur (Soekarto dan Hubeis 2000).

Page 3: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Hasil penilaian panelis terhadap cone es krim dengan penambahan tepung

tulang ikan patin berkisar antara 6,46 (agak suka) sampai 7,11 (suka).

Berdasarkan uji Kruskal Wallis diperoleh bahwa penambahan tepung tulang ikan

pada cone es krim tidak berpengaruh nyata terhadap penampakan cone (p>0,05)

(Lampiran 5a). Diagram batang rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap

penampakan cone dengan berbagai konsentrasi tepung tulang ikan disajikan pada

Gambar 5.

Gambar 5. Diagram batang rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap

penampakan cone Keterangan : Angka-angka pada diagram batang yang diikuti dengan huruf superscript yang

berbeda (a,b) menunjukkaan berbeda nyata

Tingkat kesukaan tertinggi terdapat pada cone es krim dengan

penambahan tepung tulang sebanyak 25% dengan nilai 7,11. Sedangkan tingkat

kesukaan terendah terdapat pada cone es krim dengan penambahan tepung tulang

sebanyak 15% dengan nilai 6,46. Namun secara keseluruhan penambahan tepung

tulang ikan dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap cone es krim. Hal ini disebabkan karena bentuk dari cone

yang dihasilkan seragam sehingga meskipun tingkat penambahan tepung tulang

ikan patin semakin besar tidak akan berpengaruh terhadap adonan. Penilaian

tingkat kesukaan panelis terhadap parameter penampakan ini juga meliputi warna

dan bentuk dari cone es krim yang dihasilkan.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0% 5% 10% 15% 20% 25%

6,89 a 7,07 a 7,07 a

6,46 a6,82 a

7,11 a

Nil

ai

rata

-ra

ta p

enam

pak

an

Konsentrasi tepung tulang ikan (%)

Page 4: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

4.2.1.2 Aroma

Aroma merupakan salah satu parameter yang diamati dalam uji sensori.

Dalam banyak hal, kelezatan makanan ditentukan oleh aroma makanan tersebut.

Aroma lebih banyak berhubungan dengan panca indera pembau. Bau-bauan baru

dapat dikenali, bila berbentuk uap dan molekul-molekul komponen bau tersebut

harus sampai menyentuh silia sel olfaktori. Pada umumnya bau yang diterima

oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan campuran empat bau utama, yaitu

harum, asam, tengik, dan hangus (Winarno 1997). Diagram batang rata-rata

tingkat kesukaan panelis terhadap aroma cone dengan berbagai konsentrasi tepung

tulang ikan disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram batang rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma

cone Keterangan : Angka-angka pada diagram batang yang diikuti dengan huruf superscript yang

berbeda (a,b) menunjukkaan berbeda nyata

Hasil uji sensori terhadap aroma cone menunjukkan bahwa nilai rata-rata

kesukaan terhadap aroma cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan

adalah antara 5,96 (netral) dan 6,57 (agak suka). Hasil uji Kruskal Wallis

menunjukkan bahwa tepung tulang ikan patin tidak memberikan pengaruh yang

berbeda nyata pada tingkat kesukaan terhadap cone es krim (p>0,05)

(Lampiran 5a). Artinya panelis mempunyai tingkat kesukaan yang hampir sama

untuk masing-masing cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan patin

yang berbeda. Penambahan tepung tulang ikan patin tidak memberikan bau amis

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0% 5% 10% 15% 20% 25%

6,5 a 6,39 a 6,54 a 6,28 a5,96 a

6,57 a

Nila

i rat

a-ra

ta a

rom

a

Page 5: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

yang berasal dari tulang kepada aroma dari cone yang dihasilkan sehingga cone

disukai oleh panelis.

4.2.1.3 Rasa

Rasa merupakan faktor penentu daya terima konsumen terhadap produk

pangan. Rasa lebih banyak dinilai menggunakan indera pengecap atau lidah.

Faktor rasa memegang peranan penting dalam pemilihan produk oleh konsumen,

karena walaupun kandungan gizinya baik tetapi rasanya tidak dapat diterima oleh

konsumen maka target meningkatkan gizi masyarakat tidak dapat tercapai dan

produk tidak laku (Winarno 1997). Diagram batang rata-rata tingkat kesukaan

panelis terhadap rasa cone dengan berbagai konsentrasi tepung tulang ikan

disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram batang rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa cone Keterangan : Angka-angka pada diagram batang yang diikuti dengan huruf superscript yang

berbeda (a,b) menunjukkaan berbeda nyata

Rasa sangat menentukan kesukaan panelis terhadap suatu produk.

Penambahan tepung tulang ikan pada berbagai konsentrasi memiliki nilai

penerimaan yang bervariasi tergantung pada jumlah tepung tulang ikan yang

ditambahkan. Dari Gambar 7 dapat dilihat rata-rata penerimaan panelis terhadap

rasa cone pada berbagai konsentrasi tepung tulang antara 6,00 (netral) sampai

7,29 (suka). Cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan 25%

cenderung lebih disukai panelis. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa

penambahan tepung tulang ikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0% 5% 10% 15% 20% 25%

6,54 ab 6,5 ab 6,71 ab6,57 ab

6,00 a

7,29 b

Nila

i rat

a-r

ata

ras

a

Konsentrasi tepung tulang ikan (%)

Page 6: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

tingkat kesukaan rasa cone yang dihasilkan (p<0,05) (Lampiran 5a). Berdasarkan

hasil uji lanjut (Lampiran 5b), cone es krim dengan penambahan tepung tulang

ikan 20% berbeda nyata dengan cone es krim dengan penambahan teung tulang

ikan 25%. Hal ini disebabkan karena kandungan kalsium dari tepung tulang ikan

mengakibatkan after taste yaitu sedikit terasa berkapur, namun secara keseluruhan

rasa cone yang dihasilkan masih dapat diterima panelis. Berdasarkan hasil sensori

tersebut, panelis lebih menyukai cone es krim dengan penambahan tepung tulang

ikan 25% dibandingkan dengan cone es krim dengan penambahan tepung tulang

ikan 20%.

4.2.1.4 Tekstur

Tekstur suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh

bahan pangan tersebut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan diperoleh

bahwa perubahan tekstur bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena

dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel olfaktori dan

kelenjar air (Winarno 1997). Diagram batang rata-rata tingkat kesukaan panelis

terhadap tekstur cone dengan berbagai konsentrasi tepung tulang ikan disajikan

pada Gambar 8.

Gambar 8. Diagram batang rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur

cone Keterangan : Angka-angka pada diagram batang yang diikuti dengan huruf superscript yang

berbeda (a,b) menunjukkaan berbeda nyata

Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa, penambahan tepung tulang

ikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada tingkat kesukaan tekstur

0

2

4

6

8

0% 5% 10% 15% 20% 25%

6,54 ab6,21 ab

6,96 bc6,71 ab

5,96 a

7,75 c

Nila

i rat

a-ra

ta t

eks

tur

Konsentrasi tepung tulang ikan (%)

Page 7: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

cone yang dihasilkan (p<0,05) (Lampiran 5a). Penilaian rata-rata terhadap tekstur

cone antara 5,96 (netral) dan 7,75 (suka). Hasil uji lanjut rata-rata tingkat

kesukaan panelis terhadap tekstur (Lampiran 5c) menunjukkan bahwa cone es

krim tanpa penambahan tepung tulang ikan berbeda nyata dengan cone es krim

dengan penambahan tepung tulang ikan sebesar 25%, namun tidak berbeda nyata

dengan penambahan tepung tulang ikan sebesar 5%, 10%, 15%, dan 20%.

Tekstur cone es krim yang paling disukai adalah cone es krim dengan

penambahan tepung tulang ikan 25% sebesar 7,75, namun tingkat kesukaan

panelis terendah pada cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan 20%.

Penilaian uji sensori ini bersifat subjektif.

Adanya peran bahan tambahan seperti soda kue juga dapat memperbaiki

tekstur cone, mempengaruhi elastisitas, dan plastisitas adonan. Apabila suhu awal

pemanggangan rendah, maka diperoleh volume yang lebih besar. Tetapi apabila

kenaikkan suhu kurang cepat, volume yang diperoleh akan kecil. Untuk

menghindari hal yang merugikan tersebut sebaiknya digunakan pemanggangan

yang rata (Winarno 2000).

4.2.2 Karakteristik fisik

4.2.2.1 Karakteristik ketahanan cone menggunakan es krim

Ketahanan cone adalah kekuatan seberapa lama cone dapat menahan es

krim sampai lembek, bocor, dan akhirnya tidak mampu menopang es. Uji ini

bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sampai cone lembek.

Semakin lama waktu yang dibutuhkan sampai cone lembek berarti cone tersebut

semakin bagus. Setiap perubahan yang terjadi pada cone diamati dan dicatat

(Lampiran 6 dan 7). Pengujian ketahanan cone terhadap es ini menggunakan es

krim tradisional dan es krim modern.

Tabel 4. Ketahanan cone terhadap es krim modern dan tradisional

Konsentrasi

Tepung Tulang

Ikan

Es Krim

Tradisional

Es Krim

Modern

Waktu (menit) Waktu (menit)

0 11 15

5 15 19

10 19 20

15 19 20

20 20 20

25 25 25

Page 8: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Kemampuan cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan lebih

mampu menahan es krim lebih lama bila dibandingkan dengan cone es krim

dengan penambahan tepung karagenan (Asni 2004). Hasil penelitian Asni (2004),

menyebutkan bahwa cone es krim dengan penambahan tepung karageenan hanya

mampu menopang es krim selama 11 menit.

Cone es krim lebih tahan dengan es krim modern dibandingkan es krim

tradisional, diduga karena kemampuan meleleh es krim tradisional lebih besar

daripada es krim modern. Pada es krim modern biasanya sudah mengandung zat

pengemulsi yang meningkatkan distribusi kristal halus kandungan air dalam es

krim sehingga tidak mudah mencair (Winarno 1990). Komposisi es krim modern

berbeda dengan komposisi es krim tradisional. Secara umum komposisi es krim

modern terdiri dari lemak susu, susu bubuk, pemanis, pengemulsi, dan total

padatan, sedangkan pada es krim tradisional tidak mengandung pengemulsi

(Prayoga 2008). Es krim dapat terbuat dari produk susu seperti susu bubuk, susu

kental, dan susu skim (Evans 1981). Es krim yang mengandung emulsifier lebih

padat dibandingkan dengan es krim tanpa menggunakan emulsifier (Rahman et al.

1997).

Kemampuan cone es krim untuk menopang es krim lebih dipengaruhi oleh

tekstur dari cone yang dihasilkan. Cone es krim dengan penambahan tepung

tulang ikan 25% memiliki kekerasan yang paling rendah (Gambar 9) dan derajat

pengembangan yang paling tinggi (Gambar 10) selain itu adanya kandungan

protein yang terkandung dalam cone es krim yang bersifat hidrofobik

mengakibatkan cone es krim mampu menopang es lebih lama.

4.2.2.2 Karakteristik kekerasan

Kekerasan adalah besarnya gaya tekan untuk memecah produk pangan.

Semakin kecil angka yang dihasilkan berarti cone semakin tidak keras, dan

sebaliknya semakin besar angka yang dihasilkan berarti cone semakin keras.

Hasil rata-rata uji kekerasan cone es krim berkisar antara 959,375 - 609,375 gf.

Diagram batang rata-rata kekerasan terhadap tekstur cone dengan berbagai

Page 9: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

konsentrasi tepung tulang ikan disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Diagram batang rata-rata kekerasan cone es krim pada berbagai

konsentrasi tepung tulang ikan patin yang berbeda Keterangan : Angka-angka pada diagram batang yang diikuti dengan huruf superscript yang

berbeda (a,b) menunjukkaan berbeda nyata

Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran 9), penambahan tepung tulang

ikan patin tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada tingkat kekerasan

cone es krim (p>0,05). Nilai kekerasan cone es krim dengan penambahan tepung

tulang ikan 25% memiliki tingkat kerenyahan tertinggi dibandingkan dengan cone

es krim lainnya, sedangkan cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan

0% memiliki tingkat kerenyahan yang paling rendah. Penambahan tepung tulang

ikan yang terlalu sedikit tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

kekerasan cone es krim.

Kekerasan cone es krim dipengaruhi oleh tepung terigu yang digunakan.

Semakin tinggi penambahan tepung tulang ikan, maka semakin sedikit kandungan

tepung terigu yang ditambahkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Matz (1978),

tingginya kandungan amilosa dari tepung yang digunakan akan menyebabkan

tekstur yang keras dan penampakan yang kasar.

4.2.2.3 Derajat pengembangan

Derajat pengembangan menunjukkan pengembangan cone es krim setelah

mengalami proses pemasakan. Cone es krim yang dihasilkan memiliki tingkat

pengembangan antara 0,17%-1,13%. Diagram batang derajat pengembangan

cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan patin yang berbeda dapat

dilihat pada Gambar 10 dibawah ini.

0

200

400

600

800

1000

1200

0% 5% 10% 15% 20% 25%

959,375 a871,875 a

693,75 a 684,375 a625 a 609,375 a

Ke

kera

san

(gf

)

Konsentrasi tepung tulang ikan (%)

Page 10: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Gambar 10. Diagram batang derajat pengembangan cone es krim dengan

penambahan tepung tulang ikan patin Keterangan : Angka-angka pada diagram batang yang diikuti dengan huruf superscript yang

berbeda (a,b) menunjukkaan berbeda nyata

Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran 11a), menunjukkan hasil bahwa

penambahan tepung tulang ikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada

derajat pengembangan cone es krim yang dihasilkan (p<0,05). Persentase

pengembangan untuk cone dengan penambahan tepung tulang ikan 0% memiliki

nilai pengembangan 0,17%, cone dengan penambahan tepung tulang ikan 5%

memiliki nilai pengembangan 0,25%, cone dengan penambahan tepung tulang

ikan 10% memiliki nilai pengembangan 0,28%, cone dengan penambahan tepung

tulang ikan 15% memiliki nilai pengembangan 0,55%, cone dengan penambahan

tepung tulang ikan 20% memiliki nilai pengembangan 0,86 %, dan cone dengan

penambahan tepung tulang ikan 25% memiliki nilai pengembangan 1,13%.

Cone es krim tanpa penambahan tepung tulang ikan berbeda nyata dengan

cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan sebesar 15%, 20%, dan

25%, tetapi tidak berbeda nyata dengan cone es krim dengan penambahan tepung

tulang ikan 5% dan 10% (Lampiran 11b). Derajat pengembangan cone es krim

dipengaruhi oleh adanya kandungan pati pada bahan. Gelatinisasi dipengaruhi

oleh waktu dan suhu (Yamamoto et al. 2004). Kandungan amilopektin pada sagu

lebih mempengaruhi derajat pengembangan cone dibandingkan dengan

amilopektin pada terigu. Adanya kandungan amilosa pada bahan mengakibatkan

bahan kurang mengembang. Besarnya kandungan amilosa pada terigu dapat

mencapai 26,85% atau lebih (Armstrong et al. 2006). Menurut Zarguili et al.

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

0% 5% 10% 15% 20% 25%

0,17 a0,25 a 0,28 a

0,55 b

0,85 c

1,13 d

Pre

sen

tase

Pe

nge

mb

anga

n

Konsentrasi tepung tulang ikan (%)

Page 11: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

2005 pati pula digunakan di industri makanan untuk berbagai aplikasi seperti

thickener, penstabil koloid, dan gelling agent.

4.2.3 Kalsium

Kalsium merupakan unsur kelima dan kation terbanyak di dalam tubuh,

yaitu 1,5-2% dari seluruh tubuh. Lebih dari 99% kalsium terdapat di dalam tulang

rawan dan gigi, sisanya di dalam cairan tubuh dan jaringan lunak (Nasoetion et al.

1995). Diagram batang kadar kalsium pada cone dapat disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Diagram batang kadar kalsium cone dengan penambahan tepung

tulang ikan patin Keterangan : Angka-angka pada diagram batang yang diikuti dengan huruf superscript yang

berbeda (a,b) menunjukkaan berbeda nyata

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, kadar kalsium pada cone

tepung tulang ikan berkisar antara 0,112-1,035%. Kadar kalsium meningkat

seiring dengan peningkatan konsentrasi tepung tulang ikan yang diberikan pada

cone es krim. Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran 12a), didapatkan

pengaruh penambahan tepung tulang ikan patin memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap cone es krim. Berdasarkan hasil uji lanjut (Lampiran

12b), cone es krim tanpa penambahan tepung tulang ikan memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan

sebesar 15%, 20%, dan 25%, tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda

nyata terhadap cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan 5% dan 10%.

Tingginya kadar kalsium disebabkan karena adanya bahan yang mengandung

kalsium yang cukup tinggi. Semakin tinggi penambahan konsentrasi tepung

tulang ikan semakin besar pula kadar kalsium yang diamati. Kebutuhan tubuh

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0% 5% 10% 15% 20% 25%

0,112 a

0,432 ab 0,491 ab

0,776 bc

0,99 c 1,035 c

Pre

sen

tase

Kad

ar K

alsi

um

Konsentrasi tepung tulang ikan (%)

Page 12: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

akan kalsium dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung

kalsium lainnya. Konsumsi susu, keju dan produk susu lainnya dikaitkan dengan

konsumsi kalsium yang tinggi (Down et al. 2003).

4.2.4 Karakteristik total mikroba

Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah karena pertumbuhan

aktivitas mikroba (bakteri, kapang, dan khamir) serta aktivitas enzim-enzim di

dalam bahan pangan. Total Plate Count bertujuan untuk menghitung semua

mikroba yang tumbuh dalam produk, tidak hanya saja kapang khamir tetapi juga

bakteri. Analisis kuantitatif mikroorganisme pada bahan pangan sangat penting

dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Uji total mikroba dilakukan

dengan menggunakan metode TPC. Prinsip dari metode hitung cawan adalah jika

sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad

renik tersebut akan berkembang biak membentuk koloni yang dapat dilihat

langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz

1992).

Metode Total Plate Count lebih akurat dibandingkan dengan pengamatan

langsung melalui mikroskop. Setiap sel yang hidup akan berkembang menjadi

satu koloni. Jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan indeks bagi

mikroorganisme dalam sampel dapat hidup. Metode hitung cawan juga

mempunyai kelemahan-kelemahan, diantaranya hasil perhitungan tidak

menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya karena beberapa berdekatan mungkin

membentuk satu koloni (Fardiaz 1992). Total mikroba dalam cone es krim

dengan penambahan tepung tulang ikan patin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Total mikroba dalam cone es krim dengan penambahan tepung tulang

ikan patin Konsentrasi

Tepung

Tulang

Ikan (%)

Jumlah

mikroba Nilai

log

mikroba (koloni/gram)

0 7,7x103 3,89

a

5 2,7x103 3,44

a

10 1,9x103 3,30

a

15 5,0x102 2,70

a

20 4,7x102 2,68

a

25 3,0x102 2,48

a

Page 13: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa jumlah mikroba antara

7,7 x 103-3,0 x 10

2 koloni/gram. Jumlah mikroba tertinggi pada cone es krim

dengan penambahan tepung tulang ikan sebanyak 0% sebesar

7,7 x 103

koloni/gram, sedangkan jumlah mikroba terendah terdapat pada cone es

krim dengan penambahan tepung tulang ikan sebanyak 25% sebesar

3,0 x 102

koloni/gram. Berdasarkan hasil perhitungan uji ANOVA

(Lampiran 14), menunjukkan hasil bahwa penambahan tepung tulang ikan tidak

memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada total mikroba cone es krim yang

dihasilkan (p>0,05).

4.3 Pemilihan Cone Es Krim Terbaik Berbasis Indeks Kinerja

Penentuan cone es krim terbaik dilakukan dengan menggunakan metode

Bayes. Metode Bayes digunakan untuk mendapatkan cone es krim terbaik

didasarkan pada total nilai tertinggi pada masing-masing perlakuan. Parameter

yang dibobot dalam metode ini adalah parameter objektif (kadar kalsium,

ketahanan cone terhadap es krim, uji kekerasan, derajat pengembangan, dan

analisis mikrobiologi) dan parameter subjektif (uji organoleptik : penampakan,

aroma, rasa, dan tekstur). Nilai kepentingan setiap masing-masing parameter

didasarkan pada skala 1-3 yaitu 1 mewakili biasa, 2 mewakili penting, dan

3 mewakili sangat penting. Nilai kepentingan parameter objektif cone es krim

diberi nilai yang sama yaitu 3 karena dianggap paling penting dan diuji secara

objektif. Sedangkan pemberian nilai kepentingan pada parameter subjektif

didasarkan pada tingkat penerimaan panelis. Penilaian kepentingan setiap

parameter terdapat pada Tabel 6.

Bobot dari setiap parameter diperoleh berdasarkan manipulasi matriks.

Matriks diperoleh dari perbandingan nilai kepentingan antar parameter kemudian

dikuadratkan. Nilai bobot diperoleh dari perbandingan antara hasil penjumlahan

setiap baris matriks dengan nilai total hasil penjumlahan baris matriks. Nilai

bobot kemudian dikalikan dengan nilai rangking.

Page 14: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Tabel 6. Karakteristik dan nilai kepentingan parameter objektif dan subjektif

Skala nilai rangking pada parameter yang digunakan berkisar antara 1-6

sesuai dengan konsentrasi tepung tulang ikan patin yang digunakan (0%, 5%,

10%, 15%, 20%, dan 25%). Total nilai hasil perkalian antara nilai rangking

dengan nilai bobot digunakan untuk menentukan cone es krim terbaik. Total nilai

yang tertinggi yang didapatkan merupakan cone es krim terbaik. Hasil

perhitungan metode Bayes dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil perhitungan metode bayes

Parameter Analisis Dasar Pertimbangan Nilai

Kepentingan

A. Objektif

Kadar Kalsium

Kadar kalsium berhubungan untuk meningkatkan

kandungan kalsium bahan pangan 3

Uji Ketahahan Cone

terhadap Es Krim

Berhubungan dengan berapa lama waktu yang dibutuhkan

cone untuk menopang es krim 3

Uji Kekerasan Uji kekerasan berhubungan dengan tingkat kerenyahan dari

produk 3

Derajat pengembangan Berhubungan dengan pengembangan produk 3

Analisis mikrobiologi Total mikroba berhubungan dengan jumlah mikroorganisme

pada produk cone es krim 2

B. Subjektif

Penampakan

Penampakan berhubungan dengan penampilan cone es krim

secara keseluruhan 1

Aroma Aroma berhubungan dengan bau dari cone es krim 2

Rasa Rasa merupakan respon lidah terhadap rangsangan yang

diberikan 2

Tekstur Tekstur berhubungan dengan pembentukan pada cone es

krim 3

Perlakuan Konsentrasi Tepung Tulang Ikan Nilai

Bobot 0 5 10 15 20 25

Parameter

Objektif

Kadar Kalsium 1 2 3 4 5 6 0,1239

Uji

Ketahahan

Cone

terhadap Es

Krim 1 2 3 4 5 6 0,1239

Uji Kekerasan 1 2 3 4 5 6 0,1239

Derajat

pengembangan 1 2 3 4 5 6 0,1239

Analisis

Mikrobiologi 1 2 3 4 5 6 0,1089

Parameter

Subjektif

Penampakan 3 4 4 1 2 5 0,054

Aroma 4 3 5 2 1 6 0,1089

Rasa 3 2 5 4 1 6 0,1089

Tekstur 3 2 5 4 1 6 0,1239

Total

Nilai 1,9003 2,21694 3,7373 3,620141 3,4713 5,946

Peringkat 6 5 2 3 4 1

Page 15: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Nilai kadar kalsium pada tiap perlakuan diberikan tingkatan rangking

sesuai dengan jumlah kalsium yang terkandung dalam cone es krim. Berdasarkan

hasi uji statistik, semakin tinggi konsentrasi tepung tulang ikan yang ditambahkan

memiliki kadar kalsium yang semakin tinggi. Semakin tinggi kadar kalsium

dalam cone diberi tingkatan yang paling tinggi. Nilai ketahanan cone terhadap es

krim diberikan tingkatan rangking sesuai dengan cone es krim yang mampu

menopang es krim lebih lama. Derajat pengembangan diberi tingkatan rangking

sesuai dengan nilai persentase pengembangan cone. Untuk nilai analisis mikroba

dilihat dari jumlah mikroba. Semakin kecil jumlah mikroba dari tiap-tiap

konsentrasi diberi rangking yang paling besar. Perhitungan metode Bayes

dilakukan setelah dilakukan uji statistik dari masing-masing parameter yang diuji.

Nilai rangking yang diberikan pada parameter subjektif diberikan

berdasarkan tingkat kesukaan panelis dari hasil uji organoleptik. Dengan

memperhatikan konsentrasi tepung tulang ikan yang diberikan.

Hasil perhitungan terbesar adalah cone es krim dengan penambahan

tepung tulang ikan 25% yaitu dengan nilai 5,946 sehingga cone es krim dengan

penambahan tepung tulang ikan patin 25% merupakan cone es krim terbaik

dibandingkan dengan cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan patin

0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%.

4.4 Informasi Komposisi Kimia Cone Es Krim Terbaik

Cone es krim terbaik yang diperoleh berdasarkan metode Bayes adalah

cone es krim dengan penambahan tepung tulang ikan sebayak 25%. Cone es krim

terpilih berdasarkan kadar kalsium, ketahanan cone terhadap es krim, kekerasan,

derajat pengembangan, analisis mikrobiologi, dan uji sensori yang dilakukan.

Komposisi kimia cone es krim terpilih dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi kimia cone es krim

Komponen Cone es krim 25% Cone es krim 0%

Kadar Air 2,57±0,29 3,41±0,47

Kadar Protein 2,42±0,01 0,81±0,97

Kadar Lemak 1,52±0,07 1,57±0,02

Kadar Abu 2,08±0,04 1,09±0,01

Kadar Kalsium 1,03±0,00 0,11±0,00

Kadar Karbohidrat 91,41±0,31 93,09±,.45

Page 16: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

Pengujian proksimat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui

komposisi kimia yang terdapat dalam cone es krim tersebut. Komposisi kimia

yang dihitung adalah kadar air, protein, lemak, abu, kalsium dan karbohidrat. Air

merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan adonan

karena fungsinya sebagai pelarut bahan-bahan dan pembentuk tekstur produk.

Hasil analisis kadar air pada cone es krim terbaik yaitu 2,57±0,29%, sedangkan

kadar air pada cone es krim tanpa penambahan tepung tulang ikan patin sebesar

3,41±0,47%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kaya (2008) yaitu penambahan

tepung tulang ikan patin ternyata tidak menyebabkan peningkatan kadar air tetapi

menyebabkan penurunan kadar air. Hal tersebut mungkin disebabkan karena

teung tulang ikan patin merupakan produk kering dengan kadar air yang rendah

sehingga pada saat ditambahkan ke dalam adonan tepung tulang ikan patin

menyerap air yang ada dalam adonan. Selain itu nilai kadar air dipengaruhi oleh

suhu dan lama waktu pemanggangan.

Berdasarkan hasil pengujian kadar protein, nilai kadar protein pada cone es

krim terbaik sebesar 2,42±0,01%, sedangkan cone es krim tanpa penambahan

tepung tulang ikan patin sebesar 0,81±0,97%. Kadar protein pada cone es krim

dipengaruhi oleh kandungan bahan yang menyusun cone es krim. Peningkatan

kadar protein cone es krim disebabkan adanya tambahan protein dari tepung

tulang ikan patin.

Kadar lemak pada cone es krim terbaik yaitu 25% memiliki kadar lemak

sebesar 1,52±0,07%, sedangkan kadar lemak pada cone es krim tanpa

penambahan tepung tulang ikan sebesar 1,57±0,02%. Kadar lemak pada cone es

krim dipengaruhi oleh bahan yang digunakan dalam pembuatan cone es krim.

Abu merupakan ukuran dari komponen anorganik yang ada dalam suatu

bahan makanan. Hasil analisa kadar abu pada cone es krim terbaik yaitu sebesar

2,08±0,04%, sedangkan kadar abu pada cone es krim tanpa penambahan tepung

tulang ikan sebesar 1,09±0,01%. Tepung tulang ikan mengandung kadar abu

khususnya kalsium yang cukup sehingga memberikan sumbangan bagi

peningkatan kadar kalsium pada cone es krim. Kadar kalsium pada cone es krim

dengan penambahan tepung tulang ikan sebesar 1,03±0,00%, sedangkan kadar

Page 17: BAB IV Hasil Dan Pembahasan

kalsium pada cone es krim tanpa penambahan tepung tulang ikan sebesar

0,11±0,00%.

Kadar karbohidrat pada cone es krim tanpa penambahan tepung tulang ikan

sebesar 93,09±0,45%, sedangkan cone es krim dengan penambahan tepung tulang

ikan memiliki kadar karbohidrat sebesar 91,41±0,31%.