35
131 BAB IV GAMBARAN KABUPATEN MOJOKERTO, SEJARAH PENINGGALAN DAN SENI BUDAYA A. Kabupaten Mojokerto Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik di sebelah utara, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan di sebelah timur, Kabupaten Malang di sebelah selatan dan Kabupaten Jombang di sebelah barat. Kabupaten Mojokerto memiliki luas wilayah 692,15 Km 2 dengan jumlah penduduk 1.102.662 jiwa dan kepadatan penduduk 1.593,10 jiwa setiap Km 2 , Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 Kecamatan, terdiri dari Kecamatan Bangsal, Kecamatan Dawar Blandong, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Gedeg, Kecamatan Gondang, Kecamatan Jatirejo, Kecamatan Jetis, Kecamatan Kemlagi, Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Mojoanyar, Kecamatan Mojosari, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Pacet, Kecamatan Pungging, Kecamatan Puri, Kecamatan Sooko, Kecamatan Trawas, dan Kecamatan Trowulan. Tiap-tiap Kecamatan terbagi lagi atas Desa dan Kelurahan, keseluruhan Desa di Kabupaten Mojokerto sejumlah 304 Desa dan Kelurahan. 1 1 Baidowik, Wawancara, Mojokerto, 26 Mei 2013. Ia adalah seorang staf pegawai Pemkab. Mojokerto, dalam penjelasannya bahwa Mojokerto asalnya terdiri dari 17 Kecamatan, berhubung jumlah penduduknya semakin bertambah, terutama Kecamatan Puri dan Kecamatan Bangsal wilayahnya luas dan jumlah penduduknya padat, maka ditambahlah satu Kecamatan yaitu Kecamatan Mojoanyar yang merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Puri dan Bangsal yaitu mengambil sebagian desa dari Kecamatan Puri dan sebagian lagi desa dari Kecamatan Bangsal digabungkan menjadi Kecamatan Mojoanyar.

BAB IV GAMBARAN KABUPATEN MOJOKERTO, SEJARAH …digilib.uinsby.ac.id/794/8/Bab 4.pdfKabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik di ... Kecamatan Mojoanyar

Embed Size (px)

Citation preview

131

BAB IV

GAMBARAN KABUPATEN MOJOKERTO, SEJARAH PENINGGALAN DAN SENI BUDAYA

A. Kabupaten Mojokerto

Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di

Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan

Kabupaten Gresik di sebelah utara, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan

di sebelah timur, Kabupaten Malang di sebelah selatan dan Kabupaten Jombang di

sebelah barat.

Kabupaten Mojokerto memiliki luas wilayah 692,15 Km2 dengan jumlah

penduduk 1.102.662 jiwa dan kepadatan penduduk 1.593,10 jiwa setiap Km2,

Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 Kecamatan, terdiri dari Kecamatan Bangsal,

Kecamatan Dawar Blandong, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Gedeg,

Kecamatan Gondang, Kecamatan Jatirejo, Kecamatan Jetis, Kecamatan Kemlagi,

Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Mojoanyar, Kecamatan Mojosari, Kecamatan

Ngoro, Kecamatan Pacet, Kecamatan Pungging, Kecamatan Puri, Kecamatan

Sooko, Kecamatan Trawas, dan Kecamatan Trowulan. Tiap-tiap Kecamatan

terbagi lagi atas Desa dan Kelurahan, keseluruhan Desa di Kabupaten Mojokerto

sejumlah 304 Desa dan Kelurahan.1

1Baidowik, Wawancara, Mojokerto, 26 Mei 2013. Ia adalah seorang staf pegawai Pemkab. Mojokerto, dalam penjelasannya bahwa Mojokerto asalnya terdiri dari 17 Kecamatan, berhubung jumlah penduduknya semakin bertambah, terutama Kecamatan Puri dan Kecamatan Bangsal wilayahnya luas dan jumlah penduduknya padat, maka ditambahlah satu Kecamatan yaitu Kecamatan Mojoanyar yang merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Puri dan Bangsal yaitu mengambil sebagian desa dari Kecamatan Puri dan sebagian lagi desa dari Kecamatan Bangsal digabungkan menjadi Kecamatan Mojoanyar.

132

1. Kondisi Geografis

Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak di antara 1110 20’13”

sampai dengan 1110 40’47” bujur timur dan antara 7018’35” sampai

dengan 70 47” lintang selatan. Secara geografis Kabupaten Mojokerto tidak

berbatasan dengan pantai, hanya berbatasan dengan wilayah Kabupaten

lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan

Kabupaten Gresik, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo

dan Kabupaten Pasuruan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Malang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jombang.

Sehingga posisi atau letak Kota Mojokerto berada di tengah-tengah

Kabupaten Mojokerto yang berarti Kabupaten Mojokerto mengitari

wilayah Kota Mojokerto.

2. Kependudukan

Menurut hasil registrasi dari Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Mojokerto, keseluruhan penduduk sampai dengan bulan

Agustus 2012 berjumlah 1.102.662. Jumlah penduduk laki-laki 554.646

sedang jumlah penduduk perempuan 548.016, sex ratio penduduk

Kabupaten Mojokerto sampai dengan bulan Agustus 2012 adalah 1,012 hal

ini berarti bahwa penduduk laki-laki Kabupaten Mojokerto lebih banyak

dibanding perempuan.

Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Mojokerto sampai

dengan bulan Agustus 2012 adalah 1.593,10 jiwa setiap km2.

133

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Mojokerto Bulan : Agustus 2012

No Kecamatan Jenis kelamin Jumlah

penduduk Jumlah kk Laki-

laki Perempuan

1 Jatirejo 21.472 20.969 42.441 13.239 2 Gondang 21.623 21.429 43.052 13.649 3 Pacet 28.861 28.831 57.692 18.726 4 Trawas 15.078 15.119 30.197 9.332 5 Ngoro 39.291 39.344 78.635 23.995 6 Pungging 37.753 37.373 35.126 23.145 7 Kutorejo 31.663 30.951 62.614 19.220 8 Mojosari 39.458 38.434 77.892 23.751 9 Dlanggu 27.767 27.558 55.325 16.893 10 Bangsal 25.798 25.183 50.981 15.879 11 Puri 37.293 36.757 74.050 21.819 12 Trowulan 37.674 36.924 74.598 22.956 13 Sooko 37676 36.904 74.580 21.293 14 Gedeg 30.603 30.192 60.795 18.874 15 Kemlagi 29.711 29.652 59.363 17.745 16 Jetis 42.141 41.600 83.741 25.968 17 Dawarblandong 25.701 26.350 52.051 15.793 18 Mojoanyar 25.083 24.446 49.529 14.713 Jumlah 554.646 548.016 1.102.662 336.990

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Pada bulan Agustus tersebut, jumlah penduduk laki-laki terbanyak

terdapat di Desa Jetis yaitu berjumlah 42.141 jiwa, perempuan terdapat

paling banyak di Desa Jetis yaitu 41.600 jiwa.

134

Gambar 4.1 JumlahPendudukBerdasarkanJenisKelamin

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Persebaran penduduk merata di setiap wilayah Kabupaten

Mojokerto. Dilihat dari diagram di atas, didapat bahwa dalam wilayah

Kabupaten Mojokerto, daerah yang mempunyai jumlah penduduk paling

banyak berada di Kecamatan Jetis yaitu 8% dari jumlah penduduk di

Kabupaten Mojokerto atau 25.968 (kk.) yang terdiri dari jumlah penduduk

laki-laki yaitu 42.141 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 41.600

sedangkan Kecamatan Trawas memiliki jumlah penduduk yang paling

sedikit yaitu 3% dari total jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto atau

9.332 (kk.) atau empat kali lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Trawas

dengan jumlah penduduk laki-laki 15.078 jiwa dan penduduk perempuan

berjumlah 15.119.2

2Nurhono, Wawancara, Mojokerto, 11 Mei 2013. Menurutnya bahwa wilayah Kecamatan Jetis ini merupakan wilayah penduduk yang terpadat, apalagi dengan masuknya industri ke Kecamatan Jetis, sehingga pendatang yang masuk dari daerah luar untuk bekerja di perusahaan-perusahaan di Kecamatan Jetis, lama-lama para pendatang itu menetap dan membeli tanah di Kecamatan Jetis otomatis menjadi warga Jetis.

0200004000060000

Jumlah Penduduk BerdasarkanJenis Kelamin

LAKI-LAKI PEREMPUAN

135

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur Provinsi : Jawa timur Kabupaten : Mojokerto Bulan : Agustus 2012

No. Struktur umur Laki-laki Perempuan Total

1 0-4 37.857 35.731 73.588 2 5-9 43.345 40.378 83.723 3 10-14 47.292 44.687 91.979 4 15-19 46.025 43.691 89.716 5 20-24 42.802 41.710 84.512 6 25-29 49.871 49.320 99.191 7 30-34 48.010 47.394 95.404 8 35-39 48.293 48.000 96.293 9 40-44 47.366 46.642 94.008 10 45-49 40.389 40.912 81.301 11 50-59 33.614 32.200 65.814 12 60-64 23.833 22.115 45.948 13 65-69 16.065 16.871 32.936 14 70-74 12.656 14.602 27.258 15 > 75 17.228 23.763 40.991 TOTAL 554.646 548.016 1.102.662

Sumber : BPS Kabupaten Mojokerto

Jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto menurut struktur umur

berdasarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Jumlah penduduk

Berdasarkan struktur umur dikelompokkan menjadi 15 kelas dengan

rentang umur 5 tahun. Jumlah penduduk terbanyak berada pada struktur

umum 25-29 tahun yaitu penduduk laki-laki berjumlah 49.871 jiwa dari

total penduduk laki-laki 554.646 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah

49.320 jiwa dari total penduduk perempuan 548.016 jiwa, jumlah

penduduk berdasarkan struktur umur paling sedikit terdapat pada umur

antara 70-74 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki 12.656 jiwa dari

136

total penduduk Laki-laki 554.646 dan penduduk perempuan berjumlah

14.602 jiwa dari jiwa dari total penduduk perempuan 548.016 jiwa.3

3. Sejarah Mojokerto

Dengan melihat sinyal pada pasal-pasal dua Keputusan Bupati

Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 22/Tap/Kdh/1973 tanggal 12

September 1973, bahwa ketetapan tentang hari jadi tersebut bersifat

sementara, maka pada masa kepemimpinan Bupati Mojokerto H.

Mahmoed Zain, SH, M Si. sejak awal menjabat, mulai mengadakan

pendekatan, mengingat hari jadi Kabupaten Mojokerto yang telah

ditetapkan pada Kabupaten Mojokerto yang mempunyai akar sejarah

berkaitan erat dengan kebesaran Kerajaan Majapahit.

Berdasarkan berbagai upaya untuk menelusuri hari jadi Mojokerto,

selanjutnya ditentukanlah pembentukan Tim Penulisan Sejarah dengan

Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 438 Tahun

1992 tentang Pembentukan Tim Penulisan Sejarah Mojokerto. Dengan

memperhatikan rentetan peristiwa yang terjadi maka dapat ditetapkan 8

alternatif untuk dipertimbangkan sebagai Hari Jadi Mojokerto.

Pertama, yaitu pertemuan antara Perdana Menteri Majapahit, Shi-

nan-da-cha-ya dengan Shih-pi, Panglima tertinggi pasukan Tar-Tar, dapat

dipandang sebagai wujud pengakuan diplomatik atas Negara berdaulat

dalam rangka kerjasama Internasional untuk menyerang Doho, hal ini akan

3Rokhim, Wawancara, Mojokerto, 9 Mei 2013.

137

mengacu pada tanggal 1 bulan ke 3 Tarikh Cina atau tanggal 8 April 1293.

Kedua, pada saat Raden Wijaya mulai mengatur strategi untuk melawan

pasukan Tar-tar, saat ia memperoleh ijin dari kota Kediri ke Majapahit

pada tanggal 2 bulan ke 4 Tarikh Cina, titik waktu ini merupakan titik

awal kemenangan diplomatik dan militer dipihak Raden Wijaya, karena

mulai saat tersebut secara bertahab ia berhasil mengalahkan pasukan Tar-

Tar. Dalam Tarikh Masehi peristiwa tersebut adalah tanggal 9 Mei 1293.

Ketiga, titik waktu tentara Majapahit memperoleh kemenangan

total terhadap pasukan Tar-tar. ini berarti mengacu pada keputusan

pimpinan pasukan Tar-tar untuk meninggalkan Pat-shieh, pada tanggal 24

bulan 4 Tarikh Cina atau tanggal 31 Mei 1293, titik waktu ini ditetapkan

sebagai Hari Jadi Kota Surabaya. Keempat, titik waktu penobatan Raden

Wijaya sebagaimana diceritakan pada Kitab Harsa Wijaya atau titik waktu

penerbitan Prasasti Gunung Botak.

Kelima, dari Khasanah Kidung, juga menunjukkan titk waktu

peristiwa penting dalam sejarah Majapahit. Keenam, dari khasanah

prasasti juga ditemukan titk waktu peristiwa yang erat kaitannya dengan

sejarah Majapahit, Kidung Harsa Wijaya menyebutkan bahwa Penobatan

Raden Wijaya sebagai Raja Terjadi pada tanggal 12 Nopember 1293 (1215

C). Titik waktu ini dikemudian hari dikenal sebagai Hari Majapahit.

Prasasti Gunung Botak yang diterbitkan pada tanggal 11 September 1294

memberitakan secara panjang lebar riwayat Rajakuta Majapahit. Ketujuh,

138

perjanjian Gianti yang ditandatangani pada tanggal 13 Pebruari 1755. Dan

Kedelapan, saat ditandatangani penyerahan Kabupaten Japan pada tanggal

1 Agustus 1812 oleh Kesultanan Jogyakarta kepada Pemerintah Inggris di

Jawa.

Selanjutnya setelah melalui proses pembahasan di dalam sidang-

sidang Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Mojokerto, mengenai Hari

Jadi Kabupaten Mojokerto telah disepakati bahwa Hari Jadi Kabupaten

Mojokerto adalah tanggal 9 Mei 1293 Masehi, dengan Keputusan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Nomor : 09 Tahun 1993 tanggal 8 Mei 1993,

tentang persetujuan Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto, maka

Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto saat itu H.

Mahmoed Zain, SH. mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Kepala

Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor : 230 Tahun 1993 tanggal 8 Mei

1993 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto.

Dari uraian-uraian tersebut di atas disimpulkan bahwa dengan tidak

diberlakukannya Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II

Mojokerto tanggal 12 September 1973 Nomor: 22/TAP/Kdh/1973 tentang

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto, maka hari jadi Mojokerto

adalah tanggal 09 Mei 1293 Masehi yang selanjutnya ditetapkan sebagai

Hari jadi Kabupaten Mojokerto.4

4Sumber dari Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto.

139

4. Wisata Budaya dan Kesenian di Mojokerto

a. Reco Lanang

Reco Lanang adalah Arca yang terbuat dari batu andesip

dengan ukuran tinggi 5,7 meter ini merupakan gambaran dari

perwujudan salah satu Dhani Budha yang disebut Aksobnya yang

menguasai arah mata angin sebelah timur. Agama Budha Mahayana

mengenal adanya beberapa bentuk kebudhaan yaitu Dhyani

Bodhisatwa dan manusi Budhi. Dhyani Budha digambarkan dalam

perwujudan Budha yang selalu bertafakur dan berada di langit. Dengan

kekuatannya ia memancarkan seorang manusi Budha yang bertugas

mengajarkan dharma di dunia. Tugas manusi budha berakhir setelah

wafat dan kembali ke Nirwana. Demi kelangsungan ajaran dharma,

Dhyani Budha memancarkan dirinya lagi ke dunia yaitu ke Dhyani

Boddhisatwa. Setiap jaman mempunyai rangkaian Dhyani Budha,

Boddhisatwa dan Manusi Budha. Di wilayah Trowulan sekarang sudah

banyak pemahat-pemahat yang membuat arca seperti peninggalan

kerajaan Majapahit, sehingga tidak sedikit orang dari luar daerah

bahkan luar negeri yang memesan patung-patung seperti patung

peninggalan dari kerajaan Majapahit.

b. Candi Bajang Ratu

Gapura yang berbentuk PADU RAKSA ini mempunyai tiga

bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Mempunyai sayap dan pagar

140

tembok di kedua sisinya. Ada hiasan pada bagian atap berupa Kepala

Kala diapit Singa. Relief Matahari, Naga berkaki, Kepala Garuda, dan

Relief bermata satu. Di bagian kaki menggambarkan cerita Sri Tanjung

mempunyai fungsi sebagai pelindung atau penolak marabahaya dan

pada sayap kanan dihiasi relief cerita Ramayana. Kanan kiri pintu

diberi pahatan berupa binatang bertelinga panjang. Gapura ini ada

hubungannya dengan Raja Jayanegara. Gapura Bajangratu dibangun

dari bata yang direkatkan satu sama lainnya degan sistem gosok,

kecuali pada ambang pintu dan anak tangga terbuat dari batu andesit.

Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang

11,5 m, lebar 10,5 m. Tinggi bangunan 16,5 m dan lorong pintu masuk

lebarnya 1,4 m. Lokasinya berada du Dukuh Kraton, Desa Temon,

Kecamatan Trowulan.

c. Candi Tikus

Candi Tikus merupakan replika atau lambang Mahameru.

Candi ini disebut Candi Tikus karena sewaktu ditemukan merupakan

tempat bersarangnya tikus yang memangsa padi petani. Di tengah

Candi Tikus terdapat miniatur empat buah candi kecil yang dianggap

melambangkan Gunung Mahameru tempat para dewa bersemayam dan

sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir

dari pancuran-pancuran/ jaladwara yang terdapat di sepanjang kaki

candi. Air ini dianggap sebagai air suci amerta, yaitu sumber segala

141

kehidupan. Arsitektur bangunan melambangkan kesucian Gunung

Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Menurut

kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru merupakan tempat sumber air

Tirta Amerta atau air kehidupan, yang dipercaya mempunyai kekuatan

magis dan dapat memberikan kesejahteraan, dari mitos air yang

mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru.

Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten

Mojokerto.

d. Kolam Segaran

Kolam segaran merupakan bangunan kolam kuno terbesar

yang mencerminkan kemampuan Kerajaan Majapahit beradaptasi

dengan lingkungannya. Menurut cerita kolam ini digunakan untuk

rekreasi dan menjamu tamu-tamu Kerajaan Majapahit. Orang yang

pertama kali menemukan kolam ini adalah Ir. Henry Maclain Pont

pada tahun 1926. Bentuk denah kolam empat persegi panjang

berukuran panjang 375 m dan lebar 125 m. Dinding kolam setinggi

3,16 m, sementara lebarnya 1,6 m. Lokasinya berada di Dusun

Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan.

e. Candi Wringin Lawang

Candi ini diperkirakan sebagai pintu gerbang utama untuk

masuk ke komplek kerajaan Majapahit. Bentuknya berupa gapura

belah (candi Bentar). Bangunan ini terbuat dari batu bata dengan

142

ukuran tinggi 13,7 m panjang 13 m lebar 11m. Menurut cerita rakyat

gapura Wringin Lawang merupakan salah satu gapura masuk ke alun-

alun Majapahit. Di dekat gapura dahulu juga dilengkapi dengan

paseban, yaitu tempat menunggu bagi orang-orang yang akan sowan

kepada raja. Candi ini dikenal dengan Candi Wringin Lawang, konon

dulu didekat candi ini tumbuh dua pohon beringin berjajar yang besar.

Candi ini terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.

f. Pendopo Agung

Pendopo Agung Mojokerto adalah sebuah bangunan khusus

khas nuansa Majapahit dan sering difungsikan sebagai tempat

pertunjukan kesenian, studi tour, lomba, tempat pertemuan dengan

suasana yang teduh dan nyaman juga sebagai tempat untuk istirahat

atau rekreasi. Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan.

Tempat tersebut diyakini sebagai pusat kerajaan Majapahit. Bagian

bangunan asli yang masih tersisa dari Pendopo Agung hanya 26 buah

umpak (batu penyangga tiang) saja, sedangkan bangunan Pendopo

Agung yang sekarang berdiri merupakan bangunan baru. Di pendopo

ini pula, diyakini Mahapatih Gajah Mada dahulu mengikrarkan

Sumpah Palapa (Palapa kemudian dipakai sebagai nama satelit

komunikasi pertama yang ‘menyatukan’ komunikasi di seluruh

Indonesia). Di depan Pendopo Agung, di sebelah kiri, terdapat patung

sang Mahapatih, dan di depan pendopo terdapat patung Raden Wijaya.

143

g. Candi Jalatunda

Candi ini terletak di lereng Gunung Bekal, salah satu puncak

dari pegunungan Penanggungan. Tepatnya di Desa Seloliman

Kecamatan Trawas. Bangunannya terbuat dari batu kali dengan ukuran

panjang 16,85 m lebar 13,52 m tinggi 5,20 m. Menurut data sejarah

candi ini menunjukkan angka tahun 977 M, dan di sebelah kiri dinding

belakang candi terdapat tulisan GEMPENG, di samping itu di sebelah

sudut tenggara juga ada tulisannya. Menurut ahli sejarah dikatakan

bahwa candi ini merupakan petirtaan yang dipersiapkan untuk Raja

Udayana yaitu raja Bali yang mempersunting putri

Gunapriyadharmapatni dari Jawa dan dari hasil perkawinan ini pada

tahun 991 lahirlah Airlangga. Jadi tahun 997 menunjukkan tahun

pembuatannya.

h. Makam Troloyo

Obyek utamanya adalah Makam Sayyid Muhammad Jumadil

Qubro (Syech Jumadil Kubro). Syech Jumadil Kubro adalah kakek

dari Sunan Ampel. Beliau adalah ulama dari Persia yang menyebarkan

agama Islam di tanah Jawa. Makamnya pertama kali diberi cungkup

oleh tokoh masyarakat setempat bernama KH. Nawawi pada tahun

1940. Di kompleks makam troloyo terdapat dua kelompok makam,

yaitu kelompok makam bagian depan, terdiri dari makam Wali Songo

dan Kelompok Makam Syech Jumadil Kubro. Kelompok makam inilah

yang paling banyak dikunjungi peziarah. Dan kelompok makam bagian

144

belakang terdiri dari dua cungkup, yaitu cungkup pertama makam

Raden Ayu Anjasmara dan makam Raden Ageng yang sering disebut

sebagai kubur pitu. Makam ini mulai terkenal dan tersohor tahun 2000

ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, saat ini sudah menjadi wisata

religi bagi masyarakat umum. Sebelumnya makam ini kelihatan sepi,

meskipun setiap hari ada saja pengunjungnya.

i. Kesenian Bantengan

Kesenian rakyat Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet

tepatnya di desa Made yang dahulunya merupakan desa yang

berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon kawasan hutan

tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk di

antaranya banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat itu, seorang

penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki hutan

dan mendapatkan seonggok kerangka banteng yang masih lengkap.

Kerangka banteng itu dengan susah payah dibawa pulang dan

dibersihkan kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya.

Dari kejadian itu Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa

Banteng dengan sebuah atraksi. Atraksi itu dimainkan dua orang, 1

orang di depan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan

dan 1 orang di belakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki

belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan-gerakan dan

sikap banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan

atraksi itu dilengkapi dengan musik terbang dan jidor.

145

j. Kesenian Ujung

Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai

visualisasi perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit,

pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi kesenian

ujung, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk

satu sama lain menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara

sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai

bercucuran darah. Rotan adalah simbol senjata "Sodo Lanang" yang

digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara

Tar-tar.

k. Kesenian Ludruk

Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan

oleh sebuah grup kesenian yang digelarkan di sebuah panggung

dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita

perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan

diiringi dengan gamelan sebagai musik. Dialog atau monolog dalam

ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa,

menggunakan bahasa khas Surabaya, meski terkadang ada bintang

tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun

dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk,

membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak,

peronda, sopir angkotan, dan lain-lain). Sebuah pementasan ludruk

146

biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan

seorang tokoh yang memerankan "Pak Sakera", seorang jagoan

Madura.5

B. Desa Kutogirang

1. Kondisi Geografis

Letak astronomi, Desa Kutogirang berada di Kecamatan Ngoro

yang terletak pada garis lintang 112°. 35" BT dan sekitar 7° 48" LS. Letak

admisnistrasinya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Ngoro,

Kabupaten Mojokerto. Secara geografis atau geologis Desa Kutogirang,

merupakan daerah dataran tinggi yang masih termasuk di daerah lereng

gunung Penaggungan.

Wilayah Desa Kutogirang berbatasan dengan desa-desa lainnya.

Batas-batas Desa Kutogirang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Purwojati

Sebelah Timur : Desa Ngoro

Sebelah Selatan : Desa Srigading

Sebelah Barat : Desa Curahmojo Kec. Pungging

2. Kondisi Iklim

Mengingat letak astronomis dan letak geografisnya, maka Desa

Kutogirang sebagaimana daerah Kabupaten lainnya termasuk daerah

5Sumber Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto.

147

beriklim tropis yang dipengaruhi angin laut. Suhu rata-rata berkisar antara

21o C sampai 33o C dengan suhu rata-rata tahunan 25o C. Berdasar data

dari Dinas Pertanian Rakyat Jawa Timur untuk daerah Mojokerto dan

sekitarnya pada dekade terakhir ini mendapatkan curah hujan tahunan rata-

rata 1937 mm. Hari hujan rata-rata 103,67 hari. Bulan basah terjadi pada

Januari dan Februari. Sedangkan bulan terkering terjadi pada bulan

Agustus dan September sebesar 52,33 mm. Keadaan iklim yang demikian

sangat cocok untuk pertanian persawahan.

3. Kondisi Sosial Keagamaan

Penduduk Desa Kutogirang pada umumnya beragama Islam.

Bentuk religi yang lain, dapat dijumpai ialah pemujaan terhadap arwah

nenek moyang. Pemujaan arwah nenek moyang nampak sebagai bentuk

adanya Danyang, punden, papan arwah yang dapat dimintai pertolongan

oleh warga desa. Pemujaan arwah nenek moyang merupakan tradisi religi

pada jaman prasejarah, yaitu kepercayaan bahwa orang yang sudah

meninggal arwahnya tidak akan pergi jauh dari tempat pemukimannya

sewaktu hidup di dunia (rumah).

Roh ini bersemayam di pohon-pohon besar, batu, goa, atau daerah

perbukitan dan akan dapat melindungi anak cucu dan seluruh

keturunannya yang masih hidup serta dapat dimintai pertolongan.

Sebaliknya roh ini harus dihormati, dipuja dan diberi sesajen (makanan

khusus). Menurut kepercayaan, apabila upacara pemujaan arwah leluhur

ini dilalaikan, maka akan timbul kutukan yang berupa malapetaka,

148

misalnya panen gagal karena diserang hama, adanya wabah penyakit,

paceklik, serta kemarau panjang.

Oleh karena itu upacara untuk menghormati arwah atau roh nenek

moyang tetap diadakan. Upacara tersebut berupa sedekah bumi, nyadran

ke makam keramat (punden) Mbah Mendek. Apabila ada warga

masyarakat yang akan mengadakan hajatan (pesta) misalnya pesta

perkawinan terlebih dahulu akan pergi ke punden Mbah Mendek untuk

mempersembahkan sesaji dan mengadakan selamatan. Dengan melakukan

rangkaian upacara tersebut bertujuan agar Danyang penguasa desa (Yang

Mbau Reksa) mau melindungi dan memudahkan jalan, sehingga pada saat

melaksanakan hajat tidak ada aral melintang. Tradisi ini masih hidup dan

tetap ada hingga sekarang sekalipun mereka sudah memeluk agama

monotheisme.6

Berdasarkan kepercayaan, penduduk yang memeluk agama Islam

di Desa Kutogirang sebesar 99%. Jumlah dan komposisi penduduk

menurut agama adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama

NO Agama Jumlah (Orang) 1 Islam 3.866 2 Kristen 28

Jumlah 3.894 Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang (2012)

6Mas’ud, Wawancara, Mojokerto, 29 April 2013.

149

Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Desa Kutogirang Menurut Agama Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang(2012)

Mayoritas dari mereka adalah pengikut salah satu organisasi massa

(ormas) terbesar di Indonesia Nahdhatul Ulama (NU), dan minoritasnya

adalah Muhammadiyah. Meskipun mayoritas penduduk Desa Kutogirang

memeluk agama Islam, akan tetapi suasana keagamaan kurang begitu

mewarnai kehidupan mereka. Tingkat kepatuhan masyarakat Desa

Kutogirang terhadap doktrin-doktrin agama boleh dikatakan sedikit

rendah. Masyarakat mengamalkan agamanya hanya sebatas pada satu

perkara-perkara yang diwajibkan saja, sementara perkara-perkara yang

berpredikat anjuran kurang begitu diperhatikan dan diindahkan oleh warga

masyarakat.

Dilihat dari sarana peribadatan, saat ini Dusun Mendek Desa

Kutogirang memiliki sarana ibadah 4 buah masjid dan 28 buah mushola.

Pada umumnya meskipun terdapat 4 buah masjid dan 28 mushola, ketika

adzan dikumandangkan tempat-tempat ibadah tersebut sepi dari warga

yang sholat jama’ah, mereka yang sholat jama’ah hanyalah orang-orang

tertentu dan terdekat dengan tempat tersebut. Masjid hanya ramai hanya

ketika sholat jum’at dan sholat hari Raya Idul fitri dan Idul Adha saja.

99%

1%0% 0%

Jumlah Penduduk Desa Kutogirang Menurut Agama

Islam

kristen

150

Adapun kegiatan tahlilan serta yasinan di Desa Kutogirang masih ada yang

menyelenggarakannya, akan tetapi dilakukan ketika ada orang yang

meninggal dunia dan kadang-kadang dilakukan pada kamis malam Jum’at

bertempat di Masjid, itupun yang mengikuti hanya pemuda dan pemudi

yang mengaji serta orang-orang tua tertentu. Secara umum kondisi

masyarakat Desa Kutogirang sudah banyak mengalami perkembangan,

mulai dari pola kebiasaan yang sedikit modern dan semakin agamis

dibandingkan zaman dahulu.7 Akan tetapi sebagian dari mereka, masih

banyak yang memegang dan mempertahankan kepercayaan tradisional

seperti mempercayai roh-roh leluhur dan kekuatan gaib yang terdapat pada

benda-benda tertentu dan kekuatan yang berasal dari nenek moyang. Salah

satu kepercayaan tersebut adalah ritus-ritus tertentu ke makam mbah

Mendek. Demikian gambaran deskriptif mengenai monografi Desa

Kutogirang, Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tentang kondisi

sosial keagamaannya.

4. Kependudukan

Penduduk Desa Kutogirang termasuk etnis Jawa, ada beberapa

desa di Kecamatan Ngoro yang didiami oleh orang-orang Madura yaitu

Desa Manduromanggung. Orang-orang Madura ini merupakan pendatang

(migran) dari pulau Madura pada zaman pembukaan perkebunan tebu

(sekitar tahun 1920), bahkan jauh sebelumnya sudah ada migrasi dari

7Mas’ud, Wawancara, 5 Juni 2013

151

Madura tetapi dalam jumlah yang kecil. Mengalirnya migrasi dari Madura

ke daerah Ngoro disebabkan adanya pembukaan pabrik gula di Kecamatan

Krembung Kabupaten Sidoarjo yang berbatasan dengan Kecamatan Ngoro

pada zaman Belanda, serta dibukanya lahan perkebunan tebu. Mereka

orang-orang Madura merupakan pekerja yang ulet dan dapat digaji murah.

Tetapi setelah perkebunan-perkebunan tersebut rusak karena Perang Dunia

II maka orang-orang Madura ini menetap sebagai petani. Mereka

bermukim di daerah pertanian pinggiran yang seringkali tanahnya sulit air.

Sedangkan orang-orang Jawa menetap di daerah Ngoro yang tanahnya

subur dan mudah mendapatkan air. Mereka sudah ratusan tahun sulit untuk

ditelusuri dari mana asal usulnya. Namun apabila dilihat dari aksen

bahasa, ada kemungkinan orang Jawa tersebut merupakan campuran dari

Jawa dan Madura. Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari

merupakan bahasa Jawa Timuran dengan dialek Mojokerto-Sidoarjo.

Kependudukan di Desa Kutogirang meliputi jumlah penduduk dan

jumlah kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Kutogirang selalu

berubah setiap tahun, seperti data jumlah penduduk enam tahun terakhir

seperti data yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel4.4 Jumlah Penduduk Desa Kutogirang 2007-2012

NO Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

1 2007 3677

152

2 2008 3711

3 2009 4259

4 2010 4246

5 2011 4357

6 2012 3894

Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang(2012)

Jumlah penduduk di Desa Kutogirang pada tahun 2007 adalah

3677 jiwa dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 3711

jiwa. Tahun 2009 jumlah penduduk Desa Kutogirang sebesar 4259 jiwa,

tahun 2010 sebesar 4246 jiwa, dan pada tahun 2011 sebesar 4357, pada

tahun 2012 mengalami sedikit penurunan sebesar 3894 jiwa. Adapun,

Desa Kutogirang memiliki 4 dusun, yaitu Dusun Mendek, Dusun Krapyak,

Dusun Kutogirang, Dusun Gadon. Kepadatan penduduk pada setiap dusun

tersebut dapat dilihat pada tabel yang disajikan berikut :

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Tiap Dusun di Desa Kutogirang

No Dusun Jumlah Penduduk

1 2 3 4

Krapyak Gadon

Mendek Kutogirang

315 1178 1075 1326

Jumlah 3894 Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang(2012)

Jumlah penduduk di Dusun Krapyak sebesar 315 penduduk,

sebagai dusun dengan jumlah penduduk terkecil di Desa Kutogirang.

Jumlah penduduk di Dusun Kutogirang yaitu 1326, sebagai dusun dengan

jumlah terbanyak di Desa Kutogirang. Selanjutnya jumlah penduduk di

dusun Gadon sebesar 1178, dan jumlah penduduk di dusun Mendek

sebesar 1075.

153

Gambar 4.3 Jumlah Penduduk Tiap Dusun di Desa Kutogirang 2007-2012

Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang (2012)

5. Sejarah Desa Kutogirang

Menurut cerita masyarakat, asal-usul terbentuknya Desa

Kutogirang pertama kali didirikan oleh Mbah Mendek yang merupakan

salah satu dari pengawal Mbah Prawiro sebagai putra adipati Kerajaan di

Majapahit. Pada saat itu Mbah Prawiro dan pengawal lainnya berhenti

untuk melakukan istirahat di suatu daerah yang masih hutan. Kemudian

Mbah Mendek dan pengawal lain dari Mbah Prawiro melakukan “Babat

Alas” atau istilah untuk dilakukannya pembukaan lahan desa. Dari

pembukaan lahan tersebut, akhirnya berdirilah Desa Kutogirang.8

Menurut cerita Mbah Jupri salah seorang juru kunci di situs candi

Desa kutogirang bahwa Kutogirang dahulu menurut cerita orang-orang

dahulu yaitu sebuah kota Kabupaten atau bertempatnya istana seorang

adipati. Kota ini (sekarang Desa Kutogirang) merupakan tempat

bersenang-senangnya para raja Majapahit ketika itu. Hal itu bisa

8Jupri, Wawancara, Mojokerto, 25 Mei 2013.

8%

30%

28%

34%

Jumlah Penduduk Tiap Dusun di Desa Kutogirang

154

dibuktikan dengan keluasan tempat bangunan candi yang sudah rusak dan

hanya tersisa puing-puing batu bata merah berukuran besar tersebar di

lahan yang luasnya sekitar lima hektar. Desa Kutogirang dahulu boleh

dikatakan sebagai tempat hiburan pada masa Kerajaan Majapahit, karena

terjadi sesuatu hal yaitu banjir bandang dan longsornya gunung

penanggungan, kemudian tempat hiburan kerajaan Majapahit dialihkan ke

Trowulan di sekitar candi Tikus.9

6. Kegiatan Budaya dan Kesenian Desa

Salah satu kegiatan rutinitas Desa Kutogirang yaitu Kegiatan

Sunatan Masal. Kegiatan ini dilakukan 2 tahun 1 kali. Kegiatan ini

merupakan salah satu agenda rutin Desa Kutogirang yang diprakarsai oleh

Karang Taruna Desa Kutogirang. Peserta Sunatan masal tidak hanya dari

warga Desa Kutogirang, tetapi mengundang desa-desa lain yaitu desa

Purwojati, Desa Sedati dan juga Ngoro. Bahkan pernah pada suatu waktu

peserta sunatan masal berasal dari luar Kecamatan Ngoro, yaitu dari Desa

Curahmojo Kecamatan Pungging. Sunatan ini dilakukan di Masjid Jamik

Desa Kutogirang.10

a. Seni Ludruk

Seni ludruk merupakan seni rakyat tradisional yang banyak

digemari masyarakat Desa Kutogirang. Pertunjukan ini merupakan

semacam teater rakyat yang membawa cerita-cerita Balada

9Ibid. 10Ibid.

155

kepahlawanan misalnya Sawunggaling, Trunodjojo, tragedi yang

berupa persitiwa yang menyedihkan misalnya cerita Branjang Kawat,

Sarip Tambakyoso, atau cerita yang bersifat komedi. Pada dasarnya

pertunjukan ludruk merupakan perpaduan dari seni panggung dengan

operette (sandiwara yang sebagian besar dialognya dilagukan). Dalam

ludruk nyanyian yang didendangkan disebut Gendingan Jula-juli.

Bentuknya menyerupai pantun yang biasa disebut parikan. Isinya

berupa nasehat, sindiran atau sketsa masyarakat yang berbau kritik

(biasanya kritik sosial). Dibawakan oleh pelawak yang dinyanyikan

atau didendangkan secara humoris, diiringi oleh gamelan.

b. Wayang Kulit

Wayang kulit merupakan pertunjukan yang penggemarnya

orang tua. Generasi muda pada umumnya kurang berminat, karena

pertunjukan ini dianggap terlalu sulit untuk dinikmati. Pertunjukan

wayang kulit di Desa Kutogirang berbeda dengan daerah Jawa

Tengah. Wayang tersebut terrnasuk jenis Wayang Pesisiran (Jawa

Timuran). Ukirannya agak kasar dibanding dengan Wayang Kulit

versi Jawa Tengah. Sedangkan pewarnaan cenderung menggunakan

warna kuat. Peraga punakawan berbeda dengan Jawa Tengahan.

Wayang Jawa Tengahan peraga punakawan terdiri dari Ki Lurah

Semar dengan tiga anaknya Gareng, Petruk, Bagong. Sedangkan di

Jawa Timur tidak mengenal peraga Petruk, Gareng, yang ada hanya

156

Semar dan Bagong. Di mana kedudukan Bagong bukan sebagai anak

melainkan menantunya Ki Lurah Semar. Dialog yang digunakan ialah

bahasa Jawa Timuran, namun pada dewasa ini wayang Jawa Timuran

sudah agak tergusur dengan wayang Jawa Tengahan, karena dalang

wayang Jawa Timuran statis dan tidak menggunakan improvisasi.

Begitu pula dengan cerita-cerita yang dibawakan dan gendingnya

kurang ada kreativitas.

Dalam pertunjukan wayang biasanya yang digemari adalah

tari remo. Tari Remo dipertunjukkan biasanya sebelum pertunjukan

wayang dimainkan oleh dalang. Penampilan remo inilah biasanya

yang menonton cukup banyak, selain melihat keindahan tari remonya,

di sela-sela remo itu juga diperkenankan penonton laki-laki untuk

memilih lagu dan gending-gending yang diinginkannya sambil

memberikan saweran ke penari wanita tarian remo.

c. Kuda Kencak

Pertunjukan kuda kencak atau kuda tari biasanya dipakai

untuk mengiringi pengantin, atau anak yang dikhitan. Seekor kuda

yang sudah dilatih dan diberi pakaian semacam tenun yang dihiasi

dengan berwarna-warni benang. Dengan iringan gamelan kuda ini

akan menari-nari. Dengan jalan menggerak-gerakkan kaki bersamaan

dengan menggeleng-gelengkan dan mengangguk-anggukkan kepala.

157

Pada saat tertentu kedua kaki depan diangkat ke atas bersamaan

dengan menggeleng-gelengkan kepala.

d. Seni Hadrah

Seni Hadrah atau biasa disebut terbangan merupakan salah

satu jenis kesenian yang bernafaskan agama Islam. Beberapa orang

yang dengan lincahnya memukul terbang dengan diiringi gerakan-

gerakan kepala, tangan menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Nabi

Muhammad SAW. Lagu-lagu tersebut ada yang berbahasa Arab tetapi

ada pula yang berbahasa Jawa. Seni Hadrah bisanya dilakukan oleh

para santri.

e. Orkes

Kesenian orkes yang paling banyak digemari adalah orkes

dangdut. Orkes dangdut merupakan kelanjutan pengembangan dari

orkes Melayu. Biasanya kalau ada pertunjukan orkes dangdut,

khalayak penonton, terutama kaum remaja naik ke panggung atau

berada di sekitar panggung untuk berjoged mengikuti irama musik.

Mereka terkadang dalam permainan orkes tersebut penonton

diperbolehkan naik ke panggung dengan memberikan saweran,

mereka yang memiliki uang lebih banyak dan memiliki keberanian

untuk berjoged dan tidak memiliki rasa malu biasanya senantiasa ikut

serta dalam berjoged dan memberikan saweran berulang-ulang ke

penyanyi wanita sesuai dengan permintaan lagu yang diinginkannya.

158

Dengan adanya kemajuan di dunia elektronik terutama di bidang

sound system maka pertunjukan dangdut agak berkurang diganti

dengan rekaman tape. Pementasan karaoke lebih sering dilakukan

karena lebih praktis dan biayanya lebih ringan (ekonomis).11

7. Kelembagaan

Kelembagaan di suatu desa merupakan komponen sosial yang

penting karena merupakan kumpulan dari masyarakat-masyarakat desa

yang secara aktif dan partisipatif menjalankan kepentingan lembaga

maisng-masing. Secara umum, kelembagaan yang ada di Desa Kutogirang

merupakan wadah aspirasi mengenai pengembangan desa, serta lembaga

sebagai wadah berkumpulnya suatu komunitas. Mayoritas lembaga yang

ada di Desa Kutogirang masih dibawah koordinasi dengan pemerintah

desa. Secara umum, kelembagaan dapat dibagi menjadi dua yaitu lembaga

formal dan lembaga non formal.

a. Lembaga Formal

1) Pemerintahan Desa Kutogirang

Struktur pemerintahan Desa Kutogirang dapat digambarkan

sebagai berikut:

11Pakde Kuntet, Wawancara, Mojokerto, 8 Juni 2013

159

Gambar 4.4Struktur Lembaga Pemerintahan Desa Kutogirang Sumber: Survei Primer 02 Mei (2013)

Secara kelembagaan pemerintahan Desa Kutogirang

dipegang oleh Kepala Desa dengan garis koordinasi dengan BPD

(Bada Pemusyawaratan Desa) yang artinya segala keputusan atau

kebijakan yang diambil Kepala Desa harus mempertimbangkan

pendapat dari BPD. Selanjutnya koordinasi dilanjutkan ke

Sekretaris desa kemudian ke Kepala Seksi yang terdiri dari Kepala

Seksi Pemerintahan, Kepala Seksi Pembangunan, dan Kepala Seksi

Kemasyarakatan, lalu Kepala Urusan Umum dan Kepala Urusan

Keuangan, dan terakhir koordinasi ke masing-masing Kepala

Dusun.

Kepala desa Abdul Rohim

Sekretaris desa Mamik Sri V

KASI pemerintahan

Winarsih

KASI pembangunan

Nuruliyati

KASI kemasyarakatan

Karman

KAUR umum Suparto

KAUR keuangan Yono Iswodo IswodoNajib

KASUN Suwartining

(Dusun Gadon)

KASUN Parwito

(Dusun Mendek)

KASUN Sudiyono

(DusunKutogirang)

KASUN Abd. Rohman

(Dusun Krapyak)

BPD Suud Purnomo

160

2) BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

Badan permusyawaratan Desa Kutogirang merupakan

lembaga yang menaungi aspirasi masyarakat Desa Kutogirang.

Badan ini beranggotakan 11 orang dengan perwakilan dari tiap-tiap

dusun yakni dusun Mendek 3 orang, dusun Kutogirang 1orang,

dusun Krapyak 4 orang, dan dusun Gadon 3 orang. Lembaga BPD

memiliki kegiatan pertemuan sebulan sekali untuk rembug desa

atau musyawarah desa. Dalam kegiatan ini membicarakan

permasalahan apa yang mungkin ada atau menyaring aspirasi

masyarakat. Lembaga BPD memiliki visi untuk melakukan

pemerataan pembangunan di setiap dusun-dusun Desa Kutogirang.

Dapat dikatakan bahwa BPD Desa Kutogirang memiliki

struktur kelembagaan yang cukup sederhana. Pada struktur

kelembagaan BPD, Sekretaris juga menjabat sebagai bendahara

lembaga BPD. Anggota-anggota BPD sendiri terdiri atas ketua,

wakil, sekretaris, dan anggota lembaga BPD.

BPD Desa Kutogirang ini memiliki keterkaitan yang sangat

erat dengan lembaga pemerintahan desa karena aspirasi-aspirasi

masyarakat yang tersaring di BPD menjadi bahan pertimbangan

untuk perencanaan pengembangan desa oleh pemerintahan desa.

BPD juga memiliki hubungan yang erat dengan LPM (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat) dan Karang taruna dalam

mengkoordinir penyelesaian permasalahan yang ada di desa.

161

Sedangkan hubungan BPD dengan lembaga-lembaga desa lainnya

bersifat kemitraan, koordinatif, dan konsultatif.12

3) LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)

LPM Desa Kutogirang merupakan lembaga yang memiliki

kegiatan utama memberdayakan masyarakat Desa Kutogirang.

Lembaga ini beranggotakan 17 orang dari masyarakat Desa

Kutogirang sendiri. Kegiatan LPM biasanya dilakukan minimal

dalam 3 bulan sekali mengadakan rapat koordinasi dengan BPD

dan perangkat desa untuk membahas permasalahan-permasalahan

yang ada di desa. Kegiatan lainnya seperti pengajian umum rutin

dan turut berpartisipasi dalam pembangunan gorong-gorong oleh

PNPM. Secara umum, LPM Desa Kutogirang sebagai mitra kerja

perangkat desa di mana membantu pelaksanaan pembangunan yang

telah direncanakan oleh pemerintahan desa.13

b. Lembaga Non Formal

1) Karang Taruna

Karang Taruna Kutogirang Mandiri merupakan lembaga yang

mewadahi para pemuda Desa Kutogirang. Kegiatan yang dilakukan

yaitu pembinaan pemuda-pemudi dan memfasilitasi penyaluran

bakat-minat. Keanggotaan Karang Taruna Kutogirang Mandiri

seharusnya seluruh pemuda-pemudi desa, namun kenyataannya

memiliki 30-40 anggota yang aktif saja. Lembaga karang taruna

12Suud Purnomo, Wawancara, Mojokerto, 30 Mei 2013. 13Sujatmiko, Wawancara, Mojokerto, 30 Mei 2013.

162

tersebut memiliki kegiatan rutin seperti perkumpulan setiap 2

minggu sekali dan kegiatan yang diselenggarakan biasanya bersifat

spontan yakni kegiatan memperingati Hari-hari Besar Islam, dan

peringatan Hari Besar Nasional.

Gambar4.5 Struktur Kelembagaan Karang Taruna Kutogirang Mandiri

Sumber: Survei Primer 02 Mei (2013)

Struktur kelembagaan Karang Taruna Kutogirang Mandiri

terdiri dari ketua, wakil ketua I, wakil ketua II, sekretaris,

bendahara, dan bidang-bidang seperti ekonomi, sosial, agama,

olahraga, dan seni budaya. Pandangan masyarakat Desa Kutogirang

terhadap Karang Taruna Kutogirang Mandiri ini cukup positif yang

artinya lembaga pemuda pemudi ini mendapat kepercayaan untuk

turut membangun dan mengembangkan Desa Kutogirang. Karang

Taruna Kutogirang Mandiri mendapat kepercayaan dari BPD untuk

mengurus pembayaran listrik PLN warga Desa Kutogirang, Karang

Ketua Mistani

Sekretaris Lukman Harto

Bendahara Solahuddin

Wakil ketua II Sugiarto

Ekonomi

Juwarno

Sosial

Herman

Olahraga Panji

Seni budaya

Hariyono

Wakil ketua I Sugiarto

Agama

Arisedo

163

Taruna juga turut terlibat dalam rapat koordinasi antara LPM dan

BPM dalam membahas permasalahan-permasalahan desa.

Permasalahan yang ada di lembaga Karang Taruna

Kutogirang Mandiri sendiri adalah kurangnya dana sehingga

menghambat pengadaan kegiatan-kegiatan, kurangnya kekompakan

intern antar anggota Karang Taruna, serta tidak adanya regenerasi

sehingga lembaga Karang Taruna ini kurang berkembang.

Sedangkan potensi yang dimiliki adalah mengembangkan sumber

daya yang dimiliki pemuda-pemudi sehingga dapat membuat

gerakan perubahan untuk Desa Kutogirang, yang mana lembaga

Karang Taruna ini membutuhkan arahan dan pembinaan dari

lembaga-lembaga di atasnya.14

2) Lembaga Muslimat

Lembaga muslimat Desa Kutogirang merupakan lembaga

yang menghimpun masyarakat beragama Islam di Desa

Kutogirang. Lembaga muslimat mengadakan kegiatan-kegiatan

keagamaan seperti tahlilan, istighosah yang diadakan setiap

seminggu sekali, serta keagiatan sosial seperti pemberian santunan

untuk anak yatim dan orang lansia, mengadakan kegiatan senam

lansia dan lain-lain. Struktur kelembagaan lembaga muslimat

sebagai berikut:

14Sugeng Setiyoso, Wawancara, Mojokerto, 2 Juni 2013.

164

- Ketua I : Hj. Rubi’ah

- Ketua II : Hj. Romlah

- Sekretaris I : Siti Mahmudah

- Sekretaris II : Mursidah

- Bendahara : Ninik Mulyadi

- Seksi sosial : Hj. Hariani dan Hj. Alim

- Seksi lansia : Umaha

- Seksi kematian : Hj. Suniha

- Seksi pembangunan : Umrona dan Hj. Fauzia

Keuangan lembaga muslimat didapat dari swadaya

masyarakat Desa Kutogirang sendiri biasanya berkisar antara

Rp.1000-1500 baik itu untuk mengadakan acara keagamaan atau

untuk pemberian santunan.15

Pandangan masyarakat Desa Kutogirang terhadap lembaga

muslimat ini sangat antusias dalam mengikuti kegiatan-kegiatan

keagamaan. Lembaga muslimat ini memiliki hubungan yang erat

dengan lembaga PKK dan perangkat desa biasanya untuk

mengadakan kegiatan keagamaan.

3) ISHARI (Ikatan Shalawat dan Hadrah)

ISHARI merupakan lembaga yang bergerak di bidang

kesenian Islam. Lembaga ini beranggotakan 40 orang dari

15Hj. Sri Utami, Wawancara, Mojokerto, 2 Juni 2013.

165

masyarakat Desa Kutogirang sendiri. Kegiatan yang dimiliki

berupa pelatihan kesenian Islam seperti shalawat dan hadrah,

kemudian mengikuti perlombaan di Hari-hari Besar Islam.

Kegiatan pertemuan biasanya dilakukan sekali dalam 2 minggu.

Lembaga ISHARI Desa Kutogirang ini tidak memiliki

keterkaitan dengan lembaga-lembaga lainnya di Desa Kutogirang.

Namun masyarakat Desa Kutogirang berpandangan positif terhadap

lembaga ISHARI.16

16Mas’ud, Wawancara, Mojokerto, 5 Juni 2013.