18
59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian Validitas instrumen diuji dengan alat analisis Korelasi Pearson antara item dengan total item. Jika nilai korelasi di atas 0.30, mengindikasikan item tersebut valid. Sebaliknya jika nilai korelasi di bawah 0.30 mengindikasikan item tersebut tidak valid, dan layak untuk tidak diikutsertakan pada tahap selanjutnya. Sedangkan reliabilitas instrumen diuji dengan alat analisis Alpha Cronbach.Jika nilai koefisien alpha cronbach di atas 0.60 mengindikasikan instrumen reliabel, sebaliknya jika nilai koefisien alpha cronbach di bawah 0.60 mengindikasikan instrumen tidak reliabel. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas da reliabilitas insrtumen penelitian pada setiap variable. Berikut disajikan pengujian selengkapnya. Tabel 4.1. Uji validitas dan Reliabilitas Variable Penelitian Variabel Indika tor Korel asi Alp ha Keterangan Beban Kerja X1.1 0.904 0.7 82 Valid dan Reliabel ( X1) X1.2 0.908 Tingkat Kompetensi Teknologi X2.1 0.658 0.6 25 Valid dan Reliabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

59

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian

Validitas instrumen diuji dengan alat analisis

Korelasi Pearson antara item dengan total item. Jika nilai

korelasi di atas 0.30, mengindikasikan item tersebut

valid. Sebaliknya jika nilai korelasi di bawah 0.30

mengindikasikan item tersebut tidak valid, dan layak

untuk tidak diikutsertakan pada tahap selanjutnya.

Sedangkan reliabilitas instrumen diuji dengan alat

analisis Alpha Cronbach.Jika nilai koefisien alpha

cronbach di atas 0.60 mengindikasikan instrumen

reliabel, sebaliknya jika nilai koefisien alpha cronbach di

bawah 0.60 mengindikasikan instrumen tidak reliabel. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan

pengujian validitas da reliabilitas insrtumen penelitian

pada setiap variable. Berikut disajikan pengujian

selengkapnya. Tabel 4.1. Uji validitas dan Reliabilitas Variable Penelitian

Variabel Indikator

Korelasi

Alpha Keterangan

Beban Kerja X1.1 0.904 0.782

Valid dan Reliabel

( X1) X1.2 0.908

Tingkat Kompetensi Teknologi X2.1 0.658

0.625

Valid dan Reliabel

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

60

(X2) X2.2 0.718

X2.3 0.731

Technostress Y1.1 0.627 0.727

Valid dan Reliabel

(Y1) Y1.2 0.736

Y1.3 0.363

Kinerja Y2.1 0.535 0.699

Valid dan Reliabel

(Y2) Y2.2 0.633

Y2.3 0.716

Y2.4 0.643

Y2.5 0.571

Y2.6 0.498

Y2.7 0.585 Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa semua item

dari variable beban kerja, tingkat kompetensi teknologi,

technostress, dan kinerja memiliki nilai korelasi

keseluruhan di atas 0.30, sehingga seluruh Indikator

dinyatakan valid.

Demikian pula nilai koefisien alpha cronbach di

atas 0.60 sehingga instrumen variabel Beban kerja,

Tingkat Kompetensi Teknologi, Technostress, dan Kinerja

dinyatakan telah valid dan reliabel

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

61

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian

4.2.1. Deskripsi Variabel Beban Kerja (X1)

Berikut disajikan deskripsi Variabel Beban Kerja

selengkapnya

Tabel 4.2 Persentase Jawaban Responden

Indikator Persentase Jawaban (%)

rata-rata STS TS N S SS

X1.1 0.00 0.00 2.31 54.62 43.08 4.41

X1.2 0.00 0.77 4.62 44.62 50.00 4.44

Rata-rata variable 4.42 Berdasarkan table di atas, dari nilai rata-rata

terlihat bahwa responden lebih mementingkan indicator

kedua (X1.2) daripada indicator pertama (nilai rata-rata

tertinggi sebesar 4.44). Artinya responden menilai Beban

kerja paling utama dari indicator kedua.

4.2.2. Deskripsi Variabel Tingkat Kompetensi Teknologi (X2)

Berikut disajikan dekripsi Variabel Tingkat Kompetensi Teknologi selengkapnya

Tabel 4.3 Persentase Jawaban Responden

Indikator Persentase Jawaban (%)

rata-rata STS TS N S SS

X2.1 0.77 3.08 5.38 59.23 31.54 4.18

X2.2 1.54 5.38 13.85 53.08 26.15 3.97

X2.3 1.54 21.54 13.08 44.62 19.23 3.58

Rata-rata variabel 3.91

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

62

Berdasarkan table di atas, dari niliai rata-rata

terlihat bahwa responden lebih mementingkan indicator

pertama (X2.1) daripada indicator pertama (nilai rata-rata

terbesar 4.18). Artinya responden menilai Tingkat

Tekonlogi Kompetensi paling utama dari indicator

pertama.

4.2.3 Deskripsi Variabel Technostress (Y1) Berikut disajikan dekripsi Variabel Technostress selengkapnya

Tabel 4.4 Persentase Jawaban Responden

Indikator Persentase Jawaban (%)

rata-rata STS TS N S SS

Y1.1 0.00 0.00 1.54 47.69 50.77 4.49

Y1.2 0.00 0.77 2.31 56.15 40.77 4.37

Y1.3 0.00 2.31 6.92 54.62 36.15 4.25

Rata-rata variabel 4.37 Berdasarkan table di atas, dari niliai rata-rata

terlihat bahwa responden lebih mementingkan indikator

pertama (Y1.1) daripada indicator yang lain (nilai rata-rata

terbesar 4.49). Artinya responden menilai Technostress

paling utama dari indicator pertama.

4.2.4. Deskripsi Variabel Kinerja (Y2) Berikut disajikan dekripsi Variabel KInerja selengkapnya

Tabel 4.5 Persentase Jawaban Responden

Indikator Persentase Jawaban (%)

rata-rata STS TS N S SS

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

63

Y2.1 0.77 3.08 17.69 63.08 15.38 3.89

Y2.2 0.00 0.77 0.77 58.46 40.00 4.38

Y2.3 0.00 0.00 2.31 58.46 39.23 4.37

Y2.4 0.00 0.77 3.08 61.54 34.62 4.30

Y2.5 0.00 0.77 2.31 51.54 45.38 4.42

Y2.6 0.00 0.00 0.00 55.38 44.62 4.45

Y2.7 0.00 0.00 0.77 61.54 37.69 4.37

Rata-rata variabel 4.31 Berdasarkan table di atas, dari niliai rata-rata

terlihat bahwa responden lebih mementingkan indicator

keenam (Y2.6) daripada indicator yang lain (nilai rata-rata

terbesar 4.45). Artinya responden menilai Kinerja paling

utama dari indicator keenam.

4.3 Hasil Analisis SEM 4.3.1. Pengujian Asumsi SEM

Terdapat beberapa pengujian asumsi yang dilakukan dalam SEM, yaitu normalitas, linieritas dan outlier.

a. Normalitas

Berdasarkan Lampiran 3, diperoleh nilai critical

ratio sebesar 1.542 dengan nilai kritis Zhitung untuk 5%

adalah sebesar 1.96. Karena nilai mutlak CR untuk

multivariate sebesar 1.015 < 1.96 maka asumsi

normalitas multivariate terpenuhi.

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

64

b. Tidak adanya outlier

Pemeriksaan terhadap oultiers multivariat dilakukan menggunakan kriteria mahalanobis pada tingkat p<0.001. Mahalanobis distance dievaluasi menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar banyaknya paramter dalam model yang digunakan yaitu=89 dimana dari tabel statistik diperoleh 2

89 = 135.98.

Dari tabel Mahalanobis distance (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa titik observasi yang paling jauh adalah responden pertama dengan nilai Md=61.035. Jika dibandingkan dengan nilai 2

89 = 135.98. maka nilai Md titik pertama < 135.98, maka disimpulkan bahwa semua titik observasi bukan merupakan outlier. 4.3.2. Goodnesss of Fit SEM

Hasil pengujian goodness of fit overall model, sesuai dengan hasil analisis SEM pada Lampiran 3, guna mengetahui apakah model hipotetik didukung oleh data empirik, diberikan tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Goodness Of Fit Overall Model

Kriteria Cut-of value Hasil Model Keterangan

CMIN/DF ≤ 2.00 1.511 Model Baik

GFI 0.90 0.804 Model Kurang Baik

AGFI 0.90 0.767 Model Kurang Baik

CFI 0.95 0.840 Model Kurang Baik

RMSEA ≤ 0.08 0.063 Model Baik

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

65

Hasil pengujian Goodness of Fit Overall berdasarkan

Gambar dan Tabel di atas, Menurut Arbuckle dan

Wothke, dalam Solimun (2009), kriteria terbaik yang

digunakan sebagai indikasi kebaikan model adalah nilai

Chi Square/DF yang kurang dari 2, dan RMSEA yang di

bawah 0.08. Pada penelitian ini, nilai CMIN/DF dan

RMSEA telah memenuhi nilai cut off. Oleh karena itu

model SEM pada penelitian ini cocok dan layak untuk

digunakan, sehingga dapat dilakukan interpretasi guna

pembahahasan lebih lanjut.

4.3.3. Model Pengukuran

Model pengukuran diukur dari nilai loading factor

(standardize coefficient) pada setiap indikator ke variabel

laten. Nilai loading factor menunjukkan bobot dari setiap

indikator sebagai pengukur dari masing-masing variabel.

Indikator dengan loading factor besar menunjukkan

bahwa indikator tersebut sebagai pengukur variabel yang

terkuat (dominan).

Hasil analisis faktor konfirmatori terhadap

indikator-indikator dari keempat variabel disajikan

sebagai berikut :

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

66

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Measurement Model Variabel Beban Kerja (X1)

Indikator Standardize P-Value X1.1 1.077 fix X1.2 0.596 0.001

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2012 (Lampiran 3)

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada

indikator pertama (X1.1) dan kedua (X1.2), memiliki nilai

koefisien standardize atau loading factor dengan indikator

dinyatakan fix dan memiliki p-value < 0.05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa kedua indikator signifikan

mengukur variabel Beban Kerja (X1). Dari nilai

standardize terbesar yaitu pada indicator pertama

menunjukkan variable Beban Kerja (X1) diukur paling

dominan ole indicator pertama (X1.1) yaitu Persepsi

karyawan mengenai jumlah pekerjaan yang harus

diselesaikan, seperti work-orde, trouble shooting, proyek,

trial produk baru.

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Measurement Model Variabel

Tingkat Kompetensi Teknologi (X2) Indikator Standardize P-Value

X2.1 0.840 fix X2.2 0.804 0.001 X2.3 0.741 0.001

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada

indikator pertama (X2.1), kedua (X2.2), dan ketiga (X2.3)

memiliki nilai koefisien standardize atau loading factor

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

67

dengan indikator dinyatakan fix dan memiliki p-value <

0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga indikator

signifikan mengukur variabel Tingkat Kompetensi

Teknologi (X2). Dari nilai standardize terbesar yaitu pada

indicator pertama menunjukkan variable Tingkat

Kompetensi Teknologi (X2) diukur paling dominan ole

indicator pertama (X2.1) yaitu Kompetensi Teknologi

Mekatronika.

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Measurement Model Variabel Yechnostress (Y1)

Indikator Standardize P-Value Y1.1 0.455 0.001 Y1.2 0.391 0.001 Y1.3 0.508 0.001

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada

indikator pertama (Y1.1), kedua (Y1.2), dan ketiga (Y1.3)

memiliki nilai koefisien standardize atau loading factor

dengan p-value < 0.05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ketiga indikator signifikan mengukur variabel

technostress (Y1). Dari nilai standardize terbesar yaitu

pada indicator ketiga menunjukkan variable technostress

(Y1) diukur paling dominan oleh indicator ketiga (Y1.3)

yaitu perubahan watak dan kepribadian.

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Measurement Model Variabel Kinerja (Y2)

Indikator Standardize P-Value Y2.1 0.327 0.005 Y2.2 0.588 0.001 Y2.3 0.645 0.001

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

68

Y2.4 0.480 0.001 Y2.5 0.521 0.001 Y2.6 0.408 Fix Y2.7 0.484 0.001

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada

ketujuh indikator memiliki nilai koefisien standardize

atau loading factor dengan indikator dinyatakan fix dan

memiliki p-value < 0.05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ketujuh indikator signifikan mengukur variabel

Kinerja (Y2). Dari nilai standardize terbesar yaitu pada

indicator ketiga menunjukkan variable Kinerja (Y2) diukur

paling dominan oleh indicator ketiga (Y2.3) yaitu Target

jumlah proyek yang bisa diselesaikan.

4.3.4. Model Struktural

Dalam model struktural ini, diuji sebelas hipotesis

hubungan antar variabel (pengaruh langsung). Berikut

disajikan secara lengkap hasil pengujian hubungan antar

variabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.11 Pengujian Hipotesis SEM

Hubungan Antar Variabel

Koefisien P-value

Keterangan

Beban Kerja (X1) Technostress (Y1)

0.415 0.002 Signifikan

Tingkat Kompetensi Teknologi (X2) Technostress (Y1)

-0.454 0.001 Signifikan

Technostress (Y1) -0.940 0.001 Signifikan

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

69

Kinerja (Y2) Beban Kerja (X1)

Technostress (Y1) Kinerja (Y2)

-0.390 - Signifikan

Tingkat Kompetensi Teknologi (X2)

Technostress (Y1) Kinerja (Y2)

0.427 - Signifikan

Keterangan: tanda * menyatakan signifikan pada tingkat kesalahan 5%s Secara grafis disajikan sebagai berikut:

Berdasar atas tabel dan gambar di atas, maka hasil

pengujian model struktural disajikan sebagai berikut :

1. Pengaruh Beban Kerja terhadap Technostress memiliki

koefisien sebesar 0.415 dengan p-value < alfa (0.05)

sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh

signifikan antara Beban Kerja terhadap Technostress.

Karena koefisien bertanda positif (0.415) mengindikasikan

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

70

hubungan keduanya searah. Artinya semakin tinggi

Beban Kerja, semakin tinggi pula Technostress.

2. Pengaruh Tingkat Kompetensi Teknologi terhadap

Technostress memiliki koefisien sebesar -0.454 dengan p-

value < alfa (0.05) sehingga dapat dikatakan bahwa

terdapat pengaruh signifikan antra Tingkat Kompetensi

Teknologi terhadap Technostress. Karena koefisien

bertanda negatif (-0.454) mengindikasikan hubungan

keduanya berbanding terbalik. Artinya semakin tinggi

Tingkat Kompetensi Teknologi, semakin rendah

Technostress.

3. Pengaruh Technostress terhadap Kinerja memiliki

koefisien sebesar -0.940 dengan p-value < alfa (0.05)

sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh

signifikan antra Technostress terhadap Kinerja Karyawan

bagian engineering. Karena koefisien bertanda negative (-

0.940) mengindikasikan hubungan keduanya berbanding

terbalik. Artinya semakin tinggi Technostress, semakin

rendah Kinerja Karyawan bagian engineering.

4. Pengaruh Technostress sebagai variabel mediasi dalam

hubungan pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja pada

karyawan yang bekerja pada industri yang mempunyai

keharusan untuk mempergunakan peralatan produksi

berteknologi tinggi memiliki koefisien sebesar -0.390

(0.415x-0.940). Sehingga hal ini dapat dikatakan bahwa

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

71

terdapat pengaruh yang signifikan antara Beban Kerja

terhadap Kinerja melalui Technostress sebagai variable

mediasinya. Selanjutnya, karena koefisien bertanda

negative (-0.390) maka hal tersebut mengindikasikan

hubungan berbanding terbalik. Artinya semakin tinggi

Beban Kerja, semakin rendah Kinerja karyawan

engineering jika Technostress tinggi.

5. Pengaruh Technostress sebagai variabel mediasi dalam

hubungan pengaruh kompetensi teknologi otomasi

terhadap kinerja pada karyawan yang bekerja pada

industri yang mempunyai keharusan untuk

mempergunakan peralatan produksi berteknologi tinggi

memiliki koefisien sebesar -0.427 (-0.454x-0.940).

Sehingga hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara Tingkat Kompetensi

Teknologi terhadap Kinerja melalui Technostress. Karena

koefisien bertanda positif (0.427), maka mengindikasikan

hubungan searah. Artinya semakin tinggi Tingkat

Kompetensi Teknologi, semakin tinggi Kinerja karyawan

engineering jika Technostress tinggi.

4.5. Pembahasan Perubahan penggunaan teknologi yang sangat cepat

pada sebuah perusahaan multinasional yang

memproduksi non diary creamer telah membawa

perubahan dalam tuntutan kinerja organisasi agar

mampu bertahan dan bahkan memenangkan persaingan

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

72

(Rhenald Kasali: 2010). Hal ini telah membawa dampak

pada setiap individu yang bekerja dalam sebuah

organisasi untuk juga menghasilkan kinerja yang lebih

baik secara berkelanjutan, baik dari kuantitas maupun

kualitasnya. Kinerja individu yang lebih baik menurut

Prawirosentono (1999), hanya akan bisa dihasilkan oleh

individu yang mempunyai keahlian yang tinggi dan

kesediaannya untuk bekerja. Artinya, setiap individu

harus menjadi semakin ahli dan semakin bekerja keras

jika menginginkan pencapaian kinerja yang lebih baik

secara berkelanjutan agar terus bisa bekerja di organisasi

tersebut, dan bahkan mendapatkan kenaikan jabatan

atau imbalan lainnya. Namun demikian, tidak selamanya

proses untuk menjadi seorang ahli tersebut bisa

dilakukan dengan lancar dan tanpa hambatan apapun.

Sebaliknya, berbagai batasan dan penghalang seringkali

harus dihadapi oleh individu mengingat keterbatasan

sumber daya yang ada. Hal ini semakin diperparah

dengan adanya persaingan di kalangan individu tersebut

untuk memperebutkan kesempatan yang terbatas.

Kondisi tekanan ini menurut Robbins (2001:563) akan

menimbulkan stress yang juga dapat diartikan sebagai

suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang

dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk

mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau

penghalang.

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

73

Menurut pengamatan Peneliti, pada tahap awal

nampak jelas kondisi lingkungan kerja yang kurang

harmonis dan kinerja yang menurun dibandingkan

dengan kondisi lingkungan kerja sebelum penggunaan

peralatan industri otomasi pada unit produksi. Perbedaan

kondisi ini tercermin pada meningkatnya angka absen,

angka kunjungan ke poliklinik perusahaan, angka

prosentase pengunduruan diri karyawan dan angka

lembur yang meningkat. Kondisi menurut pengamatan

Peneliti ini rupanya juga tercermin dalam jawaban dari

responden atas pertanyaan kuesioner yang diberikan

sebagaimana tertera dalam hasil pengujian model

structural pada table 4.3.4 di atas.

Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara Beban Kerja terhadap

Technostress. Dengan koefisien yang bertanda positif

mengindikasikan semakin tinggi Beban Kerja karyawan,

akan meningkatkan Technostress. Sebaliknya semakin

rendah beban Kerja karyawan, akan mengakibatkan

semakin rendah pula Technostress. Individu yang

diharuskan mencapai target tertentu yang telah

ditetapkan, dengan menggunakan peralatan otomasi

baru, akan merasakan peningkatan technostress yang

cenderung mengakibatkan individu tersebut cenderung

menyalahkan perubahan sistem produksi yang ada. Hal

ini diperparah dengan sering terjadinya product defect

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

74

akibat kesalahan operasional mesin, yang akan

meningkatkan beben kerja individu tersebut karena harus

bekerja lebih lama (lembur).

Mengacu kepada hasil analisis di atas, terbukti

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat

Kompetensi Teknologi terhadap Technostress. Dengan

koefisien yang bertanda negatif mengindikasikan semakin

tinggi Tingkat Kompetensi Teknologi, akan mengakibatkan

semakin rendah Technostress. Sebaliknya semakin

rendah Tingkat Kompetensi Teknologi, akan

mengakibatkan semakin tinggi Technostress. Pada tahap

awal digunakannya peralatan otomasi tersebut, mayoritas

individu pada lingkungan kerja tersebut merasakan

kebingungan dan tidak memahami bagaimana

mengoperasikan sistem produksi, melakukan perawatan

dan modifikasi peralatan guna menghasilkan barang

sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Pelatihan juga

sangat dirasakan kurang mengingat waktu yang terbatas

akibat beban kerja yang tinggi. Kekurangan pelatihan ini

menjadi salah satu kendala dalam upaya peningkatan

kompetansi otomasi pada masing-masing individu.

Melihat hasil analisis diatas terbukti bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara Technostress

terhadap Kinerja Karyawan. Dengan koefisien yang

bertanda negative mengindikasikan semakin tinggi

Technostress, akan mengakibatkan semakin rendah

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

75

Kinerja Karyawan. Sebaliknya semakin rendah

Technostress, akan mengakibatkan semakin tinggi Kinerja

Karyawan. Kondisi ini mencerminkan bahwa individu

teresebut mengalami distress atau stress yang negatif.

Menurut pengamatan Peneliti, hal ini terjadi pada periode

awal perubahan penggunaan system produksi baru.

Kondisi tersebut jika dihubungan dengan kedua kondisi

pada dua alenia di atas adalah semakin menguatkan

bukti adanya penurunan kinerja pada periode awal

perubahan system produksi pada perusahaan tersebut

akibat penggunaan peralatan teknologi otomasi. Namun

demikian , di lain pihak Peneliti juga menjumpai beberapa

individu yang melihat perubahan ini adalah merupakan

sebuah tantangan baru dan kesempatan baru untuk

diperlajari lebih lanjut guna terus meningkatkan

kompetensi mereka pada bidang tersebut. Individu dalam

kelompok ini termasuk dalam inividu yang mengalami

eustress atau stress positif. Walaupun jumlahnya sangat

sedikit pada tahap awal, namun setelah dilakukan

coaching & counceling melalui program Change Execution

Methodology (CEM) , jumlahnya telah mengalami

peningkatan secara bertahap.

Hasil analisis di atas membuktikan bahwa terdapat

terdapat pengaruh yang signifikan antara Beban Kerja

terhadap Kinerja Karyawan melalui Technostress sebagai

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji validitas dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4106/5/T2... · Uji validitas dan Reliabilitas Penelitian ... tor Korel asi Alp ... Tingkat

76

interventing variabel. Dengan koefisien yang bertanda

negative mengindikasikan semakin tinggi Beban Kerja

karyawan, akan mengakibatkan semakin rendah Kinerja

Karyawan jika Technostress tinggi. Hal ini menjadi bukti

bahwa variable Technostress bersifat interventing pada

pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

Semakin tinggi beban kerja individu yang bekerja pada

peralatan otomasi tersebut menjadikan berkurangnya

waktu untuk mempelajari peralatan barunya lebih dalam

dan mendetail. Hal tersebut, menurut pengamatan

Peneliti, telah membuat individu tersebut mengalami

tingkat technostress yang lebih tinggi sehingga telah

berdampak pada kinerja invdividu tersebut.

Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara Tingkat Kompetensi

Teknologi terhadap Kinerja Karyawan melalui

Technostress sebagai interventing variablenya. Dengan

koefisien yang bertanda positif mengindikasikan semakin

tinggi Tingkat Kompetensi Teknologi, akan mengakibatkan

semakin tinggi Kinerja Karyawan jika Technostress tinggi.

Hal ini menjadi bukti bahwa variable Technostress

bersifat interventing pada pengaruh Tingkat Kompetensi

Teknologi terhadap Kinerja Karyawan.