Author
juviandymvp
View
20
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asasssasasasasasasasasasasa
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Kiln Sistem
Unit kiln merupakan suatu unit dimana terjadi proses pembakaran kiln feed
yang berupa campuran limestone, tanah liat, pasir silika, dan pasir besi menjadi
klinker. Proses kalsinasi dan klinkerisasi dapat terjadi di dalam kiln. Selama
proses pemanasan di dalam kiln, akan terjadi reaksi fisika dan kimia secara
bersamaan dan interaksi antara molekul membentuk senyawa klinker.
Terbentuknya klinker ialah bila raw material dengan proporsi tertentu dari
senyawa – senyawa kimia didalamnya dibakar pada suhu sekitar 14500C. Dalam
proses pembakaran ini diharapkan akan terjadi oksidasi oleh atmosfir terhadap
unsur – unsur kimia yang terkandung di dalam raw material tersebut sehingga
dapat dihasilkan klinker yang bewarna hijau abu – abu. Jika keadaan oksidasi
unsur – unsur tersebut tidak baik maka akan dihasilkan klinker yang berwarna
agak coklat kemerahan dan semen yang dihasilkan dari klinker semacam ini akan
memiliki kekuatan yang mudah dan cepat mengeras.
Urutan reaksi terbentuknya senyawa mineral klinker sebagai berikut :
Fe2O3 + Al2O3 + 4 CaO 4 CaO.Al2O3. Fe2O3 ( Felite ) ( C4AF)
Al2O3 + 3 CaO 3 CaO. Al2O3 ( Celite ) ( C3A )
2 CaO + SiO2 2 CaO. SiO2 ( Belite ) ( C2S )
3 CaO + 2 CaOSiO2 3CaO. SiO2 ( Alite ) ( C3S )
Terbentuknya bentuk kristal ataupun kristalin dari pada senyawa klinker
tersebut ialah pada saat terjadi pendinginan klinker. Pembentukan C2S ialah
terjadinya interaksi antara CaO dengan SiO2 yang dimulai pada suhu 11000C dan
reaksinya semakin cepat pada suhu 13700C. Pada suhu ini akan mulai pula terjadi
interaksi antara C2S dengan CaO dan membentuk C3S. Reaksi pembentukan C3S
ini cukup lambat walaupun pada suhu tinggi, tetapi dengan adanya besi dan
alumina akan dapat mempercepat reaksi pembentukan C3S. C3S yang terbentuk
pada suhu 13700C sangat kecil jumlahnya.
Kiln merupakan alat utama untuk memproduksi klinker. Sebuah silinder yang
berdiameter 4,5 meter dengan panjang 75 meter. Kiln terhubung langsung dengan
preheater. Untuk mengurangi kebocoran udara yang masuk ke dalam kiln di
posisi back end maka dipasang air seal yang dilengkapi scooping device dimana
fungsinya untuk mengangkat material yang tidak mengalir didalam kiln.
Shell kiln sendiri bertumpuh dengan 3 tyre yang dihubungkan dengan patch
shoe sebagai penjepitnya. 3 tyre duduk diatas 6 supporting roller sebagai
penumpuh seluruh beban yang beratnya ratusan ton. Didalam kiln dipasang batu
tahan api utk pengaman dari paparan suhu yang tinggi saat operasi sekaligus
mengamankan kiln shell agar tidak deformasi.
Apabila berdasarkan kapasitasnya, Kiln System dikelompokkan ke dalam 3
( tiga ) golongan yaitu :
1) Kiln ukuran kecil, dengan kapasitas kurang dari 3.000 ton / hari.
2) Kiln ukuran menengah, dengan kapasitas antara 3.000 – 5.000 ton / hari.
3) Kiln ukuran besar, dengan kapasitas lebih besar dari 5.000--7500 ton / hari.
Maka Kiln System PT. Semen Baturaja ( Persero ) yang berukuran diameter
dalam 4.500 mm dan panjangnya 75 meter merupakan Kiln yang berukuran
relatif kecil untuk klasifikasi kapasitas kiln tersebut. Namun demikian sejak
operasi komersial pertama pada tahun 1981 sampai pada saat ini telah dilakukan
beberapa modifikasi / renovasi dalam upaya untuk mengoptimalisasikan
kapasitasnya yaitu: Realisasi kemajuan kapasitas produksi Terak tahunan yang
dapat dicapai bila dibandingkan terhadap kapasitas design awalnya.
Untuk tujuan konsruksi pemasangan Batu Tahan Api di dalam Kiln
(Refractory Lining), maka mulai dari arah Kiln Discharge (Outlet) sampai dengan
ke Kiln Inlet (Feed End) dibagi menjadi beberapa bagian (Zona) yaitu :
1) Calcining zone atau daerah kalsinasi dimana pada bagian ini terjadi proses
kalsinasi yang mana didaerah ini terjadi proses kalsinasi dari sebagian
material yang belum terkalsinasi di preheater dan calsiner dimana pada zona
ini materi yang belum terkalsinasi sekitar 10%. Materi yang 10% inilah yang
akan dikalsinasi
2) Transition zone atau daerah peleburan atau daerah pembentukan coating yaitu
antar Meter 4 – 32, dimana disini material akan membentuk fase liquid.
3. Burning zone atau daerah pembakaran, yaitu antara Meter 35 – 43. Pada zona
ini akan terbentuk klingker atau terjadi proses klingkerisasi
4. Cooling zone atau daerah pendinginan, dimana pada proses ini akan mulai
terbentuk Kristal klingker atau mulai terbentuk komponen utama semen
Fungsi Kiln:
1) Sebagai reaktor kimia yaitu reaksi pembakaran dan pembentukan klinker.
2) Sebagai heat genertor yaitu tempat pembakaran /pembagkit panas.
3) Sebagai heat exchanger dimana tempat terjadi perpindahan panas
konveksi,konduksi dan radiasi.
4) Sebagai alat transport material dan gas.
3.1.1. Jenis - Jenis Kiln
a) Suspension Preheater Kiln
Suspension Preheater merupakan suatu susunan empat buah cyclon dan satu buah
calsiner yang tersusun menjadi satu string. Suspension Preheater yang
digunakan terdiri dari dua bagian yaitu: in-line calsiner (ILC) dan separate line
calsiner (SLC). Jadi preheater yang digunakan adalah suspension preheater dengan dua
string.
Sampai pertengahan tahun 1980, jenis ini merupakan sistem dengan konsumsi bahan bakar
terendah. Preheater jenis ini dibuat dalam beberapa konfigurasi dengan kapasitas
sampai 4500 ton/hari yang kebanyakan dikombinasikan dalam bentuk single atau
twin cyclone stage. Gas keluaran kiln masih dapat digunakan untuk mengeringkan
raw material dengan kandungan air sampai 8% jika mill beroperasi bersamaan
dengan Kiln sehingga suhu gas sisa yang relatif tinggi tidak dianggap sebagai
kehilangan panas.
Gambar 2.1. Suspension Preheater pada Pabrik Semen
Sistem preheater dipasang di dalam menara yang terbuat dari baja atau beton
dengan ketinggian sekitar 60-120 m (6 tingkat) di atas inlet kiln. Preheater
dengan 4-6 tingkat merupakan jenis yang paling sesuai untuk menghadapi
masalah sirkulasi dengan adanya konsentrasi yang berlebih sehingga dapat
menyebabkan masalah penyumbatan (clogging) pada sistem preheater. Alat ini
merupakan alat yang digunakan untuk pemanasan awal bahan baku sebelum masuk
rotary kiln.
b) Rotary Kiln
Rotary kiln merupakan peralatan paling utama pada proses pembuatan semen.
Fungsi utamanya adalah sebagai tempat terjadinya kontak antara gas panas dan
material umpan kiln sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu 3S,
C2S, C3A dan C4AF. Kiln putar ini berbentuk silinder yang terbuat dari baja yang
dipasang secara horisontal dengan kemiringan 4°, berdiameter 5,6 m, panjang 84
m dan kecepatan putar 2,8 rpm. Kiln tanur mampu membakar umpan dengan
kapasitas 7800 ton/jam hingga menjadi terak klinker.
Pada dasarnya rotary kiln adalah sebuah silinder panjang berputar pada
porosnya satu kali setiap satu atau dua menit. Sumbu ini cenderung sedikit
miring, ujung dengan pembakar yang lebih rendah. Rotasi menyebabkan umpan
secara bertahap bergerak dimana umpan masuk pada keadaan dingin dan keluar
pada kondisi panas.
Rotary kiln diperkenalkan pada tahun 1890 dan meluas di awal abad ke-20,
yang dapat produksi secara kontinyu dan produk yang lebih seragam dalam
jumlah besar. Alat ini dilengkapi dengan preheater sebagai pemanas awal dan
prekalsiner. Gerakan antara material dan gas panas hasil pembakaran batubara
berlangsung secara counter current . Karena panas yang ditimbulkan batubara
tinggi maka rotary kiln perlu dilapisi batu tahan api pada bagian dalamnya untuk
mencegah agar baja tidak meleleh.
Saat ini, semua industri penghasil klinker menggunakan rotary kiln karena
rotary kiln merupakan satu-satunya cara yang layak untuk mengatur proses
dengan suhu tinggi dan material dengan beragam sifat. Rotary kiln harus
memenuhi 3 jenis kebutuhan:
1) Pembakaran : Sebagai combustion chamber untuk bahan bakar pada zona
pembakaran
2) Proses : Sebagai reaktor untuk proses pembakaran klinker.
3) Mekanikal : Stabilitas bentuk, fleksibilitas panas, dan kekuatan
Gambar 4.2. Rotary Kiln pada PT. Semen Baturaja
3.1.2. Jenis Proses pada Sistem Kiln
a) Proses basah
Rotary kiln pada desain awalnya relatif sederhana dibandingkan dengan
Perkembangan modern. Umpan masuk pada suhu lingkungan dalam
bentuk slurry. Kiln proses basah panjangnya bisa mencampai 200 m dengan diameter
mencapai 6 m. Alat dibuat panjang karena banyak air yang akan diuapkan dan
mengoptimalkan proses perpindahan panas. Slurry mengandung sekitar 40% air.
Hal ini membutuhkan banyak energi untuk menguapkan dan berbagai
perkembangan dari proses basah ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dari
umpan. Proses basah telah bertahan selama lebih dari satu abad karena bahan baku
banyak yang cocok untuk pencampuran slurry.
Semen yang tebentuk berupa terak (kilnker) dengan temperatur kiln mencapai
1450o C dan selanjutnya didinginkan secara tepat dengan suatu alat pendingin dan
disimpan pada storage kilnker, lalu ditambah dengan gypsum (3-5 %) dan digiling
secara kering. Kebutuhan panas pada proses basah 1200-1300 kcal/kg kilnker.
Keuntungan proses basah :
1) Campuran / umpan kiln lebih homogen sehingga mutu semen lebih baik
2) Efisiensi penggilingan relatif lebih baik
3) Jumlah debu yang dihasilkan lebih sedikit
Kerugian proses basah :
1) Kebutuhan air dan bahan bakar relatif besar
2) Kiln yang digunakan relatif lebih panjang sehingga dibutuhkan
banyak tempat.
3) Membutuhkan panas yang tinggi untuk pembakaran
4) Boros bahan bakar.
5) Kapasitas kiln dengan proses ini sangat rendah
Gambar 4.3. Prinsip Dasar dari Kiln Proses Basah
b) Proses Semi atau Antara
Pada proses semi basah, kadar air pada raw material antara 17-21 % yang
berupa slurry. Sebelum diumpankan ke kiln, harus disaring dahulu supaya
terbentuk filter cake. Pada proses semi kering, kadar air pada raw material antara
1-12 % dan raw material ini berupa butiran yang lembab.
Keuntungan proses antara sebagai berikut :
1) Panas yang digunakan pada waktu pembakaran tidak terlalu besar
dibandingkan proses basah.
2) Ukuran klinker yang keluar kiln seragam
Kerugian proses antara adalah peralatan yang digunakan lebih banyak.
c) Proses Kering
Dalam proses kering, bahan baku dicampur masuk kiln melalui preheater. Di sini,
gas panas dari kiln, digunakan untuk memanaskan umpan. Akibatnya, umpan sudah
panas sebelum masuk kiln. Proses kering jauh lebih efisien termal dari proses
basah karena umpan dalam bentuk kering dan sehingga hanya ada sedikit air yang harus diuap.
Kemudian proses transfer panas jauh lebih efisien. Kiln pada proses kering
dilengkapi suspension preheater. Alat ini adalah menara dengan serangkaian siklon yang
bergerak cepat dengan gas panas yang menjaga umpan melayang di udara. Sepanjang
waktu, umpan akan lebih panas dan gas akan lebih dingin sampai umpan berada
pada suhu hampir sama dengan gas.
Proses kering terdiri dari kiln dan suspension preheater. Bahan baku, batu kapur
dan tanah halus, akan dicampur untuk menghasilkan umpan. Umpan dimasukkan pada
bagian atas menara preheater dan melewati serangkaian siklon di menara. Gas panas
dari kiln dan udara panas dari pendingin klinker dihembuskan melalui siklon. Transfer
panas berlangsung efisien dari gas panas ke umpan. Dalam perhitungan neraca
massa dan neraca panas ini kita akan menghitung aliran material yang masuk dan
keluar juga aliran energi yang masuk dan keluar sistem., sehingga didapatlah
energi yang terpakai dalam operasi kiln ini.
3.2. Preheater Kiln System
Preheater adalah Suatu Bangunan konstruksi baja yang bertingkat 4
sebanyak 2 unit. String A sering disebut Kiln string, sedangkan string B sering
disebut dengan Slc string.
Pada tiap - tiap tingkat diletakkan cyclone, sedangkan penomorannya cyclone
yang berada lantai paling atas / top disebut dengan cyclone 1 dengan 2 cylone
kembar , Lantai 5 adalah cylone 2,selanjutnya dilantai 4 adalah cyclone 2,
dilantai 3 adalah Cyclone 4. Demikian pula cyclone di string B. Cyclone sendiri
berfungsi utk memisahkan aliran gas dan material.
Pada string B preheater dilengkapi dengan kalsiner SLC dimana fungsi
kalsiner ini adalah untuk meningkatkan kalsinasi dari umpan yang dialirkan ke
dalam kalsiner. Karena preheater terdiri dari 2 string maka dapat juga disebut
preheater double string. Disebut kiln string karena konstruksi ducting preheter
yang terhubung diantara cyclone I A sampai cyclone 4A menyatu dengan kiln.
Demikian juga dengan SlC string karena konstruksi ducting preheter yang
terhubung diantara cyclone IB sampai cyclone 4B menyatu dengan kalsiner dan
ducting grate cooler.
3.3. Kalsiner
Kalsiner merupakan selinder yg berdiameter 6.54 m dengan tinggi 19 m di
top calsiner dipasang ducting yang dihubungkan dengan cylone 4 B, sedangkan di
bottom ducting dihubungkan dengan grate cooler sebagai sumber gas panas
tertier. Kalsiner dilengkapi dengan start burner yang berfungsi sebagai sarana
untuk heating up.
Dan bahan bakar kombinasi diawal feeding kiln, menggunakan bahan bakar
solar serta dikendalikan .di lokal, dan jumlah bahan bakar diatur dari valve lokal.
Pada operasi normal kalsiner menggunakan bahan bakar coal yang bisa
menggunakan low kalori, jumlah bahan bakar mencapai 60% dengan asumsi
umpan yang di suply ke kalsiner presentasenya sama. Kalsinasi umpan yang
diharapkan mencapai 90%. Kalsinasi 96% kondisi sudah stiky akan berbahaya
sekali terhadap operasi dapat berakibat block pada cyclone 3B atau Dicyclone 4B.
Casing kalsiner terbuat dari mild stell dan dibagian dalam dilapisi batu pengaman
/ castable.
Pembagian kalsiner :
1) Kalsiner ILC- udara pembakaran di kalsiner bersumber dari Kiln.
2) Kalsiner SLC- udara pembakaran di kalsiner bersumber dari grate cooler.
Manfaat Kalsiner :
1) Memungkinkan menaikkan kapasitas tanpa mengubah kiln
2) Derajat kalsinasi sampai 92% sebelum tendensi (blockage)
3) Umur batu tahan api di kiln akan lebih paniang.
4) Pengoperasian kiln lebih stabil mengurangi burning zone load di kiln karena
60% bahan bakar ke kalsiner.
2.4. Bahan Bakar yang Digunakan Pada Sistem Kiln
Bahan bakar yang digunakan pada sistem kiln sebagai berikut :
1) Bahan bakar minyak
2) Batubara
Tujuan pembakaran bahan bakar adalah :
1) Mengubah panas latent yang dimiliki bahan bakar menjadi panas hasil
pembakaran yang langsung dapat digunakan untuk mengubah atau
mereaksikan material baku menjadi klinker
2) Menghasilkan temperatur gas hasil pembakaran yang tinggi agar proses
perubahan dari material baku menjadi klinker dapat berjalan dengan baik
3) Menghasilkan klinker dengan kualitas baik
Penentu proses pembakaran :
1) Temperatur udara sekunder yang cukup untuk memulai pembakaran bahan
bakar
2) Oksigen yang cukup
3) Waktu tinggal yang cukup untuk pembakaran sempurna
Untuk menghitung efisiensi panas, neraca panas di sekitar unit kiln (SP,
rotary kiln, cooler) harus disusun lebih dahulu. Dengan menyusun neraca massa
dapat diketahui aliran – aliran massa yang masuk dan keluar sistem kiln.
Neraca massa disekitar sistem kiln dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Umpan kiln Terak
Batu bara Gas buang
Udara primer Udara keluar cooler
Udara sekunder
Neraca panas disekitar sistem kiln dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Panas sensible umpan kiln panas sensible keluar SP
Panas sensible batu bara panas sensible klinker
Panas pembakaran batu bara panas reaksi
Panas sensible udara primer panas sensible udara
keluar cooler
Panas sensible udara sekunder panas hilang karena
konveksi pada kiln
Dari bagan di atas, dapat diketahui aliran-aliran yang masuk ke unit kiln dan
panas yang dihasilkan di dalam kiln sebagai berikut :
1) Panas sensible umpan kiln, meliputi panas yang dibawa umpan dan panas
sensible air terkandung dalam umpan
Unit
Kiln
Unit
Kiln
(panas reaksi )
2) Panas sensible batubara, meliputi panas sensible batubara dan panas air yang
terkandung didalamnya.
3) Panas pembakaran batubara, yaitu panas yang dihasilkan dari pembakaran
batubara di rotary kiln.
4) Panas sensible udara primer, yaitu yang dibawa udara yang dimasukkan
bersama bahan bakar.
5) Panas sensible udara pendingin, yaitu panas yang dibawa oleh udara yang
dimasukkan ke cooler.
Panas yang keluar pada unit kiln meliputi panas yang dibawa oleh material
yang keluar dari sistem kiln dan panas yang digunakan pada sistem tersebut.
Panas keluar dari kiln terdiri dari :
1) Panas reaksi merupakan panas yang dipakai pada reaksi pembentukan
klinker.
2) Panas sensible keluar SP, yaitu panas yang dibawa oleh gas setelah melewati
SP. Panas ini selanjutnya digunakan di unit raw mill dan coal mill.
3) Panas sensible klinker.
4) Panas sensible udara keluar cooler, yaitu panas yang dibawa gas panas yang
tertarik menuju EP.
5) Panas hilang karena konveksi pada kiln.
Dari neraca panas diatas efisiensi pada unit kiln dirumuskan sebagai
perbandingan besarnya panas yang digunakan untuk reaksi dan panas masuk
sistem. Semakin besar efisiensi panas, semakin baik perpindahan dan unjuk kerja
alat.
Efisiensi Panas =
Panas reaksiPanas masuk
x 100%