Upload
thekyngster-gates
View
70
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
merupakan bab III dari peranc. simpang sebidang
Citation preview
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
BAB III
ANALISIS LALU LINTAS DAN PEMILIHAN SIMPANG
3.1 Tugas
Rencanakan tipe dan geometrik persimpangan, atas dasar LHR dan peta contour jalan
terlampir, di mana LHR dan titik lokasi persimpangan ditentukan oleh pembimbing
3.2 Ketentuan
1. Pemilihan tipe persimpangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Kendaraan Rencana : Trailer
3. Kecepatan Rencana : 30 km/jam
4. Tahun Perencanaan; Tahun dasar data 2013 dan tahun ke- 1 dari saat jalan
dibuka (N1): 5 tahun, umur rencana (N2): -
5. Pertumbuhan lalu lintas rata-rata (i): 7 % per tahun
6. Persen LHR jam puncak (k): 11 %
7. Faktor Jam Puncak (PHF): 0,95
8. Persimpangan
a. Persimpangan tipe A (4 Kaki)
b. Sudut persimpangan (α) = 95o
9. Jalan lama (existing) dengan ketentuan :
a. Klasifikasi Jalan : Kolektor
b. Tipe Jalan lama : 2/2 UD
c. Lebar Jalan : 2 x 3.5 m
d. Lebar Bahu : 1 m
e. LHR : 5500 kendaraan/hari/2arah
f. Pembagian arus lalu lintas (directional split) : 50/50%
g. Komposisi lalu lintas menerus, belok kiri, dan belok kanan
KR (Kendaraan Ringan) = 33%
KB (Kendaraan Berat) = 2%
SM (Sepeda Motor) = 60%
DECKY CIPTA INDRASHWARA 51
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
KTB (Kendaraan Tak Bermotor) = 5%
h. Belok Kiri (LT) : 15 %
i. Belok Kanan (RT) : 10 %
j. Tipe lingkungan jalan lama :
Tata guna lahan komersial
Tingkat hambatan samping tinggi
Persen kendaraan tak bermotor (KTB) 5%
10. Jalan Baru dengan ketentuan sbb :
a. Klasifikasi jalan baru : Kolektor.
b. Tipe jalan lama 4/2 UD
c. Lebar median - m
d. LHR adalah 12000 kend/hari/2 arah
e. Pembagian arus lalu lintas (directional split) 50/50
k. Komposisi lalu lintas menerus, belok kiri, dan belok kanan
KR (Kendaraan Ringan) = 40%
KB (Kendaraan Berat) = 5%
SM (Sepeda Motor) = 50%
KTB (Kendaraan Tak Bermotor) = 5%
f. Belok kiri 15%
g. Belok Kanan 10%
l. Tipe lingkungan jalan Baru :
Tata guna lahan komersial
Tingkat hambatan samping tinggi
Persen kendaraan tak bermotor (KTB) 5%
3.3 Menghitung Lalu Lintas Harian Rata - Rata (LHR)
DECKY CIPTA INDRASHWARA 52
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Peramalan lalu lintas menggunakan metode exponential sebagai berikut:
LHRT n=LHRT (1+ i )n
Data:
- LHR tahun dasar 2015
- Pertumbuhan lalu lintas (i) = 7 %
- Tahun perencanaan n1 = 5 tahun
- Direncanakan LT jalan lama 15%
- Direncanakan RT jalan lama 10%
- Direncanakan LT jalan baru 15%
- Direncanakan RT jalan baru 10%
Contoh perhitungan n = 5 (jalan lama) dengann pertumbuhan 10%
LHRT n = 5500 (1+0,07)5
= 9268 kend/hari
Tabel 3.1 Perhitungan LHR
NO RUAS JALANLHRTo(2015) N1 i%/thn LHRTn(2020)Kend/hari/2lajur Kend/hari/2lajur
1 Jalan Lama (Minor) 5500 5 11% 92682 Jalan Baru (Mayor) 12000 5 11% 20221
3.4 Menghitung Volume Jam Perencanaan (VJP)
DECKY CIPTA INDRASHWARA 53
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Lalu lintas yang digunakan pada perancangan dan perencanaan adalah Volume Jam
Perencanaan (VJP) dengan rumus:
VJP=0,5∗k∗LHRTnPHF
Dengan satuan VJP adalah kend/jam/ arah
Data:- Ramalan LHR (LHRTn)
- Nilai k = 11 %
- Peak Hour Factor (PHF) = 0.95
- Direncanakan LT 15%
- Direncanakan RT 10%
Contoh perhitungan VJP jalan lama ke Utara dengan LHR 2015 sebesar 5500
VJP = (0,5 x 0.11 x 5500) / 0.95
= 319 kend/jam
Tabel 3.2 Perhitungan VJP
No Kaki SimpangArah Lalu-
Lintas% Belok VJP
LHR 2015 (kend/jam)
VJPLHR 2020 (kend/jam)LT RT
A Jalan Lama Utara 15% 10% 319 537B Jalan Lama Selatan 15% 10% 319 537C Jalan Baru Timur 15% 10% 695 1171D Jalan Baru Barat 15% 10% 695 1171
Total Arus Masuk Persimpangan (Qtm) 2028 3414Arus Jalan Mayor barat-timur (Qma) 1390 2341Arus Jalan Minor utara-selatan (Qmi) 638 1073Perbandingan Qma/Qmi 2 : 1 2:1
Catatan: jika perbandingan Qma/Qmi tidak ada di tabel 3.3 dan tabel 3.5
maka gunakan grafik 3.3.3:1 untuk simpang prioritas dan grafik 2.3.3:1 untuk
simpang APILL dalam MKJI 1997.
3.5 Pemilihan Tipe Persimpangan
DECKY CIPTA INDRASHWARA 54
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
3.5.1 Pemilihan tipe persimpangan prioritas dengan menggunakan tabel
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
Tabel 3.3 Jenis Simpang Prioritas
Sumber: Departemen PU (1997)
Dalam pemilihan tipe simpang priopitas pada tabel 3.3 dipergunakan data
berikut :
1. Berdasarkan data yang didapat dari tabel 3.2 maka hasilnya di sesuaikan
dengan tabel 3.3 (Qma/Qmi = 2:1)
2. Persimpangan : 4 kaki
3. Ukuran kota : 2.000.000 jiwa
4. Rasio Mayor/Minor : 2:1
5. LT/RT : 10/10
(dilakukan penyesuaian terhadap MKJI)
Hasil dari pemilihan simpang ditampilkan dalam table 3.2
Tabel 3.4 Pemilihan Simpang Prioritas
TIPE Kapasitas Tersedia Qtot Deviasi Keterangan
DECKY CIPTA INDRASHWARA 55
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
( kend/jam ) ( kend/jam ) %Tipe 422 1600 3414 - 53 % C < Q DitolakTipe 424 1650 3414 - 49 % C < Q DitolakTipe 424 M 1800 3414 - 36 % C < Q DitolakTipe 444 M 2200 3414 - 12 % C > Q Ditolak
Berdasarkan Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 diperoleh analisa sebagai berikut:
1. Untuk kasus ini tidak terdapat tipe simpang yang dapat dipergunakan
dikarenakan Qtot pada setiap tipe simpang prioritas melampaui nilai
kapasitas simpangnya.
2. Maka jenis simpang yang akan digunakan adalah simpang dengan APILL
3.5.2 Pemilihan tipe persimpangan APILL dengan menggunakan tabel
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
Tabel 3.5 Jenis Simpang APILL
Dalam pemilihan tipe simpang priopitas pada tabel 3.3 dipergunakan data
berikut :
DECKY CIPTA INDRASHWARA 56
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
1. Berdasarkan data yang didapat dari tabel 3.5 maka hasilnya di sesuaikan
dengan tabel 3.3 (Qma/Qmi = 2:1)
2. Persimpangan : 4 kaki
3. Ukuran kota : 2.000.000 jiwa
4. Rasio Mayor/Minor : 2:1
5. LT/RT : 10/10
(dilakukan penyesuaian terhadap MKJI)
Hasil dari pemilihan simpang ditampilkan dalam table 3.6
Tabel 3.6 Jenis Simpang APILL
TIPEKap. Tersedia Qtot Deviasi
Keterangan( kend/jam ) ( kend/jam ) %
Tipe 411 1800 3414 -90% C > Q DitolakTipe 412 1900 3414 -80% C > Q DitolakTipe 422 2300 3414 -48% C > Q DitolakTipe 422L 2950 3414 -16% C > Q DitolakTipe 433 3100 3414 -10% C > Q DitolakTipe 444 4300 3414 21% C < Q Diterima
Berdasarkan Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 diperoleh analisa sebagai berikut:
1. Untuk kasus ini ditentukan tipe persimpangan yang dapat dipergunakan
adalah tipe 444.
2. Dalam pembacaan Tabel 3.6 tipe simpang 411, 412, 422, 422L, dan
433 tidak dapat dipergunakan karena pada tipe-tipe tersebut kapasitas
yang tersedia lebih kecil dari arus total kendaraan yang masuk
persimpangan (Qtot), sedangkan tipe 444 memiliki kapasitas yang
mampu menampung ambang arus total kendaraan yang masuk
persimpangan dari tahun dasar sampai tahun ke-N.
3. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis simpang yang akan digunakan
adalah tipe 444, dengan alasan tipe jenis ini memenuhi syarat dimana
kapasitasnya lebih besar dari arus kendaraan yang masuk persimpangan
DECKY CIPTA INDRASHWARA 57
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
dan juga diantara tiga pilihan tipe yang duterima, tipe ini yang paling
optimum.
3.6 Perhitungan Lalu Lintas
Distribusi arus lalu lintas pada masing-masing pendekat simpang adalah
sebagai berikut :
1. Komposisi kendaraan pada jalan Minor :
a. Kendaraan Ringan ( KR ) : 33%
b. Kendaraan Berat ( KB ) : 2%
c. Sepeda Motor ( SM ) : 60%
d. Kendaraan Tak Bermotor ( KTB ) : 5%
2. Komposisi kendaraan pada jalan Mayor :
a. Kendaraan Ringan ( KR ) : 40%
b. Kendaraan Berat ( KB ) : 5%
c. Sepeda Motor ( SM ) : 50%
d. Kendaraan Tak Bermotor ( KTB ) : 5%
DECKY CIPTA INDRASHWARA 58
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Tabel 3.7 Perhitungan Komposisi Arus
NO PENDEKATVJP Pergerkan Arus (Q) Komposisi (kend/jam)
Kend/Jam Lalu Lintas kend/jamKR(33
)KB(2)
SM(60)
KTB(5)
1 MINOR A 537LT 15% 80 27 2 48 4ST 75% 402 133 8 241 20RT 10% 54 18 1 32 3
2 MINOR C 537LT 15% 80 27 2 48 4ST 75% 402 133 8 241 20RT 10% 54 18 1 32 3
NO PENDEKATVJP Pergerkan Arus (Q) Komposisi (kend/jam)
Kend/Jam Lalu Lintas kend/jamKR(40
)KB(5)
SM(50)
KTB(5)
1 MAYOR B 1171LT 15% 176 70 9 88 9ST 75% 878 351 44 439 44RT 10% 117 47 6 59 6
2 MAYOR D 1171LT 15% 176 70 9 88 9ST 75% 878 351 44 439 44RT 10% 117 47 6 59 6
DECKY CIPTA INDRASHWARA 59
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
DECKY CIPTA INDRASHWARA 60
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
3.7 Analisis Kinerja Simpang APILL
3.7.1 Masukan Data Geometrik dan Lingkungan Pada Formulir SIG-1
Tabel 3.8 Data Geometrik dan Lingkungan
Tanggal : 23-Apr-15 Ditangani oleh :
Kota : Denpasar Made A NIM -------------------------------
Simpang : Jalan Perancangan Persimpangan Sebidang
Ukuran Kota/jumlah penduduk (isi dalam jutaan) :
g = g = g = g =
IG= IG= IG= IG =
Tipe Hambatan Belok kiri Jarak ke
Kode lingkungan Samping Median kelandaian langsung kendaraan Pendekat Masuk Belok kiri lgs. Keluar
Pendekat jalan +/- % parkir (m) WA WENTRY W LTOR W EXIT
(com/res/ra) (Tinggi/Rendah) Ya/Tidak Ya/Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
A=U Komersil H Tidak 0 Ya 100 13.00 13.00 10.00
C=S Komersil H Tidak 0 Ya 100 13.00 13.00 10.00
B=T Komersil H Ya 0 Ya 100 13.00 13.00 10.00
D=B Komersil H Ya 0 Ya 100 13.00 13.00 10.00
Ket :diisi manual
lihat keterangan kolom
SIMPANG BERSINYAL
FORMULIR SIG-I :
Periode :
FASE SINYAL YANG ADA (Gambarkan Sket Fase)
Waktu siklus : c
0
- GEOMETRI
- PENGATURAN LALULINTAS 0.87
- LINGKUNGAN Perihal : 2 fase
KONDISI LAPANGAN
Lebar Pendekat ( m )
Waktu hilang total :
LTI = ∑ IG =
0
SKETSA SIMPANG
UU
DECKY CIPTA INDRASHWARA 60
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
3.8 Masukan Data Distribusi Arus ( VJP ) Pada Formulir SIG-II
Tabel 3.9 Data Distribusi Arus (VJP)
Tanggal : Dikerjakan oleh :
Kota :
Simpang :
Perihal : 2 fase
Arus Rasio
Kode Arah UM PUM =
Pendekat UM/ MV
kend/ kend/ kend/ kend/ Kiri Kanan kend/
jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan jam Terlindung Terlawan PLT PRT jam
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
U LT (tanpa LTOR) 27 27 27 2 2 2 48 10 19 77 39 48 0.151 4
LTOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.000 0
ST 133 133 133 8 10 10 241 48 97 382 192 240 20
RT 18 18 18 1 1 1 32 6 13 51 26 32 0.100 3Total 178 178 178 11 14 14 322 64 129 510 256 320 26.828 0.0526
S LT (tanpa LTOR) 27 27 27 2 2 2 48 10 19 76 38 48 0.150 4
LTOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.000 0
ST 133 133 133 8 10 10 241 48 97 382 192 240 20
RT 18 18 18 1 1 1 32 6 13 51 26 32 0.100 3Total 177 177 177 11 14 14 322 64 129 510 255 320 26.828 0.0526
T LT (tanpa LTOR) 70 70 70 9 11 11 88 18 35 167 99 117 0.150 9LTOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.000 0ST 351 351 351 44 57 57 439 88 176 834 496 584 44RT 47 47 47 6 8 8 59 12 23 111 66 78 0.100 6Total 468 468 468 59 76 76 585 117 234 1112 661 778 58.534 0.0526
B LT (tanpa LTOR) 70 70 70 9 11 11 88 18 35 167 99 117 0.150 9LTOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.000 0ST 351 351 351 44 57 57 439 88 176 834 496 584 44RT 47 47 47 6 8 8 59 12 23 111 66 78 0.100 6Total 468 468 468 59 76 76 585 117 234 1112 661 778 58.534 0.0526
emp terlawan = 1,0 emp terlawan = 1,3 emp terlawan = 0,4 MV
smp/jam smp/jam smp/jam smp/jam
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2 Total Berbelok
Kendaraan Ringan(LV) Kendaraan Berat(HV) Sepeda Motor(MC) Kendaraan Bermotor Rasio
Arus LaluLintas Kendaraan Bermotor ( MV ) Kend.tak bermotor
Formulir SIG-II :ARUS LALULINTAS Periode
SIMPANG BERSINYAL
DECKY CIPTA INDRASHWARA 61
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
3.9 Masukan Data Waktu Kuning, All Red dan Fasenya Pada SIG-III
Tabel 3.10 Data Geometrik dan Lingkungan
Tanggal : Kota : Simpang :Perihal : 2 fasePeriode : Simpang tipe 444 APILL
Waktu merah
semua (dtk)
Pendekat Kecepatan Pendekat U S T B
VEV (m/dtk) Kecepatan VAV (m/dtk) 10 10 10 10
U Jarak berangkat-datang (m)
Waktu berangkat-datang (dtk)*)
S Jarak berangkat-datang (m)
Waktu berangkat-datang (dtk)*)
T Jarak berangkat-datang (m)
Waktu berangkat-datang (dtk)*)
B Jarak berangkat-datang (m)
Waktu berangkat-datang (dtk)*)
Penentuan waktu merah semua : (data ini dapat dirubah sendiri sesuai fase)
Fase 1 --> Fase 2 2
Fase 2 --> Fase 3 2
Jumlah fase 2 kuning/fase 3 6
10
Dari gambar 5.1.
*) Waktu untuk berangkat = ( LEV + I EV ) / V EV, dimana IEV = 2 m
Waktu untuk datang = L AV / V AV
BERANGKAT
Penentuan waktu all red didasarkan pada aturan fase
Waktu hilang total (LTI)= Merah semua total+waktu kuning (dtk / siklus )
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG - III :
-WAKTU ANTAR HIJAU
-WAKTU HILANG
LALULINTAS LALU LINTAS DATANG
10
10
10
10
DECKY CIPTA INDRASHWARA 62
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
1.1.1 Perhitungan Waktu Siklus APILL dan Alokasi Waktu Hijau Masing-
Masing Fase Pada SIG-IV
1. Jumlah Fase : 2 Fase
2. Tipe Pendekat : O ( Terlawan )
3. Lebar Pendekat ( We ) : 13,00 m
4. Arus Jenuh Dasar ( S0 )
Pendekat direncanakan dengan lajur belok kanan tidak terpisah
Arus belok kanan ( QRT ) :
a. Pendekat A ( minor ) : 32 smp/jam
b. Pendekat C ( minor ) : 32 smp/jam
c. Pendekat B ( mayor ) : 78 smp/jam
d. Pendekat D ( mayor ) : 78 smp/jam
Arus Arus Jenuh Dasar ( S0 ) untuk pendekat minor ( A dan C ) :
QRT = 32 smp/jam, QRTO = 32 smp/jam
Jadi Arus Jenuh Dasar ( S0 ) untuk pendekat minor ( A dan C ) adalah
6190 smp/jam.
DECKY CIPTA INDRASHWARA 63
Gambar 3.1 Perhitungan S0 untuk Pendekat Minor
Sumber : Departemen PU ( 1997 )
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Arus Arus Jenuh Dasar ( S0 ) untuk pendekat mayor ( B dan D ) :
QRT = 78 smp/jam, QRTO = 78 smp/jam
Jadi Arus Jenuh Dasar ( S0 ) untuk pendekat mayor ( B dan D ) adalah
6080 smp/jam
5. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota ( Fcs )
Jumlah penduduk : 2.000.000 Jiwa
6. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping ( Fsf )
Hambatan Samping :
a. Jalan Lama/Minor ( A dan C )
DECKY CIPTA INDRASHWARA 64
Gambar 3.2 Perhitungan S0 untuk Pendekat Mayor
Sumber : Departemen PU ( 1997 )
Tabel 3.11 Penentuan Nilai Fcs untuk Simpang APILL
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Tipe lingkungan : Komersial
Tingkat hambatan samping : Tinggi ( H )
Persen kendaraan tak bermotor : 15 %
b. Jalan Lama/Minor ( A dan C )
Tipe lingkungan : Komersial
Tingkat hambatan samping : Tinggi ( H )
Persen kendaraan tak bermotor : 15 %
Tipe Fase : O ( Terlawan )
8. Faktor Penyesuaian Kelandaian ( Fg )
Kelandaian pada simpang ( G ) direncanakan 0%.
DECKY CIPTA INDRASHWARA 65
Tabel 3.12 Penentuan Nilai Fsf
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
9. Faktor Penyesuaian Parkir ( Fp )
10. Arus Jenuh Nyata/Disesuaikan ( S )
S = So x Fcs x Fsf x Fg x Fp x FRT x FLT
( detail perhitungan ditabelkan )
11. Rasio Arus ( FR )
DECKY CIPTA INDRASHWARA 66
Gambar 3.3 Grafik Penentuan Nilai Fg
Sumber : Departemen PU ( 1997 )
Gambar 3.4 Grafik Penentuan Nilai Fp
Sumber : Departemen PU ( 1997 )
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Q untuk pendekat minor ( A dan C ) : 320 smp/jam
Q untuk pendekat mayor ( B dan D ) : 778 smp/jam
S untuk pendekat minor ( A dan C ) : 4890 smp/jam
S untuk pendekat mayor ( B dan D ) : 4803 smp/jam
12. Rasio Arus Simpang ( IFR )
IFR=∑ FRCRIT
IFR = FR1 + FR2
= 0,065 + 0,162
= 0,227
13. Rasio Fase ( PR )
FRCRIT fase 1 = FR1 = 0,065
FRCRIT fase 2 = FR2 = 0,162
IFR = 0,227
14. Waktu siklus sebelum penyesuaian ( cua )
Waktu hilang per siklus ( LTI ) : 10 detik
Rasio arus simpang ( IFR ) : 0,227
cua = ( 1,5 x LTI + 5 )/(1 - IFR )
= ( 1,5 x 10 + 5 )/(1 - 0,227 )
= 25,9 detik
DECKY CIPTA INDRASHWARA 67
FR1=Q1
S1
= 3204890
=0.065
FR2=Q2
S2
= 7784803
=0.162
PR1=FRcrit 1
IFR=0,065
0,227=0,288
PR2=FRcrit 2
IFR=0,162
0,227=0,713
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
15. Waktu hijau ( g )
Waktu hilang per siklus ( LTI ) : 10 detik
Rasio fase 1 ( PR1 ) : 0,288
Rasio fase 2 ( PR2 ) : 0,713
Waktu siklus sebelum penyesuaian (cua ) : 25,9 detik
gi = ( cua – LTI ) x Pri
g1 = ( 25,9 – 10 ) x 0,288
= 4,58 detik ( g1 < 10 dt )
Karena g1 kurang dari waktu hijau minimal, maka dipilih
waktu hijau minimal (10 dt)
g1 = ( 25,9 – 10 ) x 0,713
= 11 detik
16. Waktu hijau disesuaikan ( c )
Waktu hilang per siklus ( LTI ) : 10 detik
Waktu hijau pada fase 1-minor ( g1 ) : 10 detik
Waktu hijau pada fase 2-minor ( g2 ) : 11 detik
c = g1 + g2 + LTI
= 10 + 11 + 10
= 31 detik
17. Kapasitas Simpang ( C )
Arus jenuh nyata pendekat minor ( A dan C ) : 4890 smp/jam
Arus jenuh nyata pendekat mayor ( B dan D ) : 4803 smp/jam
Waktu hijau pada fase 1-minor ( g1 ) : 10 detik
Waktu hijau pada fase 2-mayor ( g2 ) : 11 detik
Waktu hijau disesuaikan ( c ) : 31 detik
C = S.g/c
C1 = 4890 x 10/31
= 1561 smp/jam
DECKY CIPTA INDRASHWARA 68
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
C2 = 4803 x 11/31
= 1736 smp/jam
18. Derajat Kejenuhan ( DS )
Q untuk pendekat minor ( A dan C ) : 320 smp/jam
Q untuk pendekat mayor ( B dan D ) : 778 smp/jam
C untuk pendekat minor ( A dan C ) : 1561 smp/jam
C untuk pendekat mayor ( B dan D ) : 1736 smp/jam
DS = Q/C
DS1 = 320/1561
= 0,2051
DS2 = 778/1736
= 0,4484
DECKY CIPTA INDRASHWARA 69
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Kode Hijau Tipe Lebar Arus Rasio Rasio Waktu Kapa- Derajat
Pen- dalam Pen- Arah Arah efektif Nilai Nilai lalu Arus fase hijau sitas jenuh
dekat fase dekat dari law an (m) dasar disesu- lintas FR = PR = det smp/j
no. (P / O) smp/j Ukuran Hambatan kelan- Parkir Belok Belok aikan smp/j C = DS=
hijau kota Samping daian Kanan Kiri smp/jam
PLTOR PLT PRT QRT QRTO WE So FCS FSF FG FP FRT FLT hijau FRCRIT
S Q Q/S IFR g Sxg/c Q / C
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)
U 1 O 0.000 0.151 0.100 48 48 13.00 6190 1.00 0.790 1.00 1.00 1.00 1.00 4890 320 0.065 0.288 10 1561 0.2051
S 1 O 0.000 0.150 0.100 48 48 13.00 6190 1.00 0.790 1.00 1.00 1.00 1.00 4890 320 0.065 0.287 10 1561 0.2048
T 2 O 0.000 0.150 0.100 117 117 13.00 6080 1.00 0.790 1.00 1.00 1.00 1.00 4803 778 0.162 0.713 11 1736 0.4484
B 2 O 0.000 0.150 0.100 117 117 13.00 6080 1.00 0.790 1.00 1.00 1.00 1.00 4803 778 0.162 0.713 11 1736 0.4484
0
0
25.9 IFR = Total g = 21LTI ( det ) 10 31 ∑FRCRIT 0.227Waktu siklus disesuaian c (det)
berbelok Semua tipe pendekat Hanya tipe P
Waktu hilang total Waktu siklus pra penyesuaian cua (det)
Rasio Arus RT smp/j Arus jenuh smp/jam Hijau
kendaraan Faktor Penyesuaian
DECKY CIPTA INDRASHWARA 70
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
1.1.2 Perilaku Lalu Lintas
1. Rasio Hijau ( GR )
Waktu siklus ( c ) : 31 detik
Waktu hijau pada fase 1-minor ( g1 ) : 10 detik
Waktu hijau pada fase 2-mayor ( g2 ) : 11 detik
GR = g/c
GR1 = 10/31
= 0,32
GR1 = 11/31
= 0,35
2. Panjang Antrian ( QL )
Arus lalu lintas ( Q )
a. Jalan minor ( A dan B ) : 320 smp/jam
b. Jalan mayor ( B dan D ) : 778 smp/jam
Derajat Kejenuhan minor ( DS ) : 0,2051
Derajat Kejenuhan mayor ( DS ) : 0,4484
Waktu siklus ( c ) : 31 detik
Rasio Hijau ( GR )
a. Jalan minor ( A dan B ) : 0,32
b. Jalan mayor ( B dan D ) : 0,35
Jumlah antrian smp (NQl) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
Minor DS < 0,50 , maka NQ1 = 0
Mayor DS < 0,50, maka NQ1 = 0
Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2)
NQ2=c x1−GR
1−GR x DSx
Q3600
NQ2−Minor=31 x1−0.32
1−0.32 x0.2051x
3203600
=2,01
DECKY CIPTA INDRASHWARA 71
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
NQ2−Mayor=31 x1−0.35
1−0.35 x0.4484x
7783600
=5,17
NQ = NQ1 + NQ2
NQ-minor = 0 + 2,01 = 2.01
NQ-mayor = 0 + 5,17 = 5,17
POL diambil 5 %
Gambar 3.5 Grafik Penentuan Nilai NQMAX
Sumber : Departemen PU ( 1997 )
NQMAX-minor = 5 smp
NQMAX-mayor = 10 smp
WMASUK-minor = 13,00 m
WMASUK-mayor= 13,00 m
DECKY CIPTA INDRASHWARA 72
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
QL=NQ MAX x20
W MASUK
QL−Minor=5x 2013
=8 m
QL−Mayor=10 x 2013
=15 m
3. Kendaraan Terhenti
Arus lalu lintas ( Q )
a. Jalan minor ( A dan B ) : 320 smp/jam
b. Jalan mayor ( B dan D ) : 778 smp/jam
Waktu siklus ( c ) : 31 detik
NQtotal
a. NQ - minor = 2,01 smp
b. NQ - mayor = 5,17 smp
NS=0,9 xNQ
Q x cx3600
NS−Minor=0.9 x2,01
320 x 31x 3600=0,650 stop /smp
NS−Mayor=0.9 x5,17
778 x 31x3600=0.687 stop /smp
Jumlah kendaraan terhenti ( NSV )
NSV = NS x Q
NSV1 = 0,650 x 320
= 208 smp/jam
NSV2 = 0,687 x 778
= 535 smp/jam
DECKY CIPTA INDRASHWARA 73
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Angka henti seluruh simpang ( NSTOT )
Nsv(tot) = 2 x (Nsv1 + Nsv2)
= 2 x (208 + 535)
= 1485 smp/jam
4. Tundaan ( D )
Derajat kejenuhan ( DS ) minor : 0,2051
Derajat kejenuhan ( DS ) mayor : 0,4484
Waktu siklus ( c ) : 31 detik
NQ1 (Minor) dan (Mayor) : 0
Rasio hijau ( g/c )
a. Pendekat minor ( A dan C ) : 0,32
b. Pendekat mayor ( B dan D ) : 0,35
Kapasitas ( C )
a. Pendekat minor ( A dan C ) : 1561 smp/jam
b. Pendekat mayor ( B dan D ) : 1736 smp/jam
Rasio kendaraan berbelok pada pendekat ( PT )
PT = PLT + PRT
a. Pendekat minor Utara : 0,250
b. Pendekat minor Selatan : 0,250
c. Pendekat minor Timur : 0,250
d. Pendekat minor Barat : 0,250
Rasio kendaraan terhenti pada pendekat = Min (NS, 1) ( PSV )
a. Pendekat minor ( A dan C ) : 0,650 smp/jam
b. Pendekat mayor ( B dan D ) : 0,687 smp/jam
Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat ( DT )
A=0,5 x (1−GR)2
(1−GR x DS)
DECKY CIPTA INDRASHWARA 74
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
A 1=0.5x (1−0.32)2
(1−0.32 x0.2051)=0,25
A 2=0.5 x (1−0.35)2
(1−0.35 x0.4484 )=0,25
DT =c x A+NQ1 x 3600
C
DT −Minor=31 x 0.25+ 0 x36001561
=7,75
DT −Mayor=31 x 0,25+ 0 x 36001736
=7,75
Tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG)
DG j=(1−PSV ) x PT x 6 x (PSV x 4)
DGU=(1−0.650 ) x 0.250 x6 x (0.650 x 4 )=1,365
DGS= (1−0.650 ) x0.250 x 6 x (0.650 x 4 )=1,365
DGT=(1−0.687 ) x0.250 x 6 x (0.687 x 4 )=1,290
DGB= (1−0.687 ) x0.250 x 6 x (0.687 x 4 )=1,290
DECKY CIPTA INDRASHWARA 75
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
DECKY CIPTA INDRASHWARA 76
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
Kode Arus Kapasitas Derajat Rasio Panjang Angka Jumlah
Pendekat Lalu smp / jam Kejenuhan Hijau Antrian Henti Kendaraan Tundaan lalu Tundaan geo- Tundaan Tundaan
Lintas DS= GR= NQ1 NQ2 Total NQMAX Terhenti lintas rata-rata metrik rata-rata rata-rata total
smp/jam Q/C g/c NQ= ( m ) stop/smp smp/jam det/smp det/smp det/smp smp.det
Q C NQ1+NQ2 liat gb e22 QL NS NSV DT DG D = DT+DG D x Q
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
U 320 1561 0.205 0.32 0.0 2.0 2.0 5.0 8 0.649 208 7.8 0.0 7.8 2498
S 320 1561 0.205 0.32 0.0 2.0 2.0 5.0 8 0.650 208 7.9 0.0 7.9 2515
T 778 1736 0.448 0.36 0.0 5.2 5.2 10.0 15 0.687 535 6.2 0.0 6.2 4846
B 778 1736 0.448 0.36 0.0 5.2 5.2 10.0 15 0.687 535 6.2 0.0 6.2 4846
LTOR(semua) 0 0.0 6.0 6.0 0
Arus total. Q tot. Total : 1485 Total : 14705
Arus kor. Q kor. 2197 0.68 6.69
LOS BKendaraan terhenti rata-rata stop/smp : Tundaan simpang rata-rata(det/smp) :
TUNDAAN Waktu siklus :
Jumlah kendaraan antri (smp) Tundaan
Formulir SIG-V : PANJANG ANTRIAN Kota : Phase
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI Simpang : Periode
SIMPANG BERSINYAL Tanggal : Dikerjakan oleh :
DECKY CIPTA INDRASHWARA 76
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
BAB IV
PERENCANAAN SIMPANG
4.1 Ketentuan Ketentuan Perencanaan Simpang
1. Tipe Simpang : Simpang APILL 444
2. Kendaraan rencana : Trailer
3. Kecepatan rencana : 30 km/jam
4. Sudut persimpangan : 95o
5. Lebar lajur pada simpang : 3,5 m ; 3 m (Belok kiri dan kanan)
6. Radius persimpangan : 20 m
*Untuk kendaraan rencana berupa truk, trailer dan bus besar radius
persimpangan r > 12 meter.
7. Radius jejak roda kendaraan : 20 m
*Radius jejak roda kendaraan rencana (vehicle path) > 15 meter
4.2 Standar Geometrik Jalan Lama (Minor)
1. Klasifikasi jalan : Kolektor
2. Tipe jalan : 2/2 UD
3. Lebar lajur : 3,5 m
4. Lebar median : -
5. Lebar bahu : 1 m
6. Lebar lajur belok kanan : 3 m
7. Lebar lajur belok kiri : 3 m
8. Panjang lajur percepatan : 30 m
9. Panjang lajur perlambatan : 30 m
10. Ketentuan taper : 1/10
DECKY CIPTA INDRASHWARA 77
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
4.3 Standar Geometrik Jalan Baru (Mayor)
1. Klasifikasi jalan : Lokal
2. Tipe jalan : 4/2 UD
3. Lebar lajur : 3,5 m
4. Lebar median : -
5. Lebar bahu : 1 m
6. Lebar lajur belok kanan : 3 m
7. Lebar lajur belok kiri : 3 m
8. Panjang lajur percepatan : 30 m
9. Panjang lajur perlambatan : 30 m
10. Ketentuan taper : 1/10
DECKY CIPTA INDRASHWARA 78
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam Perancangan Simpang Sebidang sesuai dengan surat tugas yang
telah diberikan, dapat diberi kesimpulan bahwa :
1. Simpang jalan memegang peranan penting dalam suatu sistem jaringan,
segmen jalan dan dirancang dengan benar sesuai dengan standar geometrik
yang dan teknik lalu lintas lancar, nyaman dan aman.
2. Dengan pedoman Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ), kita bisa
merencanakan berbagai titik simpang untuk mencari dan mengatasi solusi dari
berbagai masalah pada jalan raya.
3. Simpang sebidang adalah simpang dimana berbagai jalan atau ujung jalan
masuk simpang mengarahkan lalu lintas masuk ke jalan yang dapat
berlawanan dengan lalu lintas lainnya
4. Simpang sebidang ada 2 macam yaitu simpang bersinyal dan simpang tak
bersinyal.
5. Sesuai dengan ketentuan di surat tugas dan perhitungan, untuk simpang tipe
A dengan perencanaan 4 kaki simpang, tipe simpang yang dipilih adalah
pendekatan 444 APILL.
5.2 Saran
Dalam melakukan perhitungan diharapkan lebih teliti lagi dalam
mengerjakannya, proses pengerjaan secara manual dan dengan programming
di dapatkan hasil yang tidak terlalu akurat atau berbeda.
Gambar dan perhitungan rencana persimpangan didasarkan pada
peraturan-peraturan dari MKJI. Namun dengan keterbatasanya informasi yang
tersedia, akibatnya persoalan yang baru muncul harus menyesuaikan dengan
DECKY CIPTA INDRASHWARA 79
[PERANCANGAN PERSIMPANGAN SEBIDANG] 2015
data-data yang ada. Hal ini tentu saja mengakibatkan perencanaan yang tidak
sesuai. Jadi diharapkan mahasiswa lebih mendapatkan informasi selengkap-
lengkapnya agar tugas yang dikerjakan lebih akurat hasilnya.
DECKY CIPTA INDRASHWARA 80