21
52 BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH PADA BNI SYARI’AH CABANG SEMARANG 4.1. Analisis Terhadap Implementasi Akuntansi Syari’ah Pada BNI Syari’ah Cabang Semarang Pepatah mengatakan ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah, begitu pula teori tanpa adanya praktek adalah nonsense. Oleh karena itu dalam bab ke empat ini akan dibahas analisis terhadap pelaksanaan akuntansi syari’ah yang diterapkan pada Bank BNI Syari’ah cabang Semarang. Dalam praktik ekonomi kebutuhan informasi akuntansi tidak dapat dibantah, begitupun dalam praktik ekonomi syari’ah. Namun demikian, pada saat ini kiranya para ekonom muslim dapat sedikit lega karena dalam tataran akuntansi –terutama akuntansi syari’ah- telah ada, yang paling tidak bisa membuat sebuah rujukan atau referensi bagi akuntan muslim pada umumnya dan para akuntan perbankan syari’ah khususnya. Fenomena ekonomi syari’ah bagaimanapun juga akan tetap membutuhkan standar akuntansi dan konvensi-konvensi akuntansi lainnya, dengan begitu masih ada kekurangan yang perlu di sempurnakan. Setidaknya kebutuhan terhadap standar akuntansi perbankan syari’ah sebagian telah terpenuhi dengan diterbitkannya PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah, meskipun masih ada kekurangan yang perlu disempurnakan.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

  • Upload
    lebao

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

52

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH

PADA BNI SYARI’AH CABANG SEMARANG

4.1. Analisis Terhadap Implementasi Akuntansi Syari’ah Pada BNI

Syari’ah Cabang Semarang

Pepatah mengatakan ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah,

begitu pula teori tanpa adanya praktek adalah nonsense. Oleh karena itu

dalam bab ke empat ini akan dibahas analisis terhadap pelaksanaan

akuntansi syari’ah yang diterapkan pada Bank BNI Syari’ah cabang

Semarang.

Dalam praktik ekonomi kebutuhan informasi akuntansi tidak dapat

dibantah, begitupun dalam praktik ekonomi syari’ah. Namun demikian, pada

saat ini kiranya para ekonom muslim dapat sedikit lega karena dalam tataran

akuntansi –terutama akuntansi syari’ah- telah ada, yang paling tidak bisa

membuat sebuah rujukan atau referensi bagi akuntan muslim pada umumnya

dan para akuntan perbankan syari’ah khususnya. Fenomena ekonomi

syari’ah bagaimanapun juga akan tetap membutuhkan standar akuntansi dan

konvensi-konvensi akuntansi lainnya, dengan begitu masih ada kekurangan

yang perlu di sempurnakan. Setidaknya kebutuhan terhadap standar

akuntansi perbankan syari’ah sebagian telah terpenuhi dengan

diterbitkannya PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah,

meskipun masih ada kekurangan yang perlu disempurnakan.

Page 2: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

53

Tujuan diberlakukannya akuntansi syari’ah tidak lain adalah untuk

menciptakan keadilan, kesejahteraan (sosial maupun ekonomi) dan

melindungi hak milik masyarakat. Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang

sebagai salah satu bank yang berasaskan syari’ah tentunya dituntut mampu

menciptakan tujuan tersebut, oleh karena itu dituntut juga untuk

menggunakan sistem dan operasional secara syari’ah pula, termasuk di

dalamnya akuntansi. Akuntansi perbankan secara umum memang sudah ada

dalam PSAK No. 31 tahun 2000 dan PSAK lainnya yang mengatur tentang

akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain sebagainya.

Sebagaimana telah diuraikan di dalam bab III bahwa BNI Syari’ah

cabang Semarang mempunyai beberapa produk diantaranya adalah

Tabungan Syariah Plus, Murabahah, mudharabah dan lain-lain. Secara

umum proses akuntansi Bank BNI Syari’ah cabang Semarang sebagai

berikut :

setiap hari dicatat dalam setiap hari dicatat dalam

disusun

disiapkan

Dokumentasi Dasar Intern-Ekstern

Buku Jurnal Buku Besar Sub Buku Besar

Neraca Lajur

Laporan Keuangan

Page 3: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

54

Menurut data yang Penulis dapat, jenis akuntansi yang digunakan di

BNI Syari’ah Cabang Semarang adalah berupa cash basis,1 yaitu akuntansi

berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika kas diterima

atau dibayarkan.2 Basis kas ini tentunya dapat mengukur kinerja keuangan

PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syari’ah Cabang Semarang yaitu untuk

mengetahui perbedaan antara penerimaan kas dan pengeluaran kas dalam

suatu periode. Karena dengan akuntansi yang berjenis Basis kas (cash basis)

tersedia informasi mengenai sumber dana yang dihasilkan selama satu

periode, penggunaan dana dan saldo kas pada tanggal pelaporan atau pada

kenyataannya (tanpa ada perkiraan), maka model pelaporan keuangan dalam

basis kas berbentuk Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Statement of

Receipts and Payment) atau Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement).3

Penerapan akuntansi syari’ah di BNI Syari’ah Cabang Semarang ini tidak

hanya sekedar teori, karena setelah adanya PSAK No. 59 semua cabang

yang ada (devisi bank syari’ah) ditraining di Jakarta dalam rangka

memperkaya khazanah ilmu akuntansi syari’ah secara praktek.4

Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara akuntansi syari’ah

(BNI Syari’ah) dengan akuntansi konvensional (bank konvensional), yakni:

1 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staff Penyelia Unit Keuangan dan Umum

dan Bapak Madekun pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang

2 Untuk lebih mengetahui lebih jelas tentang cash basis lihat di http://www.iaiglobal.or.id/elib-iai/knowledge/knowledge_18.htm

3 Ibid atau lihat Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN, tt., hlm. 303.

4 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staff Penyelia Unit Keuangan dan Umum dan Bapak Madekun pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang

Page 4: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

55

1. Dalam hal memperoleh keuntungan

Pada tataran operasional perbankan, ada beberapa perbedaan

yang sangat mencolok antara bank konvensional dan bank syari’ah yaitu

pada akuntansinya, yakni pada hal profitnya, kalau keuntungan yang

didapat bank konvensional adalah bunga maka keuntungan yang ada

pada bank syari’ah adalah dengan bagi hasil.5 Menurut Muslihun

keuntungan bank konvensional berdasarkan tingkat suku bunga, sedang

keuntungan dari bank syari’ah di dapat dari hasil investasi.6 Hal tersebut

seperti dikatakan oleh Bpk. Madekun bahwa bank BNI Syari’ah pada

dasarnya bukan memberikan pinjaman uang, akan tetapi memberikan

pinjaman barang walaupun tehnisnya akan memberikan uang tetapi

memakai akad wakalah.7

2. Dalam hal Hutang

Bank konvensional menggunakan prisinp hutang uang sedang

bank syari’ah (BNI Syari’ah) menggunakan prinsip hutang pengadaan

barang8. Kedua jenis hutang tersebut tentu berbeda, karena kalau hutang

yang terjadi karena pinjam-meminjam uang maka tidak boleh ada

5 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum

bersama Bapak Madekun pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

6 Muslihun berpendapat bahwa semua usaha yang ada pada bank syari’ah pada prinsipnya adalah investasi, lihat Muslihun, “Argumen-Argumen Baru Pro-kontra Bunga Bank”, Istinbath, Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, Mataram: STAIN Mataram, no.2, vol.1, 2004, hlm.130-132.

7 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum bersama Bapak Madekun pada tanggal 27 Mei 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

8 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum

bersama Bapak Madekun pada tanggal 25 Mei 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

Page 5: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

56

tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya

materai, biaya notaris, dan studi kelayakan. Sedang tambahan akibat

inflasi dan deflasi atau sesuatu yang tidak jelas tidak diperbolehkan.

Adapun hutang pengadaan barang ini diberbolehkan karena tidak

sebagaimana bunga yang ada di bank konvensional. Hutang pengadaan

barang ini harus jelas dalam akadnya, baik tentang harga pokoknya

maupun harga jual itu sendiri atas harga pokok barang ditambah

keuntungan yang disepakati. Namun harga jual yang telah disepakati

tersebut tidak boleh berubah karena akan masuk dalam kategori riba

fadl.9

3. Pencatatan dalam pos-pos

Perbedaan akuntansi syari’ah dan konvensional ini juga bisa

dilihat melalui penempatan catatan pada masing-masing pos yakni dalam

neraca gabungan BNI Syari’ah cabang Semarang. Dalam neraca tersebut

menunjukkan sesuatu yang berbeda terutama dalam pos beban/biaya,

yang dalam neraca tersebut terdapat beban operasional dan zakat. Hal ini

menunjukkan bahwa BNI Syari’ah ini termasuk lembaga Islam yang

mengeluarkan zakat yang mana tidak semua lembaga Islam itu ada

catatan zakat sebagai beban perusahaan tersebut. Hal ini berbeda sekali

dengan bank konvensional yang tidak ada beban zakat perusahaan.

Namun begitu tampaknya BNI Syari’ah cabang Semarang ini tidak ada

9 Muslihun, “Argumen-Argumen Baru Pro-kontra Bunga Bank”, Istinbath, Jurnal

Hukum dan Ekonomi Islam, Mataram: STAIN Mataram, no.2, vol.1, 2004, hlm.132-133.

Page 6: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

57

jasa layanan infak, shodaqah dan zakat sehingga kalau melihat neraca

tersebut dalam pos aktiva tidak ada.10

Untuk lebih jelasnya dalam analisis ini penulis juga sedikit

menguraikan beberapa produk yang sering digunakan di BNI Syari’ah

cabang Semarang. Hal ini sengaja penulis batasi karena memang ada

produk Bank BNI Syari’ah cabang Semarang yang bagi masyarakat

belum siap untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada di

dalamnya11.

a. Tabungan Syari’ah Plus

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa tabungan

syari’ah plus ini menggunakan bentuk mudharabah dimana pemilik

dana memberikan kebebasan kepada pengelola dalam pengelolaan

investasi,12 dengan begitu posisi Bank BNI Syari’ah adalah sebagai

Mudharib dan masyarakat (nasabah) sebagai shohibu al maal. Karena

Bank sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima disajikan dalam

neraca sebagai investasi tidak terikat, sedang metode bagi hasil yang

digunakan adalah metode profit sharing (bagi hasil).13 Hal tersebut di

atas memang sudah sesuai dengan syari’ah dan PSAK No. 59. Adapun

metode bagi hasil dalam PSAK No. 59 ada dua metode yakni:

10 Lihat data lampiran dari BNI Syari’ah Cabang Semarang tentang Neraca Gabungan per

xxx dalam rupiah. Lihat juga karya Taswan, Akuntansi Perbankan; Transaksi dalam Valuta Rupiah, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, 2003

11 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum bersama Bapak Madekun pada tanggal 25 Mei 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

12 Buku Sistem Operasional Perbankan Syari’ah Indonesia (BNI Syari’ah), 2004. 13 Ibid.

Page 7: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

58

a) Bagi Hasil (profit Sharing) yang berarti dihitung dari pendapatan

setelah dikurangi beban yang berlaku dengan pengelolaan dana

mudharabah.

b) Bagi pendapatan (Revenue Sharing), yakni dihitung dari total

pendapatan pengelolaan Mudharabah.14

Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil Revenue Sharing 100

60

35 25

Penjualan Harga pokok penjualan Laba Kotor Beban Laba rugi bersih 10 Profit Sharing

b. Murabahah

Murabahah merupakan transaksi yang sangat sering di lakukan

untuk melakukan pembiayaan daripada produk lainnya seperti

pembiayaan Mudharabah dan musyarakah. proses Murabahah di BNI

Syari’ah cabang Semarang sebagaimana telah diuraikan di bab

sebelumnya bahwa dalam pembiayaan murabahah ini berdasarkan

pesanan yang mengikat, yakni pembeli tidak dapat membatalkan

pesanannya. sedang harga yang disepakati adalah harga jual dan harga

beli diberitahukan pada pembeli (nasabah)15. Hal ini sesuai dengan

pendapat ulama fiqh modern yang berpendapat bahwa janji untuk

membeli barang tersebut bisa mengikat pemesan, karena bila nasabah

bisa membatalkan begitu saja maka akan sangat merugikan pihak bank,

14 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan; Per 1 April2002,

Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 59.4-59.5. 15 Buku Sistem Operasional Perbankan Syari’ah Indonesia (BNI Syari’ah), 2004.

Page 8: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

59

dengan begitu perjanjian tersebut adalah sah demi menghindari

Kemadharatan.16 Untuk lebih memperkuat rasa kepercayaan kepada

nasabah maka BNI Syari’ah juga meminta nasabah untuk menyediakan

Agunan.

Dalam pencatatannya, pada saat akad, piutang murabahah diakui

sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang

disepakati pada akhir periode, laporan keuangan piutang murabahah

dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang

dikurangi penyisihan kerugian piutang. Sedang laba murabahah diakui

pada periode terjadinya, yakni dengan sistem cash basis17. Hal ini sesuai

dengan ketentuan yang ada dalam PSAK No. 59 Tentang Akuntansi

Perbankan Syari’ah.18

Perlu diketahui bahwa produk ini menggunakan prinsip jual beli,

jadi keuntungan yang didapat bukan atas bagi hasil akan tetapi dengan

adanya margin keuntungan19 dari hasil jual beli tersebut.20 Sebagaimana

yang ada dalam ketentuan syari’ah bahwa Bai’ al Murabahah adalah

jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang

disepakati. Untuk penghitungan margin keuntungan dalam produk ini

16 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: BI dan

Tazkia Institute, tt., Hlm. 148. 17 Wawancara dengan Bp. Subarno sebagai Staff Penyelia Unit Pemasaran Bisnis (1) BNI

Syari’ah Cabang Semarang pada tanggal 2 Mei 2005. 18 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), op,cit. hlm. 59.10. 19 Maksud daripada marjin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan oleh

pihak bank baik pertahun perhitungan marjin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan marjin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan. Lihat Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet, 2004, hlm. 254.

20 Buku Sistem Operasional Perbankan Syari’ah Indonesia (BNI Syari’ah), 2004.

Page 9: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

60

tidak begitu rumit, karena BNI Syari’ah biasanya menggunakan

murabahah-Bai bi al-Thaman al-Ajil (angsuran). Berikut contoh

perhitungan angsuran murabahah.21

Kebutuhan investasi 12.000.000,00 Modal Sendiri 4.000.000,00 Pembiayaan Bank 8.000.000,00 Jangka waktu 3 Tahun Expectasi margin 10.50% Effective Harga beli bank 8.000.000,00 Margin bank 2.520.000,0022 Harga jual bank 10.520.000,00 Angsuran perbulan 292.222,2223

Contoh kasus Murabahah-Bai bi al Thaman al Ajil:

Seorang nasabah yang bernama A mengajukan Pembiayaan Murabahah,

untuk pembelian sepeda. Harga sepeda motor seharga 12.000.000,00

kemudian ada kesepakatan untuk marjin keuntungan sebesar

2.000.000,00 dan penyelesaian pembiayaan selama 24 bulan dengan

demikian pembiayaan yang tanggung oleh Si-A adalah 12.000.000,00

ditambah keuntungan margin 2.000.000,00. jadi secara sistematisnya

adalah sebagai berikut:

Modal Pinjaman : 12.000.000,00

Marjin keuntungan : 2.000.000,00

Waktu Angsuran : 24 kali

Maka angsuran perbulannya : 12.000.000,00 + 2.000.000,00 : 24 bln

21 http://www.bni.co.id/produklayan/p_syariah.asp?section=2&sub=1 22 Berasal dari 8.000.000,00 X 10.50% = 84.000.000,00 X 3 tahun = 2.520.000,00 23 Harga jual bank di bagi 36 bln (3 tahun) = 10.520.000,00 : 36 = 292.222,22

Page 10: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

61

: 583.333,33 (angsuran Modal 500.000,00 +

angsuran marjin 83.333,33)

Perhitungan seperti diatas menurut Muhammad sangat mudah karena

menggunakan akad Murabahah Bai Al-Thaman Al-Ajil.24

M. Syafi’i Antonio mencontohkan misal pembeli memesan

komputer yang kemudian pedagang tersebut membeli komputer dari

grosir dengan harga 10.000.000,00 kemudian ia menambahkan

keuntungan sebesar 750.000,00 dan ia menjual 10.750.000,00 pada

pembeli (pemesan) dan telah ada kesepakatan tentang lama biaya, besar

keuntungan yang akan diambil pedagang, baik dengan angsuran atau

kontan.25

Pengakuan angsuran harga jual yang terdiri dari harga pokok dan

angsuran marjin keuntungan, BNI Syari’ah Cabang Semarang

menggunakan metode marjin keuntungan flat26. Dalam pengakuan

angsuran Adiwarman Karim mengatakan bahwa ada empat metode

dalam angsuran:

1. Metode marjin Keuntungan menurun

2. Marjin keuntungan rata-rata

3. Marjin keuntungan flat

24 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN, tt., hlm. 116-

117. 25 Muhammad Syafi’i Antonio, op. cit., hlm. 145. 26 Marjin keuntungan flat adalah perhitungan marjin keuntungan terhadap nilai harga

pokok pembiayaan secara tetap dari suatu periode ke periode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.

Page 11: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

62

4. Marjin keuntungan annuitas27

c. Pembiayaan Ijarah (Sewa-beli)

Seperti yang ada dalam bab III, bahwa ijarah ini ada 2 jenis yang

ditawarkan yakni Ijarah Bai al Takjiri, yang mana dengan melalui sewa

ini pada akhirnya bertujuan untuk pemindahan kepemilikan kepada

kepemilikan kepada penyewa. Istilah tersebut lebih dikenal dengan

Ijarah Muntahia bi al Tamlik. BNI Syari’ah Cabang Semarang biasanya

melakukannya dengan penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu

yang disepakati dalam akad. Sedang biaya perbaikan obyek sewa

ditangung pemilik obyek maupun penyewa sebanding dengan bagian

kepemilikan masing-masing di dalam obyek sewa.28

Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam Ijarah Mutahia bi al-

Tamlik adalah sebagai berikut:

a) Perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh

pembayaran sewa telah selesai dan penyewa membeli sebagian

obyek sewa.

b) Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek (bank) pada saat

terjadinya perpindahan hak.

27 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, Cet, 2004, hlm. 255. 28 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum

bersama Bapak Madekun pada tanggal 25 Mei 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

Page 12: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

63

c) Kalau penyewa tidak melakukan pembelian objek sewa yang tersisa

maka akuntansinya adalah:

- Jika penyewa melakukan perjanjian untuk membeli objek sewa,

kemudian memutuskan untuk tidak membelinya, dan ternyata

nilai dari obyek sewa tersebut lebih rendah dari nilai wajar maka

selisihnya diakui sebagai piutang pemilik objek sewa kepada

penyewa.

- Kalau pembatalan pembelian objek sewa tanpa adanya janji,

maka objek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana

yang lebih rendah. Jika nilai wajar objek sewa tersebut lebih

rendah dari nilai buku, maka selisihnya diakui sebagai kerugian

pada periode berjalan.

Dengan begitu keuntungan bank dalam produk ini (Pembiayaan Ijarah)

diperoleh dari margin keuntungan atas barang yang di sewakan

Dari ketiga produk tersebut yang masuk dalam pencatatan dalam

pos aktiva adalah pembiayaan murabahah dan pembiayaan ijarah, sedang

tabungan syari’ah pencatatannya masuk dalam pos pasiva sebagai dana

pihak ketiga.29

Perlu diketahui bahwa pencatatan atas semua transaksi keuangan

bank syari’ah juga berpedoman pada persamaan (keseimbangan)

sebagaimana yang berlaku pada umumnya yaitu30:

Harta/Aktiva = Kewajiban + Modal

29 Data lampiran BNI Syari’ah, loc. cit. 30 Taswan, Akuntansi Perbankan; Transaksi Dalam Valuta Rupiah, Edisi Revisi, UPP

AMP YKPN, 2003, hlm. 15.

Page 13: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

64

Persamaan di atas adalah pedoman dalam setiap pencatatan transaksi

keuangan bank syari’ah. Harta atau yang lebih sering disebut aktiva ini

dapat dipahami sebagai sisi kiri yang dikenal dengan istilah Debit sedang

kewajiban dan modal dihapami sebagai sisi Kredit. Untuk lebih

memudahkan adalah sebagaimana berikut:

Aktiva/Debit = Kewajiban + Modal Harta Kredit

Dari uraian masing-masing produk di atas dalam pencatatannya

adalah dengan sistem cash basis (berbasis kas) yakni semua transaksi, baik

pendapatan maupun biaya itu dicatat atau diakui ketika kas diterima,

dengan begitu cash basis tidak menerima adanya perkiraan pendapatan

sebagaimana akuntansi yang berbentuk accrual basis (akrual) yang berarti

pendapatan harus diakui pada saat diperoleh dan biaya diakui pada saat

biaya terjadi tanpa memandang apakah kas tersebut sudah diterima atau

belum. Dengan begitu dalam pencatatannya bank tersebut telah mengakui

adanya perkiraan pendapatan.

Contoh Bpk. A mempunyai tanggungan pembiayaan kredit

12.000.000,00 pada bank dan diangsur selama 1 tahun (12 bulan yakni

mulai dari bulan Januari-Desember) yang telah mengangsur 3 bulan

(sampai bulan Maret) pada saat ini (Maret) dan akhir pembayaran kepada

bank tiap bulannya adalah tiap tanggal 10, sehingga ketika tutup buku

pada tiap tanggal 1 maka aktiva tersebut sudah diakui sebagai perkiraan

pendapatan. Jenis akuntansi ini biasanya digunakan oleh bank

konvensional.

Page 14: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

65

Menurut Prayudi sistem accrual kurang pas dengan jiwa syari’ah

karena menempatkan pendapatan yang belum nyata dalam laporan

keuangan.31 Menurut Zen Assegaf penggunaan akuntansi dengan sistem

cash basis sangat cocok dengan karakteristik syari’ah Islam dan sesuai

dengan karakteristik bank syari’ah itu sendiri.32 Dengan begitu sistem

accrual basis (yang sering digunakan bank konvensional) berarti telah

mencatat sesuatu yang belum benar-benar nyata, walaupun tidak tahu

keadaan suatu perusahaan tersebut akan untung atau justru merugi

sebagaimana Firman Allah:

) 34:لقمان(وما تدرى نفس ماذا تكسب غدا ...

Artinya : “…dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang di usahakan besok” (Q.S. Lukman: 34)33

Menurut Syari’ah, perusahaan atau institusi bisnis yang

menerapkan transaksi yang mengandung unsur gharar tidak

diperbolehkan, karena syari’ah melarang dengan tegas semua transaksi

bisnis yang mengandung unsur ketidakpastian dalam segala bentuk

apapun.34 Dengan begitu semakin jelaslah bahwa akuntansi dengan

sistem cash basis ini sangat cocok untuk perbankan syari’ah karena

bagaimanapun juga perbankan syari’ah harus mampu menegakkan

ekonomi yang Islami, yakni sebagai mana yang ada pada prinsip-prinsip

31 Prayudi, Kebangkitan Akuntansi Kapitalis,

http://www.fatimah.org/artikel/bangkrut.htm 32 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum

pada tanggal 24 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

33 Mahmud Junus, Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim, Bandung: PT. Al-Ma’arif, cet., Ke-6, 1997, hlm. 504

34 Adiwarman Karim, op.cit., hlm. 84

Page 15: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

66

akuntansi syari’ah yakni pertanggungjawaban,35 prinsip keadilan36 dan

prinsip kebenaran.37 Ketiga hal tersebut harus terpenuhi karena itu

merupakan pondasi pokok sebuah akuntansi yang syar’i. Dengan

memakai sistem cash basis maka setidaknya telah memenuhi beberapa

prinsip yang ada, seperti keadilan dan kebenaran yang mana

akuntansinya (sistem kas) dicatat ketika transaksi terjadi dan tidak ada

istilah perkiraan pendapatan. Pada tatanan teknis operasional, akuntansi

syari’ah menjadi instrumen yang dapat digunakan sebagai informasi

akuntansi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

pengambilan keputusan ekonomi.38 Jadi penerapan sistem cash basis

sangat fundamental. Seperti halnya bank syariah tidak bisa mengalami

negative spread39 karena menggunakan prinsip bagi hasil. Jadi kalau

sistem cash basis ini dihilangkan, ciri akuntansi syariah ikut hilang.40

Selain itu juga ada sebuah kaidah fiqh yang mengatakan bahwa

suatu kewajiban yang tidak sepurna dengan sesuatu yang lain maka

sesuatu yang lain itu juga menjadi wajib.

35 Yang berarti harus bisa memegang amanah baik insaniah maupun Ilahiah, karena

tanggung jawab seorang seorang muslim bukan hanya kepada manusia akan tetapi juga pada sang Khaliq, Lihat Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: UPP AMPYKPN, tt, hlm. 282.

36 Dapat berarti bahwa semua transaksi harus di catat dengan benar, Ibid. 37 Karena dalam akuntansi akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran

dan pelaporan maka diperlukan adanya kebenaran, Ibid. 38 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari’ah, Jakarta: PT. Salemba Empat, Cet. Ke-1,

2002, hlm. 128. 39 Yakni bila bunga dari peminjam ternyata lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban

bunga ke deposan maka bank harus menambahi sendiri. 40 Prayudi, loc, cit.

Page 16: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

67

41مااليتم الواجب االبه فهو واجبArtinya: "Suatu kewajiban yang tidak akan sempurna kecuali disertai

dengan sesuatu yang dapat mewujudkan terlaksananya kewajiban itu, maka sesuatu itu wajib juga"

Jadi menurut penulis menggunakan sistem cash basis itu

diharuskan apabila tanpa itu, sistem ekonomi Islam (akuntansi syari’ah)

tidak sempurna. Hal ini juga hampir sama dengan kaidah fiqh yang

mengatakan االمربشئ امر بوسائله (perintah menjalankan sesuatu perbuatan

berarti perintah juga kepada perkara yang menjadi wasilahnya perbuatan

tersebut).42

4.2. Analisis Terhadap Signifikansi Akuntansi Syari’ah Terhadap

Operasional di BNI Syari’ah Cabang Semarang

Sebuah perusahaan, organisasi atau lembaga keuangan tentunya

membutuhkan manajemen yang baik untuk bisa mengembangkan produk

dan keuntungannya. Salah satu alat guna menunjang perkembangan

ekonomi perbankan syari’ah adalah dengan menggunakan akuntansi dengan

baik dan benar, karena fungsi daripada akuntansi tersebut adalah

memberikan informasi guna pengambilan keputusan. Selain itu akuntansi

sangat di butuhkan baik untuk kalangan internal (bank) maunpun eksternal

(pihak-pihak yang membutuhkan), karena dengan adanya akuntansi, setiap

transaksi akan dicatat, dibukukan secara sistematis yang dapat di pahami

oleh semua instansi yang terkait karena memang sudah ada ketentuan dan

41 Abdu al Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyah, Jakarta: Sa’adiyah Putra, tt., hlm. 41. 42 Abdu al Hamid Hakim, AlBayan, Jakarta: Sa’adiyah Putra, Juz 2, tt., hlm. 41.

Page 17: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

68

peraturan yang mengatur tentang bagaimana pengakuan, pengukuran,

penyajian dan pengungkapan setiap transaksi yang ada kaitannya dengan

segala akitivitas sebuah lembaga keuangan atau bank tersebut. Bank

konvensional menganggap bahwa akuntansi itu penting untuk sebuah

lembaga keuangan yang mengelola dana masyarakat, karena dengan adanya

akuntansi sangat membantu dalam membuat keputusan serta untuk

mengetahui keadaan kas yang ada pada saat itu. Dengan hal tersebut maka

timbul suatu pertanyaan, bagaimana dengan Bank Syari’ah? Apakah

akuntansi ini di pandang sebagai salah satu alat untuk membantu dalam

membuat keputusan? Dan apakah penting akuntansi (syari’ah) bagi

perbankan syari’ah?

Menurut PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syari’ah Cabang

Semarang, Akuntansi itu sangat dibutuhkan bagi lembaga keuangan (bank)

karena akuntansi akan mempermudah dalam mengaudit kinerja keuangan

yang ada di bank tersebut. BNI syari’ah yang notabenenya berasaskan

syari’ah maka juga sangat membutuhkan sebuah akuntansi yang sesuai

dengan konsep dan perilaku syari’at Islam, yaitu akuntansi syari’ah.

Menurut Bapak Zen Assegaf bahwa suatu hal yang membodohi sekaligus

lucu kalau sebuah lembaga keuangan yang mengklaim sebagai bank syari’ah

akan tetapi sistem dan operasionalnya tidak sesuai dengan syari’ah Islam.43

Islam menganjurkan pola konvensi yang moderat, yakni tidak

berlebihan dan tidak terlalu sedikit. Dalam ekonomi dapat berarti untuk

43 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

Page 18: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

69

mendorong terpupuknya surplus konsumsi dalam bentuk simpanan, yang

kemudian di pergunakan untuk membiayai investasi baik produk maupun

perdagangan. Menurut Pontjowinoto yang dinukil juga oleh Muslihun,

kegiatan investasi adalah kegiatan menempatkan uang (dana) pada sesuatu

(aktiva) yang diharapkan akan meningkatkan nilainya di masa mendatang.44

Jelasnya perbedaan mendasar antara investasi dan bunga adalah

kalau investasi adalah suatu transaksi yang mengandung resiko karena

transaksi tersebut memiliki unsur ketidakpastian, sehingga keuntungan yang

didapat tidak pasti, tergantung pada produktifitas kegiatan tersebut karena

dalam pencatatan bagi hasil (baik untung atau rugi) kedua belah pihak

menunggu hasil akhir dari apa yang di lakukan pengelola dana (mudharib)

sehingga diantara keduanya ada keseimbangan kalau nantinya akan

mendapat keuntungan besar atau kecil atau bahkan rugi. Hal ini

sebagaimana yang ada dalam perbankan syari’ah dan sesuai dengan ajaran

Islam, karena melakukan usaha produktif dan investasi dibolehkan selama

tidak keluar dari koridor ajaran Islam.

Sedang bunga atau membungakan uang adalah suatu kegiatan yang

kurang mengandung resiko karena keuntungan yang didapat relatif pasti dan

stagnan, hal ini dikarenakan dengan sistem bunga. Dengan sistem ini akan

terjadi ketidak seimbangan antara kedua belah pihak karena bagi pemilik

dana sudah dapat di pastikan keuntungannya sedang pengelola dana belum

mengetahui apakah usahanya akan untung atau rugi. Hal ini bertentangan

44 Muslihun, op. cit., hlm.131.

Page 19: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

70

dengan teori ekonomi Islam yang tidak menghendaki al-ghunmu bila ghurmi

(keuntungan yang tidak disertai oleh resiko).45 Sistem akuntansi

konvensional atau kapitalis dari sono-nya memang didesain untuk

mendukung pemilik modal.

Di sinilah bedanya sistem akuntansi kapitalis dan Syari’ah dibangun.

Akuntansi Syari’ah bukan saja untuk melayani kepentingan stockholder, tapi

juga semua pihak yang terlibat atau stakeholder. Itu berarti ada upaya

melindungi kepentingan masyarakat yang terkait langsung maupun tidak

langsung.

Karena itu, Akuntansi Islam bukan melulu bicara angka. Sebaliknya,

domain akuntansi juga mengukur perilaku (behavior). Konsekuensinya,

akuntasi Islam menjadi mizan dalam penegakan ketertiban perdagangan,

pembagian yang adil, pelarangan penipuan mutu, timbangan, bahkan

termasuk mengawasi agar tidak terjadi benturan kepentingan antara

perusahaan yang bisa merugikan kalangan lain. Oleh karena itu dalam akhir

periode pelaporan Akuntansi di BNI Syari’ah di haruskan membuat

pernyataan / sumpah (dalam bentuk berita acara) bahwa apa yang di tulis itu

benar apa adanya, hal ini untuk memenuhi persyaratan

pertanggungjawabannya sebagai akuntan muslim.46

Apalagi setelah melihat beberapa perbedaan yang ada pada sisi

operasionalnya yang selalu mengedepankan sosial masyarakat dan harus

45 Muslihun, op.cit., hlm. 132. 46 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum

pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

Page 20: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

71

dituntut untuk lebih baik dari pada hari kemarin serta tidak lupa untuk

mengeluarkan zakat.

Dengan begitu akuntansi syari’ah sangat dibutuhkan oleh lembaga

atau organisasi Islam terutama bagi perbankan syari’ah. Karena menurut

Imam Syafi’i sebagaimana dikutip oleh Muhammad al-Musahamah bahwa

sesungguhnya seorang pedagang atau yang lain tidak dapat mengambil

keputusan secara benar atau mengeluarkan pemikiran yang tepat tanpa

bantuan data-data yang tercatat dalam buku.47

Kemudian apakah ada hambatan-hambatan dengan pihak lain setelah

BNI Syari’ah cabang Semarang menggunakan akuntansi syari’ah? Menurut

BNI Syari’ah cabang Semarang dengan menggunakan akuntansi Syari’ah

hubungan antar bank atau perusahaan lain tidak ada hambatan yang berarti,

hal ini dikarenakan BNI Syari’ah melakukan hubungan dengan bank yang

berasaskan syari’ah pula. Jadi untuk masalah akuntasi tidak ada masalah.

Sedang hubungannya dengan perusahaan lain (yang notabenenya bukan

berdasarkan syari’ah) kalau ingin mengadakan kerjasama dengan BNI

Syari’ah maka harus mengikuti sesuai dengan peraturan yang ada pada

perbankan syari’ah.48

Adapun hubungan dengan nasabah menurut penulis, dengan adanya

akuntansi syari’ah ini akan semakin menyakinkan nasabah bahwa perbankan

47 Muhammad al-Musahamah, Nur Ghofar Isma’il, Akuntansi Syari’ah; Analisis

Pendapat Muhammad al-Musahamah tentang Ayat-ayat Akuntansi dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: Pesantren ekonomi Islam al-Musahamah, Cet. ke-1, 2005, hlm. 105. 48 Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum pada tanggal 24 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

Page 21: BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI’AH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/18/jtptiain-gdl-s1...akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain

72

syari’ah itu bukan hanya merupakan sebuah simbolik atau hanya sebuah

bank yang mengganti namanya dengan syari’ah, akan tetapi benar-benar

perbankan yang menggunakan sistem syari’ah baik sistem maupun

operasionalnya.