41
54 BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Pengambilan Data Menurut Creswell (2018) dalam melakukan perancangan penelitian untuk mengumpulkan data dapat dilakukan dengan pendekatan metode kuantitatif, kualitatif, dan campuran (kualitatif dan kuantitatif). Penelitian kualitatif adalah pendekatan melalui memahami individu atau kelompok dalam suatu masalah sosial. Proses penelitian ini, melibatkan prosedur-prosedur pertanyaan, persiapan target atau peserta, data dapat berupa hal-hal umum hingga khusus, dan peneliti merangkum hasil dari data yang didapatkan. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan dengan menguji kebenaran masalah sosial atau fenomena sosial yang ada di sekitar variabel. Variabel-variabel ini dapat diukur dengan angka. Penelitian campuran adalah pendekatan dengan dengan menggunakan kualitatif dan kuantitatif, lalu memadukan dua bentuk data dengan melibatkan asumsi filosofis dan kerangka teoritis (hlm. 41-42). Dalam perancangan ini, metodologi yang digunakan untuk pengumpulan data dengan menggunakan metodologi penelitian campuran (kuantitatif dan kualitatif). Metode pengambilan data yang akan digunakan penulis yakni, 3.1.1. Observasi Menurut Hasyim Hasanah (2016), observasi merupakan penelitian ilmiah yang mengamati fakta-fakta lapangan melalui panca indera. Tujuan observasi adalah dapat membuktikan atau melahirkan teori atau hipotesis yang ada dengan

BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

54

BAB III

METODOLOGI

3.1. Metodologi Pengambilan Data

Menurut Creswell (2018) dalam melakukan perancangan penelitian untuk

mengumpulkan data dapat dilakukan dengan pendekatan metode kuantitatif,

kualitatif, dan campuran (kualitatif dan kuantitatif). Penelitian kualitatif adalah

pendekatan melalui memahami individu atau kelompok dalam suatu masalah sosial.

Proses penelitian ini, melibatkan prosedur-prosedur pertanyaan, persiapan target

atau peserta, data dapat berupa hal-hal umum hingga khusus, dan peneliti

merangkum hasil dari data yang didapatkan.

Penelitian kuantitatif adalah pendekatan dengan menguji kebenaran

masalah sosial atau fenomena sosial yang ada di sekitar variabel. Variabel-variabel

ini dapat diukur dengan angka. Penelitian campuran adalah pendekatan dengan

dengan menggunakan kualitatif dan kuantitatif, lalu memadukan dua bentuk data

dengan melibatkan asumsi filosofis dan kerangka teoritis (hlm. 41-42).

Dalam perancangan ini, metodologi yang digunakan untuk pengumpulan

data dengan menggunakan metodologi penelitian campuran (kuantitatif dan

kualitatif). Metode pengambilan data yang akan digunakan penulis yakni,

3.1.1. Observasi

Menurut Hasyim Hasanah (2016), observasi merupakan penelitian ilmiah yang

mengamati fakta-fakta lapangan melalui panca indera. Tujuan observasi adalah

dapat membuktikan atau melahirkan teori atau hipotesis yang ada dengan

Page 2: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

55

mengamati subjek penelitian. Menurut Leonard A. Jason dan David S. Glenwick,

2016), data observasi adalah catatan lapangan para peneliti, yang dilakukan dengan

cara mengamati proses penelitian, melalui pencatatan pikiran, perasaan,

pengalaman, hasil hipotesis, dan yang menggambarkan gagasan yang dipikirkan

penulis dalam proses observasi (hlm. 15).

3.1.1.1. Observasi Partisipatori Museum

a. Proses observasi

Menurut Hasyim Hasanah (2016), observasi partisipan atau partisipatori

terjadi ketika observer ikut turun ke lapangan dan berinteraksi dengan yang

observer amati. Peneliti akan melakukan observasi langsung dan

berpartisipasi dalam mengunjungi MUNASAIN sebagai pengunjung

awam. Tujuan observasi partisipatori ini untuk mengetahui secara

langsung keadaan MUNASAIN.

Gambar 3.1. Lokasi jalan MUNASAIN dari Tampak Depan (Google street view MUNASAIN)

Observasi ini dilakukan pada tanggal 22 Februari 2020 di Jl. Ir. H.

Juanda 22-24, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Paledang, Bogor Tengah,

RT.02/RW.08, Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa

Page 3: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

56

Barat. Objek yang diamati berupa lokasi, arsitektural, media informasi,

koleksi pameran, fasilitas, dan petunjuk arah yang digunakan

MUNASAIN. Dari segi lokasi, MUNASAIN sangat strategis berada di Jl.

Ir. H. Juanda. MUNASAIN memiliki lokasi gedung yang sedikit gelap,

dikarenakan gedung sedikit tertutup oleh pohon-pohon rindang. Gedung

MUNASAIN tampak dari luar terlihat gedung tua yang gelap yang dibalut

dengan aksen garda emas di pintu masuknya.

Gambar 3.2. Gedung MUNASAIN dari Tampak Depan (Google street view MUNASAIN)

MUNASAIN terdiri dari lima lantai, untuk saat ini pameran hanya

dibuka hanya lantai dasar dan satu, dikarenakan masih dalam proses on-

going display karya. MUNASAIN menampilkan karya yang cukup unik

dan memiliki pameran karya relief, pameran interaktif, pengawetan

tumbuhan dan hewan, dan sejarah mengenai tumbuhan. Harga tiket masuk

seharga Rp 5.000,00.

Page 4: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

57

Gambar 3.3. Pintu Masuk MUNASAIN

Ruang pameran lantai satu mengenai ruang introduksi dan

perkembangan manusia dan lingkungannya. Pameran ini menggunakan

dinding sebagai media storytelling infografis untuk menyampaikan sejarah

perkembangan alam di Indonesia. Terdapat pameran interaktif mengenai

tokoh-tokoh penting dalam menemukan penelitian alam. MUNASAIN

memiliki sign system dalam menunjukan arah dan memiliki ruang teater.

Lantai dasar merupakan pameran sejak diorama sejak MEI (Museum

Etnobotani Indonesia). Artefak-artefak lantai dasar berupa barang-barang

tradisional yang terbuat dari alam. Artefak-artefak ini dipamerkan di dalam

diorama per kategori. Dilanjutkan beberapa sampel pengawetan jenis hewan

dan tumbuhan.

Page 5: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

58

Gambar 3.4. Pameran Ruang Introduksi dan Lingkungan Manusia (Lantai 1)

b. Kesimpulan observasi

Dari hasil observasi partisipatori, penulis mendapatkan data mengenai

pengalaman mengunjungi museum. MUNASAIN memiliki posisi strategis

pada jalan raya utama. Konten museum menarik dikarenakan terdapat

media interaktif dan media storytelling infografis di sepanjang dinding

flow museum.

Page 6: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

59

Museum memiliki ruang teater, ruang informasi, toilet, cafe

(ongoing), dan sign system yang baik dalam menunjukan arah. Peneliti

menemukan beberapa media informasi tidak menggunakan prinsip

legibility, unity, dan belum menggunakan identitas MUNASAIN.

Sedangkan lantai dasar mengenai diorama, penerangan masih belum cukup

terang.

3.1.1.2. Observasi Identitas

a. Proses observasi

Identitas visual MUNASAIN hanya memiliki logo dan tidak memiliki

tagline, elemen visual, Graphic Standard Manual dalam implementasi

terhadap berbagai media. Logo MUNASAIN terdiri dari logogram dan

logotype. Dalam mengimplementasikan logotype dan logogram masih

belum bisa menunjukan konsistensinya pada setiap media. Hal ini

dikarenakan tim internal LIPI bagian humas merangkap bekerja dari humas

menjadi tim desain dan tidak adanya guide system dalam pengaplikasian

logo, sehingga peletakan logo MUNASAIN berbarengan dengan logo LIPI.

Gambar 3.5 Tiket dan Kartu Nama MUNASAIN

Page 7: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

60

Gambar 3.6. Implementasi Logo Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia

Gambar 3.7. Brosur Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia

Page 8: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

61

Gambar 3.8. Poster, Tag Karya, dan Deskripsi Karya MUNASAIN

b. Kesimpulan observasi identitas

Identitas dalam media informasi juga masih belum menunjukan konsistensi,

unity, komprehensif, dan tidak memiliki identitas berupa elemen visual.

Beberapa media informasi hanya menggunakan kertas HVS dan tag karya

tidak menggunakan prinsip legibility (keterbacaan). Beberapa media

menggunakan logo LIPI secara bersamaan dengan logo MUNASAIN.

Pemakaian logo MUNASAIN hanya di beberapa media seperti poster,

brosur, dan tiket masuk. Tag karya, deskripsi karya, beberapa kali tidak

menggunakan identitas logo dan logo ter-stretch. Logo MUNASAIN

seringkali ditemukan dengan latar gambar dan tidak. Hal ini membuat logo

Page 9: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

62

MUNASAIN tidak terbaca secara dengan baik. Penempatan logo

MUNASAIN selalu bersamaan dengan logo LIPI.

3.1.1.3. Observasi Media Promosi

a. Proses Observasi

MUNASAIN memiliki media promosi melalui digital melalui media sosial

seperti instagram, twitter, website, dan facebook. Terdapat media digital

lainnya untuk acara tertentu. Promosi yang dilakukan berupa webinar,

acara pameran mengekspresikan karya masyarakat, dan kerjasama dengan

pihak LIPI, sekolah, KEMENDIKBUD, dan para komunitas di Bogor.

Media website digunakan untuk informasi yang lebih padat dan detail

mengenai MUNASAIN, sedangkan sosial media digunakan untuk

informasi yang singkat dan padat.

Gambar 3.9. Halaman Depan Website MUNASAIN (1) (http://munasain.lipi.go.id/)

Page 10: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

63

Gambar 3.10. Halaman Depan Website MUNASAIN (2) (http://munasain.lipi.go.id/)

Gambar 3.11. Halaman Depan Website MUNASAIN (3) (http://munasain.lipi.go.id/)

Page 11: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

64

Gambar 3.12. Laman Mengenai MUNASAIN (http://munasain.lipi.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=96&lang=en)

Gambar 3.13. Instagram MUNASAIN (https://www.instagram.com/munasain/)

Page 12: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

65

Gambar 3.14. Twitter MUNASAIN (https://twitter.com/munasain)

Gambar 3.15. Facebook MUNASAIN (https://www.facebook.com/munasainbogor)

Page 13: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

66

Gambar 3.16. Banner Digital Acara Night at Museum (https://www.facebook.com/munasainbogor)

b. Kesimpulan observasi

MUNASAIN menggunakan media sosial untuk informasi dan

memamerkan acara yang diadakan oleh MUNASAIN. Aktivitas bisa

berupa study tour anak-anak sekolah, acara yang dilakukan bersama

komunitas, webinar, ucapan hari raya, dan informasi mengenai LIPI.

Identitas visual pada media sosial masih belum menunjukan konsistensi,

prinsip legibility, unity, identitas visual, dan hirarki visual.

Dalam media promosi website terdapat beberapa tombol yang tidak

berfungsi dengan baik sehingga ditemukannya error found. Hal ini

dikarenakan tim internal LIPI humas yang berfokuskan ke LIPI dan

kurangnya tenaga operasional untuk digunakan. Dalam beberapa laman

website, hanya terdapat banyak tulisan yang panjang.

Dalam media instagram feeds, MUNASAIN tidak menetapkan

identitas logo terhadap semua feeds. Penempatan untuk logo pun berubah-

ubah dan tidak memiliki prinsip emphasis terhadap dengan logo lainnya

ketika dijajarkan dalam feeds instagram. Dalam desain banner,

Page 14: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

67

MUNASAIN juga tidak konsisten memasukan identitas logo.

3.1.2. Wawancara

Wawancara dapat dilakukan kepada perorangan, grup, keluarga, dan komunitas

lainnya yang memiliki kesinambungan dalam sebuah tema penelitian. Alat dasar

untuk mengumpulkan data dari wawancara adalah susunan pertanyaan yang

ditanyakan kepada partisipan melalui percakapan formal maupun non-formal.

Banyak pewawancara menggunakan metode wawancara semi-terstruktur, dengan

tujuan pertanyaan yang dirancang untuk mengenai data yang topik diteliti dari

responden (Leonard A. Jason dan David S. Glenwick, 2016, hlm. 15-16). Dalam

mengumpulkan data, penulis menggunakan wawancara dengan narasumber sebagai

berikut:

3.1.2.1. Kepala Penelitian dan Kurator MUNASAIN

Penulis melakukan wawancara dua kali dengan Dr. M. Fathi Royyani

(Kepala Penelitian dan Pengurus MUNASAIN) bersamaan dengan

Marwan Setiawan, M.Hum. (Kurator MUNASAIN) pada tanggal 1 Juli

2020 dan 10 September 2020 jam 13.10 WIB di MUNASAIN. Tujuan

wawancara ini untuk mendapatkan data mengenai MUNASAIN dari segi

konsep, konten, visi misi, promosi, sejarah terbentuk, dan proses

revitalisasi MUNASAIN.

Page 15: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

68

Gambar 3.17. Dokumentasi Wawancara 1 Juli 2020

Gambar 3.18. Dokumentasi Wawancara 10 September 2020

Sejarah Terbentuk

Belanda memberikan peninggalan positif kepada Indonesia, diantaranya

adalah didirikannya Kebun Raya Bogor dan penelitian yang ditinggalkan

oleh Thomas Raffles. Hasil riset berupa tanah (cikal bakal museum tanah

dan pertanian), penelitian hewan (cikal bakal museum zoologi)

Page 16: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

69

dikumpulkan dan menjadi perpustakaan (cikal bakal perpustakaan

pertanian)

Lokasi herbarium yang awalnya di Kebun Raya Bogor, kemudian

dipindahkan ke gedung herbarium dengan peresmian Ir. Soekarno pada

tahun 1960 (dengan perencanaan 14 lantai). Tahun 1970 gedung herbarium

hanya dibagun 2 lantai, dikarenakan dana yang kurang mencukupi dan ada

gerakan pemberontakan. Pembangunan dilanjutkan kembali ke DPR, ketika

salah satu seorang pejabat LBN (lembaga Biologi Nasional) mengajukan

proposal untuk melanjutkan pembangunan yang telah disepakati.

Gambar 3.19.Gambar Gedung Museum Etnobotani Indonesia (MEI) (https://sejarahlengkap.com/bangunan/sejarah-museum-etnobotani-bogor)

Prof. Sarwono Prawirohardjo, sebagai ketua LIPI memiliki gagasan

mendirikan museum berisi informasi peninggalan sejarah etnobotani di

Bogor. Tahun 1962, merupakan momentum pembangunan gedung baru.

Gagasan ide ini mulai dimatangkan dan dimantapkan kembali ketika Dr.

Seuajati Sastrapradja memegang jabatan sebagai Direktur LBN pada tahun

1973. Museum Etnobotani diresmikan oleh Menteri Negara Riset dan

Teknologi, Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie, pada tanggal 18 Mei 1982. Museum

Page 17: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

70

ini awalnya diberi nama Herbarium Bogoriense yang dikelola oleh Lands

Platentuin (cikal bakal Kebun Raya Bogor).

Berawal dari memamerkan hasil penelitian ke beberapa peneliti saja,

hingga menjadi pameran museum etnobotani Indonesia dengan tema

“pemanfaatan tumbuhan Indonesia”. Seiringnya perjalanan, hasil riset

semakin banyak dan membutuhkan tempat untuk pengujian dan lab. Oleh

karena itu dibutuhkannya perluasan tempat dan alat yang modern.

Tahun 2005 gedung herbarium ini bernama MEI (Museum

etnobotani Indonesia). Berlanjut ke tahun 2007, gedung Herbarium

Bogoriense dipindahkan lokasinya ke Cibinong agar dapat menampung

lebih banyak spesimen lebih luas dan menjadi herbarium terbesar ketiga di

dunia. Sehingga gedung herbarium menjadi kosong dan hanya lantai dasar

yang digunakan untuk pameran penelitian. Dikarenakan masih pemantapan

konten MUNASAIN. Tahun 2016 melakukan soft launching peralihan dari

MEI ke MUNASAIN, tepatnya tanggal 31 Agustus 2016. Pada tahun 2015,

lantai 1 mengadakan pameran temporer dengan tema “Kekayaan

keanekaragaman Hayati tropikal Indonesia” hingga tahun 2017.

MUNASAIN telah melakukan kerjasama dengan Kemendikbud dan

para instansi-instansi sekolah. MUNASAIN untuk saat ini mendapatkan

dana bantuan melakukan revitalisasi dari pemerintah di bagian sekjen

museum, Kemendikbud. Dalam pendanaan ini diberikan bertahap setiap

tahunnya dalam menjalankan perluasan konten museum.

Page 18: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

71

Denah Museum

Gambar 3.20. Denah Museum Lantai 1 (Drs. Dani Wigatna, 2013, hlm. 10)

Konten Museum

MUNASAIN memiliki konsep natural historis untuk menghadirkan konten

yang mereka miliki. Museum ini dikategorikan sebagai museum pasca-

modern yang terdiri dari 5 konten di setiap lantai yang berbeda-beda.

a. Lantai dasar merupakan pameran diorama etnobotani.

b. Lantai 1 (Tahap 1 Ruang Introduksi)

Menceritakan tentang evolusi tumbuhan, ruang introduksi, ruang kerja

tempo dulu, ruang teater, pameran temporer rempah.

c. Lantai 1 (Tahap 2 Manusia dan Lingkungan)

Menceritakan awal peradaban manusia dengan diorama goa maros.

d. Lantai 2 (Tipe ekosistem Indonesia)

Page 19: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

72

konten ekosistem ada pantai, danau, rawa, lahan basah, savana,

kerangka, dan sebagainya.

e. Lantai 3 (Perkembangan teknologi di bidang ilmu pengetahuan)

f. Lantai 4 (perkembangan teknologi terkini)

Pameran dengan konten perkembangan nano-teknologi yang digunakan

dalam penelitian hingga rekayasa genetik.

g. Lantai 5 (Retrica garden), dengan rencana awal ingin membuat cafe.

Alasan MEI berubah menjadi MUNASAIN

Alasan idealisme melakukan wajah baru yaitu memperluas cangkupan

konten dari etnobotani menjadi konsep Natural History. Oleh karena itu

LIPI melakukan revitalisasi gedung dan perluasan konten.

Ide ini sudah dibicarakan pada tahun 2007 dengan mantan

KAPROSA yaitu Arief Budiman. Perancangan storyline dan konten sudah

matang dalam bentuk proposal. Tetapi ide tersebut ditolak oleh pak Jusuf

Kalla dikarenakan beberapa administrasi yang kurang. Deputi Bidang Ilmu

Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati mengajukan proposal

kembali kepada Dekrat BEM NAS (mengelola Dirjen Museum).

Visi

Menjadikan memori kolektif keilmuan sejarah Indonesia sebagai wahana

menciptakan insan yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional,

serta meningkatkan penyadartahuan masyarakat akan pemanfaatan Sumber

Daya Alam secara berkelanjutan untuk kesejahteraan bangsa.

Page 20: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

73

Misi

1. Melaksanakan fungsi sebagai sumber informasi tentang perkembangan

sejarah Alam Indonesia

2. Sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan hasil

penelitian dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Sebagai sarana display hasil penelitian dalam rangka penyadartahuan

masyarakat akan perkembangan informasi terkini ilmu sejarah alam

Indonesia.

4. Menjadi sarana rekreasi yang bersifat kultural dan edukatif.

5. Meningkatkan peran museum di masyarakat dan apresiasi masyarakat

terhadap permuseuman

6. Meningkatkan profesionalisme dan citra museum.

Perancangan Logo

Perancangan logo melalui perlombakan internal. Terdapat sekitar ada 6 atau

7 logo yang diterima. Setelah melalui diskusi, ke 7 logo tersebut tidak

mencerminkan visi misi MUNASAIN. Pak Yusman ditunjuk untuk meramu

dari ke 7 logo tersebut sesuai dengan visi misi yang dibentuk bersama LIPI

pada tahun 2017 (tidak bersama pihak PT Dyandra Media Internasional).

Perancangan logo MUNASAIN pun tidak memiliki buku guide untuk

Graphic Standard Manual dalam mengimplementasikan identitas pada

setiap media.

Page 21: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

74

Perluasan Value

Dalam seiringnya waktu penambahan konten setiap lantai, MUNASAIN

memiliki perluasan value. Perluasan value MUNASAIN adalah ingin

menjadi titik temu sebagai perspektif masyarakat, tidak hanya dari sisi

perspektif pengetahuannya saja, melainkan sisi perspektif budaya.

MUNASAIN ingin juga sebagai wadah untuk membicarakan mengenai

adanya jenis temuan baru secara scientific. Value museum ini adalah

penelitian, preservasi, edukasi dan komunikasi, bertambah menjadi

perspektif kebudayaan yang lebih luas.

Hal ini dikarenakan seiringnya perluasan konten natural historis dan

termasuk kategori museum pasca-modern. MUNASAIN sadar bahwa

mereka tidak bisa hanya melihat sudut pandang pengetahuannya saja

melainkan bisa secara luas seperti budaya, seni, dan yang lainnya. Maka

dengan perluasan value ini, munasain memiliki pandangan yang luas untuk

mengajak beberapa komunitas untuk menjalankan kegunaan peran museum

sesuai dengan misi MUNASAIN yang ada.

Page 22: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

75

Struktur Organisasi

Gambar 3.21. Struktur MUNASAIN

Perkembangan MUNASAIN pada tahun 2016 berada dibawah pengelolaan

oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Badan yang bertugas

mengelola adalah Pusat Biologi. Pada tahun 2018 terjadi pergantian

kepemimpinan dan pelantikan jabatan Pusat Biologi dan Kepala LIPI.

Dikarenakan pergantian kepemimpinan, pada tahun 2020, terjadi

perubahan dalam pengelolaannya dikarenakan LIPI lebih memfokuskan

riset (sesuai amanat undang-undang). Maka, pada tahun 2020 MUNASAIN

dikelola oleh Sestama (Sekretaris Utama LIPI) dan dikerjasamakan oleh

pihak ke 3 yaitu PT Dyandra Media Internasional selama 3 tahun kedepan

(2020-2022). LIPI mengelola di bidang kurator karya dan konservator,

sedangkan pihak Dyandra dibagian pemandu, keamanan, kebersihan, dan

promosi.

Page 23: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

76

Program

MUNASAIN memiliki timeline setiap tahunnya dalam menjalankan

program seperti:

1. Program tahunan dalam mengadakan pameran kontemporer dengan

tema yang diajukan.

2. Workshop yang diadakan dengan komunitas atau lembaga yang

mengadakan kerjasama.

3. Sebagai wisata edukasi dan webinar dengan kerjasama antar instansi.

Pengunjung

Marwan Setiawan mengatakan berdasarkan hasil evaluasi tahunan, terdapat

data pengunjung terbanyak yaitu tingkat SMP yang paling banyak

mengunjungi MUNASAIN. Disusul oleh tingkah mahasiswa maupun

pemerintah melakukan kunjungan untuk meneliti. Data pengunjung setiap

tahun: 2016 (20.000 pengunjung), 2017 (25.000 pengunjung), 2018 (27.000

pengunjung), 2019 (30.000 pengunjung).

Page 24: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

77

Gambar 3.22. Data Pengunjung MUNASAIN (Data MUNASAIN)

Page 25: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

78

3.1.3. Kuesioner Brand Awareness MUNASAIN

Kuesioner adalah alat pengumpulan data, dengan meminta pendapat audiens yang

jujur mengenai topik yang diteliti. Kuesioner umumnya berupa beberapa

pertanyaan yang dikirimkan melalui media elektronik seperti email, aplikasi, atau

sebuah format, namun bisa juga berupa kertas yang diisi dengan pena melalui pos

(Leonard A. Jason dan David S. Glenwick, 2016, hlm. 62).

Pengumpulan data dengan metode kuantitatif, melalui kuesioner dengan

cara pengambilan random sampling, jenis pertanyaan gabungan (terbuka dan

tertutup) dengan menentukan data variabel dengan convenience sampling.

Penyebaran kuesioner ini ditujukan kepada Jabodetabek. Tujuan kuesioner ini

untuk melihat seberapa jauh brand awareness, brand recognition, brand recall, dan

mencoba mengetahui identitas MUNASAIN di masyarakat. Pengambilan sampel

random sebesar 100 variabel (dengan menggunakan besaran sampel menggunakan

rumus Slovin dengan sampel masyarakat daerah Jabodetabek).

Gambar 3.23 Perhitungan Rumus Slovin Penduduk Jawa Barat

3.1.3.1. Pertimbangan Datang ke Museum

Penyebaran kuisioner ini ditargetkan kepada masyarakat Jabodetabek,

berusia khusus 17-25 tahun. Penentuan SES berdasarkan pengeluaran

Page 26: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

79

menurut Nielsen Media Index di marketing.co.id. Data mengatakan bahwa

target masuk kedalam kategori SES B dan SES A dengan jumlah

terbanyak, didukung dengan 90.8% pernah berwisata ke Bogor.

Kesimpulan kuesioner bahwa pertimbangan pengunjung dalam

mengunjungi sebuah museum dilihat dari konten yang dihadirkan museum,

bangunan arsitektur, fasilitas dan media interaktif. Media informasi dalam

mengetahui acara museum melalui media instagram, website, youtube, dan

brosur.

Gambar 3.24. Data Kuesioner Pengeluaran Masyarakat Jabodetabek

Gambar 3.25. Data Kuesioner Mengenai Kunjungan Museum

Page 27: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

80

3.1.3.2. Identitas MUNASAIN

Data responden mengatakan 87% belum pernah melihat identitas logo

MUNASAIN, diikuti dengan responden mengatakan 22,9% terbanyak

beranggapan bahwa identitas MUNASAIN merupakan produk kesehatan,

bukan museum. Sebanyak 80,2% mengatakan identitas visual

MUNASAIN belum konsisten

Gambar 3.26. Data Kuesioner Persepsi Bidang Logo Bergerak

Gambar 3.27. Data Kuesioner Konsistensi Identitas Visual

Page 28: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

81

Gambar 3.28. Hasil Mengidentifikasikan Logo Identitas MUNASAIN

3.1.3.3. Brand Awareness MUNASAIN

Brand awareness MUNASAIN masih tergolong rendah. Terbukti dengan

92,4% tidak pernah mendatangi MUNASAIN dan 75% bahkan tidak

mengetahui apa itu MUNASAIN.

Gambar 3.29. Data Kuesioner Mengunjungi MUNASAIN

Page 29: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

82

Gambar 3.30. Data Kuesioner Brand Awareness

Page 30: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

83

3.1.4. Studi Eksisting

Studi eksisting adalah sebagai acuan atau tolak ukur dalam perbandingan dengan

konteks gambaran atau permasalahan yang serupa. Peneliti mengintegrasikan teori-

teori dasar ke dalam suatu konsep yang berhubungan satu sama lain (dapat berupa

persamaan permasalahan atau target). Peneliti harus mengaitkan topik yang diteliti

dengan hasil karya atau gagasan yang sudah ada sebagai literatur (Leonard A. Jason

dan David S. Glenwick, 2016, hlm. 26).

Gambar 3.31. Natural History Museum Logo (https://geobon.org/natural-history-museum-logo/)

Tabel 3. 1. Natural History Museum Strategy Brand

Natural History Museum

Indikator Tema Penjelasan What they Do?

Audience Natural

History /

Future

Museum

Mengalami transformasi

yang esensial yaitu

memindahkan fokus dari

masa lalu ke masa depan.

“articulate the new

brand pillars and shape

a visual identity that

inspires the visitors of

today, to

change tomorrow.

“ - Wiedemann Lampe

Brand Evolving for

A Change

World

Natural History Museum

merupakan salah satu yang

paling banyak dikunjungi di

dunia, dikarenakan

merupakan ikonik dari

a. Brand Layer

b. Content Layer

Page 31: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

84

tujuan wisata dan brand

dibutuhkan untuk

menggambarkan citra ini.

c. Interpretation

Layer

Connected

with

Featured

Campaign

Layer dalam konten ini

akan memberikan kesan

tegas kehidupan dan

disesuaikan dengan target.

Kampanye dalam

mengkomunikasikan

konten museum.

Strategi brand yang Natural History Museum sampaikan adalah dengan mengubah

cara komunikasi yang mulanya fokus mengenai konten, menjadi fokus brand.

Wiedemann Lampe memindahkan elemen visual ke tengah dan menggabungkan

semua konten. Sistem identitas yang berani, dapat dikenali, dan poin emphasis

penting dapat mengoptimalkan brand dan dapat berkreasi dalam penyampaian

komunikasi visual.

Hal ini bertujuan untuk memperkuat brand. Dalam sistem identitasnya

terdiri dari tiga lapisan terpisah yaitu: brand, konten, dan interpretasi. Hal ini dibuat

untuk menjelaskan dan memudahkan dalam pengaplikasianya. Perancangan sistem

desain ini merupakan kolaborasi dengan para kepemimpinan museum dan

operasional mereka.

Page 32: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

85

Gambar 3.32. Brand Strategy of Natural History Museum (https://geobon.org/natural-history-museum-logo/)

a. Perancangan Brand

Logo merupakan identitas museum, ditetapkan sebagai dasar ke semua media

komunikasi.

Gambar 3.33. Perancangan Logo Natural History Museum (https://www.wiedemannlampe.com/projects/nhm)

Page 33: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

86

Gambar 3.34. Perancangan Sistem Logo Natural History Museum (https://www.wiedemannlampe.com/projects/nhm)

b. Perancangan Konten

Perancangan konten secara visual bertujuan untuk mengekspresikan visual dan

citra museum ke target langsung dengan tujuan mempromosikan konten.

Gambar 3.35. Perancangan Konten Visual Natural History Museum (https://www.wiedemannlampe.com/projects/nhm)

Page 34: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

87

c. Perancangan Interpretasi

Mengembangkan kotak obrolan untuk mengisi pesan singkat. Hal ini bertujuan

untuk memudahkan target mencerna dengan cepat dan flexibel. Sistem ini

menyusun hirarki pesan dalam penyampaiannya.

Gambar 3.36. Perancangan Interpretasi Natural History Museum (https://www.wiedemannlampe.com/projects/nhm)

Page 35: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

88

Gambar 3.37. Akhir Implementasi Sistem Identitas Visual (https://www.wiedemannlampe.com/projects/nhm)

Page 36: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

89

3.1.5. Studi Referensi

Gambar 3.38. Logo Designmuseuo (https://bpando.org/2015/04/17/logo-designmuseo/)

Richard Baird (2017), mengatakan bahwa designmuseo adalah museum desain di

Finlandia, yang memiliki bangunan arsitektur oleh Gustaf Nyström di jalan

Korkeavuorenkatu Helsinki. Museum ini memamerkan karya-karya di bidang

industri desain grafis dari nasional hingga internasional. Pembaruan desain

terhadap museum ini dilakukan untuk meningkatkan pengunjung dan

mengembangkan pemakaian identitas visual ke media meliputi pameran, signage,

dan media promosi.

Studi referensi yang penulis ambil adalah konsistensi dalam identitas

visual. Visual designmuseo terbentuk dasar dari garis-garis yang bersih, kurva

halus, bentuk geometris yang konsisten yang berasal dari ornamen bangunan.

Desain ini terinspirasi dari desainer arsitektur Finlandia Alvar Aalto, yang

memanfaatkan modular untuk menghubungkan menjadi suatu bentuk yang berani

dan reduktif dalam tipografi. Aset elemen visual pun berasal dari identitas logo,

sehingga memiliki unity dalam penyampaian desainnya.

Dalam analisis SWOT designmuseo memiliki kekuatan (strength) dalam

visualnya memiliki identitas yang unity dan konsistensi ke semua media identitas

dari cetak hingga signage. Fasilitas yang memadai, dimulai dari tour guide,

giftshop, hingga cafe. Dari sisi kelemahan (weakness) ditemukan bahwa

Page 37: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

90

terbatasnya pameran hanya mengenai desain. Keuntungan (opportunity) lokasi

strategis pengunjung banyak di sekitar kota Finlandia. Lalu kelemahan (threat)

belum ditemukan berdasarkan hasil analisis melalui online.

Gambar 3.39. Identitas Designmuseo (https://bpando.org/2015/04/17/logo-designmuseo/)

Page 38: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

91

3.1.6. Webinar

Museum Nasional Indonesia mengadakan webinar pada tanggal 13 Juli 2020,

dengan streaming live di Youtube. Subiakto Priosoedarsono selaku pembicara

memberikan materi mengenai “Strategi Branding untuk Museum”.

Gambar 3.40. Dokumentasi Webinar bersama Subiakto

(https://www.youtube.com/watch?v=K39PiZYFV-U&list=LL&index=3)

Dalam webinar dijelaskan mengenai pengertian, fungsi, tujuan mengenai

brand terhadap museum. Menurut Subioakto, brand merupakan love mark atau

ikatan emosi antara konsumen dengan pengunjung. Brand juga disebut sebagai

intangible asset (aset yang tidak nampak dan dilindungi oleh hukum). Menurut

Walter Landors, produk dibuat oleh perusahaan dan milik perusahaan, kemudian

brand diciptakan dan tertanam dalam pikiran konsumen dalam persepsi brand

tersebut. Persepsi diciptakan melalui pengalaman audiens dalam datang ke

museum. Setelah audiens terikat dengan brand, perlu dilanjutkan untuk

mengaktivasi brand tersebut agar tetap bersaing dan eksistensi museum terjaga dan

sosial media merupakan media yang dapat mencapai target. Dikarenakan era

sekarang masyarakat selalu membawa smartphone dan kapanpun target dapat

mencari informasi melalui media tersebut. Branding berfungsi mengaktivasi atau

Page 39: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

92

stimulan untuk memperkuat kesan anda di benak konsumen.

Umumnya museum memiliki value “Connecting the past and the future”.

Museum adalah tempat untuk menelusuri asal muasal value suatu sejarah bangsa

dan akan membentuk fondasi untuk masa depan kepada generasi selanjutnya.

Sebuah trust museum dapat dibangun experience, dapat melalui story telling.

Citra museum dapat dibangun melalui trust, trust dapat didapatkan melalui

cerita yang ditampilkan dan eksperience museum. Memasarkan museum itu

mengenai konten museum saja, tetapi storytelling (filosofi) yang disampaikan. Citra

dapat dibentuk melalui penanaman value brand ke berbagai sektor, seperti ke dalam

karyawan dan tone of voice dalam pemasarannya. Di era jaman sekarang,

diperlukannya intangible asset seperti aplikasi atau website untuk menjangkau

target tanpa batas dan memberikan manfaat melalui digital.

Page 40: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

93

3.2. Metodologi Perancangan

Dalam perancangan brand identity milik Alina Wheeler menyatakan bahwa proses

perancangan identitas visual meliputi:

1. Conducting Research

Dalam tahap ini, penulis melakukan pengumpulan informasi yaitu dengan

melakukan kuisioner, observasi, FGD, serta wawancara dengan institusi

terkait yaitu MUNASAIN. Penulis juga melakukan kajian pustaka yang dapat

mendukung penelitian.

2. Clarifying Strategy

Ketika tahap orientasi terkumpul, penulis akan melakukan analisis terkait

informasi yang telah didapatkan. Penulis melakukan pencarian solusi dari

hasil analisis dengan melakukan perancangan identitas visual untuk Museum

Nasional Sejarah Alam Indonesia melalui mind mapping brainstroming, big

idea hingga brand brief MUNASAIN.

3. Designing Identity

Setelah menemukan solusi dari permasalahan yang terjadi, penulis merancang

brand identity berdasarkan strategi yang telah dilakukan tahap clarifying

strategy.

4. Creating Touchpoint

Penulis melakukan tahap visualisasi desain sesuai dengan konsep yang telah

dipilih. Pada tahap ini penulis melakukan penyempurnaan dari hasil yang

telah dirancang ke dalam implementasi seperti collateral, media cetak, media

digital, dan sebagainya.

Page 41: BAB III METODOLOGI - kc.umn.ac.id

94

5. Managing Assets

Penulis kemudian mewujudkan solusi dengan hasil perancangan identitas

visual dengan media pendukung promosi untuk identitas. Hasil perancangan

kemudian diolah lagi dan disusun kedalam Graphic Standard Manual dan

media pendukungnya.