Upload
irvan-ibonk-blackstyle
View
50
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPORAN KERJA PRAKTEK EMAS ALLUVIAL
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja Praktek merupakan salah satu syarat kelulusan pada Teknik
Pertambangan UNIVERSITAS NEGERI PAPUA yang mana mahasiswa/i
dituntut untuk dapat praktek langsung di lapangan khususnya diarea (lokasi)
penambangan pada suatu perusahaan.
Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik.
Sepuluh (10) elemen utama (O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg, H) merupakan 99%
penyusun kerak bumi. Beberapa logam-logam lain mempunyai kuantitas yang
kecil dan umumnya terdapat pada batuan beku. Logam-logam tersebut dapat
menjadi logam berharga konsentrasi yang jauh lebih tinggi dari kadar umum
tersebut, salah satu contoh adalah Logam emas. Di dunia Emas digunakan sebagai
penjaga moneter di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan
bahan elektronik.
Potensi emas banyak terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk
Papua. Salah satu wilayah di Papua yang memiliki potensi emas sedimenter yaitu
di daerah Ungabo, Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura. Potensi emas ini
telah lama di gali dan dikelola secara tradisional oleh masyarakat sekitar sejak
tahun 1997 hingga sekarang. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu
adanya usaha untuk mengelola dan mengoptimalkannya secara baik. Untuk itu
Sesuai Surat Keputusan Bupati Jayapura No. 328 tahun 2008 tentang persetujuan
Pencadangan Wilayah Pertambangan, jenis/ ijin kontrak Eksplorasi tanggal 22
Desember 2009, maka PT. Wahana Bima Sakti yang merupakan Perusahaan
Nasional yang juga bergerak di bidang Pertambangan mulai melakukan
penyelidikan/ eksplorasi bahan galian emas di daerah tersebut, dengan tujuan
untuk mengoptimalkan pengelolaan bahan galian emas secara profesional.
2
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari pada kerja praktek ini adalah sebagai salah satu persyaratan
kelulusan pada program studi D3 Teknik Pertambangan, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Papua, Manokwari. Selain itu
bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan, serta dapat mengaplikasikan teori
yang diperoleh pada kondisi sesungguhnya di lapangan tempat kerja praktek.
Dalam hal ini yaitu melakukan pengamatan terhadap kegiatan eksplorasi dan
perencanaan penambangan endapan emas aluvial pada PT. Wahana Bima Sakti.
1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek
1.3.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara administrasif lokasi Penambangan masuk dalam wilayah
Ungabo,Kampung Itakawa dan Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten
Jayapura, Provinsi Papua. Lokasi eksploitasi yang dimohon seluas ±5000 hektar,
terletak kurang lebih 20 Km ke arah tenggara dari Kota Sentani. Sedangkan
penyelidikan geologi pada tahap awal dilakukan pada areal yang seluas ± 199, 9
hektar yang juga merupakan areal rencana eksploitasi. Secara geografis areal
rencana eksploitasi terletak pada koordinat 140037’4,80” – 140037’51,60” BT dan
-2038’5,64” - -2039’54,40” LS. Lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Gambar Peta Indeks Lokasi Eksploitasi
(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)
3
Secara geografis daerah peningkatan eksploitasi dibatasi oleh koordinat-koordinat
Seperti dalam tabel berikut :
Tabel 1.1. Titik-titik koordinat batas wilayah eksploitasi PT. Wahana Bima Sakti
Titik Koordinat
Bujur Lintang
1 140037’27.0” -2038’5.64”
2 140037’51.60” -2039’35.60”
3 140037’48.00” -2039’54.40”
4 140037’48.00” -2039’54.40”
5 140037’4.80” -2039’54.40”
6 140037’4.80” -2039’54.40”
7 140037’12.72” -2039’49.07”
8 140037’12.72” -2039’43.56”
9 140037’24.60” -2039’43.56”
10 140037’24.60” -2039’30.46”
11 140037’34.32” -2039’30.46”
12 140037’34.32” -2038’45.17”
13 140037’26.40” -2038’45.17”
14 140037’26.40” -2038’16.80”
15 140037’37.20” -2038’16.80”
16 140037’37.20” -2038’36.60”
17 140037’47.28” -2038’36.60”
18 140037’47.28” -2038’5.64”
(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)
4
Gambar 1.2 Peta Koordinat Wilayah Eksploitasi
Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi-Papua
5
Untuk mencapai lokasi rencana eksploitasi dari pusat kota Kabupaten
Jayapura (Sentani), bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan beroda dua
maupun beroda empat melewati jalan raya Abepura-Sentani, hingga daerah
Waena-Yoka, kemudian mengikuti jalan sepanjang tepi danau Sentani menuju
daerah Itakwa dan Puay. Dengan kondisi jalan baik dan beraspal kemudian
sampai di Gereja Belebu Dusun Ayapo, perjalanan dilanjutkan menuju lokasi
penyelidikan dengan menyusuri jalan tanah menggunakan kendaraan baik
beroda empat atau beroda dua dengan jarak sekitar 3 km ditempuh dalam waktu ±
15 menit.
1.3.2 Kondisi Geologi 1.3.2.1 Topografi dan Morfologi
Berdasarkan kodisi morfologi bentuk relief dan sudut kelerengan lokasi
penyelidikan secara umum merupakan perbukitan bergelombang lemah hingga
terjal (20- 450), berada pada ketinggian 241m - 357m di atas permukaan laut
(Laporan Hasil Studi Kelayakan, PT. Wahana Bima Sakti). Perbukitan yang ada
di lokasi penelitian merupakan perbukitan yang tersusun oleh endapan tersier,
dengan tata guna lahan sebagai daerah tegalan, semak belukar dan hutan.
1.3.2.2 Geologi Umum
Terdapat beberapa sungai di daerah penyelidikan berupa sungai aktif
maupun sungai tak aktif, sungai yang masih aktif yaitu sungai Nokolopulo dan
Okoypulo. Pola aliran sungai yang berkembang di lokasi penyelidikan yaitu Sub-
paralel.
Proses geologi yang berlangsung hingga sekarang di lokasi penyelidikan
berupa pelapukan, pergerakan masa dan erosi.
Litologi yang ada di lokasi penyelidikan berupa, endapan material sedimen
lepas dan belum terlitifikasi secara baik menjadi sebuah batuan. Ukuran material
antara bongkah-pasir terdiri batuan skis, gneiss, peridotit, kwarsit, diabas dan
beberapa batuan lainnya serta endapan aluvial muda disepanjang aliran sungai.
6
Struktur geologi yang berkembang di lokasi penyelidikan berupa, kekar-kekar,
baik kekar tarik dan kekar gerus, bersifat lemah pada beberapa fragmen batuan.
Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan dapat dilihat pada Gambar 1.3
7
Gambar 1.3 Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G Bandung)
= Formasi Makats
= Formasi Nubai
= Formasi Auwewa
= Formasi Benai
8
1.3.3 Vegetasi Vegetasi daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi kawasan tidak
berhutan/tegalan, semak belukar dan hutan, umumnya dijumpai di bagian tengah
daerah penyelidikan. Dalam pemanfatanya sebagian besar penduduk manfaatkan
sebagai lahan pertanian, pemukiman dan lain-lain. Tanaman budidaya tidak
terlalu banyak dijumpai di lokasi eksplorasi, hanya di beberapa tempat yang
dijumpai Ubi-ubian, pisang dan tanaman jenis lainnya. Tumbuhan seperti
belukar, perdu, alang-alang ini yang paling banyak ada didaerah eksplorasi
terutama kebagian Utara.
1.3.4 Keadaan Iklim, Cuaca, dan Curah Hujan Berdasarkan data rata-rata suhu udara minimum dan maksimum Stasiun
Pengamatan Kabupaten Jayapura menunjukkan bahwa Distrik Sentani Timur
kindisi iklilmnya termasuk daerah beriklim tropis dengan suhu minimum ratarata
26,9 0C dan maksimum rata-rata 28,1 0C. Curah hujan di Kabupaten Jayapura dan
sekitarnya merata sepanjang tahun dengan jumlah curah hujan yang cukup tinggi
pada bulan Maret. Adapun jumlah curah hujan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 1.2 Data Curah hujan Tahun 2010 bulan Januari-oktober
Bulan Curah hujan
(mm)
Januari 357 Februari 121 Maret 363 April 204 Mei 153 Juni 56 Juli 53 Agustus 50 September 40 Oktober 89
(Sumber: BMKG Balai Besar Wilayah V Jayapura)
9
1.4 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan kerja praktek tersebut adalah selama 1 bulan yang
terhitung mulai dari tanggal 1 November 2010 sampai dengan 1 Desember 2010.
Sedangkan tempat pelaksanaannya adalah pada Lokasi Penyelidikan PT. Wahana
Bima Sakti, di daerah Ungabo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura,
Provinsi Papua.
1.5 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Wahana Bima Sakti berdiri sejak tahun 1997 dengan alamat Jl.Wisma
Raya Blok A No.73 Sunter Bisma-JAKARTA 14350 yang dipimpin oleh Bapak
Anda Sariajani. Mula-mula perusahaan ini bergerak dibidang Export – Import
suku cadang (Spare Part) kendaraan bermotor dengan menjadi DEALER Produk
DAIHATSU, ISUZU, NISSAN, SUZUKI, EXEDY,SECO dan penjualan unit
kendaraan bermotor, khususnya HYUNDAI.
Dalam perkembangan selanjutnya pada awal tahun 2005 PT. Wahana Bima
Sakti bergerak pula di sektor perdagangan lain, yaitu BATUBARA. Kemudian
mulai awal tahun 2007 sampai saat ini PT. Wahana Bima Sakti mulai melakukan
kegiatan eksplorasi TAMBANG EMAS di daerah Ungabo, Kecamatan Sentani
Timur, Kabupaten Jayapura.
10
1.6 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Wahana Bima Sakti dapat dilihat pada gambar 1.4
dibawah ini.
Ket :
1. Garis otoritas
Garis konsultasi
2. Hubungan masyarakat dan pemerintah dirangkapoleh kepala cabang
Gambar 1.4 Struktur organisasi PT. Wahana Bima Sakti
(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)
PRESIDENT DIREKTUR Anda Sariajani
DIREKTUR UMUM Drs. R. Abubakar
N.SH SEKERTARIS
Umi Kulsum
SEKERTARIS KEPALA CABANG Abdul Rachman
TEAM AHLI MENAJEMEN Umar Hasan
SEKERTARIS
Ass. KHUSUS Frits W.
KEP. PROSES EKSTRAKSI
Kansius
TRANS, MAINT ALAT BERAT Yandri
KEPALA OPS. TAMBANG
Yance
ADM & KEUANGAN M. Husein
PERSONALIA Eri S.
ASISTEN
OPERATOR ALAT BERAT
SUPIR TRUCK
MEKANIK
PENGAWAS TAMBANG
CHECKER OB
CHECKER KONSENTRAT
PENGAWAS SCREEN PLANT
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Genesa Emas Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak
dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua
yaitu: Endapan primer dan Endapan plaser (Sekunder).
Endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk langsung dari
magma (segregrasi dan diferensiasi magma). Disebut endapan singenetik, jika
endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan, dan disebut
epigenetik jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan.
Berdasarkan urutan pembentukan (dari diferensiasi magma), maka endapan
primer ini dikelompokkan menjadi beberapa fase, yaitu :
• Magmatik Cair (early and late magmatic).
• Pegmatitik.
• Pneumatolitik.
• Hidrotermal.
• Vulkanik.
Endapan sekunder secara umum adalah endapan yang terbentuk akibat konsentrasi
mineral berharga (bijih), yang berasal dari perombakan batuan asal dan
mengalami pengendapan kembali melalui proses-proses : Pelapukan (kimia atau
mekanis), Transportasi, Sorting (pelindian/leaching), dan Pengkonsentrasian
(pengkayaan).
Endapan Sedimenter / placer merupakan endapan-endapan yang terbentuk
(terkonsentrasi) oleh proses-proses mekanis, terutama yang terjadi pada mineral-
mineral berat (heavy minerals) yang memiliki ketahanan (resistensi) terhadap
pelapukan.
Emas merupakan unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol
Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79 yang merupakan logam yang
12
bersifat lunak dan mudah ditempa dengan kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3
(skala Mohs). Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral
ikutan. Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan
sejumlah kecil mineral non logam. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu
sekitar 10000C.
Gambar 2.1 Contoh gambar emas
Sumber: http//freelander.wordpress.com
2.2 Tahapan Kegiatan Eksplorasi
Tahapan kegiatan eksplorasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa
tahapan sebagai berikut :
Tahap I (Preliminary),
Program dengan budget rendah yang ditujukan untuk memperoleh
informasi umum. Tahap I ini pada umumnya dapat berupa kegiatan :
� Survei geologi tinjau (reconaissance),
� Pengecekan-pengecekan data yang sudah ada pada peta geologi regional (desk
study),
� Pengambilan beberapa sampel awal geokimia.
Tahap II (Prospecting),
Program yang disusun berdasarkan gambaran-gambaran yang telah
diperoleh pada tahap I. Tahap II ini pada umumnya berupa kegiatan :
� Pemetaan geologi,
13
� Sampling dan survei geokimia sistematik,
� Beberapa pemboran dangkal (scout drilling),
� Survei geofisika.
Tahap III (Finding & Calculation/Evaluation),
Program yang ditujukan untuk memastikan kondisi endapan yang disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi hasil tahap II (model genetik). Target
awal dipersempit sesuai dengan anomali geokimia dan geofisika yang ditemukan.
Pada umumnya program yang direncanakan berupa pemboran dan sampling untuk
pemastian anomali-anomali yang ada.
Pada umumnya dari masing-masing tahapan tersebut dibutuhkan re-evaluasi
terhadap semua hasil yang diperoleh (berdasarkan aspek geologi, teknik, dan
budget), untuk pengambilan-pengambilan keputusan terhadap kelanjutan program.
Secara skematik, pentahapan-pentahapan kegiatan eksplorasi tersebut di atas dapat
dilihat pada Gambar 2.2
14
Target Eksplo rasi
- Daerah - Bahan Galian (logam, mineral , dll.
- Laporan/literatur
- Pe ta geolog i regional
- Citra landsa t/foto udara
Analisis → penetapan daerah
target
PENINJAUAN LAPANGAN
(RECONNAISANCE)
- Survei geolog i pendahuluan
( regional)
- Sampling secara acak pada daerah-dae rah prioritas
EKSPLORASI PENDAHULUAN
(PRELIMINARY)
- Pemetaan topografi
- Pemetaan geo logi
- Sampling sistematik semi-detail - Survei geokimia sistematik
- Survei geofisika - Pemboran awal (scout drilling)
Mode l regional dan model analog
Analisis → penentuan langkah
dan metode eksplo rasi
EKSPLORASI LANJUT (PROSPECTING)
- Survei geofisika - Sampling sistema tik-intensif
- Pemboran lanjutan (grid rapat)
EKSPLORASI DETAIL
(F INDING )
- Sampling detail (grid rapat)
- Pemboran detail (grid rapat)
- Tipe bijih/mineralog i
- Tatatan tektonik
- Umur endapan - Tipe ba tuan induk
- Mineralog i bijih
- Alterasi - Anomali geokimia
- S ifat fisik dan kimia
- Model genetik
Analisis → penentuan arah
eksplo rasi prospeksi dan metode
- Model genetik endapan - Sebaran kada r
- Lokasi prospek - Zona-zona anomali
- Geometri endapan
- Alterasi
Analisis dan perencanaan eksplora si detail
BAHAN PROSES
CADANGAN BAHAN GALIAN (SUMBERDAYA TERUKUR)
STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
CADANGAN PROVEN
(CADANGAN TERTAMBANG)
Analisis tek nolog i, ekonomi,
dan lingkungan
- Data kadar
- Batas cebakan
- Metode penambangan - Per encanaan tambang
- Par ame ter-parameter ek onomi
- Rencana lingkungan
- Pemodelan cebakan (badan b ijih)
- Eval uasi cadangan
Gambar 2.2 Pentahapan kegiatan eksplorasi Sumber : Buku Ajar Teknik Eksplorasi Oleh Dr.Ir. Sudarto Notosiswoyo Syafrizal,
ST. MT. dan Mohamad Nur Heriawan, ST. MT. Jurusan Teknik pertambangan ITB-Bandung, 2000
15
2.3 Endapan Emas Aluvial
Karakteristik dari tipe endapan emas aluvial akan menentukan metoda dan
sistematika penyelidikan. Beberapa karakteristik endapan emas aluvial yang
dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan penyelidikan
meliputi: Tipe endapan emas aluvial, sebaran endapan emas aluvial, dan bahan
penyusun endapan emas aluvial.
2.4 Metode Penambangan
Secara garis besar metode penambangan ada tiga (Nurhakim, 2004/2005),
yaitu :
1. Tambang terbuka (surface mining).
2. Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining).
3. Tambang bawah air (underwater mining).
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penambangan:
1. Karakteristik endapan
2. Kondisi geologi dan hidrogeologi
3. Sifat-sifat geoteknik bijih dan batuan sekelilingnya
4. Konsiderasi ekonomi
5. Faktor teknologi
6. Faktor lingkungan
Macam-macam metode Tambang Terbuka berdasarkan jenis endapan:
1. Open pit/open cast/open cut/open mine
Metode penambangan yang biasanya diterapkan untuk endapan bijih (ore).
Secara umum metode ini menggunakan siklus operasi penambangan yang
konvensional, yaitu : pemecahan batuan dengan pemboran dan peledakan,
penggalian, pemuatan dan pengangkutan
2. Quarry
Metode penambangan yang biasanya diterapkan untuk bahan galian industri
atau mineral industri. misalnya tambang sirtu (pasir dan batu), Batu Gamping dan
lain-lain.
16
3. Strip Mine
Metode penambangan yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan
sedimenter yang letaknya kurang lebih mendatar, misalnya tambang batubara,
tambang-tambang garam, dan lain-lain.
4. Aluvial Mine
Metode penambangan yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan
alluvial, misalnya tambang bijih timah, pasir besi, dan lain-lain.
Berdasarkan Proses Penambangannya:
1. Metode ekstraksi secara mekanik
Metode ekstraksi menggunakan proses mekanik pada lingkungan yang
kering dibedakan atas :
1. Open pit mining
2. Quarry
3. Open cast mining
4. Auger mining
2. Metode ekstraksi dengan air
Metode ini berhubungan dengan air atau cairan untuk memperoleh mineral
terdapat 2 (dua) jenis metode, yaitu
1. Placer mining
a) Menggunakan air untuk menggali, transportasi dan mengkonsentrasi
mineral-mineral berat.
b) Terdiri dari hydraulicking dan dredging
2. Solution mining
a) Metoda yang membuat cair mineral-mineral sehingga dapat
ditransportasikan menggunakan air atau cairan pelarut.
b) Terdiri dari borehole extraction dan leaching.
17
2.5 Sistem Pengolahan/Metallurgi
2.5.1 Definisi Mineral Dressing
Mineral Dressing adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk
memisahkan mineral berharga (konsentrat) dan tidak berharga (gangue
mineral/tailing), berdasarkan sifat fisik mineral. Sedangkan mineral dressing yang
khusus bijih atau ore disebut dengan istilah ore dressing.
Dengan kata lain ore dressing adalah suatu proses dimana bijih diolah
sedemikian rupa sehingga didapat konsentrat atau hasil yang dikehendaki dengan
tidak mengubah sifat fisik serta kimia dari bijih tersebut, secara ekonomis. (H. S.
L Tobing. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian)
2.5.2 Beberapa Tahapan Yang Dilakukan Pada Mineral Dressing
1. Preparasi
Merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi, Dalam
preparasi ini ada beberapa tahap yaitu:
1. Comminution
2. Sizing
a. Screening
b. Classifying
2. Konsentrasi
Yaitu suatu proses pemisahan antara mineral yang berharga dengan mineral
yang tidak berharga, sehingga didapat Kadar yang lebih tinggi dan
menguntungkan.
Proses – proses konsentrasi:
1. Gravitasi (Gravity consentration)
2. Flotasi
3. Pemisahan Magnetik
4. Pemisahan elektrostatik
18
3. Dewatering
Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini tidak
dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap yaitu dengan cara:
1. Thickening
2. Filtrasi
3. Drying
4. Operasi tambahan
Operasi tambahan ini juga sangat besar artinya dalam proses pengolahan
atau operasi yang sedang dijalankan, yang meliputi:
1. Feeding
2. Sampling
19
III MATERI KERJA PRAKTEK
3.1 Status Lahan
Berdasarkan surat Permohonan PT. Wahana Bima Sakti tentang Pencadangan
Wilayah Kuasa Pertambangan Eksplorasi yang telah diajukan ke Pemerintah
Kabupaten Jayapura serta Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura
dan dengan menimbang bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap wilayah
pertambangan yang dimohon PT. Wahana Bima Sakti yang terletak di Distrik
Sentani Timur ternyata belum dicadangkan/ diterbitkan ijin kepada pihak
manapun sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan PT. Wahana Bima Sakti
dipandang telah memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh pencadangan wilayah
maka Bupati Jayapura telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 328 tentang
Persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan tertanggal 22 Desember
2009. Adapun daerah yang dimohon secara administratif terletak di daerah
Ungabo, Kecamatan Sentani Timur dengan luas wilayah ± 5000 hektar. Namun
lokasi rencana eksploitasi yang dimohon yaitu seluas ±199.9 hektar.
3.2 Kegiatan Eksplorasi
3.2.1 Perkembangan Kegiatan Eksplorasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan dan data sekunder yang
kami peroleh, kegiatan eksplorasi terhadap endapan emas aluvial yang telah
dilakukan oleh PT. Wahana Bima Sakti telah sampai pada tahap eksplorasi detail
dan studi kelayakan, yang meliputi Program geologi tinjau dan pemetaan,
Program survei dan sampling geokimia, Program survei geofisika, dan Program
pemboran serta sampling. Hingga saat ini yang masih diusahakan yaitu program
evaluasi dampak lingkungan (AMDAL), yang tercakup dalam studi kelayakan.
Pada saat ini kegiatan yang dilakukan untuk kelanjutan eksplorasi adalah
dengan melakukan pengujian terhadap keterdapatan butiran emas pada endapan
aluvial di sepanjang aliran sungai, dengan cara melakukan pendulangan secara
tradisional. Alat yang digunakan berupa rangkaian mesin pemompa air yang
20
bertujuan untuk penyemprotan dan penyedotan, penyemprotan bertujuan untuk
menggali serta memberaikan endapan menjadi lumpur yang kemudian disedot dan
dialirkan menuju sluice box. Konsentrat hasil pendulangan (berupa butiran emas)
diambil untuk di lakukan analisis lebih lanjut.
3.2.2 Hasil Kegiatan Eksplorasi Terhadap Karakteristik Endapan Emas
Aluvial
Berdasarkan hasil penyelidikan umum oleh PT. Wahana Bima Sakti,
lokasi rencana penambangan emas dihuni oleh endapan-endapan aluvial muda dan
aluvial tua yang ada di Sungai Nolopulo dan Okoypulo. Endapan aluvial tua ini
terdapat pada tebing-tebing atau daratan dan dikategorikan sebagai endapan
aluvial sungai purba (paleo fluvial) yang pada beberapa lokasi bercampur dengan
eluvial yang sekarang terpotong oleh aliran sungai aktif (aluvial muda). Endapan
emas aluvial pada lingkungan eluvial dapat berupa endapan sungai aktif dan
sungai tidak aktif.
Endapan emas aluvial pada lokasi umumnya menempati lembah sungai
atau undak. Endapan terdiri dari material-material besifat lepas atau belum
terkonsolidasi sempurna, berukuran lempung, lanau, pasir-brangkal bahkan
dijumpai bongkah-bongkah batuan berdiameter 1- 2.5 meter dengan membentuk
membulat tanggung. Lapisan pembawa emas memiliki ketebalan hingga beberapa
meter dengan kedalaman relatif dangkal. Butiran emas tersebar secara vertikal dan
lateral tidak teratur (erratic). Endapan pembawa emas alluvial tersusun atas
fragmen dan matriks bersifat lepas dan terpilah buruk sampai baik. Fragmen
berukuran kerikil sampai kerakal, kadang disertai berangkal sampai bongkah,
umumnya berbentuk membulat. Matriks pada endapan pembawa emas umumnya
berukuran pasir, terdiri dari mineral berat dan mineral ringan. Jenis mineral berat
umumnya berupa magnetit dan ilimenit, dan dapat disertai monasit, pirit,
arsenopirit, kasiterit, sinabar, bismuth, galena, platinoid, turmalin, garnet, kormit,
rutil dan limonit. Jenis mineral ringan umumnya feldspar, mika dan kuarsa.
21
Berdasarkan pengamatan megaskopis terhadap beberapa butiran emas
yang diperoleh dari hasil pendulangan di sepanjang aliran sungai Nolopulo dan
Okoypulo, diketahui bahwa emas berwarna kuning pucat, bentuk butir membulat
tanggung, sebagian pipih, pecahan “hackly” berbentuk “Nuget”.
Gambar 3.1 Kenampakan Butiran emas hasil pendulangan
3.3 Perencanaan Penambangan
3.3.1 Metode Penambangan
3.3.1.1 Dasar Pemilihan Sistem Penambangan
Berdasarkan jenis dan letak endapan bahan galian pada Lokasi Rencana
Penambangan PT. Wahana Bima Sakti yaitu endapan emas aluvial dengan letak
endapan relatif dangkal, dan umumnya terdiri dari material yang tidak
terkonsolidasi sempurna serta tersebar di lembah sungai, maka metode
penambangan yang relevan yaitu Tambang Terbuka, dengan metode Alluvial
Mine, dimana proses penggaliannya dilakukan dengan cara Hydraulicking dan
dapat pula menggunakan alat mekanis seperti Hydraulic Excavator.
3.3.1.2 Desain Sistem Penambangan
Melihat kondisi topografi, karakteristik endapan, dan kondisi geologi maka
desain sistem penambangan endapan emas direncanakan menggunakan metode
Alluvial Mine, dengan metode penggalian dpat dilak ukan secara mekanis maupun
22
hydraulicking. Penambangan dapat dilakukan sepanjang aliran sungai dan
disesuaikan dengan sebaran blok kadar endapan.
3.3.1.3 Tahapan Kegiatan Rencana Penambangan
Aktifitas dasar penambangan yang dapat digunakan pada Rencana Kegiatan
Penambangan Endapan Aluvial pada PT. Wahana Bima Sakti ini, antara lain;
1. Pembersihan Lahan
Berdasarkan tahapan dasar penambangan, kegiatan awal penambangan yang
harus dilakukan yaitu “Clearing” atau pembersihan lahan dari semak belukar,
pepohonan, maupun bongkahan batu yang dapat mengganggu aktifitas
penambangan. Kegiatan ini direncanakan menggunakan alat mekanis seperti
Hydraulic Excavator KOMATSU PC 200-7 dan Bulldozer KOMATSU D85E.
Pada lokasi penyelidikan sudah terdapat area yang telah dilakukan pembersihan
yaitu pada area rencana penempatan peralatan “screen” dan konsentrator, serta
area rencana pembangunan kantor, bengkel dan penginapan (Base Camp)
karyawan.
2. Penanganan Tanah Pucuk dan Oveburden.
Pada lapisan tanah penutup ini di dominasi oleh tanah berwarna coklat-
kemerahan tersusun oleh material lempung-pasiran, dengan ketebalan bervariasi
antara 0,5m-5m. Pengupasan Overburden ini dapat dilakukan dengan
menggunakan metode konvensional, yaitu dengan menggunakan alat-alat mekanis
seperti Wheel Dozer dan Wheel Loader. Dalam perencanaannya, PT. Wahana
Bima Sakti menyediakan alat untuk melakukan kegiatan ini, yaitu Hydraulic
Excavator KOMATSU PC 200-7 dan Bulldozer KOMATSU D85E. Lapisan tanah
teratas di dorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu dekat dengan daerah
operasi Bulldozer, kemudian dimuat menggunakan Hydraulic Excavator ke dalam
Dump Truck lalu di angkut ke tempat penyimpanan tanah pucuk.
23
Gambar 3.2 Kenampakan lapisan tanah pucuk dan Over Burden
3. Pembongkaran
Perencanaan pembongkaran endapan alluvial direncanakan dengan
menggunakan alat mekanis yaitu Backhoe Excavator tipe KOMATSU PC 200-7.
Tahapan penggalian disesuaikan dengan metode penambangan, dan lokasi blok
sebaran kadar hasil penyelidikan.
Namun pada saat ini penggalian endapan alluvial di lokasi penyelidikan
masih menggunakan metode hydraulicking yaitu dengan menggunakan alat
penyemprot (water jet), yang merupakan rangkaian mesin pompa dan selang,
sehingga menghasilkan air dengan tekanan yang besar, dengan tipe msin HONDA
WB 20 XT dan YANMAR TF 105 MR-di, tipe pompa SELF PRIMING PUMP
model NS-100 (Φ 4”). Penyemprotan ini berujuan memberaikan tanah beserta
endapan menjadi lumpur, sehingga butiran emas dapat terlepas dari endapan
pembawanya. Kegiatan pembongkaran ini dapat dilakukan hingga mencapai
kedalaman 3m, tergantung ketebalan endapan dan kekerasan lapisan batuan.
Gambar 3.3 Kegiatan Pembongkaran/ penggalian dilakukan dengan penyemprotan
24
4. Pemuatan
Pemuatan merupakan kegiatan yang di lakukan dengan tujuan untuk
mengangkat material endapan yang telah digali, yang kemudian dimuat kedalam
alat angkut untuk dibawah menuju alat pengolahan (vibrating Screen) untuk
selanjutnya di olah (pemisahan mineral berat dari mineral pengotornya). Dalam
perencanaannya pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat mekanis seperti
Backhoe Excavator KOMATSU PC 200-7.
Berdasarkan pengamatan yang kami dapat di lapangan, kegiatan pemuatan
transportasi dilakukan dengan media air. Bahan galian emas aluvial yang sudah
tercampur dengan lumpur, kemudian disedot melalui pipa paralon dan dialirkan
menuju sluice box. Alat yang digunakan berupa rangkaian mesin pemompa air
yang berkekuatan besar yang digunakan untuk penyemprotan dan penyedotan.
Gambar 3.4 Rangkaian mesin pompa untuk menyedot lumpur hasil pembongkaran
5. Pengangkutan
Dalam perencanaanya, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengangkut hasil penggalian endapan emas aluvial dari front menuju lokasi
pengolahan, yaitu alat pengayakan (screen) ysng dikombinasikan dengan alat
penangkap emas (konsentrator). Kegiatan pengangkutan ini direncanakan dengan
menggunakan alat mekanis yaitu Dump Truck HYUNDAI HD MIGHTY 125-MH.
25
Peralatan penambangan yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Daftar peralatan penambangan
No Nama Alat Jenis/tipe Kapasitas
(m3) Jumlah
alat kondisi
1 Bulldozer KOMATSU D85E 7 1 unit rusak 2 Hydraulic
excavator KOMATSU PC 200-7
0.8 2 unit baik
3 Dump Truck Hyundai HD Mighty 125 MH
6 5 unit 2 unit baik
4 Unit Pengolahan
1 unit baik
(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)
3.4 Rencana Pengolahan/ Ekstraksi
3.4.1 Alat Pengolahan
Alat pengolahan bahan galian emas aluvial yang akan digunakan oleh PT.
Wahana Bima Sakti menggunakan 1 unit pengolahan yang terdiri dari Screen I,
Screen II, Konsentrator dan mesin diesel (generator) sebagai mesin pembangkit
listrik.
Gambar 3.5 Rencana Unit Pengolahan (Vibrating Screen dan Konsentrator)
26
Namun untuk saat ini peralatan pengolahan yang digunakan oleh PT.
Wahana Bima Sakti untuk melakukan pengujian terhadap keterdapatan butiran
emas pada endapan alluvial di sepanjang aliran sungai yaitu dengan menggunakan
Sluice box/peti emas.
Didalam sluice box, lumpur hasil penyedotan konsentrat yang mengandung
emas yang terdapat dalam aliran lumpur dapat ditangkap (terendapkan karena
berat jenisnya tinggi) dengan bantuan dasar sluice box/peti emas dilapisi karpet.
Tahap selanjutnya (setelah dilakukan penyedotan), karpet lantai sluice box/peti
emas dicuci kedalam meja besi berbentuk (segi empat) yang dialaskan terpal
dengan bantuan airan air, emas yang terlihat oleh mata (megaskopis) diambil
kemudian ditimbang untuk selanjutnya dianalisa lebih lanjut.
3.4.2 Proses Pengolahan
Perencanaan Proses pengolahan bahan galian emas alluvial PT. Wahana
Bima Sakti, adalah sebagai berikut:
Pay Streak (endapan yang mengandung bijih emas) yang diangkut oleh
dump truck dari front penambangan akan langsung diangkut ke unit pengolahan
(screen). Di unit pengolahan pay streak di dumping ke screen I, untuk
memisahkan material yang berukuran bongkah dan berangkal dengan material
yang lebih kecil, material yang tertahan di screen I dibuang, sedangkan material
yang lolos, masuk ke screen II, untuk memisahkan material berukuran kerakal
hingga kerikil, dengan yang lebih kecil. Material berukuran krakal dan krikil yang
tetahan dibuang, sedangkan yang lolos berupa lumpur / slurry (material berukuran
pasir sangat kasar hingga lempung) masuk ke dalam konsentrator untuk
memisahkan konsentrat berat dengan pengotor. Konsentrat kemudian dialirkan ke
penampungan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari konsentrator, untuk
kemudian di ekstrak emasnya.
27
Screen 1
Screen 2
Konsentrator
Bagan alir rencana pengolahan emas PT. Wahana Bima Sakti adalah sebagai
berikut:
Input: Output
� Pay Streak dari front (+)Screen1
penambangan (-) Screen 1
Output: Output:
� (-) Screen 1 (+) Screen 2
(-) Screen 2
Output: Output:
� (-) Screen 2 (+) Konsentrator
(-) Konsentrator
Gambar 3.6 Bagan Alir Rencana Pengolahan
Keterangan :
(+) = Material tertahan
(-) = Material lolos
(+) Screen1= Bongkah (≥ 256 mm) – Berangkal (64-256 mm)
(-) Screen1= Kerakal (4-64 mm) – Lempung (≤ 1/256 mm)
(+) Screen2 = Kerakal (4-64 mm) – Kerikil (2-4 mm)
(-) Screen2 = pasir sangat kasar (1 -2 mm) – lempung ((≤ 1/256 mm)
28
3.5 Kesediaan Infrastuktur
3.5.1 Tenaga Listrik
Selama masa penyelidikan, kesediaan tenaga listrik milik pemerintah
setempat belum tersedia, untuk itu tenaga listrik yang digunakan berasal dari
mesin pembangkit (Power Supply) milik perusahaan sendiri, yaitu mesin
Generator dengan daya 90 KW. Tenaga listrik ini digunakan untuk keperluan
penerangan pada kantor, proses pengelasan dan lain-lain.
Gambar 3.7 Generator yang digunakan untuk kebutuhan tenaga listrik
3.5.2 Air
Sumber air berasal dari sungai yang berada di sekitar lokasi penyelidikan,
pengambilan air bersih dilakukan dengan menggunakan mesin pompa air,
kemudian dialirkan ke tempat penampungan yang telah disediakan. Selain itu
dapat juga diambil secara langsung.
Gambar 3.8 Kolam penampungan air yang berasal dari aliran sungai
29
3.5.3 Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga kerja yang dipakai untuk sementara berjumlah 63 orang.
Kebanyakan tenaga kerja yang digunakan berasal dari penduduk lokal setempat
yang bermukim di sekitar wilayah Ungabo.
Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Kerja PT. Wahana Bima Sakti yang dimiliki/dibutuhkan
DESKRIPSI JUMLAH TENAGA Kepala Cabang 1 Sekretaris 2 Kepala Teknik 1 Asisten Khusus 1 Kepala Bagian 5 Pengawas Operasi Tambang 10 Operator 13 Teknisi 3 Staf Administrasi 6 Security 4 Driver 2 Tenaga Harian 24 TOTAL 63
(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)
3.5.4 Lokasi Pemukiman
Lokasi pemukiman penduduk berada tidak jauh dari lokasi penyelidikan,
yaitu tersebar di kampung Itakawa dan Puay. Namun lokasi pemukiman khusus
bagi karyawan atau para pekerja berada tepat di lokasi penyelidikan.
Gambar 3.9 Salah satu mess karyawan yang berada di lokasi kegiatan
penyelidikan
30
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
� Berdasarkan surat Permohonan PT. Wahana Bima Sakti tentang
Pencadangan Wilayah Kuasa Pertambangan Eksplorasi di Daerah Ayapo
Kecamatan Sentani Timur, dengan luas wilayah ±5000 hektar. Namun
lokasi rencana eksploitasi yang dimohon/ditingkatkan yaitu seluas
±199.9 hektar.
� Morfologi daerah penyelidikan berupa perbukitan bergelombang sedang
hingga terjal dengan kemiringan lereng berkisar antara (20- 450), berada
di atas ketinggian 241m - 357m di atas permukaan laut.
� Kegiatan eksplorasi terhadap endapan emas aluvial yang telah dilakukan
oleh PT. Wahana Bima Sakti telah sampai pada tahap eksplorasi detail
dan studi kelayakan.
� Secara geologi tipe endapan emas di lokasi penyelidikan dikategorikan
sebagai endapan emas purba (Paleo grid).
� Emas diketahui berwarna kuning pucat, bentuk butir membulat tanggung,
sebagian pipih, “hackly” berbentuk “Nuget”.
� Rencana Sistem Penambangan yang digunakan yaitu Alluvial Mine
dengan menggunakan Hydraulic Excavator sebagai alat Gali Muat,
Dump Truck sebagai alat angkut, dan unit pengolahan untuk
mengekstraksi emas dari konsentratnya untuk kemudian dicetak menjadi
emas batangan.
� Saat ini kegiatan yang dilakukan untuk kelanjutan eksplorasi adalah
dengan melakukan pengujian terhadap keterdapatan butiran emas pada
endapan aluvial di sepanjang aliran sungai, dengan cara melakukan
pendulangan secara tradisional.
� Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian terhadap keterdapatan
butiran emas pada endapan aluvial di sepanjang aliran sungai yaitu
dengan menggunakan mesin pemompa air (penyemprotan dan
penyedotan) menuju sluice box.
31
� Unit pengolahan yang di gunakan terdiri dari Vibrating Screen double
deck, Konsentrator, serta Generator sebagai mesin penggerak.
� Secara umum proses pengolahan yang akan dilakukan PT. Wahana Bima
Sakti adalah dari pengumpulan material dari front penambangan menuju
screen kemudian material yang lolos screen 1 dan 2 (ukuran pasir sampai
lempung) dalam bentuk lumpur (slurry) menuju/masuk kedalam
konsentrator untuk memisahkan konsentrat berat dengan pengotor.
4.2 Saran
� Perlu adanya pengawas pembantu tambang yang berfungsi memberikan
masukan terkait pembuatan dan penggunaan alat pendulangan (sluice
box) dan lain-lain.
� Upaya pencegahan kecelakaan merupakan tanggung jawab setiap lini
manajemen dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif. Untuk itu Perlu adanya penyuluhan K-3, terkait minimnya
penggunaan alat pengaman bagi para pekerja, khususnya bagi para
pendulang, seperti helmet, sarung tangan, sepatu boat, dan lain-lain.
32
DAFTAR PUSTAKA
Accade. Emas. http//freelander.wordpress.com/2009/06. (11 Februari 2011)
Ajie, M.W, Sukamto, and Sudaryanto. METTALURGI DASAR Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “VETERAN”-YOGYAKARTA, 2001
Notosiswoyo, S. Syafrizal, and Heriawan, M. Nur. Buku Ajar TEKNIK EKSPLORASI , Jurusan Teknik, ITB-Bandung, 2005
Nurhakim. TAMBANG TERBUKA. Draft Bahan Kuliah, Program Studi Teknik Pertambangan, Universitas Lembung Mangkurat, Banjarbaru, 2005
Prodjosumanto, Partanto. Pengantar Perencanaan Tambang. UNISBA. 2004
Tobing H. S. L. 2005. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. Bandung.
BMKG Balai Besar Wilayah V. Januari S/D Oktober 2010. Data curah hujan Tahun 2010. Jayapura.
Tim Teknis, PT. Wahana Bima Sakti. 2010. Laporan Hasil Studi Kelayakan.
Jayapura.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G Bandung).2009. Peta Geologi Regional Daerah Ayapo dan Sekitarnya, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.