53
33 BAB III TINJAUAN KHUSUS LEMBAGA FARMASI TNI AL (LAFIAL) Drs. MOCHAMAD KAMAL 3.1. Sejarah Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut (Lafial) Pada tahun 1950 berdiri sebuah unit farmasi di lingkungan ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) yang diberi nama DOAL (Depot Obat Angkatan Laut) yang berlokasi di RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta. Pada awalnya unit farmasi tersebut masih sangat sederhana dan baru memiliki satu orang apoteker yaitu Drs. Mochamad Kamal, beberapa tenaga asisten apoteker dan juru obat. Pada tahun 1955 berdiri Depot Obat Angkatan Laut Djakarta (DOAL-D) merupakan suatu organisasi gabungan dari Departemen Pembuatan Obat dan Laboratorium Dinas Farmasi Bidang Kesehatan Angkatan Laut dengan Pusat Perbekalan Barang seksi farmasi yang fungsinya sebagai pusat perbekalan

BAB III (Repaired).Docxlafial

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III (Repaired).Docxlafial

33

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

LEMBAGA FARMASI TNI AL (LAFIAL)

Drs. MOCHAMAD KAMAL

3.1. Sejarah Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut (Lafial)

Pada tahun 1950 berdiri sebuah unit farmasi di lingkungan ALRI

(Angkatan Laut Republik Indonesia) yang diberi nama DOAL (Depot

Obat Angkatan Laut) yang berlokasi di RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta.

Pada awalnya unit farmasi tersebut masih sangat sederhana dan baru

memiliki satu orang apoteker yaitu Drs. Mochamad Kamal, beberapa

tenaga asisten apoteker dan juru obat.

Pada tahun 1955 berdiri Depot Obat Angkatan Laut Djakarta

(DOAL-D) merupakan suatu organisasi gabungan dari Departemen

Pembuatan Obat dan Laboratorium Dinas Farmasi Bidang Kesehatan

Angkatan Laut dengan Pusat Perbekalan Barang seksi farmasi yang

fungsinya sebagai pusat perbekalan barang, pengadaan dan distribusi obat

untuk keperluan TNI Angkatan Laut yang menempati ruang kecil

disamping gudang DOAL-D. Dalam rangka perkembangan dari tiap-tiap

Departemen DOAL-D itu, di tahun 1962 lahirlah Pabrik Farmasi dan

Laboratorium Angkatan Laut Djakarta sebagai penjelmaan dari nama

Departemen Pembuatan Obat dan Laboratorium Dinas Farmasi Bidang

Kesehatan Angkatan Laut.

Page 2: BAB III (Repaired).Docxlafial

34

Pada tahun 1962, jajaran kesehatan Angkatan Laut Republik

Indonesia telah memiliki perwira apoteker sebanyak 20 orang yang

bertugas di TNI AL, terdapat pula 24 apoteker yang sedang mengikuti

pendidikan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan SK

Menteri Kepala Staf AL KepM/KSALJ6740.1 tanggal 19 Juni 1962

ditetapkan Pabrik Farmasi AL yang berkedudukan di Jakarta dan Surabaya

(PAFAL-D dan PAFAL-S) oleh Menteri atau Kepala Staf AL Laksamana

Muda Laut R.E. Martadinata.

Pada tanggal 22 Agustus tahun 1963 diresmikan Pabrik Farmasi

dan Laboratorium AL di Jalan Bendungan Jati Luhur No. 1 Jakarta Pusat

oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin selaku Deputi II Menteri

atau Panglima AL. Saat itu Direktur PAFAL-D dijabat oleh Kapten Drs. R.

Soekarjo, Apt., (mantan Direktur Utama PT. Kimia Farma), Sekjen

Depkes RI dan terakhir sebagai anggota MPR RI dengan pangkat

Laksamana Pertama TNI). Tanggal 22 Agustus diperingati sebagai hari jadi

Lembaga Farmasi TNI AL.

Pada tanggal 14 Agustus 1979, dengan pertimbangan efisien dan

perampingan dilakukan penggabungan 2 instansi di jajaran

kesehatan TNI AL yaitu antara PAFAL-D dan Lembaga Kimia dan

Farmasi AL. Keduanya dilebur menjadi Lembaga Farmasi TNI AL.

Penggabungan ini dilakukan oleh Bapak Kadiskesal saat itu yaitu

Laksamana Pertama TNI Dr. Soedibjo Sardadi, MPH.,dan sebagai Kepala

Lembaga Farmasi TNI AL, pertama adalah Letkol Laut (K)

Drs.Sugiyanto, Apt., dan pada tanggal 21 September 2005 sesuai surat

Page 3: BAB III (Repaired).Docxlafial

35

keputusan KASAL No. Skep/4832/IX12005 Lafial berganti nama menjadi

Lafial Drs. Mochamad Kamal, Apt.

Pada tahun 1998, Lafial telah memperoleh pengakuan dari

Departemen Kesehatan berupa 14 sertifikat CPOB yang diserahkan oleh

Kepala Badan POM dan diterima oleh Aspers Kasal Bapak Laksamana

Muda Bambang Suryanto. Hal ini berdasarkan Keputusan Menkes No.

34/Menkes/SK.II/1988 tentang Pedoman CPOB dan Keputusan Dirjen

POM No. 05411/A/SK/XII/1989 tertanggal 16 Desember 1989 tentang

penerapan CPOB pada industri farmasi. Sejak itu Lafial semakin

berkibar sebagai pusat kegiatan produksi dan laboratorium

Angkatan Laut dan bekerjasama dengan Lembaga Industri Farmasi dan

Penelitin Nasional serta menjadi "Pusat Komunitas" Apoteker Angkatan

Laut.

Lafial Drs. Mochamad Kamal ikut melaksanakan pengadaan obat-

obatan dalam operasi TRIKORA, DWIKORA, dan Operasi Timor-Timor.

Perwira Apoteker sebagai prajurit TNI ikut bergabung bersama–sama Tim

Kesehatan TNI Angkatan Laut melaksanakan operasi tugas–tugas tersebut.

Penelitian Farmasi Matra Laut yang dilakukan Lafial Drs. Mochamad

Kamal, contohnya penelitian biota laut di lima kepulauan Indonesia,

penelitian minyak, senjata, dan penelitian Boiler Water Treatment (BWT).

Lafial adalah unsur pelaksana teknis Diskesal yang berkedudukan

langsung dibawah Kepala Dinas Kesehatan TNI AL. Lafial bertugas

melaksanakan pembinaan farmasi TNI AL serta melaksanakan pendidikan,

penelitian, dan pengembangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Lafial

Page 4: BAB III (Repaired).Docxlafial

36

menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Melaksanakan produksi obat-obatan

b. Melaksanakan pengujian laboratorium instrumen , kimia, mikrobiologi,

makanan dan minuman

c. Melaksanakan pembinaan material kesehatan

d. Melaksanakan pendidikan dan latihan kefarmasian

e. Melaksanakan penelitian dan pengembangan kefarmasian

f. Melaksanakan koordinasi dengan badan dan unsur lain baik didalam

maupun luar Lafial untuk kepentingan pelaksanaan tugas sesuai tingkat

dan lingkup kewenangannya

g. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program latihan guna

pencapaian sasaran programnya secara berhasil dan berdaya guna

h. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kadiskesal khususnya

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya

3.2. Visi, Misi dan Motto

3.2.1. Visi

Visi Lembaga Farmasi TNI AL adalah "Sebagai Lembaga Kefarmasian

Matra Laut Nasional yang Profesional."

3.2.2. Misi

Misi Lembaga Farmasi TNI AL adalah

1) Melaksanakan produksi bekal kesehatan untuk kebutuhan anggota TNI

Angkatan Laut beserta keluarga.

2) Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang matra laut.

Page 5: BAB III (Repaired).Docxlafial

37

3.2.3. Motto

“Obat lafial aman, bermutu dan berkhasiat”

3.3. Struktur Organisasi

Organisasi Lafial terdiri dari unsur pimpinan, unsur pelayanan

dan unsur pelaksana. Secara struktural, Lafial asalah suatu unit

pelaksanaan teknis Diskesal (Dinas Kesehatan Angkatan Laut), sedangkan

secara operasional berada di bawah Denmabesal (Datasemen Markas

Besar Angkatan Laut).Struktur organisasi Diskesal sebagai Unit Pelayanan

Teknis (UPT) dapat dilihat pada Gambar III.

Gambar III.1 Struktur Organisasi DISKESAL

Pembentukan organisasi Lafial berdasarkan surat keputusan Kasal

No. 1551/XII/2008 tanggal 22 Desember 2008, tentang Organisasi dan

Prosedur Lembaga Farmasi Angkatan Laut.

Page 6: BAB III (Repaired).Docxlafial

38

Struktur Organisasi Lafial dapat dilihat pada Gambar III.2 berikut :

Gambar III.2 Struktur Organisasi Lafial

Page 7: BAB III (Repaired).Docxlafial

39

3.3.1. Unsur Pimpinan

Sebagai unsur pimpinan di Lafial Drs. Mochamad Kamal adalah

Kepala Lafial yang dijabat oleh seorang Perwira Menengah yang

berpendidikan Apoteker. Kepala Lafial adalah pembantu dan pelaksana

Kadiskesal di bidang kefarmasian dengan tugas dan kewajiban dalam

penyelenggaraan pembinaan Lafial, pengendalian semua unsur di

bawahnya dengan mengendalikan program kerja Lafial guna menjamin

sasaran program di bidang produksi dengan penerapan CPOB. Kepala

Lafial juga mempunyai tanggung jawab mengawasi dan mengendalikan

pelaksanaan program, guna menjamin pencapaian sasaran program yang

berhasil guna dan berdaya guna serta berhak mengajukan pertimbangkan

kepada Diskesal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugas Lafial.

3.3.2. Unsur Pelayanan

Tata Usaha dan Urusan Dalam (TAUD) dipimpin oleh

Kataud, sebagai unsur pelayanan di Lafial yang mana dalam pelaksanaan

tugas dan kewajibannya bertanggung jawab penuh kepada Kalafial.

Tata Usaha dan Urusan Dalam terdiri dari:

a.Urusan Tata Usaha (Urtu)

Urtu bertugas melaksanakan pelayanan administrasi umum

d i l i ngkungan La f ia l t e rmasuk membantu menyiapkan

data-data pelaksanaan fungsi Lafial untuk bahan penyusunan

laporan Lafial.

Page 8: BAB III (Repaired).Docxlafial

40

b. Urusan Dalam (Urdal)

Urdal bertugas melaksanakan urusan dalam di lingkungan Lafial.

Dalam melaksanakan tugasnya Urdal menyelenggarakan fungsi-fungsi

sebagai berikut :

1. Melaksanakan pengamanan/penjagaan di dalam kompleks Lafial

2. Melaksanakan penegakan disiplin anggota dan tata tertib

pengunjung.

3. Melaksanakan pengaturan fasilitas sarana, perbengkelan, termasuk

fasilitas pengelolaan limbah cair dan padat.

4. Melaksanakan pelayanan angkutan personil dan material.

5. Melaksanakan pemeliharaan, perbaikan listrik dan bangunan sipil.

c.Urusan Keuangan (Urku)

Urku bertugas melaksanakan administrasi keuangan termasuk

melaksanakan pengurusan serta pembayaran gaji, dan lain-lain

yang berhubungan dengan tugasnya.

d. Urusan Administrasi Personalia (Urminpers)

Urminpers bertugas melaksanakan pelayanan administrasi personil di

lingkungan Lafial, membantu menyiapkan data personil untuk

evaluasi DSP dan membantu menyiapkan bahan-bahan untuk

pembuatan laporan bidang personil.

3.3.3. Unsur Pelaksana

Unsur Pelaksana di Lafial terdiri atas empat Departemen, yaitu

Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan (Diklitbang),

Departemen Pengawasan Mutu (Wastu), Departemen Material Kesehatan

Page 9: BAB III (Repaired).Docxlafial

41

(Matkes) serta Departemen Produksi.

a. Departemen Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan

(Diklitbang)

Departemen ini berugas menyelenggarakan penelitian dan

pengembangan kefarmasian, untuk melaksanakan produksi, farmasi

matra laut, farmasi militer, pendidikan dan latihan tenaga ke farmasian

serta menyusun rencana dan program pelaksanaanya.

Gambar III.3 Struktur Organisasi Departemen Litbang

Departemen Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan terdiri dari :

1. Sub departemen Pendidikan dan Latihan

Sub departemen ini bertugas menyiapkan dan melaksanakan

pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi serta mencakup

penyusunan formulasi sediaan yang diproduksi Lafial untuk

memenuhi Standar Operasional Prosedur obat Lafial.

2. Sub departemen Penelitian dan Pengembangan

Sub departemen ini yang mengurus, menyiapkan serta melaksanakan

uji coba dalam rangka pengembangan produksi dan pelatihan

farmasi matra laut untuk mendukung kegiatan operasi militer

khusus di laut, memantau perkembangan ilmu matra laut serta

melakukan uji coba dan pelatihan.

Diklitbang

Sub Dep Litbang Sub Dep Diklat

Page 10: BAB III (Repaired).Docxlafial

42

Departemen Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan mempunyai tugas

sebagai berikut :

1. Melaksanakan uji coba untuk menyempurnakan dan

mengembangkan produksi obat Lafial.

2. Melaksanakan uji coba bidang obat-obatan, sediaan farmasi dan

kimia lainnya guna mendukung operasi dan latihan TNI.

3. Melaksanakan pengambilan, penyimpanan, dan pengamatan

setiap item produk secara berkala dalam rangka melaksanakan

validasi mutu.

4. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan pendidikan bagi

mahasiswa yang melakukan penelitian dan praktek kerja

lapangan di Lafial.

5. Melanjutkan kegiatan peningkatan pengetahuan dan pelatihan

tentang ilmu farmasi khususnya di bidang CPOB bagi karyawan

Lafial dalam rangka meningkatkan ketrampilannya.

6. Koordinasi dengan pihak terkait baik di lingkungan

Lafial/Diskesal, perguruan tinggi maupun TNI AL/TNI lainnya

untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan farmasi.

7. Mendidik tenaga pelayanan perpustakaan dan melengkapi buku-

buku referensi atau literatur di bidang farmasi dan kimia.

Page 11: BAB III (Repaired).Docxlafial

43

b. Departemen Material Kesehatan

Gambar III.4 Struktur Organisasi Departemen Matkes

Departemen Material Kesehatan (Matkes) merupakan departemen

yang melakukan perencanaan produksi, penyediaan bahan baku

produksi dan pemeliharaan material kesehatan yang di industri swasta

pada umumnya disebut dengan PPIC ( Production Planning and

Inventory Control), akan tetapi terdapat perbedaan antara Matkes

dengan PPIC. Perbedaannya adalah perencanaan dan

penyediaan bahan baku di Lafial dilakukan oleh suatu panitia kerja

yang beranggotakan personal Lafial dan personal dari Diskesal.

Program kerja Departemen Matkes adalah :

1. Membuat daftar kebutuhan bahan baku, bahan penolong dan bahan

pengemas, berdasarkan rencana kebutuhan obat jadi sesuai dengan

program kerja dan anggaran Dinas Kesehatan AL tahun tersebut.

2. Menyusun rencana dan melaksanakan pengadaan bahan tambahan,

bahan penolong, reagensia kimia serta sarana pendukung dalam

pelaksanaan produksi.

3. Membuat Surat Perintah Produksi obat jadi dan mengendalikan

tahapan kegiatan produksi obat jadi.

4. Melaksanakan pengiriman obat jadi ke gudang MatKes pusat,

Matkes

Subdep Renprod Subdep Depo Produksi Subdep Dalharmat

Page 12: BAB III (Repaired).Docxlafial

44

menyiapkan konsep laporan produksi obat jadi setiap triwulan dan

tahunan ke Dinas Kesehatan TNI AL.

5. Melaksanakan administrasi pergudangan di Lafial.

6. Melaksanakan pemeliharaan alat-alat produksi, alat laboratorium dan

alat kesehatan lainnya secara periodik dan skala prioritas untuk

menunjang produksi dan pemeriksaan laboratorium.

Departemen Matkes terdiri dari tiga sub Departemen, yaitu:

1 . Sub Departemen Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi obat disusun atas dasar kebutuhan

fasilitas kesehatan di lingkungan Angkatan Laut yang diolah

melalui hasil rapat panitia kerja untuk menetapkan jenis dan

kuantitas obat yang akan diproduksi dan disesuaikan dengan

kemampuan anggaran pemerintah yang tersedia dan laporan beban

kerja tahun sebelumnya, yaitu laporan tahunan mengenai jumlah

penderita dan jenis penyakit.

Obat yang akan diproduksi disusun berdasarkan atas urutan

prioritasnya dengan mempertimbangkan jumlah obat yang tersedia

pada awal tahun dan kecepatan produksinya. Obat yang diperiukan

dalam jumlah kecil, harganya murah dan obat-obat untuk jenis

penyakit spesifik seperti jantung, diabetes, hipertensi tidak diproduksi

oleh Lafial.

Departemen perencanaan produksi tersebut kemudian menyusun

rencana atau jadwal produksi dengan mempertimbangkan skala

prioritas, persediaan bahan baku obat, bahan pembantu atau bahan

Page 13: BAB III (Repaired).Docxlafial

45

tambahan, pengemas, kapasitas alat produksi dan tenaga kerja

berdasarkan rencana dan program Diskesal. Setiap bahan baku yang

dibeli harus disertai dengan COA (Certificate of Analysa) .

Meskipun telah disertai COA, untuk bahan baku zat aktif tetap

dilakukan pemeriksaan oleh Departemen Wastu Lafial.

Penyediaan bahan baku oleh Diskesal dilakukan dengan cara

lelang. Peserta lelang adalah PBF milik rekanan TNI AL yang telah

terdaftar. Bahan baku disediakan oleh rekanan yang memenangkan

lelang,sedangkan pengadaan bahan penolong dan pengemas

dilakukan oleh Lafial.

Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Departemen ini

dengan membuat konsep SPP (Surat Perintah Produksi) yang berisi

tentang sediaan, bahan dan jumlah obat yang akan diproduksi.

Konsep Surat Perintah Produksi ditujukan ke Kalafial setelah diparaf

untuk diketahui oleh Kadep Matkes. SPP dikeluarkan oleh

Kalafial dan merupakan surat perintah untuk melaksanakan

kegiatan produksi. Tanpa adanya SPP, produksi tidak dapat

dilakukan. SPP dibuat rangkap 8 untuk diteruskan kepada Kadep

produksi (3 lembar), Kadep Matkes (1 lembar), Kadep Wastu

(1 lembar), Kasubdep Depo Produksi (2 lembar) dan Kasubdep

Renprod (1 lembar).

Proses pengadaan bahan baku obat, bahan penolong dan pengemas

dilakukan satu tahun sekali. Pengadaan bahan baku obat dilakukan

oleh Diskesal yang berada di Markas Besar Angkatan Laut

Page 14: BAB III (Repaired).Docxlafial

46

Cilangkap, sedangkan bahan penolong dan pengemas dilakukan oleh

Lafial.

2. Sub Departemen Depo Produksi

Depo produksi merupakan gudang atau tempat penyimpanan

sementara bahan baku untuk produksi obat yang bertugas

menyelenggarakan penerimaan dan penyimpanan serta

distribusi Matkes dari dan ke departemen terkait. Barang yang

datang dari gudang pusat farmasi Diskesal dimasukkan di gudang

karantina di Lafial dan diambil contohnya untuk diperiksa oleh

Departemen Wastu. Jika bahan tersebut telah memenuhi persyaratan,

maka Departemen Wastu akan memberikan etiket "LULUS" dan

apabila tidak memenuhi persyaratan diberi label "TIDAK LULUS"

yang akan ditempatkan diluar kemasan bahan tersebut.

J i ka ba ha n t e l a h dinyatakan "LULUS", baru dimasukkan

ke gudang penyimpanan yang sesuai.

Gudang di Lafial terbagi menjadi :

a) Gudang bahan baku Non Beta Laktam yang digunakan untuk

menyimpan bahan baku Non Beta Laktam dan bahan penolong.

b) Gudang bahan baku Beta Laktam yang digunakan untuk

menyimpan antibiotik amoxycillin, mempunyai suhu dibawah

normal (22°C).

c) Gudang obat jadi Non Beta Laktam dan pengemas, untuk

obat yang telah lulus uji kelayakan diberi tanda pada

kemasannya. Untuk obat yang waktu ED cepat dicantumkan batas

Page 15: BAB III (Repaired).Docxlafial

47

waktu penyimpanan, untuk yang masa ED diatas 3 tahun tidak

dicantumkan tetapi hanya dicantumkan nomor batch dan tahun

pembuatan.

d) Gudang obat jadi Beta Laktam.

e) Gudang bahan cairan atau mudah terbakar.

f) Gudang material kesehatan yang tidak terpakai.

Penyusunan barang-barang di dalam gudang berdasarkan

FIFO, FEFO dan alfabetik, dilengkapi dengan alat pengatur udara dan

kelembaban. Berdasarkan SPP yang turun, maka departemen

produksi akan mengajukan permintaan barang ke Departemen

Matkes melalui Subdep Depo Produksi. Jika tersedia maka Subdep

Depo Produksi akan menyediakan dan mengeluarkan bahan-bahan

tersebut.

Depo Produksi akan mengeluarkan bahan-bahan sesuai jumlah

yang tertera pada SPP, kemudian diambil Departemen produksi yang

memerlukannya. Penimbangan bahan baku dilakukan oleh 2 orang

dari Depo Matkes dan Produksi.

Obat jadi yang sudah dikemas dan lulus persyaratan dimasukkan

ke gudang obat jadi setelah itu siap untuk diserahkan ke Gudang Pusat

Farmasi untuk didistribusikan.

Stock opname terdiri dari kartu gantung, dan kartu meja yang

terbagi menjadi empat macam kartu antara lain: warna putih untuk

zat aktif, warna merah untuk zat warna, warna biru untuk bahan

kemas dan warna kuning untuk bahan tambahan.

Page 16: BAB III (Repaired).Docxlafial

48

Alur penyiapan bahan-bahan dimulai dari permintaan

Departemen produksi, kemudian Departemen gudang mengadakan

penyiapan dan penimbangan (di lakukan oleh orang-orang

departemen gudang yang disaksikan oleh petugas departemen

produksi). Setelah itu dilakukan produksi obat jika ada

sisa dikembalikan ke gudang bahan-bahan. Hasil produksi

kemudian dikemas dan di lakukan pengujian, sete lah

dinyatakan lulus maka masuk ke gudang bahan jadi. Sisa bahan

yang tidak terpakai disimpan di Lafial. Pelaporan penggunaan bahan

baku dan bahan penolong rutin dilakukan tiap 3 bulan sekali dan

pada akhir tahun pelaporan keseluruhan ke Diskesal.

3. Sub Departemen Pengendalian dan Pemeliharaan Material

Departemen ini bertugas melakukan pengendalian dan

perawatan material kesehatan meliputi alat produksi, alat-alat

laboratorium/alat-alat lainnya sebagai pendukung. Selain itu

administrasi penyelenggaraan material kesehatan berupa buku

manual alat kesehatan dan kartu pemeliharaan juga membuat

laporan kegiatan kerja mingguan, bulanan dan tahunan secara

berkala.

Untuk melakukan perbaikan/pemeliharaan alat, dahulu

Departemen yang membutuhkan pemeliharaan harus mengisi buku

permohonan perbaikan dan pemeliharaan. Sub Departemen

Dalharmat akan melakukan perbaikan atau pemeliharaan sesuai

kebutuhan, jika memungkinkan perbaikan atau pemeliharaan akan

Page 17: BAB III (Repaired).Docxlafial

49

dilakukan di tempat, jika tidak maka perlu diatur jadwal untuk

dibawa keluar atas perintah dari Kalafial. Jika perbaikan telah

selesai harus mengisi buku terima selesai perbaikan.

Mesin yang digunakan terdiri dari dua yaitu yang pertama

mesin lama dengan sistem single layer yang memerlukan

pemeliharaan lebih mudah tetapi kapasitas produksinya

rendah. Kemudian yang kedua mesin baru dengan sistem

double layer yang memerlukan pemeliharaan Iebih rumit tapi

kapasitas produksinya tinggi. Tiap mesin yang digunakan memiliki

kartu riwayat mesin yang digunakan untuk memudahkan

pengecekan.

c. Departemen Produksi

Departemen Produksi adalah unit pelaksana Lafial

menyelenggarakan pembuatan atau produksi obat. Departemen ini

dipimpin oleh Kadep Produksi yang melaksanakan tugas sebagai

berikut:

1. Melaksanakan program produksi obat sesuai renprod obat jadi Lafial

melalui SPP dari KaLafial.

2. Melaksanakan koreksi atas standar formula dengan spesifikasi bahan

yang digunakan untuk menyempurnakan mutu obat-obatan

3. Menerapkan seni dan teknologi farmasi dan melaksanakan tugasnya

sehingga dicapai hasil produksi yang memenuhi syarat kualitas

dan kuantitas

Page 18: BAB III (Repaired).Docxlafial

50

4. Melaksanakan koordinasi yang sebaik-baiknya dengan Departemen

Matkes, Departemen Diklitbang dan Departemen Wastu dalam

melaksanakan tugasnya.

5. Mengajukan pertimbangan atau saran kepada Kalafial khususnya

hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya.

Gambar III.5 Struktur Organisasi Departemen Produksi

Departemen Produksi terdiri atas 2 sub departemen yaitu

1. Subdep produksi Beta Laktam yang terdiri dari:

a. Urusan produksi tablet

b. Urusan produksi kapsul

c. Urusan produksi sirup kering

d. Urusan produksi kemas Beta Laktam

2. Subdep Non Beta Laktam yang terdiri dari :

a. Urusan produksi tablet

b. Urusan produksi kapsul Non Beta Laktam

c. Urusan produksi krim dan salep Non Beta Laktam

d. Urusan produksi sirup dan suspensi

e. Urusan produksi cairan obat luar Non Beta Laktam

f. Urusan produksi kemas Non Beta Laktam

Produksi

Sub Dep Beta Laktam Sub Dep Non Betalaktam

Page 19: BAB III (Repaired).Docxlafial

51

Departemen produksi bertugas melaksanakan produksi untuk

semua produk yang telah direncanakan berdasarkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) dari tiap produk yang ada. Tiap langkah

dan tahapan kerja dicatat dalam lembaran kerja yang ditangani oleh

petugas pelaksana sebagai dokumentasi. Untuk seluruh kegiatan

produksi sampai didapatkan produk jadi dilakukan pengawasan mutu

(IPC). Kegiatan produksi dapat dilaksanakan apabila ada Surat Perintah

Produksi (SPP) yang telah diterima oleh Kepala Departemen Produksi

yang akan dicatat dan dibukukan. SPP diteruskan ke subdep Produksi

yang terlibat untuk dibuat jadwal untuk pelaksanaan produksi dan

disiapkan peralatan, ruang dan personil untuk keperluan tersebut.

Untuk pembuatan tablet dimulai dari penimbangan, pencampuran,

granulasi, pengeringan, pencetakan, dan penyalutan sediaan tablet. IPC

dilakukan secara periodik untuk pemeriksaan sifat alir, kelembapan,

homogenitas, kerapatan, ukuran dan bentuk partikel. Untuk

memperoleh produk yang baik, dilakukan pemeriksaan terhadap produk

antara atau produk ruahan yang dilakukan secara periodik setiap 30

menit meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, ukuran tablet

(diameter dan ketebalan) serta kekerasan. Sedangkan Departemen

Wastu melakukan pemeriksaan terhadap produk ruahan yaitu sehari

satu kali pemeriksaan selama proses produksi berlangsung, dimana

pemeriksaan harus berdasarkan persyaratan Lafial yang sudah sesuai

dengan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III dan IV yang

meliputi keseragaman ukuran, kekerasan tablet, keregasan tablet,

Page 20: BAB III (Repaired).Docxlafial

52

keragaman bobot, waktu hancur, keseragaman sediaan, dan uji disolusi.

Kegiatan produksi diteruskan setelah tanda lulus dari Departemen

Wastu dan akan diserahkan ke sub departemen untuk dikemas sesuai

permintaan dalam SPP.

Pembuatan kapsul dimulai dari proses penimbangan,

pencampuran, pengisian, serta pemeriksaan yang meliputi keseragaman

bobot, kadar, waktu hancur, dan uji disolusi. Produk ruahan di

departemen ini apabila memenuhi persyaratan dari Departemen Wastu

akan diserahkan ke sub departemen pengemasan untuk dikemas sesuai

permintaan dalam SPP.

Pembuatan salep dan krim dimulai dari proses penimbangan,

pencampuran, pembuatan basis, pengisian ke dalam tube, serta

pemeriksaan meliputi pemeriksaan kadar zat aktif, homogenitas,

viskositas, dan pH. Produk ruahan di departemen ini apabila memenuhi

persyaratan dari Departemen Wastu akan diserahkan ke sub departemen

pengemasan untuk dikemas sesuai permintaan dalam SPP.

Proses pembuatan sirup dan suspensi meliputi penimbangan,

pencampuran, pengisian, dan pengemasan. IPC yang dilakukan yaitu

pemeriksaan kadar air dan kekentalan, keseragaman konsentrasi zat

aktif, bobot jenis dan pH. Proses pembuatan cairan obat luar Non beta

laktam yaitu penimbangan, pencampuran, pengisian, dan pengemasan.

Produk ruahan di departemen ini apabila memenuhi persyaratan dari

Departemen Wastu akan diserahkan ke sub departemen pengemasan

untuk dikemas sesuai permintaan dalam SPP.

Page 21: BAB III (Repaired).Docxlafial

53

Produk yang telah dikemas diperiksa oleh Wastu meliputi

pemeriksaan kebocoran strip atau blister dan nomor bets, tanggal

kadaluarsa, brosur, etiket, dan kemas sekunder. Obat jadi kemudian

disimpan dalam gudang obat jadi dan selanjutnya dikirim ke Diskesal

untuk didistribusikan.

d. Departemen Pengawasan Mutu (Wastu)

Departemen Wastu disebut juga dengan Quality Control (QC),

yang bertugas menyelenggarakan pengawasan atau pengujian mutu

produksi obat Lafial. Dalam melaksanakan tugas Departemen Wastu

menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan pengambilan contoh dan pemeriksaan terhadap

obat-obatan, makanan dan air yang digunakan di lingkungan TNI

AL atau tugas-tugas TNI.

2. Melaksanakan pemeriksaan mutu bekal farmasi (bahan baku obat,

obat setengah jadi dan bahan pengemas). Dalam rangka Drug

Quality Control dan Quality Assurance produksi obat Lafial sesuai

dengan persyaratan Farmakope Indonesia.

3. Melaksanakan pemeriksaan mutu obat, makanan dan air atas

permintaan instansi TNI yang membutuhkan.

4. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan programnya guna

menjamin pencapaian sasaran secara berhasil dan berdaya guna.

5. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kepala Lafial

khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang

tugasnya.

Page 22: BAB III (Repaired).Docxlafial

54

Departemen Wastu terdiri dari tiga sub departemen, yaitu :

1. Sub Departemen Analisis Instrumental

Sub departemen ini bertugas melaksanakan pemeriksaan

menggunakan instrumen analisis fisika kimia bahan baku obat, obat

setengah jadi dan obat jadi, dalam rangka pengawasan mutu

obat Lafial serta pengawasan obat dan makanan di lingkungan TNI

AL.

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap sediaan tablet, kapsul

dan kaplet meliputi kadar, keseragaman bobot, keragaman bobot,

kerapuhan tablet, disolusi, disintegrasi, uji kebocoran pada kemasan

primer strip/blister.

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap sediaan cair dan salep

meliputi kadar, bobot jenis, pH, kekentalan, konsentrasi zat aktif,

kekeruhan, homogenitas dan tes kebocoran pada kemasan botol.

2. Sub Departemen Laboratorium Kimia

Sub Departemen ini bertugas melaksanakan pemeriksaan

secara kimiawi bahan baku obat, obat setengah jadi, obat jadi dan

bahan pengemas, dalam rangka pengawasan obat dan makanan di

lingkungan TNI AL. Sub departemen ini juga bertugas

melaksanakan pemeriksaan makanan, minuman dan air dalam

rangka pengawasan obat dan makanan di Iingkungan TNI AL.

Kegiatan rutin dari sub departemen ini adalah pemeriksaan air

terutama di lingkungan Lafial sendiri. Pemeriksaan air minum di

kapal TNI AL maupun masyarakat juga dilakukan terhadap ransum

Page 23: BAB III (Repaired).Docxlafial

55

tempur, menu harian dan makanan kemas tentara.

3. Sub Departemen Laboratorium Mikrobiologi

Sub departemen ini bertugas melaksanakan pemeriksaan secara

mikrobiologi bahan baku, obat setengah jadi dan bahan pengemas.

Pengujian diantaranya pengujian koefisien fenol, pengujian kualitas

air, pengujian potensi antibiotika, pengujian makanan dan minuman,

pengujian sterilitas ruangan dan peralatan di Departemen Produksi

dalam rangka pengawasan obat dan makanan di lingkungan TNI AL.

3.4. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di Lafial Drs. Mochamad Kamal, Apt., terdiri

dari 101 orang yang memiliki pendidikan apoteker, asisten apoteker,

sarjana muda biologi, sarjana muda gizi, sarjana administrasi, analis, juru

obat, juru laboratorium, teknik, pendidikan umum dan dinas khusus. Bila

dilihat dari statusnya ada tiga golongan personalia, yaitu:

1. Militer terdiri dari Perwira Menengah, Perwira Pertama, Bintara, dan

Tamtama.

2. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari Golongan III, Golongan II dan

Golongan I.

Waktu kerja di Lafial adalah sebagai berikut :

Hari Senin-Kamis : pukul 07.00 – 16.00 WIB

Hari Jumat : pukul 07.00 – 16.30 WIB

Page 24: BAB III (Repaired).Docxlafial

56

3.5. Produk

Selain obat dalam dan obat luar, Lafial Drs. Mochamad Kamal juga

menghasilkan produk farmasi yang berhubungan dengan Angkatan Laut.

Namun obat-obat untuk jenis penyakit yang spesifik tidak diproduksi di

Lafial seperti obat untuk penyakit kanker.

Lafial secara keseluruhan memproduksi beberapa jenis obat yang

terbagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Produk β-Laktam

Terdiri dari Amoxicillin 500 mg kaplet.

b. Produk Non β-Laktam

1) Obat dalam

Sediaan padat : antibiotik (cefadroxil 500 mg dan ciprofloxacin

500 mg), dan non antibiotik (acyclovir 400 mg, methyl

prednisolon, antalgin 500 mg, antidiare, allopurinol 100 mg,

ponstal 500 mg, diklofal SR 100 mg, diklofal 50 mg, metformin

500 mg, glibenclamide 5 mg, maag, vitaneuron, vitarma).

Sediaan semipadat : paracetamol syrup, cough syrup,

diphenhydramin syrup, dan naval drink.

2) Obat luar

Sediaan semipadat : acyclovir cream, chloramphenicol 2% cream,

cholacort cream, gentamicin 0,1% cream, hydrocortisone 2,5%

cream.

Sediaan cair : povidone Iodine 10% 60 ml dan 100ml.

3) Farmasi Matra Laut dan Farmasi Militer

Page 25: BAB III (Repaired).Docxlafial

57

Pasta penyamaran, minyak senjata dan obat nyamuk.

3.6. Lokasi dan Sarana Produksi

3.6.1. Lokasi

Lafial terletak di Jl. Bendungan Jatiluhur No. 1 Jakarta Pusat.

Sebelah selatan dibatasi dengan Jl. Farmasi, sebelah barat dengan

Lembaga Kedokteran Gigi TNI AL (Ladokgi), sebelah utara dibatasi oleh

Sekesal Jakarta dan sebelah timur dibatasi dengan Jl. Bendungan Jati

Luhur. Lafial dibangun diatas tanah seluas 0,65 hektar dengan luas

bangunan kurang lebih 2.650 meter persegi.

3.6.2. Sarana Produksi

a. Bangunan

Bangunan berbentuk segi lima terdiri dari dua lantai meliputi ruang

produksi beta laktam 17 ruang, ruang produksi non beta laktam 28

ruang, laboratorium 5 ruang, ruang pendidikan, aula, gudang 6 ruang,

ruang kepala Lafial, ruang rapat, ruang administrasi, ruang teknik,

ruang pemegang kas, ruang tamu, ruang perpustakaan, kantin, ruang

ganti dan mushola.

b. Ruang dan Peralatan Produksi

Peralatan Produksi Lafial Drs. Mochamad Kamal meliputi peralatan

produksi beta laktam dan non beta laktam.

1) Ruang dan peralatan Produksi Beta Laktam.

Ruang produksi beta laktam terpisah dengan ruang NBL. Ruang

produksi bertekanan udara negatif. Udara dialirkan secara efektif dari

koridor ke ruang pengolahan. Ruang ini sesuai dengan fungsinya terdiri

Page 26: BAB III (Repaired).Docxlafial

58

dari air shower, ruang penimbangan, ruang pencampuran, ruang

granulasi kering, ruang cetak tablet, ruang isi kapsul, ruang isi sirup

kering, ruang produk antara, ruang produk ruahan, ruang stripping,

ruang IPC, pengemasan, hingga pencucian alat.

Mesin yang digunakan antara lain : Mesin cetak tablet JCMCO

Doubel layer, mesin kapsul otomatis Zanasi (pengisian kapsul untuk

amoxicillin 250 mg dengan cangkang kapsul no 2) dan Forecma

(biasanya digunakan untuk pembuatan amoxicillin 500 mg dengan

cangkang kapsul no 00), mesin cetak tablet Wilhem Fette, mesin

granulasi kering Rimex Model RM 300 (India, 1997), mesin pengisi

sirup kering, pengering, mesin stripting otomatis Forecma, mesin

penghitung (counting) Cheng New, mesin kemas sekunder, mesin

Mixing Drum Power Mixer Hang Yuh dan mesin cuci botol Semi

Automatic Rotary Forecma.

2) Ruang dan peralatan Produksi non Beta Laktam

Ruang produksi non Beta laktam memiliki tekanan udara positif.

Udara dialirkan secara efektif dari ruang pengolahan ke koridor melalui

HEPA filter. Ruang pengolahan di departemen ini sudah sesuai dengan

fungsinya seperti ruang timbang, ruang antara, ruang pencampuran,

ruang isi kapsul, ruang cetak tablet, ruang produk ruahan, ruang

granulasi kering, ruang IPC, ruang produk antara, stripping, hingga

ruang pengemas.

a. Mesin yang digunakan dalam proses produksi sediaan padat antara

lain : Timbangan, Mesin granulasi basah CY-06-12 Yung (Taiwan,

Page 27: BAB III (Repaired).Docxlafial

59

1980), Mesin pencampuran serbuk Kikusui (Jepang,1961), Mesin isi

kapsul ada 2 yaitu semi otomatis Forecma dan otomatis KDF-6

(Taiwan, 2002) , Mesin granulasi kering Kikusui, mesin cetak tablet

ada 5 yaitu Rimex (India,2003), JCMCO Double Layer (Taiwan,

1995), ZPY Double Layer , Cadmach (India,2007), dan Courtoy

(Belgia, 1961), Mesin salut film Thai coater-25 (Thailand, 1986),

Mesin stripping Single Roll Chung Yung, dan Stripping Single Roll

Lam Lyon.

b. Mesin yang digunakan dalam proses pembuatan sirup antara lain :

Mesin cuci botol semi automatic rotary Forecma (Taiwan, 1996),

Mesin pengering botol Pharmec (Buatan Indonesia tahun 1996, botol

yang sudah dicuci dikeringkan pada suhu 100°C selama 3 jam),

mesin pengisi sirup Foong Chang FS1001A (Taiwan, 1997), Mesin

penutup sekaligus Labelling JIH Cheng (Taiwan, 1995).

c. Mesin yang digunakan dalam proses produksi salep, antara lain :

Mesin pengisi salep Fong chang (Taiwan, 2005) dan Ganzhorn

Gasti (manual, buatan Jerman 1963), Mesin emulsifyng mixing

Minoga HS-100S (Taiwan, 1997).

3.7. Unit Pengolahan Limbah

Lafial Drs. Mochamad Kamal menyadari bahwa bukan hanya

semata-mata berusaha memproduksi obat yang baik tetapi juga harus

memikirkan dampak yang diakibatkan dari produksi obat tersebut

terhadap lingkungan. Dimana dari setiap proses produksi obat juga

memberikan dampak negatif berupa limbah padat dan cair. Limbah padat

Page 28: BAB III (Repaired).Docxlafial

60

dan cair yang dihasilkan ini tidak dapat langsung dibuang begitu saja,

tetapi memerlukan penanganan khusus agar tidak berbahaya bagi

masyarakat dan lingkungan sekitarnya.Salah satu hal penting dan perlu

diperhatikan oleh sebuah industri farmasi adalah masalah limbah.

Limbah merupakan hasil buangan dari produksi yang harus ditangani

secara tepat agar tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan

sekitar. Pihak Lafial membentuk unit pengolahan limbah dengan tujuan

untuk mengantisipasi adanya pencemaran lingkungan. Teknik pengolahan

limbah di Lafial sudah memenuhi persyaratan seperti yang telah ditetapkan

sesuai persyaratan AMDAL. Limbah di Lafial meliputi limbah cair dan

limbah padat, dan limbah gas. Limbah padat dan cair yang dihasilkan ini

tidak dapat langsung dibuang begitu saja, tetapi memerlukan penanganan

khusus agar tidak berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Untuk Lafial melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang terdiri dari :

3.7.1. Upaya Pengolahan Limbah Padat

Sumber pencemaran limbah padat berasal dari debu atau serbuk obat

dari sistem pengendalian debu (dust collector), obat rusak, kadaluarsa,

obat sub standar (reject), kertas, karbon, plastik bekas, botol, aluminium

foil, dan lumpur dari instalasi pengolahan air limbah. Tolak ukur dari

dampak limbah padat berdasarkan SK Men LH No.50/MenLH/1995

tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan Lingkungan pabrik yang bersih,

tidak berbau, tidak ada limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan

sampah tertata rapi. Upaya pengelolaan lingkungan meliputi :

1. Sampah domestik dibuatkan tempat sampah

Page 29: BAB III (Repaired).Docxlafial

61

2. Sisa kertas, karton, plastik dan aluminium foil dikumpulkan kemudian

dijual ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah)

3. Debu atau sisa serbuk, obat rusak atau kadaluarsa serta lumpur dari

IPAL di bakar melalui incenerator bekerja sama dengan Rumah Sakit

TNI-AL Mintohardjo

3.7.2. Upaya Pengolahan Limbah Cair

Upaya Pengolahan limbah Cair Beta Laktam, sebagai berikut:

1. Penyaluran air limbah

a. Air limbah dari semua outlet air limbah Beta Laktam di alirkan ke

IPAL menggunakan saluran air limbah berupa jaringan perpisahan

b. Saluran air limbah menggunakan sistem penyaring gaya berat

(gravity filters)

c. Sistem gravity filters merupakan sistem pengaliran air dari sumber

ke reservoir dengan cara memanfaatkan energi potensial gravitasi

yang dimiliki air akibat perbedaan ketinggian lokasi sumber dengan

lokasi reservoir.

d. Untuk mengontrol kebuntuan saluran menggunakan control point

dengan cara membuka tutup control point

2. Storage tank

a. Sumber air limbah Beta Laktam dialirkan lewat saluran air limbah

masuk ke storage tank

b. Alat ini berfungsi untuk menghandel kotoran padat dan kotoran

melayang/scum

Page 30: BAB III (Repaired).Docxlafial

62

c. Alat ini juga berfungsi untuk proses anaerob dan homogenisasi air

limbah

d. Proses aerob juga digunakan untuk memecah ikatan air limbah

e. Equalisasi juga dilengkapi pengaman agar benda padat

(batu,tali,plastik) tidak masuk ke pompa input Beta Laktam yang

bisa menyebabkan transfer pump tersumbat dan terbakar

f. Dari storage tank air limbah dipompa ke unit proses hidrolisa

3. Unit proses hidrolisa

a. Air limbah dari storage tank dipompa masuk ke unit proses hidrolisa

b. Terjadi proses penaikan pH dengan sistem otomatis yang

menggunakan cairan bahan kimia NaOH/ sejenis

c. Air limbah dari unit proses hidrolisa mengalir gravitasi ke unit

proses normalisasi.

4. Unit proses Normalisasi

a. Air limbah dari unit proses hidrolisa mengalir gravitasi ke unit

proses normalisasi

b. Di unit proses normalisasi terjadi proses penormalan pH secara

otomatis yang menggunakan cairan bahan kimia H2SO4/ sejenis.

5. Unit proses sedimentasi

a. Air limbah dari unit proses hidrolisa mengalir gravitasi ke unit

proses sedimentasi

b. Di unit proses sedimentasi terdiri dari dua stage yang difungsikan

untuk proses penyempurnaan proses sedimentasi

Page 31: BAB III (Repaired).Docxlafial

63

c. Dari unit proses sedimentasi air limbah mengalir gravitasi ke

anorganik handling/filter.

6. Anorganik Handling/filter

a. Air limbah dari unit proses hidrolisa mengalir gravitasi ke anorganik

handling

b. Penanganan bau dan warna terdiri dari dua tahap untuk

menyempurnakan proses dari biofilter

c. Air limbah mengalir dari atas ke bawah

d. Terjadi proses netralisasi amoniak, warna, bau dan partikel lain

Upaya pengolahan limbah Non beta laktam dan Domestik sebagai berikut:

1. Penyaluran air limbah

a. Air limbah dari semua outlet air limbah domestik dialirkan ke IPAL

biofilter menggunakan saluran air limbah berupa jaringan perpipaan

b. Saluran air limbah menggunakan sistem gravity filter dan sistem

pompa

c. Untuk mengontrol kebuntuan saluran menggunakan control point

dengan cara membuka tutup control point

2. Anaerob zat equalization tank

a. Air limbah domestik berbagai gedung dialirkan masuk ke anaerob

zat equalization tank

b. Alat ini berfungsi mengatasi kotoran padat dan kotoran melayang

c. Alat ini juga berfungsi untuk proses anaerob dan homogenisasi air

limbah

Page 32: BAB III (Repaired).Docxlafial

64

d. Proses anaerobic digunakan untuk memecah ikatan polyphospat

detergent/ sabun

e. Equalisasi juga dilengkapi pengaman agar benda padat (batu, tali,

plastik) tidak masuk ke transfer pump yang bisa menyebabkan

transfer pump tersumbat dan terbakar

f. Dari equalisasi air limbah dipompa ke biofilter

3. Pengukuran polutant dan aerasi di biofilter

a. Biofilter terdiri dari dua stage/ kompartemen untuk

menyempurnakan proses dan menambah efisiensi penguraian

polutan air limbah

b. Di dalam biofilter stage I dan biofilter stage II, air limbah mengalir

dari bawah ke atas dan didistribusikan oleh distributor yang terletak

di dasar biofilter

c. Polutan akan diuraikan oleh bakteri pada media dan bakteri yang

membentuk flok diantara media didalam biofilter stage I dan

biofilter stage II

d. Di biofilter stage I akan terjadi proses reduksi BOD, COD, NH3 dan

polutan air oleh bakteri dan selanjutnya akan disempurnakan

biofilter stage II

e. Kebutuhan oksigen bakteri disuplai oleh udara dari blower yang

didistribusikan oleh sparger yang terletak pada dasar biofilter stage I

dan biofilter stage II

f. Biofilter dilengkapi defoaming untuk mereduksi busa/ foam yang

timbul

Page 33: BAB III (Repaired).Docxlafial

65

g. Dari biofilter stage I air mengalir ke biofilter stage II

h. Dari biofilter stage II air limbah mengalir secara gravitasi ke

filter/penanganan bau dan warna

i. Air limbah setelah keluar dari tahap ini mengalir ke filter

4. Filter/ penanganan bau dan warna

a. Penanganan bau dan warna terdiri dari dua tahap untuk

menyempurnakan proses dari biofilter

b. Air limbah mengalir dari atas ke bawah

c. Terjadi proses netralisasi amoniak, warna dan bau

d. Air limbah setelah keluar dari tahap ini sudah memenuhi syarat baku

air limbah

5. Deteksi mutu effluent di dalam kolam ikan dan klorinasi

a. Air dari filter/ penanganan bau dan warna mengalir gravitasi ke

kolam indikator

b. Kolam ikan untuk memudahkan deteksi mutu air limbah

c. Juga sebagai jaminan bahwa air limbah yang sudah diolah layak

buang

d. Untuk membunuh bakteri/ kuman, pada pipa enffluent di injeksikan

kaporit cair

e. Dosis kaporit diatur dengan dosing pump

f. Air limbah yang dibuang sudah memenuhi baku limbah industri

farmasi.

Berikut ini adalah persyaratan Baku Mutu Limbah Cair industri farmasi

berdasarkan keputusan 51/MenLH/10/1995 yaitu :

Page 34: BAB III (Repaired).Docxlafial

66

Parameter Proses pembuatanBahan Formula

Formulasi/Pencampuran

BOD5 100 ppm 75 ppm

COD 300 ppm 150 ppm

TSS 100 ppm 75 ppm

Total N 30 ppm -

Phenol 1,0 ppm -

pH 6,0-9,0 6,0-9,0

3.7.3 Upaya Pengolahan Limbah Gas atau pencemaran udara

Sumber pencemaran gas dan udara berasal dari debu selama proses

produksi, uap lemari asam di laboratorium, uap solven, proses film

coating, asap steam boiler, generator listrik atau incenerator. Adapun yang

menjadi tolak ukur dampak adalah SK Men LH No.13/MenLH/1995

tentang Bahan Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Pemantauan kualitas

udara di dalam dan di luar lingkungan industri, meliputi kadar asam

sulfida, amoniak, sulfit, karbon monoksida dan nitrit. Upaya pengendalian

lingkungan meliputi :

1. Lemari asam dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong yang

dilengkapi dengan absorben.

2. Solven di ruang coating digunakan dust collector (wet system)

3. Debu di sekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust

collector unit.

4. Asap dari genset dan incenerator dibuat cerobong asap.

3.7.4 Upaya Pengolahan Limbah Suara dan Getaran

Page 35: BAB III (Repaired).Docxlafial

67

Sumber pencemaran berasal dari suara dan getaran dari mesin-mesin

pabrik, genset, dan steam boiler dengan pemantauan angka kebisingan dan

getaran di dalam dan di luar area pabrik. Kebisingan maksimal 65 dB dan

getaran maksimal 7,5 Hz. Upaya pengelolaan lingkungan meliputi :

1. Untuk menanggulangi kebisingan yang ditimbulkan oleh genset,

dibuat ruangan berdinding (double cover) dan dilakukan perawatan

mesin secara berkala.

2. Untuk menanggulangi getaran yang ditimbulkan oleh mesin genset

dan mesin-mesin lainnya, diletakkan pada lantai yang telah dicor

beton dan diberi penguat (pengunci antara mesin dan lantai).