47
BAB III TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini akan disajikan deskripsi mengenai hubungan intensitas komunikasi dalam keluarga broken home, interaksi peer group, dan konsep diri remaja. Pada bab ini akan dijabarkan beberapa hal yaitu uji validitas, uji reliabilitas, identitas responden, dan penjelasan tentang hasil pengujian masing masing variabel dalam penelitian. Hasil penelitian dalam bab ini akan disajikan dalam bentuk grafik, tabel, serta interpretasi. 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 3.1.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak. Kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur melalui kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor item dengan total skor variabel, jika korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor variabel menunjukkan hasil yang signifikan, maka masing-masing indikator pertanyaan dinyatakan valid (Ghozali, 2011 : 54-55). Sebagai dasar pengambilan keputusan, terdapat acuan yang digunakan untuk membuat kesimpulan terhadap uji validitas yang dilakukan, yaitu: 1. Jika r hitung > r tabel, maka kuesioner dinyatakan valid 2. Jika r hitung < r tabel, maka kuesioner dinyatakan tidak valid Berikut ditampilkan hasil uji validitas : 1.1.1.1 Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home Berikut ini hasil uji validitas variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home melalui aplikasi SPSS.

BAB III TEMUAN PENELITIANeprints.undip.ac.id/59636/4/BAB_III.pdf · 2018-01-19 · keluarga broken home, ... tentang hasil pengujian masing – masing variabel dalam penelitian. Hasil

Embed Size (px)

Citation preview

BAB III

TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan deskripsi mengenai hubungan intensitas komunikasi dalam

keluarga broken home, interaksi peer group, dan konsep diri remaja. Pada bab ini akan

dijabarkan beberapa hal yaitu uji validitas, uji reliabilitas, identitas responden, dan penjelasan

tentang hasil pengujian masing – masing variabel dalam penelitian. Hasil penelitian dalam bab

ini akan disajikan dalam bentuk grafik, tabel, serta interpretasi.

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

3.1.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah kuesioner yang digunakan valid atau

tidak. Kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuesioner

tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur melalui kuesioner tersebut. Uji validitas

dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor item

dengan total skor variabel, jika korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor

variabel menunjukkan hasil yang signifikan, maka masing-masing indikator pertanyaan

dinyatakan valid (Ghozali, 2011 : 54-55).

Sebagai dasar pengambilan keputusan, terdapat acuan yang digunakan untuk membuat

kesimpulan terhadap uji validitas yang dilakukan, yaitu:

1. Jika r hitung > r tabel, maka kuesioner dinyatakan valid

2. Jika r hitung < r tabel, maka kuesioner dinyatakan tidak valid

Berikut ditampilkan hasil uji validitas :

1.1.1.1 Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home

Berikut ini hasil uji validitas variabel intensitas komunikasi dalam keluarga

broken home melalui aplikasi SPSS.

Tabel 3.1

Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home

Berdasarkan tabel 3.1 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing

pertanyaan terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang

signifikan. Untuk mengetahui apakah masing-masing pertanyaan tersebut valid, maka

kita harus membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui

melalui hasil output aplikasi SPSS di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui

tabel disstribusi nilai r tabel dengan signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi

nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai

signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut disajikan dalam tabel 2.2 berikut :

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home

Nama Item rxy rtabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,460 0,296 Valid

Pertanyaan 2 0,531 0,296 Valid

Pertanyaan 3 0,680 0,296 Valid

Pertanyaan 4 0,422 0,296 Valid

Pertanyaan 5 0,676 0,296 Valid

Pertanyaan 6 0,526 0,296 Valid

Pertanyaan 7 0,905 0,296 Valid

Pertanyaan 8 0,578 0,296 Valid

Pertanyaan 9 0,465 0,296 Valid

Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan variabel intensitas komunikasi dalam keluarga

broken home dinyatakan valid.

1.1.1.2 Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group

Berikut ini hasil uji validitas variabel interaksi peer group yang dilakukan melalui

aplikasi SPSS.

Tabel 3.3

Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group

Berdasarkan tabel 3.3 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing pertanyaan

terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk

mengetahui apakah masing - masing pertanyaan tersebut valid, maka kita harus membandingkan

nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui melalui hasil output aplikasi SPSS

di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui tabel distribusi nilai r tabel dengan

signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r

tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut

disajikan dalam tabel 2.4 berikut :

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Variabel Interaksi Peer Group

Nama Item rxy rtabel Keterangan

Pertanyaan 10 0,752 0,296 Valid

Pertanyaan 11 0,801 0,296 Valid

Pertanyaan 12 0,701 0,296 Valid

Pertanyaan 13 0,769 0,296 Valid

Pertanyaan 14 0,671 0,296 Valid

Pertanyaan 15 0,680 0,296 Valid

Pertanyaan 16 0,472 0,296 Valid

Pertanyaan 17 0,498 0,296 Valid

Pertanyaan 18 0,589 0,296 Valid

Pertanyaan 19 0,480 0,296 Valid

Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa masing-masing pertanyaan variabel Interaksi Peer Group dinyatakan valid.

1.1.1.3 Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja

Berikut ini hasil uji validitas variabel konsep diri remaja yang dilakukan melalui

aplikasi SPSS.

Tabel 3.5

Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja

Berdasarkan tabel 3.5 diatas, diketahui bahwa korelasi antara masing-masing pertanyaan

terhadap total skor variabel dalam penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk

mengetahui apakah masing - masing pertanyaan tersebut valid, maka kita harus membandingkan

nilai r hitung dengan r tabel. Nilai r hitung dapat kita ketahui melalui hasil output aplikasi SPSS

di atas, sedangkan nilai r tabel dapat diketahui melalui tabel distribusi nilai r tabel dengan

signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel distribusi nilai r tabel tersebut, dapat diketahui nilai r

tabel untuk jumlah responden 30 dengan nilai signifikansi 5 persen adalah 0,296. Data tersebut

disajikan dalam tabel 2.6 berikut :

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Variabel Konsep Diri Remaja

Nama Item rxy rtabel Keterangan

Pertanyaan 20 0,544 0,296 Valid

Pertanyaan 21 0,768 0,296 Valid

Pertanyaan 22 0,571 0,296 Valid

Pertanyaan 23 0,706 0,296 Valid

Pertanyaan 24 0,811 0,296 Valid

Pertanyaan 25 0,677 0,296 Valid

Pertanyaan 26 0,641 0,296 Valid

Pertanyaan 27 0,602 0,296 Valid

Pertanyaan 28 0,793 0,296 Valid

Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel.Sehingga, dapat disimpulkan

bahwa masing-masing pertanyaan variabel konsep diri remaja dinyatakan valid.

1.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah kuesioner yang digunakan

reliable atau tidak.Kuesioner dikatakan reliable jika jawaban responden dari waktu ke

waktu terhadap pertanyaan dalam kuesioner tersebut konsisten.Uji reliabilitas dapat

dilakukan dengan uji statistik.Cronbach Alpha (a). Jika Cronbach Alpha (a)

menunjukkan angka > 0,60 maka variabel dalam kuesioner dinyatakan reliable (Ghozali,

2009:45-46). Berikut ini ditampilkan hasil uji reliabilitas:

1.1.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home

Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken

home menggunakan aplikasi SPSS.

Tabel 3.7

Uji Reliabilitas Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home

Berdasarkan tabel 3.7 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel

intensitas komunikasi dalam keluarga broken home sebesar 0,737. Berdasarkan ketentuan

yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka 0.737>0,060.Sehingga, dapat disimpulkan bahwa

pertanyaan yang mewakili variabel intensitas komunikasi dalam keluarga dinyatakan

reliable.

1.1.2.2 Uji Reliabilitas Variabel Interaksi Peer Group

Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel interaksi peer group melalui aplikasi SPSS.

Tabel 3.8

Uji Reliabilitas Interaksi Peer Group

Berdasarkan tabel 3.8 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel

interaksi peer group sebesar 0,848. Berdasarkan ketentuan yang sudah dijelaskan

sebelumnya, maka 0,848> 0,60. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang

mewakili variabel interaksi peer group dinyatakan reliable.

1.1.2.3 Uji Reliabilitas Variabel Konsep Diri Remaja

Berikut ini hasil uji reliabilitas variabel konsep diri remaja melalui aplikasi SPSS.

Tabel 2.9

Uji Reliabilitas Konsep Diri Remaja

Berdasarkan tabel 2.9 diatas, diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha (a) variabel

interaksi peer group sebesar 0,855. Berdasarkan ketentuan yang sudah dijelaskan

sebelumnya, maka0,855> 0,60. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang

mewakili variabel interaksi peer group dinyatakan reliable.

Setelah kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data dinyatakan valid dan

reliable, maka selanjutnya dapat dilakukan pencarian data di lapangan.

Berikut uraian hasil penemuan data yang peneliti dapatkan:

1.2 Hasil Penelitian

1.2.1 Identitas Responden

Dalam penelitian kriteria responden yang menjadi sampel yaitu remaja usia 17-23

tahun yang berdomisili di Semarang, serta memiliki latar belakang keluarga broken

home. Keseluruhan responden berjumlah 30 orang. Jenis kelamin dan usia responden

dijelaskan dalam grafik di bawah ini.

Identitas responden dalam penelitian ini dijabarkan pada grafik berikut :

Grafik 3.1

Grafik 3.2

30%

70%

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

10%

13%

13%

10%10%

17%

17%

10%

Usia Responden

17 tahun

18 tahun

19 tahun

20 tahun

21 tahun

22 tahun

23 tahun

24 tahun

1.2.2 Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home

Intensitas komunikasi dalam keluarga broken home diukur melalui beberapa

indikator yang diturunkan ke dalam beberapa pertanyaan. Beberapa indikator tersebut

adalah: frekuensi berkomunikasi, durasi berkomunikasi, tingkat keluasan pesan, tingkat

kedalaman pesan, dan keteraturan dalam berkomunikasi. Berikut ini penjelasan lebih

rinci untuk setiap pertanyaan:

3.2.2.2 Frekuensi Berkomunikasi

Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga broken home yang pertama adalah

frekuensi berkomunikasi antara orang tua dengan anak. indikator ini digunakan untuk

mengetahui seberapa sering orang tua dan anak bertemu serta berkomunikasi pada

keluarga yang broken home. Untuk mengetahu frekuensi berkomunikasi, peneliti

mengajukan beberapa pertanyaan. Berikut ini hasil penelitian yang telah peneliti

dapatkan:

Grafik 3.3

23%

27%27%

23%

Seberapa sering bertemu (percakapan langsung) dengan orang tua

Setiap hari

Hampir setiap hari

Seminggu dua kali

Seminggu sekali

Selain berkomunikasi secara langsung, berkomunikasi melalui media seperti telepon

genggam atau handpone juga menjadi alternatif berkomunikasi secara efektif ditengah – tengah

kesibukan pekerjaan orang tua, maupun kegiatan – kegiatan remaja, dalam keluarga broken

home, salah satu orang tua akan tinggal terpisah dengan anak. Namun melalui komunikasi

dengan telepon genggam dapat memudahkan komunikasi antara orang tua dan anak tersebut.

Berikut ini adalah hasil temuan seberapa sering responden berkomunikasi melalui media

seperti telepon ataupun telepon genggam dengan orang tua :

Grafik 3.4

10%

34%53%

3%

Seberapa sering berkomunikasi dengan orang tua via

sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

3.2.2.3 Durasi berkomunikasi

Durasi berkomunikasi merupakan lamanya komunikasi yang dilakukan orang tua

dan anak dalam keluarga broken home.Indikator ini digunakan untuk mengetahui

seberapa lama komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak dalam keluarga

broken home. Untuk mengetahui durasi berkomunikasi dalam keluarga broken home,

peneliti mengajukan beberapa pertanyaan. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan sebagai

berikut:

Grafik 3.5

23%

20%44%

13%

Lama percakapan langsung

>5jam

3-4jam

1-2jam

Sekitar setengah jam

Berikut ini adalah hasil temuan responden dari seberapa lama responden berkomunikasi

dengan orang tua melalui media sosial:

Grafik 3.6

10%

17%

33%

40%

Lama berkomunikasi via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll

>5jam

3-4jam

1-2jam

Sekitar setengah jam

3.2.2.3 Tingkat keluasan pesan

Tingkat keluasan pesan merupakan ragam pilihan topik saat berkomunikasi antara

orang tua dan anak dalam keluarga broken home.Indikator ini digunakan untuk mengetahui

seberapa luas pesan dalam komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak dalam

keluarga broken home.Komunikasi dalam keluarga yang efektif ditandai dengan adanya

keterbukaan antara orang tua dan anak.Keterbukaan tersebut dapat dilihat melalui seberapa

luasnya pesan yang dipertukarkan dalam komunikasi yang dilakukan antar anggota

keluarga.Untuk mengetahui tingkat keluasan pesan, peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan. Berikut hasil penelitian yang peneliti dapatkan:

Grafik 3.7

23%

10%

57%

10%

Membahas topik yang bersifat pribadi

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak Pernah

Grafik 3.8

7%

27%

53%

13%

Orang tua mendiskusikan mengenai self ideal remaja

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

3.2.2.4 Tingkat Kedalaman Pesan

Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga yang selanjutnya adalah tingkat

kedalaman pesan yang ditunjukkan melalui frekuensi keterbukaan anak saat

berkomunikasi dengan orang tua dalam keluarga broken home. Komunikasi dalam

keluarga yang efektif ditandai dengan keterbukaan antara orang tua dan anak, Selain

melalui keluasan pesan, keterbukaan juga dapat melalui kedalaman pesan saat

bekomunikasi antar anggota keluarga. Berikut hasil penelitian yang telah peneliti

dapatkan:

Grafik 3.9

3%

20%

57%

20%

Jujur menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dialami

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

3.2.2.5 Keteraturan Berkomunikasi

Indikator intensitas komunikasi dalam keluarga yang terakhir adalah keteraturan

berkomunikasi.Keteraturan berkomunikasi dalam keluarga ditunjukkan dengan ada atau

tidaknya rutinitas dalam berkomunikasi antara orang tua dan remaja. Berikut adalah hasil

penelitian yang peneliti dapatkan:

Grafik 3.10

20%

13%

44%

23%

Menghabiskan waktu dengan orang tua saat weekend

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

Selain dengan menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan orang tua saat weekend,

dalam suatu keluarga biasanya memiliki jadwal rutin yang ditentukan dalam waktu tertentu dan

digunakan untuk berkumpul dan berbincang – bincang antara anggota keluarga.Berikut ini

adalah temuan penelitian yang menyatakan setuju atau tidak setujunya responden tentang

pernyataan bahwa mereka memiliki jadwal rutin untuk bertemu dan berbincang dengan orang

tua.

Grafik 3.11

13%

50%

30%

7%

Memiliki jadwal rutin bertemu dan berbincang dengan orang tua

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

3.2.2.6 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Intensitas Komunikasi dalam Keluarga

Broken Home

Setelah menguraikan temuan data responden mengenai variabel intensitas komunikasi

dalam keluarga broken home, akan diketahui variasi nilai dari jawaban responden akan

dibagi menjadi dua kelas, yaitu rendah dan tinggi. Terdapat 9 pertanyaan yang mewakili

variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home (X1). Pertanyaan-pertanyaan

tersebut memiliki skor 1 sampai 4. Sehingga, pengelompokkan skala intensitas komunikasi

dalam keluarga broken home diperoleh dengan langkah berikut ini :

I = 𝑅+1

𝐾

Keterangan :

I : Interval Kelas

𝑚𝑎𝑥 : Skor Tertinggi

min : Skor Terendah

K : Kelas

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Jumlah Kelas X1 = 2

Skor Tertinggi = 32

Skor Terendah = 13

I = 32−13

2 = 10

I = 𝑚𝑎𝑥−𝑚𝑖𝑛

𝐾

Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut:

Interval Indikator

13 – 22 Rendah

23 – 32 Tinggi

Berdasarkan kategorisasi intensitas komunikasi dalam keluarga broken home seperti

perhitungan yang telah dilakukan, maka dihasilkan grafik berikut ini:

Grafik 3.12

Berdasarkan Grafik 3.12 diatas, diketahui bahwa intensitas komunikasi dalam keluarga

broken home rendah.Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memiliki

frekuensi dan durasi rendah saat berkomunikasi dengan orang tua mereka.Responden juga

jarang menceritakan masalah dan perasaan serta membahas topik yang bersifat pribadi

dengan orang tua mereka.

60%

40%

Intensitas komunikasi dalam keluarga broken home

Rendah

Tinggi

3.2.3 Interaksi Peer Group

Interaksi peer group diukur melalui beberapa indikator diantaranya adalah: frekuensi

komunikasi, interaksi, keteraturan, tingkat kedalaman pesan, dan tanggapan yang

diberikan oleh teman sebaya. Indikator-indikator tersebut akan diturunkan ke dalam

beberapa pertanyaan. Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci untuk setiap pertanyaan:

3.2.3.1 Frekuensi Komunikasi

Indikator interaksi peer group yang pertama adalah frekuensi komunikasi. Indikator

ini digunakan untuk mengetahui seberapa sering anak dan teman sebaya bertemu dan

berkomunikasi.

Grafik 3.13

21%

54%

18%

7%

Seberapa sering bertemu (percakapan langsung) dengan peer group

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

Grafik 3.14

38%

24%

24%

14%

Berkomunikasi dengan peer group via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

3.2.3.2 Interaksi

Indikator interaksi diukur dari durasi atau lamanya remaja berinteraksi atau

berkomunikasi dengan peer group. indikator ini digunakan untuk mengukur seberapa

lama remaja berinteraksi dengan peer group.

Grafik 3.15

30%

30%

30%

10%

Lama percakapan langsung

>5jam

3-4jam

1-2jam

Sekitar setengah jam

Grafik 3.16

23%

31%

35%

11%

Lama percakapan via sms/telepon/bbm/line/whatsapp/dll

>5jam

3-4jam

1-2jam

Sekitar setengah jam

3.2.3.3 Keteraturan

Indikator interaksi peer group yang selanjutnya adalah keteraturan dalam

berkomunikasi. Indikator ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya rutinitas

interaksi dengan peer group.

Grafik 3.17

10%

36%47%

7%

Seberapa sering menghabiskan waktu dengan peer group diluar urusan sekolah/perkuliahan/pekerjaan

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

Grafik 3.18

13%

37%47%

3%

Memiliki jadwal rutin bertemu dan berbincang dengan peer group

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

3.2.3.4 Kedalaman Pesan

Tingkat kedalaman pesan yang dipertukarkan menunjukkan tingkat keterbukaan

antara remaja dengan peer group dalam berkomunikasi.

Grafik 3.19

3%

47%43%

7%

Membicarakan topik yang bersifat pribadi

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

Grafik 3.20

13%

31%53%

3%

Sering jujur menceritakan perasaan atau masalah yang sedang dialami

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

3.2.3.5 Tanggapan

Salah satu peran dari peer group adalah memberikan tanggapan.Tanggapan atau

response merupakan indikator untuk mengukur seberapa sering remaja menerima

tanggapan dari peer group. Tanggapan tersebut dapat berupa kritik maupun pujian.

Grafik 3.21

.

7%

40%

33%

20%

Seberapa sering remaja menerima kritik

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

Grafik 3.22

0%

54%43%

3%

Seberapa sering remaja menerima pujian

Sangat sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

3.2.3.6 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Interaksi Peer Group

Terdapat 10 pertanyaan yang mewakili variabel interaksi peer group (X2),

dimana skor setiap pertanyaan memiliki skala skor 1 sampai 4. Variasi nilai dari jawaban

responden dibagi menjadi dua kelas, yaitu rendah dan tinggi.Sehingga, pengelompokkan

skala interaksi peer group diperoleh dengan langkah sebagai berikut :

I = 𝑅+1

𝐾

Keterangan :

I : Interval Kelas

𝑚𝑎𝑥 : Skor Tertinggi

min : Skor Terendah

K : Kelas

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Jumlah Kelas X1 = 2

Skor Tertinggi = 38

Skor Terendah = 16

I = 38−16

2 = 12

I = 𝑚𝑎𝑥−𝑚𝑖𝑛

𝐾

Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut:

Interval Indikator

16 – 27 Rendah

28 – 38 Tinggi

Berdasarkan kategorisasi interaksi peer group seperti perhitungan yang telah dilakukan,

maka dihasilkan grafik berikut ini:

Grafik 3.23

Berdasarkan Grafik 3.23 diatas, diketahui bahwa interaksi peer group termasuk interaksi

yang rendah. Hal ini ditunjukan dengan jarangnya responden menghabiskan waktu dengan peer

group diluar urusan sekolah/perkuliahan/pekerjaan, sebagian besar responden juga tidak

memiliki jadwal rutin untuk bertemu dan berbincang dengan peer group mereka. Lebih dari

setengah responden tidak setuju untuk selalu jujur menceritakan masalah yang sedang ia alami

kepada peer group. Hal ini menunjukkan tidak adanya keterbukaan antara responden dengan peer

group.

63%

37%

Interaksi Peer Group

Rendah

Tinggi

3.2.4 Konsep Diri Remaja

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri.

Pandangan tersebut dapat dilihat dari sisi negatif maupun positif seseorang. Sehingga dalam

penelitian ini peneliti mengukur variabel konsep diri dengan indikator negatif dan indikator

positif.

3.2.4.1 Negatif

Indikator negatif mencakup dari tidak menyukai dirinya sendiri, penolakan terhadap

kritik, merasa tidak mampu mengurus dirinya sendiri, berpendapat negatif tentang diri

sendiri, sulit untuk patuh terhadap norma dan aturan yang berlaku, dan mudah pesimis.

Grafik 3.24

13%

44%

40%

3%

Saya bukanlah orang seperti yang sebenarnya saya inginkan

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Grafik 3.25

.

3%

54%

33%

10%

Saya bukanlah orang yang baik

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Grafik 3.26

9%

38%44%

9%

Saya sulit untuk patuh dengan norma/aturan yang berlaku

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Grafik 3.27

3%

48%36%

13%

Saya melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Grafik 3.28

17%

30%36%

17%

Saya mencoba lari dari masalah-masalah saya

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

3.2.4.2 Positif

Indikator positif mencakup dari dapat menerima kesalahan, merasa mampu mengurus

dirinya, menyukai dan bangga terhadap diri sendiri.

Grafik 3.29

3%

43%

47%

7%

Saya dapat menerima kesalahan saya tanpa merasa sakit hati atau marah

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Grafik 3.30

10%

43%

40%

7%

Saya mampu mengurus dan mengatasi diri saya sendiri dalam keadaan apapun

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Grafik 3.31

23%

54%

10%

13%

Saya seharusnya tidak sering berbohong

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Grafik 3.32

10%

23%

57%

10%

Saya orang yang menarik

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

3.2.4.3 Kategorisasi Variasi Nilai Variabel Konsep Diri Remaja

Pada variabel konsep diri terdapat 9 pertanyaan yang mewakili variabel konsep diri

remaja (Y).Pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki skor 1 sampai 4.Variasi nilai dari jawaban

responden yang dibagi menjadi dua kelas yaitu positif dan negatif.Sehingga, pengelompokkan

skala konsep diri remaja, diperoleh dengan langkah berikut ini :

I = 𝑅+1

𝐾

Keterangan :

I : Interval Kelas

𝑚𝑎𝑥 : Skor Tertinggi

min : Skor Terendah

K : Kelas

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Jumlah Kelas X1 = 2

Skor Tertinggi = 30

Skor Terendah = 13

I = 30−13

2 = 9

Dari hasil perhitungan tersebut, maka interval kelasnya tampak sebagai berikut:

I = 𝑚𝑎𝑥−𝑚𝑖𝑛

𝐾

Interval Indikator

22 – 30 Positif

13 – 21 Negatif

Berdasarkan kategorisasi konsep diri remaja seperti perhitungan yang telah dilakukan,

maka dihasilkan grafik berikut ini:

Grafik 3.33

Berdasarkan Grafik 3.33 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

konsep diri yang negatif. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar responden tidak menyukai

dirinya apa adanya dengan setuju bahwa dirinya merupakan orang yang bukan sebenarnya

mereka inginkan. Kebanyakan responden juga merasa bahwa mereka bukanlah orang yang baik,

serta mereka tidak mampu mengurus dirinya sendiri.Lebih dari setengah responden juga

melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dan mencoba lari dari masalah-masalah yang sedang

mereka hadapi. Hal ini menunjukkan kurang adanya rasa percaya diri dan tanggung jawab dari

responden sehingga mereka cenderung memiliki konsep diri yang negative.

55%

45%

Konsep Diri Remaja

Negatif

Positif

3.2.5 Tabulasi Silang

Tabulasi silang atau Tabel silang menjelaskan dua atau lebih variabel secara bersamaan

dan hasil dalam tabel mencerminkan distribusi gabungan dua atau lebih variabel yang

mempunyai kategori terbatas atau nilai yang berbeda untuk memperhatikan keterkaitan

antar variabel.

3.2.5.1 Hubungan Intensitas Komunikasi Dalam Keluarga Broken Home dan Dan

Konsep Diri Remaja

Tabel kategorisasi variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home

dihubungkan dengan tabel kategorisasi variabel konsep diri remaja. Hubungan tersebut

dapat dilihat dari hasil tabulasi silang atau crosstab antara intensitas komunikasi dalam

keluarga broken home dan konsep diri remaja yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.10

Tabulasi Silang Intensitas Komunikasi dalam Keluarga Broken Home dan Konsep Diri Remaja

Berdasarkan tabel crosstab atau tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS

diatas dapat dilihat bahwa dari 63,3% responden yang memiliki intensitas komunikasi dalam

keluarga yang rendah, 43,3% responden diantaranya memiliki konsep diri yang negatif,

sedangkan hanya 20% responden saja yang memiliki konsep diri positif. Selanjutnya, dapat kita

lihat bahwa dari 36,7% responden yang memiliki intensitas komunikasi dalam keluarga yang

tinggi, hanya 10% responden saja yang memiliki konsep diri negatif. Sedangkan, 26,7%

responden memiliki konsep diri positif.

Berdasarkan tabel silang antara variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken

home dan konsep diri remaja tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan

yang searah antara variabel intensitas komunikasi dalam keluarga broken home dan konsep diri

remaja.

3.2.5.2 Hubungan Interaksi Peer Group dan Dan Konsep Diri Remaja

Tabel kategorisasi variabel interaksi peer group dan variabel konsep diri remaja.

hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat dari hasil tabulasi silang atau crosstab antara

interaksi peer group dan konsep diri remaja yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.11

Tabulasi Silang Interaksi Peer Group dan Konsep Diri Remaja

Berdasarkan tabel crosstab atau tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS

diatas dapat dilihat bahwa dari 63,3% responden yang memiliki interaksi peer group rendah,

sebagian besar responden yaitu sebesar 40% responden memiliki konsep diri negatif dan hanya

sebagian kecil saja yang memiliki konsep diri positif yaitu sebesar 23,3%. Sedangkan, dapat kita

lihat bahwa dari 36,7% responden yang memiliki interaksi peer group yang tinggi, hanya

sebagian kecil saja yaitu 13,3% responden yang memiliki konsep diri negatif dan sebagian besar

responden yaitu sebesar 23,3% responden memiliki konsep diri positif.

Berdasarkan tabel silang antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja

tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang searah antara variabel

interaksi peer group dan konsep diri remaja.

Berdasarkan tabel silang antara variabel interaksi peer group dan konsep diri remaja

tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang searah antara variabel

interaksi peer group dan konsep diri remaja.